Rabu, 08 Januari 2014
Sinopsis Empress Ki Episode 16
Setelah membaca petisi yang mengungkapkan adanya surat wasiat berdarah mendiang kaisar, El Temur pergi ke lapangan pertandingan. Seung Nyang diam-diam mengamatinya. El Temur melihat deretan orang-orang di sebelahnya, mencari tahu siapa yang telah menantangnya dengan mengirim surat itu.
Bayan? Pemberani tapi tak punya otak. Bangsawan Zhang? Tidak punya kemampuan. Wang Yoo? Tidak mungkin (karena tak mungkin Wang Yoo tahu soal surat berdarah itu). Ta Hwan? El Temur menggeleng. Satu-satunya pesaing yang sederajat dengannya adalah Ibu Suri. Tapi ia tahu Ibu Suri tidak memiliki gaya penyerangan seperti ini. Ibu Suri bukanlah tipe orang yang mengungkapkan rencananya pada musuhnya. Ia benar-benar tidak tahu siapa orangnya.
Pertandingan berlanjut. Ketika Wang Yoo memasukkan gol, Seung Nyang dan Danashiri bersorak gembira dalam hati mereka. Tidak demikian jika Ta Hwan yang memasukkan gol.
Skor 2 sama. Babak penentuan. Bola dilempar, Ta Hwan dan Wang Yoo melompat untuk menyundul bola. Keduanya terjatuh.
“Jika aku menang, kau tidak boleh melihat Seung Nyang lagi,” kata Ta Hwan.
“Jika aku menang, Seung Nyang harus meninggalkan istana,” ujar Wang Yoo.
“Tidak bisa. Seung Nyang tidak boleh termasuk dalam taruhanmu.”
“Kata siapa?!!!” seru Wang Yoo marah.
“Aku,” kata Ta Hwan.
Wang Yoo marah dan berlari merebut bola. Bahkan Seung Nyang heran Wang Yoo mendadak lebih agresif menyerang. Wang Yoo siap mencetak gol penentuan. Ta Hwan menghadang di depan gawang.
Wang Yoo menendang. Ta Hwan melompat. Dukkk! Ta Hwan memblokir bola dengan kepalanya. Semua orang terkejut. Ta Hwan jatuh pingsan. Langsung bubar deh pertandingannya.
El Temur memerintahkan Dang Ki Se untuk menangkap petugas penyeleksi petisi.
Ta Hwan dibawa ke kamarnya. Untunglah ia tidak apa-apa, hanya memar di mata. Ibu Suri dan Danashiri menghela nafas lega. Seung Nyang merasa kasihan juga melihat Ta Hwan terluka.
Petugas penyeleksi petisi disiksa. DangKi Se menunjukkan petisi palsu dan bertanya bagaimana petisi itu bisa sampai di kantor kaisar. Mereka tidak tahu demikian juga Bangsawan Zhang. El Temur memerintahkan agar mereka disiksa sampai bicara. Bayan dan Tal Tal saling berpandangan.
Wang Yoo pergi ke kediaman Ta Hwan dan berpapasan dengan ibu Suri dan Danashiri. Wang Yoo menanyakan keadaan Ta Hwan dan meminta maaf atas keteledorannya.
Danashiri berkata ia merasa Wang Yoo sengaja mengincar Ta Hwan. Ia tadi melihat kemarahan di wajah Wang Yoo. Dengan tenang Wang Yoo bertanya apa Danshiri memperhatikannya secermat itu. Danashiri terdiam.
Ibu Suri menenangkan Wang Yoo bahwa Ta Hwan yang mengadakan pertandingan ini dan ini adalah bagian dari permainan, jadi bukan salah Wang Yoo.
Sesuai dugaan Wang Yoo, El Temur sedang murka. Tal Tal memeriksa tinta yang digunakan untuk menulis petisi tersebut. Ia menyatakan itu tinta yang sama yang biasa digunakan untuk membuat jimat. Orang yang berada di balik petisi itu menyuruh orang yang tidak bisa menulis atau bertangan kidal untuk menulisnya.
El Temur berkata petisi itu sengaja dikirim ke ruang kaisar. Artinya petisi itu ditujukan pada dirinya untuk mengejeknya bahwa mereka ada di dekatnya dan bisa menjatuhkannya kapan saja.
Bayan bertanya apa surat berdarah itu benar-benar ada. El Temur berkata ketika ia menyadari keberadaan surat itu, ia membunuh semua selir dan staf mendiang Kaisar. Kecuali satu orang. Kepala kasim mendiang Kaisar yang bernama Jokho, dan ia berasal dari Goryeo.
Dang Ki Se langsung teringat Byung Soo pernah mengatakan bahwa ia mendapat wabah dari mayat Gop Sol yang dibuang ke desa Goryeo dan dibawa ke istana.
Ia memberitahu ayahnya mengenai hal itu. El Temur langsung memerintahkan untuk menggeledah desa tersebut.
Ta Hwan merajuk di kamarnya. Ia berbaring membalikkan tubuhnya pada semua orang. Golta membujuknya untuk memakai salep hingga bersuara agak keras. Ta Hwan menyuruh mereka semua keluar. Kecuali Seung Nyang tentunya.
Golta menyuruh Seung Nyang memakaikan salep pada Ta Hwan. Seung Nyang mengancam akan keluar jika Ta Hwan tidak mau memakai salep. Ta Hwan langsung duduk dan minta diobati. Lah…anakku aja ngga gitu-gitu amat deh XD
Ta Hwan bertanya apa Seung Nyang senang ia terluka seperti ini. Ia tahu tadi Seung Nyang berpihak pada Wang Yoo. Seung Nyang tidak menjawab. Ta Hwan berkata kenapa Seung Nyang tidak berbohong agar ia senang.
“Iya, saya ingin Yang Mulia menang. Puas?” tanya Seung Nyang. Ta Hwan mengangguk.
Ia lalu berbaring dan meminta Seung Nyang memijit kakinya. Untunglah Seung Nyang bebas dari tugas itu karena Ibu Suri datang. Ibu Suri ingin bicara berdua dengan Ta Hwan, jadi Seung Nyang diperintahkan keluar. Tapi ia sempat mendengar Ibu Suri berbicara pada Ta Hwan bahwa El Temur marah besar karena sebuah petisi.
Ibu Suri membisikkan soal surat wasiat berdarah mendiang kaisar pada Ta Hwan. Ta Hwan menangis mendengarnya. Ibu Suri berkata El Temur bisa dituduh pengkhianat jika surat ini ditemukan. Namun yang dipikirkan Ta Hwan adalah betapa menyakitkannya ketika ayahnya menulis surat itu dengan darahnya sendiri.
Ibu Suri menasihati Ta Hwan bahwa sekarang bukan saatnya menangis dan marah. Ta Hwan harus bermata elang dan berhati ular. Ia menasihati agar Ta Hwan pura-pura tidak tahu keberadaan surat itu dan sama sekali tidak boleh mencari surat tersebut. Mengapa? Karena jika El Temur tahu Ta Hwan mencari surat itu maka El Temur akan mengira Ta Hwan yang membuat petisi itu dan menantangnya.
Seung Nyang mengantar pakaian ganti ke kediaman wang Yoo (masih dalam kompleks istana). Ia tersenyum ketika sempat melihat Wang Yoo tengah berlatih bersama Moo Song. Lalu ia pegi mengikuti Sun Woo.
Jeom Bak melihat Seung Nyang dan heran kenapa Seung Nyang berdiri di sana tanpa menemui Wang Yoo. Ia memberitahukan hal ini pada Wang Yoo.
Seung Nyang meminta Sun Woo menaruh instruksi selanjutnya dalam lipatan pakaian, hingga lolos pemeriksaan. Sun Woo berkata Wang Yoo belum memberi perintah selanjutnya. Seung Nyang hendak pergi namun ia terkejut melihat Wang Yoo berdiri di hadapannya dengan wajah marah.
Wang Yoo menyuruh Sun Woo menjelaskan mengapa Seung Nyang terlibat dalam misi mereka. Seung Nyang berkata ia yang meminta Sun Woo untuk memperbolehkannya membantu karena ia tahu nyawa Wang Yoo bisa berada dalam bahaya. Karena ia bisa membantu.
Dengan mata berkaca-kaca, Wang Yoo bertanya dalam hatinya apakah Seung Nyang tidak bisa melihat perasaannya. Seung Nyang bertanya apa salahnya? Rencana mereka berjalan baik.
Wang Yoo berkata ia tidak akan pernah melihat Seung Nyang lagi. Bahkan empat sekawan pun kaget mendengar perkataan Wang Yoo.
“Jangan mencariku. Jangan memikirkanku. Aku tidak akan melihatmu lagi.”
Seung Nyang sangat terpukul. Ia menangis lalu keluar setelah diusir Wang Yoo.
Jeom Bak berkata ia tidak mengerti kenapa Seung Nyang diusir. Moo Song berkata Wang Yoo melakukan ini demi kebaikan Wang Yoo. Sambil menangis Sun Woo berkata Seung Nyang hanya ingin membantu mereka. Wang Yoo menahan tangisnya dan menyuruh mereka keluar.
Dalam hatinya ia meminta maaf pada Seung Nyang. Saat ini ia tidak memiliki kekuatan apapun, karena itu hanya ini yang bisa ia lakukan.
Seung Nyang menangis sambil keluar dari kediaman Wang Yoo. Dang Ki Se melihatnya dan menghentikannya. Ia melihat Seung Nyang habis menangis. Seung Nyang tak mau bicara padanya. Dang Ki Se mengingatkan kalau perut Selir Park kian membesar, begitu juga kesalahan Seung Nyang.
Ia memegangi Seung Nyang yang hendak berjalan pergi. Ia melarang Seung Nyang menangis karena orang lain. Hanya ia yang boleh membuat Seung Nyang menangis. Jika ia tidak bisa mendapatkan Seung Nyang maka ia akan membunuh Seung Nyang perlahan-lahan dan membuatnya wanita paling menderita di dunia.
Lalu ia bersama Bayan dan Tal Tal pergi ke desa Goryeo. Kepala desa diperhadapkan padanya. Dang Ki Se menanyakan namanya. Kepala desa berkata namanya Mak Saeng.
Dang Ki Se bertanya apa Mak Saeng tahu ada mayat yang ditemukan di sini beberapa hari lalu. Mak Saeng berkata tiap hari selalu ada mayat di desa ini. Dang Ki Se mengancam akan membakar desa ini. Mak Saeng mengaku ada yang mengambil mayat dari sumur dan membawanya pergi. Tapi ia tidak melihat dengan jelas siapa mereka.
Tal Tal bertanya apa ada orang lain lagi yang datang ke desa ini baru-baru ini. Mak Saeng berkata ia tidak tahu. Bayan mengancam akan membunuh Mak Saeng jika berbohong. Seorang penduduk yang ketakutan langsung maju dan berkata Wang Yoo pernah datang ke sini.
Wang Yoo langsung dipanggil menghadap El Temur. Ia bertanya mengapa Wang Yoo pergi ke desa Goryeo. Pasti ada alasannya hingga Wang Yoo pergi ke daerah yang terjangkit wabah. Wang Yoo berkata penduduk desa out adalah orang-orang yang dikirim ke sana karena Raja mereka yang tidak berguna (dirinya). Ia ingin melihat rakyatnya. Karena ia merasa kasihan, ia memberikan uang hadiah kaisar pada mereka lalu pergi. Apakah Raja yang sudah turun tahta tidak boleh memperhatikan rakyatnya?
El Temur tampaknya percaya. Ia berkata ada kasus yang melibatkan desa itu namun ia tidak memberitahukan kasus apa. Ia berkata ia tidak mau mencurigai Wang Yoo dan merusak hubungan mereka.
Dang Ki Se heran melihat ayahnya lunak pada Wang Yoo. Ia berkata sepertinya ayahnya menyukai Wang Yoo. EL Temur berkata orang-orang yang berkemampuan dan berbahaya harus dipastikan tetap di dekat mereka. Keep your friends close, keep your enemies closer.
Wang Yoo merencanakan untuk menyulut kemarahan El Temur lebih jauh.
Si keriting Jo Cham (akhirnya tahu namanya. Aneh dia kan pengikut Wang Go, kok malah jadi keliaran di Yuan) memberitahu Byung Soo bahwa ia baru pergi ke desa Goryeo dan mengetahui hanya Wang Yoo yang pernah ke sana. Byung Soo yakin desa itu menyimpan suatu rahasia mengenai surat itu. Hmmm..biasanya si Byung Soo ini bener lho, walau ia kurang cerdik untuk bisa mengungkapnya ;p
Ia meminta Jo Cham melepaskannya agar ia bisa ke desa itu. Tentu saja Jo Cham tidak mau melepas orang sakit menular. Byung Soo bertekad untuk bertahan hidup. Ia yakin tebakannya benar dan itu adalah masa depan cerah baginya.
Ta Hwan tidak ceria setelah mengetahui adanya surat itu. Tapi ia melihat Seung Nyang juga seperti itu. Seung Nyang banyak melamun dengan sedih. Ta Hwan berkata ia juga sedang sedih dan marah. Perasaannya sangat kacau. Ia mengusulkan mereka minum bersama.
Seung Nyang mempersiapkan arak. Ta Hwan ingin Seung Nyang menemaninya. Ia memerintahkan Golta bahwa tidak seorangpun boleh mengganggunya malam ini. Meski awalnya ragu, akhirnya Seung Nyang minum juga.
Wang Yoo juga minum sendirian. Memikirkan cara untuk menyerang dengan lebih kuat setelah petisi itu. Bagaimana cara mengguncangkan istana itu?
Sun Woo berkata ia pernah menyaksikan pertunjukkan di Yuan ketika Wang Yoo masih menjadi putera mahkota. Mungkin saja bisa membantu.
Pertunjukkan itu dibuat oleh orang asing yang menunjukkan sulap. Tulisan dalam sebuah buku bisa hilang dalam sekejap. Itu adalah trik penglihatan tapi mungkin bisa membantu. Untuk mencaritahu rahasianya tidaklah sulit karena pertunjukkan seperti itu banyak di ibukota.
Seung Nyang dan Ta Hwan mulai mabuk. Namun Seung Nyang lebih mabuk karena ia minum lebih banyak. Ta Hwan menggunakan kesempatan itu untuk bertanya pada Seung Nyang apakah Seung Nyang masih ingin kembali pada Wang Yoo atau di sini bersamanya.
Seung Nyang berhalusinasi Wang Yoo yang duduk dihadapannya, bukan Ta Hwan. Wajahnya jadi sedih.
“Kau keterlaluan, bagaimana bisa kau tidak tahu perasaanku? Aku hanya ingin membantumu. Tapi bagaimana bisa kau….Menyakitkan. Sangat menyakitkan,” Seung Nyang menangis lalu tertidur di meja.
Ta Hwan menggendong Seung Nyang dan membaringkannya di tempat tidurnya. Tempat tidur kaisar! Ia mengulurkan tangannya hendak membelai wajah Seung Nyang.
“Cheon-ha…Cheon-ha…” Seung Nyang mengigau. Air mata mengalir di pipinya.
Ta Hwan sadar Seung Nyang tadi berbicara pada Wang Yoo. Ia bergumam itu tidak menjadi masalah. Bagaimanapun juga ia tidak akan melepaskan Seung Nyang.
Ia menghapus air mata Seung Nyang dan membungkuk hendak menciumnya. Tapi ia berhenti sebelum menyentuh bibir Seung Nyang. Sebagai gantinya ia mencium tangan Seung Nyang. Good boy^^
Sementara itu Moo Song dan Sun Woo ikut sedih menyadari kesedihan hati Wang Yoo.
Keesokan paginya Seung Nyang sangat terkejut ketika menyadari ia bangun di tempat tidur Ta Hwan dan Ta Hwan tidur di atas tangannya. Hal ini semakin buruk dengan kedatangan Danashiri. Danashiri bertanya pada Golta apakah Ta Hwan sudah bangun.
Golta dengan suara keras bertanya ada apa Danashiri berkunjung sepagi ini. Ia menghalangi Danashiri masuk dan beralasan Ta Hwan sedang menggunakan toilet (pispot kali ya maksudnya ^^).
Danashiri memerintahkan agar Ta Hwan menemuinya jika sudah selesai. Begitu Danasihiri pergi, Seung Nyang buru-buru keluar dan mendapat hadiah pelototan Golta.
Golta buru-buru membangunkan Ta Hwan. Ta Hwan menciumi tangan Golta mengira Golta adalah Seung Nyang. LOL XD
Ia langsung terduduk kaget begitu sadar. Apalagi Golta memberitahu kedatangan Danashiri.
Danashiri masuk menemui Ta Hwan. Ia menatap Seung Nyang dengan kemarahan, namun ia teringat perkataan kakaknya untuk tidak menyentuh Seung Nyang karena Seung Nyang memiliki suratnya (surat pembebasan Seung Nyang dari istana yang distempel Danashiri, dan sebenarnya surat itu sudah dibakar Ta Hwan).
Ta Hwan menyapa Danashiri dengan enggan. Danashiri bertanya apa Ta Hwan minum semalam. Tapi kenapa ada 2 cangkir arak di meja? Dengan siapa Ta Hwan minum?
Ta Hwan tidak mau menjawabnya. Ia beralasan ia lelah dan belum benar-benar sadar dari mabuknya. Ia kembali berbaring.
Danashiri keluar dengan kesal. Ia membaui Seung Nyang dan mencium bau alkohol. Ia bertanya apa yang mereka bicarakan semalaman. Membicarakan dirinya? Atau Ta Hwan menawarkan untuk mengangkat Seung Nyang menjadi selir?
Seung Nyang menatap Danashiri (yang seharusnya tidak boleh) dan berkata ia hanya minum beberapa cangkir arak atas perintah Ta Hwan. Danashiri meradang dalam hati dan pergi dengan marah.
Jeom Bak dan Bool Hwa menemui ahli sulap. Pesulap itu menulis sebuah kalimat lalu menyemburnya dengan air. Tulisan itu perlahan-lahan lenyap. Bool Hwa dan Jeom Bak terkejut. Bagaimana bisa begitu?
Pesulap itu berkata triknya ada pada tinta. Tinta itu sudah diberi cairan rahasia. Jika tulisan dengan tinta tersebut terkena air/lembab, maka tulisannya akan hilang.
Mereka membeli tinta itu dari si pesulap, membeli tinta biasa dan meminta pesulap itu pergi dengan memberikan banyak uang.
Apa yang akan dilakukan Wang Yoo? Ia bertanya apa yang paling ditakuti rakyat Yuan? Kutukan dari langit. Ia akan mencurahkan kutukan itu hari ini.
Kali ini Wang Yoo sendiri yang menulis karena ia hanya menulis beberapa kalimat dan tulisan itu akan segera hilang.
“Penjelasan peristiwa: Setelah puteranya hilang, sang ayah muntah darah dan meneriakkan pembalasan. Ia tidak berani mengungkapkan siapa dirinya setelah membaca surat si penjahat. Sang putera meninggal pada akhirnya dan penjahat ditangkap. Sementara penjahat diantar ke Yangyeong, Ayah menghantam kepala si penjahat sebanyak 3 kali dengan palu. Sebuah keturunan telah hilang. Keluarganya hancur. Sang ayah seharusnya tidak dihukum, itulah hal yang benar.”
Wang Yoo menulis surat itu dengan menggunakan kedua tinta bergantian. Ia memerintahkan agar Moo Song dan Sun Woo menemukan orang luar untuk mengajukan surat ini ke Menteri Kehakiman. Namun tidak boleh ada yang tahu surat ini ditulis olehnya.
Lalu ia membuat surat yang sama dan memerintahkan Jeom Bak dan Bool Hwa untuk menempel surat itu di alun-alun agar semua orang di Daidu tahu.
Bayan dan Tal Tal juga melihat surat tersebut dan menganggap itu hanyalah surat protes biasa dari seorang ayah yang membunuh pembunuh anaknya. Tiba-tiba hujan turun. Dan Tal Tal melihat ada yang aneh dengan surat.
Semua yang melihat surat itu juga melihatnya. Huruf-huruf dalam surat itu menghilang. Menyisakan beberapa kata dalam tinta merah.
“Jika surat berdarah Kaisar Muizhong muncul, El Temur akan hancur 3 turunan.” Kutukan dari langit.
El Temur marah besar (lagi) begitu melihat surat itu. Tal Tal berkata surat itu ditulis dengan tinta untuk melakukan tipuan yang biasa dilakukan oleh para pesulap. El Temur memerintahkan agar semua pesulap di kota itu ditangkap.
Bayan dan Tal Tal pergi untuk melaksanakan perintah itu. Diam-diam mereka membicarakan apa tujuan orang yang mengirim surat itu. Tal Tal berkata tujuan orang itu bukanlah surat berdarah. Untuk apa membuat keributan sebesar ini jika menginginkan surat itu.
Wang Yoo memastikan pesulap penjual tinta telah keluar dari kota. Ia memperingatkan empat sekawan untuk terus waspada. Mereka sudah meniup kobaran api, ada kemungkinan mereka ikut terbakar karena terkena percikannya jika tidak hati-hati. Tekad Wang Yoo adalah memusnahkan klan El Temur
.
Seorang pencuri dibawa menghadap Mak Saeng (kepala desa Goryeo). Astaga…lagi-lagi Byung Soo. Byung Soo nangis buaya mengaku bekas tentara Goryeo yang menderita karena membebaskan para wanita yang dijadikan upeti ke Yuan. Ia juga memperlihatkan kalau ia menderita penyakit yang sama. Ia memohon agar diperbolehkan tinggal di desa ini.
Mak Saeng memerintahkan agar Byung Soo dikurung di gudang. Besok ia baru memberi keputusan.
Ta Hwan menggoda Seung Nyang mengenai kelakuannya saat mabuk semalam. Seung Nyang tidak ingat apa-apa.
Ibu Suri datang tergesa-gesa membawa surat ajaib itu (surat yang ditulis Wang Yoo). Karena Ta Hwan tidak bisa membaca, Bangsawan Zhang membacakannya. Mendengar isi surat itu, Ta Hwan dan Seung Nyang terkejut.
Seung Nyang langsung pergi. Ia tahu ini adalah ulah Wang Yoo. Ia merasa tindakan Wang Yoo terlalu berani apalagi targetnya adalah El Temur. Satu kesalahan saja….
Seung Nyang berpapasan dengan Wang Yoo dan ingin bicara dengannya. Namun Dengan dingin Wang Yoo berkata ia tidak mau bicara dengan Seung Nyang dan berjalan pergi.
Tapi setelah berjalan cukup jauh, Wang Yoo memperbolehkan Sun Woo membantu Seung Nyang.
Ta Hwan ingin mengadakan rapat istana untuk membahas surat itu. Ibu Suri menentangnya. Ta Hwan berkata surat itu bukan rahasia lagi jadi semua orang sudah tahu kejahatan El Temur.
Tapi Ibu Suri berkata tanpa surat berdarah ayah Ta Hwan, tuduhan itu hanyalah sia-sia. Para menteri masih berada di bawah kekuasaan El Temur dan tidak ada yang berani menentangnya. Ia menasihati agar Ta Hwan sabar sebentar lagi. Yang pasti seseorang telah membantu mereka.
Ta Hwan bertanya siapa yang telah membantu mereka dengan mengeluarkan surat ini. Ibu Suri juga tidak tahu. Orang itu seperti hantu, memikirkannya saja sudah membuatnya merinding.
El Temur diberitahu bahwa semua orang membicarakannya dan surat berdarah itu. El Temur berkata ia sudah beberapa kali menghadapi krisis seperti ini dan ia selalu tahu cara menghadapinya. Ia memerintahkan agar Ta Hwan menemuinya dan memerintahkan untuk mengerahkan tentara.
Ta Hwan masuk ke aula istana dan melihat El Temur duduk di tahtanya. Ia terkejut, begitu juga Seung Nyang.
El Temur memerintahkan Ta Hwan mendekat. Itu adalah penghinaan, namun Ta Hwan dengan tabah menelan kemarahannya dan melangkah lebih dekat.
“Jadi ayahmu meninggalkan surat wasiat berdarah?” tanya El Temur tersenyum mengejek. “Akhir-akhir ini ada orang menggunakan surat itu untuk mencekik leherku.”
Ta Hwan terbata-bata tidak tahu hendak menjelaskan apa. Tiba-tiba pasukan masuk ke aula istana dipimpin Tap Ja Hae dan Dang Ki Se, mengepung Ta Hwan dan pengikutnya.
Pengawal Ta Hwan mengeluarkan pedang. Golta menghentikan mereka. Nyawa Ta Hwan dalam bahaya. Para dayang dan kasim menyaksikan peristiwa ini dari luar aula.
El Temur berkata Ta Hwan pasti sudah mendengar soal surat berdarah itu kan. Ta Hwan berkata ia tidak tahu apa-apa. El Temur berkata tidak penting Ta Hwan tahu atau tidak. Masalahnya ada orang-orang yang hendak menggunakan Ta Hwan.
Secara tidak langsung El Temur juga menyatakan ia bisa mengganti Ta Hwan. Ta Hwan langsung ketakutan. Ia bertanya apa yang harus ia lakukan. Dengan putus asa ia berkata selama ini ia selalu melakukan apa yang diperintahkan El Temur.
El Temur menyuruh Ta Hwan hidup seperti orang mati di istana ini. Ta Hwan langsung menyanggupinya.
El Temur memberi isyarat dan para tentara pun mundur. Ta Hwan langsung lemas saking takutnya. Golta memapah Ta Hwan keluar dari aula. Ta Hwan merasa sangat malu dan terhina karena ketidakberdayaannya. Seung Nyang keluar setelah memelototi Dang Ki Se. Tampaknya ia juga sedikit kaget melihat kekejaman El Temur.
Dang Ki Se melaporkan bahwa para dayang dan kasim telah menyaksikan kejadian tadi dan dalam waktu singkat semua orang akan tahu betapa lemahnya Ta Hwan.
Ta Hwan berjalan dengan lunglai dan duduk menyendiri di jembatan. Golta meminta Seung Nyang menemani Ta Hwan karena hanya Seung Nyang yang bisa menghiburnya.
Seung Nyang menghampiri Ta Hwan namun ia berubah pikiran dan berbalik. Hanya ketika Ta Hwan memanggil ayahnya, Seung Nyang berhenti. Ia menoleh pada Ta Hwan yang duduk membelakanginya, lalu mendekatinya. Ia duduk hingga mereka saling membelakangi.
Ta Hwan berkata ia ingin sendirian, mengapa Seung Nyang datang padanya. Ia tidak ingin Seung Nyang melihatnya sebagai pengecut lagi.
Seung Nyang menutup mata dan telinganya. Ia berkata ia tidak bisa melihat dan mendengar Ta Hwan. Ia meminta Ta Hwan duduk bersandar padanya dan rileks.
Ta Hwan menangis lalu menyandarkan tubuhnya.
Wang Yoo lewat bersama Moo Song dan Sun Woo, dan melihat keduanya.
Komentar:
Kalau sebelum-sebelumnya aku gemes sama Ta Hwan yang childish, kali ini aku gemes sama Wang Yoo yang sok pahlawan dengan menjauhi Seung Nyang. Nyesel sendiri kan akhirnya? ;p
Tapi aku angkat jempol buat siasat Wang Yoo. Surat itu benar-benar luar biasa hingga bisa menyusun kalimat yang pas.
Walau aku gemes dengan sikap Ta Hwan yang kekanakkan. Tapi aku mengerti mengapa ia tidak berdaya. Dan Seung Nyang pun mengerti itu. Bayangkan betapa terhinanya seorang kaisar memohon pada orang yang menduduki tahtanya, dan di hadapan semua orang berjanji untuk hidup seperti orang mati.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
yeyeyeye.......akhirnya..terimakasih eoni...
BalasHapusd tunggu kelanjutannya..
AKHIRNYA! AKHIRNYA!
BalasHapusAku sdh lama nunggu lo, kangen sm Dang Kise *eh?, kangen sm semuanya jg,
ayo dong ta hwan lbih kuat, cari siasat utk mngalahkan si tua bangka itu -_-
btw msh lama ya pas SY diangkat jd permaisuri itu,
oh ya mkasih mba fany udh bkin sinopnya, kirain bkal stop, hhe
pkoknya semangat ya!
dan maaf jg kalau komen saya gk jelas, u.u
Drama ini ratingnya tinggi ga sih?
BalasHapusSekitar 20%...tertinggi untuk drama senin-selasa
HapusMksh mb..⌒.⌒
Hapuswang yoo patah hati....
BalasHapusjd ikutan sedih, hiks hiks...
Feelling aku yang pegang surat berdarah kaisar keknya kok musuri/dayang gila(mantan dayang kaisar sebelumnya) itu ya mbk fanny. Soalnya itu dayang dimunculin mulu udah gitu aneh aja gilanya(?) mungkin dia emang bener dayang kesayangan kaisar dulunya dan siapa tau dia juga bersama kaisar ditempat terakhirnya tapi sembunyi dan melihat kejadiannya, jadi gila gegara lihat kesadisan El Temur waktu nyiksa kaisar dan karena shock akhirnya gila.
BalasHapusKepikiran juga kalau bukan dia yang bawa surat berdarah itu, mungkin enggak kalau dia ibu Ta Hwan :D *Yang Ini Ngelantur banget keknya* wkkkk~ di ep ini scene paling aku suka waktu Ta Hwan nyium tangan Seung Nyang saat mabuk, itu nunjukin kalau pria yang memang menghargai perempuan *gak ambil kesempatan gitu maksudnya* :-) hehehh
btw ini termasuk spoiler gak ya mbk yang aku omongin (-_-") moga2 enggak. xDD
¤amrelisha¤
Yei, akhirnya update juga \(._.)/
BalasHapusTa Hwan kelihatan lemah banget disini. Untung ada Seung Nyang yang berada di sisinya
Wang Yoo terlalu kaku dan ngga bisa mengungkapkan perasaannya secara tersirat. Ah, jadi kesal juga sama dia. Seharusnya dia bisa merasakan perhatian Seung Nyang sehingga ngga PHP ke Seung Nyang
Dang Ki Se itu ambisi banget sama Seung Nyang. Ngga heran sih, Seung Nyang emang TOP
terus, El Temur. Semoga dia cepat turun dan surat berdarah itu segera terungkap
Terima kasih
#menantikansinopsis17
Putpit
mba Fanny makasi udah di post sinopnya :D lucu yg bagian Ta Hwan pingsan pas maen bola haha, semangat mba fanny, ditunggu lanjutannya :D
BalasHapusMakasih mba fanny, empress ki jangan dianaktirikan donk... ^^
BalasHapus♡lie
Err...emang sejak awal aku udh bilang empress ki anak tiri hehe, maksudnya proyek sampingan ;)
HapusWalau proyek smpingan, tp harus sampek tamat ya mb,,,
BalasHapussemangat (ง˘ ▽˘)ง
yeeee........, akhirnya
BalasHapusmakasih ya mbak, tp aku penasaran deh..., pengen tau ada ga Sih nanti yg ngajarin si Ta Hwan membaca?
Kasian ngeliatnya. :(
Ditunggu ya mbak episode Selanjutnya.
mbakk aku fans berat empress ki.. ak uda nggu lama kelanjutannya huhu.. ak sempet berhenti coment di empress ki karna sempet ga bisa coment cz gda pilihan "comment as anonymous" cz aku ga bisa coment pke yg lain.. mkasi ya mbak sinopnya.. ditunggu ep 17 ^^
BalasHapuskok lebih suka liat sy sm th ya? chemistrynya lbh dapet drpd sm wy...
BalasHapusyeeee... keluar juga sinpsis yg dtunggu2
BalasHapushwaiting ya...
mmba... kapan episode 17 nya???
BalasHapusKapan episede 17 nya? Jadi galau kan...
BalasHapuskasian si Ta Hwan...bener2 dibuat malu..
BalasHapusEl Temur siapa sie? diracunin aj jg langsung mati koq
( >,< ) aishhh kejam amat ide ku wkwkwkwk :D
Mba fanny,,,semangattt,,
BalasHapusMasih lanjutt kn nulissny,,
ditunggu episode 17ny,, :)