Ra-im dan Oska terkejut melihat Joo-won ada di situ. “Pemandangan yang indah,” sindir Joo-won. “Kau baru menyadarinya?” sembur Oska, “Nn. Gil Ra-im, apa kau ada rencana dengannya?”
“Tidak,” sahut Ra-im cepat, “Melihatnya tetap seperti itu setelah dengan jelas aku mengatakannya, entah dia bodoh atau dia terlalu menyukaiku. Salah satu di antaranya.”
“Apa yang kaukatakan?” tanya Joo-won. “Nice Shot!” Oska bersorak, hehe…dia dan Ra-im bersekutu untuk membalas Joo-won.
“Untuk apa piyama bergaya ibu-ibu seperti itu?” ejek Ra-im.
“Piyama? Kau ini belum belajar juga! Ini bukanlah jenis pakaian yang bisa dikritik. Seorang desainer naturalis dari Perancis Selatan mengerjakan jahitan- demi- jahitan bertemakan bunga-bunga dan hak asasi manusia….” Hah, biarpun jaket bling-bling, jaket macan tutul, dan jaket bunga-bunga memang sedikit norak, tapi kalo Joo-won yang pake tetep keren kan^^
Ra-im tidak mempedulikannya, ia berkata pada Oska, “Permisi, aku pergi sekarang. Oppa, mengemudilah dengan hati-hati.” Joo-won kesal melihatnya, cemburu lebih tepatnya.
“Baik, Ra-im, mari kita bertemu kembali secepatnya dalam mimpi masing-masing,” sahut Oska. Ra-im tersenyum manis lalu berjalan ke rumahnya tanpa sekalipun melihat pada Joo-won.
“Bagaimana denganku? Kau tidak akan mengatakan apapun padaku? Apa aku berjalan kemari?” protes Joo-won. Ra-im melotot padanya,” kau berhatilah-hatilah disergap di jalan.”
Joo-won mengikutinya sambil terus berbicara, “Apakah aku tipe orang yang harus berhati-hati? Mereka yang seharusnya berhati-hati padaku! Hei Kau, Gil Ra-im!”
Ra-im tidak menjawabnya. Joo-won terus mengikutinya, “Mengapa kau terus memanggilnya ‘Oppa’? Kau tidak pernah memanggilku ‘Oppa” sama sekali. Kau lupa bahwa usia kita berbeda 4 tahun, bahkan tidak perlu menyesuaikan horoskop (tradisi Cina mengatakan bahwa pasangan yang berbeda 4 tahun usianya merupakan pasangan yang baik dan kuat, sama seperti meja berkaki empat lebih kokoh).” Ra-im terus berjalan masuk dan membanting pintu gerbang di belakangnya hingga membentur wajah Joo-won.
“HEI! Kebiasaan negara mana ini! Membanting pintu di depan wajah seseorang? Mengapa kau tidak berpikir aku mungkin terluka karena hidungku lebh tinggi dari yang lain? Mengapa?!” seru Joo-won. Tidak terdengar respon apapun “Hei! Gil Tang-ja! (sejenis jeruk pahit, mirip Lime, seperti nama Ra-im yang dilafalkan Lime -> la’im)”
Ra-im masuk ke dalam rumah. Ah-young bertanya ada suara keras apa di luar. Ra-im menjawab ada seekor anjing yang menggonggong terus jadi aku menghukumnya. Dengan santai Ah-young menyahut, anjing apa yang berteriak, “Hei! Gil Tang-ja!”
Ah-young bertanya apa itu presdir. Tidak tahu, jawab Ra-im. Harusnya dia masuk ke sini bila datang kemari, kata Ah-young. Lalu ia menyerahkan sebuah paket pada Ra-im. Isinya buku-buku yang dipesan Ra-im. “Apa itu? Buku?” tanya Ah-young.
“Aku pergi ke rumah seseorang yang memiliki rak buku saaaangat besar dipenuhi buku-buku. Ketika aku melihatnya, aku berpikir apakah orang itu membaca semua buku tersebut dan buku apa yang ia sukai. Apa yang ia pikirkan saat membaca, apa yang akan ia rasakan. Aku penasaran mengenai hal itu,” Ra-im menjelaskan.
“Jadi kau membeli buku-buku yang orang itu baca?” tanya Ah-young.
“Iya, aku ingin mengetahui isi hati orang itu. Apakah isi hatinya yang sebenarnya yang kuabaikan? Mungkin aku bisa menemukannya.”
“Benar, ada waktu-waktu di mana kita mempertanyakan ketulusan seseorang.”
Ra-im menaruh buku-buku itu dalam rak dan tersenyum memandanginya. Sepertinya ia mulai membuka hatinya.
Joo-won pulang mengikuti Oska ke rumahnya. Oska bertanya mengapa ia mengikutinya. Joo-won bertanya apakah yang dikatakan Oska pada Ra-im benar-benar mengandung arti demikian (bahwa Ra-im lebih keren dari yang ia pikirkan). “Kata-kata itu keluar dari mulutku, tentu saja maksudku demikian,” jawab Oska.
Kau tidak mungkin bermaksud demikian, kata Joo-won. “Kenapa? Apa kau benar-benar menyukai Ra-im?” tanya Oska, ”Apa kau bisa mempertanggungjawabkan perasaanmu?” Joo-won tertawa, mengatakan selama ini Oska yang tidak bertanggung jawab pada semua gadis yang dikencaninya.
“Karena itulah aku dikutuk.” Jawab Oska, “dan lagi semua wanita yang kukencani walau mereka mengenakan tas yang robek, mereka akan memikirkan setiap menit bagaimana hal itu akan terlihat pada kita. Gadis-gadisku tidak sepolos itu.” Joo-won marah karena Oska mengungkit hal tersebut.
“Lihat, jika kau tidak bisa menghadapi hal sekecil itu bagaimana kau bisa menghadapi masa depan?! Semua yang kaumiliki, dapatkan kau merelakannya?!”
“Apa aku perlu merelakan semaua yang kumiliki?”
“Kau tidak perlu….tapi kau akan kehilangan dia (Ra-im). Sesederhana itu. Kau tahu mengapa ibuku dan ibumu berbeda dari istri kaya lainnya? Walau mereka harus membayar pajak atas warisan yang mereka peroleh (dari suami), mereka tidak akan pernah memberikan warisan itu pada anak-anaknya selama mereka masih hidup. Mengapa? Agar kau dan aku mengikuti kemauan mereka. Apa kau bisa menang dari ibumu?”
“Bagaimana aku bisa menang jika tidak ada penyebabnya?”
“Kau tidak perlu sebab atau alasan untuk menang dari ibumu, karena bagimu pernikahan adalah kesempatan bisnis sekali seumur hidup. Bukan? Jadi menikahlah dengan seseorang sepertimu,” nasihat Oska. Joo-won tidak dapat membantahnya. “Dan jangan membuat segala sesuatu sulit bagi Ra-im, kau tidak berhak! Dan juga apa motifmu dengan Seul? Apa kau menikahi seseorang seperti Seul dan bermain-main dengan seorang gadis polos semanis Ra-im? Dasar brengsek! Lepaskan kedua tanganmu dari keduanya. Keduanya akan sia-sia olehmu.”
Joo-won terdiam. Aku senang Oska secara blak-blakkan membuka mata Joo-won pada situasi yang saat ini dihadapi Joo-won , juga perkataannya bahwa apabila Joo-won tidak bisa menyerahkan segalanya sebaiknya jauhi Ra-im karena akan menyakitinya.
Joo-won merenungkan perkataan Oska di rumahnya. Ia merekatkan kembali peta rumahnya yang digambar Ra-im dan telah disobek-sobeknya. Kemudian ia menuliskan kata “pengecut” di samping gambar tengkorak yang digambar Ra-im untuk menunjukkan rumahnya.
Ra-im membaca buku yang dibelinya. Di rak bukunya berjejer buku-buku lainnya: “Ia Berjalan Secepat Ingatan oleh Lee Yong Joon”, “Melankolis Minor oleh Kim Do –youn”.
Di layar tertulis: Alice in Wonderland “Seperti sebuah fable, malam ketika sebuah galaksi melalui galaksi lain. Aku menyandarkan harapanku. Dia berjalan secepat ingatan.”
Jong-soo merekam adegan dan percakapan dalam scenario menggunakan bahasa Inggris untuk membantu Ra-im. Ra-im berlatih adegan laga dibantu teman-temannya. Jong-soo menyerahkan rekamannya dan menyuruhnya mendengarkan rekaman itu setelah selesai berlatih. Teman-temannya menggoda bahwa Ra-im terlalu dimanjakan. Hari-hari pun berlalu seperti biasa bagi Joo-won dan Ra-im.
Sampai suatu ketika Joo-won menemukan petunjuk memasang dasi yang sepertinya disimpan Ra-im ketika ia dalam tubuh Joo-won. Ia tersenyum.
Manager Choi membujuk Oska melakukan acara tanda tangan bersama fans. Oska menolaknya. Bila masuk acara TV ia dapat mengerti, tapi bertemu fans secara pribadi artinya ia harus menjelaskan satu per satu mengenai kasusnya. Ia tidak percaya diri bertemu muka dengan muka dengan orang lain. Manager Choi memaksanya.
Seul sedang bersama temannya di salon. Temannya mencoba menghibur Seul yang sedih. Ia mengatakan Seul benar-benar kuat, ia seharusnya merasa frustasi, tapi ia bahkan sempat merawat rambutnya. Seul dengan tenang menjawab, selain negaraku lenyap atau orangtuaku meninggal dunia, jika seorang wanita tidak punya waktu merawat rambutnya maka ia bukan wanita. Hanya ada satu hal yang dapat diandalkan wanita pada saat darurat, kecantikan! Aaaah, temannya mengangguk.
Seul menerima telepon dari seseorang, sepertinya seseorang sudah menemukan pencipta lagu Oska dan Seul senang ketika mendengarnya, ia mengatakan “semuanya menjadi menarik”.
Oska terpaksa menjalani acara tanda tangan fansnya. Tidak seperti biasanya, kali ini hanya sedikit fans yang datang. Oska menunduk, ia tidak seceria biasanya bila ia bertemu fans. Tiba-tiba terdengar suara beriksik “Tak apa-apa! Tak apa-apa!” Oska mengangkat kepalanya. Sejumlah fansnya memberi semangat dan mendorongnya untuk bertahan, mereka percaya padanya, mereka akan melindunginya. Oska bangkit dari duduknya dan berkata aku yang akan melindungi kalian, percayalah padaku aku bukan plagiator, walau keahlian menyanyiku terbatas tapi aku punya moral. Fansnya bersorak. Oska menjadi bersemangat dan mengatakan akan menandatangani sebagai Choi Woo Young, bukan sebagai Oska sang penyanyi.
Tiba-tiba Seul muncul di hadapannya meminta tanda tangan. Oska terkejut melihatnya. “Kita tidak saling mempercayai tapi aku tetap fansmu. Tolong tandatangani, dengan penuh cinta untuk Yoon Seul dari Oska.” Oska menandatanganinya.
Di mobil Seul menangis dan tersenyum melihat tulisan Oska: “Untuk Yoon Seul terima kasih telah mencintaiku selama ini. Desember 2010. Oska.”
Joo-won menyaksikan pertunjukkan opera seorang diri. Ia membeli tiket untuk tiga kursi sekaligus dan menegur seorang wanita yang meletakkan tasnya di atas kursi kosongnya. Joo-won menunjukkan tiga tiketnya dan mengatakan ia suka menggunakan kedua sandaran lengan kursi. Wanita itu dengan kesal mengambil tasnya kembali. Ia berimajinasi Ra-im berada di sampingnya. Sepertinya ia sangat merindukan Ra-im.
Sekretaris Kim bertanya bagaimana pertunjukkannya. Joo-won mengatakan ia tidak bisa berkonsentrasi dan menyuruh Sekretaris Kim membeli tiket kembali, kali ini seluruh baris kursi agar tidak ada lagi yang bisa menaruh barang di kursinya.
Joo-won memberikan presentasi mengenai sebuah resort baru yang dibangunnya, Bisong Resort, yang dibangun di tengah areal perhutanan untuk menjadi tempat istirahat. Ia mempresentasikannya dengan baik hingga Direktur Park kesal. Kakek Joo-won tiba-tiba datang di tengah presentasi Joo-won secara diam-diam. Joo-won tidak mengetahuinya tapi Direktur Park tahu. Ia cepat-cepat mengambil alih presentasi hingga kakek Joo-won mengira Direktur Parklah yang memberi presentasi. Direktur Park juga menerima informasi dari asistennya tentang siapa psikiater Joo-won.
Dr. Lee mengunjungi Joo-won di rumahnya. Ia heran mengapa Joo-won belum menghubunginya, bukankah seharusnya obat Joo-won sudah habis. Obat? Oh, akhir-akhir ini aku tidak meminumnya, kata Joo-won. Joo-won juga baru menyadarinya sekarang, bagaimana bisa ia bisa tidur di tempat sempit (rumah Ra-im) tanpa minum obat. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut pada Dr. Lee, karena kau akan menganggapku gila dan memasukkanku ke rumah sakit jiwa. Sepertinya aku tidak perlu minum obat lagi, kata Joo-won.
Lalu ia bertanya pada Dr. Lee, “Apakah seseorang harus mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang sangat ia inginkan?” Dr. Lee menjawab, “Biasanya begitu karena hal yang sangat ia inginkan melebihi segala yang dimilikinya.” Joo-won tidak suka mendengarnya,” Omong kosong, kau mengatakan wanita itu melebihi aku?” “Wanita itu?” selidik Dr. Lee.
Bel berbunyi, barang-barang yang dikembalikan Ra-im telah tiba. Joo-won dan Dr. Lee memandangi semua itu. Joo-won tentu saja kesal dan mengatakan sikap Ra-im sangat berlawanan dan kekanakkan. Dr. Lee berkata, “aku tidak terlalu tahu tapi apa kau tahu sulit bagi seseorang yang tidak memiliki apapun untuk bersikap berlawanan dan kekanakkan? Jika ia adalah wanita kebanyakan, ia akan menerimanya dengan kepala dingin dan membiarkannya saja. Lihat, aku sudah katakan wanita itu di atasmu.” Joo-won terdiam. Dua. Pertama Oska , sekarang Dr. Lee.
Manager Choi mengabarkan pada Oska bahwa pelaku upload lagu tersebut telah mengaku pada media. Oska berang dan mengatakan seharusnya ia meminta maaf padaku bukan pada media. Manager Choi menggodanya, mengetahui siapa yang bersalah membuatmu dapat melanjutkan kan? Kau sudah dipulihkan. Oska tersenyum senang. Oska bertanya-tanya apa yang membuat pria itu mengaku. Mungkin karena kesadarannya, kata Manager Choi. Mereka pun merencanakan peluncuran album ke-7 Oska. Oska menuruh asistennya mencari Tae-sun, ia ingin meminta maaf dengan benar.
Seul menemui Tae-sun. Ia memperkenalkan dirinya. Bagaimana kau mengenalku, tanya Sun. “Lagu utama album ke-7 Oska yang diplagiat adalah karyamu bukan? Kau menulisnya di London untuk berterima kasih pada temanmu karena membiarkanmu tinggal di rumah mereka. Ketika kau menulisnya, kau mencantumkan Ssun sebagai penulisnya, bukan?”
“Kau menyelidiki latar belakangku,” kata Sun. Seul mengatakan ia ingin membuat kontrak dengan Sun. Sun bisa meminta rumah, studio, dan mobil, apapun yang diinginkan Sun. Sun mengatakan ia tidak sesuai dengan apa yang dicari Seul, ia dari daftar B (bukan golongan atas). Sun menolak tawaran Seul.
Seul mengatakan ia menyukai music Sun dan ia punya banyak uang. Ia menyuruh Sun membuat music yang Sun inginkan dan ia akan membantu. Sun bertanya apa yang diinginkan Seul darinya. Seul menjawab kau ingin meninggalkan Korea karena kau tidak dikenali di sini sebagai dirimu kan (apa maksud Seul, sebagai seorang gay?). Sampai saat ini tidak seorang pun memperhatikan Hwang Tae-sun, SSun yang seharusnya dikenali sejak dulu. Aku mengenalimu, kata Seul., apa alasanku kurang kuat? Perkataan Seul tepat pada sasaran.
Joo-won terus memikirkan Ra-im hingga ia tidak bisa berkonsentrasi. Saking kesepiannya ia mengobrol dengan seseorang di handphonenya. “Omo Kim Joo-won. Tahukah kau aku menunggu teleponmu?” Joo-won menjawab “Aku sangat merindukanmu hingga mau mati rasanya.” ….”Aku akan menjadi Catwoman-mu selamanya. hohoho”…. ternyata ia mengobrol dengan smurf di handphonenya.
Ketika ia berjalan-jalan di sekitar rumahnya ia melihat beberapa orang sedang mengangkut sebuah alat permainan game ke rumah Oska. Joo-won bertanya apa itu. Pengantar itu bilang, ini sebuah game, dan menanyakan di mana rumah Choi Woo-young. Pengantar itu juga mengatakan game ini baru keluar beberapa hari dan di Korea baru Oska yang membelinya. Joo-won mengatakan naikkan kembali game itu ke atas truk, rumah itu bukan rumah Oska.
Dan game itu berakhir di rumah siapa lagi kalau bukan rumahnya. Joo-won asyik memainkan game mobil terbaru itu, sementara Oska datang sambil marah-marah dan menyuruhnya segera turun dari mesin itu. Ia sudah menunggu tiga bulan untuk mendapatkan game tersebut . Dengan tenang Joo-won menjawab, kalau begitu kau harus menunggu tiga bulan lagi untuk mendapatkannya. Oska sangat kesal dan menyuruh Joo-won segera turun, ia akan menyuruh orang-orangnya untuk mengambil game itu. Sigh….kaya anak kecil aja rebutan maenan >,<
Joo-won dengan berat hati turun dari mainan tersebut. Ia mengatakan sebaiknya Oska menghindari Manager Choi. “Apa maksudmu?” tanya Oska. Joo-won memang negosiator ulung, atau lihai bahasa kerennya sih…bila game itu diambil kembali oleh Oska, ia akan mengirimkan foto-foto Oska dan Chae-rin pada Manager Choi. Tapi bila Oska membiarkan game itu selama 3 bulan di rumah Joo-won, ia akan mengembalikannya dengan aman pada Oska. Oska dengan mudah menuruti syarat tersebut.
Joo-won menanyakan masalah Oska yang kabarnya telah selesai. Oska mengatakan , itu karena aku berhati baik hingga walau Tuhan mengujiku dari waktu ke waktu, ia tidak pernah membiarkanku menderita terlalu lama, dan kebenaran selalu terungkap….Sebaiknya kau yang berhati-hati, kata Oska. “Kenapa aku?” tanya Joo-won.
“Jangan pura-pura tidak tahu,” sembur Oska,” Orang yang tidak dapat kausingkirkan dari kepalamu, Gil Ra-im. Jika kau punya sedikit perasaan tulus padanya, berhentilah berpura-pura seperti dalam drama dengannya, dan kembalilah pada jati dirimu sendiri. Apa kau sedang berakting drama “Lovers of the Department Store” atau semacamnya?”
Penulis drama “Secret Garden” adalah penulis “Lovers in Paris” yang pernah diputar di Indosiar. Endingnya cukup membuat kesal para pecinta drama Korea hingga semua berharap ending “Secret Garden” akan jauh berbeda dari ending drama tersebut. Yes, happy ending…please…
“Aku sudah memutuskan, “kata Joo-won, “aku akan putus dengannya.”
“Apa kau serius?” tanya Oska.
“Iya, nanti. Aku akan memutuskannya nanti, tapi tidak sekarang.”
“Mengapa tidak sekarang?”
“Beberapa hari terakhir ini, aku sudah berpikir dalam-dalam. Aku menyukai gadis itu sehingga aku akan menemuinya tanpa harga diri. Saat ini ia mungkin membingungkan dan mengagumkan bagiku, tapi jika aku terus melihatnya, pada suatu titik ia akan menjadi wanita biasa bagiku. Wanita yang kau lihat 9 dari 10 kali, tidak akan bersikap panas atau dingin lagi bagiku. Paling lama 3 bulan, jika aku bertemu dengannya selama 3 bulan lagi, sepertinya tidak akan terjadi sesuatu pada warisanku.”
Well, Tn. Kim Joo-won, kau akan menelan kata-katamu sendiri hahahaha….(tawa menggerikan)
Oska tertawa tak percaya mendengar ka-kata Joo-won, “Benar-benar brengsek kau ini! Aku akan mengatakannya pada Ra-im.”
“Ra-im sudah mengetahuinya. Bahwa dia hanya bisa menjadi the little mermaid. Melihat kepribadiannya, kurasa dia tidak akan sentimental.”
“Bagiku kau yang terlihat sentimental,” kata Oska. “Aku???”
Keesokan harinya, Joo-won menemui Ra-im di sekolah. “Kau harus ganti rugi,” kata Joo-won. Ra-im bingung. “Berat badanku bertambah,” kata Joo-won, “sebelum tubuhku digunakan olehmu, otot perutku terbentuk baik. Tapi ke mana otot-otot perutku? Sekarang pakaianku tidak terlihat bagus kupakai. Kembalikan pada keadaan semula.” Ra-im mencibir dan mendelik kesal padanya, “Kau lunatic.”
Beberapa hari kemudian kembali Joo-won mencari Ra-im ke sekolah, kali ini ia membawa seluruh pakaian dalamnya yang pernah dijemur Ra-im di balkon rumahnya, lalu menaruhnya ke dalam sebuah kotak, dan memberikannya pada Ra-im.
Ra-im terkejut melihatnya.
“Ini adalah pakaian dalamku yang kaucuci dengan tangan dan kaugantung hingga kering. Sekarang kau gunakan ini.”
“Mengapa aku harus memakainya?”
Joo-won melihat Raim dari atas ke bawah dan mengatakan,” Kurasa ini cocok untukmu.”
Ra-im kesal. “Buang saja semuanya!” Ia mengambil celana pendek Joo-won yang berkilauan (Boxer bling-bling :p). “Aku tidak menggunakan yang ini,” kata Ra-im. Joo-won merebutnya dan mengantunginya, “Ah maaf, tercampur.” Ia menyerahkan kotak itu pada Ra-im, “Tapi kau kenakan ini, ini semua lebih baik dari yang kaupakai.” Ra-im bertambah kesal, “Kau lunatic!”
Beberapa hari kemudian Joo-won kembali mencari Ra-im ke sekolah, “Kau harus bertanggung jawab.” “Kali ini apa??” tanya Ra-im kesal. “Aku! ….aku sembelit.” Bwahahahaha…
Ra-im melotot memandangnya. Joo-won bahkan memperagakan betapa sulitnya “itu “ keluar. “Apa kau punya bukti aku yang melakukannya?” tanya Ra-im. “Bukti? Di mana aku mendapatkannya? Kau mau aku membawanya kemari?” Pfftt…
“Aaarrrggghhh….!’ Ra-im menggeram kesal, “Dasar jorok.”
Ra-im sedang mempelajari scenario “Dark Blood” sambil minum cappuccino di sebuah café. Joo-won mendatanginya. “Kali ini apa?“ tanya Ra-im. “Saham departemen store turun,” sahut Joo-won tenang. “Mungkin gossip bawa presdirnya lunatic sudah tersebar. Jadi kau juga menyalahkanku untuk hal itu?” sindir Ra-im.
“Apa itu bukan salahmu? Aku sudah bilang jangan menandatangani apapun. Tapi kau tetap menandatanganinya bukan? Kau tidak pernah berpikir bahwa satu tanda tangan saja dapat berpengaruh pada saham bukan?” Ra-im sedikit kaget. “Itu adalah posisiku dan itu adalah kesalahan tanda tangan kekanak-kanakkan bergambar hati milikmu. Apa kau mengerti konsekuensi dari perbuatanmu?” lanjut joo-won. Ra-im merasa bersalah, “Jadi apa yang harus kulakukan? Sekretaris Kim menyuruhku menandatanganinya jadi kulakukan.” “Itu sebabnya aku memecat Sekretaris Kim.” “Apa?! Bagaimana bisa kau melakukan itu?” Ra-im kembali kesal.
“Kau mengatakan agar aku tidak melakukannya? Baiklah, tapi mulai sekarang aku akan datang kapanpun aku mau. Dan ketika aku di sini kau akan menyambutku dengan cinta, syukur, kegembiraan dan kehangatan padaku. Ok?” kata Joo-won serius.
“Kau pasti bercanda. Jadi kau mau memulainya? Aku akan menyambutmu dengan kepalan tangan dan senjata. Mulai sekarang kau ingin mendapat pukulan dariku?”
“Jadi bagimu ‘OK’ untuk memecat Sekretaris Kim?” jawab Joo-won kalem.
Ra-im tak dapat membalasnya. “Dasar brengsek.” Ia lalu mengangkat cangkir cappuccino yang terisi penuh dan bergerak seakan hendak menyiram Joo-won dengannya. Joo-won berseru kaget, “Luapkan amarahmu padaku, apa kejahatan jaketku padamu?” “Kau gila,” desis Ra-im lalu ia meminum kopinya dan meninggalkan sedikit busa di atas bibirnya. Ra-im tidak menyadari hal itu.
Joo-won melihatnya dan tak tahan untuk tidak berkomentar, “Coba lihat itu, mengapa wanita bisa seperti itu? Mereka tidak melakukannya saat bersama gadis lain, tapi saat bersama seorang pria mereka sengaja meninggalkan krim di bibir dan pura-pura tidak menyadarinya?” Ra-im melotot kesal dan mengangkat tangannya untuk menghapus krim itu.
Belum sempat tangannya menyentuh bibirnya, Joo-won memegangnya dan memegang dagunya dengan tangannya yang lain. “Ke sini.” Joo-won mengecup bibirnya. Ra-im terkejut dan bergerak mundur.
“Kenapa?” tanya Joo-won, “tidak ada tissue. Apa aku harus mengelapnya dengan pakaianku? Ini adalah buatan tangan, jahitan demi jahitan.” Sepertinya ia menganggap tindakannya biasa saja.
Ra-im terpana sesaat lalu berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Joo-won. Joo-won tidak melepasnya, ia berkata, “Mulai saat ini, jangan coba-coba menggunakan kekerasan terhadapku. Karena jika kau menggunakan kekerasan padaku lagi, aku akan membalasnya dengan melakukan hal seperti tadi mulai sekarang. “
Tim Ra-im akan berangkat menuju set film. Ra-im berdiri mematung mengingat kejadian di café tadi. Temannya, Jung-hwan, menegurnya, apa yang sedang kau lakukan. Ra-im cepat-cepat naik ke atas mobil. Sebelum pintu mobil tertutup, Joo-won membuka pintu itu kembali.
Ra-im kaget, “Ada apa?” Joo-won ingin ikut. Ra-im tidak mengijinkannya. Dengan cuek Joo-won naik ke atas mobil. Ra-im mendorongnya keluar. Jung-hwan mengatakan ia yang menyuruh Joo-won ikut dan menyuruhnya cepat naik. Ra-im tidak bisa berkata-kata lagi. Joo-won langsung naik dan mengambil tempat di sebelah Ra-im membuat teman-teman yang lain kesal terdesak oleh Joo-won. Joo-won sih cuek aja hehehe…
Semua tim bersiap-siap di set drama ‘Damo’. Aku belum menontonnya tapi drama ini katanya bagus. Pemeran utamanya Ha Ji-won juga, diproduksi pada tahun 2003, ia berperan sebagai Chae-ok, seorang polisi wanita jaman Joseon. Jadi dalam episode ini, Ha ji-won kembali memerankan Chae-ok.
Kebayang kan, jadi semua mengenakan pakaian Joseon, termasuk Joo-won (plus tompel di pipi hehe). Ia membandingkan pakaiannya dengan Jong-soo yang menjadi pengganti pemeran utama pria. Tentu saja pakaian Jong-soo lebih bagus dan lebih keren. Jong-soo bertanya pada Jung-hwan mengapa Joo-won ikut ke sini. Jung-hwan menjawab karena Joo-won sering bersama Ra-im maka aku mengajaknya ke sini. Ra-im pura-pura tidak tahu apa-apa dan mendorongnya terus jadi aku memutuskan menjadi cupid (dewa cinta). Jung-hwan melanjutkan Joo-won baik bagi Ra-im , hingga ia tidak perlu bersusah payah lagi nantinya. Jong-soo tak berkata apa-apa dan menyuruh semua bersiap.
Joo-won mendekati Jung-hwan dan protes dengan pakaiannya …Ia ingin mengenakan pakaian Jung-hwan. Tentu saja tidak bisa. Joo-won terpaksa jadi figuran.
Ia menjadi prajurit yang terpanah tapi ia tidak mau berbaring di atas tanah jadi ia berbaring di atas tubuh temannya hehe…
Kemudian Joo-won menjadi prajurit Jong-soo dan mengenakan pakaian seperti orang Mongolia (dan berambut panjang)…ceritanya mereka dikepung prajurit dan harus melawan. Joo-won hanya bengong dan memelototi lawannya lalu bukannya melawan prajurit, ia malah menusuk-nusuk punggung Jong-soo dengan pedang kayunya mambuat sutradara berteriak “CUUUT!! Kau, apa yang kau lakukan? Dia adalah teman satu tim denganmu mengapa kau malah menusuknya? Apa kau X-man??!” Teman-temannya menggerutu. Asli, aku tertawa terpingkal-pingkal melihat adegan ini, konyol banget Joo-wonnya ^_^
Kali ini giliran Ra-im yang beraksi. Joo-won memandang kagum melihat Ra-im dalam kostumnya. Ra-im dan Jong-soo berakting dengan sangat bagus. Joo-won terpana melihat Ra-im beraksi.
Pikirannya berbicara: “Sindrom Alice in Wonderland, ini adalah penyakit mental. Bagaikan melihat melalui ujung teropong yang salah, ini seperti kau hidup dalam dunia fantasi sebuah fable. Ini adalah sindrom yang menarik dan meyedihkan. Aku yakin aku menderita sindrom ini. Jika tidak, bagaimana mungkin setiap waktu aku bersama gadis biasa ini , terasa seperti sebuat fable (dongeng).”
Pada saat istirahat Joo-won tidak memakan makan siangnya. Temannya menanyakan hal itu. Aku tidak bisa memakan makanan yang tidak diketahui siapa pembuatnya, kata Joo-won. Ia lalu mengambil makanan Ra-im dan menyuruhnya jangan memakannya, minum air hangat saja. Ra-im mengambil kembali memakannya, kita akan terus syuting. Joo-won mulai berbicara panjang lebar mengenai pekerjaan Ra-im yang tidak memberinya bahkan makanan yang layak, ketenaran, kekayaan, malah membahayakan hidupnya. Apa itu karena harga diri seorang actor laga? Tidak ada yang mengenalmu, apa harga diri itu begitu penting bagimu? Apakah yang kukatakan salah?
Apa yang kaukatakan itu benar, kata Ra-im tapi, ia kan mengingatku, tunjuknya pada Jung-hwan, ia akan mengingatku, ia melihat semua teman-temannya. Aku juga akan mengingat mereka semua.
Baiklah, kata Joo-won, tapi apa beberapa orang yang mengingatmu dapat membuat perbedaan?
Beberapa? Tanya Ra-im, kalau begitu berapa orang yang mengingatmu? Joo-won terdiam.
Ketika mereka patah kaki atau tangan, mereka akan berkata,” Syukurlah bukan kau yang mengalaminya.” Berapa orang yang akan melakukan itu padamu? Tanya Ra-im pada Joo-won. Joo-won tiidak dapat menjawabnya. Itulah sebabnya kau melarangmu ikut, kata Ra-im, aku tidak tahu mengapa kau merendahkan pekerjaan kami tapi kami memlih pekerjaan ini sendiri, kami berdedikasi pada pekerjaan ini,itulah mengapa kami melakukannya. Siapa kau yang dapat memandang rendah apa yang kami kerjakan? Joo-won diam memandang Ra-im.
Malam harinya seluruh tim merayakan selesainya syuting mereka di sebuah warung makan. Makanan yang disajikan apalagi kalau bukan jeroan hehe… Joo-won mengeryitkan dahi melihatnya. Ra-im sibuk memanggangkan makanan dan membagi-bagikannya pada teman-temannya. Joo-won melihat tak setuju. Ia menyodorkan piringnya pada Ra-im tapi Ra-im mengacuhkannya.
“Mengapa kau tidak memberikannya padaku?” tanya Joo-won. “Kau tidak memakan makanan seperti ini. Kau bilang makanan ini jorok.”
“Bukan masalah aku memakannya atau tidak tapi kau yang memegang capitan berarti kau bertanggung jawab membagikan dengan adil.” “Kau yang mengatakan ingin dibedakan, pemisahan dan ketidakadilan adalah hati nurani orang sepertimu,” sindir Ra-im.
“Kau tidak dapat makan ini?” tanya Jung-hwan, “pria seperti apa yang tidak dapat memakannya.” Jong-soo dan temannya yang lain tersenyum mendengarnya.
“Siapa yang tidak dapat memakan apa?” bantah Joo-won sengit,”kau tidak dapat mempertanyakan kejantanan seseorang…..” hap, Ra-im memasukkan makanan ke mulut Joo-won. Joo-won kaget. “Kukira kau mau…makanlah.” Kata Ra-im geli. “Aku akan memakannya,” sahut Joo-won. Ia berusaha mengunyah dan menelannya, “Ini enak.” Ia memaksakan sebuah senyum. “Kunyah! Kunyah dan telanlah!” perintah Ra-im. “Tidak mau! Aku akan membiarkannya saja di sana!” hahaha… Semua kaget melihatnya. Ra-im tersenyum geli. Jong-soo terlihat cemburu.
Keesokan paginya Joo-won mendapati ia berada di tempat tidur Ra-im dan tidur bersama….Jong-soo! Ia berteriak kaget. Ra-im bergegas menghampiri. “Ada apa?
“Mengapa aku di sini? Apa kita tertukar kembali?” tanya Joo-won. “Apa kau masih mabuk, cuci mukamu.” Jawab Ra-im kesal. “Kalau kita tidak tertukar kembali, apa yang kulakukan di sini?”
“Mengapa kau di sini? Pikirkan baik-baik!” sahut Ra-im ketus. “Aku bertanya karena aku tidak tahu! Mengapa aku…aduh kepalaku…”
Kilas balik, malam sebelumnya Joo-won dan Jong-soo perang dingin minum soju. Keduanya saling menatap kesal sambil terus minum. “Aku akan sarapan denga Ra-im,” kata Joo-won mabuk. Jung-hwan membenarkan, bila kau sarapan dengannya maka semua berakhir (karena artinya Joo-won bermalam dengan Ra-im). “Kata siapa? Tidak, kau tidak boleh, sudah pasti tidak boleh!” seru Jong-soo tak kalah mabuk. Benar, kau tidak boleh, sahut Jung-hwan.
“Kenapa tidak boleh, aku sudah beberapa kali tidur di rumahnya,” kata Joo-won. Ra-im membelalak kaget Joo-won mengatakan hal itu. “HEI!!!!” teriaknya marah.
Joo-won dan Jong-soo mengantar Ra-im pulang. Joo-won ditarik oleh Jong-soo saat hendak masuk ke rumah Ra-im. “Jangan sentuh aku, ini rumahku! Aku tinggal di rumah itu! Aku mengenakan baju dalamnya, aku memandikannya setiap hari dan menyikat giginya tiga kali sehari.” kata Joo-won. Ra-im memukul punggungnya. “Kau tidak akan berhenti?! Apa kau mau mati?!”
Jong-soo menyuruh Ra-im menyingkirkan Joo-won tapi Ra-im juga kesal dengan Jong-soo. Dua orang itu berusaha ikut masuk rumah Ra-im. Ah-young yang sedang tidur terbangun kaget melihat dua pria berebut masuk rumahnya. Ra-im meminta maaf, tapi ia tidak kuat menahan mereka.
Joo-won sekarang ingat semua itu. Jong-soo mulai terbangun dan bertanya mengapa ia ada di sini. Ia bertanya pada Joo-won rumah siapa ini, apakah ini rumah Joo-won. “Ah, jadi ini pertama kalinya kau ke sini.” Kata Joo-won. “Jadi….kepalaku sakit…” Jong-soo memegang kepalanya.
“Kau akan merasa malu dalam 5 menit. Itulah yang kurasakan saat ini.” sahut Joo-won. Tentu saja Jong-soo ingat. “Reaksimu cepat.” Kata Joo-won lagi.
Ra-im menyiapkan sarapan untuk mereka. Jong-soo merasa tidak enak. Ra-im menyuruhnya makan. Joo-won melongokkan kepala dari kamar mandi dan bertanya apa sikat giginya dibuang. Mengapa aku menyimpan sikat gigimu di sini, tanya Ra-im. Aku mau handuk yang lain, berikan handuk yang biru, aku suka yang itu, kata Joo-won. Jong-soo melihat Ra-im meminta penjelasan. “Dia pasti masih mabuk,” Ra-im menjelaskan. Tapi Jong-soo sepertinya tidak terlalu percaya.
Mereka keluar bersama. Dan jreeeengg…Oska memanggil Ra-im dan melambaikan tangannya. Tiga pria memperebutkan satu wanita. “Mengapa kau ke sini?” tanya Ra-im. “Surprise!!!!” seru Oska, “tadinya aku akan berkata demikian, tapi mengapa mereka keluar dari rumahmu?” Ra-im bingung bagaimana menjawabnya.
“Lalu mengapa kau di depan rumahnya?” tanya Joo-won ketus.
“Aku datang untuk menculiknya. Ra-im, kau tidak menjawab teleponmu.”
“Ah iya , pagi ini aku sedikit sibuk.”
“Tidak apa-apa, selama kau tahu kau satu-satunya yang tidak menjawab telephoneku.” Ra-im tersenyum senang.
Oska menyapa Jong-soo dan mengatakan ingin menyewa Ra-im sebagai pelatihnya. Ra-im kaget. Demikian juga dengan Jong-soo, apa kau ingin menyewanya untuk berlatih adegan laga?
Ra-im dengan senang ingin ikut dengan Oska, Jong-soo dengat berat hati mengijinkannya. Joo-won protes pada Jong-soo, mengapa kau begitu saja membiarkannya pergi. Kalau begitu mengapa kau diam sja, tanya Jong-soo. Kau yang menguasai bela diri, bukankah kau seharusnya melakukan sesuatu, sahut Joo-won, dan aku memberimu pengacara. Apa kita berada dalam pihak yang sama, tanya Jong-soo ketus. Musuh dari musuhku adalah temanku, jawab Joo-won, apa kau tidak tahu? Bagaimana bisa kau tidak tahu? Ini adalah peribahasa Arab. Apa Jong-soo ada keturunan Arab ya?
Oska menginginkan Ra-im menjadi pelatihnya untuk syuting iklan. Ra-im menyatakan kesenangannya Oska telah kembali syuting iklan dan masalahnya telah selesai. Mereka saling bercanda namun tiba-tiba Oska memandang Ra-im dengan serius. Aku hanya main-main, kata Ra-im. Aku tahu, tapi aku telah terperangkap olehmu, aku semakin menyukaimu kata Oska sambil menatap Ra-im dalam-dalam. Ra-im terpana dan tidak bisa menjawab. Mereka cepat-cepat mengalihkan pembicaraan.
Tema iklan tersebut adalah memanjat tebing. Ra-im akan memberi pelatihan selama beberapa hari dan mereka akan mengatur jadwal. Tiba-tiba handphone Ra-im berdering. Ia mengangkatnya, “Halo?” wajahnya berubah saat mengetahui siapa yang menelepon.
Ibu Joo-won bertemu dengan Ra-im. Ra-im bertanya apakah Joo-won telah mengembalikan uangnya. Uang apa? Tanya ibu Joo-won dingin. Kau tidak menerima pengembalian uang dari Joo-won? Tanya Ra-im. Apakah Joo-wonku mengatakan akan mengembalikan uangnya bagimu? Sahut ibu Joo-won ketus.
“Kau belum menerimanya?” tanya Ra-im hati-hati. “Apa kau bercanda denganku? Apa uang yang kaudapatkan terlalu sedikit? Atau kau meminta uang bulanan? Aku benar-benar tidak tahu apa yang kauharapkan. Mengapa anakku harus mengembalikan uang yang kauambil! Apa anakku itu dompetmu?!” maki ibu Joo-won.
“Tidak seperti itu, walau kau tidak percaya padaku, aku sungguh-sugnguh tidak mengambil uang itu.”
“Oh begitu, kau tidak menerima apapun? Apakah ketika kau mengambil uang itu, kau meninggalkan jiwamu di rumah? Kupikir walau kau tidak punya harga diri, kau akan menepati janjimu. Mengapa kau terus menemui anakku? Walau kau pada dasarnya pengemis, apa kau tidak memiliki sedikit harga diri atau kesadaran untuk berpura-pura? Jika kau mendapat uang itu, seharusnya kau menjauhinya atau meminta uang untuk menjauh darinya. Apa kau tidak punya moral dalam berbisnis!?”
Ra-im tercengang mendegar kata-kata ibu Joo-won, “Kata-katamu sungguh menyakitkan.”
“Benar, kau pikir hanya kata-kataku yang menyakitkan.” Ibu Joo-won mengambil segelas air di meja dan menyiramkannya pada Ra-im , reflex Ra-im menghindar. “Aku minta maaf,” kata Ra-im, “itu refleksku. Mari lakukan lagi.” Ia menyodorkan segelas air ke hadapan ibu Joo-won.
‘Apa? Wanita macam apa ini? Astaga….” Ibu Joo-won pikir Ra-im sedang mengoloknya.
Joo-won datang menghampiri mereka. Ia memandang ibunya, “Apa yang kaulakukan sekarang?”
“Kau tidak tahu?” tanya ibunya,” aku tidak bisa hanya berdiri dan melihatnya bukan?”
“Mengapa? Karena apa? Ibu, kau tidak punya alasan satupun untuk bersikap seperti itu di depannya.” Jawab Joo-won tenang.
“Kim Joo-won, kau berani bersikap seperti itu pada ibu di depan wanita ini?”
“Itu karena kau menyia-nyiakan usahamu. Aku tidak menikahi wanita ini, mengapa kau menyeretnya dan merubahnya menjadi karakter dalam drama. Jika aku mengatakan aku tidak bisa hidup tanpa wanita ini, maka kau dapat ikut campur, kau berhak menghentikanku. Tapi ini hanya sementara. Apa kau tidak bisa menunggu sebentar saja?”
Ra-im terluka mendengarnya.
Komentar:
Aku senang dalam episode ini berturut-turut Oska, Dr. Lee, dan Ra-im membuka mata Joo-won. Walau ia belum merubah sikapnya tapi sepertinya kata-kata mereka membekas di hati Joo-won. Alur dalam beberapa episode terakhir agak lambat, tapi aku menyadari hal ini lebih realistis dibandingkan dengan sikap Joo-won mendadak berubah atau tiba-tiba Ra-im mencintai Joo-won yang berkarakter seperti itu. Jujur saja, walau tampan tapi sulit mencintai pria seperti Joo-won hehe J
Pada waktunya nanti Joo-won akan memakan kata-katanya sendiri, ia akan semakin terperangkap dalam perasaannya pada Ra-im dan tidak bisa lagi menghindar dengan mengatakan ini hanya sementara.
Kata-kata terakhir Joo-won pada ibunya menurutku hanya untuk menjauhkan ibunya dari Ra-im.
Pictures Credit to dramabeans
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)