Joo-won: “Aku akan menjadi little mermaidmu…aku akan berada di sisimu seperti aku tidak ada, kemudian menghilang bagai gelembung. Jadi sekarang, akulah yang tidak tahu malu bergantung padamu.”
Ra-im menarik nafas.
“Mengapa kau tidak mengatakan apapun? Aku sudah lama memikirkannya.”
“Aku akan mengatakan sesuatu jika apa yang kaukatakan masuk akal.” Sahut Ra-im.
“Apanya yang tidak masuk akal? Kau mengatakan kau tidak berhak menjadi little mermaid karena kau tidak mencintaiku. Jadi lebih baik aku yang menjadi little mermaid. Tentu saja, sebelum aku menyadarinya, aku menghabiskan waktu terberat sepanjang hidupku. Kuakui aku sangat terpikat padamu saaat ini. Bagaimana menurutmu? Aku keren kan? Pria lain tidak akan mengakuinya dengan mudah.”
“Terima kasih.” sindir Ra-im.
“Benar kan? Kau tidak memikirkanku bahkan selama 5 menit. Tapi aku selalu memikirkanmu. Itulah sebabnya aku yang menjadi little mermaid. Seperti yang sudah kukatakan, aku akan berada di sisimu dan lalu menghilang seperti gelembung (lenyap tak berbekas).”
Ra-im tertawa tak percaya, “Aku akan gila. Apakah kau seseorang yang hanya akan diam saja berada di sisiku? Dan lagi, baik aku maupun kau, pada akhirnya akan menjadi gelembung. Begitukah?”
“Kau benar. Aku menyukaimu. Jadi jika aku ingin tetap melihatmu, ini adalah jalan yang terbaik.”
“Apa kau begitu menyukaiku?” tanya Ra-im. Joo-won mengiyakan.
“Walau kau begitu menyukaiku, massa depanmu bersamaku tidak ada dan hanya gelembung? Dengan kata lain, entah kita sangat saling mencintai atau tidak, masa depan kita akan berakhir dengan tidak ada apa-apa (di antara kita). Benar?” kata Ra-im.
“Itulah kenyataan bagi kita. Tentu kita bisa melawan, menentang para saudara kakekku yang menentang penunjukkanku sebagai CEO departemen store. Dan menentang para investor yang mengharapkan pernikahanku seperti bisnis dan juga para pemegang saham, juga menentang ibuku yang akan menyakitimu. Pernikahanku adalah bisnis rumit dengan banyak pemegang saham. Pada akhirnya aku harus membuat keputusan, apakah aku akan mengecewakan mereka semua dan memilihmu. Atau apakah aku akan kehilanganmu dan mencari seorang wanita yang akan menguntungkanku dalam bisnis. Apakah pilihan pertama yang kauinginkan? Baik, anggap saja aku membuang semua dan memilihmu. Mencari rumah untuk tinggal dan sebuah kasur. Kita tidur dan bangun bersama. Tapi…berapa lama kaupikir kebahagiaan akan bertahan? Aku kehilangan semua dan kita berdua hidup bahagia selamanya? Dapatkah kau berkata begitu? Aku tidak punya kepercayaan diri untuk tidak akan menyalahkanmu dan membencimu setelah itu. Apa kau punya?”
Pernyataan panjang lebar Joo-won yang sama sekali jauh dari romantis membuat Ra-im terdiam untuk sejenak.
“Aku merasakannya lagi.” Kata Ra-im, “Apa yang kaukatakan itu benar. Semuanya benar. Tapi, kau bodoh. Untuk menjadi gelembung,walau indah dan bahagia, di mana kau akan menemukan wanita yang akan membanjirimu dengan cinta? Tidak ada wanita di dunia yang akan memulai cinta yang tidak memiliki akhir. Itulah sebabnya kita tidak akan bertahan. Kita….tidak ada jawaban bagi kita.”
Joo-won menyadari semua itu namun tidak mau mengakuinya, “Mengapa tidak ada? Itulah sebabnya aku akan menjadi little mermaid. Mengapa kau begitu rumit? Apakah setiap wanita dan pria akan menikah jika mereka memilliki hubungan? Apa yang akan kaulakukan jika aku berkata kita sebaiknya menikah tapi lalu meninggalkanmu? Mengapa kau tidak bisa memulainya? Sejujurnya, kau juga menginginkannya. Kau juga menyukaiku.”
“Jangan salah paham. Aku…..tidak menyukaimu. Minggir.” Ra-im berjalan maju.
Joo-won menghalangi langkah Ra-im. Ra-im menyuruhnya minggir sekali lagi. Joo-won menghalanginya dan mengulurkan tangannya. Ra-im kaget. Joo-won mengelus kepala Ra-im dengan lembut dan menatapnya penuh cinta. Ra-im tersentuh dan balik menatapnya.
“Kau berbohong dan kau gugup.” tandas Joo-won, “Pikirkanlah dan beri aku jawabannya. Aku sudah memikirkannya dalam-dalam dan mendapat pemikiran ini. Aku pergi.”
Joo-won meninggalkan Ra-im. Ra-im masih terkeiut dengan kejadian barusan.
Kembali di restoran tempat Ah-young makan malam. Tinggal Ah-young dan Sekretaris Kim berdua. Sekretaris Kim bertanya sambil menangis mengapa presdir sangat mengenalmu dan bagaimana ia menghadapi situasi ini. Ah-young mengatakan ia juga tidak mengerti apa yang terjadi. “Aku bisa gila!” serunya. “Jangan bohong!” teriak Sekretaris Kim dalam tangisnya, “Karena presdir yang mengundangmu makan, kau berdandan begitu cantik. Kau bahkan ke salon dan menata rambutmu.”
Ah-young berkata ia ingin menguji presdir karena presdir terus membuatnya bingung, tapi dia sekarang malah tambah membuatnya bingung. Ia bertanya, “Bagaimana bisa ia mengetahui diriku lebih baik dari diriku sendiri? Hanya Ra-im yang akan mengetahui hal-hal seperti itu. Tapi Ra-im bukan jenis wanita seperti itu.”
Sekretaris Kim merengek, “Bukan itu yang penting sekarang. Jadi presdir mencium baumu (waktu di toilet) atau tidak?” “Sekretaris Kim!!” seru Ah-young kaget.
Dalam perjalanan pulang dari rumah Ra-im, Joo-won mengirim voice-text message pada Ra-im, “Sudah kaupikirkan? Mengapa seorang wanita, yang tidak pernah berpikir bahkan selama 5 menit saja, berpikir begitu lama? Cepat beri jawaban.”
Ra-im yang sedang membersihkan rumah membaca pesan Joo-won. Ia merenung dan ingat perkataan dan perlakuan ibu Joo-won yang menyakitkan. Ia menarik napas panjang dan menaruh handphonenya tanpa membalas pesan Joo-won.
Ah-young pulang, Ra-Im menyapanya. Tapi Ah-young tidak membalas malah langsung mengamati lampu kristal gantung yang dibeli Joo-won.
Ra-im bertanya,” Ada apa? Apa yang kaulakukan?” Ah-young bergegas mendekati Ra-im dan duduk di hadapannya. “Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan.” “Kenapa?” tanya Ra-im.
“Kurasa presdir memilki kemampuan aneh. Kurasa ia menaruh kamera di suatu tempat di rumah ini. Seperti kamera mata-mata?”
“Kamera mata-mata?” tanya Ra-im.
“Sudah pasti,” syut, Ah-young menoleh melihat lampu gantung, “lampu gantung itu!”
Ra-im bingung.
“Orang gila mana yang memberi seorang wanita sebuah lampu gantung seperti itu? Dia pasti mempunyai motif tersembunyi.”
“Sebenarnya apa yang kaubicarakan?” tanya Ra-im.
“Hari ini, aku makan malam bersama presdir Kim dan Sekretaris Kim. Lalu aku menemukan presdir tahu banyak mengenai diriku. Kau tahu, hal-hal yang tidak akan kauketahui kecuali kau tinggal bersama orang itu. Bagaimana bisa ia tahu aku tidak menutup rapat pintu kamar mandi ketika aku di kamar mandi?”
“Kau bersikap seperti biasanya? Benar-benar….makanya aku mengatakan agar kau berhati-hati!” Ra-im sangat terkejut.
“Kapan kau mengatakannya?” protes Ah-young.
“Apa kau….berjalan tanpa mengenakan pakaian dalam seperti biasanya?” tanya Ra-im hati-hati.
“Apa kau pernah melihatku memakainya di rumah?” sahut Ah-young polos.
Ra-im langsung lunglai, “Astaga…”
Di rumah Joo-won, pelayan memberikan peta rumah Joo-won yang digambar Ra-im kepada ibu Joo-won. Ibu Joo-won mengira peta itu dibuat oleh Joo-won. “O…Oppa? Apa Joo-won memanggil Woo-young…. Oppa?” tanya ibu Joo-won bingung.
“Mereka sangat akrab akhir-akhir ini, dia bahkan mengenakan kaus kaki Oska. Bukan hanya itu, ketika ia memandang pohon, ia berbicara pada dirinya sendiri. Dan ketika ia melihat teleponnya, ia berbicara sendiri.” lapor pelayan itu. “Sendirian? Ia berbicara pada dirnya sendiri?” ibu Joo-won mengingat pertemuannya dengan Dr. Lee yang mengatakan ia hanya bertemu dengan Joo-won sebagai psikiaternya. Ia bertanya pada pelayan apakah Dr. Lee akhir-akhir ini ke rumah Joo-won. Pelayan mengiyakan.
Ibu Joo-won menyuruh pelayan itu pergi tapi ia melihat keranjang jeruk di atas meja. Ia menanyakan pada pelayan. Pelayan itu mengatakan presdir yang membawanya. Ibu Joo-won marah dan menyuruh pelayan membuang jeruk-jeruk itu (buat aku sajaaa…sayang kan).
“Sudah kubilang, tinggalkan saja di sana!” seru Joo-won yang baru tiba. Pelayan menaruhnya kembali di meja. “Singkirkan!” perintah ibu Joo-won. “Biarkan!” tandas Joo-won,” Ini adalah rumahku. Aku bebas berbuat sesuka hatiku.” Pelayan itu tidak berani membantah, ia membungkuk memberi hormat lalu pergi.
“Bagaimana bisa ini disebut rumahmu? Aku tidak pernah mengatakan menyerahkannya padamu. Jika kau terus bersikap seperti aku bisa mengusirmu keluar kapanpun aku mau.”
“Aku tahu.”
“Jika kau tahu, jika kau tahu maka…. bukan hanya orang miskin saja yang menginvestasikan miliknya untuk anaknya. Jika aku membuatmu menikmati semuanya, bahkan hal-hal yang orang lain tak dapat bayangkan, kau seharusnya memberi kembali sesuatu kepadaku. Seperti yang gadis aneh itu katakan, jika kau ditakdirkan lahir dalam keluarga kaya, kau punya kewajiban untuk menjaga dan mengembangkan kekayaan ini. Aku akan melupakan semua kekecewaan yang kau berikan padaku, lakukan pertemuan perjodohan kembali. Kau tidak mau?”
“Jika aku bilang tidak, apa kau akan berbicara dengan Gil Ra-im kembali?” sindir Joo-won.
“Itu akan bagus sekali, tapi apa kau pikir saat itu dia masih akan ada di Korea?” tantang ibu Joo-won.
Joo-won menyadari keseriusan ibunya, “Aku mengerti, aku akan melakukannya.”
“Benarkah?”
“Tentu saja, aku akan berpura-pura aku mempunyai pendidikan keluarga yang baik jadi jangan khawatir. Siapa kali ini?”
Keesokan harinya Joo-won menemui kencan butanya di museum. Kali ini ia dijodohkan dengan pewaris ketiga seorang konglomerat, tinggal di Jepang, lulusan Universitas Tokyo. Ayahnya mempunyai salah satu perusahaan shipping terbesar, ibunya mempunyai banyak koneksi dengan para politisi, mereka sangat berpengaruh di Jepang. “Nn. Yoo Kyung Ran? Aku Kim Joo-won,” sapa Joo-won pada teman kencannya.
Beralih pada Ra-im yang mendapat telepon dari Seul. Seul mengajaknya bertemu di museum yang sama tempat Joo-won biasa menemui kencan perjodohannya. Di museum, Ra-im bertanya mengapa Seul ingin bertemu di sini.
Seul menjawab, “Kita tidak akan membuang waktu di sini. Dia mengetahui kepribadianmu dari cara berjalanmu. Dia mengetahui apakah kau seorang terpelajar dari caramu melihat lukisan. Apakah kau cocok di museum atau di sebuah klub. Selera parfum menentukan apakah seorang wanita agresif atau tidak. Jawabannya dapat diketahui dengan cepat. “
Ra-im bingung mendengarnya. Seul mengatakan, itulah yang dikatakan Joo-won pada sebuah kencan buta. “Dia sangat kasar dan arogan, bukan?” Ra-im hanya diam mendengarnya.
Seul mengatakan sejam yang lalu Joo-won menemui kencan butanya di sini. Mata Ra-im membesar mendengar itu (atau cemburu?). “Seorang wanita dengan selera parfum tidak agresif.” lanjut Seul lagi. Ia mengamati reaksi Ra-im, “Apakah kau tidak terkejut?”
Kali ini dengan dingin Ra-im menjawab, “Lalu kenapa? Mengapa kau mengatakan semua ini padaku?” Seul bilang ia dan Kim Joo-won dalam hidup ini banyak diperlihatkan pada publik seperti yang museum ini lakukan. Walau ia tidak menikahi Seul, pada akhirnya ia akan menikahi seorang wanita seperti Seul. Seul mengatakan ia akan melakukan pernikahan seperti ini.
“Aku tahu kalian serius satu sama lain. Jadi aku menemuimu untuk meminta maaf padamu.” Kata Seul pada Ra-im.
Ra-im menatapnya, “Aku tidak mengerti, bukankah kau menyukai Choi Woo-young?”
Seul tersenyum dan tidak membantahnya. Tapi ia mengatakan “Pada awalnya aku ingin kembali (pada Oska). Tapi sekarang aku menyadari bahwa aku lebih jauh daripada itu.”
“Tapi mengapa kau dapat mempertaruhkan hidupmu pada seseorang yang bahkan tidak kau cintai?”
Seul tersenyum dan menjawab ia bisa melakukannya karena ia adalah seorang wanita yang tidak berarti bagi masa lalu seseorang. “Apa kau tahu kebencian yang paling menakutkan? Ketika seorang fan menjadi anti-fan dan ketika cinta berubah menjadi kebencian. Dan aku adalah keduanya saat ini.” Ra-im simpati mendengar isi hati Seul.
“Jadi mulai sekarang aku ingin melakukan segala hal yang aku bisa untuk bisa melukai Choi Woo-young sedalam-dalamnya. Tentu saja belum tentu semuanya seperti yang kurencanakan. Jika Kim Joo-won mulai melakukan kencan buta lagi, mungkin dalam pandangannya kau dan aku bukanlah orang yang tepat.” Ra-im terlihat kesal.
“Kita memilih orang yang sulit untuk dicintai, benar tidak?”kata Seul lagi. Siapa milih siapa?? Seul memilih Joo-won sebagai alat balas dendam, dan Joo-wonlah yang memilih Ra-im bukan sebaliknya.
Ra-im kembali ke sekolah laga. Ia ingat kata-kata Joo-won pada ibunya bahwa ketertarikan Joo-won padanya hanyalah sementara. Tapat saat itu Joo-won meneleponnya. Ra-im kesal dan menaruh Hpnya dalam loker.
Ra-im membuat video demo untuk dikirimkan pada sutradara “Dark Blood”. Ia memperkenalkan dirinya dalam bahasa Inggris dalam demo tersebut dan mempertunjukkan keahliannya. Bahasa Inggrisnya ehm…agak kaku (memangnya aku bisa? haha :p) tapi aksinya TOP. Sementara itu Hp Ra-im terus berbunyi dalam lokernya. Well, kita udah tahu kan kelanjutannya?
Yup, Joo-won sudah menunggu di depan rumah Ra-im. Ia bertanya mengapa Ra-im tidak menjawab teleponnya. Ra-im yang sedang mengenakan headphone tidak menjawabnya dan terus berjalan. “Apa kau tidak tahu berapa kali aku menelepon?” tanya Joo-won lagi, “Aku bilang mengapa kau tak menjawab? Apa kau tak bisa mendengarku? Seorang wanita jelek yang tidak bisa mendengarku.”
Ra-im melepas headphonenya, “Aku sibuk, mengapa kau menelepon?” tanyanya ketus.
“Mengapa kau tidak menjawab jika kau mendengarku,” gerutu Joo-won.
“Aku sedang tidak ingin.” Jawab Ra-im singkat. Langkahnya dihentikan kaki Joo-won. “Apa kau pikir aku menelepon karena aku pengangguran? Jika kau tidak mau diganggu, maka yang harus kaulakukan adalah mengangkat teleponmu. Mengapa kau mengabaikan pesanku? Kupikir sudah kukatakan padamu bahwa aku selalu memikirkanmu. Menurutmu bagaimana perasaanku? Apa kau pikir aku melakukan pekerjaanku dengan baik? Apa kau sudah membaca pesanku? Jika sudah seharusnya kau membalasnya. Mengapa kau tidak membalasnya?” Joo-won mengomel panjang lebar.
Ra-im menatapnya kesal, “Aku masih berpikir.”
“Sampai kapan?” desak Joo-won. (bener-bener kasmaran ini orang^^)
“Mengapa kau ingin tahu?” tanya Ra-im ketus, “Apa kau menyukaiku dengan seijinku? Orang yang selalu memikirkanku bagaimana bisa mnegikuti kencan perjodohan?”
“Bagaimana kau bisa mengetahui hal itu?” tanya Joo-won heran.
“Bagaimana kali ini? Apa dia cantik? Kaya? Dengan latar belakang akademis yang bagus? Apa kau suka parfumnya? Bagaimana dengan cara jalannya? Anggun?” hahay…ada yang cemburu :p
Joo-won bertanya bagaimana Ra-im bisa mengetahui semua itu.
“Aku tidak punya selera pafum, tapi wangi shampoku mencolok. Dan bahkan selera pasta gigi yang buruk. Jika kau sudah tahu, maka pergilah.” Ra-im menepis kaki Joo-won dan berjalan ke rumahnya.
“Apa kau cemburu saat ini?” tanya Joo-won. Ra-im menoleh kesal padanya.
“Kau cemburu.” Kata Joo-won sambil tersenyum senang, ‘Kenapa? Apa kau kesal karena aku mengikuti perjodohan? Frustasi? Apa sebaiknya aku tidak melakukannya lagi?”
“Apa yang akan kaulakukan jika kau berhenti? Itu adalah bisnis penting dalam hidupmu. Pergilah dari hadapanku dan lanjutkan perjodohanmu.” Ra-im berbalik pergi.
“Apa kau hanya bisa mengatakan semua itu?” seru Joo-won. Ra-im menghentikan langkahnya.
“Apa kau tahu mengapa aku seperti ini? Aku kemari karena aku merindukanmu.” Ra-im tersentuh mendengarnya, sepertinya ia juga merindukan Joo-won.
“Jadi biarkan aku melihat wajahmu.” Karena Ra-im diam, Joo-won berjalan menghampirinya dan berdiri di hadapan Ra-im. “Mari saling melihat seperti ini. Siapa bilang kau bisa menghapus fotomu di ponselku?”
Joo-won mengeluarkan ponselnya dan menyuruh Ra-im berdiri diam sejenak. Ra-im menyuruhnya jangan memotretnya dan menunjukkan wajah kesal. Joo-won memotret wajah kesal Ra-im dan tersenyum melihat hasilnya. “Kau benar-benar cantik saat kau marah.” Ra-im mendengus kesal. “Pastikan kau memberi keputusanmu besok. Atau aku akan datang lagi.” Joo-won pergi meninggalkan Ra-im.
Ibu Joo-won makan siang bersama Hee-won. Ia meminta Hee-won untuk tidak bermain terus dan mengawasi kakaknya. Karena masalah Joo-won adalah masalah keluarga. Hee-won menjawab ia tidak sedang bermain- main, ia sedang mempelajari saham. Hee-won mengatakan ia tidak akan hidup nyaman dengan uang ibunya dan memperingatkan ibunya agar tidak mencoba mengontrolnya seperti ibunya mengontrol Joo-won. Ibunya kesal dan mengatakan Hee-won seperti ayahnya. Hee-won tidak suka ibunya menjelek-jelekkan ayahnya. Ibu Oska datang dan bergabung dengan mereka.
Ibu Oska bertanya apa yang mereka bicarakan hingga ibumu berwajah seperti itu. Ibu Joo-won bertanya pada kakaknya bukankah ia telah sukses menyingkirkan para teman wanita Oska. Ibu Oska membenarkan, jika ada pertandingan seperti itu (menyingkirkan teman wanita dari anak laki-laki) ia pasti sudah mendapat medali emas. Ia bingung mengapa adiknya bertanya.
Hee-won menjelaskan kalau Joo-won memiliki seorang kekasih dan menyuruh ibunya membiarkan mereka berdua. Ibu Oska bertanya, “Begitukah? Joo-won memiliki kekasih? Apakah dia hamil?”
“Kupikir belum sampai begitu, tapi kurasa mereka tinggal bersama sesekali.” Kata Ibu Joo-won. Hee-won terkejut, “Benarkah?”
Ibu Oska mengatakan kalau begitu usaha memisahkan mereka akan sia-sia. Dia akan melawan jika kau mencoba memisahkan mereka saat mereka benar-benar saling menyukai. Jika kau memberi uang dengan ceroboh, dia akan bersikap sebagai wanita dalam drama tragedy dan mengatakan tidak akan menerima uang itu. Mereka berpikir itulah romantisme dari cinta mereka.
Ibu Joo-won bingung mendengar itu, lalu bertanya bagaimana jika gadis itu mengambil uangnya dan menghabiskannya dalam sehari. Ibu Oska terkejut mendengar ada wanita seperti itu.” Tentu saja ada,” jawab ibu Joo-won, “ia bahkan bertanya apakah uang itu diberikan perbulan.”
“Asataga…dia pasti sukses besar.” Ibu Oska berseru kagum, “Dia pasti akan melakukan sesuatu.” Ibu Joo-won jadi panic mendengarnya. “Kau tidak bisa menjadi lawannya, kau harus menyingkirkan wanita dengan seorang wanita. Bukan sebagai seorang ibu. Kau harus mencari wanita yang agresif, bukankah Joo-won sudaah banyak mengikuti perjodohan. Apakah ada gadis kaya yang seperti itu?” tanya ibu Oska.
Ibu Joo-won memikirkan sesuatu.
Tulisan “Perayaan 300 hari pasangan Moon dan Park” tergantung di ruang makan kakek Joo-won. Seluruh keluarga telah berkumpul termasuk Oska dan Joo-won. Mereka semua terpana melihat tamu yang dibawa ibu Joo-won. Kita sudah bisa menebak bukan?
SEUL.
Joo-won terlihat bingung dengan kehadiran Seul, sementara Oska terlihat kesal. Ibu Joo-won memperkenalkan Seul pada Kakek Joo-won. Seul memberi hormat pada kakek Joo-won. Kali ini Joo-won kesal dan mengkhawatirkan Oska. Kakek Joo-won bertanya apakah Joo-won akan menikah dengan Seul. Ibu Joo-won membenarkan dan mengatakan akan menikahkan mereka berdua pada musim semi. Kakek Joo-won meminta Joo-won yang langsung menjawabnya.
Joo-won menatap ibunya dengan marah dan menjawab, “Musim semi terdengar bagus. Bunga-bunga sedang bermekaran.” Ia tidak mau membuat keributan dengan kakeknya.
Ibu Joo-won puas dengan jawaban anaknya. Ia lalu mengenalkan Seul pada anggota keluarga yang lain. Ketika melihat Oska ibu Joo-won bertanya, “Kau mengenalnya bukan? Sepupu Joo-won. Dia seorang penyanyi.”
Dengan sedikit gemetar Seul menyapa sopan, “Senang berkenalan denganmu. Aku adalah fansmu.”
Oska diam. Joo-won tidak tahan lagi, “Apa yang kau maksud dengan baru pertama kali bertemu? Kalian sudah saling mengenal.”
Seul kaget Joo-won mengatakan hal yang sebenarnya. Dia jadi malu dan kebingungan. Ibu Oska bertanya apakah Seul mengenal Woo-youngnya. Seul menjelaskan ia adalah fans Oska dan sudah bertemu beberapa kali dengan Oska dalam konser. Joo-won dan Oska melihat Seul dengan kesal. Oska akhirnya berdiri dan pamit ke toilet lalu bergegas meninggalkan meja makan. Joo-won mengkhawatirkan Oska.
Oska berusaha menenangkan dirinya. Seul menghampirinya dan berdiri di sebelahnya. “Sejauh apa kau akan bertindak? Ini bukanlah akhirnya, kan?”tanyanya pada Seul. “Kau benar.” Jawab Seul singkat. Oska bertanya bagaimana Seul bisa datang ke sini. Seul menjawab ia diundang oleh ibu Joo-won. Oska mengatakan seandainya Seul diculikpun seharusnya Seul tidak datang.
Seul mengatakan ia ingin melihat pria setenang Oska memberi perhatian lebih pada dirinya. Dan Seul juga suka melihat mata Oska bergetar karena dirinya. Oska bertanya kesal mengapa Seul melakukan hal ini dan apa yang Seul ingin ia lakukan, apa yang harus ia lakukan agar Seul berhenti dari tindakannya.
Seul menjawab dingin, bukankah seharusnya kau berpikir mengapa aku melakukan semua ini.
“Aku tahu aku telah berubah. Aku tidak seperti ini sebelumnya. Tapi terima kasih padamu aku dapat melakukan semua yang kuinginkan sekarang. Sementara aku berubah menjadi seperti ini, apa yang kaulakukan? Seorang wanita, sebiasa apapun dia, dia bisa menjadi seorang ratu. Sebangsawan apapun dia, ia bisa menjadi pelayan. Tergantung dari bagaimana ia diperlakukan oleh pria yang ia cintai. Kau bertanya sejauh apa aku dapat melangkah? Mari kita lihat, bukankah kita akan tahu saat kita bertemu kembali? Aku pergi dulu, para orang tua menunggu.” Seul berbalik meninggalkan Oska.
Joo-won mengungkapkan kekesalannya pada ibunya karena tidak memberitahunya lebih dulu. Ibunya mengatakan jika ia memberitahu lebih dulu, Joo-won pasti akan melarikan diri. Joo-won membenarkan. “Aku akan mengikuti semua perjodohan seperti yang kauinginkan. Tapi aku tidak bisa menikahinya karena ia mencintai pria lain.” Dengan tenang Ibu Joo-won berkata ,”Kau juga mempunyai wanita lain. Dengan kecantikan dan kekayaannya, apakah dia (Seul) tidak bisa mendapatkan seorang pria?” Joo-won menanyakan apakah ibunya bisa menerima menantu yang demikian (memiliki pria lain). Latar belakang keluarga, pendidikan dan kekayaannya sulit ditandingi dan kau masih ingin menambahkan cinta, tanya ibu Joo-won. Well, kurasa pernikahannya dengan ayah Joo-won juga bukan karena cinta. Joo-won sangat kesal hingga tak dapat berkata apa-apa lagi. Ia meninggalkan ibunya dan menemui Oska.
Joo-won mengajak Oska berbicara. Joo-won mencoba menjelaskan agar Oska jangan salah paham, ia tidak tahu apa-apa, itu semua hanya keinginan ibunya. Ia menambahkan bahwa keramahan dan persetujuannya dengan Seul hanyalah pura-pura. Oska tidak bereaksi dan tidak mengatakan apapun. “Hyung!” panggil Joo-won. Oska tetap diam. “Hyung!” panggilnya lagi.
“Aku tahu. Jadi sekarang pergilah.” Kata Oska, masih tidak mau memandang Joo-won.
“Bagaimana aku bisa pergi. Kau masih salah paham. “ sahut Joo-won. Akhirnya Oska memandang Joo-won dan bertanya apakah Joo-won pikir ia marah karena ia salah paham, ia tidak salah paham. Lalu kenapa, tanya Joo-won, bukan aku yang mengundangnya datang. Oska menjawab ia marah pada Joo-won. Ia marah bukan karena Joo-woon mengundangnya, Seul bukan seseorang yang akan datang begitu saja jika diundang seseorang. Oska marah karena Joo-won mempermalukan Seul saat itu. Joo-won tentu saja bingung.
Oska mengatakan tempat itu bukan tempat yang nyaman bagi Seul untuk bertemu anggota keluarga lainnya untuk pertama kali. Oska menegur joo-won karena mengatakan Seul sudah mengenal Oska padahal Seul sedang berpura-pura baru bertemu dengannya. Apa kau melihat ekspresinya, tanya Oska, tidak bisakah kau membiarkannya saja. Oska mengatakan Joo-won selalu focus pada kerugiannya dan tidak peduli apakah orang lain tersakiti atau tidak, itu adalah cara hidup dan kepribadian Joo-won.
Joo-won mendengar semuanya dengan diam dan bertanya apakah Oska benar-benar menyukai Seul. Oska belum sempat menjawab karena ponselnya berbunyi. Ternyata Ra-im yang memberitahukan bahwa ia ingin memindahkan jadwal latihan dari sore hari menjadi pagi hari. Oska mengiyakan dan meminta bertemu dengan Ra-im sekarang. Joo-won mengernyikan kening mendengar Oska berbicara dengan Ra-im.
“Mengapa kau ingin bertemu Ra-im?” tanyanya. “Karena dialah satu-satunya yang dapat membuat perasaanku menjadi lebih baik.” Jawab Oska. Joo-won tidak menghalangi Oska pergi. Ia menelepon Seul dan meminta bertemu dengannya.
Dan inilah pertemuan silang dua pasangan:
Joo-won bertanya pada Seul apa sebenarnya hubungannya dengan Oska. Mantan kekasih, jawab Seul enteng. Begitukah, tanya Joo-won, karena dari yang kulihat kalian berdua masih saling mencintai. Yang kaulihat itu salah, kata Seul sambil tersenyum. Baik, anggap saja begitu, tapi Woo-young tidak begitu, ia masih mencintaimu, kata Joo-won. Benarkah, tanya Seul, di masa lalu bahkan sekarang, Choi Woo-young selalu mengakui perasaaannya hanya pada pihak ketiga.
Apa yang kauinginkan, tanya Joo-won, jika ini mengenai emosi, tidakkan kau pikir kau bertindak terlalu jauh, apa kau benar-benar ingin menikah denganku?
“Musim semi yang berbunga, aku menyukainya.” Kata Seul.
Joo-won kesal, “Mengapa aku harus digunakan dalam perselisihanmu dengan Woo-young? Aku mencoba mengerti dirimu dan inilah hasilnya? Aku sudah banyak masalah saat ini.”
“Aku tahu, itulah sebabnya aku orang yang tepat. Kau juga tidak akan berakhir bahagia dengan Gil Ra-im. Karena aku tidak akan ikut campur dalam urusan pribadi suamiku….”
“Aaaahhh…itulah sebabnya ibuku menyukaimu.” Kata Joo-won. “Ibumu menyukaiku?” tanya Seul senang.
“Itulah masalahnya. Tapi Woo-young masih benar-benar mencintaimu.”
“Apa kau sedang berkhotbah tentang cinta saat ini? Gil Ra-im benar-benar punya keahlian. Bagaimana ia bisa mengubah seseorang seperti ini?” Seul mengatakan Joo-won telah berubah karena ketika mereka pertama kali bertemu dalam perjodohan, Joo-won mengatakan melepaskan segala sesuatu demi cinta adalah hal yang bodoh.
“Dia selalu seperti itu.” kata Joo-won. “Kau benar-benar menyukainya,” kata Seul, “Tapi apa daya, kau tidak bisa mengubah pikiranku. Aku telah sembuh dari penyakit cinta sejak dulu.”
Joo-won meminum tehnya dan tidak berkata apa-apa lagi.
Sementara itu Ra-im dan Oska berbincang di sebuah kedai sederhana. “Kau wanita pertama yang mengajakku bertemu di kedai kulit babi bakar.” Kata Oska. Ra-im mengatakan ia banyak bertemu pria di kedai seperti ini. Tapi, kau belum pernah menemui bintang di kedai ini, gurau Oska. Aku pernah bertemu dengan sepupu bintang di tempat ini, jawab Ra-im.
Oska mengatakan jangan bicarakan si brengsek itu. “Jika aku mengatakan hal ini, mungkin kau marah, tapi aku menemuimu untuk membuatnya marah. Dia berada di dekatku ketika kau tadi menelepon.”
Ra-im bertanya apakah mereka bertengkar. Oska mengatakan hari ini Joo-won melakukan sesuatu yang membuatnya marah. Dia selalu melakukannya padaku, kata Ra-im. Begitulah dia, sahut Oska. Lalu Oska mulai curhat.
“Aku pernah bertemu banyak wanita dalam hidupku namun aku tetap belum mengerti wanita. Wanita yang pertama dan terakhir kucintai berubah menjadi penjahat dalam hidupku. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.”
“Semua penjahat di dunia ini dipenuhi rasa sakit hati. Wanita kadang-kadang terus mencintai dengan kebencian yang sama besar. Dari apa yang kulihat kelihatannya ada kesalahpahaman di antara kalian berdua.” kata Ra-im bijak.
“Aku tahu, itulah sebabnya aku tidak mencarinya. Aku takut menemukan penyebab Seul melakukan ini adalah karena diriku. Aku takut mengetahuinya.”
Kedua pasangan silang ini (tanaman kaleee….) larut dalam pikiran dan kenangan mereka masing-masing.
Di sekolah laga Jong-soo mengetahui dari Jung-hwan kalau hutang sekolah telah dibayar setengahnya. Jong-soo mengatakan ia bahkan menunggak dua bulan. Jung-hwan bilang itulah anehnya, dia bilang tidak ada tunggakan, juga tidak ada telepon dari bank menagih pinjaman. Jong-soo menyuruh Jung-hwan menelepon bank.
Hee-won berjalan sendiri menuju LOEL. Ia ingat ketika Jong-soo menolongnya. Ia menjadi kesal karena memikirkan kepalanya didorong hingga ia terjatuh. Di depan departemen store ia melihat seorang pria merokok di depan seorang ibu dan anaknya. Ia menegur pria itu. Pria itu marah. Hee-won menjelaskan bahwa ini adalah tempat umum dan tempat anti-merokok dan juga ada anak-anak juga seharusnya pria itu menjaga kesehatannya. Pria itu menggertak Hee-won agar pergi. Hee-won memarahi pria itu karena telah tidak tahu malu bersikap demikian. Pria itu semakin marah dan hendak memukul Hee-won.
Sebuah tangan menangkap tangan pria itu dan memelintirnya membuat pria itu berteriak-teriak kesakitan. Hee-won melihat penolongnya. Jong-soo. Jong-soo menyuruh pria itu minta maaf pada Hee-won. Hee-won terpesona dengan Jong-soo. Pria itu meminta maaf dan segera pergi. Hee-won sudah tidak peduli lagi, ia hanya memperhatikan Jong-soo.
Jong-soo bertanya apa Hee-won baik-baik saja. Hee-won mengingatkan Jong-soo bahwa mereka pernah bertemu di sekolah laga. Jong-soo memang ingat pada Hee-won tapi saat ini ia sedang sibuk dan buru-buru. Ia langsung pergi, Hee-won kembali kesal.
Jong-soo buru-buru untuk bertemu… Joo-won. Joo-wonlah yang membayarkan setengah hutang sekolah itu. Dan jelas Jong-soo tidak menyukai hai tu. “Kalian para stunt benar-benar aktif, kalau ada masalah kalian bisa meneleponku. Tiap kali ada masalah, kalian selalu muncul di depanku dan berteriak.”
Jong-soo bertanya mengapa Joo-won membayar pinjaman sekolah laga dan darimana ia mengetahui soal pinjaman itu, apa dari Gil Ra-im. “Gil Ra-im tidak mengatakannya, tapi situasinya mirip seperti itu.” Jawab Joo-won. “Situasi seperti apa? Jelaskan padaku.” desak Jong-soo.
Kilas balik: Joo-won berada dalam tubuh Ra-im. Ia duduk di meja Jong-soo dan melihat-lihat arsip pegawai, yang dia cari tentunya arsip Ra-im. Ia menemukannya dan terkejut saat mengetahui Ra-im pernah melakukan berbagai macam pekerjaan, seperti pelayan (6 bulan), mencuci mobil (2 bulan), dll. Saat itulah telepon di kantor Jong-soo berbunyi dan Joo-wonim mengangkatnya. Ternyata bank yang menagih pinjaman.
Kembali ke saat ini, Joo-won mengatakan ia sedang di kantor Jong—soo ketika bank menelepon dan ia kebetulan mengangkatnya. Jong-soo mengatakan seharusnya bila pihak bank menelepon Joo-won memberitahukan padanya dan ia bertanya mengapa Joo-won membayarnya.
Joo-won menganggapnya sebagai sebuah investasi. Jong-soo dengan tegas mengatakan tidak mau mendapat investasi dari Joo-won. Setelah sekolah laga berdiri, butuh 5 tahun sebelum mereka memiliki gedung. Ia dan timnya berusaha keras untuk mencapainya, dan Joo-won telah membodohi mereka semua.
“Lalu apa yang harus kulakukan, aku tidak mau Gil Ra-im mengangkat telepon seperti itu. Aku mengangkatnya karena aku berada di sana. Apa kau pikir suatu saat ia tidak akan menerima telepon seperti itu? Jika ia yang mengangkatnya ia akan terus mengatakan “minta maaf” berulang kali. Aku tidak menyukainya. Itulah sebabnya aku membayarkan uang itu. Aku membayar setengah karena aku tahu kau akan bersikap seperti ini jika aku membayar penuh. Jangan khawatir, perhitunganku tepat. Ini bukan amal jadi kau bisa mengembalikannya padaku.”
“Aku tidak mau membayar padamu jadi ambil kembali uangmu sekarang juga. Aku akan berbicara dengan bank.” Jong-soo berlalu setelah berkata demikian.
Sayangnya berita Joo-won membayar pinjaman itu sampai ke telinga Direktur Park. Dengan imajinasinya yang tinggi, Direktur Park berpikir Ra-im yang hamil sedang memeras Joo-won. Dengan adanya masalah klaustrophobia dan kehamilan, mari kita majukan rencana kita, katanya pada asistennya. Asistennya mengatakan ia telah membuat janji dengan psikiater Joo-won.
Direktur Park ber”konsultasi” dengan Dr. Lee. Ia bertanya gejala-gejala apa yang biasanya dialami orang-orang yang datang ke tempat Dr. Lee. Dr. Lee menjawab, biasanya mereka tidak bahagia, lalu ia bertanya gejala-gejala apa yang dialami direktur Park.
“Kurasa aku klaustrophobia.”
“Akulah yang mendiagnosa, sebagai psikiatris, ceritakan gejala-gejala yang Anda alami.”
“Yang utama, aku tidak bisa masuk lift. Tapi kadang-kadang aku masuk begitu saja. Dan aku tidak bisa masuk norebang (ruang menyanyi). Kupikir aku klaustrophobia, tapi…aku bisa naik pesawat dengan normal dalam perjalanan bisnis ke luar negeri.”
“Klaustrophobia tidak selalu menunjukkan gejala yang sama pada tiap pasien. Rasa takut pada ruang tertutup dan sempit dapat berbeda tergantung pada masing-masing orang.” Dr. Lee menjelaskan.
“Benarkah? Tapi jika aku memiliki gejala-gejala seperti ini apakah benar aku memiliki klaustrophobia?”
“Untuk mengetahuinya dengan pasti, kita masih harus melakukan serangkaian test. Tapi sejak kapan kau merasakan gejala-gejala tersebut?”
“Itu adalah sejak aku membenci pria ini? Dia muda, tinggi, kaya, dan tampan. Satu-satunya kekurangannya adalah kepribadiannya. Dia selalu bertanya ‘apakah ini yang terbaik?’ . Setiap kali ia melakukan itu, aku merasa diriku menciut.” Haha, Direktur Park jadi curhat.
“Apakah itu hanya kebencian?” tanya Dr. Lee. Direktur Park bingung. “Mungkinkah itu juga salah satu kerinduan yang amat sangat?” kata Dr. Lee. Direktur Park tercengang.
Ra-im mendapati dua orang anak didiknya mengundurkan diri dari sekolah. Mereka merasa latihannya terlalu berat seperti di militer, mereka tidak sanggup lagi. Mereka juga tidak bisa melihat masa depan dalam profesi ini, dan mereka takut. Ra-im dengan berat hati mempersilakan mereka keluar karena tidak semua orang memiliki impian yang sama dan berharap mereka melakukan hal yang benar-benar mereka sukai, yang membuat jantung mereka berdegup kencang. Ra-im sedih namun berusaha tidak memperlihatkannya. Ia meminta maaf karena tidak bisa menjaga mereka dengan baik. Keduanya minta maaf dan mengatakan tidak seperti itu. Ra-im mendoakan yang terbaik bagi mereka dan dengan sedih meninggalkan tempat latihan. Jong-soo melihat semua itu lalu meminta Jung-hwan segera mempersiapkan acara latihan ke luar.
Jung-hwan menemui Joo-won di kantornya. Ia bersikap sebagai seorang senior. Dan memberitahu Joo-won mengenai acara latihan ke luar itu. Joo-won bertanya tempatnya di mana. Jung-hwan sedang mengusahakannya. Dapatkah aku yang menentukan lokasinya, tanya Joo-won, sepertinya sekolah sedang dalam masalah keuangan. Makanan dan tempat tidur gratis, alam yang bersih, udara yang nyaman, dan lokasi yang tebaik. Tentu saja bisa jika makanan dan tempat tidurnya gratis, kata Jung-hwan. Ia menambahkan Ra-im sedang sedih, jadi ia memerlukan acara ini.
Joo-won bertanya mengapa Ra-im sedih. Jung-hwan menceritakan apa yang terjadi dan menasihati Joo-won agar terus berusaha di saat Ra-im sedang sedih. Ia bahkan mengusulkan kata-kata yang akan membuat Ra-im mabuk kepayang, “Gil Ra-im, kehadiranmu bagaikan sebuah keajaiban bagi kami. Atau, ada aroma lavender dalam aksimu. Kau tahu lavender kan, symbol dari udara panas.” Jung-hwan ini lucu juga.
Joo-won mengatakan ia penasaran akan dua hal. Pertama, mengapa Jung-hwan membantunya agar bisa bersama Gil Ra-im. Kau menghasilkan banyak uang, jawab Jung-hwan, orang yang menghasilkan dan menggunakan banyak uang. Aku berharap kau terus bersama Ra-im dan tidak pernah melepasnya, juga menjaganya dengan baik. Aw, Jung-hwan ini menganggap Ra-im adiknya.
Joo-won mengangguk mengerti. Kedua, mengapa kau menggunakan bahasa informal/banmal (bahasa yang digunakan dengan orang berusia sama atau lebih kecil) denganku. Jung-hwan tersenyum dan berkata aku berusia 31 tahun depan (sama dong hehe…). Joo-won menyahut, aku berusia 34 tahun.
Jung-hwan kaget, kau terlihat muda. Aku tahu, kata Joo-won, kau boleh pergi sekarang, lain kali hati-hati. Jung-hwan langsung bersikap sopan dan meminta Joo-won memberitahu lokasinya. Ia bahkan membungkuk memberi hormat sebelum keluar kantor Joo-won.
Jong-soo, Ra-im, dan teman-temannya berbelanja pakaian hangat untuk acara latihan itu. Jong-soo senang melihat Ra-im senyum kembali.
Oska mempersiapkan konser natal, namun ia tidak bisa berkonsentrasi karena terus mengingat Seul. Manager Choi datang dengan barang-barang yang akan dijual di konser. Oska bertanya mengapa tidak ada barang-barang sponsor, yang biasanya dibagikan gratis pada fans saat konser. Tidak ada yang mau mensponsorimu saat ini, jawab Manager Choi. Oska menyuruh managernya mempersiapkan makanan dan minuman untuk fansnya. Managernya kesal, kaupikir ini konser amal, ini tidak akan mendatangkan keuntungan. Tidak apa-apa, jawab Oska, aku akan membayarnya dengan uangku sendiri jadi jangan khawatir. Oska bilang ia akan pergi sebentar untuk mencari bintang tamu.
Ia pergi menemui Sun di studio Seul. Oska berkata, jika kau berada di sini, artinya kau sudah menandatangani kontrak. Apa kau ke sini untuk menanyakan hal itu? tanya Sun. Sun juga mengatakan sepertinya kau dan ahjumma (Seul) tidak memiliki hubungan yang baik.
Oska minta Sun jangan memikirkan hal itu dan bertanya apakah Sun sudah menandatangani kontrak. Sun menjawab belum, ia sedang mencoba dulu. Oska bertanya mengapa Sun tidak menuntut orang yang mengambil lagu Sun dan menjualnya pada Oska. Orang itu tidak menghormati kreativitas Sun, mengapa Sun tidak melakukan apa-apa. Sun dengan gelisah mengatakan orang itu sudah merenungkan perbuatannya. Oska bilang, Sun pasti mengenal plagiator itu, apa Sun menyuruhnya mengakui plagiarism itu. Sun mengatakan ia melakukannya karena ia mengkhawatirkan Oska (do I smell love here??).
Oska tertawa, jika kau mengkhawatirkan aku seharusnya kau menandatangani kontrak denganku bukan dengannya (Seul). Ia bertanya di mana Seul, bossnya. Ia belum menjadi bosku, sanggah Sun, aku belum menanda tangani kontrak. Seul datang dan menuju studionya tepat saat ia mendengar Oska menanyakan di mana dirinya pada Sun. Sun bertanya apa kau mencari Seul dan bukan mencarinya. Oska menyuruh Sun mengosongkan jadwalnya minggu depan untuk berlatih, ia ingin Sun menjadi bintang tamu dalam konser natalnya.
Oska keluar dari studio, Seul melihatnya dari balik tembok. Sesampainya di luar Oska mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Seul tapi mengurungkan niatnya. Seul melihat semua itu dari balik jendela.
Joo-won melihat-lihat kemajuan di Bisong Resort, resort terbaru miliknya di tengah hutan. Ia meminta lingkungan hutannya tetap dijaga seperti aslinya. Kontraktornya mengatakan ia melakukan persis seperti yang diinginkan Joo-won dan Joo-won puas dengan hasilnya. Mereka tiba di vila yang tersebar di resort tersebut. Inti dari vila ini adalah interior dan pemandangannya, kata Joo-won. Ia menyuruh Sekretaris Kim meng-update profil vila itu di internet dan menekankan vial tersebut bagus untuk pemulihan. Kontraktor melaporkan pembangunannya sudah hampir selesai dan dapat dibuka dalam waktu sebulan. “Terima kasih atas kerja kerasmu,” kata Joo-won.
Terdengar suara riuh. Rombongan sekolah laga telah tiba. Ra-im kaget melihat Joo-won di situ. Joo-won tersenyum. Jong-soo kesal melihatnya. Jung-hwan pura-pura mereka bertemu kebetulan, “Hei, bukankah itu ‘pria pembuat banyak uang’? Bagaimana kau bisa kemari? Kami ke sini untuk latihan”
“Aku kemari untuk bekerja. Kebetulan sekali.”
“Aku tahu, dan sebagai senior aku bisa menggunakan banmal bukan? Aku datang dengan Ra-im.” kata Jung-hwan pada Joo-won. Joo-won terpaksa tersenyum mengiyakan.
Tantu saja Ra-im dan Jong-soo tidak percaya ini sebuah kebetulan. Jung-hwan dan Joo-won menjawab bersamaan, ini sebuah kebetulan. Jong-soo melihat Jung-hwan dan memintanya segera menghadapnya. Jung-hwan mengedipkan mata pada Joo-won dan berkata, “Jangan khawatir, setelah dipukul aku akan kembali.” Hidup Jung-hwan!
Mereka semua berjalan masuk ke vila tapi Ra-im ditarik ke samping oleh Joo-won. Ra-im melotot padanya. “Kenapa? Ada yang harus kita bicarakan. Aku sibuk sehingga tidak bicara denganmu. Apa kau sudah membuat keputusan?” tanya Joo-won, ah ia pasti kangen sama Ra-im.
“Aku tidak sebebas itu untuk memikirkan hal-hal tidak berguna.” Jawab Ra-im ketus.
“Mengapa kau mengundur begitu lama? Baik, setelah ini mari kita bicara berdua, hanya kita berdua. Beberapa hari lalu kau bertemu Woo-young bukan? Apa yang kalian berdua lakukan? Apa kau membuat wajah lucu lagi di hadapannya?” tanya Joo-won.
“Apa hubungannya denganmu?’ sindir Ra-im.
“Apanya yang tidak ada hubungan? Kita berciuman…”HAP, mulut Joo-won ditutup Ra-im.
Pembicaraan mereka diganggu oleh anak buah Ra-im yang berteriak, “Kakak senior!” sambil melambaikan kedua tangannya. Ra-im masuk dengan kesal. Joo-won kesal pembcaraannya dengan Ra-im terganggu, ia berteriak ,”Hei, balkon itu bukan balkon sembarangan. Cepat Masuk!”
Malamnya Jong-soo mengatakan alasan mereka mengadakan acara di luar. Mereka akan menentukan pemimpin baru sekolah laga untuk tahun depan. Jong-soo akan mengundurkan diri pada akhir tahun. Semua bingung mendengarnya, termasuk Joo-won.
Ra-im menjelaskan alasan mereka berganti pemimpin setiap tahun adalah untuk menghindari kehilangan pemimpin. Bila terjadi sesuatu pada seorang pemimpin maka tim akan bubar. Dengan demikian setiap orrang bisa menjadi pemimpin dan menjaga tim. Ini adalah sebuah tradisi dari senior-senior mereka.
Jong-soo mengatakan penggantinya untuk tahun 2011 adalah Jung-hwan.Semua bertepuk tangan. Jong-soo memandang Ra-im. Joo-won melihatnya. Malam harinya semua minum bersama . Joo-won keluar mencari Jong-soo yang sedang menyendiri.
“Kau….cukup keren.” Kata Joo-won, “Sebagai seorang pemimpin sepertimu, aku tahu tidak mudah menyerahkan kekuasaanmu pada orang lain.”
“Karena aku orang yang jauh lebih baik darimu.” Kata Jong-soo.
“Orang Arab yang kukenal juga umumnya rendah hati. Aku penasaran akan sesuatu, apa Gil ra-im akan menjadi pemimpin juga?”
“Sudah kukatakan ia memiliki kemampuan.”
“Setiap kecelakaan dapat terjadi pada Ra-im juga.” Kata Joo-won.
“Memang selalu seperti itu.”
“Dapatkah kau memecatnya? Karena terlalu seksi atau semacamnya.” Hahaha..
“Bukannya aku tidak pernah mencoba, tapi aksi laga adalah segala yang ia miliki. Ketika sesuatu menjadi segalanya bagi seseorang, hak apa yang kumiliki untuk mengambilnya.” Jong-soo menarik nafas panjang.
“Kalau begitu aku yang akan mengambilnya. Aku berhak saat ini.” Joo-won tersenyum.
Jong-soo menatapnya tak mengerti.
Joo-won kembali masuk ke vila dan mendapati Ra-im tidur meringkuk di pojok tanpa selimut. Beberapa orang lainnya tidur, dan ada yang masih minum-minum. Joo-won mencari selimut di kamar dan tidak menemukannya.
Ia menggulingkan pria yang tidur di sebelah Ra-im dengan kakinya lalu mengambil 2 selimut dari orang lain yang sedang tidur.
Satu ia pakai untuk menyelimuti Ra-im dan satu lagi ia jadikan alas tidurnya. Lalu ia mengambil bantal dan membaringkan dirinya menghadap Ra-im. Ia tersenyum melihat Ra-im tidur nyenyak. Ia memandanginya lama sekali. Tiba-tiba Ra-im mengerutkan keningnya, Joo-won ikut mengernyit. Ia menyentuhkan jarinya pada kening Ra-im. Ra-im terbangun dan melihat Joo-won tersenyum di hadapannya. Mereka bertatapan.
Mereka berbicara dalam pikiran mereka masing-masing, tapi seperti saling berbicara.
Joo-won: Dalam mimpimu, apa yang begitu menyusahkanmu?
Ra-im: Dalam mimpiku, kau ada di sana.
Joo-won: Apa kau masih tidak bahagia denganku dalam mimpimu?
Ra-im: Walau begitu, datanglah(dalam mimpiku). Besok. Dan seterusnya.
Komentar:
Saat aku menulis synopsis ini, aku membaca preview dan transrecap live episode 17. Buat yang sudah tahu, episode 17 ini (sepertinya) puncak dari semua masalah dan butuh banyak tissue saat menontonnya. Syukurlah episode 18 sudah membaik, walau ada masalah baru tapi kurasa akan mengembalikan kelucuan episode-episode awal.
Spoiler:
Episode 17 – Ra-im mengalami kecelakaan dan koma, Joo-won memutuskan untuk menukar tubuhnya dengan Ra-im
Episode 18 – Mereka tertukar. Ra-im berada dalam tubuh Joo-won,. Namun melihat penderitaan mereka, ayah Ra-im mengembalikan mereka ke dalam tubuh masing-masing sekaligus menghilangkan ingatan Joo-woon akan kejadian di lift saat kebakaran itu. Akibatnya Joo-won bangun ia mengira dirinya masih berusia 21 tahun (saat kebakaran terjadi) dan tidak mengenal Ra-im, walau tidak sepenuhnya lupa tapi ia bingung mengapa ia bisa jatuh cinta pada Ra-im. Kali ini giliran Ra-im membuktikan cintanya pada Joo-won. Yes, two more episodes....
hai fanny.. gw juga pecinta korea..
BalasHapusmakasih banget ya atas sinopsis secret garden..
gak sabar nunggu episode2 selanjutnyaaa (walaupun saya sudah baca sampai ep. 18) tapi tetep nungguin tulisan kamu..:)
semoga akhirnya happy ending yaa..
hai juga, thank you udah sabar menunggu....kabar terakhir sih skrip episode 19-20 sudah keluar dan penulisnya memastikan happy ending buat semuanya ...juga katanya ada 13 negara yang sudah membeli hak siar Secret garden, salah satunya Indonesia. Mudah-mudahan setelah Baker King Kim Tak Goo ya :)
BalasHapuswaaaahhhhh... berita bgs tuh!!!!!
BalasHapuspatutt d nannti,, ;)
sinopX lanjutin trus yahhh...
kesini karena ada secret garden di line today, makasih ya, senang baca tulisannya karena ada pendapat pribadi rasanya jadi spt nonton bersama
BalasHapus