[Sinopsis Bagian 1 klik di sini]
Kasus kali ini adalah ditemukannya mayat seorang pria paruh baya di dalam kamar mandi apartemennya, sambil memegang erat ponselnya. Korban bernama Song Ki Deuk, usia 72 tahun. Memiliki 2 orang putera berusia 38 dan 34 tahun, dan tinggal bersama putera bungsunya.
Orang yang menelepon polisi adalah putera sulung korban yang sedang berkunjung padahal selama ini si putera bungsu ada di rumah.
Pan Seok memeriksa tubuh korban. Kepala korban terluka hingga mengeluarkan darah. Kornea matanya buram tapi pupilnya jernih. Perutnya sudah mulai membusuk. Ada seekor belatung di dalam rongga hidungnya. Setidaknya korban telah mati sejak 24 jam lalu. Dari telapak kaki korban ditemukan serpihan sabun kering.
Tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut di luar kamar mandi TKP. Kedua putera korban berkelahi dan saling menuduh bahwa saudaranya adalah pembunuh ayah mereka. P4 segera memisahkan mereka.
“Si brengsek itu membunuh ayahku!!” teriak si kakak.
“Jangan bohong! Kau yang membunuhnya demi uang!” balas si adik penuh emosi.
“Demi uang? Siapa yang selama ini hidup memoroti uangnya? Apakah tidak cukup kau menghabiskan uangnya? Apa kau akan mengambil semuanya setelah membunuh Ayah?!”
“Jangan bicara omong kosong! Kau selalu mengincar uang Ayah! Dasar belatung!” Si adik kembali menyerbu kakaknya.
Mereka dipisahkan. Eung Do memarahi mereka. Apa mereka tidak malu berkelahi seperti itu padahal ayah mereka baru saja tiada? Akhirnya keduanya lebih tenang. Pan Seok memerintahkan agar kakak beradik itu dibawa ke kantor polisi.
Dae Gu dan Soo Sun menanyai si kakak. Soo Sun bertanya apakah ia benar-benar berpikir adiknya yang telah membunuh ayah mereka. Si kakak berkata ini bukan dugaan tapi ia tahu kalau ia benar.
Ia bercerita kalau adiknya seorang monster. Dulu adiknya tidak seperti itu dan hidup normal, tapi sejak tidak bisa mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah, adiknya jadi terobsesi dengan games komputer. Hingga adiknya tidak bisa lagi membedakan kenyataan dan hidup dalam khayalan dunia games.
Ayah membawakan makanan untuk putera bungsunya yang sudah berjam-jam bermain game di dalam kamar. Tanpa sengaja Ayah menumpahkan sup hingga merusak “mouse” komputer. Si adik mengamuk dan mendorong ayahnya hingga jatuh ke lantai, lalu memarahinya dengan kasar.
“Ia bahkan tidak sadar kalau ia telah membunuh Ayah. Ia mungkin berpikir ia hanya membunuh seseorang dalam game. Ia pasti membunuh Ayah seperti itu.”
Sementara si adik ditanyai oleh Ji Gook dan Tae Il. Ia berkata dengan penuh emosi bahwa kakaknya yang telah membunuh Ayah mereka. Hanya ada satu alasan kakaknya menemui Ayah mereka. Asuransi.
Kakaknya adalah agen asuransi. Ia menawarkan produk asuransi terbaru pada sang Ayah dan selalu menemui Ayah mereka setiap kali menghadapi kesulitan keuangan. Hingga satu hari sang Ayah menolak. Si kakak pun marah dan membentak-bentak ayah mereka. Dan hal itu didengar oleh si adik yang sedang asyik bermain game di kamarnya.
Si kakak berusaha mendapatkan klien asuransi dan hutangnya terus menumpuk. Hingga suatu kali ia menonton berita di televisi tentang seorang pria yang ditangkap karena membunuh orangtuanya demi uang asuransi. Pria itu sempat mendapat uang ratusan ribu dolar dari pihak asuransi setelah pura-pura membuat kecelakaan mobil.
Si adik masuk ke dalam kamar mandi dan menemukan kakaknya berjongkok di sisi tubuh Ayah mereka yang sudah meninggal.
“Dia meledak karena Ayah tidak mau menurutinya. Satu-satunya cara untuk membayar hutangnya adalah dengan uang asuransi jiwa Ayah. Dia tahu sistem asuransi jiwa lebih baik dari siapapun.”
Pan Seok berkata mereka harus menunggu hasil otopsi untuk mengetahui penyebab kematian lebih detil, tapi sepertinya korban tewas karena bentudan di kepala.
Berdasarkan potongan sabun di telapak kaki korban dan juga tidak ada tanda-tanda tubuh korban dipindahkan, kemungkinan besar kematian korban adalah sebuah kecelakaan. Anehnya, si pelapor dan saksi saling menuduh telah membunuh korban.
Tae Il melaporkan tidak ditemukan tulang patah di tubuh korban. Eung Do terkejut. Ia bertanya-tanya apakah salah satu putera korban memang telah membunuh korban.
Soo Sun bingung, kenapa bisa disimpulkan bahwa ini pembunuhan? Eung Do menjelaskan bahwa saat seseorang terpeleset dan jatuh, secara spontan ia akan menahan jatuhnya dengan tangan . Dan karena berat tubuh orang tersebut, biasanya terjadi patah tulang di bagian pergelangan tangan.
Pada kasus seperti ini, jika ada kerusakan tulang di tangan, maka kasus itu biasanya disimpulkan sebagai kasus kecelakaan.
“Tapi, jika seseorang tiba-tiba didorong hingga jatuh, biasanya tidak ada kerusakan tulang. Kenapa? Karena terlalu tiba-tiba hingga orang yang jatuh tidak sempat melindungi diri mereka,” kata Eung Do.
Meski begitu, Pan Seok berkata masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa kasus ini adalah sebuah kasus pembunuhan. Sambil menunggu penyebab dan waktu kematian, mereka harus menyelidiki bukti-bukti yang mereka temukan di TKP.
Jin Gook ditugaskan mencari bukti dari semua jalan masuk ke apartemen itu dan juga siapa saja yang pernah memasuki apartemen tersebut. Soo Sun ditugaskan menanyai para tetangga mengenai hubungan korban dan kedua anaknya. Apakah mereka sering berkelahi?
Tae Il ditugaskan memeriksa rekaman CCTV dari seluruh penjuru apartemen selama seminggu ini. Dan Dae Gu ditugaskan mengkonfirmasi apakah si adik benar-benar tidak meninggalkan komputernya selama 36 jam seperti yang telah dikatakannya. Lalu Pan Seok menyerahkan ponsel korban pada Tae Il untuk dikirimkan pada unit forensik.
Ji Gook memeriksa jendela apartemen korban. Untuk memeriksa lebih teliti, ia mencondongkan tubuhnya keluar dari balkon. Tae Il cepat-cepat menariknya. Bagaimana jika Ji Gook sampai jatuh?
Ji Gook jadi tersinggung, meski ia tidak sepintar Tae Il tapi ia sudah memikirkan sejauh mana ia bisa mencondongkan tubuhnya dan tidak terjatuh.
“Biar kulihat. Aku lebih tinggi,” kata Tae Il.
“Aku masih bisa melihat meski aku lebih pendek,” kata Ji Gook.
Tae Il bertanya mengapa nada suara Ji Goo seperti itu. Ji Gook berkata debu di luar tidak tersentuh, artinya tidak ada bukti ada penyusupan dari luar. Tae Il heran mengapa Ji Gook tidak seperti biasanya.
Soo Sun menanyai para tetangga mengenai keadaan korban dan anaknya. Para tetangga malah heran ketika diberitahu kalau korban tinggal bersama anaknya. Setahu mereka korban tinggal sendirian.
P4 berkumpul untuk membahas apa saja yang sudah mereka temukan. Sejauh ini yang mereka ketahui adalah tidak ada penyusupan dari luar secara paksa. Ji Gook menduga pelakunya adalah si adik. Alasannya adalah karena ia begitu tergila-gila pada game hingga tidak ada orang yang tahu bahwa ia tinggal dalam rumah itu. Selain itu dia terlihat gugup saat ditanyai.
Tapi Dae Gu menemukan bahwa si adik tidak pernah meninggalkan komputernya selama 36 jam. Ia sudah mengecek data game yang dimainkan si adik.
Dari rekaman CCTV, Tae Il menemukan bahwa si kakak datang ke apartemen korban sekitar jam 9 pagi itu. Tapi ia baru melapor polisi pada jam 2 siang. Apa yang terjadi selama 5 jam itu?
Menurut pengakuannya pada Soo Sun, si kakak tidur di sofa begitu tiba di apartemen. Ia menemukan ayahnya setelah ia bangun dan hendak menggunakan kamar mandi.
Ji Gook merasa kasus ini mengerikan. Bagaimana bisa seseorang membunuh ayahnya demi uang? Soo Sun berkata karena itu ia berharap hasil otopsi menunjukkan kasus ini adalah kecelakaan. Ia berharap hal mengerikan seperti ini tidak terjadi.
Karena itu Soo Sun sungguh-sungguh menyelidiki kemungkinan tersebut. Ia memeriksa text booknya semalaman, dan akhirnya memutuskan untuk mereka ulang jatuhnya si korban.
Ia menggelar kasus di kamar mandi kantor, dan mengikatkan bantal di belakang kepalanya. Lalu ia melumuri kakinya dengan busa sabun dan memplesetkan dirinya hingga jatuh ke kasur. Ia melakukannya berkali-kali dan semuanya ia rekam dengan kamera.
Keesokan paginya ia menunjukkan video tersebut pada Pan Seok. Pan Seok berusaha keras menahan tawanya melihat tingkah Soo Sun di kamera. Akhirnya ia tidak tahan lagi dan berkata ia sudah cukup melihat video tersebut.
Soo Sun berkata apa yang dikatakan Eung Do benar. Saat seseorang terpeleset, ia dengan spontan akan menahan jatuhnya dengan tangan untuk melindungi kepala membentur lantai. Kecuali jika ia mendadak didorong. Ia sudah mencobanya lebih dari 10 kali.
Lalu, tanya Pan Seok. Soo Sun berkata bukankah artinya kasus mereka adalah pembunuhan dan bukan kecelakaan. Mereka harus menyelidikinya lebih seksama. Tidakkah mereka memerlukan surat perintah penahanan? Bi saja si tersangka melarikan diri.
Pan Seok tampak memikirkan ucapan Soo Sun. Soo Sun lagi-lagi memperlihatkan viedonya pada Pan Seok untuk membuktikan maksud ucapannya. Melihat besarnya semangat SooSun, Pan Seok tersenyum.
Tae Il dan Ji Gook tiba kembali di kantor. Tae Il sudah ditunggu oleh beberapa petugas wanita yang memberinya coklat. Melihat raut wajah Ji Gook, Eung Do menghiburnya. Ia juga selama ini berpartner dengan Seo Pan Seok, senasib dengan Ji Gook.
Lalu Eung Do membahas laporan Ji Gook. Ia mengkritik laporan Ji Gook yang banyak menggunakana kata “ saya kira…” “saya pikir….”. Pan Seok membenci kata-kata seperti itu.
“Apa yang kaupikirkan tidaklah penting, yang penting adalah kenyataan. Jangan menduga, tapi mencari fakta dan menyelidikinya,” Eung Do menasihati.
“Itulah yang kutulis,” kata Ji Gook.
Eung Do menunjukkan laporan Tae Il dan menyuruh Ji Gook mencontohnya karena Tae Il menjelaskan dengan detil dalam laporannya.
“Apa kepala tim sedang memujiku?” seloroh Tae Il yang baru datang.
“Ah, pak kepala. Jangan bandingkan aku dengan dia. Tae Il itu levelnya berbeda. Bapak tidak akan bisa membayangkan seberapa besar perbedaannya.”
“Apa kau dari planet lain (man from the stars)?” tanya Eung Do.
Sambil cemberut, Ji Gook membawa barang bawaannya ke ruang penyimpanan bukti. Eung Do heran melihat sikap Ji Gook seperti itu. Ia bertanya pada Tae Il apakah mereka sedang bertengkar. Tidak, kata Tae Il.
Kekesalan Ji Gook bertambah ketika ibunya menelepon dan mencerewetinya meski ia sudah mengatakan kalau ia sedang sibuk. Akhirnya ia meninggikan suara pada ibunya dan menyalahkannya karena tidak memberinya gizi yang baik hingga tubuhnya tetap pendek. Setelah menutup telepon, ia merasa menyesal karena melampiaskan kegalauannya pada ibunya.
Tae Il tahu ada yang salah dengan Ji Gook. Karena itu ia menyusul Ji Gook ke ruang penyimpanan barang bukti dan mengajaknya bicara. Ia bertanya mengapa Ji Gook bersikap seperti ini. Apa karena rahasia yang dikatakannya? Ji Gook mendiamkan Tae Il dan pergi menjauhinya. Tae Il menghela nafas kesal.
Akhirnya si pembunuh berhadapan dengan Pan Seok. Pan Seok tidak terlihat ramah meski ia mengucapkan salam.
“Apa kau benar-benar kembali (dan tidak akan pergi lagi)?”
“Aku benar-benar kembali,” jawab si pembunuh. “Aku di sini untuk menagih hutang.”
Mendengar itu, Pan Seok melihat ke arah luka di belakang telinga si pembunuh. Hmmm…apa Pan Seok yang menyebabkan luka itu?
“Katakan apa yang kauinginkan,” kata Pan Seok.
“Kau tidak sabaran. Apa kau sudah menemukan anak sebelas tahun lalu?” tanyanya sambil tersenyum mengejek.
Dae Gu sedang memeriksa kasus pembunuhan yang ditanganinya ketika ia menerima pesan dari Soo Sun.
“Partner….” Panggil Soo Sun dengan stiker kucing lucu di ruang chat.
“Apa?”
“Apa kau tahu sekarang hujan?” tanya Soo Sun yang mendekam di balik selimut di dalam tendanya.
“Apa aku perlu tahu?”
“Tidak. Aku hanya bicara….” Poor Soo Sun >,< Ia sendirian di dalam tenda sementara di luar hujan deras.
Tapi dasar Dae Gu. Dengan ketus ia menyuruh Soo Sun berhenti chat jika bicara ngelantur.
Soo Sun jadi kesal. Ia mengetik: “Kau benar-benar tidak berperikemanusiaan!!”
Dae Gu bingung. Kenapa Soo Sun jadi marah? Ia kembali menekuni berkas-berkas kasus, lalu melihat keluar. Apakah Soo Sun benar-benar mengirim pesan hanya karena hari hujan?
Soo Sun mengomel dalam tendanya bagaimana bisa ia mendapat partner tidak berperikemanusiaan seperti itu. “Tendaku hampir rubuh!” serunya kesal. Ia khawatir hujan tidak segera berhenti dan berpikir untuk pergi ke tempat sauna.
“Apa kau di dalam?” terdengar suara Pan Seok dari luar tenda. “Detektif Eo!”
Soo Sun membuka tendanya. Pan Seok bertanya mengapa Soo Sun ada di luar pada hari hujan seperti ini. Apa tidak ada tempat di kamar untuk tugas malam? Soo Sun berkata tempat itu sudah penuh. Pan Seok jadi kasihan dan menyuruh Soo Sun ikut dengannya.
Seandainya Soo Sun tidak mengikuti Pan Seok, pasti ia akan menemukan kalau partnernya ternyata berperikemanusiaan. Dae Gu pergi ke kantor polisi dengan membawa payung. Namun ia tidak menemukan Soo Sun di tendanya.
Dae Gu bertanya-tanya ke mana Soo Sun pergi. Ia menunggu di depan kamar wanita yang bertugas malam, namun ia tidak berani mengetuk pintu dan mencari Soo Sun.
Akhirnya ia kembali ke kamarnya. Ia terkejut saat melihat Soo Sun ada di apartemen Pan Seok. Ia melihatnya melalui kamera CCTV yang dipasangnya di apartemen Pan Seok.
Pan Seok menyuruh Soo Sun tidur di apartemennya malam ini sementara ia akan pergi menginap di luar. Soo Sun jadi tidak enak hati. Ia berkata ia bisa menginap di sauna.
“Hei, hei…tidurlah di sini sesuai perintahku,” kata Pan Seok. Ia memberitahu di mana letak selimut dan mempersilakan Soo Sun tinggal dengan nyaman. Ia mengingatkan agar Soo Sun mengunci pintu saat pergi besok pagi.
Soo Sun sangat berterima kasih. Mendengar Soo Sun terbatuk-batuk, Pan Seok buru-buru menyuruhnya istirahat lalu beranjak pergi. Tepat saat itu perut Soo Sun berteriak “lapar”.
Ramyun time!! Pan Seok yang sudah lama tinggal bersama seorang wanita, nampak canggung dengan kehadiran Soo Sun. Apalagi Soo Sun memang bersikap sangat cuek dengan pria seakan-akan tidak ada perbedaan di antara mereka.
Soo Sun memasak ramyun untuk mereka, sementara Pan Seok menunggu dengan kaku. Mereka pun duduk dan makan bersama.
Tiba-tiba bel berdering. Pan Seok membuka pintu. Dan yang datang adalah Sa Kyung. O-ow…..
Sa Kyung menunjukkan makanan yang ia bawa. Ia datang karena hujan. Pan Seok nampak gugup.
“A..aku sedang ada tamu. Hei!” serunya pada Soo Sun.
Soo Sun segera berdiri dan membungkuk memberi salam pada Sa Kyung. Sa Kyung tercengang melihat Soo Sun ada di apartemen Pan Seok.
Pan Seok menjelaskan bahwa Soo Sun ditipu oleh pemilik wisma dan selama ini tinggal di atap kantor.
“Karena hujan, jadi….. A-aku tadinya hendak pergi, tapi….dia mau makan ramyun,” kata Pan Seok terbata-bata.
Sa Kyung menatap Soo Sun yang tak kalah gugupnya.
Dae Gu sangat kesal melihat Soo Sun ada di apartemen Pan Seok. Namun kemarahannya teralihkan ketika detektif yang disewanya menelepon dan memberitahunya bahwa ia sudah menemukan Park Seung Oh.
Pan Seok pun mendapat kabar yang sama. Ia bergegas pergi ke rumah duka. Lho, rumah duka? Ternyata Park Seung Oh ditemukan tewas seminggu lalu. Ia sudah lama menjadi gelandangan karena itu keberadaannya tidak bisa terlacak. Ironisnya, identitasnya baru terungkap setelah ia mati.
Dae Gu pergi ke kamar mayat untuk memastikan itu adalah Park Seung Oh. Dokter mengatakan kematiannya disebabkan karena jatuh. Namun belum diketahui apakah jatuh karena kecelakaan atau karena didorong.
Dae Gu melihat mayat di hadapannya. Dan teringat pada wajah pria berpakaian necis yang pernah menunggu ibunya di depan rumah. Dae Gu membenarkan bahwa itu adalah Park Seung Oh. Dae Gu melihat baik-baik kedua telinga mayat itu. Tidak ada bekas luka.
Pan Seok tiba dan melihat Dae Gu keluar dari kamar mayat. Ekspresi Pan Seok mengeras. Ia sengaja menunggu hingga Dae Gu berjalan ke arahnya.
Dae Gu mengangkat kepalanya dan terkejut melihat Pan Seok ada di hadapannya. Pan Seok mendekati Dae Gu.
“Kau masih hidup, Kim Ji Yong.”
Komentar:
Whoaaaa…..ketahuan kah?!
Sepertinya rahasia Tae Il bukanlah ia seorang gay seperti yang kita duga. Melihat reaksi Ji Gook dan kata-katanya, sepertinya rahasia Tae Il adalah ia seorang anak orang kaya atau seseorang dengan latar belakang sangat baik.
Jika Tae Il seorang gay, maka Ji Gook akan lebih menunjukkan rasa takut berdekatan dengan Tae Il, atau rasa gugup. Tapi ekspresi yang diperlihatkan Ji Gook adalah iri. Apalagi melihatTae Il populer di kalangan wanita dan juga Eung Do membandingkan laporannya. Ji Gook mengatakan ia tidak selevel dengan Tae Il dan Tae Il langsung tahu Ji Gook bersikap begitu karena rahasia yang dikatakannya. Sayang sekali karena Ji Gook tidak bisa melihat Tae Il apa adanya.
Apakah Pan Seok menyukai Soo Sun? Menurutku tidak. Memang ia memperlihatkan ekspresi lembut saat berdekatan dengan Soo Sun, namun berbeda dengan reaksi yang ia tunjukkan pada Sa Kyung. Soo Sun tidak membuat jantungnya berdebar, Soo Sun membuatnya tersenyum karena semangatnya. Bisa dibilang hanya Soo Sun yang memiliki semangat sebesar Pan Seok dalam memecahkan kasus.
Lalu apa hubungan antara Pan Seok dan si pembunuh? Tidak ada aura persahabatan di antara mereka *cieee emang aku cenayang?* Tapi sepertinya mereka sudah mengenal sejak lama. Mungkin saja keduanya pernah berteman. Atau jangan-jangan si Boots (pembunuh) adalah mantan polisi? Jika benar, maka itu bisa menjelaskan mengapa ia memiliki akses pada informasi polisi sebelas tahun lalu
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusJdi penasaran gmana reaksi daegu ktika ketauan oleh panseok :s\
BalasHapusBtw big thnks ya mba fanny^^ dan ditunggu jga ya eps 9 nya ;) fighting!!}
makasih mbak fanny :* sukaaa lagi sama coment nya mbak, lebih memperjelas gitu :)
BalasHapusdaebak mba!!! :D
BalasHapusaku penasaran gimana kalo dae gu beneran ketauan
penasaran gmn selanjutnya..
BalasHapusDaebak mba' fanny.. Ditunggu sinop selanjutnya...!!!! :)
BalasHapuswah.. penasaran banget sama sinopsis lengkapnya,!!
BalasHapusmbak aku baca di detikcom katanya seung gi matanya ketusuk properti mirip pedang pas lagi syuting episode 10 dan lumayan parah juga, terus pihak SBS akan menghentikan proses syuntinngnya.
aduh kalau emang bener mudah-mudahan cepet sembuh deh supaya gak perlu nunggu lama2 penasaran banget soalnya.... hiks
coba ad tae gong shil dy pasti tw knp si kakek itu meninggal..di d bunuh apa emang cuma kecelakaan..hehee jd inget tae gong shil lgian mba fanny nyebut2 master suns..oia may kira juga tae il bukan gay deh,kayanya dy chaebol deh bener kayanya sih..tapi ga tw ah bikin penasaran aja nih tae il..oia mba fanny episode 9 yg di tulis mba dee ko ga ad ya..mba dee lg sakit apa..???
BalasHapus