Seol membuka matanya. Ia melihat Hae-yeong sedang duduk menunggunya bangun di ujung tempat tidurnya. Seol pikir ia masih bermimpi. Ia kembali memejamkan matanya. Tapi tunggu, ini seperti kenyataan. “Selamat pagi Tuan Putri, aku Diplomat Park Hae-yeong dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan,” sapa Hae-yeong.
Seol terkejut, ia segera duduk, ini bukan mimpi. Hae-yeong mendekatinya, “Kau tidak akan berteriak? Kau tidak akan melempar bantal padaku? Apa aku begitu dapat dipercaya? Atau mungkin matamu bersinar seperti ini tiap ada seorang pria muncul di samping tempat tidurmu? Kau memiliki pandangan Snow White, saat melihat pangerannya ketika ia bangun setelah hampir mati. Kenapa? Apa aku terlihat begitu tampan walau setelah semua yang terjadi? Atau kau begitu bahagia melihatku?”
Seol menjadi gugup karena Hae-yeong begitu dekat dengannya, “Bagaimana kau bisa masuk ke sini?” Hae-yeong berkata seharusnya Seol bertanya kenapa Hae-yeong ada di sini. Tentu saja untuk menculik, mengancam, meneror, membunuh, kata Seol.
Kalau begitu mengapa kau tidak berteriak, tanya Hae-yeong lekat-lekat. Karena ini hari pertamaku, jawab Seol, jika aku berkata akan melakukan sesuatu, aku akan melakukan sebaik-baiknya. Saat aku berkata aku akan menjadi Putri, aku tidak ingin menyebabkan kekacauan pada hari pertama, Seol menjelaskan, jadi bisakah kau pergi diam-diam sebelum aku memanggil orang kemari?
Kau sekarang terlihat seperti seorang putri, aku ke sini untuk melihat wajahmu untuk terakhir kalinya, karena hubungan kita akan segera berubah, kata Hae-yeong. Seol bingung tak mengerti, sementara Hae-yeong menelepon seseorang dan mengatakan Putri akan segera bersiap. Seol bertambah bingung, awalanya ia pikir Hae-yeong datang diam-diam, dan bertanya kenapa para dayang membiarkan Hae-yeong masuk begitu saja.
Dengan santai Hae-yeong berkata, tentu saja, karena mulai sekarang aku yang akan bertanggungjawab atas dirimu. Ia tersenyum penuh maksud dan meninggalkan Seol yang masih bingung.
Presiden Lee dan Kakek Hae-yeong menemui Seol. Presiden menjelaskan ia yang memanggil Park Hae-yeong kemari untuk mengatur keluarga kerajaan karena Putri sudah memutuskan untuk memasuki istana secara resmi. Hae-yeong membungkuk dan memperkenalkan dirinya, “Aku bertanggungjawab untuk pendidikan dan etika Putri sampai saat pemungutan suara.” “Putri yang kau maksud itu adalah aku?” tanya Seol. “Tentu saja, mulai hari ini aku tinggal di sini,”kata Hae-yeong.
“Tidak bisa!!” seru Seol membuat semua orang kaget. Ia berusaha menjelaskan pelan-pelan, tidak bisa begitu karena sudah ada skandal di antara mereka berdua, hanya akan menambah gossip mengenai pernikahan mereka dan rakyat akan percaya Grup Daehan mempergunakan monarki.
Itulah sebabnya harus dilakukan seperti ini, kata Presiden. Kita akan mengatakan kalau Park Hae-yeong adalah pengurus Putri, sambung Hae-yeong, aku akan mengatakan aku sedang melindungimu dengan mengatakan kau adalah tunanganku. Anehnya, Kakek Hae-yeong pun menyetujui rencana itu.
“Tunggu sebentar, bagaimana jika aku menolak? Terlalu berbahaya jika diplomat Park mengajar seseorang. Karena dia begitu tampan, kurasa aku akan sulit berfokus pada pelajaran. Tidak bisakah orang lain yang melakukannya?” tanya Seol, hehe…pinter ngeles juga nih putri.
Presiden Lee berkata sulit sekali menemukan orang yang lebih terampil dari diplomat Park. Ia mengatakan Seol sebaiknya tetap pada rencana itu. Seol menarik nafas putus asa dan melirik Hae-yeong dengan kesal.
Kakek ternyata tidak tahu menahu mengenai pemilihan Hae-yeong sebagai pengajar putri. Ia bertanya apa maksud Hae-yeong dengan memasuki istana. “Karena aku tidak mau hidup seperti ayah,” jawab Hae-yeong pahit, “ltu lebih buruk dari kematian. Berkeliaran setelah seluruh uang, reputasi, keluarga dan temanmu diambil daripadamu. Karena itu aku akan melakukan semua yang kauinginkan.”
Kakek berkata percuma Hae-yeong menyebutkan tentang ayahnya. Kakek tidak merasa bersalah terhadap Hae-yeong maupun ayahnya. Jika aku tahu seperti ini, seharusnya aku memberitahumu lebih awal mengapa ayahmu menjadi seperti itu, kata Kakek.
Hae-yeong tidak mengerti mengapa kakek bisa sekejam itu padanya bahkan setelah ia mengatakan akan melakukan semua keinginan kakek. Kakek tidak bergeming, lakukan apa maumu, mari kita lihat bagaimana akhirnya. Sepertinya Kakek tidak percaya Hae-yeong tulus membantu keluarga kerajaaan.
Seol protes pada Hae-yeong mengapa Hae-yeong yang harus mengajarnya, jika memang Hae-yeong mau tinggal di istana, lakukan saja hal yang lain misalnya bersih-bersih, mencuci. Hae-yeong berkata selain dirinya tidak ada lagi yang bisa mengajarnya karena hanya dia yang tumbuh dekat dengan keluarga kerajaan.
Seol meledek, apa yang akan diajarkan Chaebol generasi ketiga seperti Hae-yeong, ekonomi? “Otakmu memang hanya seputar ekonomi, perlukah aku mengatakan seberapa dalam pengaruhnya pada masyarakat jika Grup Daehan menyerahkan seluruh kekayaanya pada kerajaan?” tanya Hae-yeong. Pass, sahut Seol (ia merasa tidak enak membicarakan hal itu), apalagi yang bisa kauajarkan selain bahasa asing, memangnya kau menguasai berapa bahasa?
“Aku bisa berbahasa Jepang, Cina, Spanyol, Jerman, Prancis dan ada banyak bahasa lainnya yang dapat kugunakan dalam percakapan jadi aku tidak bisa mendaftarnya (wah kayanya Hae-yeong satu sekolah sama Joo-won^^). Tapi aku tidak akan mengajarkan itu semua padamu. Kau tidak akan mendapat suara lebih hanya karena kau bisa berbahasa asing. Menggunakan penerjemah dalam pertemuan resmi adalah cara lain untuk menunjukkan harga diri negaramu. Banyak hal yang akan kita lakukan besok, jadi bangunlah lebih pagi.”
Hae-yeong menyerahkan jadwal pada Seol. Seol terbelalak, bangun jam 6 pagi??
Keesokan harinya para dayang kesulitan membangunkan Seol, sementara Hae-yeong menunggu dengan kesal. Akhirnya Hae-yeong menyuruh dayang berhenti membangunkan Seol. Ia menyalakan weker keras-keras dan memasukkannya ke balik selimut Seol. Seol berteriak kaget.
Hae-yeong menyindirnya, hal pertama yang bisa kaukorbankan untuk negaramu adalah waktu tidurmu, kau bilang kau akan melakukan yang terbaik bila kau telah memutuskan sesuatu. Seol menggerutu, aku sudah melihat jadwalnya dan itu bahkan bukan pelajaran, periode 1 test, periode 2 test, periode 3 test, periode 4 test, periode 5 test…apa kau bercanda?
Hae-yeong tersenyum sinis, karena ini hari pertamamu, kita harus mengetes kemampuanmu. Seol kesal, mengapa kau menggunakan bahasa informal ? (karena Seol Putri seharusnya Hae-yeong menggunakan bahasa formal)
Karena tidak ada seorangpun yang mendengarkan, jawab Hae-yeong sambil tersenyum menang.
Aku tidak mau belajar dari guru yang tidak bersertifikasi, kata Seol kesal, lalu masuk kembali ke balik selimut. Aku bersertifikasi, ayo bangun!
Seol bengong menatap sertifikat mengajar Hae-yeong yang berlembar-lembar. Dayang Shin berkata, Hae-yeong cukup populer saat kuliah karena dia adalah guru murid sekaligus chaebol generasi ke-3 (pokonya mah perfect lah). Seol bertanya apa semua ini Hae-yeong yang mengatakannya. Oh, diplomat Park sangat rendah hati dan berhati-hati dalam perkataannya, puji Dayang Shin (jangan-jangan dia peggemar Hae-yeong nih). Seol tertawa keras dan meledek Hae-yeong, benar-benar tidak ada yang tidak bisa kaulakukan, kau pasti senang menjadi diplomat.
Seol tetap tidak mau diajar oleh Hae-yeong. Hae-yeong menjadi kesal, ia mengatakan Seol tidak pantas menjadi putri tapi ia mengijinkannya untuk setidaknya menirukan seorang putri, jadi apa masalah Seol? Aku tidak bisa menghormatimu, kata Seol. Hanya itu alasannya, tanya Hae-yeong. Itu penting bagiku, sahut Seol.
“Seberapa pentingkah alasanmu hingga dua orang pemimpin politik dan ekonomi Korea mempertaruhkan semuanya hanya karenamu. Hanya karena gurumu tidak kau sukai, kau tidak mau belajar?” kata Hae-yeong marah. Seol jadi tidak enak, “Kau ke sini untuk membuatku menderita bukan?” Hae-yeong tidak membantahnya dan mengancam akan melakukan yang lebih buruk jika Seol tidak menurut padanya.
Akhirnya Seol menurut. Ia terkejut melihat soal ujiannya dalam bahasa Inggris. Kau bilang tidak perlu belajar bahasa lain, protes Seol. “Itu bukan test bahasa tapi test pengetahuan politik, kebudayaan dan sejarah Korea,” kata Hae-yeong cuek.
Dengan panic Seol mengerjakan testnya. Dan hasilnya….telor bebek. Melihat semua jawabannya dicoret, Seol protes, “apakah kau tidak tahu pada jaman sekarang orang memberi tanda bintang untuk menunjuk jawaban yang salah?” “Memangnya kau mau membuat kertas ujianmu menjadi gugusan Milky Way?” sahut Hae-yeong. (hehe…saking banyaknya bintang)
Seol meminta kembali kertas ujiannya, namun Hae-yeong tidak memberikannya.” Apakah ini mungkin?” Hae-yeong berdecak kagum melihat kertas test Seol, “tidak mudah mendapat hasil sepertri ini walau kau hanya menebaknya.” Maksud Hae-yeong, walau hanya menebak tidak mungkin salah semua, kan? “Saking terkejutnya, aku mau beristirahat, kita lanjutkan besok pagi saja,” Hae-yeong membereskan barangnya dan meninggalkan Seol.
Seol mengejarnya untuk meminta kertas ujiannya. Hae-yeong tidak mau memberikannya karena ia harus melaporkannya pada orang yang mempekerjakannya. Seol bertambah panic, pada presiden? “Memangnya presiden punya banyak waktu luang untuk melihat hasil testku?” kata Seol.
“Waktu luang? Pembentukan kembali monarki sangat penting baginya. Hal ini memberinya banyak masalah. Mungkin ia akan berubah pikiran jika melihat hasil testmu,” ledek Hae-yeong.
Seol terus mencoba untuk mengambil kertas ujiannya. Ia memohon pada Hae-yeong, membuat para dayang penasaran. Seol bahkan menutupi mulut Hae-yeong agar tidak membicarakan ujiannya yang gagal di depan para dayangnya. Akhirnya Seol membawa Hae-yeong masuk dalam kamar Hae-yeong Sebelumnya ia berpesan pada dayang-dayangnya, “Sekarang aku dan Park Hae-yeong akan bersama dalam kamar ini. Apapun yang kaudengar jangan buka pintunya. Pergilah ke sebelah sana! Sana!” Hehe..kebayang ngga sih apa yang ada dalam pikiran dayang-daynagnya, sebelumnya sama Jung-woo sekarang sama Hae-yeong^^
Hae-yeong mengangkat mapnya tinggi-tinggi. Seol berusaha meraihnya namun kalah tinggi. Ia naik ke tempat tidur dan melompat, Hae-yeong menghindar, Seol jatuh dan berteriak kesakitan. Hae-yeong mencemaskannya, namun Seol ternyata berpura-pura. Ia berhasil merebut map Hae-yeong, tapi kertas ujiannya tidak ada di dalamnya.
Seol kesal Hae-yeong menipunya. Ia berbaring di tempat tidur Hae-yeong dan mengancam tidak akan beranjak dari sana. Syut, Hae-yeong ikut naik ke tempat tidur. Seol tidak terpengaruh, ia menendangi Hae-yeong namun akhirnya ia sendiri yang melorot dari tempat tidur. Hae-yeong berhasil menangkapnya sebelum ia jatuh. Membuat mereka dalam posisi yang sangat dekat.
Mereka langsung melepaskan diri dengan kikuk dan melompat berdiri dari tempat tidur. Hae-yeong berubah baik. Ia bahkan menawarkan kertas ujian Seol. Seol malah mengkhawatirkan laporan Hae-yeong. Akhirnya mereka sepakat jika Seol bangun jam 6 pagi besok maka Hae-yeong tidak akan melaporkan kertas ujian itu.
Seol bersiap sedia agar bisa bangun pagi besok. Tapi ia malah tidak bisa tidur sama sekali. Ia sudah mempersiapkan 6 weker di samping tempat tidurnya dengan bunyi alarm yang sangat keras. Ia berusaha tidur dengan berolahraga namun tidak berhasil.
Karena kelelahan, ia pergi ke dapur untuk minum. Seseorang mengejutkannya. Seol yang sedang minum langsung menyemburkan airnya ke wajah orang itu. si cute Gun. Gun membuatkan susu campur madu hangat yang dibuat dengan “cinta”untuk Seol. Mereka dengan segera menjadi akrab. Wow, mau juga dong punya koki pribadi yang secute Gunnie ^^
Keesokan paginya Hae-yeong menunggu Seol di taman istana. Tapi Seol tidak muncul lagi. Hae-yeong menerobos masuk kamar Seol dan membangunkan Seol. Tapi Seol malah bergumam, “Professor…” sambil tersenyum dan memonyongkan bibirnya seakan hendak mencium. Hae-yeong langsung kesal dan mengangkat Seol ke pundaknya. Para dayang mengejar mereka.
Seol berteriak ketakutan saat Hae-yeong hendak menceburkannya ke air mancur. Tapi Hae-yeong tidak peduli, ia menceburkan Seol di kolam air mancur, membuat seisi istana heboh. Bahkan ada yang menyuruh memanggil 119 segala.
Seol masuk ruang belajar sambil marah-marah sekaligus panic. Kau mengirim kertas ujianku dengan apa? Tanyanya pada Hae-yeong. Hae-yeong tidak mengatakan apapun, ia menyodorkan kertas ujian Seol padanya. Seol terkejut, tidak menyangka He-yeong se”baik” itu. Ia bertanya, “Ini yang asli bukan? Kau tidak membuat salinannya?” Hae-yeong berkata ia memang akan melaporkan hasil pelajaran mereka jadi sebaiknya Seol belajar dengan sungguh-sungguh, ia menyuruh Seol nbangun jam 6 pgi tiap hari dan berlari keliling taman 30 kali sehari. Tentu saja Seol protes, memangnya aku anak SMA.
Dibalik kepolosannya, Seol menyadari Hae-yeong tidak mungkin dengan mudah mau membantunya menjadi putri dan dengan demikian menyerahkan seluruh warisannya untuk Seol. Ia bertanya apakah Hae-yeong benar-benar mau membantunya menjadi putri dan apakah Hae-yeong benar-benar menyerahkan semua warisannya. Hae-yeong terdiam sejenak, apakah kau bertanya karena kau berpikir aku benar-benar bisa melakukannya (melepaskan warisan)? Seol sedikit kecewa dengan jawaban tidak pasti itu.
Mereka diinterupsi dengan kedatangan Sekretaris Oh. Sekretaris Oh menyerahkan daftar nama para wartawan yang akan bertanya pada Seol dalam preskon Seol yang pertama. Ia meminta Seol mengingat wajah dan nama mereka. Hanya sepuluh orang yang berada dalam daftar. Sekretaris Oh mengatakan tentu saja banyak wartawan lain bahkan dari negara-negara lain, tapi sepuluh orang ini mendukung keluarga kerajaan. Seol bersemangat dan bertanya, jadi mereka berada di pihakku kan, aku bisa menjelaskan tentang ayahku.
Sekretaris Oh berpandangan dengan Hae-yeong. Ia mengatakan mereka tidak akan bertanya tentang ayah Seol. Seol bingung. Hae-yeong berkata itu semua sudah diatur kakeknya, lalu ia minta diri karena kehadirannya akan mempersulit Sekretaris Oh. Seol kecewa karena tidak bisa segera memulihkan nama baik ayahnya.
Yoon-ju mendapat ucapan selamat dari para rekan kerjanya karena ia mendapat posisi baru dalam Dewan keluarga kerajaan. Yoon-ju terlihat terharu tapi ia lebih terkejut melihat siapa yang datang. Dayang kepala Hong. Sepertinya Dayang kepala pernah menjadi manager museum Hae-yeong sebelum ia menjadi dayang dan ia mengenal Yoon-ju. Yoon-ju membantu mendanai operasi putri dayang Hong 5 tahun yang lalu.
Yoon-ju dan Dayang kepala beserta putrinya minum teh bersama. Yoon-ju meminta Hong pura-pura tidak mengenalnya bahkan jika mereka bertemu di istana. Putri Hong berkata ibunya sekarang bekerja di istana dan Putri cantik sekali. Yoon-ju terlihat tidak suka mendengarnya. Dayang kepala buru-buru menyuruh anaknya diam.
Yoon-ju bertanya bagaimana keadaan Lee Seol di istana. Agak aneh, kata Hong. Diplomat Park menjadi pengajarnya. Ada saat di mana mereka terlihat bermusuhan tapi dalam kesempatan lain terlihat sangat dekat. Yoon-ju heran, Oppa? Ia baru tahu Hae-yeong tinggal di istana.
Sementara itu orang yang dibicarakan, Hae=yeong sedang minum-minum bersama Soo Sun-woo dan antek-anteknya. Ia tidak menikmati pertemuan ini. Saat mereka tinggal berdua, Hae-yeong berkata Soo Sun-woo bukan orang yang bisa menepati janji. Sun-woo pura-pura tidak mengerti.
Hae-yeong berkata saat Sun-woo mengirim berkas berita tentang ayah Seol, ia sudah dengan tegas mengatakan jangan membuat berita bohong. Sun-woo berkata begitu berita disebarkan, itu menjadi kenyataan.
Hae-yeong tidak percaya lagi pada Sun-woo bahkan permintaannya untuk mencabut pencekalan tidak dilakukan oleh Sun-woo. Hae-yeong mengancam Sun-woo bahwa ia akan merebut jabatan yang saat ini diincar Sun-woo.
Seol meminta ijin untuk pergi ke suatu tempat pada kakek Hae-yeong. Awalnya kakek Hae-yeong keberatan tapi setelah Seol meyakinkan dia tidak akan melarikan diri lagi, Kakek memperbolehkan.
Di kampus, Jung-woo mendapat sms dari Yoon-ju yang mengatakan ia akan segera memasuki istana, akan lebih baik jika Jung-woo bisa masuk bersama. Jung-woo tidak menjawab sms itu. Ia dikejutkan dengan kehadiran Seol di kantornya.
Seol makan siang bersama Jung-woo. Seol tidak henti-hentinya menatap wajah Jung-woo. “Ini bukan di kelas, jadi berhentilah menatapku,” canda Jung-woo. Kalau diliat-liat hubungan Seol dan Jung-woo ini seperti hubungan Oska dan Ra-im, yang wanita mengidolakan yang pria tapi sebatas itu dan mereka sangat akrab.
Seol bertanya mnegapa waktu di rumah sakit, Jung-woo pergi begitu saja. Jung-woo balik bertanya apakah Seol sudah memberekan semuanya dengan Park Hae-yeong. Seol bercerita kalau saat ini Park Hae-yeong menjadi pengajarnya di istana dan ia bingung apakah ada maksud lain di baliknya. Jung-woo berkata, semua orang pasti penasaran akan maksud musuhnya.
Wajah Seol berubah mendengarnya, Jung-woo menyadari itu. “Kenapa? Apa kau tidak mau ia menjadi musuhmu?” “Akan sangat mneyenangkan jika bukan, maka aku tidak perlu terus mengawasinya,” kata Seol. Seol juga bercerita tentang preskon yang akan segera diadakan. Park Hae-yeong akan menjelaskan hubungan mereka berdua di sana dan ia tidak boleh mengatakan apapun tentang ayahnya. Seol berkata Ia begitu frustasi dan tidak tahu apa yang harus dilakukan hingga harus ke hutan bamboo (Jung-woo).
Jung-woo berkata, “Ada spesialis di sampingmu. Mengapa kau khawatir?” Kau, tebak Seol. “Park Hae-yeong,” jawab Jung-woo. Jung-woo menjelaskan, untuk mengetahui maksud sebenarnya dari Park Hae-yeong yang terbaik adalah dengan belajar dari Park Hae-yeong dan mempergunakannya sebisa mungkin.
Seol menuruti nasihat Jung-woo. Ia mendatangi Hae-yeong. Bukannya membantu, Hae-yeong malah marah karena Seol pergi ke luar istana tanpa memberitahunya apalagi untuk bertemu dengan professor. Hae-yeong melarang Seol untuk membicarakan Jung-woo di depannya. Seol bingung, kenapa? Hae-yeong malah kembali mengancam Seol, jika Seol tidak menurut maka ia akan melakukan sesuatu yang buruk. (itu namanya cemburu say^^)
Hae-yeong sedang senang karena semua barang yang disita termasuk apartemennya dikembalikan padanya. Ini karena ia menjadi bagian dari keluarga kerajaan, tempat uang kakeknya mengalr.
Yoon-ju datang menemuinya dan memberitahu kalau ia sekarang menjadi Direktur Dewan Kerajaan. Ia mengatakan dengan demikian semua kekayaan Presiden Park dikendalikan oleh Dewan Kerajaan. Hae-yeong terkejut mendengarnya dan tidak terlihat senang. Ia berkata kalau begitu kita bisa bertemu setiap hari karena sekarang ia bertugas untuk pendidikan Putri, Presiden yang menunjuknya. Yoon-ju berkata bukankah itu tidak adil bagi Hae-yeong. Hae-yeong memotongnya, aku yang meminta ditempatkan di dekatnya, saat ini ia adalah satu-satunya senjataku.
Hae-yeong melanjutkan, “Sebentar lagi akan ada preskon diikuti dengan penobatan keluarga kerajaan. Saat itu bisa menjadi sangat kacau.” Apakah Hae-yeong merencanakan sesuatu? Yoon-ju senang mendengarnya bahkan menawarkan untuk memasakkan sesuatu.
Saat Yoon-ju di dapur, ponselnya yang tergeletak di meja berbunyi. Dari Jung-woo. Hae-yeong melihanya dan sengaja mengangkatnya seakan memberitahu kalau ia dan Yoon-ju saat ini sedang bersama. Yoon-ju dengan kikuk mengangkatnya di depan Hae-yeong.
Yoon-ju buru-buru menemui Jung-woo. Jung-woo menyindirnya, tidak kusangka kau akan datang secepat ini. Yoon-ju senang karena Jung-woo meneleponnya. Jung-woo berkata ia menelepon untuk mengatakan kalau ia menerima jabatan dalam Dewan Keluarga Kerajaan. Selain merupakan kesempatan yang baik, juga bisa melanjutkan penelitiannya.
“Jika bukan karena kau, aku pasti langsung menerimanya tanpa berpikir, “kata Jung-woo. “Kau sedikit berubah. Bukankah kau akan melakukannya? Apa kau perlu berkata seperti itu untuk melukai perasaanku?” sahut Yoon-ju.
Jung-woo tidak sedang bercanada, “kau pasti tidak pernah memikirkan perasaanku selama 10 tahun ini setelah ditinggalkan olehmu. Lagi-lagi kau begitu tega dan bersikap pengecut, kau pasti tidak pernah memikirkannya bukan? Jika kau memang ingin pergi, kau seharusnya terus pergi. Mengapa kau terus muncul? Dan menempatkanku dalam posisi ini?”
Yoon-ju mencoba tetap bercanda, “Kau boleh marah saat ini. Bagaimana bisa kau mengatakan semua itu dengan menatap wajahku?” Yoon-ju masih berpikir kalau Jung-woo mencintainya dan akan terus mencintainya hingga mau melakukan apapun yang ia minta.
“Aku bisa menatap wajahmu karena kau bukan wanitaku. Dan aku tidak punya perasaan apa-apa lagi terhadapmu. Kau….benar-benar…tidak berarti apa-apa untukku sekarang. Aku pergi,” kata Jung-woo dengan tenang.
Yoon-ju tidak bergeming sedikitpun, namun setelah Jung-woo pergi, ia menangis. Jung-woo membalikkan fotonya bersama Yoon-ju saat mereka masih bersama. Hae-yeong melihat buku Yoon-ju yang ditulisnya bersama Jung-woo, selembar foto Jung-woo terselip di dalamnya. Hae-yeong menyadari Yoon-ju masih menyimpan perasan pada Jung-woo.
Seol senang sekali dengan kedatangan ibunya dan Lee Dan. Ibu Seol langsung memeluk Seol sementara Lee Dan dengan dingin menanggapi Seol yang begitu senang melihatnya. Ibu Seol melihat Hae-yeong. Ia pura-pura mencari toilet agar bisa berbicara berdua dengan Hae-yeong.
Saat mereka berdua, ibu Seol berkata ia sudah tahu cerita yang sebenarnya (bahwa Hae-yeong bukanlah kekasih Seol). Hae-yeong meminta maaf atas kebohongannya. Ibu Seol dengan tulus berkata bahwa walaupun singkat tapi ia bahagia waktu itu, kapan lagi aku bisa mendapat menantu setampanmu?
Untuk menghibur ibu Seol, Hae-yeong berkata bahwa nama panggilannya memang “menantu Park” (panggilan ibu Seol pada Hae-yeong selama ini), jadi tidak apa jika ibu terus memanggilnya begitu. Ibu Seol meminta He-yeong menjaga Seol baik-baik. Hae-yeong tidak bisa menjawab. Ibu pikir Hae-yeong minta tips. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang dan menjejalkan uang ke saku Hae-yeong tepat saat Yoon-ju masuk dan menemui mereka.
Yoon-ju mengatakan alasannya meminta ibu Seol datang adalah untuk mencabut ikatan keluarga dengan Putri. Artinya, Seol tidak bisa disebut anak dari keluarga ibu Seol lagi, tapi anak dari Pangeran Lee-han. Ibu sangat sedih, demikian juga Seol yang baru mengetahuinya. Bahkan Hae-yeong pun terkejut dengan tindakan Yoon-ju.
Seol curhat dengan Lee Dan mengenai hal itu, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Bukannya menghibur, Dan malah memarahi Seol agar menjaga sikapnya, jika tidak maka keluarga ibu Seol akan dianggap tidak becus membesarkan Putri. Bener juga sih… tapi Dan dengan ketus meminta Seol agar tidak saling merusak hidup masing-masing. Dan menyatakan kecemburuannya karena Seol selalu bernasib baik… baik itu orang tua dan sekolah, Seol selalu mendapatkan semuanya dengan mudah. Seol tidak mengerti mengapa Dan berkata seperti itu. (Rasa tidak bersyukur membuat orang tidak akan pernah puas dan selalu iri pada orang lain)
Yoon-ju meminta ibu Seol menandatangani dokumen untuk melepas Seol sebagai putrinya. Ibu Seol menyadari dengan melakukannya, maka Seol secara sah akan menjadi Putri. Yoon-ju membenarkan. Sementara itu Seol terus menangis di samping ibunya.
Ibu Seol ragu-ragu dan bertanya pada Yoon-ju, “Aku memiliki sejmlah asuransi dan simpanan untuk putri-putriku saat mereka menikah nanti. Aku bukan orang yang berpendidikan tapi aku khawatir ia akan berubah setelah mengubah daftar keluarganya. Jika aku mati, putri-putriku akan dibayar oleh asuransi. Putri kami pasti masih bisa menerimanya bukan?”
“Ibu, mengapa kau berbicara seperti itu?” Seol memprotes ibunya .
“Itu sebabnya…jika kau mendiskusikan hal ini sebelumnya denganku, aku tidak akan seperti ini. Kalian anak muda selalu berbisik di antara kalian sendiri… Walau aku tidak melahirkan kalian berdua tapi kalian berdua adalah anak-anakku. Mereka bukan anak lelaki tapi putri-putriku…bagaimana bisa aku meninggalkannya begitu saja?” ibu Seol tak tahan lagi dan menangis. Seol memeluknya dan menangis dengan sedih.
Sebelum meninggalkan istana sekali lagi ibu Seol berpesan pada Hae-yeong agar menjaga putrinya. Hae-yeong mengiyakan. Namun setelah ibu Seol pergi, Hae-yeong bergumam, “Maafkan aku, ibu.”
Semalaman Seol menangis memanggil ibunya, menyadari secara sah ia bukan putri ibunya lagi. Hae-yeong mendengarkan dengan sedih tangisan Seol di depan kamarnya. Tidak berani masuk dan menghiburnya.
Keesokan paginya Hae-yeong memasuki kamar Seol. Seol duduk di tempat tidur, jelas tidak tidur semalaman. Ia tidak menjawab Hae-yeong bahkan tidak melihatnya. Hae-yeong mengakui kalau ia bersalah, bukan pada Seol, tapi pada ibu Seol. Seol memantapkan hatinya dan pergi ke ruang belajar.
Kali ini ia dengan serius mencari informasi mengenai ayah kandungnya, Lee Han. Ia dan Hae-yeong bekerja sama.
Seol berlatih membuat video untuk preskon guna mengklarifikasi hubungannya dengan Hae-yeong dan juga mengenai ayahnya. Ia berkali-kali disuruh mengulang oleh Hae-yeong karena bersikap terlalu ceria bahkan terlalu centil, “apa kau mau mengikuti pemilihan Miss Korea? Kau bukan sedang merayu kamera bukan?”
Hae-yeong menemukan sesuatu mengenai ayah angkat Seol. Ayah angkat Seol menjual surat Raja Sunjong yang palsu pada kolektor. Ia tidak mengetahui bahwa surat itu palsu hingga tidak dihukum dan hanya disuruh membayar denda.
Seol tidak mengetahui hal itu sama sekali, bagaimana bisa surat yang palsu ada di rumah kami? Hae-yeong tidak berminat mengetahuinya, namun media dapat dengan segera mengetahuinya dan berita mengenai ayah angkat Seol akan tersebar. Hae-yeong meminta Seol memilih salah satu, apakah ayah aslinya seorang penipu atau ayah angkatnya seorang penipu, mana yang lebih menguntungkan bagi Seol. Tentu saja Seol tidak bisa memilih, apalagi hal itu akan dikemukakan dalam preskon nanti.
Pembicaraan mereka diinterupsi oleh kedatangan Dayang Shin yang memberitahukan bahwa ini adalah saatnya bagi Putri untuk mencoba pakaian yang akan dikenakan pada preskon nanti.
Yoon-ju sudah menunggu di tempat desainer. Mereka saling mengenal satu sama lain. Begitu Seol melangkah masuk bersama Hae-yeong, mata sang desainer langsung bersinar. “Putri? Seperti yang kudengar, kau sangat cantik.” Yoon-ju iri mendengarnya tapi ia menutupinya bahkan denagn ramah menawarkan diri untuk mengantar Seol menunggu di bawah.
Saat mereka hanya berdua, Yoon-ju memperlihatkan wajah aslinya. “Nikmati selagi kau bisa.” Seol bingung, apa maksudmu? “Entah kau keluar sendiri atau kami menyeretmu keluar, apa kau tidak berpikir sebaiknya kau meninggalkan istana? Banyak orang yang tidak suka melihatmu dan kita tidak tahu sampai kapan Pres. Park akan bertahan (karena penyakitnya). Tidak ada seorangpun di istana yang berada di sisimu. Jika aku adalah kau, aku akan memikirkan masa depanku dan diam-diam menghilang pada waktu yang tepat. Apa kau tidak khawatir akan kalah dalam pemungutan suara?”
Seol terkejut dengan perkataan Yoon-ju. The devil is out….
yoon ju ke laut ajah, nyebelin banget..hehe...
BalasHapusekspresi Yoon-ju susah dibaca...gitu terus sepanjang drama :p
BalasHapuskl orang licik kyk gtu kali ya,tp herannya prof.nam tetep cinta ma dia,hehe...
BalasHapusselentik apa c, bulu mata Hae-yeong???
BalasHapusHwaaaaa, pnasaran, tpi kog gag ada video" yg men close up wajahnya c...
Hehehe.. ^_^
Iya sayang ya ngga di-close up^^
BalasHapus