Annyeong haseyo….akhirnya bisa membuat synopsis lagi. Kali ini aku membuat synopsis kdrama My Princess. Awalnya aku tidak tertarik membuat synopsis drama ini, tapi setelah menonton beberapa episode awal aku jadi tertarik juga. Kim Tae-hee cute banget dan Song Seung Heon adorable plus handsome (walau buatku tetep Gong Yoo is the best hahaha, terus Hyun Bin pastinya :p). Untuk pemeran dan penjelasan masing-masing tokoh bisa dilihat di postku sebelumnya ya. Aku tidak membuat synopsis ini dari episode 1 karena synopsis episode 1-3 sudah dibuat oleh temanku Tita dari blog fantasy, berikut linknya:
Sinopsis My Princess episode 1
Sinopsis My Princess episode 2
Sinopsis My Princess Episode 3
Ok… lanjut ke synopsis episode 4 yaaa….^^
Petugas bandara melihat passport Lee Seol dan menghela nafas. Ia mempersilakan Lee Seol keluar dari jalur antrian. Lee Seol bingung, kenapa? Petugas itu mengatakan Lee Seol dilarang meninggalkan Korea dan pasportnya akan ditahan. Hae Yeong dan Lee Seol tercengang dan saling berpandangan. Mengapa seperti ini, tanya Lee Seol pada Hae-yeong.
Hae-yeong mencoba menjelaskan pada petugas bandara bahwa ia seorang diplomat. Dia mengatakan tidak mungkin Lee Seol menghadapi masalah seperti ini (biasanya yang dilarang meninggalkan Negara adalah orang-orang yang bermasalah dengan hukum sedangkan Seol tidak). Petugas itu mengatakan sebaiknya mereka mencari tahu sendiri mengapa Seol dicekal oleh Kantor Imigrasi.
Hae-yeong bertanya pada Seol, “Kau tidak punya catatan criminal kan? Apa kau berhutang pada Negara, misalnya tidak membayar pajak?” Seol berpikir lalu teringat sesuatu,” Apa lupa membayar tagihan gas kota juga termasuk?” Hae-yeong berpikir tidak mungkin gara-gara itu.
Hae-yeong akhirnya menelepon mencari informasi mengapa Seol dicekal. Seol ada dalam daftar Menteri Hukum. Ia mendapati ini semua perbuatan kakeknya. Seol bingung, memangnya kakek Hae-yeong kenal dekat dengan Menteri Hukum? Hae-yeong bilang kakeknya yang membantu biaya kuliah sang menteri dulu dan saksi dari pernikahan menteri tersebut.
“Wah, hebat sekali. Orang-orang elit benar-benar saling berkaitan erat. Jadi maksudmu mereka bekerja sama untuk menjadikanku seorang criminal?”
“Seseorang yang akan menyerahkan seluruh kekayaannya untuk menjadikanmu putri tidak mungkin melakukan hal itu (menjadikan Seol seorang criminal),” sahut Hae-yeong.
“Mengapa tidak mungkin, mungkin saja dia marah…waktu itu aku mengatakan tidak bisa memaafkan kakekmu dengan membuat mata dan wajahku sepeti ini.” Seol menarik kedua ujung matanya dengan jarinya.
Hae-yeong berkata target kakeknya kali ini bukan Seol tapi dirinya. Ia berkata ia akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk melawan kakeknya. Seol mendengus, menurunkan berita di internet saja kau tidak bisa, kau punya kemampuan apa. Kau pikir aku tidak melakukannya karena aku tidak bisa, sahut Hae-yeong, aku tidak mau menyalahgunakan kewenangan pemerintah. Seol tidak terkesan, ya ya ya aku tahu, aku pergi.
Hae-yeong menariknya, kau mau ke mana? Aku harus kembali ke penginapan, kata Seol, aku akan dibunuh ibuku jika ia tahu aku mau melarikan diri. Kau sudah ada di Mesir saat kau ketahuan, jadi apa masalahnya, tanya Hae-yeong.
Kita kan tidak tahu kapan pencekalanku dicabut, aku harus mengambil kembali surat perpisahanku, kata Seol. Hae-yeong kaget Seol memberitahu ibunya ia akan ke Mesir dalam suratnya. Seol berkata mungkin saja ibunya akan mencari Hae-yeong begitu membaca suratnya. Karena ibu Seol mengira Hae-yeong adalah kekasih Seol sebaiknya Hae-yeong membantu Seol mengambil kembali surat itu (soalnya pasti ibu Seol mengira Hae-yeong yang melarikan anaknya). Hae-yeong terpaksa menurut.
Mereka tiba di penginapan namun ibu Seol tidak ada, demikian juga surat yang diselipkan Seol dalam Alkitab ibunya. Hae-yeong menduga ibu Seol pergi ke gereja karena Alkitabnya juga tidak ada. Mereka pergi menyusul ibu Seol ke gereja dan duduk di belakangnya. Mereka melihat Alkitab ibu Seol yang terbuka dan sepertinya ia belum membaca surat itu.
Hae-yeong berusaha mengambil Alkitab ibu Seol saat ia sedang berdoa (disuruh Seol karena tangannya lebih panjang). Baru saja tangannya menyentuh Alkitab, ibu Seol mengambil Alkitab itu dan menoleh ke belakang. Hae-yeong langsung melipat tangannya pura-pura berdoa.
Ia pura-pura terkejut melihat ibu Seol. Ibu Seol senang melihat mereka berdua. Seol mengatakan Hae-yeong mengambil cuti hari ini dan berniat membantu membersihkan penginapan. Hae-yeong dengan manisnya berkata ia ingin mengantar ibu Seol dengan mobilnya.
Seol berkata ia akan mengikuti ibadah dengan sungguh-sungguh dan ingin meminjam Alkitab ibunya. Ibunya menepi tangannya, kebaktian sudah selesai katanya lalu memasukkan Alkitabnya kedalam tas. Ia menyuruh Hae-yeong menyalakan mesin mobil dulu dan menyalakan pemanasnya.
Hae–yeong mengambil kesempatan ini untuk membawakan tasnya dan menaruhnya dulu di mobil. Ibu Seol senang dan memberikan tasnya pada Hae-yeong. Hae-yeong segera pergi ke luar dan membuka tas ibu Seol, mencari surat itu di dalam Alkitab. Ia menemukan sebuah surat dan membukanya. Ia bingung melihat isinya, “Tuhan, aku berdoa untuk anak tertuaku Dan agar ia lulus ujian.” Hae-yeong mencari-cari lagi.
Sementara itu di dalam gereja, pak pendeta mengatakan ia akan membacakan doa-doa yang telah ditulis dan diserahkan dengan penuh iman. Ia mulai membacakan permohonan doa jemaat. Sampai ia menemukan sebuah surat yang isinya bukan permohonan doa. Well, kita udah bisa tebak bukan isinya apa. Pak pendeta mulai membacakan isi surat itu.
“Ibu, ini aku, Seol (Ibu Seol menoleh sementara Seol ternganga mendengar suratnya dibacakan). Sepertinya orang ini memanggil Yesus sebagai ibunya. Baik ibu ataupun bapa (dalam agama Kristen Yesus biasanya dipanggil Bapa), aku akan terus membacakan (Seol berusaha memberi isyarat pada pendeta agar berhenti membaca). Pertama-tama pergilah ke dapur. (Hae-yeong kembali ke dalam gereja dan duduk di samping Seol, ia berbisik ia tidak menemukan suratnya). Ambil segelas air dari kulkas. Pergilah ke lemari. (Seol tak berdaya memandang Hae-yeong, Hae-yeong bertanya ada apa). Ambillah obat herbal. Sebenarnya surat ini mengenai apa?
Pertama, minumlah obat itu. Apa kau sudah meminumnya? Lalu, tenangkan hatimu dan teruskanlah membaca (Hae-yeong masih belum sadar kalau pak pendeta sedang membacakan surat Seol sementara Seol menggelengkan kepala pura-pura tidak tahu ketika ibunya menoleh padanya).
Saat kau membaca surat ini, aku seharusnya berada dalam pesawat menuju Mesir (ibu Seol dan Hae-yeong langsung melotot, keduanya menoleh pada Seol yang mencoba pura-pura tidak tahu). Sejujurnya, aku sudah lama ingin ke sana. Aku tidak mengatakannya padamu karena kupikir akan menghancurkan hatimu. Sepertinya orang ini melarikan diri dari rumah. (Lee Seol menunduk pasrah, Hae-yeong menyikutnya, ibu Seol mendelik kesal pada Seol). Bukankah ibu Lee Seol, adalah Diakones Kim Da Bok (diakones adalah jabatan di gereja untuk pengurus/aktivis wanita)? ”
Mendengar namanya dipanggil, ibu Lee Seol kembali menghadap ke depan. Pak pendeta menanyakan apakah diakones Kim Da Bok hadir di gereja? Ibu Seol pelan-pelan mengangkat tangannya, ya saya datang.
Pak pendeta bertanya ada apa sebenarnya, sepertinya Seol kabur dari rumah. Ibu Seol kebingungan menjawabnya. Sementara itu Seol dan Hae-yeong mengendap-endap keluar dari gereja. “Kalian berdua berhenti!” teriak ibu Seol, lalu berlari mengejar mereka ke luar. Di luar terjadi kehebohan. Ibu seol mengejar Seol sambil terus memukulinya. Para jemaat berusaha menghentikan ibu Seol.
Seol bersembunyi di belakang Hae-yeong. “Kau anak nakal, beraninya kau kabur dari rumah!” seru ibu Seol. Ia kesal sekali dan kembali hendak memukuli Seol. Hae-yeong menahannya, “Ibu!”
“Lepaskan! Kau yang membuat kekacauan ini, jangan sentuh aku!” kata ibu Seol pada Hae-yeong. “Cukup, ibu dengarkan aku, ini semua gara-gara aku. Pukul aku saja.” kata Hae-yeong. Ibu Seol bingung, “Apa maksudmu ini salahmu? Apa kalian merencanakan melarikan diri berdua? Lalu apa kalian mungkin….apa dia hamil?”
Hae-yeong dan Seol terkejut dan berusaha membantahnya. Pak pendeta memberi selamat pada ibu Seol dan mengatakan pada masa kini hal seperti ini tidak masalah (duuh…gimana sih pak pendeta, di mana-mana hamil di luar nikah itu ngga boleh, termasuk dalam agama Kristen). Semua turut memberi selamat. Seol dan Hae-yeong terus membantah.
Pak pendeta mengamati Hae-yeong dan akhirnya mengenalinya sebagai cucu pemilik Daehan Grup. Hae-yeong menutupi wajahnya. Ibu Seol tak kalah kaget. Ia baru tahu kalau “kekasih” putrinya bukan orang sembarangan.
Hae-yeong menenangkan semuanya dan berkata, “Pak pendeta, sejujurnya, masalah pekerjaanku dan keluargaku tidak boleh diungkapkan pada public. Tolong, kumohon padamu.” Ibu Seol tercengang karena Hae-yeong benar-benar cucu Daehan Grup.
Pak pendeta menganggukkan kepala mengerti dan mengatakan ia dan jemaatnya memiliki kesadaran akan hal itu. “Semuanya….dalam nama Tuhan….sssstttt (menutup mulut tentang Hae-yeong dan Seol)…” Semua jemaat mengikutinya termasuk ibu Seol, ”ssssstttt….” Ibu Seol tidak marah lagi, ia malah terlihat senang (Ibu Seol ini perannya selalu anak perempuannya jadi kekasih orang kaya, dalam Goong ia jadi ibu Chae Kyeong, dalam BBF ia jadi ibu Jan Di).
Kembali ke penginapan, ibu Seol melihat rekaman Hae-yeong memeluk Seol dan menutupi kepalanya di sekolah. Hae-yeong dengan bangga berkata ibu Seol sepertinya terharu (melihat Hae-yeong melindungi Seol) buktinya ia terus melihat rekaman itu. Seol mengatakan seharusnya Hae-yeong menghentikan berita itu.
Ibu Seol menyuruh mereka diam dan berkata, jadi ini benar kalian? Astaga, jadi kau membuat kekacauan di sekolah, kau bahkan menjadi berita, kalian ini benar-benar….?! Seol dan Hae-yeong menunduk, siap-siap menerima kemarahan ibu Seol.
“Sungguh romantis….”
Hae-yeong dan Seol menoleh tak percaya. “Saat muda dulu, aku berharap aku pernah mencoba hal seperti ini. Ahh kau ini, kau pasti benar-benar menyukainya. Bagaimana rasanya? Apa kau gugup? Apa kau tidak gemetar?” tanyanya bertubi-tubi pada Seol.
Seol bertanya apa ibunya tidak marah. “Jika aku mengetahui kondisi ini sebelumnya, aku tadi tidak akan marah. Aku bahkan tidak tahu kalian akan berbulan madu (ke Mesir).” Seol langsung membantah ia akan berbulan madu, menikah saja belum. “Melarikan diri dengan pria yang kaucintai itulah yang disebut bulan madu! Ah mereka bilang anak seperti orangtuanya, kau begitu mirp denganku.”
Apa kau juga melarikan diri dengan ayah, tanya Seol kaget. Ibu Seol mendesah, cinta akan lebih kuat saat menghadapi kesulitan. Seol berusaha menjelaskan bahwa ia dan Hae-yeong tidak seperti itu. Ia sekarang bagaikan mendapat lotto (lotere di Korea).
Kami saling mencintai, kata Hae-yeong cepat. Ia takut Seol membocorkan identitasnya sebagai seorang putri. Benar sekali, kata ibu Seol, mendapat pia seperti Tn. Park benar-benar bagai menang lotere. Seol kaget dan menyikut Hae-yeong, apa kau gila? Kita memang harus mengatakannya pada ibu, oppa akan menjelaskannya nanti, sahut Hae-yeong. “O…Oppa???” Seol melotot kaget.
“Ibu, maaf aku berkata seperti ini tapi keluargaku tidak menyetujui hubungan kami, bahkan saat kakekku melihat Seol pertama kali, ia langsung berlutut dan menangis (kalau ini sih ngga boong).” Hae-yeong memegang lutut Seol dengan akrab sekali^^
“Separah itukah?” tanya ibu Seol cemas. Iya, jadi itulah sebabnya Seol tidak punya pilihan lain selain naik pesawat, tapi asalkan kau mengetahui hal ini, kami ingin pergi ke Mesir dengan restumu. Jadi ibu, Hae-yeong berlutut, tolong berikan persetujuanmu. Seol hanya bisa megap-megap tidak bisa berkata apa-apa.
Kalian saling mencintai, apakah penting aku menyetujui atau tidak, kata ibu Seol. Terima kasih ibu, kata Hae-yeong lega. Ibu, tidak seperti itu, seru Seol. Hae-yeong memeganginya dan terus berterima kasih, mengapa kau tidak mengatakan ibumu keren sekali, kita bisa disetujui lebih awal. Ibu Seol tersipu senang, aku memang seperti itu, tapi sebelum pergi, kalian akan mendaftarkan pernikahan kalian dulu bukan(kaya Ra-im dan Joo-won)?
Hae-yeong dan Seol langsung terdiam, apa? Mendaftarkan pernikahan? Kami belum memikirkannya. Percakapan mereka terhenti dengan masuknya pengawal kakek Hae-yeong. Tuan muda, kami datang untuk mengawalmu.
Ada apa, tanya Hae-yeong. Pengawal itu (salah seorang chef dalam kdrama Pasta) heran melihat Hae-yeong berlutut. Hae-yeong dengan malu duduk di samping Seol. Ada apa, tanyanya kembali berusaha terlihat keren hehe…
Seol menuduh Hae-yeong hendak melarikan diri dan membiarkannya sendiri menghadapi ibunya. Apa kau mau ikut, kakekku pasti senang, sindir Hae-yeong.
“Ibu, aku akan mengurus beberapa hal dulu di Seoul, sementara itu tolong jaga Seol,” kata Hae-yeong manis. Kali ini Hae-yeong merangkul pinggang Seol. Bener kan akrab banget^^
“Jangan khawatir. menantu Park. Kau pikir aku tidak bisa menjaga putriku sendiri?”
Pengawal kakek Hae-yeong menoleh mendengar Hae-yeong dipanggil menantu dan bergumam sendiri, wah ini kayanya bakalan jadi “Sekretaris Kang”nya nih yang diam-diam mendukung hehehe^^
“Kapan kau akan kembali?” tanya Seol kesal. “Jangan khawatir, tidak akan lama.” “Tidak lama itu berapa lama?”
Hae-yeong menjawil pipi Seol gemas, “Aigooo….kau ini cerewet sekali. Kenapa? Kenapa? Walau kau melihat oppa, kau masih begitu merindukan oppa…aigooo….”
Ibu Seol tersenyum melihatnya. “Oppa? Mengapa kau terus mengatakan oppa…oppa?” protes Seol. “Omo…sekarang tiap kau membuka mulut kau mengatakan oppa, oppa. Kau juga sebaiknya tidak melakukan hal itu di depan ibumu. Saat aku muda dulu kaupikir aku tidak memiliki oppa?” sindir ibunya.
“waaaahhh…aku hampir muntah,” gumam Seol kesal.
Hae-yeong kembali menjawil kedua pipinya, “putri kecilku, jangan ke mana-mana, kau harus terus bersama ibumu ya. Aku akan segera kembali.” Hae-yeong melarang Seol kembali ke Seoul dan harus menunggu bersama ibunya. Hae-yeong pergi bersama pengawal kakeknya.
Sekretaris Oh (ayah Yoon -ju)memberitahu Presiden Park (kakek Hae-yeong) bahwa Seol telah kembali ke rumah sementara Hae-yeong kembali ke Seoul. Presiden Park mengatakan pria yang tidak punya kemampuan banyak (Hae-yeong) bagaimana bisa berpikir dapat mencegah kembalinya keluraga Kerajaan.
Presiden Park menanyakan kemajuan proyek pemabangunan maket di hadapannya. Maket itu ternyata maket komplek istana, yang digabung dengan taman, ada waterboomnya segala lho… Ia berkata ia tidak tahu apakah putri akan kerasan tinggal di istana.
Presiden Kim (Presiden Korea) datang dan bergabung melihat-lihat maket tersebut. Ia terkesan dan mengatakan benar-benar seperti istana. Presiden Park menjelaskan model istana putri diambil dari model istana Inggris di Regent’s Park, London, di mana rakyat diperbolehkan menemui putri di halaman, rakya juga dapat menikmati taman tersebut.
Presiden Kim (banyak ya pemeran dari Pasta^^) berseloroh, ia akan menjadi putri yang menerima banyak cinta. Presiden Park senang mendengarnya. Aku iri padanya, kata Presiden Kim (hmmm…apa ada kecemburuan di sini?). Presiden Park mengatakan dalam area tersebut juga ada gedung untuk memperingati Presiden Kim setelah Presiden Kim tidak menjabat lagi, ini sesuai janjinya pada presiden Kim, sebagai presiden yang paling dicintai dalam sejarah.
Tapi akhir-akhir ini rakyat sepertinya lebih tertarik pada kehidupan percintaan Park Hae-yeong, mereka bukan benar-benar kekasih kan? Tanya Presiden Kim. Itu sangatlah tidak mungkin kata Presiden Park meyakinkan (O-ooww..).
Kalau begitu aku akan mempercayaimu, kata Presiden Kim, saat ini partai Geum Ja tetap menentang (pembentukan kembali keluarga kerajaan), dan akan berakibat negatif untuk pengambilan suara nasional (mengenai dibentuknya kembali kerajaan). Maksudmu So Sun-woo, sahut Direktur Park. Dia selalu melakukan berlawanan dengan apa yang kulakukan, keluh Presiden Kim, hari ini ia mengadakan aksi mogok makan.
So Sun-woo dengan berapi-api meneriakkan protesnya melawan pembentukan kembali monarki. Tiba-tiba asistennya (lagi-lagi chef di Pasta, oya muncul juga di Secret Garden jadi cowo yang ketakutan dimarahin Ra-im di pesta) mendapat telepon untuk So Sun Woo. Ia tidak mau menjawab telepon karena sedang banyak reporter yang memotret aksinya. Tapi setelah diberitahu bahwa Oh Yoon-ju yang menelepon, ia mengangkat teleponnya di balik punggung sang asisten.
Yoon-ju berkata Presiden Park mengirimnya untuk membicarakan hal yang tidak dapat dibahas lewat telepon. Mendengar itu, ia langsung pura-pura kena serangan jantung. Yoon-ju menggelengkan kepalanya melihat aksi So sun-woo. Berarti So Sun-woo ini juga sebenarnya takut sama kakek Hae-yeong ya, buktinya dia langsung berhenti demo.
Yoon-ju menemui So Sun-woo di rumah sakit, yang sedang makan dengan lahapnya (lho kan lagi mogok makan?). Yoon-ju menyindirnya agar makan pelan-pelan karena ia baru saja mogok makan. Dengan ringan ia menjawab ia hanya memulai, sisanya mengikuti arus, biarkan saja rakyat yang menanganinya. Rakyat akan mulai menyelidiki latar belakang, pendidikan, dan keluarga gadis itu. Jadi biarkan rakyat yang mengurus semuanya. Yoon-ju meresapi perkataan So Sun-woo dan mendapat ide, ia tersenyum.
Yoon-ju melapor pada kakek hae-yeong, ia sudah menemui So Sun-woo dan sepertinya respon rakyat pada Presiden Kim tidaklah begitu bagus. Sekretaris Oh menasihati kakek, bagaimanapun mereka membutuhkan dukungan partai Geum Ja (partai So Sun-woo) agar bisa menang dan mereka harus mau berkompromi.
Perbincangan mereka diinterupsi dengan kedatangan Hae-yeong. Kakek Hae-yeong langsung memarahinya. Yoon-ju meminta diri lalu keluar. “Dasar tak berguna, beraninya kau membawa putri! Bagaimana bisa aku mempunyai cucu sepertimu?!” maki kakek.
Hae-yeong tidak peduli, “Kakek, kau menyerahkan kekayaanmu pada orang yang sama sekali tidak hubungannya dengan kita. Kakek, apa itu masuk akal memberikan kekayaanmu pada orang asing?”
“Aku hanya mengembalikannya. Grup Daehan dimulai dari dana keluarga kerajaan.”
“Kalau begitu kembalikan saja dana itu berikut bunganya. Bagaimana bisa kau menyerahkan seluruhnya?”
“Apa kau yang menghasilkannya? Apa itu uangmu? Mengapa kau memusingkan dirimu dengan hal ini?”
“Kalau begitu Sekretaris Oh yang punya hak untuk berbicara (karena Sekretaris Oh yang membantu kakek menjalankan bisnisnya), tolong jelaskan padaku. Apa masuk akal memberikan semua bisnis pada kerajaan tanpa mempedulikan keluargamu dan pegawai lainnya?” tanya Hae-yeong. Sekretaris Oh berkata, “Presiden sudah memutuskan hal ini sejak dulu. Tidak ada yang bisa mengubahnya.”
“Tidak. Menyingkirkan gadis itu tidaklah sulit. “ kata Hae-yeong.
“Apa maksudmu?” tanya kakek.
“Aku mempersiapkan diriku menjadi orang yang kejam. Entah aku harus mengikat kakinya atau menculiknya, aku akan melakukan apapun untuk mencegahnya menjadi seorang putri.” Hae-yeong berlalu dari hadapan kakeknya, tapi ia berhenti ketika mendengar kakeknya dengan marah berkata , “Ia mengatakan hal yang sama persis dengan ayahnya.”
Yoon-ju yang menguping di luar juga sama terkejutnya. Hae-yeong bertanya,”sama persis? Apa situasi yang kuhadapi saat ini sama dengan situasi yang dihadapi ayahku?” Kakek Hae-yeong mencoba mengendalikan dirinya. Sekretaris Oh khawatir melihat keadaan kakek Hae-yeong dan meminta Hae-yeong keluar untuk berbicara dengannya.
“Apa kau mengusir ayahku karena masalah keluarga kerajaan? Alasan kau tidak memperbolehkan ayahku menginjak Negara ini adalah karena masalah ini?” Sekretaris Oh berusaha menyuruh Hae-yeong keluar karena takut penyakit Kakek kambuh.
“Selama ini aku penasaran. Mengapa ayahku dicampakkan oleh kakek? Apa dosanya? Apa karena ia ingin menggulingkan kakek dan iri dengan perusahaanmu?”
Kakek Hae-yeong tak tahan lagi, “tutup mulutmu!”
“Aku membayangkan semua itu tentang ayahku. Tapi ternyata karena masalah ini? Untuk membangkitkan kembali kerajaan yang memang telah runtuh, kau menghancurkan anakmu dan membuatku tumbuh sebagai anak yatim piatu?!”
“Keluar! Bawa dia dan keluar” Kakek Hae-yeong berteriak sambil menangis.
“Baik! Baik aku akan keluar! Aku tidak akan membiarkanmu melihat sang putri lagi!” Hae-yeong keluar dari kantor kakeknya. Kakeknya kembali marah namun penyakitnya kambuh.
Yoon-ju menahan Hae-yeong yang pergi dengan marah. “Tunggu sebentar, jika kau pergi dalam keadaan seperti ini, kau bisa mengalami kecelakaan. Tenangkan dirimu. Minum teh dulu baru pergi.”
Hae-yeong menghela nafas dan menoleh, “Jika keluarga kerajaan ditegakkan kembali. Jika aku benar-benar bangkrut. Maka aku tidak bisa menikahimu. Jadi aku berharap aku bisa lebih frustasi dan terpukul. Kuharap aku dapat bertindak di luar akal sehat. Masuklah ke dalam.” Lalu ia meninggalkan Yoon-ju sendirian. Mata Yoon-ju berkaca-kaca mendengar itu. Hae-yeong mengatakan itu karena ia pikir Yoon-ju berhak mendapatkan yang terbaik sementara bila ia bangkrut ia tidak bisa memberikan apa-apa, bagaimanapun Yoon-ju terluka mendengarnya. Bukankah cinta seharusnya bertahan menghadapi rintangan?
Hae-yeong kembali ke apartemennya dan merenung memandangi foto ayahnya. Ia bersiap-siap dan menemui…So Sun-woo. Ia meminta bantuan agar cekal terhadap Seol dibatalkan dan Seol bisa pergi ke luar negeri. So Sun-woo mengatakan ia mengerti Hae-yeong bermaksud menyingkirkan sang putri tapi ia bisa membuatnya lebih mudah. So Sun-woo ingin menggunakan masa lalu Seol untuk membuat Seol jelek di mata rakyat. Hae-yeong tertegun.
Ibu Seol sibuk membuatkan makan untuk bekal Seol di luar negeri (dia tidak tahu menahu mengenai pencekalan Seol). Banyak banget, bisa buat setahun kayanya. Ibunya juga mengingatkan Seol harus pamit dengan benar pada dosennya, bagaimana bisa meninggalkan surat lalu pergi begitu saja. Seol mengangguk bosan tapi ia teringat. Surat!!
Selian untuk ibunya, Seol juga menulis surat untuk dosennya dalam amplop pink yang diberi parfum. Seol segera menelepon Jung-woo dan menanyakan apakah ia menerima surat yang aneh. Jung-woo memeriksa suratnya dan tersenyum, “apa maksudmu surat dipenuhi tanda hati di amplopnya?”
Seol melompat, iya benar, apa kau sudah membacanya? Aku baru menerimanya, sudah lama sekali aku tidak mendapat surat tulisan tangan, kata Jung-woo senang. Seol mendesah lega, Professor, kau tidak boleh membukanya!
Seol mengenakan jaketnya dan mewanti-wanti Jung-woo untuk tidak membukanya, ia akan segera mengambilnya ke kampus. Ibunya menahannya sesuai permintaan Hae-yeong agar Seol tidak ke mana-mana. Seol menjawab, aku punya masa lalu yang harus kubereskan, lalu ia berlari ke luar. Seol segera pergi ke kampusnya.
Di halaman kampus ia bertemu dengan reporter yang bertanya apakah ia “Gadis yang dipeluk”. Seol segera mengenakan topi jaketnya untuk menutupi wajahnya. Untunglah Jung-woo menghampirinya dan menyelamatkannya dengan pura-pura marah pada Seol dan akan menghukumnya karena bukannya mengikuti kuliah malah memberi wawancara. Seol segera mengikutinya dengan senang.
Mereka duduk dan barbincang di kantin kampus. Seol memuji Jung-woo pandai berakting. Jung-woo senang mendengarnya. “Tampaknya topic “gadis yang dipeluk” sedang hot saat ini, semakin banyak reporter yang datang. Sebelumnya kau lebih terganggu dengan hal ini,” sahut Jung-woo. Seol malah terus memuji Jung-woo.
“Orang-orang berpikir aku lemah lembut. Tapi aku punya sisi liar,” kata Jung-woo memuji dirinya sendiri. I like this professor^^
“Apa kau mengidap pangeran complex?” tanya Seol, tak menyangka professornya seperti ini, namun sebenarnya Jung-woo hanya bercanda. (pangeran complex: orang yang menganggap dirinya pangeran, biasanya dalam karakter film kartun, pangeran digambarkan sebagai orang yang lemah lembut, baik hati namun tangguh dalam menghadapi lawan)
“Ah, apakah terlihat? Aku sampai harus berlatih untuk mengendalikan diri,” seloroh Jung-woo, “karena murid wanita selalu mengirimku hal-hal aneh.” Jung-woo mengeluarkan surat Seol. Seol langsung berusaha mengambil suratnya namun Jung-woo menjauhkan surat itu dari Seol. “Mengapa kau mencoba mengambil yang sudah kauberikan? Bukankah ini untukku? Bolehkah aku membacanya?” katanya.
Seol panik, “tidak boleh! Tidak boleh! Jika kau ingin melihatku mati maka bacalah.” Jung-woo malah senang melihat reaksi Seol, ia memasukkan surat itu ke dalam kantung kemejanya, “memangnya kenapa?”
Seol duduk dan mengatakan sebenarnya surat itu surat berantai, jika Jung-woo membacanya maka keadaan akan menjadi rumit (harus meneruskan surat itu pada beberapa orang maka akan mendapat keberuntungan, jika tidak meneruskan maka akan mendapat celaka….dan aku bahkan membantu membuang surat berantai untuk guruku karena dia takut celaka *sigh*).
“Jika kau memang penasaran maka aku akan memberitahu apa yang kutulis. Surat ini dimulai di Inggris. Surat ini berkeliling dunia setiap tahun. Surat ini membawa keberuntungan bagi penerimanya.”
Jung-woo tertawa geli, kau benar-benar mengingatnya, wah. Seol merubah taktik, “Aku masih ingin belajar di kelasmu. Tapi itu adalah surat terima kasih untuk perhatianmu semalam. Benar-benar memalukan. Jika professor membacanya, aku akan benar-benar malu hingga tidak bisa melihat wajahmu.”
“Kau mengkhawatirkan tidak bisa melihat wajahku lagi, bagaimana bisa kau memikirkan untuk pergi ke Mesir (kalau Seol ke Mesir kan dia tidak bisa melihat professor lagi)?” tanya Jung-woo.
“Jika aku melarikan diri dan pergi ke Mesir…” Seol tersadar sesuatu, “Kau sudah membaca suratnya?”
“Professor, saat aku di Mesir. Kuharap kau akan terus menjomblo dan tiap akhir minggu makan ramen sendirian di rumah. Aku bisa merasakan ketulusanmu,“ jawab Jung-woo, mengucapkan isi surat Seol.
Seol tertunduk malu, “Kau…sudah membacanya.”
“Pengambilan Suara Nasional (tentang pembentukan kembali monarki) akan diadakan akhir tahun tapi sang putri malah ingin ke Mesir. Apa yang sebenarnya kaupikirkan?”
Seol bertanya jadi professor penasaran akan hal itu setelah membaca suratnya? Seol pikir Jung-woo akan bertanya soal terus menjomblo sampai Seol pulang dari Mesir, tapi Jung-woo sebenarnya ingin tahu mengapa Seol mendadak melarikan diri ke Mesir.
“Aku khawatir kau tidak mengatakan hal ini pada siapapun tapi kau tetap pergi ke Mesir sendirian. Apa aku harus lebih mengkhawatirkan kesehatanmu? Atau hasil voting? Atau keamananmu, aku tidak bisa memutuskan. Apa yang harus kulakukan?”
“Kuharap kau terus tidak bisa memutuskan,” sahut Seol cepat, ia senang Jung-woo mengkhawatirkannya.
Mengapa kau tidak mau menjadi putri, tanya Jung-woo. Seol menjawab ia menyukai keadaan seperti sekarang ini, ia juga ingin memiliki banyak rahasia (bila menjadi putri pasti kehidupan pribadinya akan diubek-ubek), dan yang paling penting, ia tidak mau ada orang yang tidak menyukainya. “Aku akan menjadi sangat terkenal dan pasti akan ada banyak anti-fans. Kurasa kakakku akan menjadi pemimpin mereka.”
Seol mendapat telepon dari Soon-Ah yang panic karena kampus mendapat telepon bertubi-tubi dari para reporter. Kakak senior sibuk menerima dan menjawab telepon tersebut, mengatakan ia tidak mengenal “gadis” itu.
Seol terkejut mendengarnya dan berlari ke balkon. Ia melihat halaman kampus dipenuhi oleh reporter. Wartawan Yoo sedang melaporkan secara langsung bahwa Putri Lee Seol, sang putri rahasia, ada di kampus ini. Dia menyebutkan Lee Seol adalah keturunan Raja Soonjong dan putri dari Lee Yoon-chong. Seol melihat itu semua dan merasa takut.
Seol kembali ke dalam dengan lunglai, ia mengatakan pada Jung-woo bahwa ia sudah ketahuan. Jung-woo terlihat khawatir.
Hae-yeong melihat siaran langsung itu dari kantornya. Dia melihat wartawan Yoo melaporkan bahwa putri adalah “gadis yang dipeluk”, tunangan dari cucu Presiden Daehan Grup, Park Hae-yeong. Hae-yeong langsung berlari meninggalkan kantor dan menelepon Seol.
Ia menyuruh Seol segera meninggalkan penginapan dan pergi ke suatu tempat yang sepi. Ia akan segera menemuinya di sana. Tapii betapa terkejutnya Hae-yeong saat tahu Seol ada di kampus dan berteriak-teriak karena dikejar gerombolan wartawan.
Di kampus, Jung-woo memegangi Seol dan membantunya melarikan diri dari kejaran para wartawan. Seol terus berteriak sambil memegang telepon, “Aaaaa…! Bagaimana ini? Tolong aku! Apa yang harus kulakukan? Aaaaa…!” Hae-yeong yang mendengar teriakan Seol terlihat khawatir sekaligus kesal karena ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia marah karena Seol pergi ke kampus.
Jung-woo mengamankan Seol ke ruangannya. Soon-ah dan kakak senior yang masih sibuk menerima telepon, diminta menjaga pintu agar reporter tidak bisa masuk. Lucunya Soon-ah malah berdandan sambil menghalangi pintu. “Untuk berjaga-jaga,” katanya, berharap ikut tersorot kamera.
Wartawan Yoo memberitakan bahwa Grup Daehan diduga menggelapkan uang kerajaan. Saat ini Lee Seol diamankan dari publik dan menolak memberikan pernyataan. So Sun-woo melihat tayangan itu dan tersenyum puas. Ia bertepuk tangan dan berkata Presiden pasti sedang kesal.
“Dilaporkan bahwa selama beberapa tahun terakhir ini Grup Daehan mencari bantuan dari para pejabat senior Blue House (“White House”nya Korea) untuk memulihkan kembali kerajaan. Melalui bantuan yang diberikan, Daehan Grup menekan Blue House. Diduga adanya rencana untuk memindahkan hak manajemen keluarga (dari Daehan Grup pada kerajaan) yang tidak sepatutnya dan akan mempengaruhi masyarakat luas.” Presiden Kim mendengar berita itu dan ia merenungkan sesuatu.
Kakek Hae-yeong membanting surat kabar dan bertanya marah siapa yang telah melakukan ini. Sekretaris Oh cepat-cepat menenangkannya. Sekretaris Oh mengatakan ia akan menyelidiki masalah ini dan mengamankan sang putri. Kakek berkata putri mungkin sedang bersama Hae-yeong, ia memerintahkan membawa keduanya pada kakek.
Hae-yeong tiba di kampus dan dengan cool melewati para wartawan tanpa menjawab apapun pada mereka. Setibanya di depan ruang Jung-woo, ia menelepon agar dibukakan pintu. Pintu dibuka, Jung-woo dan Hae-yeong berhadapan (o…ow). Hae-yeong melihat Seol yang bersembunyi di balik temannya. Dengan dingin ia masuk tanpa menghiraukan Jung-woo. Jung-woo berhasil menutup pintu. Hae-yeong sudah akan menarik Seol ketika Seol malah menghampiri Jung-woo dan bertanya apakah professor baik-baik saja.
Hae-yeong menarik lengan Seol dan membawanya masuk ke kantor pribadi Jung-woo. Seol protes kenapa Hae-yeong menerobos masuk seenaknya. “Kau ingin aku tenang setelah apa yang kaulakukan? Aku sudah menyuruhmu tinggal di rumah, mengapa kau malah pergi ke kampus?!!” seru Hae-yeong. Seol kaget melihat Hae-yeong meledak, ia balas berteriak, “kau pikir aku tidak bisa memaki? Salah siapa aku berada dalam situasi sulit seperti ini? Apa hebatnya kau hingga bisa memaki orang seenaknya?!”
“Aku khawatir! Mengapa kau mematikan teleponmu? Mengapa kau berteriak-teriak (di telepon)? Apa itu tidak akan mengkhawatirkanmu?”
Seol terpana mendengar Hae-yeong mengkhawatirkannya. Hae-yeong meraih lengan Seol dan menariknya hendak keluar kantor Jung-woo. Jung-woo menahannya karena ia berpikir merekka membutuhkan rencana untuk bisa keluar dari kampus yang saat ini dipenuhi reporter. Hae-yeong menyuruhnya minggir. Jung-woo mengatakan Seol adalah muridnya, ia tidak bisa membiarkannya keluar saat ia tahu apa yang akan terjadi padanya begitu ia keluar. Hae-yeong mnenyindir kalau begitu apa yang harus mereka lakukan, apa mereka harus menunggu sampai semua reporter dari seluruh Negara datang ke sini? Jung-woo tetap berpendapat mereka harus menyusun rencana. “Urusanku dan tunanganku bukanlah urusanmu. Tidak ada alasan aku harus mendiskusikannya denganmu,” sahut Hae-yeong.
Seol mulai khawatir melihat mereka beradu mulut. “Ada, aku tidak yakin apakah kau tunangannya atau penculiknya.” Seol tersanjung melihat Jung-woo mempertahankannya. Hae-yeong melihat reaksinya dan terlihat tidak senang, karena berarti Jung-woo mengetahui bahwa mereka sebenarnya tidaklah bertunangan. Ia lebih kesal lagi saat Jung-woo menyebut tentang Mesir.
Seol kaget Jung-woo mneyebut-nyebut tentang tidak perlu terburu-buru ke Mesir (Hae-yeong menyuruh Seol merahasiakannya, malah ibu Seol dan Jung-woo tahu tentang rencana ke Mesir). Hae-yeong langsung mendelik pada Seol, “Ada apa ini? Mengapa ia menyebut Mesir?” Seol menunduk ketakutan. Ia terpaksa mengatakan suratnya untuk professor datang lebih cepat dari perkiraan.
“Apa? Surat apa? Benar-benar…apa yang kautulis kali ini?” tanya Hae-yeong kesal. Walau aku mati aku tidak akan mengatakannya jadi jangan bertanya, sahut Seol cepat. “Tidak banyak isinya, jadi jangan marahi dia. Itu hanya surat cinta yang manis,“ Jung-woo menengahi. Seol ternganga dan melirik temannya yang kesal karena mereka juga menyukai professor.
Hae-yeong mendapat telepon dari pengawal kakeknya yang mengatakan akan mengawal Hae-yeong dan putri keluar kampus. Jung-woo yang tidak tahu masih berusaha menahannya. Hae-yeong mengatakan Jung-woo juga tidak tahu bagaimana cara keluar dari sini jadi jangan menahannya. Pintu terbuka dan para pengawal kakek masuk.
Pengawal mengatakan direktur Oh(Yoon-ju) juga datang. Hae-yeong tidak menyukai itu. Tapi Yoon-ju berjalan masuk tidak menghiraukan Jung-woo yang terkejut melihatnya. Yoon-ju mengatakan ia dikirim kakek Hae-yeong untuk segera mengeluarkan Hae-yeong dan putri dari kampus dan dibawa menemui kakek.
Hae-yeong menyadari Jung-woo yang terus memperhatikan Yoon-ju. Seol juga. Wah, cinta segiempat lagi nih^^. Hae-yeong berkata seharusnya Yoon-ju tidak perlu datang tapi karena sudah terlanjur ia berterima kasih atas bantuannya. Ia berkata pada Jung-woo jika masih ada yang hendak dibicarakan, katakanlah pada Yoon-ju karena Yoon-ju lebih mengenalnya daripada dirinya sendiri (dalam waktu singkat keduanya sudah memperebutkan dua wanita ck ck ck…). Seol dengan khawatir melihat reaksi Jung-woo.
(Bah, baik Hae-yeong maupun Jung-woo, aku ngga rela kalau salah satunya sama Yoon-ju….mending sama aku aja hehehe...)
Hae-yeong menarik Seol keluar, meninggalkan Jung-woo berdua dengan Yoon-ju. Yoon-ju mengatakan bahwa ayahnya akan mengabari pihak sekolah dan ia ingin berdiskusi dulu tentang masalah Seol. Jung-woo memotongnya dan bertanya apa tujuan sebenarnya Yoon-ju datang, bukankah Daehan grup memiliki banyak pegawai dan sekretaris yang bisa melakukannya. Sepertinya Jung-woo sadar Yoon-ju inign memperlihatkan bahwa dia orang yang dibutuhkan Grup Daehan, dengan nada menyindir ia berkata “Aku iri padamu.”
Hae-yeong dan Seol keluar dari ruangan Jung-woo. Para reporter sudah ditahan oleh para pengawal kakek (banyak banget pengawalnya). Mereka berjalan dengan wajah Seol terus ditutupi Hae-yeong. Hae-yeong berbisik Seol pergi ke kampus untuk menemui professor bukan? Seol membantahnya. Hae-yeong mendesah dan berkata mereka harus lari lagi. Ia menyuruh Seol lari dalam hitungan ke-3 (Ia tidak mau membawa Seol menemui kakeknya). 1…2…3….lari…
Hae-yeong dan Seol lari membuat para pengawal panic mengejar mereka. Hae-yeong menyuruh mereka menahan reporter. Para pengawal jadi kebingungan mana yang harus dilakukan. Akhirnya mereka menahan reporter dan tidak berdaya melihat Hae-yeong dan Seol lari.
Di mobil, Seol bertanya mereka mau ke mana, bukankah mereka harus menemui kakek Hae-yeong. Hae-yong mengatakan pencekalan terhadap Seol akan dicabut 2 hari lagi, jadi mereka tinggal menunggu. Seol tetap berpendapat mereka sebaiknya menemui kakek Hae-yeong dan membicarakannya. Hae-yeong berkata Seol tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, bukankah ia mau ke luar negeri.
Seol berkata keadaannya sekarang berubah, semua sudah tahu aku adalah putri bagaimana bisa ia pergi ke Mesir. Semua orang sudah mengetahui wajahnya, mereka mengambil banyak foto. Hae-yeong malah memarahi Seol karena tidak menurut padanya, saat ia bersamanya tidak ada yang bisa mengambil foto Seol (soalnya dipelukin sih). Dengan kesal Seol berkata kalau begitu mengapa keadaan menjadi seperti ini, mengapa jadi sejauh ini (rakyat mengetahui bahwa dia adalah putri). Hae-yeong juga tidak tahu jawabannya, ia memaki kesal. Saat mereka bertengkar Hae-yeong melihat bensin mobilnya habis.
Mereka pergi ke pom bensin. Seol terus menutupi wajahnya dengan tangan agar tidak dikenali petugas pom bensin. Hae-yeong berkata Seol cukup menunduk saja, jika ia bersikap seperti itu malah terlihat aneh. “Jika aku menutupi wajahku apa aku tetap terlihat cantik?” tanyanya polos. Hae-yeong menyuruhnya terus menutupi wajahnya.
Kakek Hae-yeong menelepon Hae-yeong dan memarahinya. Hae-yeong mengatakan ia akan melakukan apapun untuk mencapai tujuannya. Ia tidak akan kehilangan warisannya walau ia mati. “Saat ini aku bahkan sulit menahan diri untuk mematahkan kaki dan tangannya. Sudah dulu.” Hae-yeong menutup teleponnya. Seol menatap Hae-yeong tak percaya.
Seorang petugas bensin menagih pembayaran lalu mengeluarkan ponsel dan memotret Seol. Hae-yeong menegurnya. Petugas itu berkata Seol adalah putri bukan? Ia berteriak memanggil teman-temannya bahwa putri ada di dalam mobil.
Keadaaan bertambah rumit dengan kedatangan para pengawal kakek yang berhasil menyusul mereka dan ingin membawa mereka menemui kakek. Hae-yeong berusaha mengeluarkan mobilnya dari kerumunan sementara para pengawal lagi-lagi harus menahan para petugas pom bensin yang hendak memotret Seol. Seol yang tidak tahan melihat kekacauan itu menyerah dan berkata sebaiknya mereka menemui kakek, tapi Hae-yeong yang baru saja mengancam kakeknya tidak mau menyerah begitu saja. Akhirnya mereka berhasil lolos.
Hae-yeong membawa mobilnya menyusuri pantai yang sepi. Seol terlihat agak shok dengan kejadian hari itu. Akhirnya Seol tertidur. Hae-yeong meminggirkan mobilnya.
Seol terbangun dengan jas Hae-yeong menyelimuti tubuhnya. Ia melihat Hae-yeong tertidur dan mencoba membangunkannya. Seol menyelimuti Hae-yeong dengan jasnya. Ia menatap wajah Hae-yeong dan melihat bulu mata Hae-yeong yang lentik (cowo kok lentik ya ^^). Ia mengulurkan jarinya dan menyentuhnya, membandingkannya dengan bulu matanya sendiri. Hehehe…Seol lucu deh.
Seol meregangkan tubuhnya dan membuka pintu mobil tapi tangan Hae-yeong menahannya. Seol kaget. Kau bangun, tanyanya. Kau mau ke mana, tanya Hae-yeong. Sudah berapa lama kau bangun? Hae-yeong bergumam, apa kau baru berbicara dengan kakek? Seol menarik nafas lega, kau baru saja bangun, kau tidak mendengar apapun bukan?
Mendengar apa? Bulu mata? Seol ternganga, mengapa kau pura-pura tidur? Dasar genit. Hae-yeong tersenyum geli, siapa melecehkan siapa? Mengapa kau menyentuh wajah orang? Seol membantahnya dan menutupi rasa malunya dengan bertanya siapa yang mengubah posisi jok mobil. Hae-yeong berkata ia melakukannya karena Seol mendengkur, begitu joknya diturunkan Seol berhenti mendengkur. Kau seharusnya dioperasi ke rumah sakit, tambah Hae-yeong.
Seol tergagap, tidak mungkin, aku tidak mendengkur. Tiba-tiba ada suara aneh. Hae-yeong menatap Seol. Seol malu-malu memegang perutnya. “Kau ini selalu berisik baik saat tidur maupun saat bangun,” kata Hae-yeong. Aku kelaparan seharian, keluh Seol, apa kau tidak lapar? Apa kau hanya memikirkan makanan, tanya Hae-yeong.
Seol mendelik kesal, “Dari satu hal kau bisa mempelajari 10 hal. Baru dua hari aku melarikan diri bersamamu aku sudah kelaparan. Bagaimana bisa aku mempercayaimu mengirimku ke luar negeri selama 3 tahun?” gerutu Seol. Hae-yeong tertawa geli, apa kau lapar. Seol dengan wajah memelas mengangguk.
Hae-yeong membawa Seol ke sebuah rumah makan. Kasihan Seol harus terus menutupi wajahnya. Seorang pelayan dengan ramah membawakan makanan untuk mereka dan memberikan minuman gratis khusus untuk “nona cantik” sambil mengedipkan mata pada Seol.
Apa kau melihatnya, ia mengedipkan mata padaku, kata Seol. Mungkin dia sakit mata, kata Hae-yeong cuek. Seol mengatakan jika pelayan itu berani menggodanya berarti ia tidak mengenalinya. Hae-yeong tertawa, menggodamu? Karena tempat ini berada di daerah pinggiran maka tidak ada yang mengenali kita, lanjut Hae-yeong. Seol pun merasa lega dan menawarkan mengambilkan makanan untuk Hae-yeong agar kemeja Hae-yeong tidak ternoda.
Ia menyendokkan sayur banyak-banyak di piring Hae-yeong sementara piringya diisi ikan. Hae-yeong protes mengapa isinya sayur semua dan hendak mengambil ikan di piring Seol. Seol buru-buru memakannya dan berkata itu karena mereka memesan porsi kecil.
Hae-yeong menyerah, melihat begini kau pasti baik-baik saja di Mesir. Seol bertanya apa ia benar-benar harus ke Mesir? Seol berkata ia tidak tahu Daehan Grup sehebat itu. Ia merasa ia akan tetap tertangkap walau ia pergi ke Mesir. Kalau begitu larilah lagi, jawab Hae-yeong. Sampai kapan, tanya Seol lagi. Hmmm…good point, mau lari sampai kapan?
Hae-yeong tidak bisa menjawab, ia berkata tidak akan terlalu lama. Seol tidak yakin akan hal itu. Pelayan menyalakan TV dan langsung terdengar berita mengenai Hae-yeong dan putri. Para pengunjung rumah makan langsung rIbut membicarakan hal itu. Pelayan menyuruh mereka jangan berisik karena ia baru saja diterima bekerja di istana. Jika kerajaan tidak jadi dibentuk, maka ia akan kehilangan pekerjaan. Ia meminta para pengunjung memberi suara untuk membentukan kembali kerajaan. Semua mengiyakan.
Seol dan Hae-yeong heran mendengar pelayan itu akan bekerja di istana, mereka pikir pelayan itu berbohong. Berita beralih pada ayah Seol. Diberitakan ayah Seol bernama Lee Han, anak laki-laki satu-satunya dari Raja Lee-yong. Menurut sumber dari Daehan Grup, Lee-han menjalani hidup tidak terhormat. Ia berpartisipasi dalam pencurian, pemerasan, dan berbagai kegiatan criminal. Berita ini sangat mengejutkan dewan rakyat.
Hae-yeong mengingat pertemuannya dengan So Sun-woo. Saat itu Sun-woo berkata,” Begitu beritanya tersiar maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kudengar ayah putri adalah seorang buruh. Dia anggota kerajaan hanya karena kita mengatakan dia anak raja. Dia tidak lebih dari seorang gembel. Gosipnya ia memiliki banyak wanita. Hanya Tuhan yang tahu wanita seperti apa yang telah melahirkan putri itu. Putri? Apa kau bercanda? Begitu beritanya keluar, maka selesailah semuanya.”
Hae-yeong merasa sedikit bersalah. Sementara itu para pengunjung rumah makan mulai ribut mengata-ngatai ayah Seol dan berkata tidak akan mendukung monarki. Seol shock dan terpukul mendengar berita dan reaksi orang-orang itu.
Ia tidak tahan lagi dan bangkit berdiri. “Itu tidak benar!” Hae-yeong menyuruhnya duduk tapi Seol tidak peduli lagi. “Ia bukan orang seperti itu. Kalian bahkan tidak mengenalnya jadi jangan berkata-kata seperti itu.” Seol mulai menangis. Pelayan itu, Gun, terpana melihat Seol menangis. Hae-yeong buru-buru membawa Seol pergi dari situ.
Seol menangis di tepi jalan. Ia ingat saat kecil ia berjalan-jalan bersama ayahnya ke pantai. Ia memunguti kerang dan menunjukkannya dengan gembira pada ayahnya. Ayahnya menemani dengan sabar dan mengatakan menurutnya Seol adalah yang tercantik, melebihi kerang-kerang itu. Mereka membuat boneka salju.
Ayahnya menggendong Seol di punggungnya dan berjalan mengitari boneka salju itu. “Ayah, apa kakimu sakit?” “Saat aku menggendongmu, kakiku tidak pernah sakit,” sahut ayahnya lembut.
“Ayah, apa kita tidak pulang?” Ayahnya terdiam sejenak, “Kau mengantuk bukan? Tidurlah.”
“Ayah, aku kedinginan.” Ayahnya terlihat sedih dan terus berjalan menggendong Seol mengitari boneka itu.
Seol menangis mengingat itu semua. Hae-yeong tidak tega melihatnya. Dengan lembut ia meminta Seol naik ke mobil. Seol menatapnya dan berkata ia akan kembali ke Seoul. Ia akan menemui kakek Hae-yeong. Hae-yeong bertanya untuk apa ia menemui kakeknya. Di antara semua orang yang kukenal, ia orang yang paling berkuasa, berita tadi semuanya bohong, aku akan membukutikan semuanya bohong, kata Seol emosi, aku akan membuat para pembohong itu meminta maaf.
Hae-yeong memintanya melupakan semuanya karena besok Seol akan meninggalkan Korea. Kali ini Seol mengatakan ia tidak mau, ia tidak bisa begitu saja melupakannya. Hae-yeong mencoba menyadarkan Seol agar berpikir logis, apa yang akan kaulakukan jika semua itu benar? Kau tidak mengingat banyak karena kau masih sangat kecil, bagaimana bisa kau begitu yakin akan kebenarannya? Mungkin saja ayahmu melakukan semua itu dan mengabaikan anaknya dan berjuang untuk hidup. Bagaimana jika semua yang kau yakini bohong ternyata benar? Bagaimana kau menghadapinya? Hae-yeong sebenarnya tidak ingin Seol lebih terluka.
Seol menatap Hae-yeong dan berkata, kau pasti lupa, ayahku tidak meninggalkanku (kakek Hae-yeong yang mengejarnya). Seol membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi. Hae-yeong berseru, kau mau ke mana?
Baru beberapa langkah, seorang pemuda menghampiri Seol. “Noona (kakak perempuan)! Kau di sini, aku tadi mencarimu.” Itu adalah Gun. Hae-yeong segera menghampiri. Seol bertanya mengapa ia mencarinya. Gun tersenyum (wow… this boy is so cute^^) dan berkata, “kau adalah putri bukan? Aku minta maaf atas kejadian tadi. Aku tidak mempercayai berita itu jadi lupakanlah.”
Seol menatap Gun, tersentuh karena seorang yang baru dilihatnya menghiburnya sementara Hae-yeong berlaku sebaliknya. Hae-yeong berkata Seol bukan putri dan mengajak Seol pergi.
“Oh mereka datang!” seru Gun. Beberapa mobil menghampiri mereka. “Mereka mencarimu jadi aku membawa mereka kemari. Kalau begitu sampai nanti.” Gun meninggalkan mereka. Kakek Hae-yeong turun dari mobil dan memberi hormat pada Seol.
Kakek mengatakan Seol tidak bisa dan tidak seharusnya menghindar lagi, rakyat sudah menunggu, saatnya membuat keputusan. Kakek Hae-yeong meminta Seol ikut dengannya. Seol berkata rakyat membuat banyak tuduhan, apa kau pikir aku masih berhak menjadi putri? Kakek berkata, kau memang putri. Seol menoleh pada Hae-yeong (yang tidak bisa berkata apa-apa) dan akhirnya memutuskan untuk ikut dengan kakek. Seol masuk ke dalam mobil kakek. Hae-yeong tidak bisa mencegahnya. Ia menghela nafas panjang.
Di mobil, Seol terpekur. Sebenarnya ia juga tidak mau menjadi putri tapi ia ingin membersihkan nama ayahnya. Hae-yeong duduk di mobilnya memandang jok sebelah yang sekarang kosong.
Rombongan mobil tiba di istana. Seluruh pelayan dan pengawal berbaris menyambut kedatangan mereka. Kakek Hae-yeong membangunkan Seol yang tertidur. Seol membuka matanya dan sangat terkejut melihat keadaan sekelilingnya. Sekretaris Oh membukakan pintu untuknya. Kakek Hae-yeong tersenyum mengangguk mempersilakan Seol turun.
Semua langsung memberi hormat begitu Seol turun dari mobil. Gun di barisan paling depan^^. Seol tercengang dan terpesona melihat semuanya. “Apa semua ini berkenan di hati Anda?” tanya kakek Hae-yeong. Dan dimulailah hari-hari Seol sebagai putri…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)