Tae Il masih terbaring tak sadarkan diri seusai operasi. Teman-teman satu timnya menjagainya. Ji Gook sedih melihat wajah partnernya yang biasanya mulus jadi babak belur seperti itu. Eung Do menghiburnya dengan berkata setidaknya Tae Il selamat, karena jika pisau itu lebih dalam setengah centimeter saja akan berakibat sangat buruk.
Ji Gook menanyakan kelanjutan kasus ini. Mereka tidak akan menutup kasus ini setelah kehilangan liontin itu bukan? Tentu saja tidak. Soo Sun berkata masih ada saksi yang melihat Nyonya Yoo keluar dari rumah Dae Gu. Tekad Dae Gu juga tidak berkurang. Ia akan menangkap mereka semua.
Tae Il tiba-tiba bergerak. Mereka semua langsung memanggilnya dan lega saat melihat Tae Il sadar dan mengenali mereka. Ji Gook malah memarahinya karena tetap berusaha mendapatkan liontin itu kembali hingga ditikam. Bahkan setelah ditikam Tae Il masih tidak menyerah hingga para penjahat itu semakin melukainya. Setelah meluapkan emosinya yang merupakan bentuk kekhawatirannya yang menumpuk sejak tadi, Ji Gook melunak.
“Tidak, Tae Il-ah…kau telah melakukan hal yang benar,” katanya sungguh-sunguh.
Eung Do berkata tentu saja Tae Il telah melakukan hal yang benar, karena begitulah seorang detektif. Ia bangga pada Tae Il.
Dae Gu bertanya apa Tae Il benar-benar baik-baik saja. Tae Il mengiyakan. Ia minta maaf karena telah menghilangkan liontin itu.
Dae Gu yang masih merasa bersalah karena Tae Il terluka akibat liontin itu, meminta Tae Il tidak mengatakan kata-kata seperti itu lagi. Soo Sun dan Ji Gook membenarkan. Tapi tampaknya Tae Il pun masih merasa bersalah.
Pan Seok mendengar percakapan mereka namun tidak mengatakan apapun. Ia dan Eung Do pulang lebih dulu. Eung Do bertanya apakah tadi Chief Kang benar-benar muncul (di tepi sungai Han). Pan Seok tidak menjawab namun wajahnya yang penuh kekecewaan telah menjawabnya.
Dae Gu mengantar Soo Sun pulang. Mereka berhenti di depan tempat tinggal Soo Sun yang baru. Ketika Dae Gu menanyakan pendapat Soo Sun mengenai apartemen barunya, Soo Sun tersenyum dan berkata apartemennya bersih karena masih baru dan juga memiliki jendela.
Soo Sun melihat Dae Gu masih murung. Ia meraih tangan Dae Gu dan menggenggamnya.
“Setelah kau pulang ke rumah, jangan pikirkan apapun dan tidurlah.”
Dae Gu terlihat lebih rileks. Ia tersenyum kecil dan mengaku itu (tidur dan tidak berpikir apapun) adalah tugas yang sangat sulit untuknya. Soo Sun berkata Dae Gu harus berusaha. Dae Gu menurut dan mengatakan ia akan berusaha melakukannya. Soo Sun tersenyum dan mereka pun berpisah.
Soo Sun melihat Dae Gu yang berjalan menjauh. Ia terlihat mengkhawatirkannya.
Keesokan paginya, kantor kepolisian Gangnam diserang. Bukan oleh orang tak dikenal, tapi oleh Chief Cha. Ia melempar butiran-butiran kacang merah ke sekeliling tempat kerja tim 3 untuk mengusir roh jahat dan kesialan.
“Di sini ada roh jahat!!” serunya. “Pergil!! Tidak ada jalan keluar bagi tim ini/ Penyekapan! Penyerangan! Penyerangan terhadap ibu! Dan sekarang penyerangan lagi! Ketika kupikir sudah berakhir, semuanya kembali terulang. Bahkan orang pintar dan rasional sepertiku terpaksa melakukan ritual seperti ini!” ocehnya sambil terus melempar-lembar kacang merah ke sana kemari.
Ji Gook, Dae Gu, Soo Sun, dan Eung Do bangkit dari kursi mereka sambil berusaha menghindar dari lemparan kacang Chief Cha. Ckckckck….yang makjang bukan tim 3 tapi Chief Cha ;p
Pan Seok menemui Chief Kang di kantornya. Ia tahu Chief Kang sudah membaca laporan mengenai penyerangan Tae Il dan liontin itu diampbil penyerangnya. Ia bertanya siapa orang di balik penyerangan itu.
Chief Kang pura-pura tidak tahu (aku bilang pura-pura karena pasti ia sudah menduga siapa yang mengambilnya) dan balik menyalahkan Pan Seok karena tidak menyerahkan liontin itu ke tangan Penuntut.
“Jika Ji Yong tahu mengenai dirimu, bagaimana perasaannya?”
“Apakah ia akan mempercayaimu tanpa bukti? Menurutmu ia akan lebih percaya pada siapa?” tanya Chief Kang.
Pan Seok berkata untuk sementara ia tidak akan memberitahu Dae Gu tapi ia akan melakukan apapun untuk mengungkap kasus di Masan dan menangkap Yoo Ae Yun. Ia meminta Chief Kang tidak menghalanginya, jika Chief Kang melakukannya ia tidak takut untuk membeberkan semuanya pada wartawan.
“Kuharap kau melakukan hal yang benar meski sudah sedikit terlambat,” katanya.
Episode 17: Kebenaran yang tidak mengenakkan
Pan Seok mendatangi Nyonya Yoo di sebuah gym. Nyonya Yoo sedang berlari di treadmill, Pan Seok berjalan di treadmill sebelahnya.
“Halo, Nyonya tas. Kukira Anda ahli dalam penyerangan, tapi ternyata Anda juga ahli merampok!” ledeknya.
Nyonya Yoo pura-pura tidak mendengar perkataan Pan Seok.
“Anda sekarang memiliki 2 liontin di rumah, kan? Apakah keduanya membantu keuangan Nyonya?” Pan Seok meneruskan ledekannya.
Nyonya Yoo terus berlari seakan Pan Seok hanya angin lewat.
“Kami memiliki saksi, Nyonya Yoo. Ada seseorang yang melihat Anda masuk dan keluar dari rumah korban 11 tahun lalu.”
Nyonya Yoo berhenti berlari dan mulai berjalan. Wajahnya tidak setenang tadi.
Pan Seok berkata mereka sedang menyiapkan surat penahanan jadi sebaiknya Nyonya Yoo datang ke kantor polisi bersamanya untuk menghindari borgol. Dengan segera Nyonya Yoo kembali berlari dan wajahnya sudah kembali seperti semula. Wajah tak peduli.
“Anda pelari yang bagus. Bagus sekali karena Anda akan kelelahan setelah diintrogasi sepanjang hari. Anda seharusnya lebih banyak berlari….sampai Anda muntah!” ujar Pan Seok. Ia memberi isyarat pada Soo Sun.
Soo Sun menaruh sehelai kertas di hadapan Nyonya Yoo. Surat perintah interogasi. Pan Seok menyarankan agar Nyonya Yoo datang dengan sukarela memenuhi panggilan itu sebelum perintah penahanan dikeluarkan. Ia dan Soo Sun berjalan pergi.
Nyonya Yoo mengambil kertas itu lalu menyobek-nyobeknya. Soo Sun berbalik dan memunguti kertas-kertas itu lalu mengacungkannya ke hadapan Nyonya Yoo.
“Apa-apaan ini! Tidak sopan!” kata Nyonya Yoo.
“Jangan merobek surat resmi yang dibayar dari uang pembayar pajak. Kurasa Anda tidak tahu karena Anda menyobeknya sebelum membacanya. Liontin yang Anda curi mungkin tersembunyi di rumah Anda. Tapi Anda tidak bisa bersembunyi lagi,” ujar Soo Sun. “Kuharap Anda memiliki harga diri yang tersisa untuk bekerja sama dengan kami.”
Dae Gu berhasil menemui rekan lama ibunya. Teman ibunya tidak pernah mendengar nama Yoo Ae yun dan juga tidak mengenali fotonya. Melihat Dae Gu nampak kecewa, teman ibunya meminta maaf karena ia benar-benar ingin membantu. Ia berkata ibu Dae Gu adalah seorang yang sangat baik dan hangat. Semua yang pernah menjadi sukarelawan bersamanya benar-benar menyukainya. Dae Gu tersenyum karena memang seperti itulah ibunya.
Teman ibunya teringat pernah menyimpan beberapa foto masa lalu saat ia dan ibu Dae Gu sama-sama menjadi sukarelawan. Ia memperlihatkan foto-foto itu pada Dae Gu. Sebuah foto membuat Dae Gu tersentak. Dalam foto itu ia melihat ibunya dan Shin Ji Il. Melihat pakaiannya, Shin Ji Il juga adalah relawan sama seperti ibunya.
Ia bertanya pada teman ibunya mengenai pria yang ada dalam foto itu. Apakah pria itu kenal dengan ibunya. Teman ibunya tampak ragu sesaat namun akhirnya ia berkata kalau ibu Dae Gu dan pria itu dulu saling menyukai. Dae Gu terkejut.
Teman ibunya berkata ibu Dae Gu sangat menyukai pria itu (Chin Ji Il), begitu juga sebaliknya. Tapi tiba-tiba ibu Dae Gu berhenti dari pekerjaan dan pergi dari Seoul dan tak lama kemudian ia dengar Shin Ji Il menikah dengan seorang gadis dari keluarga kaya. Jadi ia pikir ibu Dae Gu pergi dari Seoul karena pernikahan itu.
Dae Gu masih kebingungan mencerna keterangan dari teman ibunya. Teman ibunya bertanya ayah Dae Gu orang seperti apa. Apa ibu Dae Gu pernah menceritakannya? Sepertinya ia juga curiga kalau Dae Gu adalah anak dari Shin Ji Il.
Dae Gu membawa foto itu bersamanya. Ia teringat dulu ia digosipkan anak dari selingkuhan pria yang sudah menikah. Dan ketika itu ibunya meyakinkannya kalau ayahnya sudah mati. Lalu ibunya meminta maaf karena Dae Gu tidak berayah sejak dilahirkan.
Dalam kegundahannya ia pergi ke rumah abu ibunya. Ia bertanya apakah ibunya membohonginya selama ini. Apakah ayahnya benar-benar sudah mati?
“Jawab aku!” katanya putus asa.
Setelah ia berhasil menenangkan diri, ia berkata tidak masalah ibunya membohonginya atau tidak. Pokoknya ia akan menegakkan keadilan pada mereka yang telah melakukan semua ini ada ibunya.
“Maafkan aku, Ibu…karena tidak melindungi Ibu…”
Tae Il masih dirawat di rumah sakit namun ia sudah kembali bekerja dengan berusaha mencari siapa orang yang telah menyerangnya dari arsip para kriminal milik kepolisian. Ia ingat dengan jelas wajah mereka.
Dae Gu tiba dan menyuruh Tae Il istirahat. Ia juga pernah mengalami saat ia ditikam. Tae Il tidak mau berhenti. Ia ingin menangkap penyerangnya dan Dae Gu yang paling mengerti itu. Soo Sun berkata ia juga sudah menghalangi Tae Il untuk bekerja tapi tidak berhasil.
Dae Gu memakaikan gelang pemberian Eung Do pada Tae Il. Untuk menghalau peritiwa buruk terjadi padanya. Ji Gook berseloroh tidak terlalu buruk dirawat di rumah sakit jika bisa mendapat perhatian Dae Gu.
Tim dokter memasuki kamar Tae Il. Tapi Tae Il terlihat murung begitu melihat siapa yang datang. Ayahnya.
Sang ayah dengan wajah kesal bertanya apa Tae Il saat ini sedang membalas dendam padanya. Tidak, jawab Tae Il. Ia akan meninggalkan rumah sakit begitu sembuh. Ayahnya bertanya apa Tae Il akan pulang. Teman-temannya bingung melihat percakapan mereka.
“Maafkan aku,” jawab Tae Il. Menandakan ia tidak akan kembali ke rumahnya.
“Kau tidak ada bedanya dengan Tae Soo. Kalian berdua bukan puteraku! Jangan pernah muncul di hadapanku lagi begitu kau keluar dari rumah sakit,” tegas ayahnya, lalu pergi.
Melihat teman-temannya bingung, Tae Il menjelaskan bahwa dokter tadi adalah ayahnya.
Ji Gook bertanya siapa Tae Soo, apa Tae Il memiliki saudara laki-laki? Ia berkata Tae Il sangat misterius hingga tidak pernah memberitahu mereka apapun. Untuk apa disembunyikan? Dae Gu dengan penuh pengertian berkata setiap orang pasti memiliki setidak satu rahasia yang ingin mereka simpan.
“Tidak, aku ingin mengatakannya pada kalian sekarang. Apa kalian ingin mendengarnya?”
Kilas balik:
Tae Il masih menjadi dokter magang di sebuah rumah sakit. Suatu hari ia mendapat telepon dari ibunya agar pulang lebih awal malam ini untuk bertemu pertama kali dengan kakak iparnya.
Tapi ketika malam itu ia pulang ke rumah, begitu tiba di depan pintu ia mendengar suara benda pecah dari dalam rumah. Ia buru-buru masuk dan melihat ayahnya sedang mengamuk sementara kakaknya berlutut di lantai..bersama seorang pria yang akan menjadi kakak iparnya.
Kakaknya berusaha meminta ayahnya untuk menerima keadaannya, dan jika terlalu berat ia dan kekasih prianya akan menjalani hidup mereka jauh-jauh dari keluarganya. Sang ayah terlalu murka dan kecewa.
“Bagaimana bisa seorang pria mencintai pria lain! Matilah! Apa kau tahu apa yang kulakukan untuk membesarkanmu? Kau merusak nama baikku. Lebih baik kau mati di tanganku daripada hidup seperti ini!” serunya. Ibu Tae Il berusaha menenangkan suaminya.
Tae Il terpukul mengetahui kenyataan ini. Ia melihat kakaknya dengan tatapan tak percaya dan kecewa. Sang kakak melihat ekspresi Tae Il dan memanggilnya.
Tae Il pergi dalam kemarahan dan kekecewaannya. Kakaknya mengejarnya. Tae Il menyeberang jalan dan hampir tertabrak. Ia tidak mempedulikan kakaknya yang terus memanggilnya. Hingga tiba-tiiba terdengar suara tubrukan. Tae Il terdiam. Ia berbalik dan melihat kakaknya tergeletak di jalan. Meninggal.
“Aku tidak bisa lagi menjadi dokter sejak saat itu. Sejak awal aku memang tidak ingin jadi dokter dan aku tidak bisa sanggup lagi. Tiba-tiba aku ingin menjadi detektif. Kupikir kakakku akan memaafkan aku jika aku menjadi detektif. Kakakku selalu ingin menjadi detektif. Selesai,” Tae Il mengakhiri ceritanya. Ia nampak lega setelah bercerita.
Teman-temannya terdiam sesaat setelah mendengar kisah Tae Il. Lalu mereka bersikap seakan tidak ada apa-apa. Mereka sibuk memotong buah untuk Tae Il dan membantu Tae Il membaringkan diri dan rileks. Sepertinya mereka tidak tahu apa yang harus mereka katakan setelah mendengar cerita itu, namun mereka menunjukkan bahwa mereka akan tetap berada di sisi Tae Il. Dan Tae Il menyadari hal itu. Ia tersenyum.
Dae Gu duduk merenung di bangku taman rumah sakit. Ia mulai memikirkan kemungkinan Ji Il adalah ayahnya. Soo Sun menyusulnya. Dae Gu menepuk bangku sebelahnya agar Soo Sun duduk. Tadinya Soo Sun khawatir Tae Il dan Ji Gook akan mencari mereka. Tapi Dae Gu kembali memberi isyarat agar Soo Sun duduk di sampingnya.
Begitu Soo Sun duduk, Dae Gu membaringkan kepalanya di pangkuan Soo Sun. Soo Sun terkesiap dan salah tingkah. Dae Gu verkata rasanya nyaman dan cukup empuk. Ia memejamkan matanya sambil tersenyum.
“Hei remah roti, kau lebih gemuk dari yang terlihat,” ujarnya.
Soo Sun jadi malu dan mendorong Dae Gu.
“Kau lulus tes pertama,” kata Dae Gu. Soo Sun tersenyum.
Dae Gu bertanya apa ia boleh tidur sebentar. Soo Sun memperbolehkan.
“Remah roti, seperti apa ayahmu?” tanya Dae Gu.
“Ayahku?” Soo Sun tersenyum mengingat ayahnya. “Ia seorang yang hangat, lucu, dan ceroboh. Ayah terbaik yang bisa kuminta. Seseorang yang makin hari makin kurindukan. Kenapa kau menanyakannya?”
Tidak ada alasannya. Dae Gu memejamkan matanya dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Soo Sun membiarkan Dae Gu tidur di pangkuannya. Ia mengulurkan tangannya untuk menghalangi cahaya lampu menyinari mata Dae Gu.
Keesokan harinya Dae Gu pergi menemui CEO Shin Ji Il. Ia mengamati wajah CEO Shin selama beberapa waktu hingga CEO Shin bertanya mengapa Dae Gu mencarinya. Dae Gu memperlihatkan foto ibunya dan CEO Shin 27 tahun lalu.
“Apa Anda kenal wanita ini? Anda bekerja sebagai relawan dengannya 27 tahun lalu. Nyonya Kim Hwa Young adalah ibuku.”
CEO Shin terkejut.
Dae Gu bertanya apakah CEO Shin pernah mendengar kasus pembunuhan perawat sekolah di Masan 11 tahun lalu. CEO Shin berkata ia baru pertama kali ini mendengarnya.
“Ibuku, Kim Hwa Young, adalah korban yang dibunuh dalam kasus itu.”
CEO Shin tambah kaget. Apalagi ketika Dae Gu menjabarkan bahwa di TKP ditemukan liontin yang dipercaya milik pembunuhnya. Dan terbukti liontin itu adalah milik istri CEO Shin, Yoo Ae Yoon. Ia ingin tahu mengapa liontin istri CEO Shin ada di tempat kejadian dan kenapa CEO Shin ada di sebelah ibunya dalam foto itu. Apakah CEO Shin bisa menjelaskannya?
CEO Shin nampak terguncang mendengar semua itu. Ia melihat jam tangannya dan beralasan ia memiliki janji temu lain saat ini dan akan menghubungi Dae Gu. Ia meminta kartu nama Dae Gu dan Dae Gu memberikannya.
“Kau, berapa umurmu?” tanya CEO Shin.
“Tahun ini aku berusia 26 tahun,” Dae Gu berusaha tetap tenang meski perasaannya campur aduk.
Ceo Shin berkata ia akan menghubungi Dae Gu. Lalu ia pergi.
Shin Ki Jae ba ru saja tiba untuk menemui ayahnya. Ia heran melihat ayahnya berjalan sambil mengurut kepala, seakan banyak masalah. Lalu ia juga melihat Dae Gu.
“Jjang jjang man (pria hebat)? Apa ia ke sini untuk menemui ayahku?” gumamnya. Tapi ia tidak memikirkan lebih jauh dan pergi menyusul ayahnya.
Komentar:
Akhirnya latar belakang Tae Il meski sedikit banyak kita bisa menduganya.
Apakah CEO Shin adalah ayah Dae Gu? Mungkin saja dan bahkan itu adalah kesimpulan termudah yang bisa ditebak siapapun saat ini. Tapi apakah penulis akan membuat ceritanya semudah itu? Atau masih ada rahasia lain?
NJIRR! Taeil-ah, kamu kok ganteng pas jadi dokter TAT
BalasHapusMungkin CEO Shin bukan ayahnya. Untuk alasan Nyonya Yoo bunuh ibunya Daegu, itu sih mungkin ya karena suaminya suka sama ibunya Daegu itu. Tapi kan bisa aja ibunya Daegu move on(?) *halah*
Ditunggu part 2 nya, mbak
Keren cepet bngt keluar nya...
BalasHapusGunawo mba fanny
scene 'remah roti empuk' mengingatkan aku sama hang ah-jae ha deh...
BalasHapusIYAAAAAA T.T
Hapustapi yang ini dramanya lebih sakit menurut saya
membunuh orang-orang yang dicintai dae gu sejak awal sigh!!!
semoga bukan soo sun target berikutnya, atau DETEKTIF PAN SEOK ANDWAE :(
GomawOoo uniiee... Yg di tunggu2 akhirnya..
BalasHapusNGingetin so sweetny king 2 heart..
BalasHapusSalam kenal eonnie:-Dsebenernya aku sering bgt mampir ke blognya eonnie cma baru kali ini komen:-D
BalasHapusMakasih eonnie sinopnya di tunggu part 2nya
Waaah 대박...
BalasHapusSehari udh kluar sinopx.. 좋아... ^^
Fast bgt mbak nulisx.. mkasih mbak..
Wahh kaget banget pas tau alm.kakaknya tae il itu gay. Makin seru nih ceritanya. Semangat ya eonnie nulisnya, ditunggu sinopsis selanjutnya ^^
BalasHapusaaaaa.. Tae-il versi dokter mirip sama Kang Maru versi dokter di Nice Guy. kacamatanya itu lohhh ^^ hihihi
BalasHapuspart 2 ditunggu mbaaa :D
hahaha...chief Cha mah ada-ada aja...
BalasHapushmmm..Tae Ill beneran anak orang kaya rupanya. tapi kayak masih ada yang dia sembunyiin gitu (atau cuma aku yg ngarep?)
Hah! masa iya ceritanya sesimpel itu. Dae Gu anaknya Presdir Chasung? bisa jadi sih, tapi mungkin masalah kedepannya bisa lebih complicated lagi.
aku sih ngarep drama ini diakhiri dgn sikap patriotik Senator Yoo. dia mungkin jahat sama Dae Gu, tapi dari dia juga undang2 untuk kepolisian bisa di sah kan. yah intinya mah win-win solution ^^
ditunggu part 2 nya mba Fanny. thank you dan keep fighting!
awas, komentar ini mengandung spoiler tdk langsung
BalasHapusme:sigh, kenapa di saat bisa terus liat senyum dae gu tiap episode, drama ini tetep aja kejam
you:justru karena itulah soo sun ada di samping dae gu^^
me:swnim, please make a good ending, jika perlu double sweet ending atau triple happy sweet ending,
you:yes, jebal cause you can make happy ending for ojakgyo too :')
me: *ngelirik mbak dee
mau nulis love letter aja deh buat SWnya hahahaha
oya, ada yang bikin
kalau ayah nya dae gu bukan ceo shin trus ayahnya dae gu siapa? cepet banget ibunya move on kalau gitu :))))
BalasHapusbtw thanks bgt udah cepet keluarin sinopsisnya kaaa :D
semakinn penasarannn :D
BalasHapus