Episode 27
Danashiri memerintahkan Seung Nyang meminum sup yang dibawanya. Tepat saat itu Ibu Suri datang dan melarang Seung Nyang meminumnya. Ia tahu sup itu diberi bahan lain untuk mencegah kehamilan.
Para selir yang telah meminum sup itu sangat terkejut. Danashiri tidak menyangkal dan dengan tenang berkata bahwa ia menghindari kehamilan yang tidak diperlukan. Dan ia bersikeras kalau itu sebuah keharusan. Ia sedang melindungi keluarga kerajaan.
Ia menyuruh Seung Nyang meminum sup itu. Ibu Suri melarangnya minum. Seung Nyang mengambil mangkuk lalu menumpahkan sup itu ke lantai. Ia berkata jika ia meminum sup itu maka ia tidak menghargai Kaisar. Meski ia harus melanggar perinttah, ia tidak bisa tidak setia pada Ta Hwan.
Melihat keberanian Seung Nyang, Ibu Suri kembali berani. Ia membenarkan perkataan Seung Nyang hingga Danashiri tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Ibu Suri juga memarahi selir lain yang meminum sup itu begitu saja.
Akibatnya selir lain kesal pada Seung Nyang. Mereka kesal dimarahi dan merasa Seung Nyang sok pintar. Seung Nyang tidak mempedulikan mereka. Mereka berpapasan dengan Ta Hwan.
Para selir sangat gembira dan memberi hormat. Namun pandangan Ta Hwan hanya terarah pada Seung Nyang. Danashiri juga melewati tempat itu dan melihat Ta Hwan.
Namun saat ia memanggil dan menghampiri Ta Hwan, Ta Hwan malah menghampiri Seung Nyang dan menggandengnya pergi. Danashiri sakit hati.
Namun pada para selir ia berkata ia tidak cemburu. Ia tidak peduli Ta Hwan menyukai siapa. Tapi tentu saja para selir sudah menyadari kalau Ta Hwan tidak mempedulikan dan tidak menyukai istrinya.
Ta Hwan menanyakan keadaan Seung Nyang. Ia baru tahu apa yang terkandung dalam sup itu dan bertanya apakah Seung Nyang meminumnya. Ketika Seung Nyang menjawab tidak, Ta Hwan tersenyum lega.
Namun yang mengejutkan adalah Seung Nyang meminta Ta Hwan tidur bersamanya setiap malam mulai hari ini. Ia juga meminta disediakan arak. Ta Hwan tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.
Danashiri kembali ke kamarnya dan terkejut saat mendapati Maha sedang digendong oleh Ibu Suri. Namun Ibu Suri nampak menyayangi “cucu”nya itu.
Ia memuji Maha yang memiliki mata seperti Ta Hwan dan bibir seperti Danashiri. Meski Ibu Suri mengatakannya dengan lembut, namun bagi Danashiri itu seperti sebuah sindiran.
Ibu Suri bertanya mengapa Danashiri tidak menginginkan selir lain memiliki anak dari Ta Hwan, padahal ia sudah memiliki seorang putera yang nantinya akan menjadi pewaris tahta. Bukankah kedudukan putera mahkota sudah jelas dipegang Maha, kenapa Danashiri harus merasa terancam? Good point.
Danashiri mengingatkan bahwa sejak dulu selalu terjadi perebutan tahta di antara pangeran. Dan ia tidak ingin puteranya mengalami hal itu. Karena itu ia mencegah adanya pangeran lain yang bisa mengancam kedudukan Maha. Ia menegaskan kalau orang yang paling tidak ia percayai adalah Ibu Suri. Bermulut manis namun menikam dari belakang. Tapi karena ia tidak ingin berdebat lagi dengan Ibu Suri, ia akan menurut.
Ibu Suri memberitahu bangsawan Zhang bahwa bayi Maha sama sekali tidak mirip Ta Hwan maupun Danashiri. Errr….emang bayi bisa keliatan ya mirip ngga nya? (kecuali kalau beda warna kulitnya terlalu jauh, misal orang kulit hitam melahirkan bayi kulit putih)
Ibu Suri semakin mencurigai insiden kebakaran yang terjadi di kuil Hyanggak. Meski hal ini baru bisa semakin jelas setelah Maha besar, Ibu Suri tidak bisa melepaskan kecurigaan ini. Ia meminta bangsawan Zhang menyelidikinya.
Seung Nyang diam-diam menemui Tal Tal di perpustakaan. Tal Tal membawakan buku yang diminta Seung Nyang. Buku-buku untuk belajar membaca juga buku filsafat yang harus dipelajari semua Kaisar. Ia mengingatkan tidak ada seorangpun yang boleh tahu Ta Hwan belajar membaca. Seung Nyang menenangkan Tal Tal, ia memiliki rencana.
Ta Hwan mempersiapkan makanan dan minuman untuk menyambut Seung Nyang. Namun begitu masuk, Seung Nyang langsung menaruh bungkusan di meja. Ia berkata mulai sekarang mereka harus belajar setiap malam. Dimulai dengan menguasai 1000 huruf Cina. Seung Nyang berkata bagaimana Ta Hwan bisa membaca petisi dan laporan rakyat jika tidak bisa membaca.
Maka Ta Hwan pun belajar dengan rajin. Entah rajin, entah karena takut pada Seung Nyang yang galak^^. Sementara itu untuk menutupi hal ini dari orang lain, Golta dan kedua pengawal Ta Hwan duduk makan dan minum saat Ta Hwan belajar. Sehingga dayang yang membereskan kamar mengira Ta Hwan dan Seung Nyang lah yang berpesta tiap malam.
Setiap hari mereka melakukannya. Kertas-kertas hasil belajar Ta Hwan langsung dibakar. Pintu kamar dijaga ketat sehingga tidak ada yang bisa menguping. Sesekali Seung Nyang memainkan musik agar terkesan mereka sedang bersenang-senang.
Danashiri mabuk-mabukkan mendengar suaminya berpesta setiap malam dengan wanita yang paling dibencinya. Sementara El Temur tertawa senang karena mengira Ta Hwan sibuk bersenang-senang dengan wanita dan arak hingga tidak mempedulikan negara lagi.
Ia malah memuji Bayan yang telah mengirim selir yang tepat hingga bisa membuat Ta Hwan mabuk kepayang. Tapi Dang Ki Se tidak percaya pada Bayan.
Setelah ayahnya pergi, ia berkata ia tahu rencana Bayan. Ia yakin Bayan mengirim Seung Nyang agar Seung Nyang bisa mengendalikan Ta Hwan, dan dengan demikian Bayan bisa memperoleh kekuasaan tertingi di negara ini.
Bayan mengingatkan semua orang memang menginginkan kekuasaan. Jika El Temur mati, maka semua orang ingin jadi penggantinya, termasuk Dang Ki Se. Bedanya, ia berjuang demi Yuan, sedangkan Dang Ki Se hanya untuk memenuhi ambisi pribadi. Bayan menasihati Dang Ki Se sebaiknya tidak mengandalkan kekuasaan ayahnya, kalau berani maju dan bertarunglah dengan adil.
Ta Hwan mulai bosan belajar. Ia malah asik memandangi Seung Nyang. Seung Nyang melarang Ta Hwan berjarak lebih dekat dari 3 langkah dengannya supaya Ta Hwan bisa konsentrasi.
Ta Hwan sengaja salah menulis. Saat Seung Nyang hendak menunjukkan kesalahannya, Ta Hwan menarik tangan Seung Nyang. Seung Nyang meronta tapi Ta Hwan berkata ia bisa berkonsentrasi dengan baik jika ia menulis sambil memegangi tangan Seung Nyang. Meski Seung Nyang menarik tangannya, Ta Hwan menarik tangannya lagi. Seung Nyang berkata Ta Hwan harus belajar 2 kali lebih banyak tiap kali ia memegang tangannya. Ta Hwan malah meletakkan pena dan ingin tidur.
Seung Nyang menyuruhnya bangkit dari tempat tidur karena Ta Hwan belum menghafal 20 kata hari ini. Ta Hwan membandel. Ia berkata Seung Nyang boleh tidur dengannya jika merasa lelah. Seung Nyang memilih duduk membaca buku.
Moo Song melihat Jokho ada di antara budak Heuk Su. Rupanya Jokho telah dikembalikan oleh majikannya. Jokho bersama budak-budak lainnya mengangkut buli-buli berisi uang palsu ke dalam kereta.
Heuk Su berbisik pada tangan kanannya dan menyuruhnya membawa Moo Song malam ini. Ia akan menjebak Moo Song dan majikannya.
Wang Yoo bertanya pada Onbisu apakah ia mengenal grup Maebak. Ia ingin berkenalan dengan grup itu dan mengadakan transaksi bersama mereka. Onbisu berkata Wang Yoo tidak seperti seorang pedagang. Wang Yoo membalas, Onbisu juga tidak seperti pemilik rumah hiburan. Ia hanya akan mempercayai Onbisu sebanyak Onbisu mempercayainya.
Onbisu tidak menceritakan kalau transaksi yang tertulis dalam buku pembukuan Heuk Su adalah perangkap. Dalam buku itu disebutkan hari ini kembali akan terjadi pengiriman uang palsu. Namun transaksi itu tidak ada, itu hanyalah jebakan Heuk Su untuk menangkap Wang Yoo.
Onbisu menyuruh anak buahnya mencari bubuk mesiu. Lalu anak buah Onbisu mengirim arak untuk Heuk Su yang sepertinya isinya bubuk mesiu.
Wang Yoo yang tidak tahu kalau ini sebuah perangkap, datang ke tempat transaksi. Mengapa ia begitu ngotot menyelesaikan kasus uang palsu ini? Ia ingin menghancurkan Maebak hingga El Temur kehilangan sumber dananya.
Moo Song yang seharusnya mengawal Heul Su pergi berburu, malah di bawa ke jalan yang akan dilewati penjual uang palsu (perangkap) dan Wang Yoo. Heuk Su berkata ia akan berburu di sini.
Mereka melihat rombongan penjual uang palsu hendak melewati mereka. Wang Yoo juga sudah menanti dan bergerak diam-diam mengikuti rombongan itu. Moo Song sadar ini adalah perangkap.
Tapi sebelum ia bergerak, anak buah Heuk Su telah menangkapnya, mengikatnya dan membekapnya. Moo Song tak berdaya melihat Wang Yoo masuk perangkap.
Heuk Su menanti hingga Wang Yoo berada dalam jarak tembak. Wang Yoo siap menyerang rombongan uang palsu dan terus mengejar.
Tiba-tiba sebuah panah api ditembakkan ke gerobak uang palsu, menancap di kendi wine. Gerobak itu meledak. Wang Yoo terkejut dan waspada. Heuk Su memerintahkan menyerang. Namun Wang Yoo memerintahkan untuk mundur.
Penembak panah api itu tentu saja Onbisu. Ia bergumam ia telah membalas hutang nyawanya. Dan sekarang mereka kembali menjadi musuh.
Bool Hwa tiba-tiba muncul di hadapan Byung Soo dan Jocham. Byung Soo terkejut bukan main seakan baru melihat hantu. Bool Hwa berkata berkat Byung Soo sekarang ia bisa makan dan minum dengan enak di istana. Byung Soo bengong.
Ia lebih bengong lagi saat Seung Nyang berjalan menghampirinya. Bool Hwa menyuruh mereka memberi hormat pada Seung Nyang. Terpaksa Byung Soo dan Jocham membungkuk. Seung Nyang berkata ia tidak akan lupa panah yang ditembakkan Byung Soo (hingga pegangan Seung Nyang pada Byul terlepa). Panah itu mengubah takdirnya dan ia akan pastikan takdir Byung Soo juga berubah.
Para gubernur mendatangi El Temur. Mereka marah karena puteri mereka dipaksa minum obat mandul oleh Danashiri. El Temur dengan tenang meminta para gubernur itu memilih. Para selir keluar dari istana atau para gubernur diturunkan dari jabatan mereka.
Dengan sombong ia berkata para gubernur itu orang yang tidak kompeten. Negara akan hancur tanpa ada harapan untuk bangkit lagi jika mereka yang memerintah negara ini. Dan ia tidak akan diam melihat negara ini hancur. Ia menuduh para gubernur itu egois. Errr…emang siapa ya yang egois?
Meski begitu El Temur sadar bahwa para gubernur mulai berani menentangnya. Namun ia tidak bisa melawan mereka dengan kekerasan. Karena itu ia mempercepat rencananya.
Ia memanggil Ta Hwan. Ia berkata selama 30 tahun ini ia telah mengabdi pada 9 Kaisar. Sebagian mati karena sakit, sebagian lagi karena penyebab tidak diketahui. Memegang kekuasaan selalu mengakibatkan kesepian dan ia tahu Ta Hwan juga merasa kesepian. Karena itu ia ingin meringankan beban Ta Hwan. Ia menyuruh Ta Hwan lengser dari tahta kerajaan.
Penggantinya adalah Maha dan negara akan diurus Danshiri. Ta Hwan tidak seharusnya mengenakan jubah naga yang tidak cocok untuknya. Ia mengancam akan terjadi pertumpahan darah kembali jika Ta Hwan melakukan sesuatu.
Perkataan El Temur membuat Ta Hwan kembali mundur. Ia tidak mau belajar lagi. Seung Nyang yang tidak tahu penyebabnya, memaksa Ta Hwan terus belajar. Ta Hwan sengaja terus membuat kesalahan dalam menulis. Seung Nyang memarahinya seakan Ta Hwan adalah anaknya yang sedang membandel. Ia bahkan menggebrak meja.
Ta Hwan berkata ia sudah memutuskan dan memohon agar Seung Nyang tidak lagi membicarakan balas dendam. Seung Nyang dengan kesal bertanya apa Ta Hwan tidak tahu apa yang sdauh ia lepaskan demi datang ke istana ini. Ta Hwan bertanya, apa Wang Yoo yang dimaksud oleh Seung Nyang? Seung Nyang berkata semua yang penting baginya telah ia lepaskan.
Ta Hwan berkata ia juga hendak melepaskan semuanya bagi Seung Nyang. Bahkan wasiat ayahnya ia lepaskan agar ia bisa bersama Seung Nyang. Ia takut Seung Nyang mati di istana ini dan itu lebih menakutkan dari kematiannya sendiri. Ia hanya ingin hidup tenang berdua dengan Seung Nyang.
Seung Nyang berkata ia percaya pada Ta Hwan karena ia tahu hanya Ta Hwan yang bisa menghapus ketidakadilan yang dialaminya. Tapi sepertinya itu hanya impian. Ia tidak akan mencari Ta Hwan lagi.
Ta Hwan sakit hati karena Seung Nyang hanya menggunakannya sebagai alat balas dendam. Seung Nyang tidak bergeming. Baginya Ta Hwan tidak berguna lagi, bahkan lebih buruk dari tembok istana. Tanpa Ta Hwan pun, ia akan meneruskan balas dendamnya.
Ta Hwan berkata jika Seung Nyang meninggalkannya seperti ini, ia tidak akan mencari Seung Nyang lagi. Dengan dingin Seung Nyang meminta Ta Hwan jangan mencarinya lagi, lalu pergi meninggalkan Ta Hwan. Ta Hwan menangis, ia berkata ia tidak akan lagi mencari Seung Nyang lagi.
Seung Nyang meminta nasihat pada Tal Tal. Ia berkata ia kehilangan akal bagaimana harus mengajarTa Hwan. Tal Tal berkata Seung Nyang tidak memerlukan nasihatnya . Jawabannya ada pada Seung Nyang. Masalahnya bukan pada siapa yang diajar, tapi siapa yang mengajar. Hanya itu nasihatnya.
Seung Nyang mengerti maksud Tal Tal. Seseorang yang haus, harus menggali sumurnya sendiri. Ta Hwan tidak bisa dipaksa belajar. Ia harus belajar karena keinginannya sendiri.
Danashiri menghitung sudah 15 malam Ta Hwan memanggil Seung Nyang. Ia merasa para dayang melihatnya dengan tatapan kasihan. Ia tidak tahan lagi. Ia akan memberi pelajaran pada Seung Nyang.
Sun Woo kembali berpura-pura menjadi gelandangan untuk mencari informasi mengenai keadaan Moo Song. Ia malah bertemu dengan Jokho. Jokho mengira Sun Woo mencari Seung Nyang. Sun Woo terkejut saat mengetahui Seung Nyang masih hidup.
Ia segera memberitahu Wang Yoo bahwa Seung Nyang masih hidup dan dibeli oleh Bayan. Mereka hanya perlu menanti kedatangan Bayan. Tak terkatakan begitu bahagianya Wang Yoo saat mendengar hal itu.
Deok Man tergopoh-gopoh masuk ke kamar Seung Nyang. Seung Nyang masih didandani Hong Dan. Deok Man berkata Permaisuri telah memajukan jam pertemuan pagi dan sekarang semua sudah berkumpul di aula Jorye. Lagi-lagi Seung Nyang sengaja tidak diberitahu.
Ketika ia datang terlambat ke pertemuan dan mengatakan bahawa ia tidak diberitahu kalau jam pertemuan dimajukan, Danashiri memarahinya karena selalu beralasan. Ia menyuruh Seung Nyang merapalkan seluruh aturan istana. Satu saja kesalahan, ia akan memberi hukuman berat.
Seung Nyang merapalkannya dengan sempurna. Danashiri menghentikannya dan menuduh Seung Nyang pamer. Ia bertanya kapan Seung Nyang mengingatnya? Seung Nyang berkata tiap malam ia mengingatnya. Danashiri menyindir Seung Nyang masih bisa menghafal meski tiap malam bersama Ta Hwan.
Ia berkata pelanggaran Seung Nyang lebih berat karena sudah tahu dengan jelas peraturannya tapi masih tetap melanggar. Ia mengurung Seung Nyang di dalam perpustakaan tanpa makan dan minum dan dijaga pengawal istana, menulis 100 salinan aturan istana. Semakin cepat Seung Nyang selesai menulis, semakin cepat Seung Nyang keluar dan makan.
Deok Man khawatir. Hukuman ini sudah biasa diberikan tapi baru kali ini tanpa diberi makan dan minum. Seung Nyang menenangkannya. Seung Nyang bertekad ia tidak akan menyerah.
Seung Nyang mulai menulis dan terus menulis. Satu salinan dalam satu buku. Ia menulis siang dan malam hingga seluruh tubuhnya, terutama tangannya, mulai pegal. Tanpa makan dan minum, ia semakin lemah dan pucat.
Danashiri yakin kali ini kesombongan Seung Nyang akan musnah, lebih bagus lagi jika ia mati.
Ta Hwan masih sakit hati pada Seung Nyang yang tidak mengerti perasaannya. Namun begitu mendengar selama 3 hari ini Seung Nyang dikurung di perpustakaan tanpa makan dan minum, ia segera menghambur ke sana.
Ta Hwan melihat Seung Nyang pingsan karena kelelahan. Ia mendekapnya dengan erat.
Episode 28
Danashiri berang saat diberitahu bahwa Ta Hwan pergi ke perpustakaan mencari Seung Nyang. Ia pergi untuk menghentikan Ta Hwan.
Seung Nyang akhirnya sadar dari pingsannya. Ta Hwa mengajaknya keluar. Tapi Seung Nyang tetap ingin tinggal untuk menyelesaikan beberapa salinan lagi. Ia akan keluar begitu ia menyelesaikannya.
Ta Hwan berkata Seung Nyang tidak minum setetspun selama 3 hari, Seung Nyang bisa mati. Ia melihat tangan Seung Nyang gemetaran namun tetap berusaha menulis. Ia bertanya apa yang bisa ia lakukan untuk Seung Nyang.
Apa yang bisa Kaisar lakukan? Tanya Seung Nyang. Apa Ta Hwan bisa membaca aturan istana? Atau membantunya menulis di saat ia tak bisa membaca dan menulis? Atau menggunakan kekuasaan Kaisar untuk melepaskan Seung Nyang dari hukuman ? Ia mengingatkan Ta Hwan hendak melepaskan kekuasaannya dan menyerah. Tidak ada yang bisa dilakukan Ta Hwan untuknya saat ini. Dan ia pun tidak akan melakukan apapun untuk Ta Hwan. Ia meminta Ta Hwan pergi.
Ta Hwan menyadari apa yang dikatakan Seung Nyang tidaklah salah. Terdengar suara Permaisuri berteriak di luar menanyakan apa yang diperbuat Ta Hwan di dalam perpustakaan. Ia menyuruh Ta Hwan keluar. Ta Hwan tak berdaya.
Ia keluar dan memandang Danashiri dengan marah. Danashiri sedikit takut melihat kemarahan itu.
Ta Hwan kembali ke kediamannya. Ia berkata pada Golta ia akan kembali belajar mulai sekarang. Ia merasa keputusannya untuk menyerah adalah sebuah kesalahan. Golta senang mendengarnya.
Seung Nyang terus menulis hingga tangannya sulit untuk diangkat. Lalu ia keluar menemui Danashiri. Ia berkata ia sudah selesai menulis 100 salinan aturan istana. Dengan sinis ia berterimakasih pada Danashiri. Danashiri berkata ia akan memberikan dobel jika Seung Nyang memang menyukai kemurahan hatinya. Hukuman dobel maksudnya.
Ta Hwan mendengar Seung Nyang sudah menyelesaikan hukumannya dan keluar dengan selamat. Ia sangat lega, namun ia melarang Golta memberitahu Seung Nyang kalau ia kembali belajar. Ia akan terus belajar dan membuat Seung Nyang senang.
Golta bertanya sampai kapan Ta Hwan akan berpura-pura tidak bisa bicara. Sampai El Temur mengumumkan Ta Hwan akan mengundurkan diri. Saat itulah Ta Hwan akan berbicara menyangkalnya.
Wang Yoo bertanya-tanya di mana Seung Nyang saat ini. Ia teringat mereka pernah mendatangi seorang peramal ketika berjalan-jalan keluar istana. Ketika itu peramal mengatakan Wang Yoo sepertinya sangat menyukai Seung Nyang. Tapi Seung Nyang adalah permata yang sangat berharga. Di manapun Seung Nyang berada, kilaunya tak bisa ditutupi.
Peramal itu berkata keduanya harus hidup jauh dari Yuan jika mereka ingin menikah. Ketika itu Seung Nyang menertawakan dan tidak mempercayai ramalan itu. Tapi ketika mereka berpisah. Wang Yoo kembali ke Goryeo dan Seung Nyang tetap di Yuan, ramalan itu sepertinya terbukti. Keduanya terpisah dan tidak bertemu lagi hingga saat ini.
Moo Song disiksa habis-habisan oleh Heuk Su namun ia sama sekali tidak menyebutkan siapa majikannya. Bahkan ketika Onbisu mengancam akan mengulitinya, Moo Song malah tertawa.
Jokho mengetahui di mana Moo Song disekap dengan pura-pura tersesat. Lalu ia memberitahu SunWoo. Ketika mendengar hal itu, Wang Yoo berkata mereka harus menyerang sekarang juga.
Heuk Su masih mencari orang yang menembakkan panah api pada malam ia menjebak Wang Yoo. Ia curiga ada mata-mata di kelompoknya. Mendengar itu, Onbisu berusaha tetap tenang. Apalagi ketika ia mendengar Wang Yoo mencari Heuk Su.
Heuk Su heran untuk apa mantan Raja Goryeo datang menemuinya. Onbisu berkata Wang Yoo pernah berselisih dengannya mengenai uang palsu. Heuk Su menduga, Wang Yoo sudah tahu mengenai uang palsu yang beredar di Goryeo.
Ia menyambut Wang Yoo seorang diri dan menanyakan untuk apa Wang Yoo datang menemuinya. Wang Yoo berkata ia datang untuk mencari anak buahnya. Heuk Su sadar, Wang Yoo adalah orang yang selama ini membunuh anak buahnya dan mengambil uang palsunya.
Onbisu mendengar percakapan tersebut di ruangan sebelah. Ia bergumam Wang Yoo sudah membuat kesalahan besar. Pembantunya bertanya apakah Onbisu akan kembali menolong Wang Yoo. Onbisu berkata satu kemurahan hari sudah cukup. Namun wajahnya tidak mengatakan hal yang sama. Ia terlihat khawatir.
Benar saja, Heuk Su tidak peduli Wang Yoo adalah pangeran Goryeo. Ia hendak membunuh Wang Yoo. Sun Woo berteriak Wang Yoo adakah keponakan mantu El Temur.
Hek Su terkejut. Sikapnya berubah 180 derajat dan menyuruh Moo Song dilepaskan. Ia bertanya apa yang Wang Yoo sebenarnya inginkan.
Bayan dan Tal Tal menemui Seung Nyang setelah mendengar Seung Nyang dihukum seberat itu. Tal Tal berkata penderitaan itu tidak akan berhenti selama Seung Nyang tinggal di istana. Seung Nyang menyadari itu, karena itu ia berencana untuk menyerang duluan. Menurut seni perang Sun Tzu, sebuah kesalahan bisa digunakan untuk menyerang lawan.
Tal Tal bertanya apa Seung Nyang hendak membiarkan Danashiri melakukan kesalahan. Seung Nyang berkata ia akan membuat Danashiri melakukan kesalahan yang sangat fatal bahkan mencari kesempatan untuk mencuri stempel tanda kekuasaan Permaisuri.
Tal Tal merasa sekarang bukan waktu yang tepat untuk menyerang duluan dan membutuhkan perencanaan yang matang. Tapi Bayan tidak sependapat. Mereka bisa merencanakan namun tidak ada yang bisa mengetahui hasil akhirnya. Yang terpenting adalah menyerang dengan sungguh-sungguh.
Namun ia mengingatkan, jika Seung Nyang hendak menyerang maka harus menang. Di istana ini, kekalahan mengakibatkan kematian. Seung Nyang mengerti. Ia tidak akan mundur.
Tal Tal masih nampak keberatan. Resikonya terlalu besar. Namun Bayan sepenuhnya mempercayai kemampuan Seung Nyang.
Seung Nyang bersikap dingin pada Ta Hwan. Meski begitu Ta Hwan tetap merahasiakan kalau ia kembali belajar. Ia akan memberitahu Seung Nyang setelah ia menguasai 1000 huruf Cina.
Seung Nyang mendengar para selir yang lain memberikan hadian pada Permaisuri. Danashiri menhina habis pemberian mereka. Ia berkata kain sutera mereka cocok untuk popok Maha. Vas cocok untuk pispot Maha, dan seterusnya. Ia bertanya kenapa para selir mendadak memberinya hadiah.
Para selir memintanya agar mereka tidak usah minum sup obat lagi setiap pagi. Danashiri marah dan melempar semua pemberian selir. Ia berkata ia tidak butuh hadiah mereka.
Selir Seol (selir yang awalnya baik pada Seung Nyang) memiliki ide lain. Memberikan hadiah pada Yeon Hwa agar obat dalam sup itu diganti tanpa sepengetahuan Danashiri. Seung Nyang memperingatkan mereka bahwa itu tindakan naif.
Tapi mereka tidak mau mendengar dan menghujani Yeon Hwa dengan uang dan perhiasan. Yeon Hwa tentu saja kegirangan. Tapi ia tahu ia bisa mati jika melanggar perintah Danashiri dan ketahuan. Karena itu ia berencana menerima semua hadiah selir, namun tidak mengganti obatnya. Toh tidak akan ada orang yang tahu.
Seung Nyang lagi-lagi memperingatkan Selir Seol. Ia berkata Yeon Hwa tidak mungkin berani menukar obat dengan taruhan nyawanya. Yeon Hwa memang mennyimpan pemberian para selir, namun jika ia mengungkapkan itu pada Permaisuri maka para selir tidak akan selamat. Satu kesalahan di istana ini bisa berakibat kematian.
Selir Seol menyadari kebenaran kata-kata Seung Nyang. Ia bertanya apa yang harus ia lakukan. Seung Nyang menampar Selir Seol dengan keras. Ketika Selir Seol marah, Seung Nyang berkata bukankah Selir Seol menanyakan caranya.
Dang Ki Se menerima kiriman hadiah untuk Danashiri dari Grup Maebak, diiringi surat Heuk Su. Heuk Su melakukan itu karena ia ingin berdagang di dalam kalangan istana. Byung Soo mencatat Heuk Su benar-benar tanggap siapa yang berkuasa dalam istana ini hingga mengirimkan hadiah itu untuk Permaisuri dan bukannya Ibu Suri.
Bayan dan Tal Tal menyaksikan Dang Ki Se membawa kotak hadiah tersebut. Ternyata hadiah itu bukan benar-benar kiriman Heuk Su. Itu adalah bagian rencana Seung Nyang. Tal Tal menduga Seung Nyang sengaja menggunakan nama Heuk Su untuk membalas Heuk Su juga.
Danashiri sangat menyenangi hadiah batu permata kiriman Heuk Su. Ia bertanya apakah ia boleh menerimanya. Dang Ki Se menenangkannya. Heuk Su memiliki hubungan baik dengan ayah mereka.
Dayang Soh melapor telah terjadi perkelahian antar selir. Seung Nyang yang berkelahi dengan Selir Seol. Keduanya saling menampar. Seung Nyang mengancam para selir agar tidak merendahkannya lagi.
Danashiri datang dan langsung memarahi mereka. Ia akan membahas masalah ini pada acara salam besok pagi.
Danashiri memerintahkan Yeon Hwa menyiapkan obat, kali ini obat yang benar. Ia yakin Seung Nyang akan kembali menolak obat itu. Dengan begitu ia bisa menghukum Seung Nyang karena sudah berani mencurigainya. Ia akan mematahkan kaki Seung Nyang. Bahkan Ibu Suri pun tidak bisa lagi melindungi Seung Nyang.
Selir lain marah dan berniat melaporkan Seung Nyang pada ayah mereka. Hong Dan datang membawakan manisan sebagai permintaan maaf dari Seung Nyang. Selir Seol tidak mau menerimanya, tapi Hong Dan menaruh manisan itu di meja. Akhirnya Selir Seol memakannya.
Dalam acara salam pagi, Danashiri mengomeli para selir seperti biasanya. Mulai sekarang mereka dilarang menggambar alis mereka dan berdandan cantik. Lalu ia memerintahkan mereka meminum ramuan obat seperti biasa.
Seung Nyang mengambil mangkuknya. Selir lain sudah habis meminum obat tersebut. Dalam hatinya, Danashiri melarang Seung Nyang minum. Tapi tanpa disangka, Seung Nyang meminum obat itu.
Tiba-tiba Selir Seol memegangi lehernya seperti sedang tercekik. Semua orang terkejut. Selir Seol jatuh pingsan. Deok Man memeriksanya dan berkata Selir Seol keracunan.
Danashiri shock. Selir Seol keracunan setelah meminum obat yang diberikannya. Ibu Suri langsung berkata ia akan menyelidiki hal ini dan mengamankan mangkuk obat sisa Selir Seol.
Danashiri memarahi Yeon Hwa habis-habisan. Yeon Hwa gemetaran dan berkata ia tidak tahu apa-apa.
Ta Hwan juga mendengar hal ini. Ia mengkhawatirkan Seung Nyang.
Sementara itu Ibu Suri malah senang Danashiri membuat kesalahan. Ia yakin Danashiri yang meracuni selir Seol.
Danashiri ketakutan. Ia bersumpah pada ayahnya bahwa ia bukan pelakunya. Dang Ki Se berkata Danashiri sudah dijebak. Dan ia yakin pelakunya Ibu Suri. El Temur menenangkan puterinya. Ia meminta Danashiri tegar. Ia akan bertindak jika Danashiri sampai terpojok.
Tabib memeriksa keadaan Selir Seol. Untunglah ia selamat karena dosis racunnya tidak mematikan. Ia menanyakan apa saja yang dimakan Selir Seol hari ini. Para selir teringat Selir Seol makan manisan yang dikirimkan oleh Seung Nyang. Perkataan itu didengar oleh Yeon Hwa yang diam-diam menguping di luar.
Bool Hwa memergokinya menguping. Tapi Bool Hwa malah tersenyum setelah mengetahui perbuatan Yeon Hwa tersebut.
Semua orang berkumpul di aula istana untuk melihat pemyelidikian sisa obat yang diminum Selir Seol. Petugas memeriksa sisa obat dalam mangkuk dengan menggunakan bola-bola logam. Jika bola-bola logam tersebut berubah warna, maka obat itu beracun.
Alangkah leganya Danashiri ketika petugas menyatakan obat itu tidak beracun. Ia menyindir Ibu Suri yang sepertinya sudah mencurigainya. Ibu Suri berkata tentu saja ia tidak pernah mencurigai Danashiri.
El Temur memerintahkan Ibu Suri menyelidiki siapa pelakunya karena para gubernur mengkhawatirkan masalah ini. Danashiri berkata mulai sekarang ia akan menyelidiki sendiri hal ini. Ia melarang semua penghuni istana keluar dari istana. Mulai sekarang penyelidikan akan dipegang oleh penyelidik wanita.
Seung Nyang terlihat tenang-tenang saja sementara Bayan dan Tal Tal tampak khawatir.
Bayan bertanya mengapa Seung Nyang tidak mempergunakan kesempatan tadi untuk menjatuhkan Danashiri. Seung Nyang berkata meski obat tadi dinyatakan beracun, tidak ada bukti Danashiri yang menaruh racun dalam obat itu. Saat ini ia sedang membuat Danashiri jatuh dalam perangkap, lalu ia akan melemparnya dengan batu.
Tal Tal bertanya apa rencana Seung Nyang selanjutnya. Seung Nyang berkata ia akan mengorbankan dirinya sendiri. Saat ini Permaisuri pasti sedang mencurigainya. Ia yakin dengan mengorbankan diri sendiri, mereka bisa memperoleh stempel Permaisuri.
Danashiri gembira begitu mendengar laporan Yeon Hwa. Ia bertanya di mana sisa manisan yang dikirim Seung Nyang pada Selir Seol. Yeon Hwa melaporkan sisa manisan itu dibagikan pada dayang-dayang istana namun anehnya mereka semua tidak apa-apa. Artinya manisan itu tidak beracun.
Danashiri tidak peduli. Ia memerlukan pelaku dan Seung Nyang bisa dijadikan kambing hitam. Bukankah Seung Nyang sempat bertengkar dengam Selir Seol? Dan lagi pada hari itu Selir Seol tidak makan apapun kecuali manisan yang diberikan Seung Nyang.
Ia memerintahkan agar disebarkan rumor bahwa Seung Nyang yang meracuni Selir Seol dengan manisan tersebut. Jika banyak orang mempercayainya, maka sebuah kebohongan bisa menjadi sebuah kebenaran.
Maka rumor itu pun segera tersebar di istana. Ta Hwan pun mendenagrnya. Ia mengkhawatirkan Seung Nyang dan menyuruh Golta tetap mengawasi.
Seung Nyang menghadap Ibu Suri. Ia berkata pasti Ibu Suri sudah mendengar rumor yang beredar di istana mengenai dirinya. Ibu Suri menenangkan Seung Nyang agar tidak memikirkan rumor yang tidak berdasar seperti itu.
Seung Nyang berkata rumor itu bukannya tanpa alasan. Ia yang membuat Selir Seol memakan racun. Ibu Suri terkejut.
Ketika Bangsawan Zhang tiba di kediaman Ibu Suri, ia berpapasan dengan Seung Nyang yang baru saja selesai berbicara dengan Ibu Suri. Bangsawan Zhang menemukan Ibu Suri sedang memikirkan sesuatu hingga tak menyadari keadaaan sekelilingnya. Ia jadi khawatir dan menanyakan apa yang barus saja dikatakan Seung Nyang. Tiba-tiba Ibu Suri tertawa terbahak-bahak. Seung Nyang meninggalkan kediaman Ibu Suri dengan tersenyum.
Wang Yoo pura-pura hendak bekerja sama dengan Grup Maebak. Heuk Su meminta maaf karena telah membuat kacau perekonomian Goryeo. Wang Yoo menepisnya, bukankah akibat masalah uang palsu itu sekarang ia bisa bergabung dengan Grup Maebak? Ia bertanya kapan ia bisa menemui pemimpin grup ini.
Heuk Su berkata tidak ada seorangpun yang pernah melihat wajah pemimpin. Bahkan ia sendiri belum pernah melihatnya.
Heuk Su menyampaikan perintah pemimpin Maebak pada Onbisu. Onbisu harus membunuh Wang Yoo.
Dengan berat hati Onbisu menuruti perintah tersebut. Ia berpakaian hitam-hitam dan mengenakan penutup wajah, lalu menyusup ke kamar Wang Yoo. Ia hendak menikam Wang Yoo yang sedang tidur. Tiba-tiba Wang Yoo memegang tangannya dan menjatuhkannya ke tempat tidur. Onbisu terkejut.
Sepertinya Danashiri berniat meracuni salah satu dari para selir agar Seung Nyang kembali dituduh dan tidak bisa mengelak lagi. Pada acara pagi, ia kembali menyuruh para selir meminum obat.
Seung Nyang ikut meminum obatnya lalu memakan buah kering yang terdapat di dalamnya. Ia tersenyum mengejek pada Danashiri. Lalu tiba-tiba ia memegangi lehernya, persis seperti yang dilakukan Dayang Seol.
Danashiri terkejut. Seung Nyang jatuh terkapar, memegangi lehernya seperti tercekik.
Komentar:
Inikah yang dimaksud Seung Nyang dengan mengorbankan dirinya? Dengan menjadi korban racun Danashiri? Atau memang ia sengaja meracuni dirinya sendiri? Dengan begitu semua tuduhan terhadap Seung Nyang akan jadi mustahil. Dan siapa lagi yang dicurigai kembali jika bukan Danashiri?
Hanya saja sebenarnya siapa yang hendak diracuni Danashiri? Sepertinya selir yang lain baik-baik saja.
Aku senang Ta Hwan akhirnya sadar dan tidak lagi bergantung pada Seung Nyang. Meski ia masih membutuhkan Seung Nyang, tapi ia berusaha sendiri sekarang.
Wang Yoo akhirnya tahu Seung Nyang tidak mati. Tapi apa yang akan terjadi jika ia mendapati Seung Nyang telah menjadi selir Ta Hwan? Rumit deh….
smngt mbak bwt trs bkin sinop empress ki, mskipun aq udh nnton ampeg episode 41 tpi rsany kurng pas klau gag bca sinop dri mbak fanny... fighting mbak nd mksih sinopsisny (^O^)
BalasHapuswadiuch meski nie drama critanya panjang.. tapi menarik dan bikin penasaran... makasih mbak dah bikin sinopnyaaaaa...
BalasHapuslanjuutkaaan mba love u,,,
BalasHapusgileeeee....keren banget nih ceritanya...that's too complicated...
BalasHapuseh btw, yg jadi onbisu itu pemerannya Han Yoo Ra (Man from the Star) bukan ya?