Suatu pagi, Sung Bin masuk ke ruang musik sekolah sambil bernyanyi-nyanyi sendiri. Ruangan itu kosong dan tampaknya Sung Bin sudah terbiasa melakukan kegiatannya di ruangan ini. Kegiatan apa? Nail art ;) sigh….girls ;)
Saat ia sedang asyik menghias kuku-kuku jarinya dengan berbagai warna dan hiasan, terdengar suara jeritan. Blukkk! Suara benda jatuh ke tanah.
Sung Bin berlari ke jendela untuk melihat apa yang jatuh. Seorang siswi tergeletak di tanah tepat di bawah jendela ruang musik. Sung Bin terkejut. Ia mengenali siswi itu. Ssang Koo.
Murid lain berkerumun di dekat tubuh Ssang Koo. Seorang murid mendongak dan melihat Sung Bin melongok keluar dari jendela. Ia langsung berkesimpulan Sung Bin yang telah mendorong Ssang Koo. Ia menyuruh murid lain menelepon polisi. O-ow…
Sementara itu trio hakim pewawancara calon pengacara umum sedang berjibaku memilih dari ratusan pelamar. Salah seorang dari mereka berpendapat kompetisi pengacara umum bahkan lebih ketat dari kompetisi bintang-bintang Kpop. Ha.
Hakim Kim melihat profil Hye Sung. Dan ternyata cerita Hye Sung tampaknya cukup berpengaruh karena ketiga pewawancara langsung mengenalinya dan mengingat ceritanya. Tapi mereka tidak yakin Hye Sung tepat untuk jabatan ini.
Satu hakim berkata reputasi Hye Sung tidak bagus. Julukan Hye Sung adalah “si 20 detik”. Ia hanya membuat pernyataan yang menyatakan terdakwa sangat menyesali perbuatannya. Dan itu hanya membutuhkan waktu 20 detik. X untuk Hye Sung *menolak*
Hakim lain berkata kisah Hye Sung adalah kisah yang bagus. Ceritanya tersusun dan menunjukkan keberanian Hye Sung. Ia melihat masa depan untuk Hye Sung. O untuk Hye Sung *setuju*
Jadi keputusan akhir berada di tangan Hakim Kim dengan kedudukan 1-1. Hakim Kim berkata ia tidak yakin. Hye Sung terlihat seperti pengacara yang bagus tapi juga buruk. Pilihan yang sulit.
Satu bulan kemudian….
Nama dua pengacara umum yang terpilih terpampang di surat kabar. Hye Sung membaca surat kabar, tersenyum melihat foto dirinya terpampang di sana. Ia terpilih…..bersama Cha Kwan Woo, menjadi Pengacara Umum daerah Yeonju.
Dan siapa lagi yang paling gembira kalau bukan ibu Hye Sung. Ia membuat poster besar-besar dan memasangnya di jalan: “Puteri satu-satunya dari Kedai Ayam Hye Sung mengalahkan persaingan 21:1 dan menjadi Pengacara Umum”.
Bukan hanya itu saja, seluruh jendela kedai juga ditempeli poster yang sama, lengkap dengan foto Hye Sung. Hye Sung langsung mencabut poster-poster itu.
Tiba-tiba kepalanya dijitak. Hye Sung tahu siapa penjitaknya. Ia protes pada ibunya karena telah membesar-besarkan jabatan barunya. Ibunya tidak melihat itu hal yang aneh. Hye Sung adalah pengacara yang digaji oleh negara. Jadi pengacara dan hakim sama saja derajatnya. Dengan tenang ia kembali memasang poster-poster itu di tempatnya.
Lalu ia mengajak Hye Sung pergi. Ke mana? Memasang psoter-poster di sekitar lingkungan kedainya sambil bernyanyi-nyanyi. Hye Sung cemberut. Ibunya pasti begitu senang akan mendapat uang (uang yang dipinjam Hye Sung dari ibunya) hingga bernyanyi seperti itu.
“Bukan karena uang. Tapi karena aku sangat bangga kau telah menjadi pengacara umum.”
“Benarkah? Jadi tidak apa-apa jika aku tidak mengembalikan uangnya?”
Plakk! Jitakan ke berapa ini ya??
“Aaah Ibu! Ibu jangan pukul kepalaku lagi! Apa ibu tahu berapa umurku sekarang?” omel Hye Sung.
“Hei, kau ini sekarang Pengacara Umum. Jalanmu masih panjang. Jadi tidakkah kaupikir kau harus lebih dewasa sedikit saja?”
“Ibu pikir kenapa aku mau menjadi pengacara umum? Karena hidup akan lebih mudah.”
“Apa?”
Hye Sung berkata ia mendapat gaji tiap bulan dan pemerintah yang akan mencarikan kasus untuknya. Ia tidak perlu repot-repot mencari klien. Dan yang harus ia lakukan hanyalah meminta orang lain bersumpah. Kerjaannya tidak banyak. Jadi ia akan bekerja selama beberapa tahun lalu menikah.
Hehe…ini sih Hye Sung memang minta dijitak ibunya ;p
“Jika kau bermalas-malasan dalam pekerjaanmu, maka kau akan menjadi pengacara Korea pertama yang dipukuli oleh ibunya. Apa kau mengerti?”
Ia lalu bertanya apakah Hye Sung telah mendapatkan tempat tinggal. Hye Sung berkata ia sudah menemukan tempat di dekat gedung pengadilan. Walau itu adalah apartemen di atap, terdapat dua kamar juga ada kamar mandi. Ibu mengeluh Yeonju letaknya cukup jauh. Ia bertanya apakah Hye Sung memiliki teman di kantor Penuntut Umum Yeonju. Hye Sung berkata ibunya tahu ia tidak memiliki teman saat kuliah. Ia bahkan tidak perlu teman.
Plakk! Haha….kepala Hye Sung lama-lama benjol sebelah kayanya XD
Sementara itu di kantor Penuntut Umum Yeonju, Sung Bin sedang diinterogasi oleh seorang petugas. Petugas itu mulai kesal karena Sung Bin menjawab ogah-ogahan. Hanya menggeleng dan mengangguk tak sopan.
Petugas berkata Sung Bin pasti iri karena Moon Dong Hee (nama asli Ssang Koo) diterima oleh sebuah agensi entertainmen. Itulah sebabnya Sung Bin membully Dong Hee dan menuduhnya menjalani operasi plastik (Ssang Koo itu julukan yang artinya hidung dobel –hidung hasil operasi plastik). Tapi itu tidak cukup hingga Sung Bin harus membunuhnya! Itu adalah fakta dan banyak saksinya.
“%$bnl@sa%hgh$kjk#%$*&^%,” sumpah serapah keluar dari mulut Sung Bin. Seorang penuntut umum cantik terkejut mendengarnya.
Sung Bin berkata ia bahkan tidak tahu Dong Hee ada di ruang musik. Ia kembali bergumam mengucapkan kata-kata kasar. Petugas yang menginterogasinya menggebrak meja dengan kesal.
“YAA! Memangnya dengan pura-pura bersikap tak bersalah akan berhasil? Lihat, semua temanmu menulis pernyataan ini!”
Sung Bin hendak merebut surat-surat pernyataa itu. Tiba-tiba penuntut umum cantik merangkul bahunya dan berkata ia akan mengambil alih mulai sekarang.
“Siapa kau?” tanya Sung Bin.
“Penuntut Seo, kau akan menginterogasinya sendiri?” tanya si petugas.
Penuntut Seo menyerahkan sebutir permen peppermint pada si petugas (petugas Yang) untuk menghilangkan bau mulut akibat minum jamu tradisional. Petugas Yang nampak malu sedangkan Sung Bin tertawa terbahak-bahak menertawakan nama si petugas yang mirip nama makanan.
Penuntut Seo mengajak Sung Bin duduk di mejanya. Ia memuji kuku Sung Bin yang terlihat sangat cantik. Ia juga memberi Sung Bin sandwich. Tentu saja Sung Bin lebih memilih diinterogasi oleh nona cantik pengertian ini daripada si petugas bau mulut.
“Jadi kau tidak tahu Moon Dong Hee ada di ruang musik?”
“Kau terus menyuruhku mengulang. Itu adalah lantai 4, jadi mungkinkah aku mendorongnya tanpa tujuan untuk membunuhnya?”
“Sepertinya begitu….jadi ini percobaan pembunuhan. Kau tidak terlihat seperti seorang pembunuh.”
Sung Bin tersenyum.
“Jadi kau juga tidak pernah membuatnya terasing, kan?”
“Ya, tentu saja tidak. Hal terburuk yang kulakukan padanya adalah memanggilnya Ssang Koo. Dan setelah itu, karena semua orang memanggilnya demikian, aku menganggapnya sebagi lelucon saja.”
“Jika kau memanggilnya Ssang Koo, apa semua orang tertawa?”
“Tentu saja mereka tertawa. Dari julukannya saja sudah jelas kan?” Sung Bin tertawa. “Karena ia menjalani operasi lipatan mata dan hidung. Ssang Koo- hidung dobel.”
Penuntut Seo tertawa.
“Tapi, apakah Moon Dong Hee juga tertawa saat kau menyebutnya Ssang Koo?”
“Apa?”
“Kaubilang itu gurauan. Gurauan seharusnya bukan untuk orang yang mengatakannya tapi untuk orang yang menerimanya, bukankah begitu? Jika ia tidak setuju dengan gurauan itu, berarti itu bukan gurauan…tetapi teror.”
“Teror?” Sung Bin mulai merasa tak nyaman.
Petugas Yang tersenyum. Interogasi sesungguhnya sudah dimulai.
Penuntut Seo berkata ia mengatakan itu agar Sung Bin tertawa. Tapi Sung Bin tidak tertawa. Kenapa? Ah…pasti itu teror.
Tatapan penuntut cantik itu tidak lagi bersahabat. Ia menatap tajam Sung Bin. Sung Bin terlihat takut.
“Kalau begitu aku juga seharusnya tidak bergurau. Mari kita mulai. Namamu Go Sung Bin, kan? Kau diselidiki atas percobaan pembunuhan terhadap Moon Dong Hee. Kau tahu itu, kan? Kau berhak tetap diam….”
Sung Bin melirik papan nama penuntut umum tersebut. Penuntut Seo Do Yeon. Masih ingat kan sama Do Yeon yang menuduh Hye Sung melukai matanya dengan kembang api? Dan Do Yeon yang omong besar ingin menjadi saksi kasus Su Ha namun pada akhirnya tidak pernah muncul? Yup, Do Yeon yang itu >,<
Murid-murid di kelas Sung Bin membicarakan kasus itu. Mereka hendak memperlihatkan surat kabar pada Su Ha. Tapi Su Ha tidak tertarik. Temannya berkata Su Ha tahu Sung Bin kan, gadis berambut orange yang menyukai Su Ha dan suka mengikutinya.
“Aku tidak tahu. Aku tidak peduli.”
Temannya menaruh surat kabar itu di hadapan Su Ha untuk memperlihatkan artikel tentang Sung Bin. Tapi perhatian Su Ha malah tertuju pada artikel di sebelahnya. Pengacara yang terpilih untuk menjadi Pengacara Distrik Yeonju.
Su Ha langsung mengamati foto Hye Sung yang terpampang di sana.
“Tidak mungkin….” gumamnya.
“Sudah kubilang kau akan terkejut,” ujar temannya. Sama sekali tidak tahu kalau Su Ha membaca artikel lain. Tapi mereka terkejut saat melihat Su Ha tersenyum lebar bagai menang lotere.
Bahkan Su Ha yang biasanya cool dan cuek tiba-tiba memeluk temannya dan terus berterima kasih. Ia langsung mengambil tasnya dan cabut dari sekolah.
“Apa ia berterima kasih karena Sung Bin tertangkap?” tanya Joon Ki kebingungan.
“Apa yang telah kulakukan?” ujar teman yang dipeluk Su Ha.
Su Ha berlari sekencang-kencangnya. Ia hampir terserempet motor. Tapi Su Ha malah mencium helm si pengendara motor. Akhirnya ia tiba di depan kantor pengacara umum distrik Yeonju. Su Ha kembali melihat foto Hye Sung di surat kabar yang dipegangnya.
“Kau tidak berubah sedikitpun,” ujarnya senang.
Di Lembaga Pemasyarakatan Distrik Yeonju….
Min Joon Guk, pembunuh ayah Su Ha, asyik menulis ayat-ayat Alkitab di buku catatannya.
“Joon Guk, kau akan bebas minggu depan, bukan? Apa kau sudah menemukan pekerjaan setelah kau keluar nanti?” tanya seorang teman satu selnya.
Joon Guk tersenyum. Ia berkata Pendeta Ah Leum telah mencarikan pekerjaan untuknya. Temannya berkata jalan kelaur memang benar-benar ada di Alkitab, apakah ia perlu membaca Alkitab juga. Ia meraih Alkitab Joon Guk lalu membalik-balik halamannya. Ia melihat sebuah artikel terselip di sana.
Artikel yang sama yang dibaca Su Ha hari ini. Pengacara yang terpilih untuk menjadi Pengacara Distrik Yeonju. Temannya bertanya apakah Joon Guk mengenal mereka (di sana terpampang foto Hye Sung dan Kwan Woo).
“Ya, aku memiliki hutang yang harus kubayar padanya,” ujar Joon Guk. Matanya tertuju pada foto Hye Sung. Ia tersenyum sinis. Hiiiyy…..
Hye Sung terbangun karena mimpi buruk mendengar tawa si pembunuh. Ia mengeluh mengapa ia harus bermimpi seperti itu padahal ini adalah hari pertamanya bekerja. Ia lalu berdandan rapi dan pergi bekerja. Meninggalkan apartemennya yang berantakan bak kapal pecah.
Kwan Woo menyapanya saat ia menunggu di persimpangan. Hye Sung mengacuhkannya dan berjalan pergi.
“Tunggu sebentar,” Kwan Woo memegang pundak Hye Sung.
“Kau bukan tipeku,” ujar Hye Sung, menepis tangan Kwan Woo dari pundaknya.
Kwan Woo mengeluarkan sesuatu dari tasnya lalu menyodorkannya pada Hye Sung.
“Apa ini milikmu?” tanyanya. “Aku menemukannya di busa.”
Aaaaah…kalau aku pasti sudah sembunyi di balik selimut saking malunya ;D
Tapi Hye Sung berhasil nampak biasa saja. Ia mengambil dompet itu dan berkata dompet itu bukan miliknya, tapi ia akan mencarikan pemiliknya untuk Kwan Woo.
“Apa yang kaubicarakan? Kartu asuransi di dalamnya adalah milikmu,” ujar Kwan Woo dengan suara keras. Lalu ia mengerti, “Aaaah! Kau bersikap seperti itu karena kau malu!!”
Kwan Woo terus berceloteh. Ia bertanya apa Hye Sung masih ingat padanya. Hye Sung pura-pura tidak ingat. Tapi Kwan Woo malah semakin bersemangat membuat Hye Sung ingat.
“Kita bertemu pada wawancara pengacara umum. Kau bahkan menarik kerahku meminta pertanyaan kisi-kisi. Apa kau tidak ingat?”
“Aku tidak ingat,” gumam Hye Sung kesal.
“Ahh..waktu itu aku tidak melihatmu dengan seksama. Ternyata kau cantik. Kau pernah dengar kau mirip dengan seseorang? Siapa itu ya….aktris luar negeri dengan mata besar. Ah benar! Jolie ! Jolie! Kau pasti sering mendengar orang berkata kau mirip Angelina Jolie kan?” kata Kwan Woo polos dengan suara keras.
Orang-orang yang mendengar tertawa cekikikan.
“Kecilkan suaramu,” ujar Hye Sung kesal.
Mereka masuk ke dalam lift yang penuh sesak.
Kwan Woo berkata kenapa ia harus mengecilkan suaranya, itu kan pujian. Itu artinya Hye Sung cantik.
“Oya… Nona Hye Sung…atau kupanggil Jang Byeon (Pengacara Jang)?”
Seisi lift berusaha menahan tawa. Kwan Woo menyadari panggilan itu kurang tepat karena terdengar aneh dan memberi pengertian yang salah. Jang-byun dalam bahasa Korea artinya pinjaman dari rentenir.
“Ah…Jjang Byeon terdengar bagus. Jjang (bagus) Byeon (pengacara)! Bagaimana?”
Hye Sung diam saja. Mendadak lift ini terasa begitu lama.
“Kurasa impianmu adalah menjadi pengacara umum sepertiku tapi kau menyangkalnya karena kau malu, benar kan? Aku langsung tahu saat melihat reaksimu mengenai dompet tadi. Kau tipe yang menyerah saat kau sebenarnya malu,” Kwan Woo menyikut Hye Sung.
Hye Sung memejamkan mata frustrasi.
Kwan Woo berkata ia juga sepertinya tahu kenapa Hye sung melamar menjadi pengacara umum di distrik Yeonju.
“Boleh kutebak? Pasti karena Pengacara Shin Sang Duk, kan?”
Ia tak mempedulikan Hye Sung yang terus mengacuhkannya. Ia berkata ia juga ke sini karena Pengacara Shin Sang Duk yang memiliki pengalaman 40 tahun sebagai pengacara umum. Ia telah menganggap Pengacara Shin sebagai teladannya seumur hidupnya.
“Kau juga sama, kan?”
“Bukan!!” Hye Sung akhirnya tak tahan lagi. “Bukan! Bukan! Kau bilang namamu Cha Kwan Woo, kan? Aku sama sekali tidak mirip Jolie. Aku juga tidak pernah bermimpi kita akan berada dalam kantor yang sama. Aku benci dipanggil Jjang-Byeon. Aku datang ke sini bukan karena Pengacara Shin Sang Duk. Seorang pengacara yang memakai gigi palsu dan alat bantu dengar di persidangan, tidak mungkin menjadi teladanku. Mengerti?!”
Trengg!! Sederet gigi palsu jatuh ke lantai. Seorang laki-laki tua menutup mulutnya, sementara pria muda di sebelahnya memungut gigi palsu itu, membersihkannya, dan menyodorkannya kembali ke si pria tua.
“Apa mungkin Anda Pengacara Shin Sang Duk?” tanya Kwan Woo.
Pengacara Shin mengangguk.
Kwan Woo menyikut Hye Sung agar minta maaf.
“Untuk apa?” sergah Hye Sung.
“Tidak apa-apa. Apakah ada yang perlu dimintai maaf saat ia mengatakan hal yang sebenarnya? Apa kalian pengacara umum yang baru?”
Kwan Woo buru-buru memperkenalkan dirinya dan Hye Sung. Pengacara Shin memperkenalkan pria muda di sebelahnya. Juru Tulis Choi Yoo Chang.
Kwan Woo dengan ramah menjabat tangannya dan mengucapkan halo. Juru Tulis Choi menoleh pada Hye Sung. “Aku juga,” ujar Hye Sung acuh tak acuh.
Pengacara Shin mengajak mereka masuk ke kantor. Ia akan menraktir minum kopi sebagai sambutan selamat datang. Kwan Woo segera mengikutinya. Juru Tulis Choi mendekati Hye Sung dan memberinya sebuah petunjuk.
“Pengacara Shin menyimpan dendam untuk waktu yang lama. Lebih baik kau minta maaf secepatnya.”
“Memangnya apa yang bisa ia lakukan? Apa ia akan menyisihkanku atau semacamnya?” gumam Hye Sung tak percaya.
Dan itulah yang terjadi. Hye Sung hanya diberi minum kopi instan sementara yang lainnya minum kopi dari kedai kopi bagus. Hye Sung mengambil tumpukan dokumen dengan kesal lalu mulai membuka-buka halamannya. Tapi ia agak kesulitan karena banyak kertas saling menempel. Karena itu ia mengangkat jempolnya untuk menjilatnya.
“Ahhh..jika kau hendak membalik kertas, jangan menjilat jarimu. Gunakan ini,” Pengacara Shin mengambil sesuatu. Ia berkata jika ia memakai bidet itu maka kertas bisa dibalik dengan mudah.
Lalu ia memakaikan bidet itu pada jempol Kwan Woo. Hye Sung melihat dengan kesal. Ia tahu Pengacara Shin sengaja melakukan itu di depannya.
Datanglah klien pertama untuk Kwan Woo. Klien itu didakawa dengan tuduhan perusakan sarana umum dan mengancam petugas dengan senjata. Dan klien itu seorang ahjumma bisu tuli.
Kwan Woo menyapa kliennya dengan bahasa isyarat. Pengacara Shin terkesan. Kwan Woo berkata ia juga mempelajari huruf braille. Ia mengajak kliennya masuk ke dalam ruangan.
Kemudian datanglah klien berikutnya. Sung Bin. Tebak siapa yang akan menjadi pengacaranya? Yup, Hye Sung.
Sementara itu Su Ha bagai pemuda yang sedang kasmaran. Ia mengaca di cermin sekolah dan berlatih kata-kata apa yang akan diucapkannya jika bertemu kembali dengan Hye Sung.
“Halo, aku Park Su Ha. Apa kau ingat padaku? Ahh..ia mungkin tidak ingat.”
“Lama tak jumpa, aku Park Su Ha. Haha. Itu terlalu biasa.”
“Aku rindu padamu, kak Hye Sung.” Dan Su Ha langsung bergidik.
“Lama tak jumpa, noona. Noona. Aughhh…itu terlalu aneh.”
Teman-temannya menganggap Su Ha mulai gila.
Apa yang terjadi jika seorang pengacara bahkan tak percaya pada kliennya? Bagaimana bisa seseorang membela orang lain padahal ia tidak percaya orang itu tidak bersalah?
Itulah yang terjadi pada Hye Sung dan Sung Bin. Sung Bin berkeras ia tidak bersalah. Sedangkan Hye Sung berkata ia mendengar pernyataan seperti itu dari semua orang.
Hmmm…apakah peristiwa masa lalu terlalu membekas di hatu He Sung? Dulu Joon Guk mengaku tak bersalah padahal jelas-jelas ia seorang pembunuh. Apa karena itu Hye Sung menganggap semua terdakwa sudah pasti bersalah? Kalau begitu untuk apa ia menjadi pengacara? Lagi-lagi muncul pertanyaan yang sama.
“Lihat, terlalu banyak buktinya. Kudengar kau berbohong dan berkata kau tak bersalah pada penuntut. Mungkin itu sebabnya kau dituntut dengan percobaan pembunuhan.”
“Tidak masuk akal. Percobaan pembunuhan?” protes Sung Bin.
“Kenapa tidak masuk akal? Teman yang selalu tidak kausukai duduk sendirian di jendela. Tidak ada orang lain di sana. Kau marah lalu mendorongnya. Tapi ia tidak mati. Ia dalam keadaan koma. Jika ia mati, maka itu pembunuhan. Karena ia masih hidup, maka disebut percobaan pembunuhan.”
Sung Bin tercengang dan frustrasi mendengar kata-kata Hye Sung.
“Ahjumma! Bukan, Oenni. Aku akui aku membullynya tapi aku juga ada batasannya. Aku tidak akan sejauh itu. Percobaan pembunuhan? Sudah kubilang aku tidak melakukannya!”
Diam-diam Pengacara Shin mendengarkan pembicaraan mereka.
Hye Sung berkata murid-murid lain melihatnya. Sung Bin berkata mereka semua bohong. Mereka sedang balas dendam padanya. Lagi-lagi kata kasar keluar dari mulutnya.
Hye Sung menutup file kasus Sung Bin. Ia berkata ia membela Sung Bin tanpa meminta sepeserpun dari Sung Bin. Jika Sung Bin bersikap seperti itu, ia tidak bisa membelanya. Apa Sung Bin ingin maju sendirian ke pengadilan tanpa pengacara?
Tepat saat itu, Kwan Woo keluar dari ruangan bersama kliennya. Kliennya khawatir, bagaimana jika hakim tak percaya padanya.
“Janga khawatir, ketulusan akan menang di pengadilan. Aku akan menang untukmu.”
Sang ahjumma memeluk Kwan Woo dengan penuh rasa terima kasih. Sung Bin menoleh, dengan tatapan penuh harap seandainya saja Kwan Woo yang jadi pembelanya.
Sementara itu Pengacara Shin nampak prihatin melihat kedua anggota barunya. Keduanya begitu bertolak belakang. Yang satu begitu tak peduli hingga tak percaya pada kliennya. Yang satu begitu peduli dan percaya membabibuta pada kliennya.
Hye Sung berkata bukti yang ada sudah cukup untuk mendakwa Sung Bin bersalah. Jika Sung Bin mengaku tak bersalah lalu terbukti sebaliknya, maka hukumannya akan semakin berat.
“Akui saja dan renungkan kesalahanmu, maka aku akan membela kasusmu sebagai tindak pidana ringan. Kau mungkin tidak perlu masuk penjara. Apa pilihanmu? Tindak pidana ringan dan akhiri semuanya atau terus berbohong kalau kau tidak bersalah?”
“Sudah kubilang aku tidak mendorongnya. Aku bahkan tidak tahu ia ada di ruang musik. Aku bukan penjahat,” Sung Bin menangis kesal dan frustrasi.
Ketiga pria dalam ruangan itu mulai berdiri menyimak.
“Apa kau akan terus seperti itu? Sementara teman-temanmu makan pizza dan bersenang-senang, apa kau ingin makan nasi dan kacang di penjara sendirian?”
Kwan Woo tak tahan lagi. Ia berkata daripada menuduh bukankah lebih baik mendengar penjelasan Sung Bin.
“Dia klienku,” potong Hye Sung.
“Aku tahu ikut campur adalah lancang.”
“Kalau begitu menyingkirlah.”
“Kita kan rekan sekerja. Apa menurutmu kita tidak bisa membahasnya?”
“Kurasa tidak.”
“Kenapa? Kita bekerja di tempat yang sama, jadi kita adalah tim.”
“Bukan,” sahut Hye Sung singkat.
Ia meminta Sung Bin memutuskan. Tak bersalah atau bersalah? Tapi ia tidak akan menanggung akibatnya.
Kesal dan marah, Sung Bin bangkit berdiri.
“Baik. Aku akui! Kau puas?!!!!,” Teriak Sung Bin. Ia lalu menangis keras di kursinya.
Hye Sung duduk dengan tenang seakan tak terjadi apapun. Yoo Chang yang berbaik hati memberikan sekotak tissue untuk Sung Bin dan menepuk pundaknya.
Malam itu ketiga pria pulang lebih dulu sementara Hye Sung masih bekerja di kantor. Kwan Woo masih memikirkan kejadian tadi. Ia bertanya pada Pengacara Shin ucapannya tadi tidak salah kan.
“Tentu saja.”
“Bukan hanya kantor pengacara yang bisa membentuk tim. Kita (pengacara umum) juga bisa membentuk tim.”
“Tentu saja.”
“Penuntut umum memiliki hierarki yang tersusun di kantor mereka. Jika kita mau melawan mereka, kita harus memiliki tim.”
“Tentu saja.”
“Dan walau semua orang tidak percaya pada terdakwa, bukankah pengacara harus percaya pada mereka?”
Yoo Chang dan Pengacara Shin terdiam. Kwan Woo bertanya apakah Pengacara Shin tidak percaya pada terdakwa yang dibelanya. Pengacara Shin berkata ia berusaha mempercayai mereka. Tapi kadangkala, mempercayai terdakwa juga bisa menjadi masalah.
Kwan Woo tidak sependapat. Seorang pembela harus 100% percaya pada orang yang dibelanya.
“Tapi jika kau seperti itu dan ternyata mereka bersalah, kau akan sulit menjadi pembela mereka,” ujar Yoo Chang.
“Mereka tidak akan berbohong. Jika kau lihat mereka, kau pasti tahu,” kata Kwan Woo yakin.
“Ooo..kau lihat dan langsung tahu? Aku benar-benar iri. Aku sudah 40 tahun bekerja,dan aku masih belum tahu,” kata Pengacara Shin.
Hye Sung menulis dokumen pembelaannya. Ia akan menyatakan Sung Bin mengaku bersalah. Tapi kata-kata Sung Bin tadi tiba-tiba mengingatkannya pada dirinya di masa lalu. Saat ia dituduh melukai mata Do yeon padahal ia tidak melakukannya.
“Ah…aku benci perasaan seperti ini,” gumamnya.
Su Ha menunggu Hye Sung di depan gedung. Ia membaca penjelasan mengenai pekerjaan Pengacara Umum.
“Hanya 1% dari pengacara di negara ini yang menjadi Pengacara Umum. Mereka membela yang miskin, anak muda, orang cacat dan orang-orang yang kesulitan mendapat pengacara. Bukan untuk uang tapi untuk keadilan.”
Su Ha tersenyum, teringat pada Hye Sung yang menyatakan kebenaran di waktu lalu. Menurutnya Hye Sung telah memilih pekerjaan yang cocok. Menjadi pembela kebenaran dan keadilan. Sigh…andai ia tahu >,<
Ia melihat Hye Sung berjalan keluar. Tapi bukannya keluar, Hye Sung malah jalan berputar-putar mengikuti pintu putar. Ia tampak sedang merenung. Su Ha memandang matanya dan mendengar pikiranya.
“Kepalaku hampir pecah. Mari kita lupakan secepatnya. Lupakan saja, Hye Sung.”
Hye Sung berjalan pulang. Su Ha diam-diam mengikutinya. Saat naik bus, Su Ha sempat memeganginya saat Hye Sung hampir terjatuh. Tapi Hye Sung berterima kasih tanpa melihat siapa yang telah menolongnya.
Su Ha berdiri berdampingan dengan Hye Sung di dalam bus. Sesekali ia melirik Hye Sung sambil tersenyum. Hye Sung sama sekali tidak menyadarinya.
Mereka tiba di dekat tempat tinggal Hye Sung. Tapi Hye Sung mengambil jalan memutar. Su Ha membaca pikirannya. Ternyata Hye Sung tidak mau berjalan di jalan yang gelap. Dan lampu jalan di jalan itu rusak. Su Ha terus mengikuti Hye Sung hingga ke depan rumahnya.
Hye Sung mendapat telepon dari ibunya. Ibunya tahu ada tiga pria di kantor Hye Sung. Apakah salah satunya bisa dikencani?
“Tidak. Sudah pasti tidak. Mereka orang terparah yang bisa bekerja denganku.”
“Apa mereka meremehkanmu karena kau wanita?”
“Bukan. Mereka terlalu banyak bicara dan membuatku lelah.”
Ibu Hye Sung jadi khawatir mendengar suara Hye Sung yang terdengar letih. Ia bertanya apakah ia perlu datang.
Hye Sung beralasan ia lelah karena lampu jalan mati hingga ia berjalan memutar. Ia benci gelap.
Tapi tiba-tiba ia melihat lampu jalan menyala. Mana ada orang memperbaiki lampu jalan semalam ini? Ibunya menyuruh Hye Sung segera tidur dan tidak memikirkannya lagi.
Hye Sung mengakhiri teleponnya dengan ibunya lalu berjalan ke balkon. Lampu jalan benar-benar telah diperbaiki. Ia melihat seorang pemuda berjalan pergi.
Su Ha berbalik dan melihat Hye Sung berdiri di balkon. Ia tersenyum lalu berbalik pergi. Sementara Hye Sung mengira Su Ha adalah pegawai pemerintah yang memperbaiki lampu.
Komentar:
Huaaa…bikin sinopsis drama ini ngga pernah bisa pendek >,<
Su Ha telah menemukan Hye Sung. Tapi Hye Sung yang sekarang sama sekali bertolak belakang dengan gambarannya mengenai Hye Sung selama ini. Apakah ia akan kecewa? Atau ia akan tetap memuja Hye Sung?
Aku melihat tim yang menarik di kantor Hye Sung. Jika Hye Sung suatu saat nanti bisa berbaur dengan mereka, pasti akan menyenangkan ;p
Daebak.. (ง'̀⌣'́)ง
BalasHapusGumawo Fanny.. Semangat yeaa.. Lanjuuut.. *,*
(Vi)
lanjutkan....
BalasHapushyesung minta aja sama ibu ny kalo mukul kepala gantian gitu, jd kan gg benjol sebelah, hehe.
BalasHapusmakin gede, makin sering dipukulin ternyta. hehe
yang jd ibu ny hyesung yang jd ibu kandung ny eunsu d endless love bkn sih?
suka :)
BalasHapusAja.. Ajaa.. Hwaiting (ง'̀⌣'́)ง
BalasHapus(Vi)
Aaaaa..Suka bgt sama dramakorea ini..haha..aku pikir bakal menegangkan bgt tp trnyata lucu abis..hehehe malah ktawa mlulu...makasih mba fanny ya..mga ttetep smgt:)
BalasHapus-Rena-