Setelah melihat pemandangan yang menyakitkan hatinya, Jin memaksa dirinya pergi dari tempat itu. Di rumah, Jin melihat kentang-kentang yang berserakan dan bumbu kari yang ada di dalam plastik belanjaan di atas meja. Ternyata Ae-jung datang untuk membuatkan kari untuk Jin.
Sementara itu Ae-hwan bertanya-tanya apakah Ae-jung sudah membicarakan albumnya dengan Jin. (Aku ngerti sih Ae-hwan sayang sama adiknya, tapi kadang-kadang dia bertindak tanpa berpikir.) Ayah Ae-jung tidak setuju Ae-hwan meminta bantuan Jin. Ia mengingatkan kejadian di masa lalu. Ketika itu Ae-jung dekat dengan seorang aktor dan ia dituduh menggunakan pria itu untuk menaikkan kariernya. Ae-hwan berkata Dokko Jin berbeda karena ia tertarik pada Ae-jung.
Ayah Ae-jung berkata aktor itu juga tertarik pada Ae-jung, dan lagi Jin sudah ada Se-ri. Ae-hwan mengatakan Jin dan Se-ri sudah putus. Ayah Ae-jung mengingatkan aktor itu juga berjanji akan membereskan semuanya tapi malah menusuk dari belakang dan membuat Ae-jung terlihat sebagai orang ketiga perusak hubungan orang lain. Ae-hwan jadi berpikir jangan-jangan dia telah membuat kesalahan dengan berbicara pada Jin. (Me: Yes, you did >,<)
Ayah Ae-jung menyuruh Ae-hwan berpikir sebelum melakukan sesuatu karena ia telah melewati batas. “Dan lagi kau berada di barisan yang salah, seharusnya kau menyingkirkan barisan Dokko dan mendorong barisan P,” kata ayah Ae-jung.
Ae-hwan bertanya apakah ayahnya juga tidak melewati batas dengan menerima obat ratusan dollar dari ibu Pil-joo. Ae-hwan mengambil satu dan hendak memakannya. Ayah Ae-jung merebutnya, ia akan mengembalikan obat itu.
Ae-jung telah berhenti menangis. Pil-joo masih menemaninya. Ae-jung berkata pada Pil-joo bahwa ia baik-baik saja, sebenarnya dia tidak terluka, hanya merasa malu.
“Image-ku di dunia entertainment adalah orang yang “murahan” dan “kotor”. Kupikir biarkan saja karena aku tidak seperti itu, tapi hari ini aku merasa benar-benar telah menjadi murahan dan kotor, jadi aku merasa malu.”
“Bukankah kau pernah bilang kau adalah harta pusaka nasional yang bahkan tidak bisa dibeli walau dengan 10 miliar won? Pusaka nasional itu berharga dan tidak murah,” ujar Pil-joo.
Ae-jung tertawa dan mengangguk. “Terima kasih telah mengatakannya.”
Pil-joo berkata ia tidak bisa melakukan apa-apa ketika harta pusaka nasional yang pertama (Gerbang Sungnyemun) terbakar. Tapi ia akan menyembuhkan pusaka nasional yang terluka di depannya.
Ae-jung berkata dia adalah pusaka nasional no.2 menurut usia (no.1 Jenny).
“Jadi kau berada di puncak?” tanya Pil-joo.
“Waktu itu karierku berjalan baik hingga popularitasku mencapai puncak,” jawab Ae-jung.
“Bukan puncak yang itu yang kumaksud, tapi puncak pagoda. Pusaka Nasional No. 2 adalah Pagoda Wongaksa (pagoda batu sepuluh cerita).”
“Bukan Dongdaemun ya?” tanya Ae-jung.
“Dongdaemun adalah Pusaka No. 1 (beda dengan pusaka nasional),” sahut Pil-joo dengan nada heran karena Ae-jung tidak tahu.
Ae-jung tertawa, rupanya begitu. Sepertinya kau harus lebih banyak belajar, ledek Pil-joo.
“Kalau begitu apa yang menjadi Pusaka Nasional No.3?”
“Benteng Bukhansan untuk memperingati ekspedisi Raja Jinheung.” (Raja Jinheung itu kakek buyutnya Ratu Seon Deok)
“Kalau Pusaka Nasional No. 128?”
“hmmmm itu….aku juga tidak tahu.”
Ya iyalah, wong cuma ada 116 Pusaka Nasional, sisanya disebut pusaka (cieeee…sok pinter banget ya hehe^^)
Jin membuat kari dari bumbu kari instan yang dibawa Ae-jung dan memakannya dengan wajah muram.
“Kari tanpa kentang rasanya tidak enak!” ujarnya. Kentang yang dibawa Ae-jung tidak ikut dimasak.
Ae-jung memandangi mic Pororo yang dipegangnya. Ia memarahi dirinya sendiri yang telah dipermainkan oleh mainan anak kecil.
“Apa kau senang mempermainkan orang hanya karena kau seorang bintang top?” katanya pada Pororo, tapi juga ditujukan pada Jin. Ia membuang mic itu ke kasur dengan kesal.
Pil-joo mencari gambar Pusaka Nasional No.2, yaitu Pagoda Wongaksa dan mencetaknya. Ia tersenyum melihat gambar pagoda itu.
Moon mengajak Jin berbicara di sebuah restoran mewah. Ia bertanya apa Jin berkata pada Ae-jung bahwa ia akan membantu albumnya. Jin bertanya apa Ae-jung mengatakan hal itu pada Moon.
Moon bilang ia mendengar manager Ae-jung mengatakan hal itu ke sana kemari. Jin jadi kesal. Ia menegaskan tidak ada perjanjian apapun antara dirinya dengan Ae-jung. Moon terlihat senang.
Tiba-tiba pintu dibuka, pelayan mengatakan tamu Moon sudah datang. Ae-jung masuk dan terkejut melihat Jin. Jin juga.
Moon berkata sebagai agen dari Jin dan Ae-jung, ia berkewajiban untuk melepaskan keduanya dari berita A, B, dan C.
“Mari bicara yang sebenarnya, Nn. C bukanlah bagian dari kita. Dia hanya penumpang sementara,” kata Jin. Moon jadi tak enak pada Ae-jung. Sementara Ae-jung terlihat kesal.
“Jika penumpang sementara membuat masalah, sebagai direktur bukankah kau seharusnya ‘memarahi’ dan bukannya ‘melepaskan’?” lanjut Jin.
Moon menegur Jin karena mengucapkan hal seperti itu di depan Ae-jung. Ae-jung akan merasa malu.
Jin menyindir Ae-jung tidak akan malu karena dia berkulit tebal. Moon diam-diam memperhatikan interaksi di antara keduanya.
“Bukankah begitu, Goo Ae-jung?” tanya Jin.
Ae-jung tersenyum pada Moon, “Benar, aku tidak malu dengan hal-hal seperti itu. Biasanya aku hanya tidak menganggapnya.”
Melihat ketegangan di antara keduanya, Moon langsung mengubah pembicaraan. Ia mengusulkan memesan makanan yang mahal.
“Sepertinya Paket A menarik. Mari kita pesan itu,” kata Moon.
“Aku akan memesan satu jenis makanan saja,” ujar Ae-jung pelan.
“Mengapa kau menolaknya? Aaah…kau ingin terlihat baik di depan Direktur Moon hingga memesan yang murah, bukan? Itu cara untuk membantu albummu dan sebagainya, kan?” sindir Jin. Ae-jung sampai tidak bisa menjawab saking kesalnya. Ia hanya memejamkan mata dan menunduk.
Seseorang ingin berbicara dengan Moon jadi Moon keluar ruangan. Di luar Moon sempat berpikir. Ia sebenarnya hendak menyelidiki seperti apa hubungan Ae-jung dan Jin. “Tapi lebih seperti perang dingin daripada hubungan manis,” gumamnya.
Jin menyuruh Ae-jung berbicara berdua dengan Moon jika hendak membicarakan album. Ia akan pergi.
“Tapi kau harus tinggal. Kau akan membantuku mempromosikan albumku. Kau akan membintangi MV-ku jadi kita harus bicara,” kata Ae-jung.
Jin tak menyangka Ae-jung akan berkata seperti itu.
“Kemarin kau memintaku untuk meminta bantuanmu, bukan? Kenapa? Aah, apa kau tidak jadi membantu karena kau tidak berhasil mendapatkan tubuh yang begitu kauinginkan? Kukira kau bercerita sesuatu yang polos ketika membicarakan Camellia, tapi dari kata-katamu kemarin..ternyata kau membicarakan ppong (video erotis untuk orang dewasa),” kata Ae-jung.
“Ppong??? Apa kaupikir tubuhmu pantas untuk ppong?”
“Apa tubuh Dokko Jin pantas untuk MV-ku?”
“Siapa bilang aku akan berada dalam MV-mu?” tantang Jin.
“Tentu saja kau akan ada dalam MV-ku. Ada dongkko di dalam mulut Dokko Jin jadi ketika kau membukanya, kita tahu apa yang akan keluar. Tapi mulutku adalah bom. Apapun yang kukatakan akan meledak,” kata Ae-jung dengan tenang.
“Apa yang sedang kaubicarakan?”
Ae-jung menyuruh Jin memilih. Jin tampil dalam MV-nya atau ia akan membuka mulutnya dan membuat buku tentang kejadian semalam. Ia sudah memperhitungkan semuanya dan keduanya sama bagusnya. Jin terbengong-bengong. Ae-jung menasihati Jin memilih yang jalan mahal daripada yang murah, jika ingin terlihat baik di depannya. Ae-jung berdiri dan beranjak pergi.
Sebenarnya Ae-jung hanya ingin membalas kata-kata Jin semalam. Ia sama sekali tidak bermaksud benar-benar memeras Jin untuk MV-nya. Jin pun bisa menebaknya.
Ia mengejar Ae-jung dan menekan bahunya ke dinding.
“Apa yang sedang kaulakukan saat ini? Kau memerasku untuk membantu albummu atau melindungi harga dirimu yang terluka? Pilih salah satu antara materi dan harga dirimu, jangan membuatku bingung,” desak Jin.
“Mengapa bingung? Berpikirlah sesukamu. Bukankah kau memang seperti itu? (Jin melepaskan bahu Ae-jung) Kau memperlakukanku seperti orang yang mempergunakanmu maka jadilah orang bodoh yang bisa kupergunakan.”
Ae-jung hendak pergi tapi Jin menahannya kembali.
“Baik, aku akan menjadi orang bodoh yang bisa kaupermainkan, jadi gunakan aku. Tapi lakukan dengan benar, agar aku tidak bingung lagi,” ujar Jin.
Jin menelepon Moon di hadapan Ae-jung dan berkata ia memutuskan untuk menolong Ae-jung dengan segala hal yang telah mereka bicarakan. Ia minta Moon mencari produser musik terbaik sekarang juga. Ae-jung terpana.
Keesokan harinya Moon memanggil Ae-jung dan Ae-hwan. Ia menyodorkan rencana produksi pembuatan album solo Ae-jung.
“Seperti yang kau lihat, kami mengumpulkan mereka yang terbaik. Tim seperti ini tidak bekerja untuk Uhm Jung-hwa, Baek Ji-young, atau Lee Hyo-ri, melainkan untuk Goo Ae-jung. Hanya karena Jin yang memerintahkan demikian.”
Ae-hwan khawatir hal ini akan memakan biaya besar. Moon berkata sudah pasti biayanya besar tapi “Jin memerintahkan demikian”. Moon menatap Ae-jung sementara Ae-jung menunduk. Ae-hwan juga khawatir penjualan album Ae-jung tidak bisa menutup biaya produksi. Moon berkata kemungkinan besar terjadi seperti itu tapi “Jin berkata tidak usah pedulikan hal itu”.
“Kalau begitu apa yang harus kulakukan?” tanya Ae-jung.
Moon meminta Ae-jung menandatangani kontrak menyetujui rencana pembuatan album barunya. Begitu Ae-jung tandatangan, semuanya akan berjalan sesuai rencana.
Di rumah, Jin menanti keputusan Ae-jung. Ia melihat kentang-kentang yang dibawa Ae-jung.
“Melalui hal ini, akan jelas mengapa kalian (kentang-kentang) datang ke tempatku. Jika ia menandatanganinya, maka kalian tak berarti apa-apa dan aku akan mengeksekusi kalian.” Jin melihat panci berisi air mendidih yang ia siapkan untuk merebus kentang.
Ae-hwan menasihati Ae-jung bahwa kesempatan sangat besar sudah datang tapi mengapa Ae-jung malah ragu. Ae-hwan menyuruh Ae-jung menutup mata dan menandatangi kontrak itu. Ae-jung tahu Jin sedang mengujinya. Jin ingin tahu perasaan Ae-jung.
Jika Ae-jung menandatangani kontrak yang “tak masuk akal” itu (karena semuanya merugikan Jin), berarti Ae-jung memang menggunakan Jin sebagai batu loncatan kariernya.
Jika Ae-jung tidak menandatangani kontrak itu karena harga dirinya maka waktu itu Ae-jung datang bukan untuk meminta bantuan Jin.
Ae-hwan mendesak Ae-jung untuk menandatangani kontrak itu. Ia mengingatkan Ae-jung perjuangan 10 tahun mereka, dan dengan kontrak itu walau mereka nantinya keluar dari managemen Jin, mereka akan bisa menyanyi di mana saja. Ae-jung akhirnya menandatangani kontrak tersebut.
Jin mendapat telepon bahwa Ae-jung telah menandatangani kontrak. Jin memasukkan kentang-kentang itu ke dalam panci. tapi ketika ia memegang kentang terakhir, detak jantungnya mencapai 122.
Ia memutuskan menunda “hukuman” kentang terakhir karena ia pikir merebus semuanya sekaligus akan membuatnya shock. Ia memasukkan kentang itu dalam mangkuk lalu menutupnya. Sekarang kentang itu “dipenjara” sementara oleh Jin.
Moon bertanya apakah dengan menandatangani kontrak tersebut telah melukai harga diri Ae-jung. Ia berkata jika Ae-jung menjaga harga dirinya dan tidak menandatangani kontrak maka Ae-jung mungkin telah kehilangan kesempatan besar tapi dapat menangkap hati Jin.
Ae-jung menjelaskan ia tidak pernah berpikir untuk memenangkan hati Jin dan ia tidak bisa melewatkan kesempatan seperti ini. Moon memujinya telah memilh hal yang benar, karena jika Ae-jung tidak menandatangani kontrak dan terus menggoyahkan hati Jin, maka Moon pasti sudah memecatnya.
Ae-jung menceritakan hal itu pada Jenny. Jenny berpikir Moon itu seperti ibu mertua dalam drama-drama yang melempar amplop berisi uang agar seseorang tidak menikahi putranya (jadi inget ibu Joo-won sama Ra-imwon^^).
Ae-jung menghela nafas, biasanya pemeran utama wanita dalam drama tidak akan menerima uang itu. Jenny mengatakan Ae-jung telah melakukan hal yang benar, karena ibu mertua Jin bukan hanya Moon tapi seluruh negeri adalah ibu mertua Jin.
Jenny meminta Ae-jung tidak bertemu dengan Jin lagi. Bukankah Jin sudah menganggap Ae-jung seorang oportunis. Dan lagi kau tidak menyukainya bukan, tanya Jenny. Ae-jung berkata ia tidak menyukai Jin. Bagaimana bisa seorang oportunis menyukai seseorang.
Ae-jung merasa tertekan dan mengajak Jenny pergi mencari udara segar. Ketika ia berdiri, tak sengaja kakinya menginjak mic Pororo. “Itu bohong! Kau tidak boleh bohong!” seru Pororo.
“Pororo kecil brengsek ini benar-benar membuatku marah. Aku akan menghancurkannya dengan palu ini!” Ae-jung mengangkat palu raksasa mainan Hyung-gyu. Jenny menahannya.
“Bagaimana bisa kau seperti itu pada Pororo yang imut begini?”
“Jika aku juga bintang top seperti dia (Pororo), aku juga akan menjadi penguin yang polos dan bukannya seorang oportunis,” ujar Ae-jung.
Ae-jung menendang mainan di sekitarnya dan pergi dengan kesal.
Se-ri menemui Pil-joo. Ia berkata obat yang dikirimkan Pil-joo benar-benar efektif untuk mencegahnya terlihat tembem. Se-ri berkata ia harus terlihat pucat dan kurus di depan kamera (untuk berita putusnya dengan Jin). Ia bertanya bolehkah ia meminum obatnya dua butir sekaligus. jika kau melakukannya, kau akan diare, jawab Pil-joo.
“Dan lagi menurutku kau tidak perlu terlihat lebih kurus dari sekarang. Sekarang kau sudah kurus dan terlihat cantik,” kata Pil-joo. Tentu saja Se-ri berbunga-bunga mendengarnya.
“Apakah kau terbiasa mengatakan cantik pada wanita-wanita yang kautemui?” tanya Se-ri.
“Kau bukan wanita sembarangan dan lagi bukankah kau salah satu yang tercantik di negara ini?” kata Pil-joo tanpa maksud apa-apa.
“Aku memang disebut-sebut memiliki kecantikan pusaka nasional.”
Pil-joo tersenyum, dan teringat percakapannya dengan Ae-jung. Ia bertanya apa Se-ri Kukbeo Sonyeo ke-4. Se-ri salah paham, dikiranya Ae-jung berkata pada Pil-joo bahwa Se-ri adalah peringkat empat terpopuler dalam Kukbeo Sonyeo (artinya, yanng paling tidak populer).
Pil-joo dengan hati-hati menjelaskan, peringkat empat dalam usia, atinya yang termuda. Se-ri jadi tidak enak hati. Pil-joo menebak Se-ri juga no.4 dalam popularitas.
Pil-joo bertanya apakah Se-ri tahu Pusaka Nasional ke-4 Korea.
Se-ri menjawab no.1 adalah gerbang Selatan (Namdaemun), no.2 gerbang Timur (Dongdaemun) no.3….apa gerbang Barat (Seodaemun)? Ia tidak tahu yang ke-4.
Pil-joo berkata sepertinya para gadis Pusaka Nasional tidak tertarik dengan Pusaka Nasional. Pil-joo menyebutkan Pusaka Nasional ke-4 adalah stupa di candi Godalsa, Yeoju.
Se-ri tersenyum mengerti, “Sepertinya kau tertarik dengan kukbeo (pusaka nasional).” Pil-joo membenarkan, ia akhir-akhir ini tertarik hingga mempelajarinya sedikit.
Se-ri mengira Pil-joo tertarik dengan Kukbeo Sonyeo, yaitu dirinya, Ia bertanya apakah Pil-joo tidak bosan hanya mempelajarinya. Ia memberi bocoran bahwa ia akan mengumumkan putusnya hubungannya dengan Jin. Jadi jika tiba-tiba Se-ri terlihat pucat dan lemah, harap Pil-joo mengingat hal tu. Pil-joo malah memikirkan Ae-jung.
Ayah Ae-jung menemui ibu Pil-joo untuk mengembalikan sisa obat yang mahal itu (sisa 7 dari 10) dan berniat mengatakan bahwa ia adalah ayah Ae-jung. Ibu Pil-joo meminta ayah Ae-jung menemuinya di sebuah restoran yang baru dibuka. Restoran itu milik temannya.
Ibu Pil-joo mengundang ayah Ae-jung makan. Ia bercerita daging di sana sangat berkualitas. Ibu Pil-joo meminta ayah Ae-jung mencobanya dan menceritakannya pada Se-ri, agar Se-ri bisa merekomendasikan restoran itu.
“Sejujurnya putriku…ae-jung (pelayan menaruh potongan daging matang di piring ayah Ae-jung),” ayah Ae-jung tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.
“Ae-jung?” tanya ibu Pil-joo bingung.
“Ae-jung (sayang/suka) pada daging dalam negeri,” ujar ayah Ae-jung akhirnya. Ia memakan daging itu dengan lahap. Wagyu kali ya hehe^^
Ae-hwan dan Jenny membawa Ae-jung ke noraebang (tempat karaoke) untuk menghibur Ae-jung. Tapi Ae-jung tidak bisa menikmati. Ia masih galau karena kontrak itu.
Jin juga dalam kondisi yang sama. Jae-seok datang ke rumah Jin untuk mengantar air minum. Ia berkomentar Jin kehilangan energi karena Ae-jung. Ia menyodorkan air vitamin pada Jin (botol yang digunakan Ae-jung untuk mengompres pipinya).
Jin mendelik pada Jae-seok dan menyuruhnya mendekat.
“Seorang manager mungkin saja tidak peka dan mudah bicara karena ia seorang manusia. Tapi….(OST Mi-shil) managerku tidak bisa begitu. (*Mi-shil style*)”
Jin membuka botolnya hingga terciprat ke wajah Jae-seok. Saat hendak pergi, Jae-seok mendapat telepon dari Jenny. Jae-seok berkata ia akan membawa kue ke noraebang untuk perayaan itu.
Jin yang mendengar perkataan Jae-seok langsung memanggilnya dan bertanya apakah Jae-seok hendak pergi ke noraebang untuk merayakan sesuatu. Jae-seok membenarkan. Apakah perayaan itua ada kaitannya dengan Ae-jung, tanya Jin. Jae-sek membenarkan, untuk merayakan album baru Ae-jung.
Apa Ae-jung yang ingin merayakannya, tanya Jin. Jae-seok berkata justru Jenny yang berinisiatif mengadakan acara ini untuk menghibur Ae-jung yang terlihat galau. Setidaknya ia masih punya hati nurani, ujar Jin.
Ae-hwan dan Jenny terus berusaha menghibur Ae-jung. Ae-jung berkata ia sedang tidak mood untuk bermain. Tapi Jenny menariknya ke depan untuk menyanyi. Sialnya, Ae-jung malah menginjak permen karet dan seekor lalat mengitari kepalanya.
Ae-jung menggoyangkan kakinya untuk melepas permen karet dari sepatunya, dan menggoyangkan tangan di atas kepalanya utnu mengusir lalat pergi. Jin dan Jae-seok tiba di sana. Dari luar, Ae-jung terlihat seperti sedang berjoget. Wajah Jin langsung muram.
Jae-seok membukakan pintu untuk Jin. Ketiganya terkejut melihat Jin, terutama Ae-jung. Jin masuk ke dalam menenteng sekotak kue.
“Sepertinya kau sedang bersenang-senang,” kaat Jin pada Ae-jung. Ae-jung menunduk. Ae-hwan bertanya mengapa Jin datang. Aku ingin mengucapkan selamat pada Ae-jung, sindir Jin.
Ia melemparkan kuenya ke atas meja lalu beranjak pergi. Jae-seok dan Ae-hwan menahannya. Jin langsung duduk (padahal dia emang ngga niat pergi). Ia menyuruh mereka menyanyi dan bersenang-senang, sambil mendelik kesal pada Ae-jung.
Jae-seok menyanyi lagu “Yo Ma Heartbreaker”. Lagunya tentang pria yang patah hati, persis keadaan Jin. Akibatnya mood Jin bertambah parah. Ia tak tahan lagi dan ikut menyanyi seakan-akan bertanya apa salahnya hingga Ae-jung mematahkan hatinya. Ia menyanyi dengan keras hingga menendang-nendang. Saking hebohnya, jantungnya tak kuat.
Jin memegangi dadanya yang terasa sakit lalu pergi ke luar. Ae-jung khawatir dan mengejarnya ke luar. Ia bertanya apa Jin baik-baik saja. Jin berkata ia baik-baik saja. Ae-jung berterima kasih pada Jin. Kurasa aku berhak mendapat “terima kasih” itu, kata Jin. Ae-jung tersenyum dan berterima kasih sekali lagi lalu berbalik hendak kembali ke ruang karaoke.
Jin memegang lengan jaket Ae-jung. Ia ingin berbicara sebentar dengannya.
“Goo Ae-jung, karena kau telah menandatangani kontrak, berarti kau membawa kentang-kentang pada hari itu untuk keperluan albummu. Apa kau menerimanya?”
“Berpikirlah sesukamu,“ sahut Ae-jung.
Jin berkata waktu itu ia memang telah berbicara dengan kata-kata kasar jadi wajar jika Ae-jung marah. Jika Ae-jung mengatakan ia datang untuk membuatkan kari untuk Jin maka ia mengerti.
“Kau tidak perlu mengerti,” kata Ae-jung.
“Apa kau benar-benar akan membuatku menjadi seorang bodoh yang bisa dipergunakan dan ditertawakan?” tanya Jin.
“Kau bukan seorang bodoh, kau seseorang yang kuhargai dan aku…. hanya berterima kasih”
Ae-jung hendak pergi tapi Jin menahannya. Ia memegang pundak Ae-jung. “Jika kau berterima kasih, berilah aku waktu 1 menit.”
Jin membuka monitor detak jantungnya. Ia merangkul Ae-jung dari belakang dan mengenakan monitor itu pada tangan Se-jung.
“Apa yang kaulakukan?” tanya Ae-jung bingung.
Jin memegangi tangan Ae-jung, “Jika detak jantungmu tidak keluar dari rentang 60-90 dalam waktu semenit maka aku hanya akan menjadi seseorang yang kauhargai.”
Dengan segera, detak jantung Ae-jung meningkat…91,92, alarm mulai berbunyi memberi peringatan dengan lampu merah, 100, 101, 102.
Ae-jung melepaskan diri dari Jin dan menutupi monitor itu. Ia memohon pada Jin untuk membiarkannya pergi. Ia tidak bisa membiarkan dirinya berdebar pada orang seperti Jin jika ia ingin bekerja dalam dunia itu. Ia mohon Jin membiarkannya hidup tenang dalam rentang 60-90. Jin menatap Ae-jung dengan sedih.
“Baiklah, aku tidak akan melihatnya. Kembalikan (monitor) padaku.” Ae-jung mengembalikannya.
Tanpa melihat monitor itu, Jin merogoh kantung jinsnya dan mengambil bolpen Pil-joo. Ia memberikannya pada Ae-jung. Ae-jung terkejut. Jin mengatakan ia telah menemukan bolpen dokter itu. Ae-jung sedikit tak percaya karena bukankah ia sudah mengembalikan bolpen itu pada Pil-joo.
Jin berkata ia sudah menemukan bolpen dalam kolam bola itu. Ia menuduh Ae-jung berbohong telah menemukan bolpen Pil-joo agar Pil-joo terkesan. Itulah sebabnya ia marah. (sigh…coba dari pertama dia kembaliin, pasti ngga akan serumit ini)
Jin berkata ia berhak untuk marah. Ae-jung hanya diam. Jin mengerti mengapa Ae-jung ingin terlihat baik di depan Pil-joo. Dengan perasaan terluka, Jin berkata Ae-jung sungguh hebat hingga bisa mengubah Dokko Jin menjadi orang bodoh.
“Jangan sebarkan rumor mengenai hal ini, aku akan menuntutmu. Oya di dalam kotak kue….sudahlah…,” Jin pergi meninggalkan Ae-jung.
Ae-jung membuka kotak kue dan menemukan sepatunya yang hilang. Ia percaya Jin-lah yang telah menemukan bopen Pil-joo. Ia langsung menelepon Pil-joo.
Ae-hwan, Jenny, dan Jae-seok masih berada di noraebang. Mereka membicarakan Pil-joo. Jenny menerka Pil-joo telah membeli bolpen baru agar Ae-jung tidak merasa bersalah. Jenny senang telah berada di P-line (pihak Pil-joo).
“Karena perhatiannya itu, Ae-jung kelihatan gelisah,” ujar Ae-hwan.
Jenny mendelik pada Ae-hwan. Jenny berkata D-line sudah berakhir. Ia menyebutkan semua kejelekan Jin yang kasar, tidak sopan, kepribadian buruk.
Ae-hwan membela Jin karena walaupun ia seperti itu, Jin telah banyak membantu Ae-jung. Bagaimanapun D-line lebih baik, kata Ae-hwan. Jenny berkata jika Jin ingin bersikap baik maka ia seaharusnya terus bersikap baik. Dan jika Jin ingin menyulitkan Ae-jung maka ia seharusnya terus menyulitkan, bukan maju mundur seperti sekarang. Sebentar baik, sebentar tidak.
Jae-seok ikut berkomentar. Jin memang jahat dan Pil-joo penuh perhatian tapi masalahnya wanita selalu memlih pria yang “jahat” dan meninggalkan pria yang baik. Jenny berkata ia tidak seperti itu, ia menyukai pria yang baik. Pria manis yang bahkan bersedia mati untuknya.
Ting! Jae –seok dan Ae-hwan langsung berbaik-baik pada Jenny. Keduanya menyodorkan botol minuman pada Jenny. Jenny senang mendapat perhatian dari keduanya dan mengambil kedua botol itu. Ae-hwan menyuruh Jenny memilih salah satu tapi Jenny berkata ia menginginkan keduanya. Jenny meninggalkan keduanya. “Wanita jahat,” gumam Jae-seok dan Ae-hwan.
Ae-jung menemui Pil-joo dan mengembalikan bolpennya. Pil-joo menjelaskan ia berbohong untuk menenangkan Ae-jung yang tertekan. Ia minta maaf. Ae-jung berkata Pil-joo bermaksud baik dan lagi itu adalah bolpen pemberian ayah Pil-joo yang sangat berharga. Syukurlah sekarang sudah ditemukan.
Pil-joo berkata sepertinya ia telah membuat segalanya menjadi lebih buruk dan membuta Ae-jung tak nyaman. Ae-jung berkata bukannya ia tak nyaman tapi sebuah kesalahpahaman telah terjad. Dan hal itu membuatnya frustrasi.
Pil-joo berkata Ae-jung sebaiknya menyesaikan kesalahpahaman itu. Ia menawarkan diri untuk menjelaskan dan membantu menyelesaikan kesalahpahaman itu. Ae-jung berkata ia tidak perlu menyelesaikannya sekarang. Semua sudah terlambat, ia sudah menerima tawaran itu (kontrak) dan tidak bisa membatalkannya. Satu-satunya cara adalah membuat orang itu menyadari sendiri.
Jin duduk di rumahnya, memandangi ponselnya. Ia ingin Ae-jung menjelaskan atau setidaknya membela diri mengenai kebohongannya tapi Ae-jung tidak melakukannya. Ia melihat mangkuk “penjara” kentang di meja.
Sambil memandangi kentang terakhir ia ingat Ae-jung beberapa kai berkata tidak akan pernah menyukai Jin.
“Tidak peduli seberapa banyak aku menyiksamu, menahanmu, dan mengujimu…pada akhirnya hanya ada satu kesimpulan. Aku harus mnegakuinya. Aku…mengalami cinta bertepuk sebelah tangan yang memalukan.”
Jin memperhatikan kentang itu dan menemukan tunas tumbuh dari satu sisinya. Jin berkata tunas kentang itu beracun dan harus dicungkil keluar.
Ae-jung duduk di depan rumah Jin sambil memegangi sepatu yang ditemukan Jin. Ia berkata ia tidak berbohong, ia benar-benar ingin menarik perkataannya bahwa ia tidak akan pernah menyukai Jin.
Kentang bertunas itu telah pindah tempat ke meja Jin. Ajaibnya, tunas itu tumbuh dengan cepat dan mulai berdaun.
Jin berdandan dengan rapi. Ia melihat pantulan dirinya di cermin.
“Kau keren, sempurna, nice! Benar, untuk tidak menunjukkan bahwa kau adalah pecundang, Jin, dalam cinta tak berbalas, terlihat…perfect!”
Moon meneleponnya dan mengingatkan Jin untuk janji pertemuannya dengan presiden MBS. Mereka akan membicarakan pembuatan dokumentasi “Dokko Jin Spesial”. Jin berkata jika acaranya tidak berdurasi lebh lama dari Kim Myung-min (Bethoven Virus) maka ia tidak mau melakukannya.
Sebelum pergi, Jin melihat kentangnya. Ia mengisi air di gelas tempat kentang itu diletakkan. Kentang itu sudah berakar. “Baik beracun atau tidak, karena sudah seperti ini, aku akan menumbuhkannya.”
Kentang ini metafor dari perasaaan Jin (menurut Jin), walau menurutku sebenarnya metafor dari Ae-jung karena itu adalah pemeberian Ae-jung. Jin menganggap kentang yang bertumbuh itu cintanya yang tak berbalas. Walau ia menganggap tunas itu racun tapi ia akan memeliharanya karena sudah berakar. Sedangkan sebenarnya perasaan Ae-jung mulai bertumbuh pada Jin.
Ae-jung sedang siap-siap tampil untuk sebuah acara. Ae-hwan mengeluh walau judul acaranya “Jika Kubilang Akan Kulakukan Maka Kulakukan”, tetap saja perlombaan lompat kodok itu kerterlaluan. Ae-hwan membawa kostum kodok untuk Ae-jung. Ae-jung berkata lompat kodok masih lebih baik daripada perlombaan terbang bagai elang. Hmmm…bener juga^^
Ae-hwan berkata Ae-jung tak lama lagi akan mengeluarkan album eksklusif, bukankah sebaiknya menjaga image mulai sekarang dengan lebih selektif dalam memilih program. Ae-jung berkata pada kakaknya ia ingin membicarakan lagi albumnya dengan Moon. Ae-hwan sedikiti kecewa. Ae-jung berkata mereka harus ingat bahwa mereka menggunakan uang orang lain. Ia ingin hidup secara realistis.
Kakaknya berkata image Ae-jung tampaknya mulai membaik. Beberapa fans mulai memberi komentar positif. Acara “Couple Making” juga meminta Ae-jung memberikan sebuah barang miliknya untuk dilelang secara online.
Ae-hwan berniat memberikan sepatu kets Ae-jung (yang ditemukan Jin). Ae-jung terlihat ragu-ragu tapi akhirnya menyetujui.
Jin dalam rapat dengan para petinggi MBS. Moon meminta dokumentar Jin berbeda dengan aktor-aktor lainnya. Pihak MBS mengatakan mereka akan mengurus dengan sebaik-baiknya karena Dokko Jin bersedia mmbuat dokumentasi itu. Sepanjang rapat, Jin hanya termenung.
Ae-jung sudah mengenakan kostum kodoknya. Ia memutuskan untuk pergi ke toilet sekarang karena nanti tidak akan sempat lagi, apalagi dengan kostum seperti itu. Ae-hwan berkata ia akan memberikan sepatu kets Ae-jung pada tim “Couple Making” dan menyuruh Ae-jung cepat. Ae-hwan pergi duluan.
Tapi Ae-jung malah memikirkan sepatu itu. Sepatu itu ditemukan oleh Jin. Ia pikir tidak ada salahnya dengan hanya menyimpannya. Ia menyusul Ae-hwan untuk mengambil sepatunya.
Moon, Jin, dan Presiden MBS sudah selesai rapat. Saat mereka berjalan, mereka hampri ditabrak Ae-jung yang kakinya licin karena kostumnya. Untunglah Jin cepat menangkapnya.
Melihat Moon, Ae-jung cepat-cepat melepaskan diri dari Jin. Jin hanya menatapnya. Moon memperkenalkan Ae-jung pada Presiden MBS. Ae-jung tersenyum memberi hormat. Presiden MBS tertawa dan menyebut Ae-jung sepertinya orang yang menyenangkan. Moon memberi semangat pada Ae-jung dan berjalan pergi bersama presiden MBS.
Jin menatap Ae-jung yang berpakaian kodok. Ia tesenyum sekilas lalu menyusul Moon tanpa berkata apa-apa pada Ae-jung.
Ae-jung hendak masuk tapi pintunya sudah tertutup (pintunya semacam pintu otomatis seperti di stasiun kereta bawah tanah.) Ae-jung mencoba memanjat. Hehe…lucu ada kodok raksasa manjat pintu^^
Tak disangka-sangka Jin kembali dan membantu Ae-jung. Ia menggendong Ae-jung dan mendaratkannya dengan aman melewati pintu. Ae-jung salah tingkah.
“Hari ini kau mengenakan pakaian kodok…..dan melakukan tarian seksi?” tanya Jin.
“Karena aku seekor kodok maka aku akan melompat.”
Dengan perut sebesar itu apa kau bisa melompat, tanya Jin sedikit geli. Ae-jung berkata karena ia sebetulnya manusia, jika ia melawan kodok maka ia pasti lebih unggul. Jin tersenyum.
Ae-jung melihat Moon dan Presdien MBS yang sedang berbicara. Ia menyuruh Jin cepat kembali pada mereka. Jin menatap Ae-jung, “Melompatlah dengan baik.” Ia lalu pergi menyusul Moon.
Ae-jung melihat Jin dan berpikir mengapa Jin tidak memarahinya malah bersikap sangat keren. Ia memutuskan tidak jadi mengambil sepatunya.
“Jika aku memilikinya (sepatu kets), aku pasti ingin memakainya. Jika aku memakainya, aku akan berlari padamu.” Ia menyuruh dirinya sendiri untuk tidak menyimpan perasaan pada Jin.
Pil-joo menemui Se-ri dan bertanya bagaimana sebenarnya hubungan Jin dan Se-ri. Se-ri menjawab resminya mereka masih berhubungan. Bukankah kau bilang akan berpisah dengannya, tanya Pil-joo. Se-ri menjelaskan perpisahannya dengan Jin tidak bisa seperti orang lain yang hanya menyangkut dua orang saja.
Mereka harus menjaga image masing-masing dan juga masih ada kontrak yang terkait dengan mereka sebagai pasangan, jadi semaunya harus diselesaikan lebh dulu baru mengumumkan perpisahan mereka.
“Jika ada seseorang yang berada di antara kalian, maka orang itu akan berada dalam masalah?” tanya Pil-joo.
“Itulah sebabnya semua harus berhati-hati,” kata Se-ri.
Se-ri bertanya mengapa Pil-joo menanyakan hal ini. Pil-joo berkata ia khawatir seseorang akan terluka. Maksudnya adalah Ae-jung, tapi Se-ri mengira Pil-joolah yang takut terluka. Ia tersenyum senang.
Jin sedang menunggu lift ketika seorang wanita keluar dari lift dan menyapa Jin. Jin tak mengenalinya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai penulis termuda acara “Couple Making”. Jae-seok bertanya barang-barang apa yang dibawanya. Wanita itu menjelaskan ia membawa barang-barang peserta “Couple Making” untuk dilelang online dan hasilnya untuk amal.
Jin mengangguk tapi wajahnya berubah keruh ketika melihat sepatu kets Ae-jung juga ditangan wanita itu. Ia kesal karena ia susah payah menemukannya tapi Ae-jung malah memberikannya untuk dilelang. Penulis itu berkata Se-ri juga memberikan tasnya untuk dilelang.
Wanita tu menyapa Pil-joo, yang baru tiba di belakang Jin. Jin berbalik untuk melihat “saingannya”. Pil-joo juga mengenali Jin. Keduanya bertatapan. Mengenali musuh nih ceritanya^^.
Wanita itu tak sengaja menjatuhkan sepatu kets Ae-jugn. Sebelah ke dekat kaki Pil-joo dan sebelah ke dekat kaki Jin. Pil-joo memungutnya dan membaca kalau sepatu itu milik Ae-jung. Pil-joo tersenyum, membuat Jin kesal.
Pil-joo melihat sebelah lagi di dekat kaki Jin dan hendak mengambilnya. Tapi Jin melangkahkan kakinya, menghalangi Pil-joo. Jin memungut sepatu itu.
“Berikan padaku, “ kata Pil-joo dengan sopan. Jin menatapnya lalu tersenyum. Ia menyodorkan sepatu itu pada Pil-joo, tapi begitu dekat dengan tangan Pil-joo, ia membelokkannya dan memberikan sepatu itu pada wanita penulis.
“Aku memberikannya padamu dan berhati-hatilah saat membawanya. Hanya karena terjatuh, bukan berarti sembarang orang bisa mengambilnya.”
Pil-joo tahu Jin menyindirnya. Ia berkata pada penulis muda itu, “Aku bukan sekedar “sembarang orang” bukan?” tanyanya pada si penulis.
Jin yang sudah berbalik, menyadari itu adalah tantangan Pil-joo. Jin dan Pil-joo bertatapan sambil tersenyum mengerti. The war is ON!!
Jin melihat proses lelang itu di internet dan menebak Pil-joo akan mencoba membeli sepatu itu untuk menunjukkan bahwa dia bukan “sembarang orang”. Benar saja, Pil-joo melihat lelang itu di kantornya dan berpikir berapa ia harus menawar sepatu itu.
Jeeny dan Ae-jung sama-sama melihat lelang itu melalui internet. Jenny mengeluh apa fans Ae-jung sudah menghilang. Sepatu Ae-jung hanya dihargai 30 ribu won (harga pembukaan). Ae-jung berkata fans yang ada adalah anti fansnya atau fans Se-ri.
Tidak bisa, kata Jenny, ia hendak menaikkan harganya menjadi 100 ribu won lebih. Ae-jung melarangnya, biarkan saja jika ada yang mau sepatu itu 30 ribu won, ia akan memberikannya. Akan lebih baik daripada sepatu itu dikembalikan padanya.
Ae-jung berbaring sementara Jenny ternganga menatap layar. Harga sepatu Ae-jung naik drastis menjadi 500 ribu won. Ae-jugn langsung duduk kembali. 500 ribu won? Aku masih mempunyai fans seperti tu?
Pil-joo atau Jin? Ternyata Pil-joo. Ia berpikir apakah 500 ribu cukup? Jin juga melihatnya awalnya ia pikir “sembarang orang” bisa memperoleh sepatu Ae-jung jika memang ia menghargai sepatu itu 500 ribu. Tapi….ia tak rela.
“Tidak, sepatu itu ditemukan oleh “aku yang spesial”, aku tidak bisa membiarkan “sembarang orang” mendapatkannya. Perlukah aku menaikkan harganya sedikit?” celoteh Jin.
Pil-joo terkejut melihat harganya naik menjadi 1 juta won. Awalnya ia berpikir seorang fans Ae-jung yang melakukannya tapi ia ingat kata-kata Jin bahwa “sembarang orang” tidak bisa mendapatkan sepatu itu. Ia cemberut dan mulai menaikkan harga lagi (OST X-Files).
Jin melihat harganya naik menjadi 2 juta won. “Apa yang sedang kulakukan bersama orang ini? Cukup sudah. Aku adalah Dokko Jin. Jika aku ikut-ikutan, aku akan terlihat bodoh.”
Tapi Jin membayangkan Ae-jung yang berbunga-bunga diberi sepatu oleh Pil-joo dengan harga 2 juta won.
“Kau membeli sepatuku dengan harga 2 juta won?” tanya Ae-jung dengan manis.
“Iya, karena aku bukan “sembarang orang” untukmu,” sahut Pil-joo tersenyum.
Tidak bisa, seru Jin. Jin menaikkan tawarannya menjadi 3 juta won. Pil-joo berpikir Jin tidak akan membiarkannya mendapat sepatu itu. “Maka aku harus mendapatkannya,” ujarnya. Ia memasukkan harga 4 juta won.
Penulis muda yang mengurus lelang berkata pada penulis Han bahwa ada yang aneh dengan lelang itu. Penulis Han cepat-cepat melihat lelang tu. Penulis itu melapor bahwa harga awal sepatu Ae-jung adalah 30 ribu won dan sekarang mencapai 5 juta won (bayangkan bedanya 30 ribu sama 5 juta…ckckck).
Penulis Han terkejut dan memanggil PD Kim serta rekan-rekannya. Mereka terbelalak melihat harga yang diluar perkiraan itu. Sementara itu Pil-joo dan Jin masih perang tarif. Pil-joo memasukkan 6 juta won. Jin 7 juta won. Pil-joo 8 juta won. Dan Jin 9 juta won.
“9 jutaaaa!!” seru PD Kim dan teman-temannya. Mereka berkata sebentar lagi lelang akan ditutup bukan?
Pil-jooo hendak memasukkan penawaran terakhirnya ketika pasiennya datang. Ia menyuruh mereka menunggu sebentar dan mengetik “10.000.000” (won) tepat ketika hendak menekan “kirim”, komputernya mendadak padam karena kabelnya tercabut oleh pasiennya yang masih anak-anak.
Pil-joo bergegas keluar dan meminjam komputer perawat. Ia membuka web lelang tersebut.
“Terjual!” seru Penulis Han. PD Kim tak habis pikir sepatu Ae-jung terjual dengan harga 10 juta won. Jenny senang sekali karena sepatu Ae-jung terjual 10 juta won. Jenny berpikir pasti orang yang membelinya sudah gila, jika mereka dalam keadaan sadar, mana mungkin membeli sepasang sepatu dengan harga 10 juta won. Ae-jung berpikir pasti ada yang salah.
Pil-joo melihat hasil lelang itu dan menunduk penuh kekalahan. Sementara Jin senang karena ia menang.
“Kemenangan…Dokko Jin spesial mengalahkan dokter herbal “sembarang orang”. Hahahaha…” seru Jin sambil mengacungkan kedua jarinya membentuk ‘V’.
Praaaang!! Ia tiba-tiba sadar telah membeli sepatu dengan harga 10 juta won. Ia menunjuk dirinya sendiri dan menyuruh dirinya sendiri meminta maaf.
Pil-joo terduduk lesu, “Sku kehilangan mereka, aku membiarkan mereka lepas dari tanganku…”
Jin duduk memandangi sepatu Ae-jung. “Walau aku mendapatkannya tapi aku tidak bisa mengembalikan padanya,” gumamnya.
Ae-hwan berpikir Jin-lah pembelinya dan sudah merencanakan sejak awal. Jennya berkata ada seorang lagi yang terus menaikkan tawarannya. Siapa dia? Ae-hwan berkata orang itu mungkin seorang fans atau seseorang yang sedang bercanda.
Se-ri juga menanyakan hal yang sama pada penulis Han. Penulis Han telah melacak ID-nya dan pembeli sepatu itu adalah seorang pria tak dikenal berusia pertengahan 20 tahun.
Ia membocorkan pada Se-ri bahwa yang lebih mengejutkan adalah penawar satunya lagi. Ia adalah Yoon Pil-joo. Se-ri terkejut. Penulis Han berkata Pil-joo menawar dengan ID-nya sendiri dan menawar hingga 8 juta. Se-ri pikir Pil-joo hanya main-main. Penulis Han berkata tidak mungkin, Pil-joo bahkan terlihat serius bila bercanda. Se-ri terpana.
“Jadi Kukbeo Sonyeo yang membuatnya tertarik adalah …kak Ae-jung?” gumamnya.
Se-ri keluar utnuk menenangkan pikirannya. Ia kesal karena lagi-lagi ia kalah dari Ae-jung. Seorang reporter menyapanya dan bertanya apakah Se-ri tahu siapa yang membeli sepatu Ae-jung.
Se-ri berkata ia tidak boleh membocorkan tentang hal itu. Reporter itu terus membujuk agar Se-ri memberi sedikit bocoran atau petunjuk. Seri mendapat ide dan tersenyum licik. Ia berkata pada reporter itu tidak ada yang tahu siapa yang membeli sepatu itu karena semua orang bisa mengunakan ID internet orang lain.
Ia memberi petunjuk seseorang bisa saja membayar orang lain untuk melakukan lelang itu atau mungkin saja Ae-jung sendiri yang melakukannya.
Reporter itu seakan mendapat pencerahan. Se-ri dengan manis berkata ia ingin orang-orang memberi perhatian pada Ae-jung dan ia senang sekarang sudah berhasil.
Ae-jung berpikir Jin yang membeli sepatu itu tapi ia heran mengapa Jin tidak menghubunginya. Ae-hwan berlari menemuinya dan berkata di internet ada artikel aneh yang menyebutkan Ae-jung sengaja membeli sepatunya sendiri seharga 10 juta won untuk menaikkan popularitas. Pil-joo juga bingung melihat berita itu.
Ae-jung dan Ae-hwan menemui tim “Couple Making”. Ae-jung berkata ia tidak melakukannya. Darimana ia memperoleh uang sebanyak itu. PD Kim berkata Ae-jung akan terlihat buruk jika pembeli aslinya tak muncul. Penulis Han menggerutu bahwa mereka akan syuting besok dan para reporter pasti akan datang semua. Hal itu sungguh mengganggu. Ae-jung meminta maaf.
Jin juga merasa artikel itu tidak masuk akal, Ae-jung tidak punya uang untuk membeli sepatu dengan harga 10 juta won. Jae-seok menawarkan untuk mengaku membeli sepatu itu karena Jin menawar dengan ID-nya. “Oleh orang dari perusahaan yang sama?” tanya Jin. Ia menolak ide itu, semuanya akan terlihat lebih buruk. Akan terkesan seoah-olah managemen Ae-jung yang telah mengaturnya.
Jae-seok berkata Ae-jung akan syuting besok dan para wartawan pasti akan berkerumun untuk mencari konfirmasi dari Ae-jung. Jika orang yang membeli sepatu Ae-jung tidak muncul, orang-orag akan percaya Ae-jung yang melakukannya. Jin menghela nafas.
Ae-jung meminta keluarganya tidak khawatir. PD Kim dan penulis Han tahu ia tidak melakukannya jadi ia tidak akan didepak dari acara itu. Ae-hwan kesal karena para reporter itu berkeliaran membuat berita tanpa bukti. Ayah Ae-jung juga menyuruh Ae-jung mengklarifikasi bahwa ia tidak melakukannya. Rumor tak berdasar itu akan hilang dengan sendirinya, hibur ayah Ae-jung.
“Bibi, sponsor itu apa?” tanya Hyung-gyu tiba-tiba. Selama perbincangan tadi ia membaca berita tentang Ae-jung di internet. Ayah Ae-jung menegurnya. Hyung-gyu berkata ia membaca orang-orang mengatakan Ae-jung mengunakan uang sponsor untuk membeli sepatunya.
“Mengapa mereka menyebut bibi, sebuah lap?”
Ayah Ae-jung, Ae-hwan dan Ae-jung tidak bisa menjawab, mereka sedih dengan berita itu.
Malamnya Ae-jung mengingtakan Hyung-gyu untuk tidak membaca berita di internet. Semua itu tidak benar. Hyung-gyu mengangguk. Ia berkata ayahnya mengatakan sepatu Ae-jung ada di rumah Jin, perlukah ia mengambilnya untuk Ae-jung.
Ae-jung menggelengkan kepalanya, kau tidak boleh ke rumah paman itu. Ia juga meminta Hyung-gyu tidak mengatakan hal itu pada siapapun. Juga jangan mengatakan pada orang lain kalau Goo Ae-jung adalah bibinya. Hyung-gyu mengangguk.
Ae-jung meminta Hyung-gyu tidak menggunakan kata “lap” lagi karena kata itu tidak baik digunakan. Hyung-gyu mengangguk dan tersenyum. Ae-jung mencuci sebuah lap dan menggantungnya. Ia merenung lalu memandang lap itu dengan sedih. (lap memiliki konotasi yang buruk karena sesuatu yang bisa digunakan lalu dibuang.)
Keesokan paginya, studio MBS dipenuhi wartawan. Mereka menunggu Ae-jung. Ae-jung di dalam ruang ganti sedang meminta maaf kepada semua orang yang terlibat dalam acara “Couple Making”. Menyedihkan melihat Ae-jung menghampiri tiap orang dan meminta maaf, padahal ia tidak salah apa-apa.
PD Kim berkata sebelum syuting sebaiknya Ae-jung menjelaskan lebih dulu pada para reporter. Penulis Han menggerutu, mereka hanya ingin mengadakan acara amal malah berakhir seperti ini. Pil-joo masuk dan melihat Ae-jung yang terus meminta maaf. Ia sedih melihat Ae-jung seperti itu. Se-ri yang baru datang melihat reaksi Pil-joo.
Se-ri mendatangi penulis Han. Ia tak mengerti mengapa Ae-jung tidak dikeluarkan dari acara “Couple Making”. Seharusnya Ae-jugn bertanggungjawab. Penulis Han berkata sepertinya Ae-jung tidak melakukannya jadi bagaimana ia bisa bertanggung jawab. Pada acara lain, jika ada yang membuat skandal, maka ia akan langsung dikeluarkan dari acara tersebut, protes Se-ri. Penulis Han mengatakan mereka akan melihat bagaimana reaksi reporter hari ini, baru mengadakan rapat dan memutuskannya. Se-ri tidak puas.
Ae-jung keluar dan langsung dirubungi wartawan. Mereka mendesak Ae-jung. Apakah Ae-jung yang membelinya? Di mana sepatu itu sekarang? Ae-jung berusaha menjelaskan ia tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi.
Pil-joo keluar dan melihat apa yang terjadi tapi tidak bisa mendekat. Ae-jung mencoba berjalan dan meminta rerporter menunggu managernya. Tapi para reporter itu malah mendesak Ae-jung hingga sepatu Ae-jung terlepas. Para reporter itu hanya menyuruh yang lain mengambilkan sepatu Ae-jung tapi tidak ada yang mau mangambilkannya (karena takut ketinggalan berita). Mereka terus menyuruh Ae-jung berbicara.
Pil-joo yang melihat itu menjadi kesal dan hendak membantu Ae-jung. Se-ri yang dari tadi berdiri di belakang Pil-joo menasihatinya untuk tidak mendekati Ae-jung dan membantunya. Jika Pil-joo melakukan itu maka akan semakin buruk bagi Ae-jung (bisa saja Pil-joo dianggap sponsornya, apalagi keduanya terlibat dalam acara yang sama). Selain itu Pil-joo bukan dari kalangan selebritis, jadi tidak tahu cara menangani hal seperti itni.
Pil-joo menuruti nasihat Se-ri. Ia tak berdaya melihat Ae-jung dalam kesulitan.
Jin berjalan menenteng sepatu kets Ae-jung. Ia mendekati kerumunan wartawan.
“Sepatu Goo Ae-jung…ada di sini,” Jin mengacungkan sepatu Ae-jung. Semua terpana.
Wartawan langsung mengalihkan perhatian pada Jin. Jin mendekati Ae-jung dan tersenyum. Ae-jung kebingungan.
“Pembeli sepatu Goo Ae-jung adalah.. aku, Dokko Jin.”
Se-ri terkejut ternyata Jin yang membeli sepatu itu.
Jin berlutut diiringi “woaaahh….” para reporter. Jin memakaikan sepatu kets itu ke kaki Ae-jung. Semua wartawan mengabadikan momen tersebut. Ae-jung terpana melihat Jin. Jin melihat Ae-jung dan mengedipkan sebelah matanya.
Komentar:
Mian, episode kali ini aku tidak membahas fun facts karena memang sedikit yang bisa dibahas jadi sudah kuselipkan sedikit dalam sinopsis^^
Melalui drama ini sedikit banyak aku dibukakan dengan kehidupan para selebritis. Seringkali kita melihat ketenaran dan kekayaan mereka begitu berkilau padahal pengorbanan mereka pun tidak sedikit. Mungkin tidak semua negara selebritisnya menghadapi tekanan yang sama, tapi yang memeprihatinkan adalah mereka yang tidak tahan menghadapi kejamnya media dan internet hingga memutuskan mengakhiri nyawa mereka, khususnya di Korea.
Kadangkala internet dijadikan ladang pembunuhan dengan kata-kata karena di sana kita merasa bebas mengemukakan suara dan pendapat bahkan yang paling vulgar sekalipun tanpa diketahui orang lain. Namun lidah bisa setajam pedang, yang bisa membunuh bila tidak dikendalikan. So, beware of it ;)
APPA SO SWEET!!!! >_________<
BalasHapusFIGHTING MBAK! hehe..
bagus kak.. sukaa :)
BalasHapuswah...ijin nyimak ya mbak...gila keren bgt nnih...agak mirip gak sih sama secret garden karakternya...
BalasHapussilakan disimak hehe^^ iya ada kemiripan dari karakter cowonya, sama-sama sangat jatuh cinta sama cewenya walau terus berusaha menyangkal ;)
Hapusjas Dokko kayak jas di City HAll
BalasHapus