Jin menjelaskan pada Ae-jung bahwa semua dimulai dari operasinya 10 tahun lalu dan sekarang ia telah melewatinya. Ae-jung bertanya apakah Jin benar-benar tidak merasakan apa-apa lagi padanya. Jin berkata sejak ia tahu lagu “Dugeun Dugeum” diputar saat ia dioperasi, jantungnya telah bebas dari pengaruh lagu itu.
Ae-jung masih tak percaya dan ingin mengujinya sendiri. Ia menghampiri Jin dan menempelkan telinganya di dada Jin. Jin terkejut dengan “kedekatan” yang tak disangka-sangka itu.
Ae-jung mendengar baik-baik jantung Jin yang berdebar keras. Jin berkata jika jantungnya tidak berdetak berarti dia mati.
“Detaknya kun-dak-kun-dak-dakdakdak…jantungku berdebar dengan normal tidak oolong-oolong-oolong (berdebar kencang, kaya bunyi kereta api) seperti sebelumnya.”
“Tapi menurutku masih berdebar kencang,” sahut Ae-jung. Ia menutup telinga sebelahnya lagi agar bisa mendengar dengan jelas.
“Itu sebabnya kau harus minggir, tak peduli betapa normalnya jantungku jika kau menempel di dadaku seperti itu….tunggu sebentar, apa kau kecewa? Karena jantungku tidak lagi oo-long-oolong karenamu dan sekarang kun-dak-kun-dak dengan normal, kau merasa kecewa? Hahahaha…”
Ae-jung memukul dada Jin dengan keras. Aw, sakit, keluh Jin. Ae-jung dengan kesal berdiri dan berkata ia datang karena mengkhawatirkan azalea, baguslah jika kau tidak apa-apa.
Ae-jung masih ragu bahwa penyebab jantung Jin berdebar adalah lagunya yang diputar saat operasi. Lagu itu diputar saat operasi 10 tahun lalu dan sekarang jantung Jin berdebar jika mendengar lagu itu, apakah secara medis hal itu mungkin, bukankah itu aneh?
Jin bersikeras itu tidak aneh, ia merasa salah mengerti selama ini. Ia merasa dibohongi jantungnya selama ini hingga kumis dan lemak di pipinya hilang (bertambah kurus).
Ae-jung: Aku minta maaf telah membuatmu salah mengerti. Setidaknya itu lebih masuk akal daripada menjadikan aku seorang penyihir.
Ae-jung pergi dengan kecewa.
Bukan hanya Ae-jung yang merasa heran dengan hal ini. Dokter Jin pun demikian. Ia bertanya-tanya bagaimana bisa jantung yang baik-baik saja selama 10 tahun tiba-tiba merasa terganggu dengan lagu itu.
Dokter Jin dulu memutar lagu itu saat operasi agar jantung yang tidak berdaya dapat berdetak kembali. Apa mungkin jantung itu tiba-tiba membutuhkan lagu itu kembali untuk berdetak? Dokter minta data-data terakhir jantung Jin pada perawatnya.
Ae-jung berkonsultasi pada Pil-joo, karena ia seorang dokter. Ia bertanya apakah mungkin seseorang salah mengerti, mengira debaran jantungnya disebabkan oleh jatuh cinta? Pil-joo berkata mungkin saja hal itu terjadi. Misalnya jika seseorang telah berlari atau baru saja naik roller coaster lalu melihat lawan jenisnya saat jantungnya masih berdebar, studi menunjukkan lawan jenis yang dilihatnya terlihat lebih menarik. Hoho… Hati-hati ya, jangan naksir orang setelah naik roller coaster atau setelah olah raga^^
“Jadi mungkin saja orang juga salah mengerti dan menyangka itu adalah cinta?”
“Kurasa itu mungkin, jika ada faktor eksternal yang terus menerus meningkatkan denyut jantung.”
Ponsel Ae-jung berbunyi. Ae-jung jadi ingat perkataan Jin bahwa lagu “Dugeun Dugeun” (ringtone ponsel Ae-jung) yang menyebabkan jantungnya berdebar. Ae-jung menghela nafas, jadi mungkin saja mendengar lagunya terus menerus membuat Jin salah mengerti.
Jin menemui Se-ri dan mengatakan ia akan melanjutkan kontrak iklannya bersama Se-ri. Se-ri berkata ia kira Ae-jung mengetahui kelemahan Jin hingga Jin dimanfaatkan oleh Ae-jung. Jin berkata semua sudah berakhir. “Jadi ternyata kau tidak menyukai Goo Ae-jung?” tanya Se-ri. “Siapa? Siapa yang membuat rumor seperti itu? Aku akan menuntut mereka. Apa itu kau?” Jin balik bertanya. Se-ri kebingungan.
Pertanyaan Se-ri membuat Jin berpikir selama ini ia sudah mengabaikan keadaan sekelilingnya. Ia harus membereskan semuanya sebelum rumor mulai beredar. Jin berjalan menuju kantor Moon.
“Kak Jin sungguh kasihan,” kata Jae-seok. Jin berhenti mendengar namanya disebut. Jae-seok sedang berbincang dengan Moon di kantor Moon.
“Ia benar-benar ditolak oleh kak Ae-jung, “ lanjut Jae-seok. Jin langsung menguping.
Moon menegur Jae-seok. “Jangan mengatakan hal seperti itu, siapapun yang memulai rumor akan dituntut.” Jin tersenyum puas, ia pikir Moon berada dipihaknya.
“Tapi sebagian dari diriku menganggap dia pantas diperlakukan seperti itu,” kata Moon. Senyum Jin lenyap.
“Kau juga?” seru Jae-seok tak percaya.
“Setiap kali aku harus menyenangkan Dokko…bahkan saat aku sebenarnya kesal. Mengapa tidak?”
“Begitu juga denganku,” sahut Jae-seok senang, ada temen senasib.
Jin menggigit bibirnya dan mnegacungkan tinjunya pada Jae-seok dengan kesal.
“Dokko kita selalu berpikir dia begitu hebat. Tapi dia ditolak oleh wanita…Goo Ae-jung benar-benar hebat,” Moon bertepuk tangan.
Jin kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jae-seok membocorkan keluarga Ae-jung juga tidak menyukai Jin. Moon mendesah betapa malangnya Jin. Poor Jin…selama ini dia berpikir semua orang pasti suka padanya.
Jin membawa Hyung-gyu ke rumahnya dan menyogoknya dengan es krim untuk mengorek kesan keluarga Ae-jung mengenai dirinya. Hyung-gyu ragu-ragu menjawab.
Jin membujuknya. “Kau baru berusia 7 tahun, kau bisa berbicara sebebasnya tanpa memikirkan perasaan orang lain. Katakan saja apa yang kau dengar…tidak apa-apa..”
Hyung-gyu: “Dokko Jin adalah ddongko(pup)….”
Jin cepat-cepat menutup mulut Ding Dong hehehe…
Ding Dong bertanya apa Jin ingin menempel dengan bibinya seperti magnet mainannya. Ding Dong menunjukkan dua magnet mainannya yang bergambar Pororo dan Petty (pinguin cantik, teman Pororo hehe^^).
“Dulu iya tapi sekarang tidak lagi.” Jin mengambil magnet Pororo.
“Kupikir aku tertarik dengan bibimu (seperti magnet Pororo pada magnet Petty), tapi sekarang tidak lagi.” Jin membalikkan magnetnya hingga dua kutub yang sama berdekatan membuat magnet itu bergerak saling menjauhi.
“Kau lihat, mereka tidak menempel satu sama lain.”
Ding Dong mengulurkan magnet Petty-nya ke leher Jin dan magnet itu menempel pada kalung Jin. “Menempel,” kata Ding Dong. Smart boy^^
Jin berkata ia tidak akan tergoyahkan lagi, dan melepaskan magnet itu dari kalungnya.
Hyung-gyu sedang asyik menonton ketika Ae-jung datang menjemputnya. Hyung-gyu tidak mau pulang. Jin membela Hyung-gyu.
“Biarkan saja, Son Ogong (Sun Go Kong) ada didepan matanya dalam 3D, apa kau pikir ia mau pergi? Kemarilah dan kita bicara.”
Jin menunjukkan kedua magnet Hyung-gyu pada Ae-jung. Ia berkata ketika ia mengejar Ae-jung, Ae-jung (magnet Petty) bergerak menjauhinya (karena kedua kutub magnet yang sama). Lalu Jin membalikkan magnet Pororonya (melambangkan Jin).
“Sekarang keadaannya berbalik, dan sekarang kau malah tertarik padaku.” (magnet Petty tertarik dan menempel pada magnet Pororo karena kedua kutubnya jadi berlawanan)
Ae-jung bertanya bagaimana bisa begitu. Ia mencoba mengambil kembali magnet Petty-nya tapi Jin mengangkat magnet-magnet itu.
“Goo Ae-jung, apa kau tertarik padaku?”
Ae-jung tidak menjawab dan memalingkan wajahnya. Jin tersenyum senang, “Kau tertarik padaku, bukan?”
Ae-jung berkata sifat magnet memang seperti itu, jadi tidak bisa dibandingkan dengan magnet. Jin melepaskan monitor jantungnya.
“Kalau begitu, apa kita perlu mengeceknya lagi?” Ia ingin Ae-jung mengenakan monitornya lagi. Ae-jung tentu saja tidak mau dan meletakkan monitor itu di dekat magnet (di atas meja).
Magnet itu langsung menyala, menunjukkan angka 88. Jin terus mengolok-olok Ae-jung bahwa Ae-jung benar-benar sudah tertarik padanya. Ae-jung kesal dan bangkit berdiri, mengajak Hyung-gyu pulang.
Tidak ada yang memperhatikan monitor jantung Jin bertingkah aneh. Monitor itu berkedip-kedip menunjukkan angka ‘88’ lalu ’000’, bolak balik seperti itu. Hyung-gyu mengambil magnetnya dan monitor itu padam.
Jin senang karena menurutnya keadaan sudah berbalik. Ia minta maaf, baginya semua sudah berlalu, sekarang ia bisa hidup dalam rentang normal 60-90. Dan “cinta bertepuk sebelah tangan “ menjadi milik Ae-jung. Ae-jung kesal, “Apa kau begitu senang?”
Ae-jung memaksa Hyung-gyu pulang. Mendengar bibinya yang marah, Hyung-gyu terpaksa menurut. Ae-jung dan Hyung-gyu meninggalkan rumah Jin.
Jin tersenyum senang. Ia mengenakan kembali monitor jantungnya. Monitor itu menunjukkan angka 88.
“Walau Ae-jung pergi seperti itu, aku tetap menunjukkan angka normal,” Jin tersenyum puas.
Ae-jung memainkan magnet itu di kamarnya. Ia memegang magnet Petty dan mendekatkannya pada magnet Pororo. Magnet Pororo terus berputar menjauhi magnet Petty. Tapi tiba-tiba magnet itu menempel. Ae-jung terkejut dan melempar magnet Petty-nya ke kasur.
Ibu Pil-joo membujuk Pil-joo agar pergi melanjutkan studi ke Cina. Ia mengaku bersalah telah memaksa Pil-joo ikut dalam acara TV saat Pil-joo tidak mau. Pil-joo menegaskan pada ibunya ia tidak mau pergi.
“Apa gara-gara Goo Ae-jung? Pokoknya dia tidak boleh!”
“Kau pasti sudah melihat perasaanku yang sungguh-sungguh hingga kau berusaha menghentikanku.”
Ibu Pil-joo merengek, sekarang ia sangat malu bertemu dengan teman-temannya bahkan ia tidak bisa pergi main golf. Lama-lama ia bisa kesepian. Pil-joo tersenyum dan berkata ia yang akan menemani ibunya. Ibu Pil-joo tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Ibu Pil-joo mencari tahu di mana Ae-jung tinggal. Ia berharap bisa membuktikan gosip kalau Ae-jung adalah isteri simpanan yakuza dan tinggal di istana. Dengan demikian Pil-joo pasti menjauhi Ae-jung. Alangkah terkejutnya saat ia melihat rumah Ae-jung yang biasa saja.
Ayah Ae-jung kebetulan keluar membuang sampah dan melihat ibu Pil-joo. Ibu Pil-joo bertanya apakah Ae-jung tinggal di rumah lain bersama orang lain dan rumah ini hanyalah rumah keluarganya. Ayah Ae-jung berkata mereka semua tinggal bersama di rumah ini selama 7 tahun terakhir dan tidak ada orang lain.
Ibu Pil-joo berpikir jika Ae-jung punya masa lalu yang jelek pastilah lebih mudah mengenyahkannya, gadis miskin adalah yang paling sulit. (kok pemikirannya sama kaya mamanya Oska ya^^)
Jin menjelaskan pada Moon dan Jae-seok apa yang menyebabkan ia tertarik pada Ae-jung dan sekarang ia telah kembali “normal”. Jae-seok berkata selama ini mereka telah merepotkan Ae-jung tanpa alasan. Jin ingin meluruskan segala sesuatunya.
Ia mengatakan pada Moon bahwa iklannya dengan Se-ri akan ia lanjutkan. Tentu saja Moon senang. Jin juga ingin Ae-jung yang mendonasikan sepatu-sepatu itu. Jae-seok dan Moon terkejut, bukankah donasi itu baik untuk image Jin.
Jin menjelaskan ia telah menyusahkan Ae-jung selama ini jadi ia ingin memberi reward. Ia berharap donasi ini bisa memberi image yang baik bagi Ae-jung. Moon setuju tapi ia pikir image buruk Ae-jung akan hilang selama ia berada di dekat Pil-joo jadi Jin tak perlu khawatir.
“Baiklah, kalau begitu suruh dokter itu pergi bersamanya (ke acara donasi),” kata Jin.
Moon mengangguk lalu menoleh menatap Jae-seok. Jae-seok hanya mengangkat bahu. Tampaknya mereka masih tak percaya dengan perubahan Jin yang tiba-tiba. Jin berkata Ae-jung boleh menggunakan van sesuka hatinya. Jae-seok mengatakan mungkin Ae-jung akan menggunakan van itu untuk berkencan dengan Pil-joo.
“Tentu saja, ia tidak boleh terlihat murahan. Jika ia mau menggunakannya dengan dokter itu, silakan…” sahut Jin.
Jae-seok dan Moon bengong sementara Jin tertawa.
Ae-hwan menemui PD Kim dan penulis Han untuk memberitahu bahwa Ae-jung memutuskan utnuk meneruskan acara itu. Ia berterima kasih Ae-jung diberi kesempatan tampil dalam acara tersebut. Pemulis Han mengingatkan bahwa Pil-joo belum boleh tahu kalau Ae-jung setuju tampil. Agar benar-benar surprise.
Tiba-tiba Ae-hwan menangis. PD Kim dan penulis Han terkejut.
“Ae-jung kami akhirnya mendapat kesempatan pertama kalinya setelah 10 tahun. Dia disumpahi selama 10 tahun padahal ia tidak melakukan apa-apa. Dan kakaknya yang bodoh tidak bisa melakukan apapun sebagai manajernya. Aku, sebagai seorang manager, menganggap acara itu penting. Tapi sebagai kakak, Ae-jung benar-benar orang yang baik, tolong bantu dia…” Ae-hwan menyedot ingusnya keras-keras. PD Kim ikut terharu.
Jenny yang menemani Ae-hwan ke stasiun TV menyuruhnya berhenti menangis. Ae-hwan menghapus air matanya, selama ini keluar masuk stasiun TV, baru kali ini ia mendapat pencerahan. Jenny senang berada di stasiun TV kembali setelah sekian lama.
Jenny bertanya pada Ae-hwan perlukah ia mengikuti Ae-jung mulai sekarang untuk mengawasi Se-ri. Ae-hwan senang, “Kalau begitu setelah kita menikah, kita berganti peran. Aku di restoran dan kau menjadi manager Ae-jung.”
“Tidak bisa!” seru Jae-seok yang tiba-tiba muncul di belakang mereka. “Noona, aku yang akan mengurusmu!” kata Jae-seok pada Jenny.
Jenny menggandeng lengan keduanya. Ia senang Ae-jung menjadi penyanyi (berkat Jin) dan tampil dalam variety show (bersama Pil-joo). “Jika Ae-jung berakting maka ia akan mendapat tiga mahkota.”
“Kau kira dia siapa? Lee Seung-gi?” gumam Ae-hwan.
Ngomong-ngomong tentang Lee Seung-gi…yeaaayy…Lee Seung-gi!! ^^
Lee Seung-gi masuk stasiun TV diikuti timnya. Jenny langsung menghampirinya, diikuti Ae-hwan dan Jae-seok. Jenny berkata ia adalah fans Lee Seung-gi dan ingin berjabat tangan. Dengan ramah Lee Seung-gi menyapa mereka. Ia tersenyum hangat pada semua orang.
Jae-seok melihat scarf yang dikenakan Seung-gi sama dengan scarf yang dikenakan Jenny. Jenny menunjukkan scarfnya dengan bangga, sementara Seung-gi menutupi scarfnya walau tetap tersenyum.
Senyumnya lenyap saat ia telah berjalan melewati mereka. Jenny berkata Seung-gi benar-benar sopan dan baik, seperti imagenya. Ae-hwan juga terkesan dengan keramahan Seung-gi. Seung-gi berbalik dan tersenyum manis pada mereka sambil terus menutupi scarfnya.
Jae-seok berkata ia seharusnya menjadi manager orang seperti Seung-gi. Ketika ia pertama kali bertemu Jin, ia pikir Jin baik seperti Seung-gi tapi ternyata ia salah. Jae-seok menutupi wajahnya dan menangis. Ae-hwan dan Jenny langsung pergi…pura-pura ngga kenal hehehe^^
Begitu tidak ada orang, Seung-gi melepas scarfnya dan mengacungkannya pada asistennya. “Apa semua anjing dan ikan (semua orang) bisa memakai ini?” Asistennya berkata scarf itu edisi terbatas.
Seung-gi melempar scraf itu pada asistennya. “Jika semua orang bisa memakainya, aku tidak bisa memakainya.”
Hihi…bener-bener cameo yang paling aku suka. Seung-gi memang dijuluki “tiga mahkota” karena ia penyanyi, pembawa acara variety show, dan aktor. Lee Seung-gi memang dikenal memiliki image yang baik. Tapi mungkinkah kepribadiannya di belakang panggung seperti Dokko Jin hehehe? (fanny: geleng-geleng)
Awalnya Lee Seung-gi akan berperan dalam drama ini sebagai Dokko Jin. Jadi menyenangkan sekali melihat “Dokko Jin” versi Lee Seung-gi hehehe^^ so, piku-pikunya Seung-gi aku banyakkin ya, takkan kusia-siakan kesempatan ini
Jin keluar dari lift di belakang Seung-gi. Seung-gi segera berbalik dan menyapa Jin dengan sopan. “Sunbae-nim (senior)…”
Jin mengangguk lalu merangkul pundak Seung-gi. Ia meminta Seung-gi menampilkan Ae-jung sebagai bintang tamu dalam acara yang dibawakan Seung-gi, Steel Heart. (Acara variety show yang dibawakan Lee Seung-gi sebenarnya adalah: Strong Heart).
Seung-gi tersenyum dan menjawab sopan bahwa semua bintang tamu diatur oleh penulis dan sutradara acara itu.
“Ada apa denganmu, bukankah jika kau memaksa, semua orang akan menurutimu? Atau kau belum sampai level itu?” tanya Jin enteng.
Senyum Seung-gi berubah, agak dipaksakan, “Baiklah, kalau sunbaenim (senior) berkata seperti itu, aku akan membicarakannya dengan mereka. Tapi apakah begitu penting hingga aku harus bersikap sejauh itu?”
“Jika kau melakukannya, aku tidak akan menyentuh iklan kulkasmu,” sahut Jin.
“Kulkas?” Seung-gi menatap Jin dengan kesal. Kali ini ia tidak mau bersopan ria lagi, “Aku adalah Lee Seung-gi! Walau kau seniorku, aku bukanlah orang yang begitu saja membiarkan orang lain mengambil iklanku. Tolong, jangan lewati wilayahku.” Seung-gi menunjuk Jin dengan tiga jari trademark-nya Jin.
Jin balas menunjuk Seung-gi, “Baik, asal kau membuat Goo Ae-jung tampil di acaramu. Kulkas….”
“Tidak bisa,” sahut Seung-gi. Keduanya saling menunjuk dan bertatapan, siap perang ni kayanya…
“Itu Dokko Jin..omo…itu Seung-gi!!” Seru beberapa fans sambil menghampiri mereka.
Jin menatap Seung-gi lalu menghitung “1,2,3!”
Keduanya menoleh pada para fans sambil tertawa dan melambaikan tangan. Seung-gi akhirnya menyetujui permintaan Jin. Jin memeluk Seung-gi sambil tertawa, “kita memang sejenis. Hahaha…” Keduanya terus tertawa-tawa pada para fans.
Jae-seok menggelengkan kepala melihat keduanya.
Pil-joo berjalan-jalan ke toko buku. Ia melihat buku mengenai teknik berkencan dan berpikir apakah buku itu bisa membantunya. Dari buku itu ia mendapat ide untuk membelikan hadiah. Akhirnya ia memutuskan membeli kamera untuk Ae-jung.
Pramuniaga mnejelaskan kamera itu cocok untuk dihadiahkan pada wanita karena membuat wajah terlihat lebih kecil dan lebih putih. Pil-joo tersenyum dan berkata ia tidak memerlukan fitur tersebut, wajah kekasihnya sudah putih (dan kecil hehe...wajah Gong Hyo-jin memang mungil^^)
Ae-hwan dan Jenny bertanya-tanya mengapa sikap Jin mendadak berubah baik. Membiarkan Ae-jugn menggunakan van-nya, juga membuat Ae-jung tampil dalam acara “Steel Heart”. Jenny sampai berpikir Jin kerasukan. Mereka percaya ada maksud lain di balik perubahan sikap Jin.
Ae-hwan menawarkan diri untuk bertanya pada Jin. Ae-jung melarangnya. Jennny lalu menawarkan diri untuk membuat keributan dengan Jin. Ae-jung melarangnya, Jenny bisa dituntut dan membuat masalah tambah runyam.
Ae-jung memutuskan ia akan menemui Jin dan menanyakan apa maunya. “Sungguh menganggu,” gumam Ae-jung tak sepenuh hati. Hyung-gyu mengambil mic Pororo-nya dan menyalakannya di depan Ae-jung.
“Itu bohong. Kau tidak boleh bohong!”
Ae-jung mengambil mic itu dan beralasan mic itu suaranya lemah dan baterainya hampir habis. Ae-hwan dan Jenny memandang Ae-jung dengan curiga. Ae-jung memarahi Hyung-gyu agar tidak main dengan mic Pororo lagi. Hyung-gyu cemberut.
“Sungguh mengganggu…” gumam Ae-jung lagi, ia tersenyum kecil.
Jin menemui dokternya dan mengatakan sekarang ia sudah kembali normal. Jin menunjukkan monitor detak jantungnya yang menunjukkan angka 88. Dokter mengungkapkan kekhawatirannya kalau-kalau telah terjadi komplikasi dari operasi yang pertama, syukurlah jika Jin baik-baik saja. Tapi ia tetap menganjurkan Jin diperiksa.
Jin berkata pemeriksaan tu tidak perlu. Itu hanya gangguan kecil. Dokter bertanya apa Jin yakin gangguan itu yang menyebabkan masalah pada jantung Jin. Tentu saja, sahut Jin.
Dokter: “Kau menyukai seseorang karena kau merasakan jantungmu berdebar atau sebaliknya…kau menyukai seseorang hingga jantungmu berdebar? Apa kau yakin yang mana duluan?”
Nah lho yang mana dulu ya? Kalo aku sih suka dulu baru jantung berdebar-debar hehehe^^
Jin pulang ke rumahnya. Ia senang dengan ke”normal”annya. Tapi kesenangannya tidak berlangsung lama. Saat ia menempelkan botol minuman di pipinya, ia melihat label minuman itu bergambar Ae-jung. Jin melompat terkejut, rupanya itu hanya halusinasi. Detak jantungnya masih menunjukkan 87.
Jin menoba bermeditasi untuk mengendalikan pikiran. Ia pikir kunjungannya ke rumah sakit telah mempengaruhi pikirannya. Tapi bukannya irama meditasi yang keluar, Jin malah bersenandung lagu “Dugeun-Dugeun”. Jin mencubit bibirnya. Monitor masih menunjuk angka 87.
Tiba-tiba Ae-jung datang. Ia langsung memberondong Jin dengan pertanyaan.
“Mengapa kau lagi-lagi seperti ini? Apa jantungmu bermasalah lagi? Dan kau menyukaiku lagi? Ding dong, ya kan?”
“Goo Ae-jung, dengan sangat menyesal…jawabannya: tidak.”
Ae-jung menunduk kecewa, kalau begtu mengapa Jin membantunya?
Jin berkata ia merasa canggung, berterima kasih, dan menyesal. Ae-jung kebingungan. Jin menjelaskan ia merasa canggung karena menyukai Ae-jung, ia berterimakasih Ae-jung tidak menerimanya saat itu dan ia menyesal Ae-jung sekarang menyukai Jin. Ia mengatakan semua yang Ddong-ko Jin lakukan telah diluruskan oleh Dokko Jin.
Ae-jung tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya, ia bergumam Jin benar-benar kuat (hingga dalam sekejap bisa merubah perasaannya). Tadinya Ae-jung hendak pulang tapi ia berubah pikiran.
“Kau benar, Ddongko Jin yang menyukaiku dan menggangguku telah pergi. Sungguh disayangkan. Tapi sekarang ditolak oleh Dokko Jin, aku mengaku aku tertarik,” katanya pada Jin.
Jin bingung dengan sikap Ae-jung, mengapa membuat semuanya tambah rumit sekarang. Ae-jung meminta waktu 10 detik, ia ingin memastikan Jin benar-benar tidak melewati rentang 60-90. Ae-jung hendak memegang monitor Jin tapi Jin mengangkat tangannya.
Jin memegang bahu Ae-jung dan bertanya apa Ae-jung benar-benar menyukainya.
“Iya. Setiap kali aku begitu dekat denganmu, aku ingin menempel padamu seperti magnet.” Ae-jung memeluk Jin erat-erat.
Jin awalnya tidak bereaksi tapi pelan-pelan ia menaikkan tangannya dan balik memeluk Ae-jung dengan erat. Ae-jung tidak menyangka reaksi Jin akan seperti ini.
Jin tiba-tiba melepaskan pelukannya. Ia melirik kamar tidurnya, lalu memeluk Ae-jung dari belakang. Ia mengarahkan Ae-jung ke arah tangga. Ae-jung tahu Jin hendak membawanya ke mana. Ia tidak mengatakan apa-apa tapi berusaha menahan langkah Jin.
Jin mengerti kegelisahan dan kepanikan Ae-jung. Ia berhenti lalu berbalik melepaskan Ae-jung ke arah pintu.
Jin: “Kau merasa malu dan kau masih ingin mencobanya? Kau bahkan tidak bisa berdekatan denganku sekarang. Pergilah.”
Ae-jung: “Ketika kau mengejarku, apa kau bermaksud untuk menjalaninya bersama denganku? Apa kau akan bersamaku sampai akhir tanpa meninggalkanku? Pada akhirnya, hatimu berubah tanpa perlu berpikir realistis dan rumit. Kau bilang jantungmu buatan? Jantungmu…benar-benar pintar.”
Ae-jung meninggalkan rumah Jin dengan perasaan campur aduk.
Jin merasakan jantungnya berdebar, ia tidak pernah memikirkan hal realistis dan rumit itu sebelumnya. Ia tidak pernah memikirkan kelanjutan hubungannya dengan Ae-jung. Well, perasaan memang tidak sesederhana itu.
Jenny mengorek keterangan dari Jae-seok. Ia bertanya apa kesehatan Jin benar-benar sudah membaik. Jae-seok membenarkan. Jenny bertanya bagaimana dengan kesehatan mental Jin, bagaimana bisa Jin tetap bersikap baik pada Ae-jung. Demi mendorong hubungan Ae-jung dan Pil-joo, Jenny memutuskan mempertemukan Ae-jung dan Pil-joo.
Jenny menelepon Pil-joo dan mengundangnya datang ke restoran malam itu. Pil-joo senang sekali.
Pasien Pil-joo berikutnya adalah Se-ri. Ia terlihat pucat dan lemah. Entah sengaja atau tidak, Se-ri terlalu banyak meminum obat yang diberikan Pil-joo. Pil-joo memeriksanya dengan cermat.
Se-ri berkata Pil-joo tidak bisa menyembuhkan penyakitnya. Aku tidak bisa menyembuhkan semua penyakit, sahut Pil-joo. Se-ri berusaha mengingatkan Pil-joo bahwa image buruk Ae-jung bisa menyeret Pil-joo. Namun Pil-joo menjawab jika ia menunjukkan ia tulus menyukai Ae-jung maka orang lain juga akan bisa menyukai Ae-jung.
“Kau tahu ia menyukai orang lain, bukan?”
Pil-joo tetap berkeras jika ia menyukai Ae-jung lebih lagi maka pada akhirnya semua akan berjalan baik. Se-ri sedih mendengarnya.
“Apa kau tahu betapa sakitnya melihat orang yang kau sukai menyukai orang lain?” tanya Se-ri. Pil-joo tidak menjawab. Se-ri keluar dari ruangan Pil-joo dengan kesal.
Di luar, ia melihat Mina sedang menggendong bayinya dan berbicara dengan perawat. Se-ri tertegun. Mina menoleh dan melihat Se-ri. Ia tak mengucapkan apapun, hanya menatap Se-ri dengan tajam seakan menantang.
Se-ri tampak linglung namun melangkahkan kakinya mendekati Mina. Tapi beberapa orang mendekati Se-ri dan meminta tandatangannya. Se-ri tidak bisa memanggil Mina. Mina menatap Se-ri lalu pergi.
Se-ri merasa pandangannya berputar dan kepalanya pusing. Ia jatuh terduduk di sofa. Pil-joo yang kebetulan baru keluar dari ruangannya segera menghampiri Se-ri.
Jin bingung mengapa monitor jantungnya tidak bereaksi bahkan ketika Ae-jung pergi dan membuat jantungnya berdebar. Ia tak habis pikir mengapa melakukan tindakan yang sepatutnya malah membuatnya malu. Jin memutuskan semuanya harus diakhiri dari awal pertemuannya dengan Ae-jung. Ia mengeluarkan wine sogokannya untuk Peter Jason. Semua diawali dari anggur (wine) maka harus diakhiri dengan anggur juga.
Ae-jung tiba di restoran Jenny. Ia heran mengapa Jenny menyiapkan begitu banyak makanan. Jenny berkata Ae-jung harus merayakan karena telah bertemu jimat keberuntungan. Ae-jung tak mengerti. Ia tidak tahu Jenny mengundang Pil-joo.
Sebentar lagi jimat keberuntunganmu akan datang, ujar Jenny. Tringgg…seseorang memasuki restoran. Itu dia, seru Jenny.
Ae-jung berbalik dan bengong melihat Jin berdiri di sana. Jin menunjukkan wine yang dibawanya. Jenny memarahi Jae-seok yang memberitahu Jin bahwa Ae-jung akan ke tempat Jenny.
Ae-jung bersikap ketus pada Jin. Jin menjelaskan wine (anggur) itu yang telah mempertemukan mereka berdua. Ae-jung tidak terkesan. “Mengapa kau membawa (wine) ini? Kau merasa emosional? Berterima kasih? Dan menyesal hingga kau membawa kompensasi?”
“Sebenarnya aku ketinggalan satu hal. Goo Ae-jung,maaa….Sorry! Sound! (orang Korea mengucapkan “sound” mirip dengan “sorry”). Kau mendengarnya bukan? Sound sound sound.” (iiihhh…susah banget ya bilang maaf^^)
“Aku tidak mendengarnya,” sahut Ae-jung ketus. (kalo aku yang jadi Ae-jung pasti ketawa-tawa terus, mana bisa serius liat tampang Jin yang ‘aneh’ hihihi^^)
Jin berkata ia berharap Ae-jung bisa melewati perasaan sukanya sama seperti Jin. Karena wine itu awal dari mereka berdua maka wine itu bisa menjadi akhirnya. (Kalau Jin kan awalnya lagu “Dugeun Dugeun” maka lagu itu yang jadi akhirnya). Ae-jung menganggap itu tidak masuk akal.
Jin berkata asal Ae-jung percaya maka Ae-jung pasti berhasil seperti dirinya. Sama seperti hipnotis, dia bisa mengakhirinya dengan 25 hitungan.
Ae-jung meraih botol wine itu dan membuka tutupnya. Jin senang karena Ae-jung menurut. Ia menyemangati Ae-jung dengan “Keuk bok”nya. Tapi betapa terkejutnya Jin saat melihat Ae-jung menenggak wine itu langsung dari botolnya. Jenny dan Jae-seok juga kebingungan.
Ae-jung tidak mempedulikan mereka dan menghabiskan sebotol wine itu. Setelah habis ia menatap Jin dan berkata, “Sekarang aku sudah melewatinya.”
Ae-jung terlihat mual namun ia menutup mulutnya. Jin khawatir melihat keadaan Ae-jung, ia khawatir Ae-jung akan memuntahkan semuanya.
“Aku tidak akan memuntahkannya. Aku akan menelan kebersamaanku dengan Dokko Jin dari awal hingga akhir, mencernanya dan mengubahnya menjadi ddong (pup).”
Jin tertegun. Ae-jung berdiri dan berjalan terhuyung-huyung meninggalkan Jin. Jae-seok cepat-cepat memapahnya. Jin melihat botol wine yang kosong.
Jenny menghampiri Jin. Ia meminta Jin pergi karena Pil-joo akan segera tiba.
“Yoon Pil-joo adalah pria yang benar-benar baik untuk Ae-jung. Walau Ae-jung menghilangkan barang miliknya, karena takut Ae-jung merasa bersalah, ia membeli yang baru dan berbohong kalau barang itu telah ditemukan. Ia melakukannya untuk Ae-jung.”
Jin bertanya barang apa itu. Bolpen, sahut Jenny, bolpen yang telah dihilangkan dan ditemukan Jin. Jin bertanya, bukankah Ae-jung yang membeli bolpen baru itu dan berbohong telah menemukannya. Jenny dengan ketus berkata Jin telah salah sangka. Jin terhenyak mnegetahui semua itu. (kasian liat Jin sedih, tapi puas juga akhirnya dia tahu Ae-jung tidak berbohong >,<)
Pil-joo masih di klinik menemani Se-ri. Pil-joo mengulangi perkataan Se-ri tentang sakitnya melihat orang yang disukai menyukai orang lain. Se-ri kira Pil-joo sudah mengerti maksudnya tapi Pil-joo ternyata mengira Se-ri berbicara tentang Jin.
Ia pikir perasaan Se-ri pada Jin tulus hingga Se-ri mengalami masa sulit seperti ini. Se-ri menghela nafas kecewa, perasaanku memang tulus. Ia tidak tahu apakah perasaan seperti itu baik untuknya tapi tiap ia melihat pria itu ia semakin menyukainya. Lagi-lagi maksud Se-ri adalah Pil-joo tapi Pil-joo menyangka pria itu adalah Jin.
Pil-joo berkata situasinya sama dengan Se-ri jadi ia tidak bisa memberikan jalan keluar tapi ia menyemangati Se-ri. Banyak orang yang menyukai Se-ri, jika tahu Se-ri lemah seperti ini mereka akan sedih. Ia meminta Se-ri kuat. Pil-joo bangkit berdiri.
Se-ri meminta Pil-joo menemaninya sebentar lagi. Ia beralasan ia menjadi lebih depresi jika ia sendirian. Pil-joo melihat jamnya dan menghela nafas tapi akhirnya bersedia menemani Se-ri sebentar lagi. Ia menuliskan resep teh yang baik untuk memulihkan tenaga Se-ri. Se-ri tersenyum melihat Pil-joo duduk di sisinya.
Jenny panik karena Ae-jung tidak ada di toilet. Jae-seok mengusulkan agar Jenny menelepon Ae-jung. Jin yang sudah keluar dari restoran Jenny, mendengar bunyi ponsel Ae-jung. Ia mengikuti suara itu dan menemukan Ae-jung.
Ae-jung duduk menunduk dan tubuhnya berayun. Jin memanggil namanya. Ae-jung terus menunduk. Saat Jin memanggil kedua kalinya, Deng!…Ae-jung mendongakkan kepala dan mendelik pada Jin. Beneran deh, adegan ini agak serem hehe…kalau Ae-jung pake baju putih berambut panjang pasti jadi film horror :p
Jenny panik karena tidak bisa menghubungi Ae-jung. Ae-hwan yang baru tiba juga panik saat tahu Ae-jung mabuk dan tidak tahu ada di mana. Jenny berkata kebiasaan mabuk Ae-jung tidak boleh diketahui siapapun. Jae-seok ingat Ae-jung pernah terlibat masalah karena mabuk.
Jin berjongkok di depan Ae-jung dan mengajaknya bicara.
“Apa kau baik-baik saja? Apa kau mabuk?”
Ae-jung yang mabuk mengulang perkataan Jin.
Jin: Ada apa ini?
Ae-jung: Ada apa ini?
Jin: Ae-jung, sadarlah..
Ae-jung: Sadarlah…
Ae-hwan menjelaskan pada Jae-seok bahwa kebiasaan mabuk Ae-jung adalah mengulangi perkataan orang lain. Suatu ketika ada seorang ahjumma (wanita yang lebih tua). Ae-jung yang mabuk mengulangi perkataan ahjumma itu yang menggunakan bahasa informal.
Ahjumma itu menjadi marah dan membuat keributan. Ae-jung malah terus mengulangi kalimat ahjumma itu, jadi seperti balik memarahi. Jenny menceritakan ahjumma itu bertanya: “Apakah gadis ini gila?”, Ae-jung dengan spontan mengulangi ucapan itu pada si ahjumma. Jenny menyuruh Ae-hwan dan Jae-seok segera mencari Ae-jung.
Jin duduk di sebelah Ae-jung dan terus berbicara padanya.
Jin: Goo Ae-jung..
Ae-jung: Goo Ae-jung..
Jin: Bodoh…
Ae-jung: Bodoh…
Jin: Kebiasaan mabukmu adalah mengulangi perkataan orang lain?
Ae-jung: Perkataan orang lain…
Jin: Mengapa kau tidak menjelaskan padaku tentang bolpen itu?
Ae-jung: … tidak menjelaskan..
Jin: Kau tidak bisa percaya padaku, bukan?
Ae-jung: Tidak bisa percaya…
Jin: Kalau begitu kata-kata bahwa kau tidak akan menyukaiku, kau benar-benar akan menarik kata-kata itu?
Ae-jung: Benar-benar akan menarik kata-kata itu…
Jin: Dan kau datang untuk memberikan kentang-kentang itu padaku?
Ae-jung: Datang untuk memberi kentang.
Jin: Jadi waktu itu kau memang datang memberi makan ikan-ikan.
Ae-jung: Memang datang…
Percakapan ini begitu menyentuh, walau merupakan pengulangan kata-kata Jin tapi sepenuhnya kebenaran. Jin menatap Ae-jung dengan sedih sementara Ae-jung mulai tertidur.
Jin: Maafkan aku…
Melihat Ae-jung tertidur, Jin menyandarkan kepala Ae-jung di dadanya. Ia melihat monitornya yang menunjukkan angka 88, lalu memegang dadanya yang terasa sakit.
Pil-joo datang ke restoran Jenny. Jenny memberitahu Pil-joo bahwa Ae-jung sangat mabuk dan Ae-hwan sedang mencarinya. Pil-jooo sangat khawatir dan keluar untuk mencari Ae-jung. Ia menemukan Ae-jung duduk di depan restoran Jenny (pasti Jin yang membawa Ae-jung ke sana).
Pil-joo bertanya apa Ae-jung tidak apa-apa. Tidak apa-apa, ulang Ae-jung. Eh, kok Ae-jung lebih cantik waktu mabuk ya^^
Jin melihat Pil-joo dan Ae-jung dari balik tembok. Ia sangat sedih melihat Ae-jung seperti itu, dan berjalan pergi. Pil-joo duduk di sebelah Ae-jung dan Ae-jung bersandar padanya.
“Goo Ae-jung-sshi, kau akan meraih tanganku besok, bukan?”
Ae-jung yang tertidur tidak menjawab pertanyaan Pil-joo. Pil-joo meraih jari kelingking Ae-jung dengan kelingkingnya.
“Kau sudah berjanji padaku.” Pil-joo tersenyum pada Ae-jung.
Jin menegur ikan-ikannya yang telah diberi makan Ae-jung. “Seharusnya aku memelihara binatang yang bisa berbicara. Jika aku memelihara anjing, ketika aku bertanya apakah Ae-jung datang memberi makan, anjing itu bisa menggonggong ‘wuf wuf’. Mengapa kalian tidak mengucapkan sepatah katapun?” Ia merasa dikhianati ikan-ikannya.
Se-ri menemui Manajer Jang dan bertanya mengapa 10 tahun yang lalu ia setuju dengan Ae-jung untuk membubarkan Kukbeo Sonyeo. Manajer Jang percaya waktu itu ada seseorang di belakang Ae-jung. Orang itu memberi uang pada CEO perusahaan produksi dan Kukbeo Sonyeo langsung dibubarkan.
Se-ri tidak pernah tahu ada seseorang seperti itu di belakang Ae-jung. Manajer Jang juga tidak tahu siapa orangnya. Jika ia tahu ia tidak akan membiarkan Ae-jung begitu saja. Se-ri bertanya-tanya apakah Mina tahu sesuatu, karena ia dekat dengan Ae-jung.
Manjer Jang ingin bertemu Mina, banyak yang ingin ia tanyakan padanya. Se-ri juga ingin menanyai Mina banyak hal tentang Ae-jung. Manajer Jang meminta Se-ri memberitahunya jika menemukan Mina. Ia akan membantu Se-ri membuka rahasia Ae-jung. Se-ri tersenyum.
Keesokan paginya Jenny membawakan Ae-jung obat yang diberi Pil-joo. Ae-jung bergumam Pil-joo memang orang yang baik. Jenny berkata ia ingin Ae-jung tidak tersakiti jadi walau ia tahu alasannya Ae-jung mengalami masa sulit, ia akan pura-pura tidak tahu. Jenny mengingatkan Ae-jung untuk meminum obatnya lalu meninggalkan Ae-jung seorang diri.
Ae-jung duduk dan menempelkan botol minuman (dengan label Jin pastinya^^) di pipinya. “Dingin.” Ae-jung menempelkan obat herbal Pil-joo di pipi sebelahnya. “Hangat.”
Ae-jung dan Ae-hwan bersiap pergi ke studio untuk syuting “Couple Making”. Mereka terkejut melihat Jin sudah menungu di luar rumah. Ae-hwan khawatir Jin akan menghalangi Ae-jung pergi syuting.
Ae-jung berkata Jin pasti mendengar ia mabuk semalam. Ia memutuskan mengakhiri semuanya dengan Jin, seperti yang Jin inginkan. Ae-jung meminta Ae-hwan pergi duluan. Ae-hwan memastikan Ae-jung untuk datang syuting. Ia percaya Ae-jung pasti datang. Ae-jung mengangguk.
Ae-jung meminta Jin membantunya mengatasi sisa-sisa mabuk semalam dan setelah itu mengantarnya ke studio. Ae-jung mengajak Jin makan sup. Ia berkata setelah memakan sup itu, ia akan pulih (mental dan fisik). Ia minta Jin meninggalkannya setelah itu.
Jin baru menyadari selama ini mereka tidak pernah duduk bersama seperti ini. Ae-jung mengingatkan itu karena Jin selalu membuatnya pergi. Jin tak pernah membiarkannya tinggal dengan nyaman di sisi Jin.
“Tapi semuanya berakhir baik. Jika aku terus berada di sisimu, kita mungkin akan berakhir di sana.” Ae-jung menunjuk koran di atas meja. Headline koran itu memuat foto seorang atket yang jatuh terkapar ke tanah.
Jin membenarkan, level Ae-jung mungkin tidak berubah tapi levelnya akan jatuh. Ae-jung tersenyum, “Jika kau menyadarinya, kau seharusnya menyimpan perasaanmu dan tidak terus menyukaiku.”
“Aku sangat menyukaimu hingga aku tidak bisa menahannya.”
“Kau benar-benar menyukaiku?” tanya Ae-jung, tersentuh.
“Ya, kau melihatku menjadi Ddong-ko Jin menyedihkan dengan cinta bertepuk sebelah tangan. Aku mengatakannya dengan jujur karena sekarang tidak lagi. Tapi jika aku tidak segera sadar, mungkin aku telah jatuh hingga ke dasar.”
Ae-jung tertawa kecil. Ia tidak menertawakan Jin tapi senang karena perasaan Jin berubah bukan karena dirinya dan senang karena Jin benar-benar menyukainya. Jin tersenyum.
Jin menunjukkan monitornya yang menunjukkan angka 80. Ia berkata ia ahli menguasai pikiran karena walau Ae-jung tertawa seperti itupun, tidak berpengaruh padanya. Ae-jung tersenyum dan berkata jantung Jin benar-benar pintar hingga ia sedikit membencinya.
Ae-jung mendadak menggigit tangan Jin. Ia ingin mengecek kemampuan menguasai pikiaran Jin dan ternyata Jin tidak terpengaruh sama sekali.
Pesanan makanan mereka berdua datang. Ae-jung berkata walau hati dan perutnya sakit, ia akan memakan makanan itu dan menjadi lebih baik hingga ia juga tidak akan terpengaruh lagi.
Jin melepas kaca mata hitamnya dan memandang lembut Ae-jung. Ia merasa dadanya sakit tapi monitornya menunjuk angak 86. Ia agak heran tapi tidak berpikir lebih jauh.
Set “Couple Making” yang romantis dipersiapkan untuk acara: apakah Ae-jung akan menerima Pil-joo. Se-ri mendekati Pil-joo yang tampak gugup.
Se-ri: Kau percaya Kak Ae-jung akan datang, bukan? Tapi sepertinya ia tidak akan datang.
Pil-joo terkejut. Se-ri tersenyum pahit. Pil-joo menyadari Se-ri hanya bercanda dan meminta Se-ri tidak bercanda lagi. Se-ri meminta Pil-joo mengingat perasaan Pil-joo saat ini agar Se-ri bisa menjelaskan perasaannya dengan lebih baik.
Jin mengantar Ae-jung ke dekat tempat syuting. Jin bertanya apakah ini tempat dokter itu menunggu Ae-jung. Ae-jung membenarkan. Ae-jung ragu untuk pergi. Ia berkata pada Jin:
“Seperti kau telah jujur padaku, aku juga akan jujur padamu. Sebenarnya kau membuat hatiku berdebar. Setelah bertemu denganmu, bunga ceri bermekaran di hatiku. Bunga Camellia juga. Bahkan bunga azalea.”
Jin terpana mendengar kata-kata Ae-jung.
“Tapi, walau bunga-bunga itu bermekaran, kelopaknya pun mulai berjatuhan. Walau hatiku berdebar dan bahagia, aku terlalu takut untuk mengulurkan tanganku. Aku hanya bisa mendekatimu selangkah demi selangkah, tapi untunglah bunga-bunga itu gugur dengan sendirinya. Terimakasih telah menunjukkan bunga-bunga yang begitu indah di musim semi.”
Ae-jung mengatakannya sambil tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Jin terus melihat monitornya, yang terus menunjukkan angka 86. Jin merasa aneh dengan dirinya. Ia merasa jantungnya berdebar sangat kencang tapi monitornya tetap menunjukan angka normal.
Ae-jung pamit dan berbalik pergi. Jin menarik lengan Ae-jung dan menahannya.
“Kurasa ada yang salah. Aku juga harus memastikan sesuatu,” gumamnya.
Jin meraih wajah Ae-jung dan mencium bibirnya. Ae-jung terkejut. Jin melepaskan Ae-jung dan melihat monitornya yang tetap menunjukkan angka 88.
“Tidak terjadi apapun.”
“Tidak terjadi apapun?” sahut Ae-jung dengan perasaan terluka. Ia mengira ciuman itu tak berarti apapun bagi Jin.
“Tidak mungkin,” gumam Jin.
“Syukurlah, terima kasih telah menunjukkan bahwa pada akhirnya kau tidak merasakan apapun,” kata Ae-jung sedih. Lalu ia berbalik meninggalkan Jin. Jin memegangi dadanya.
Jin merasa ada yang salah dan melepas monitor jantungnya. Ia mulai menghitung manual detak jantungnya dengan menyalakan stopwatch.
Acara Couple Making sudah dimulai. Se-ri sebagai MC, mengumumkan apakah Ae-jung akan menerima Pil-joo. Pil-joo melihat jam tangannya dan harap-harap cemas menunggu Ae-jung.
Jin terus menghitung detak jantungnya. Tepat stopwatchnya berbunyi, ia menghitung angka 130!
Se-ri berbicara dengan Pil-joo yang sedang menunggu.
“Kau gugup dan senang untuk memulai hubunganmu dengan Kak Ae-jung bukan? Tapi aku tidak akan berdiri saja dan melihat, jadi aku akan mengatakan padamu. Perasaan yang kuminta untuk kauingat, itulah perasaan yang kurasakan sekarang. Karena aku menyukaimu.”
Pil-joo terkejut. Ekspresi wajah mereka tertangkap kamera, membuat PD Kim dan penulis Han bertanya-tanya apa ada yang terjadi.
Saat Pil-joo menatap Se-ri karena terkejut dengan pengakuannya, ada yang memberitahu kedatangan Ae-jung. Ae-jung muncul di gerbang masuk set. Pil-joo menghela nafas lega.
Se-ri menahan kekecewaannya dan mengumumkan kedatangan Ae-jung. Ae-jung sesekali sedikit menoleh ke belakang seakan menunggu Jin.
Pil-joo melihat dengan cemas. Jin mulai berjalan menuju set syuting. Ae-jung tiba-tiba menghentikan langkahnya.
Se-ri: Ae-jung tiba-tiba berhenti berjalan. Apakah dia terombang-ambing ddengan keputusannya? Apakah menuju akhir yang bahagia atau perpisahan?
Ae-jung menoleh ke belakang. Jin berjalan menuju set syuting tapi tidak terlihat oleh siapapun (fanny: “Lari! Lari!”). Ae-jung akhirnya kembali menghadap Pil-joo.
Ia menatap Pil-joo yang melihatnya dengan wajah tegang dan yakin. Ae-jung melangkahkan kakinya ke tengah panggung.
Pil-joo melangkahkan kakinya ke dalam rangkaian bunga berbentuk hati yang diletakkan di tengah panggung. Ia menyulurkan tangannya pada Ae-jung. Ae-jung dengan ragu-ragu mengulurkan tangannya dan menyambut tangan Pil-joo. Ia melangkah ke dalam rangkaian bunga itu.
Begitu Ae-jung melangkah masuk. Kembang api dinyalakan dan membuat suasana semakin romantis dan meriah. Walau hatinya terluka, Se-ri tetap menjalankan tugasnya sebagai MC dengan baik walau wajahnya tak bahagia.
Sementara Pil-joo menatap Ae-jung dan tersenyum bahagia.
Jin tiba di dekat tempat syuting dan memanggil nama Ae-jung ketika kembang api mulai menyala, menandakan Ae-jung menerima Pil-joo. Jin memegangi dadanya yang terasa sangat sakit.
“Goo Ae-jung, aku merasa sakit sekali. Rasanya seperti aku akan mati.”
Waaahhhh ada kamrad Lee Jae Ha 😍😍😍
BalasHapus