Kwan Woo teringat para ledekan Hye Sung setelah sidangnya tadi. Ia kembali kesal. Menurutnya jika terdakwa tidak berarti apa-apa bagi Hye Sung maka seharusnya Hye Sung menjadi penuntut, bukan menjadi pembela.
Ia tahu sekarang sedang berlangsung sidang pertama Hye Sung sebagai Pengacara Umum. Ia memutuskan untuk menyaksikan sidang ini. Jika ia melihat Hye Sung tidak menganggap kasus ini dengan serius, ia berniat melaporkan Hye Sung ke Kantor Administrasi Persidangan.
Ia masuk ke dalam ruang sidang, tepat saat Hakim menanyakan pembelaan Hye Sung. Hye Sung sedang menatap Su Ha.
“Lihat, dia seperti membeku,” gumam Kwan Woo sinis. Sudah pasti ia akan mengajukan pengakuan bersalah, ujar Kwan Woo sambil meniru gaya Hye Sung.
Hye Sung bangkit berdiri. Tanpa disangka Kwan Woo sama sekali, Hye Sung menolak semua tuduhan terhadap terdakwa. Terdakwa mengajukan permohonan tidak bersalah. Kwan Woo duduk tegak di kursinya.
Persidangan berlanjut. Do Yeon mengemukakan argumentasinya. Terdakwa (Sung Bin) menyanggah telah membully korban (Moon Dong Hee alias Ssang Koo) dan mengatakan itu hanya gurauan. Apakah itu benar-benar hanya gurauan?
Sung Bin duduk gelisah di kursinya. Do Yeon membacakan isi pesan sms Sung Bin pada Dong Hee. Isinya seluruh perkataan sumpah serapah hingga seluruh orang yang mendengarnya ternganga.
Giliran Hye Sung mengajukan argumentasinya. Ia berkata hanya karena Sung Bin melontarkan kata-kata kasar bukan berarti ia bersalah. Kata-kata umpatan bisa berarti lain di jaman sekarang.
“Misalnya: hei kau, jalang! Jama sekarang, ini sama saja artinya dengan : hei, teman!” ujarnya.
Semua bengong, kecuali Sung Bin yang manggut-manggut setuju. Pfftt…
Su Ha membaca pikiran Hakim Kim atas pembelaan Hye Sung tadi. Hye Sung meliriknya. Su Ha memberi tanda silang dan menggeleng, pembelaan tadi tidak berhasil mendapat simpati hakim.
Pemeriksaan saksi pertama. Ia adalah siswa pertama yang menemukan Dong Hee tergeletak di tanah dan melihat Sung Bin di jendela.
“Saudara saksi, apakah Anda melihat terdakwa mendorong korban keluar dari jendela?”
Siswa itu mengangguk membenarkan. Ia berkata ia berlari ke sana karena mendengar perkelahian antara Sung Bin dan Dong Hee. Lalu ia mendengar sudara “Bluk!”. Saat ia melihat, Dong Hee sudah terkapar di kebun.
Hye Sung mengerutkan kening mendengarkan perkataan saksi itu. Gilirannya menanyai saksi.
“Kau bilang kau melihat setelah mendengar suara “Bluk!”, benar kan?”
Siswa itu mengangguk.
“Kalau begitu kau tidak melihat terdakwa mendorong korban, benar kan?”
Siswa itu kebingungan.
“Kau bilang kau melihat korban setelah bunyi benda terjatuh. Kutanyakan lagi, apakah kau melihat dengan maya kepalamu sendiri Sung Bin mendorong Dong Hee dari jendela?”
“Tidak, tapi itu sama saja kan! Bukankah melihatnya sama saja dengan melihat langsung kejahatan?” tanya siswa itu.
Tentu saja berbeda. Jika siswa itu melihat Dong Hee setelah bunyi benda terjatuh, artinya tidak mungkin ia melihat langsung Sung Bin mendorong Dong Hee. Dan Su Ha “melihat” Hakim Kim pun merasa pembelaan Hye Sung masuk akal. Su Ha memberi tanda “lumayan” pada Hye Sung. Hye Sung tersenyum senang.
Do Yeon berkata yang terpenting dalam kasus seperti ini adalah niat terdakwa. Terdakwa berkali-kali menyatakan ingin membunuh Dong Hee.
Hye Sung berkata jika pernyataan seperti itu bisa dijadikan bukti, maka seluruh sekolah juga bisa bertanggung jawab untuk “pembunuhan”.
“Menurut logika Penuntut, seorang guru yang berkata: ‘aku akan membunuhmu jika nilaimu turun’ juga bertanggungjawab untuk pembunuhan,“ ujar Hye Sung.
Hakim Kim mengangguk. Su Ha memberi tanda Ok pada Hye Sung.
Hye Sung semakin percaya diri dan berbagai ide pembelaan pun bermunculan di kepalanya. Ia berkata jika Dong Hee jatuh karena didorong maka seharusnya yang paling awal terbentur adalah kepala. Tapi luka-luka yang diderita Dong Hee hampir semuanya di bagian kaki.
Su Ha menatap Hye Sung. Ia telah menemukan Hye Sung yang sama seperti 10 tahun lalu. Seorang gadis pemberani yang menyatakan kebenaran. Ia tersenyum.
Do Yeon kehabisan bahan untuk pembelaan. Ia kembali menyatakan di ruang musik hanya ada Sung Bin dan ada saksi yang melihat keduanya bertengkar. Tapi Hye Sung berkata bukti seperti itu tidak dapat diajukan untuk membuktikan telah terjadi percobaan pembunuhan atas Dong Hee. Ia bahkan menyatakan Undang-undang yang mendukung pembelaannya tersebut.
Hakim mengangguk. Kwan Woo terkesan dengan pembelaan Hye Sung. Hakim bertanya apakah Do Yeon masih ingin menyatakan sesuatu.
“Pengacara pembela telah menegurku habis-habisan. Bukti nyata yang berkaitan langsung dengan kejahatan diperlukan untuk membuktikan niat dari kejahatan itu. Aku melewatkan aturan itu. Karena itu jika sidang mengijinkan,aku ingin mengajukan Dong Hee ke kotak saksi,” kata Do Yeon.
Rupanya Dong Hee sudah sadar dari komanya namun tidak diajukan sebagai saksi hari ini karena kondisinya masih lemah. Berlawanan dengan reaksi yang diharapkan Do Yeon, Sung Bin malah merasa lega dan senang karena Dong Hee pasti akan menyatakan yang sebenarnya bahwa ia tidak mendorongnya.
Hakim memutuskan mereka rehat sejenak sambil menunggu kedatangan Dong Hee.
Hye Sung senang sekali atas keberhasilannya di sidang barusan. Tiba-tiba ia mendapat sms berisi: I’ll be there. Dari nomor tak dikenal. Hye Sung bertanya-tanya siapa pengirim pesan itu.
“Hei, permen karet!” serunya sambil menghampiri Su Ha. “Kau seperti monster tapi kau cukup membantu.”
“Perlukah kau mengatakan terima kasih dengan cara seburuk itu?”
“Nanti di sidang berikutnya kau lakukan lagi ya.”
“Dengan gratis? Di sini,” Su Ha menunjuk pipinya. Ia memberi isyarat bahwa pipi Hye Sung tercoret spidol.
Tapi Hye Sung salah mengerti. Ia mengira Su Ha meminta ciuman di pipi. Ia mencium tangannya lalu menempelkannya di pipi Su Ha.
“Terima kasih. Puas?” tanyanya.
Su Ha terkejut, apa yang baru saja Hye Sung lakukan. Hye Sung berkata ia tidak bisa memberi ciuman jadi segitu sudah cukup.
“Ciuman apaan? Di pipimu ada coretan spidol. Coretan spidol.”
Dengan cuek Hye Sung menjilat jarinya lalu menggosok ke pipinya untuk menghilangkan noda spidol. Su Ha beranjak pergi.
“Mau ke mana?” tanya Hye Sung.
“Mencuci wajahku,” gerutu Su Ha.
Padahal setelah agak jauh Su Ha senyum-senyum dengan jantung berdebar.
“Jang Hye Sung…..”
Su Ha terpaku. Ia mengenal “suara” itu.
“Anak itu telah menjadi Pengacara Umum. Ini semakin menarik.”
Su Ha mengenal suara itu walau sudah berlalu 10 tahun lamanya. Suara pikiran si pembunuh. Min Joon Guk.
Dan itu artinya pembunuh itu ada di ruangan yang sama dengannya. Su Ha berlari mencari si pembunuh. Ia sempat melihat punggung seorang pria yang mirip dengan Min Joon Guk. Namun ia salah mengenali orang. Min Joon Guk memang ada di ruangan itu, tapi tidak berpapasan dengan Su Ha.
Kwan Woo yang sangat terkesan dengan penampilan Hye Sung di sidang tadi, dengan bersemangat menceritakan apa yang terjadi pada Pengacara Shin dan Yoo Chang. Pengacara Shin berkata Hye Sung tidak punya sopan santun tapi tidak disangka ia bertarung seperti ayam (maksudnya: bertarung dengan sangat tangguh).
“Aissh…bukan seperti ayam tapi seperti pejuang wanita,” sanggah Kwan Woo. “Seperti Jeanne d’Arc (pahlawan wanita dari Prancis).”
Ibu Hye Sung membuka pintu kantor. Yoo Chang dan yang lainnya mengira ibu Hye Sung datang untuk mencari bantuan pengacara umum. Ibu Hye Sung memperkenalkan namanya dan mengatakan ia adalah ibu Hye Sung.
Ketiga teman sekantor Hye Sung itu langsung membungkuk sopan pada ibu Hye Sung.
Sementara itu sidang dilanjutkan. Dong Hee hadir untuk memberikan kesaksiannya walau ia masih mengenakan penyangga leher dan kursi roda. Hye Sung merasa percaya diri.
Sung Bin melambaikan tangannya dengan ramah pada Dong Hee. Tapi Dong Hee memalingkan wajahnya dengan penuh kemarahan. O-ow.
Do Yeon mulai menanyai Dong Hee. Ia bertanya apakah ada orang lain di sana yang mendorong Dong Hee dari jendela ruang musik. Dong Hee menunduk sedih.
“Iya,” jawabnya.
Hye Sung dan Su Ha terkejut.
“Orang itu bersama kita di sini, benar kan?” tanya Do Yeon. Hye Sung dan Su Ha menanti dengan cemas.
“Iya,” jawab Dong Hee.
Hye Sung yang tak mengira hal seperti ini akan terjadi, segera berdiri untuk mengajukan keberatan. Tapi Do Yeon bertanya pada Dong Hee siapa pelakunya.
Dengan takut-takut Dong Hee menunjuk Sung Bin.
Sung Bin tidak terima. Ia langsung berdiri, melepas wignya dan memaki Dong Hee. Kata-kata sumpah serapah berhamburan keluar dari mulutnya. Hye Sung berusaha menenangkannya dan berusaha menutup mulut Sung Bin dengan tangannya. Tapi Sung Bin yang emosi malah hendak menyerang Dong Hee. Para petugas berusaha mengamankannya. Sung Bin berteriak-teriak histeris.
Saat Dong Hee dibawa keluar dari ruang pengadilan, Su Ha menatap matanya.
“Aku tidak akan pernah bisa mengatakannya. Jika aku mengatakan yang sebenarnya mengapa aku jatuh, semuanya akan berakhir bagiku.”
Sidang ditunda karena kericuhan itu. Do Yeon membereskan barang-barangnya dengan tenang. Sementara Hye Sung tertunduk lesu. Tentu saja Do Yeon tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengejek Hye Sung. Ia berkata Hye Sung tidak perlu menyalahkan diri sendiri dan telah bekerja dengan baik.
Su Ha menunggu Hye Sung di luar. Saat ia melihat Hye Sung, ia segera berlari menghampiri dan berkata ia tadi sempat melihat mata Dong Hee.
“Menyingkirlah!” batin Hye Sung sambil mendelik kesal pada Su Ha. “Jangan pernah muncul di hadapanku lagi.”
Su Ha tertegun, sementara Hye Sung berjalan melewatinya.
Ibu Hye Sung membawakan makanan untuk Hye Sung dan teman-teman sekantornya. Ibu Hye Sung berkata Hye Sung orang baru di kantor ini, pasti Hye Sung bersikap kaku dan judes pada yang lainnya. Yoo Chang hampir membenarkan tapi Kwan Woo buru-buru memotong. Walau di luar Hye Sung terlihat judes, sebenarnya hatinya tidak seperti itu.
Tentu saja ibu Hye Sung senang mendengar perkataan Kwan Woo. Ia langsung menggenggam tangan Kwan Woo.
“Astaga, kau mengerti. Anakku melewati jenjang SMA, jadi ia kekurangan kemampuan bersosialisasi. Walau di luar ia terlihat berduri, tapi di dalam hatinya ia sangat baik.”
Kwan Woo mengangguk. Tiba-tiba terdengar suara keras Hye Sung di luar.
“Tutup mulutmu! Aku sudah menyuruhmu pergi!”
Ternyata Hye Sung sedang memarahi Su Ha yang terus mengikutinya. Ia berkata ini salah Su Ha. Jika saja ia tidak mengubah pembelaannya dan tetap menggunakan pengakuan bersalah, semuanya tidak akan sejauh ini.
“Mengapa ia harus mengakui hal yang tidak ia lakukan?” tanya Su Ha.
Hye Sung berkata kenyataannya sekarang Sung Bin akan masuk penjara dan ia dipermalukan di depan Penuntut Umum. Su Ha menegaskan Dong Hee tidak didorong Sung Bin tapi tidak sengaja terjatuh. Dong Hee berbohong.
Hye Sung sama sekali tidak menyadari ibunya dan rekan-rekan sekantornya berdiri di belakangnya. Ia menyuruh Su Ha berhenti bicara. Ia tidak perlu perkataan Su Ha seperti itu.
“Apa yang tidak kauperlukan? Mengapa kau menyerah tanpa mencoba?” ujar Su Ha.
“Apa kau harus ke Himalaya untuk merasakan dingin? Apa kau perlu melompat ke dalam api untuk merasakan panas? Saksi sudah maju bersaksi, apa lagi yang bisa kulakukan? Tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Game over.”
“Apa kau mau dipukuli sampai mati?!” bentak ibu Hye Sung.
Semua orang terkejut. Haha…Pengacara Shin sampai cegukan saking kagetnya.
“Ibu, mengapa kau di sini?” tanya Hye Sung.
Hihi...Pengacara Shin berusaha menahan cegukannya. Tidakk menyangka ibu Hye Sung segalak itu.
“Kau sedang beromong kosong saat ini! Menjadikan hidup seseorang sebagai game bukanlah hal yang boleh dilakukan seorang pengacara.”
Hye Sung berkata ibunya tidak tahu apapun. Apa ibunya tahu ia dipermalukan di depan siapa?
“Mengapa aku harus tahu?”
“Do Yeon. Seo Do Yeon.”
“Memangnya kenapa?”
“Ibu! Apa ibu tidak ingat? Seo Do Yeon yang telah mengusir kita berdua ke jalanan.“
“Iya, terus kenapa?!”
“Aku dipermalukan di depan gadis itu yang baru pertama lagi kulihat setelah 10 tahun.”
“Aku yang sedang dipemalukan saat ini!” ujar ibu Hye Sung. “Aku telah membual pada para tetangga bahwa puteriku telah menjadi seekor naga. Tapi sepertinya tidak benar. Puteriku telah menjadi cacing. Bukankah begitu?”
Hye Sung terdiam. Ibu Hye Sung pergi dengan kecewa. Kwan Woo mengejarnya. Ibu Hye Sung meminta maaf, ia beralasan ada keperluan lain dan akan pergi. Sebelum pergi ia sempat memarahi Hye Sung lagi.
“Aku seharusnya menurunkan semua poster dan spanduk. Aku juga sebaiknya berhenti bekerja. Aku tidak sanggup berjalan di sekitar rumah sedetikpun karena aku sangat malu. Aigoo, pengacara seperti apa kau ini!”
Su Ha merasa kasihan pada Hye Sung dan melihat ibu Hye Sung.
“Apa lihat-lihat!” bentak ibu Hye Sung. Ia pergi dari sana.
Hye Sung diam terpaku di tempatnya berdiri. Malu, sedih, dan kesal bercampur menjadi satu.
Pengacara Shin mengunjungi seorang napi di penjara. Tampaknya mereka berhubungan dekat karena Pengacara Shin menceritakan tentang Hye Sung dan ibunya pada napi itu. Mendengar Hye Sung berusia sekitar 27-28 tahun, napi itu terdiam.
“Ga Yeon-ku juga seharusnya berusia sama,” katanya . Ia teringat pada puterinya.
Pengacara Shin membenarkan. Ia mengalihkan percakapan mereka dengan meneruskan permainan yang sedang mereka mainkan. Permainan Bingo dengan nama selebritis Korea. He…patut dicoba tuh^^
Napi itu bertanya apakah seorang pria bernama Min Joon Guk sempat datang ke kantor pengacara umum. Hmmm…rupanya napi ini adalah napi yang satu sel dengan Joon Guk.
“Tidak, siapa dia? Memangnya kenapa?”
“Dia baru dilepaskan dari penjara. Sepertinya ia kenal dengan pengacara baru di kantormu. Dia bilang ada hutang yang harus ia bayar pada pengacara itu.”
Sayangnya, Pengacara Shin tidak mengenal nama Min Joon Guk.
Hye Sung berjalan pulang ke rumahnya. Ia terus memikirkan kata-kata Sung Bin pada Dong Hee di ruang sidang tadi setelah Dong Hee menuduh Sung Bin mendorongnya.
“Jika kau tidak mati, kau seharusnya hidup dengan baik! Mengapa kau merusak hidup orang lain dengan berbohong! Lepaskan aku!”
Ia juga teringat kata-kata ibunya tadi dan kata-kata Do Yeon.
Saat ia merenung, tiba-tiba ia dihadang beberapa anak SMA. Rupanya mereka anak-anak SMA yang bolanya pernah dilempar Hye Sung ke jalan. Sekarang mereka marah karena waktu itu bola mereka hancur. Apa Hye Sung ingat?
“Aku tidak ingat,” ujar Hye Sung berusaha cuek. Tapi ia jadi takut juga karena anak-anak SMA itu mengikutinya. Ia berjalan semakin cepat lalu berlari. Anak-anak SMA itu mengejarnya.
Tapi Hye Sung menemui jalan buntu. Ia tidak bisa lari lagi dan benar-benar tersudut. Ia mengancam anak-anak itu akan mendapat hukuman berat jika bertingkah macam-macam. Tapi anak-anak SMA itu tidak nampak takut.
Seseorang menghampiri mereka. Hye Sung gembira saat melihatnya. “Hei, permen karet!” serunya dengan wajah memohon.
Para anak SMA itu berbalik melihat siapa yang datang. Su Ha duduk dengan tenang di tangga. Hye Sung menyuruh Su Ha memanggil polisi atau bala bantuan.
“Berjanjilah padaku, maka aku akan menyingkirkan mereka untukmu,” ujar Su Ha.
“Janji apa?”
“Kau tidak akan menyerah mengenai Sung Bin.”
“Astaga, mengapa kau membahas ini sekarang?”
Su Ha bangkit berdiri dan beranjak pergi.
“Aku tidak akan menyerah! Pasti!” seru Hye Sung. “Dan lagi sejak awal aku tidak akan menyerah.”
Para anak SMA itu kesal karena kurang perhatian, dicuekin oleh Hye Sung dan Su Ha. Tapi salah satu dari mereka mengenali Su Ha. Su Ha adalah orang yang bahkan bisa mengalahkan Joong Ki. Su Ha dengan tenang meregangkan tubuhnya sementara para berandalan itu mulai ketakutan.
Mereka beralasan sekarang sudah malam dan mereka harus pergi les. Jadi mereka akan berbicara dengan Su Ha nanti. Su Ha menghalangi mereka dengan mengangkat satu kakinya.
“Aku ingin bicara dengan kalian sekarang.”
“Aa…tapi waktunya tidak tepat. Kami harus pergi les sekarang,” kata salah satu dari mereka.
Su Ha mengangguk dan membiarkan mereka pergi dengan berjalan melewati bawah kakinya. Walau merasa terhina, mereka pergi. Hye Sung terbengong-bengong.
“Begitu saja?”
“Karena aku sudah menyelesaikan mereka, jangan lupa dengan janjimu. Kau harus bertanggung jawab mengenai Sung Bin sampai akhir.”
“Penyelesaian macam apa ini?”
Su Ha mengedikkan bahunya lalu tersenyum.
Mereka berjalan pulang bersama. Dari Su Ha, Hye Sung tahu kalau Dong Hee terjatuh setelah berpegangan dari luar jendela. Tapi mengapa Dong Hee bergantungan di jendela? Su Ha tidak tahu, ia juga ingin tahu lebih banyak tapi ia tidak sempat membaca pikiran Dong Hee lebih lanjut.
“Ia bergantungan di jendela? Bagaimana aku bisa membuktikannya? Menghadirkan kembali Dong Hee di pengadilan? Tidak, jika ia berbohong lagi maka akan terjadi bencana. Aku harus mencari bukti. Bukti…”
Su Ha tersenyum mendengar pikiran Hye Sung. Ia berkata tadinya ia mengira Hye Sung benar-benar menyerah mengenai Sung Bin. Hye Sung berkata ia melanjutkan bukan karena Su Ha jadi Su Ha jangan sombong dulu.
“Masuklah,” kata Su Ha saat mereka sampai di depan rumah Hye Sung.
“Hei, permen karet. Sebenarnya tadi kau tidak terlalu menolongku, tapi…terima kasih..ehem…”
Hye Sung buru-buru masuk. Setelah di dalam, ia baru menyadari sesuatu. Bagimana Su Ha bisa tahu di mana rumahnya?
Ia menerima sms lagi. “I’ll be there”. Hye Sung melihat ke balkon ke arah Su Ha. Su Ha menoleh sebentar. Hye Sung yakin pengirimnya pasti Su Ha.
Keesokan harinya, Hye Sung melihat Pengacara Shin memberi banyak petunjuk pada Kwan Woo dalam mencari bukti-bukti. Ia menaruh berkasnya di meja dan meminta Pengacara Shin membantunya.
“Tidak mau. Kenapa aku harus membantumu, pengacara hebat? (Jjang = hebat, plesetan dari Jang – nama Hye Sung)” Pengacara Shin bergeser menjauhi Hye Sung.
Hye Sung tidak menyerah. Ia berkata satu-satunya bukti adalah kesaksian korban tapi korban terus berbohong.
“Apa yang ku….”
“Aigooo….baterai alat bantu dengarku baru saja mati. Aku tidak dengar apapun mulai sekarang.”
Hye Sung tidak kehilangan akal. Ia menulis. “Aku minta maaf atas sikapku selama ini. Tolong bantu aku.”
Pengacara Shi duduk menjauh.
Hye Sung menulis: Mulai sekarang aku akan membuatkanmu kopi, Pengacara Shin.
Mereka terus berputar-putar mengitari meja. Pengacara Shin menegaskan ia tidak bisa membantu Hye Sung lalu pergi.
“Pengacara Jang, apakah aku bisa membantumu? Aku cukup terkenal dalam penyelidikan lapangan saat aku masih menjadi polisi,” kata Kwan Woo.
“Lupakan!” seru Hye Sung kesal. Ia kembali ke mejanya.
Kwan Woo jadi kesal, apalagi Hye Sung menghabiskan post-itnya karena terus menerus menulis pada Pengacara Shin. Ia juga kembali ke mejanya.
Hye Sung diam-diam bergeser ke meja Kwan Woo. Ia bertanya bagaimana Kwan Woo membantunya. Kwan Woo dengan bersemangat berkata ia memiliki beberapa trik untuk mengumpulkan bukti saat ia masih menjadi polisi.
“Apa ini yang namanya trik?” ujar Hye Sung.
Mereka di sekolah Su Ha. Back to high school. Lengkap dengan seragam XD
Kwan Woo berkata mereka harus menggali kehidupan sehari-hari korban dan terdakwa. Karena keduanya murid sekolah tentu saja mereka harus mulai dari sana. Hye Sung bertugas menanyai para murid sementara ia akan menyelidiki TKP.
Hye Sung pergi ke kelas Sung Bin. Ia melihat dua orang siswi membicarakan kasus Sung Bin. Ia langsung menghampiri mereka dan ikut berkomentar. Kedua siswi itu menatapnya dengan aneh. Hye Sung mengeluarkan aegyonya dan berusaha bergaya imut. Ia mengaku bernama Jang Ye Ri, murid pindahan baru.
Untunglah kedua siswi itu tidak curiga. Hye Sung bertanya apakah Sung Bin yang memulai bully pada Dong Hee. Kedua siswi itu membenarkan. Bahkan Sung Bin yang membuat julukan Ssang Koo.
“Memangnya kenapa ia dikucilkan? Apa salahnya?”
“Apa salahnya?” kedua siswi itu bingung. “Terlalu hebat itu dosa. Jika seseorang terlalu cantik itu jadi menyebalkan, tahu?”
“Belum lagi dia pintar,” kata salah seorang dari mereka. “Dengan beasiswa penuh, kudengar ia melompat dua kelas.”
“Apa kalian juga mengucilkannya karena hal itu?” tanya Hye Sung.
“Tidak juga. Tapi jika kami tidak bergabung, kami juga akan dikucilkan.”
Kwan Woo pergi ke ruang musik dan mulai menyelidiki.
Hye Sung menanyai murid-murid lain. Apakah Dong Hee ada keinginan untuk mengakhiri hidupnya? Siswi yang ditanya menjawab tidak mungkin. Dong Hee baru saja membuat kontrak dengan agensi entertainment. Untuk apa ia ingin mati?
“Kalau begitu kenapa ia ke ruang musik? Kudengar ia tidak punya teman.”
“Dia tiap hari bermain piano di ruang musik. Atau menonton video pelajaran di ruang komputer.”
Su Ha terkejut saat melihat Hye Sung ada di sekolah. Ia tersenyum senang.
Kwan Woo berdiri di bawah jendela ruang musik. Tempat Dong Hee tergeletak. Ia mencari-cari di sekitar tempat itu dan menemukan pemantik gas beserta puntung rokok bekas.
Hye Sung pergi ke ruang komputer. Hye Sung berpikir di mana ia mencari tempat duduk Dong Hee. Su Ha yang mendengar pikiran Hye Sung, menunjukkan tempat di mana Dong Hee biasa duduk.
“Benarkah?!” seru Hye Sung senang. Ia heran saat melihat Su Ha. Su Ha tak bisa menahan gelinya melihat Hye Sung dalam pakaian seragam.
“Aku tahu, aku juga malu,” sergah Hye Sung. Ia menyuruh Su Ha pergi, ia yang akan mengambil alih.
Tapi begitu duduk di depan komputer, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
“Kenapa? Apa kau tidak tahu bagaimana cara melihat riwayat pencarian internet?”
Hye Sung berpura-pura tahu. Tapi Su Ha mendengar pikirannya.
“Riwayat pencarian internet? Bukannya itu yang dilakukan para hacker?”
Su Ha turun tangan…in a most romantic way *giggling*
Tapi Hye Sung yang cuek tentu saja tidak berpikir ke arah sana. Ia memelototi layar komputer di depannya.
“Wah, daebak…sampai sedetail ini?”
Su Ha memberitahu kapan waktu Dong Hee biasa menggunakan komputer ini. Tanpa mempedulikan protes Hye Sung karena ia terlibat dalam penyelidikannya, ia menunjukkan ada hal yang aneh dari riwayat browsing internet Dong Hee. Bagaimana cara membeli rokok. Bagaimana cara menghilangkan bau rokok.
Hye Sung bertanya-tanya untuk apa siswa terpelajar dan berbakat seperti Dong Hee mencari hal-hal seperti itu. Tepat saat itu Kwan Woo masuk menemui mereka. Ia mengacungkan kantung plastik hitam. Ia telah menemukan alasan Dong Hee jatuh. Kwan Woo tersenyum senang.
Komentar:
Sebenarnya agak aneh juga sih kenapa pengacara sibuk-sibuk cari bukti. Bukannya ini kerjaan polisi? But whatever, it’s just a drama anyway ;p
Ibu Hye Sung daebak^^ Walau aku tidak setuju ia memarahi Hye Sung di depan orang lain, tapi mungkin itulah yang dibutuhkan Hye Sung agar ia sadar. Saat berhadapan dengan Do Yeon, seringkali Hye Sung teralihkan dari tujuannya membela Sung Bin. Seharusnya ia membela Sung Bin untuk kebenaran tapi ia malah menggunakan kasus ini untuk mengalahkan Do Yeon. Jika begitu, bukankah ia sama saja dengan Do Yeon?
Tapi Hye Sung sudah ada kemajuan. Walau dengan gengsi tinggi, ia akhirnya mau meminta dan menerima bantuan dar rekan-rekan sekerjanya. Kuharap mereka semakin kompak ;)
Lee Bo Young daebak,,,, aduh perannya disini bener-bener berbeda dari peran dia sebelumnya di MDSY,, luntur sudah karakter Seo Young yang ada sekarang karakter Hye Sung yang kocak,,, keren-keren padahal sama-sama berperan sebagai lawyer tapi pembawaannya bener-bener beda,,, makin suka sama LBY apalagi ada Soo Ha yang telah membuatku terpesona di drama School 2013,, Soo Ha ini aslinya juga baik,, kata temenku,, akh iri bgt ma temnku yg bisa dapet tanda tangannya dia,, wkwkwkk Pokoknya aku dukung hubungan Noona dongsaeng, Hye Sung+SooHa
BalasHapusSuka ma kdrama ni....
BalasHapusHaa...selalu kocak nc drama..bner2 ngilangin stress..walau ada tegangnya..tp masih kbykn lucunya..aku ska bgt nc drama go hye sung.. Kmu pasti bisa.. Thanks ya sinopsisnya..ditunggu klnjutnnya^^
BalasHapus-Rena-
Haa...selalu kocak nc drama..bner2 ngilangin stress..walau ada tegangnya..tp masih kbykn lucunya..aku ska bgt nc drama go hye sung.. Kmu pasti bisa.. Thanks ya sinopsisnya..ditunggu klnjutnnya^^
BalasHapus-Rena-
mbak funy please bikin sinops nya yaa...aku suka drama ini suka bangettttt......sinopnya mbak fany keren ,aku suka ^_^
BalasHapusupdate yaa mba fany bikin sinopsis nya skrg udah sampe episode 10 ...dikebuttttttttt....hwehehehehe.....#maksa.com
makasih...^_^
keren mbak baru bisa komen sekarang padahal dah lama baca sinopsis ... moga - moga jalan ceritanya bagus buat bahan cari videonya
BalasHapusKoq Su Ha bisa mendengar pikiran Min Joon Guk tanpa menatap ke matanya? #kupikir gitu mekanismenya :s
BalasHapus(Vi)