Seol akhirnya menyadari Yoon-ju selama ini berpura-pura baik padanya. Ia terguncang mendengar kata-kata Yoon-ju yang mengatakan bahwa tidak seorangpun berpihak padanya dan lebih baik Seol diam-diam pergi dari istana pada waktu yang tepat.
Pembicaraan mereka terhenti dengan kedatangan sang desainer yang membawakan pakaian untuk dicoba oleh Seol. Seol mencoba berbagai pakaian yang telah disiapkan untuknya sedangkan Yoon-ju memandangnya dengan perasaan iri.
Hae-yeong terpana melihat penampilan Seol dengan pakaian barunya. Yoon-ju pun menyadari pandangan Hae-yeong pada Seol. Mereka mulai membicarakan konsep image Seol yang akan diperlihatkan pada rakyat saat konferensi press nanti.
Yoon-ju menganggap penampilan Seol terlalu polos. Stafnya mengatakan seorang putri harus terlihat percaya diri, bagaimana jika Audrey Hepburn menjadi panutannya karena mereka berukuran hampir sama. Ada juga yang mengusulkan Seol diberi image wanita sehari-hari, tidak berlebihan. Seol bingung mendengar pembicaraan mereka. Ia merasa dirinya seperti sebuah boneka pajangan toko, yang menunggu untuk didandani dan dipajang untuk menarik perhatian orang.
Tapi yang lebih menyakitkan hatinya adalah ketika Yoon-ju menolak usul itu dan mengatakan agar tidak memunculkan topic yang mengingatkan bahwa Seol adalah seorang anak yatim piatu dan anak adopsi. Ia mengatakannya seakan-akan menjadi anak yatim dan anak adopsi adalah sebuah hal yang memalukan dan harus ditutupi. Hae-yeong bahkan terlihat tidak setuju dengan perkataan Yoon-ju, namun ia diam saja.
Kemudian ada juga yang mengusulkan Seol berdandan tradisional dengan hanbok karena ia pernah bekerja part time menjadi “putri” untuk diambil fotonya di istana tua. Lagi-lagi Yoon-ju menolaknya dengan mengatakan harus membuang image Seol yang lusuh. Sang desainer mengeluh ternyata tidak semudah yang mereka bayangkan.
Yoon-ju berdiri dan berkata bahwa putri mewakili jati diri kerajaan yang baru. Jadi sangat penting bagaimana ia memberi kesan pertama pada rakyat. Ia harus menampilkan kesan serius dan kemewahan yang tidak terjangkau. Dan mereka harus menjaga kesan tersebut. Yoon-ju berkata mereka harus menampilkan kesan yang membuat rakyat memberi suara untuk putri.
Seol yang telah mengetahui siapa Yoon-ju yang sebenarnya, tahu bahwa itu hanyalah kepura-puraan. Yoon-ju mengeluh kalau Seol seorang pangeran tentulah lebih mudah tapi karena ia seorang putri maka harus menampilkan image wanita berkuasa yang jauh dari kesan biasa atau lusuh. Jadi ia meminta Seol didandani dengan glamour dan mewah.
Seol hanya diam tak berdaya walau dalam hati ia sedih. Ia sepenuhnya menyadari jika ia didandani mewah dan glamour, maka ia akan terkesan jauh dari rakyat. Apalagi rakyat mengetahui latar belakangnya. Maka image yang ditampilkan pada rakyat bukanlah image yang baik melainkan image angkuh dan sok berkuasa.
Seol kembali ke istana dengan lesu. Hae-yeong memanggilnya namun Seol sedang tidak ingin bicara dan meyakinkan ia akan datang tepat waktu besok untuk belajar. “Istana seharusnya terasa seperti surga tapi kau merasa seperti di neraka, bukan?” tanya Hae-yeong, “hari ini termasuk mudah. Berikutnya lebih banyak orang. Mungkin seluruh negara akan menyerangmu. Akan berlanjut seperti hari ini dan kau akan terluka lebih sering. Tidak ada yang bisa melindungimu baik di istana maupun diluar istana. Ingatlah hal itu. Aku mengatakannya sebelumnya sebagai gurumu.”
“Aku terbiasa tidak dilindungi siapapun. Aku seorang yatim piatu, “ sahut Seol lalu ia masuk ke dalam.
Malamnya Hae-yeong dikejutkan dengan laporan dayang Shin bahwa Seol menghilang. Hae-yeong terkejut. Dayang Shin mengatakan ia hanya sebentar meninggalkan putri untuk mengambil susu hangat karena putri tidak bisa tidur. Namun ketika ia kembali, putri sudah tidak ada. Padahal putri hanya mengenakan pakaian tipis (cuaca sedang dingin). Hae-yeong meminta dayang Shin tidak mengatakannya pada siapapun dan menunggu.
Hae-yeong mencari Seol di seluruh pelosok istana. Akhirnya ia masuk ke dalam ruangan seperti museum. Ia sudah akan pergi ketika ia mendengar suara. “Ini semua gara-gara kau.”
Ia melihat Seol ada di dalam sebuah mobil tua yang disimpan dalam ruangan itu. Pelan-pelan ia mendekati mobil tersebut. Seol sedang memperhatikan sesuatu dan bicara sendirian. “Ini semua gara-gara kau!”
Ternyata ia sedang menonton sageuk (drama sejarah - Queen Seon-deok) dan menirukan gaya bicara Mi-shil. Ia berulang-ulang mengucapkan kalimat tersebut. “Ini semua gara-gara kau! Park Hae-yeong, ini gara-gara kau! Oh Yoon-ju, ini gara-gara kau! Ini semua gara-gara kalian!” serunya sambil menunjuk-nunjuk.
Hae-yeong masuk ke mobil itu, membuat Seol kaget. Hae-yeong menegurnya padahal dalam hati ia juga geli melihat tingkah Seol, seluruh istana mencarimu dan kau sedang bersenang-senang menonton drama?
Seol berkata ia sedang belajar sendiri. Ia memutuskan teladan hidupnya adalah Mi-shil (kenapa ngga ratu Seon Deok aja ya^^). “Kenapa? Apa kau mau belajar bagaimana cara membunuh seseorang dengan diam-diam (keahlian Mi-shil)?” seloroh Hae-yeong.
Seol menjawab dengan serius bahwa ia harus mempelajarinya agar bisa hidup di istana karena ia dikelilingi oleh banyak musuh.
“Benarkah? Kalau begitu aku pastilah musuhmu yang paling tampan.”
Seol mendelik, apa-apaan kau ini.
“Dan musuh yang paling kaubenci pasti aku juga. Dan musuh yang paling membuatmu susah juga aku.”
“Ada satu yang tidak benar,” jawab Seol. Apa itu, tanya Hae-yeong.
Seol tidak mau memberitahunya dan berdalih ia mengantuk lalu berusaha membuka pintu. Namun pintunya macet.
Dengan tenang, Hae-yeong mengingatkan Seol untuk tidak menggunakan kekerasan, mobil ini berusia 100 tahun lebih, jika rusak apa Seol mau bertanggung jawab? Seol bertanya apa pintu yang di sebelah Hae-yeong dapat dibuka? Ternyata bisa, tapi Hae-yeong menutupnya lagi.
Seol meminta Hae-yeong keluar agar ia bisa keluar tapi Hae-yeong tidak mau. Seol memarahi Hae-yeong dengan gaya Mi-shil hehe…”apa kau tidak akan menyingkir?!” Hae-yeong tertawa geli.
“Tapi, paling tampan, paling dibenci, paling membuatmu susah…yang mana yang bukan?” tanya Hae-yeong penasaran. Seol mendelik.
“Yang paling tampan sudah pasti aku…” gumam Hae-yeong.
“Sungguh menyebalkan, apa kau tidak akan membuka pintu?!” omel Seol.
“Apa kau mau semalaman di sini? Mengapa kau tidak mau menjawabku?” tanya Hae-yeong, “yang paling dibenci dan yang paling menyusahkan. Berarti salah satu dari itu …”
“Baiklah, ketiganya benar,” ujar Seol kesal, “tidak ada yang salah. Jadi sekarang buka pintunya.”
“Kalau begitu kita tidur di sini saja. Ayo istirahat, selamat malam.” Hae-yeong menyandar di jok dan pura-pura tidur. Seol tidak habis pikir mengapa Hae-yeong begitu ingin tahu. Paling tampan, paling dibenci, paling membuat susah, ketiganya tetap saja musuh.
“Kupikir aku tidak akan bisa tidur sebelum tahu jawabannya. Karenamu, aku tidak tidur malam ini,” gerutu Hae-yeong. Seol bingung melihat sikap Hae-yeong.
“Putri!!!” Para dayang menemukan mereka. Seol dan Hae-yeong terkejut. Untuk menghindari gossip, Seol pura-pura sedang belajar mengendarai mobil dengan Hae-yeong.
Seol datang ke kamar Hae-yeong membawakan segelas susu hangat. Masih dengan gaya bicara Mi-shil (tenang dan tegas) ia berkata, “ini adalah segelas susu hangat yang dihadiahkan padamu oleh Putri Republik Korea. Kau bilang tidak bisa tidur jadi aku secara khusus mempersiapkan ini.”
“Berhentilah menonton sageuk,” sahut Hae-yeong.
“Apakah kau akan meminumnya habis dengan sekali teguk?” Seol menyodorkan cangkir susu ke wajah Hae-yeong.
“Apa kau sedang menyingkirkan musuhmu? Apa yang kau masukkan ke dalam (susu)?” tanya Hae-yeong.
“Oho…penghinaan!” seru Seol-Mishil. Akhirnya ia menyerah dan kembali pada gayanya, “kau bilang kau tidak bisa tidur.”
Hae-yeong membaui susu itu dan meminta dibawakan sendok perak (biasanya untuk mendeteksi racun). Seol hendak membawa susu itu pergi tapi Hae-yeong menahannya dan mengambil cangkir itu dari tangan Seol. Ia berterima kasih.
“Tidurlah yang nyenyak, “kata Seol lalu pergi dari kamar Hae-yeong. Hae-yeong meminum susunya sambil tersenyum.
Keesokan harinya Presiden Lee bertanya bagaimana keadaan putri di istana pada Hae-yeong. “Ia belajar dan dapat mengikuti pekajaran dengan baik, “kata Hae-yeong. “Benarkah? Bukankah kerjamu terlalu berlebihan untuk hanya berpura-pura menjadi gurunya? Apa yang akan terjadi jika seluruh warisanmu diambil? Mengapa kau begitu tidak peduli?”
Seperti yang kita curigai sebelumnya, Presiden Lee diam-diam menentang rencana kakek Hae-yeong untuk membangun kembali monarki. Hae-yeong berkata mereka hanya perlu mengawasi putri sampai saat preskon tiba. Presiden Lee meminta jaminan Hae-yeong. Hae-yeong menghela nafas.
Yoon-ju mengumpulkan seluruh staf istana dan memperkenalkan dirinya sebagai direktur Dewan Istana. Ia menegaskan ia yang bertanggungjawab atas semua urusan istana. Ia meminta semuanya bekerja sebaik-baiknya untuk mempersiapkan preskon dan penobatan putri.
Saat melihat-lihat pakaian untuk penobatan Seol, Yoon-ju mendapat laporan sms dari dayang kepala bahwa semalam Seol dan Hae-yeong menghabiskan waktu bersama untuk belajar mengendarai mobil. Ia meminta dayang mempersiapkan Seol ke luar istana.
Ke mana? Ke tempat pijat hehe…Yoon-ju melampiaskan kekesalannya dengan membawa Seol ke tempat spa di mana Seol di”siksa” habis-habisan. Seol berteriak-teriak kesakitan. Para dayangnya mencoba memberi semangat sementara Yoon-ju pura-pura tidak terjadi apa-apa.
Yoon-ju bahkan meledek Seol suka membuat keributan. Seol protes, “Direktur Oh! Kekanakkan sekali kau membalasku dengan cara seperti ini. Apa kau baru saja tersenyum? Bagaimana bisa kau tersenyum melihat orang lain kesakitan?”
Yoon-ju berkata ini untuk kebaikan Seol. Seol bertanya dengan polos, “apa kau yakin ini bukan balas dendam?”
“Balas dendam?” tanya Yoon-ju.
“Apa mungkin kau melihat sesuatu semalam?” tanya Seol panik.
Yoon-ju membeku di tempat duduknya. Ia semakin kesal karena berarti ada sesuatu yang terjadi.
“Apa yang kau lihat kemarin 100% kesalahpahaman!” Seol meyakinkan Yoon-ju.
“Tenang saja, aku tidak akan melakukan apapun pada Putri,” kata Yoon-ju tersenyum.
Berikutnya…makeover. Seol kaget melihat penampilan barunya. Rambutnya dipotong pendek, persis Yoon-ju! Yoon-ju memujinya terlihat terhormat. Seol memprotesnya, aku tidak suka, aku bukan tiruanmu Direktur Oh.
Yoon-ju mengeluh, tapi tetap saja ada yang kurang dari penampilanmu. Itu karena ia memang feminin, kata penata rambut. Jadi maksudmu aku terlihat cerdas karena rambut pendekku, sahut Yoon-ju.
Seol kesal sekali, berhentilah memperlakukanku seperti boneka. Preskon sebentar lagi jadi mengapa kita mengutamakan rambut dan pakaianku. Yoon-ju menyuruh para penata rambur pergi dan mendekati Seol. “bukankah kau tidak mau mengacau di depan reporter? Karena itu, tidak bisakah setidaknya kau mengenakan pakaian cantik dan bersikap ‘aku cantik, tolong berbaiklah padaku’.”
“Wah kau ini menakutkan. Di saat tidak ada orang lain, kau langsung berubah,” ujar Seol.
Yoon-ju mengingatkan bahwa ia sudah melakukan banyak hal untuk Seol. Seol bingung kalau kau begitu tidak menyukaiku mengapa kau menjadi direktur Dewan Istana. Yoon-ju mengaku ada sesuatu yang lebih besar yang ia kejar di balik membangun kembali monarki. Yaitu untuk menghilangkan perasaan bersalah Presdir Park. Dengan kata lain seandainya Presdir Park meninggal esok hari maka semuanya akan berakhir dan semua ini bagaikan tidak pernah terjadi.
Seol menatap Yoon-ju kaget. Yoon-ju bertanya mengapa Seol sekaget itu. Apa ia tidak pernah memikirkannya? Apa Seol sepolos itu? Atau mungkin kau bodoh? Atau kau bersikap seperti itu untuk keuntunganmu (untuk menarik perhatian para pria)?
Seol membalas, aku tahu kau berani seperti ini karena berada di antara dua pria (Hae-yeong dan Jung-woo) tapi apa kau benar-benar yakin kau tidak akan apa-apa berbicara denganku seperti ini?
Kenapa? Kau akan melaporkannya pada Presdir Park? Silahkan, kuyakin ia tidak akan hidup lama mendengar semua orang mengkhianatinya, kata Yoon-ju dengan tenang.
Seol sangat terkejut, bagaimana bisa kau berkata seperti itu mengenai kakek dari orang yang akan kaunikahi?
Karena ia tidak akan tahu, sahut Yoon-ju, kecuali kau yang memberitahunya. Ah, bermain boneka itu tidak menyenangkan, ayo pergi.
Seol menghentikannya. “Aku takut jadi akan kukatakan dengan cepat. Mulai sekarang aku akan makan enak, hidup enak di istana. Sejujurnya aku merasa bersalah pada Park Hae-yeong, dan karena kalian bersama aku juga merasa bersalah padamu. Tapi sekarang aku akan menjadi Putri dan tidak akan merasa bersalah sedikitpun.”
Seol senang mendapat kunjungan mendadak dari ibunya dan Dan. Seol menghadiahi banyak barang untuk ibunya dan Dan. Bahkan Dan pun tersenyum mengenakan gaun pemberian Seol. Ibu Seol membelai kepala Seol dengan penuh kasih sayang namun raut wajahnya sedih. Seol bertanya ada apa.
Ibu Seol ingat ayah Seol (ayah angkat), ia pasti sangat senang melihatmu menjadi putri. Seol meyakinkan ibunya, ayah pasti bahagia melihatku dari surga, kedua ayahku pasti sudah bertemu dan sedang minum bersama di surga.
Seol bertanya mengapa mendadak ibunya datang tanpa pemberitahuan. Ibunya berkata Hae-yeong yang memintanya untuk datang sebelum hari preskon.
Hae-yeong menunjukkan artikel berita yang menyebutkan ayah angkat Seol menjual surat Raja Sungjong yang palsu dan pernah ditahan karenanya. Seol menatap Hae-yeong marah dan mengajak ibunya yang terkejut untuk pergi ke kamarnya. Dan bertanya ada apa sebenarnya. Seol memberi isyarat pada Hae-yeong agar tidak mengatakannya. Hae-yeong serba salah. Tapi lalu ibu Seol mengakui semuanya.
“Itu adalah sebuah dokumen. Aku katakan padanya (ayah angkat Seol) Seol mungkin memerlukannya jika ia ingin mencari orang tua kandungnya. Aku berkeras untuk menyimpannya dan tidak menjualnya. Tapi ia…maafkan aku.”
Hae-yeong berkata pada preskon nanti ia pikir semuanya harus diungkap pada publik. Dan dan ibu Seol terkejut. Seol menatap Hae-yeong dengan kesal.
Di luar, Dan memarahi Seol, “gadis busuk, kau menyuruh kami kemari dan memberi kami hadiah agar kau bisa memberitahukan hal ini? Agar kau bisa mengatakan ayahku mantan napi dan membuktikan ayahmu tidak bersalah? Tapi kau merasa bersalah hingga kau ingin kami membawa hadiah itu dan menutup mulut kami bukan?”
Seol membantahnya dan mencoba menenangkan kakaknya. Dan berkata ia harus ikut ujian negara sedangkan Seol seorang putri dan bukan keluarganya lagi. Jika masalah ini muncul maka ia akan gagal. Hmm…memangnya latar belakang seseorang mempengaruhi hasil kelulusan?
Dan juga mengatakan tidak akan ada yang mau mempekerjakannya jika tahu ia putri seorang mantan napi. Seol tertegun.
Dengan marah Seol menghampiri Hae-yeong. Ia memarahinya karena tidak membicarakan hal ini dengannya. Mengapa Hae-yeong bersikap baik padanya jika ia ingin menghancurkan hidupnya. Hae-yeong berkata ia memang membantu Seol. Bukankah Seol ingin membersihkan nama baik ayahnya, Raja Lee-han? Seol tidak mau menggunakan cara ini, bagaimana ia bisa melakukannya sementara keluarganya menangis?
Hae-yeong menatap Seol dengan kesal, “Lee Seol, kau ini benar-benar serakah. Karenamu aku akan kehilangan segalanya. Tapi kau tidak mau menyerahkan apapun.”
“Ya, aku tidak mau! Aku benci apapun yang menyakiti keluargaku. Apapun yang terjadi aku akan melindungi mereka, jadi jangan pedulikan apa yang akan kukatakan pada para reporter.” Seol meninggalkan Hae-yeong. Hae-yeong menarik nafas panjang.
Seol jongkok termenung memandangi pot-pot tanaman tomat ceri. Gun yang lewat menyapanya dengan ceria dan ikut berjongkok di sebelahnya. Ia memetik sebuah tomat dan menyuapkannya pada Seol (organik jadi aman langsung dimakan^^). Seol tersenyum melihat keceriaan Gun.
Gun bertanya apa Seol mengkhawatirkan sesuatu. Seol hanya memandanginya, tidak bisa mengatakan apa-apa. “Jika kau frustasi, datang dan bicarakanlah denganku. Aku akan meminjamkan bahuku kapanpun kau mau.” Seol tiba-tiba mendapat ide. Ia menelepon Jung-woo dan memintanya datang ke istana..
Ia meminta bantuan Jung-woo mencari informasi mengenai siapapun yang pernah mengenal ayahnya (Lee Han). Ia yakin ayahnya tidak melakukan kejahatan tapi ia harus mencari bukti untuk meyakinkan orang lain. Dan ia pikir hanya Jung-woo yang bisa membantunya. Jung-woo dengan senang hati menyetujuinya.
Jung-woo bertanya apakah Seol sudah mencari bungkusan Ratu Myeong-seong. Dengan malu-malu Seol menjawab belum. Jung-woo bertanya apa benar Seol tidak memiliki bungkusan tersebut. Tentu saja, jika iya pasti sudah ia katakan pada Jung-woo.
Seol ingat ia memiliki bungkusan itu ketika ia kecil tapi ia lupa apakah bungkusan itu hilang atau tidak. Jung-woo berkata, “Kita akan menemukan semuanya, baik itu bungkusan, ingatanmu, atau kebenaran mengenai ayahmu. Jangan khawatir. Tenanglah.” Seol berterima kasih dan ia ingin meminta bantuan sekali lagi, yaitu untuk menemaninya makan siang.
Di ruang makan, Yoon-ju dan Hae-yeong sedang makan bersama. Yoon-ju memperhatikan sikap Hae-yeong yang tidak seperti biasanya. Dengan sopan Hae-yeong menjawab dirinya baik-baik saja. Mereka dikejutkan dengan kedatangan Seol dan Jung-woo.
Seol mengajak Jung-woo makan di kamarnya karena perut mereka akan bermasalah jika makan di sini (sindiran bagi Hae-yeong dan Yoon-ju). Hae-yeong mengatakan tidak baik seorang pria luar keluar masuk kamar putri. Jung-woo tersenyum, kita makan di sini saja.
Jreng…battle of four…two vs two…
Hae-yeong terus melirik Seol, sementara Yoon-ju melirik Jung-woo. Dua-duanya yang dilirik terus makan sambil saling senyum, membuat yang melirik tambah bete.
Hae-yeong mengkritik cara Seol memotong steaknya. Seol dengan cuek mengatakan bahwa begitulah cara memotong steak. Jung-woo dengan senang hati membantu Seol memotongkan steaknya. Membuat Hae-yeong kesal. Tapi bukan dia saja yang kesal…
Yoon-ju menyindir Jung-woo sepertinya memiliki kepribadian yang manis. Bukankah biasanya pria malu melakukan hal seperti itu bahkan jika sedang berkencan?
Jung-woo menjawab itulah sebabnya ia populer (di kalangan wanita).
Hae-yeong menyodorkan piringnya, kalau begitu tolong punyaku juga. Kelihatannya kau punya keahlian khusus dalam memotong steak. Jung-woo tertawa tak percaya.
Seol mengembalikan piring Hae-yeong dengan kesal. Lihat Professor, itulah sebabnya aku mengajakmu makan di kamarku.
”Tentu saja, putri harus makan daging di dekat toilet,” kata Hae-yeong. Ia mengingatkan Seol ketika di apartemen Hae-yeong setelah ia makan steak, ia sakit perut dan tak bisa menahannya lagi hingga terlihat oleh Yoon-ju.
Seol ternganga. “Bagaimana bisa kau menyebut toilet saat makan?”
Hae-yeong: ketika itu toiletku sampai mampet.
Seol: tidak mungkin, aku menyiramnya dua kali. Kau juga mendengarnya bukan, direktur Oh? Kau mnedengar aku menyiramnya kan?
Yoon-ju: Putri, sepertinya kau harus belajar lagi etiket makan. Akan terjadi kekacauan bila hal ini terjadi di antara tamu terhormat…
Jung-woo: memangnya siapa yang lebih terhormat daripada Putri? Kata-katamu sembarangan, Direktur Oh.
Hae-yeong menuduh Jung-woo memiliki niat tersembunyi pada Seol, buktinya Seol tidak jadi ke Mesir dan memutuskan menjadi putri.
Seol membela Jung-woo tidak berubah sebelum dan sesudah ia menjadi putri. Seol membocorkan bahwa ia meminta Jung-woo datang untuk meminta bantuannya.
Hae-yeong meminta maaf dan bertanya dengan nada penuh sindiran, bantuan apa yang dibutuhkan hingga perlu memberi makan steak. Duh, orang kalau udah cemburu kekanakkan banget ya^^
Seol mengatakan ia meminta bantuan Jung-woo untuk mencari orang yang mengenal ayah kandungnya. Hae-yeong meremehkan kemampuan Jung-woo untuk menemukan informasi tersebut dan mengatakan bahwa dengan satu kali telepon sebenarnya masalah ini dapat dibereskan, untuk apa mengundangnya makan segala. Seol kesal sekali.
Jung-woo mengejutkan semuanya, bahkan Seol, dengan mengatakan bahwa ia datang bukan karena diminta Seol tapi untuk menemui Presdir Park (kakek Hae-yeong).
Kakek Hae-yeong berbicara berdua dengan Jung-woo. Jung-woo melaporkan Seol tidak ingat bungkusan itu ada di mana tapi ia ingat memilikinya saat ia kecil. Jung-woo bertanya mengapa Presdir Park tidak bertanya sendiri pada Seol. Presdir Park berkata Seol tidak percaya padanya jadi ia juga tidak bisa percaya pada jawaban Seol. Presdir Park berkata mereka harus menemukan orang yang memiliki bungkusan itu secepatnya dan meminta Jung-woo bergabung dengan Dewan Istana. Ia mengatakan jika rakyat mengetahui Seol tidak memiliki bungkusan itu maka akan timbul masalah dan meminta Jung-woo merahasiakan semua pembicaraan mereka. Jung-woo mengangguk mengerti.
Jung-woo sebaliknya juga meminta Presdir Park merahasiakan pembicaraan mereka tentang bungkusan Ratu Myeongseong dari siapapun terutama dari Oh Yoon-ju. Presdir Park terdiam (ada apa dengan Oh Yoon-ju?)namun mengangguk menyetujuinya.
Seol menunggu Jung-woo dan langsung bertanya apa yang dibicarakan mereka. Jung-woo berkata Presdir agak keberatan melihat Jung-woo sekali-sekali datang ke istana. Seol merasa bersalah membuat Jung-woo dalam posisi sulit.
Jung-woo mengatakan ia benar-benar dalam posisi sulit karena Presdir Park memintanya datang setiap hari ke istana sebagai anggota Dewan Istana. Seol senang sekali. Hae-yeong melihat semua itu dan jelas-jelas tidak suka.
Ia mendekati mereka dan bertanya mengapa Jung-woo belum pergi juga. Jung-woo diminta segera memindahkan mobilnya dan meminta Seol mengikutinya untuk belajar.
Jung-woo menyuruh Seol mengikuti Hae-yeong. Setelah Seol pergi, Yoon-ju memanggil Jung-woo dan ingin bicara dengannya namun Jung-woo mengatakan tidak ada yang bisa mereka bicarakan, ia sudah merasa nyaman dengan keadaan saat ini dan berharap Yoon-ju pun demikian.
Malam itu, di dalam mobil antik, Seol menelepon ibunya unutk menenangkannya, namun sepertinya ibunya sibuk dan tidak bisa berbicara banyak dengannya. Tiba-tiba seseorang membuka pintu, Seol cepat-cepat bersembunyi.
Ternyata Hae-yeong dan Yoon-ju. Yoon-ju berbicara tentang mobil antik itu dan mengatakan mobil itu tidak boleh rusak namun tampaknya pintunya telah rusak. Yoon-ju berjalan mendekati mobil. Seol ketakutan. Untunglah Hae-yeong berkata bahwa ia yang merusaknya hingga Yoon-ju tidak jadi mendekati mobil tersebut. Yoon-ju pura-pura terkejut dan berkata ia pikir Seol yang merusaknya karena ia yang selalu membuat kekacauan dalam istana.
Hae-yeong tersenyum, ia mungkin melakukan semua itu untuk menghadapi masalahnya karena ia sendirian dalam istana yang begitu luas ini. Sama seperti ketika Yoon-ju dan Hae-yeong kehilangan ibu mereka dan harus tinggal dalam rumah yang luas.
Yoon-ju berkata Seol tidak pantas mendapat simpati, jika ia menjadi Seol ia akan merasa bersalah dan tidak dapat menatap wajah Hae-yeong. “Tapi apa kau tahu yang ia katakan padaku? Mulai sekarang, ia akan hidup enak, makan enak, tidur enak di istana. Tanpa merasa bersalah ia akan menjadi putri.” (grrr….emangnya gara-gara siapa Seol ngomong seperti itu??) Seol yang mendengarnya merasa tidak enak pada Hae-yeong.
Reaksi Hae-yeong tidak seperti yang diharapkan Yoon-ju. Ia tersenyum dan berkata itu bagus, aku akan merasa tidak terlalu bersalah padanya. Ia lalu menawarkan untuk mengantar Yoon-ju pulang.
Ketika ia kembali ke istana, ia melihat Seol sedang membakar semua dokumen tentang ayah tirinya. Hae-yeong menarik nafas dan pergi ke ruang belajar. Ia merenungkan apa yang harus ia lakukan.
Ibu Seol mempersiapkan makanan untuk dikirimkan pada Seol. Ia meminta Lee Dan membawanya ke istana. Ibu Seol berkata pada Dan bahwa semalam Seol mengirim sms padanya dan meyakinkan ia tidak akan mengatakan apapun tentang ayah angkatnya. Tentu saja harus seperti itu, kata Dan. Tapi ibu Seol mengerrti kesulitan Seol dalam preskon nanti, itulah sebabnya ia mengirim makanan pada Seol dan menyuruh Dan makan bersamanya dan bersama para penghuni istana lainnya. Dengan enggan Dan mengiyakan.
Dan memang pergi ke istana, namun ia sengaja meninggalkan makanan itu di halte bus. Yoon-ju menemui Dan dan berkata Seol tidak bisa menemuinya karena sedang mengepas pakaian untuk preskon. Ia bertanya mengapa Dan tidak menghubunginya. Dan menjawab dengan tenang, karena aku tidak berharap banyak darimu.
Yoon-ju mengatakan Dan seperti biasanya bersikap angkuh. Padahal Dan sudah tidak memiliki hubungan apa-apa dengan putri jadi tidak punya alasan untuk datang ke istana lagi. Bagaimana jika aku punya alasan, sahut Dan, kau kurator museum, pasti kau tahu mengenai bungkusan Ratu Myeongseong bukan? Yoon-ju tertarik. Deuh, memang cocok nih berdua.
Seol mengepas pakaiannya dengan tidak bersemangat. Penata busananya berkata Seol semakin kurus saja. Seol mengeluh, istana ini mengurasku. Dayang Shin dan penata busana memuji-muji kecantikan Seol dan mereka senang Seol menjadi putri mereka. Lee Dan diam-diam mendengar semuanya dan merasa iri. Ia pergi tanpa menemui Seol.
Hae-yeong menerima telepon dari seseorang yang mengaku mengenal Lee Han. Ia bingung ketika diberitahu bahwa orang itu telah menelepon berkali-kali. Hae-yeong mencari Sekretaris Oh untuk meminta penjelasan mengapa telepon itu tidak dilaporkan pada Hae-yeong.
Sekretaris Oh menarik nafas panjang, ia berharap Hae-yeong tidak pernah mengetahuinya. Jika Lee Han terbukti tidak bersalah maka Hae-yeong akan kehilangan ayahnya. Hae-yeong terpana. Apa hubungan ayahnya dengan semua ini?
Seketaris Oh berkata ayah Hae-yeong sangat menyayangi Hae-yeong namun ia juga telah menyebabkan seseorang selalu hidup dalam ketakutan. Ia menceritakan kejadiannya.
Kilas balik:
Seorang pria kaya makan bersama dengan Seol dalam restoran yang mewah. Kita bisa tebak bahwa itu ayah Hae-yeong. Ia memotongkan steak untuk Seol kecil. Seol dengan senang memandangi jepit strawberrynya. Jepit itu pemberian dari ayah Hae-yeong. Seol tidak mau makan sebelum ayahnya datang dan bertanya apakah ayah Hae-yeong benar-benar teman ayahnya. Ayah Hae-yeong berkata mereka bisa disebut teman karena mereka sebaya.
Ayah Seol (Lee Han)datang mencari Seol dengan khawatir. Ayah Hae-yeong mengingatkan pada ayah Seol bahwa ia tidak ingin bertemu dengannya lagi. Ayah Seol juga mengingatkan ayah Hae-yeong untuk tidak mengganggu Seol. Kalau begitu sebaiknya kau tetap tinggal di pulau, kata ayah Hae-yeong. Ia mengancam ayah Seol untuk tidak muncul di hadapannya lagi, kalau tidak ia akan mati. Jika ayah Seol muncul di depan Kakek Hae-yeong maka Seol juga akan mati. Ayah Seol menutupi telinga Seol agar tidak ketakutan.
Tiba-tiba Hae-yeong kecil datang dan memanggil ayahnya. Ayah Hae-yeong cepat-cepat menyuruh ayah Seol pergi. Seol kecil dan Hae-yeong kecil sempat berpapasan. Hae-yeong bertanya pada ayahnya siapa tamu ayahnya barusan. Ayahnya berkata bahwa itu adalah putri. Hae-yeong menemui ayahnya tepat saat itu karena ia sengaja dibawa oleh Sekretaris Oh untuk mencegah terjadi hal yang tidak diinginkan. Seumur hidupnya yang singkat, ayah Seol hidup untuk menghindari ayah Hae-yeong.
Hae-yeong terguncang mendengarnya namun ia menolak untuk mempercayainya. Ia menuduh Sekretaris Oh mengarang cerita untuk menjadikan Seol seorang putri. Sekretaris Oh mengira Hae-yeong mengingat peristiwa itu. Hae-yeong berteriak marah, aku tidak ingat! Aku tidak ingat apapun! (sepertinya dia ingat) Ia mengusir Sekretaris Oh keluar.
Keesokan paginya Seol menghampiri Hae-yeong dengan senang, “benarkah? Kau menemukan orang yang mengenal ayahku?” Hae-yeong dengan lesu membenarkan. Seol minta diantar untuk menemui mereka saat itu juga. Hae-yeong berkata tempatnya cukup jauh. Tapi melihat pandangan Seol yang begitu berharap dan bersemangat, ia tidak tega dan bersedia mengantar Seol. Juga untuk mengurangi perasaan bersalahnya.
Tempat itu terletak di tepi pantai. Seol turun dari mobil. Hae-yeong bertanya apa Seol mengingat tempat ini. Seol menggeleng sedih. Namun ketika mereka tiba di sebuah rumah dan melihat seorang pria mencuci muka di depan rumah itu, Seol mengingat sesuatu. Ia ingat ketika kecil ayahnya cuci muka di tempat yang sama dan membersihkan hidung Seol. Mereka sangat bahagia saat itu. Mata Seol berkaca-kaca.
Seorang wanita keluar dari rumah tersebut. Pria yang barusan mencuci muka juga berdiri dan bertanya siapa mereka. Hae-yeong berkata mereka dari istana. Seol hanya memandang mereka tidak mampu berkata apa-apa. Pasangan orang tua itu memandangi Seol dan bertanya, apa kau Seol?
Seol dan Hae-yeong terkejut karena mereka benarbenar mengenali namanya. Mereka masuk ke dalam. Seol bertanya tentang ayahnya. Pak Park menceritakan ayah Seol adalah pekerja keras dan tidak banyak bicara namun baik hati. Ia juga sangat telaten mengurus putrinya seorang diri. Bu Park membenarkan, ayah Seol terus menggendong Seol berkeliling di pantai tanpa lelah, ia kasihan melihatnya dan dari sanalah mereka berkenalan. Pekerjaan ayah Seol selama di sana adalah menangkap ikan bersama pak Park. Mereka memiliki foto Seol dan ayahnya.
Seol memandang foto itu dengan penuh kerinduan. Ia terharu dan senang karena dapat menemukan jejak ayahnya. Hae-yeong melihat Seol dengan perasaan campur aduk.
Mereka pergi ke pantai. Dengan bersemangat Seol berkata ia telah mengingat sebagian masa kecilnya. Ia ingat ayahnya pernah membuatkan boneka salju untuknya di pantai dan menggendongnya mengelilingi boneka itu. Ia juga ingat bersekolah dan di sebelah sekolah ada toko serba ada. Ia berkata jika saja ia bisa tinggal seminggu di sini, ia pasti bisa mengingat lebih banyak lagi.
Tentu saja Hae-yeong menentangnya karena preskon akan diadakan besok. Ia mengomel memangnya jadwal preskon sama dengan jadwal makan siang yang bisa diubah-ubah. Seol berkata ia merasa bisa melakukan preskon itu dengan lebih baik jika ia bisa mengingat ayahnya lebih banyak lagi. Hae-yeong menatapnya dan mengajak Seol pergi.
Ia membawa Seol makan malam. Kali ini ia memesan porsi terbesar hehe^^..takut ngga kebagian lagi. Seol memesan soju yang awalnya tidak disetujui Hae-yeong. Seol beralasan mereka berada di luar istana dan perlu melepaskan ketegangan sedikit, dengan begitu ia bisa lebih santai dan lebih bisa berbicara dalam preskon besok.
Hae-yeong menegur Seol minum terlalu banyak dan menuduhnya berniat mabuk agar bisa digendong oleh Hae-yeong. Seol membantah dan membual berkata ia lebih tahan minum dibandingkan semua orang di kampusnya.
Hae-yeong mengeluh, sebagai putri, Seol sudah membuatnya susah. Seol bertanya, jika kau tidak akan kehilangan warisanmu apa kau akan tetap tidak meyukaiku menjadi seorang putri.
“Apa seseorang yang menari di jalan, meminta bon dari pria asing, tidur dan bangun minta makanan, seseorang yang meniru Mi-shil untuk menjadi putri, akan kausukai? Bagaimana bisa kami menjadikanmu putri sedangkan kau kurang dalam segala hal,baik dari karisma, sikap terhormat,dan lain-lainnya?”
Seol memarahi Hae-yeong yang mencoba menghentikannya minum. Kau ini seorang guru dan aku putri, kita berdua tidak bisa. Tidak boleh, Seol menyilangkan jarinya. Hae-yeong membenarkan dan mengajak Seol pergi.
Seol berjalan sempoyongan karena mabuk. Akhirnya Seol terjatuh. Hae-yeong terpaksa menggendongnya. Seol tertawa-tawa dan mengoceh tak karuan. Bahkan menutupi mata Hae-yeong dengan tangannya hingga Hae-yeong sulit berjalan.
“Aku sangat menyukaimu bulu matamu!”
“jangan bicarakan bulu mataku. Aku membencinya.”
“Bisakah kau berikan bulu matamu padaku?”
“Bulu matamu juga cantik,” sahut Hae-yeong.
“Benarkah? Mengapa kau hari ini kau begitu baik padaku. Kau seharusnya melakukannya sejak awal.”
“Diamlah. Kau ini sungguh menyulitkan.”
“Oho! Kau tidak sopan!” Seol kembali meniru Mi-shil bahkan menyenandungkan lagu tema Mi-shil hahaha^^.
Seol melihat tali sepatunya lepas dan berteriak-teriak minta diturunkan (tetep Mi-shil style). Hae-yeong menurunkannya dari gendongan dan membantu mengikatkan tali sepatu Seol sambil mengomel karena membuat diri sendiri mabuk di tempat asing. Seol berkata ia melakukannya karena ia bersama orang yang dapat dipercaya. Hae-yeong ada bersamanya, mengapa ia harus takut.
Hae-yeong tertegun. Ia melihat Seol yang terus tersenyum. “Aku benar-benar bisa gila karenamu. Apa yang harus kulakukan padamu? Seharusnya kau menjadi musuhku yang bisa kubenci.” Hae-yeong menarik nafas.
Seol menjawab, “aku juga. Kau bukan musuhku yang paling kubenci.” Lalu Seol menarik Hae-yeong dan mengecup pipinya. Hae-yeong terpana. Ia menyentuh pipinya dan terus menatap Seol.
“Apa yang akan terjadi saat ini. Lupakanlah,” kata Hae-yeong, lalu ia mencium bibir Seol. Seol terkejut sesaat dan membalas ciumannya.
Putri Seol sangat cantik ya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)