Stasiun penayangan: SBS
Waktu tayang: Rabu-Kamis pk 21:55 (waktu Seoul)
Sutradara: Song Jung-hyun
Genre: Romantic comedy
Penulis skrip: Kwon Ki Young
Jumlah episode: 16
Sinopsis:
Pemeran:
Credit to: gems@soompi
Beberapa pics dari preskon:
Episode 11 berakhir manis dan indah bagi Ae-jung dan Jin. Bagaimana dengan Pil-joo? Dengan langkah berat ia berjalan meninggalkan rumah Ae-jung. Menurutku Pil-joo benar-benar mengenal arti cinta yang sesungguhnya. Ia hanya ingin Ae-jung bahagia walau bukan dengan dirinya.
Ae-jung dan Jin pergi kencan untuk pertama kalinya pada malam itu juga. Ae-jung ingin menonton film tengah malam tapi hari sudah terlalu larut.
Jin: Semua orang sudah pulang ke rumah pada jam-jam seperti ini.
Ae-jung: Kalau begitu, apa sebaiknya kita pergi makan? Tapi sudah terlalu larut, mungkin tidak ada yang buka.
Jin: Tentu saja tidak ada. Kebanyakan orang pulang ke rumah dan makan pada jam-jam seperti ini.
Ae-jung mengangguk dan mengusulkan mereka pulang saja. Jin mengusulkan mereka ke rumahnya. Di rumahnya banyak makanan dan film. Emang dari tadi Jin ingin membawa Ae-jung ke rumahnya. (Inget lho… Jin ini pria dewasa berusia 37 tahun yang baru pertama kali jatuh cinta dan menganggap hidupnya tidak lama lagi. Jadi ia berusaha memanfaatkan waktu sebaik-baiknya ;)
Jin beralasan ingin memperlihatkan sesuatu. Ae-jung agak ketakutan, memikirkan hal yang akan ditunjukkan Jin. Tapi Jin ingin memperlihatkan tanaman kentangnya.
Ae-jung: Mengapa?
Jin: Apa kau pikir aku akan menunjukkan tubuhku? Tentu saja kita juga bisa melakukannya.
Ae-jung: Lupakan saja! Sudahlah, kita keliling-keliling saja.
Jin kecewa dan mengeluh usulan itu kurang menyenangkan. Ae-jung pelan-pelan menggenggam tangan Jin. Mata Jin langsung berbinar.
“Kau bilang kurang menyenangkan,” kata Ae-jung dengan penuh pengertian
“Ini mulai menyenangkan,” sahut Jin senang.
Jin menyalakan mobilnya dengan wajah berseri-seri. Ae-jung tersenyum melihat tingkah Jin. Tapi mobil Jin kehabisan bensin. Jin mendapat alasan baru untuk segera pulang ke rumah sebelum mobilnya berhenti. Bersama Ae-jung tentunya.
Ae-jung: Kau tinggal belok kanan dari gedung ini dan kau akan menemukan pom bensin.
Jin menggerutu: Kapan kau melihat pom itu?
Ae-jung mengambil selimut di kursi belakang dan mulai menutupi tubuhnya. Jika mereka berdua terlihat orang lain sedang bersama, maka mereka akan celaka. Jin tidak menyukai itu.
Mengapa kau tidak menutupi wajahmu nanti saja setelah sampai, protes Jin. Ae-jung berkata mereka bisa terlihat. Ia merasa lebih nyaman dengan menutupi seluruh tubuhnya. Jin tidak bisa berkata apa-apa lagi tapi jelas ia kesal. Bukan kesal pada Ae-jung tapi kesal karena Ae-jung harus menyembunyikan diri demi Jin.
Mereka tiba di pom bensin. Petugas pom bensin mengenali Jin. Ia betanya-tanya siapa yang ada di sebelah Ji. Ia menerka orang di sebelah Jin adalah seorang wanita.
Para pertugas lain berkasak kusuk mengira orang itu Se-ri. Tapi mereka berpikir itu bukan Se-ri karena hubungan mereka sudah diketahui umum, untuk apa menyembunyikan diri.
Ae-jung mulai kepanasan dan merasa gugup di balik selimut. Jin merasa tidak enak Ae-jung harus mengalami hal seperti ini. Ia memasukkan sebelah tangannya ke balik selimut dan menggenggam tangan Ae-jung.
Seorang petugas pom bensin memberanikan diri bertanya pada Jin siapa orang yang di sebelahnya. Jin hanya tersenyum sopan dan segera pergi dari sana.
Ae-jung melepaskan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia menghela nafas lega karena tidak ketahuan. Menjalani hubungan dengan profesi mereka tidaklah mudah, bahkan untuk berkendara dengan tenang saja terasa sulit. Jin tidak menanggapi kata-kata Ae-jung. Wajahnya terlihat kesal. Ae-jung mengusulkan membeli selimut yang lebih besar untuk keadaan darurat.
Jin meraih tangan Ae-jung dan menggenggamnya dengan erat. Jin meminta Ae-jung tenang dan tidak merasa gugup. Ia sedih melihatnya.
Ae-jung minta Jin menghentikan mobilnya. Jin jadi khawatir Ae-jung hendak meninggalkannya. Ae-jung berkata ia ingin mampir sebentar di toko karena tidak ada makanan di rumah Jin. Ia mengusulkan piknik di rumah Jin. Tuing…Jin langsung ceria lagi. “Okaaaay…,” sahut Jin sambil nyengir lebar.
Di rumah, Jin dengan bangga memperlihatkan kentangnya. Ae-jung kaget melihat tunas kentang itu tumbuh dengan subur. Jin berkata ia sendiri yang menumbuhkannya hingga kentang itu tumbuh lurus dan berwarna lembut. “Hahahaha….bukankah terlihat bagus?” Jin tertawa bangga.
Ae-jung tertawa dan mengangguk, “Kau memuji dirimu sendiri setiap kali kau mulai membuka mulutmu.” Senyum Jin langsung lenyap haha..
“Aku membawa beberapa kentang tapi mengapa kau hanya menumbuhkan satu?”
“Mereka sudah dieksekusi,” jawab Jin dengan penuh penyesalan.
Ae-jung tak begitu mengerti tapi ia menghibur Jin dengan mengatakan suatu saat pasti muncul bunga kentang. Jin memastikan ia akan melindunginya dengan baik hingga berbunga.
“Maka kau akan memiliki satu bunga lagi (selain bunga ceri, cameliia, dan azalea) sebagai latarmu. Seperti ini…” Ae-jung menggerakkan tangannya seperti bunga.
“Ding-dong,” Jin menirukan gerakan Ae-jung.
Jin beringsut mendekati Ae-jung, pura-pura hendak melihat isi plastik belanjaan di samping Ae-jung. Jin meraih tangan Ae-jung dan bergerak hendak menciumnya. Ae-jung tersenyum malu-malu…
“Ding-dong!” Mendadak bel pintu berbunyi.
“Ding-dong apa lagi itu?!” seru Jin kesal. “Siapa yang ke sini malam-malam begini?!”
Jin melihat monitor dan bertanya-tanya mengapa orang itu datang. Ternyata Jae-seok yang berjalan masuk sempoyongan. Wajah Jae-seok merah karena mabuk.
“Ada apa?” tanya Jin kebingungan.
“Kak, setiap aku memikirkanmu. Aku menderita dan mulai minum-minum,” kata Jae-seok sedih.
“Mengapa kau tidak pulang ke rumahmu saja dan malah ke rumahku?” gerutu Jin.
Jae-seok malah menubruk Jin dan memeluknya dengan erat. Ae-jung terkejut, matanya terbuka lebar.
“Akan lebih baik jika aku bisa mengeluarkannya. Aku tidak bisa mengatakan perasaaanku pada siapapun….,” Jae-seok merengek di dada Jin.
“Perasaan?” tanya Ae-jung bingung.
Jin berusaha menenangkan Jae-seok agar Ae-jung tidak berpikir macam-macam. Ia melepaskan pelukan Jae-seok untuk mengambilkan air minum. Tapi Jae-seok malah memeluk Jin dari belakang dan mulai “menggerayanginya” hihi…maafkan pemilihan kata-kataku tapi Jae-seok bener-bener melakukannya.
Ae-jung kontan berdiri dan shock melihat pemandangan di depannya. “Kau dan Jae-seok…Apa yang harus kulakukan?” tanya Ae-jung ngeri.
“Ini tidak seperti yang kau pikirkan,” Jin mencoba menjelaskan.
Tapi Jae-seok malah tambah seru meraba Jin hingga ke balik kaus Jin. Ae-jung sampai tak berani melihat. Jin mulai memukuli tangan Jae-seok yang memeluknya dan melompat-lompat berusaha melepaskan diri. Hahaha….kocak banget dua orang ini. Ae-jung tak tega melihat Jae-seok dipukuli.
“Hentikan! Dia kesakitan….Jae-seok, tenangkan dirimu!” seru Ae-jung.
Jin akhirnya berhasil melepaskan diri. Jae-seok baru menyadari Ae-jung ada di situ.
“Kak Ae-jung, kau ada di sini? Kau seharusnya tidak boleh melihatku seperti ini,” sesal Jae-seok.
“Tidak apa-apa. Aku mengerti perasaaan cinta dengan baik,” sahut Ae-jung penuh pengertian.
“Ini tidak seperti yang kaupikirkan,” Jin langsung protes dan mendorong Jae-seok agar pergi dari rumahnya. Jae-seok malah berbalik dan berlutut memegangi kaki Jin sambil menangis.
“Jangan begitu! Pasti sulit baginya untuk datang ke sini dan mengakui perasaannya,” Ae-jung membela Jae-seok.
Jin berusaha menjelaskan tapi dalam kondisi seperti itu siapa yang percaya? Jae-seok menggosok-gosokkan pipinya ke kaki Jin. “Kakaak….”
Jin berkata ada sesuatu yang tidak bisa diungkapkan oleh Jae-seok jadi dia bersikap seperti ini. Jin mengangkat Jae-seok agar berdiri.
“Kakak….” Panggil Jae-seok lagi.
“Iya iya, aku tahu…,” sahut Jin menenangkan.
Jin memapah Jae-seok naik ke kamarnya. Jae-seok terus saja bergumam ia mencintai Jin. Jin membaringkannya di sofa.
“Tolong jangan mati…kau tidak boleh mati…” gumam Jae-seok mulai tertidur. “Jangan mati, kakak….Kau tidak boleh mati. Aku akan bekerja lebih baik”
Jin terharu dan matanya mulai berkaca-kaca. Duh, dari ketawa-ketiwi sekarang air mata bercucuran…hiks hikss :(
Jin menoleh melihat Ae-jung. Ia menyadari Ae-jung pun akan sedih seperti Jae-seok jika tahu mengenai kondisi Jin sebenarnya.
Ae-jung melihat Jin yang sedang memandanginya. Ia meminta Jin merawat Jae-seok. Karena ia sudah melihat kentangnya, ia akan pulang sekarang.
Sambil menahan tangisnya, Jin meminta maaf pada Ae-jung. Untuk apa, tanya Ae-jung.
“Untuk memperlihatkan hanya kentang padamu dan tidak bisa memperlihatkan apa yang ingin kaulihat. Karena kontrak iklanku, aku tidak bisa melakukan apa saja sekehendak hatiku (membuka baju),” kata Jin dengan nada bercanda.
“Sayang sekali, dari ujung rambut hingga ujung kaki semuanya bagus. Jadi itu sebabnya kau mendapat jutaan won untuk iklan. Kurasa aku harus mulai menghargai kualitas tubuhmu,” sahut Ae-jung.
“Apa kau mau mengintipnya sedikit?” tanya Jin.
Tidak perlu, aku pergi sekarang, kata Ae-jung tersenyum.
Jin mendengar suara pintu ditutup. Ae-jung telah pergi.
“Aku adalah pria brengsek teregois di dunia,” gumam Jin sedih.
Pil-joo duduk dengan sedih di rumahnya sambil memandangi sepanci ramen.
Jenny dan Ae-hwan bertanya-tanya mengapa Jae-seok minum begitu banyak. Mereka di restoran Jenny dan Jae-seok bersama mereka sebelum pergi ke rumah Jin.
“Itu karena aku, bukan?” Jenny menghela nafas panjang. “Sepertinya ia benar-benar menyukaiku. Aku selalu menganggapnya sebagai penggemar dan itu pasti melukai harga dirinya. Apa sebaiknya aku menganggapnya sebagai seorang pria mulai sekarang?”
“Kau tidak boleh melakukannya. Bagaimana denganku?” tanya Ae-hwan.
Apa hubungannya denganmu, sahut Jenny kesal. Apa, seru Ae-hwan tak pecaya. Ia mengingatkan Jenny apa yang terjadi 3 tahun silam pada sebuah malam yang bersalju. Jenny terlihat gugup tapi pura-pura lupa.
“Apa kau benar-benar lupa? Malam itu kita berpelukan dan minum wine. Tiba-tiba listrik mati dan kita….”
“Hentikan!! Baiklah, itu memang terjadi. Tapi kau tahu kita tidak memiliki hubungan spesial.”
Ae-hwan mengomel sejak peristiwa itu ia terus menunggu untuk menjadi kekasih Jenny. Jenny menertawakannya. Ae-hwan bertanya kalau begitu mengapa setiap kali ada masalah di restoran, Jenny selalu memanggilnya. Ia selalu dipanggil untuk bersih-bersih, membersihkan salju dan daun-daun, memperbaiki lantai, mengecat tembok?
“Jadi selama ini kau tidak punya perasaan apa-apa padaku?” tanya Ae-hwan tak percaya.
“Kukira kau punya banyak waktu luang, itulah sebabnya aku meminta bantuanmu,”Jenny membela diri.
Ae-hwan menarik nafas panjang dan bertanya kalau begitu mengapa Jenny mabuk pada malam itu. Jenny tak bisa menjawab dan terlihat menyesal.
“Kau wanita jahat,” isak Ae-hwan sambil beranjak pergi. Tapi ia lalu duduk kembali dan melarang Jenny minum wine bersama Jae-seok. Lalu pergi dengan kesal.
Keesokan paginya, Jae-seok sadar di rumah Jin. Ia lupa apa yang terjadi semalam.
“Apa aku melakukan kesalahan?” tanyanya takut-takut.
“Kau datang tepat waktu untuk menghentikanku mengacaukan jadwalku. Seperti manajerku,” sahut Jin tenang.
“Kalau begitu bagus sekali,” ujar Jae-seok lega. Ia merasa melihat Ae-jung semalam di rumah Jin. Jin membenarkan.
Jae-seok menjatuhkan sepatu yang dipegangnya. Menyadari bahwa Ae-junglah yang “mengacaukan” jadwal Jin. Jin berkata Ae-jung belum tahu kondisi kesehatannya. Ia akan memberitahu pada waktu yang tepat, jadi Jae-seok sebaiknya berhati-hati bicara. Bagaimana dengan Moon, tanya Jae-seok.
Jin memutuskan untuk memberitahu kondisinya pada Moon agar Moon bisa mengatur semuanya. Moon berusaha tegar dan menahan tangisnya. Jin bertanya perlukah ia meninggalkan Moon untuk menangis, ia akan kembali lagi nanti.
Moon berkata tidak perlu. Menangis bukanlah gayanya dan gaya Jin. Jin mulai berbicara mengenai kontrak-kontrak iklannya seandainya ia mati. Moon tidak suka mendengarnya. Ia menghentikan Jin berbicara dan berkata ia akan mengurus semuanya.
“Kau harus percaya kau akan hidup. Bahkan dalam situasi seperti ini kau tidak kehilangan ketenanganmu. Kau yang terhebat,” kata Moon .
“Tentu, aku adalah Dokko Jin.”
“Apa yang kaupikirkan saat kau memulai dengan Ae-jung? Jika hubungan kalian diketahui orang, kalian berdua akan hancur.”
Jin tidak membantah, itu akan menjadi skandal terburuk. (Hmmm…bayangkan kalau Justin Bieber misalnya berpacaran dengan Lindsay Lohan…wah bakal diamuk sama fans Bieber kali ya…peace^^)
“Jika ini menjadi akhir bagiku, itu mungkin bukan yang terburuk tapi yang terbaik. Jika aku mati, orang-orang akan berhenti menghina. Jika kubilang aku menyukai Ae-jung dan aku hidup, kita akan menjadi sampah. Jika aku mati dan seseorang berkata aku mencintai Ae-jung, cinta kami akan dianggap indah. Itulah sebabnya aku harus melindungi image-ku yang besar itu. Dan jika aku mati…aku akan meninggalkan semuanya untuk Goo Ae-jung.”
Moon tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tampaknya ia menghormati keinginan Jin yang mungkin menjadi keinginan terakhirnya.
Jenny terkejut mengetahui Ae-jung berhubungan dengan Jin. Apa kau sudah gila, tanyanya. Ae-jung berkata ia tidak bisa menahan perasaannya.
“Jadi kau menyukainya?” tanya Jenny. Ae-jung mengangguk.
“Walau hanya untuk satu bulan? Walau dia tidak berniat menjalaninya dalam jangka panjang denganmu dan tidak berencana untuk mengungkapnya pada pubilk? Dengan kondisi seperti itu kau masih meneruskannya?” tanya Jenny, berusaha menyadarkan Ae-jung. Ae-jung lagi-lagi mengangguk.
Lalu bagaimana dengan Yoon Pil-joo dan acara Couple Making, tanya Jenny. Ae-jung tahu suatu saat ia harus membereskannya dengan Pil-joo. Ia merasa sangat bersalah dan tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya.
Pil-joo diam di rumah dan menyelesaikan puzzle-nya (yang awalnya dia kerjakan bersama Ae-jung untuk acara Couple Making). Ia hampir menyelesaikannya hanya saja kepingan terakhir hilang. Ae-jung membawa sekeranjang buah-buahan dan pergi ke rumah Pil-joo. Ia sudah ke klinik tapi Pil-joo ternyata sedang cuti.
Pil-joo menyuruh Ae-jung masuk. Ae-jung tambah merasa tak enak saat melihat tumpukan cup dan mangkuk bekas ramen. Tampaknya selama ini Pil-joo hanya makan ramen.
Ia menyodorkan buah-buahan yang dibawanya. Hanya saja tepat saat itu Pil-joo melihat kepingan terakhir puzzlenya di bawah keranjang itu. Tanpa pikir panjang ia langsung menyingkirkan keranjang itu hingga isinya berhamburan.
Ae-jung terkejut. Ia pikir Pil-joo marah padanya. Ia tak menyangka Pil-joo semarah itu, seharusnya ia tidak datang. Menyadari apa yang baru saja ia lakukan, Pil-joo mencoba menjelaskan tapi sayang kakinya malah menginjak pisang dan hampir menginjak tangan Ae-jung.
Ae-jung semakin takut dan beranjak pergi tapi malah tersandung kaki Pil-joo. Ae-jung yang memang sudah merasa bersalah tambah merasa Pil-joo sedang melampiaskan amarahnya.
Ae-jung bergegas ke pintu. Untunglah Pil-joo berhasil mencegahnya pergi. Ia menjelaskan ia tidak bermaksud sengaja membuang atau menginjak buah-buahan itu. Ia menunjukkan kepingan puzzle terakhirnya. Ia menemukannya dan itulah sebabnya ia membuat kesalahan.
“Aku sedang menyingkirkan perasaanku padamu tapi aku tidak bisa menemukan kepingan terakhir puzzle-ku. Kau datang dan menemukannya.”
Ae-jung akhirnya duduk kembali. Pil-joo menaruh kepingan puzzle terakhir di tempatnya. Ia berterima kasih atas buah-buahan yang dibawa Ae-jung, ia sudah bosan makan ramen.
“Ucapan terima kasihmu membuatku semakin merasa bersalah. Akan lebih baik jika kau melemparnya padaku saja.”
“Kalau begitu apa aku harus melemparnya?” mendadak nada suara Pil-joo berubah dingin. “Jika kubilang akan melakukannya, pasti akan kulakukan. Goo Ae-jung-sshi, apa kau pikir aku akan merasa lebih baik hanya karena kau membawakan sesuatu seperti ini? Aku tidak perlu hal seperti ini!”
Pil-joo mengangkat keranjang itu. Ia tersenyum nakal dan mengembalikan keranjang itu ke atas meja lalu mengeluarkan seluruh isinya. Ia menjelaskan pernah melihat adegan seperti ini dalam drama yang ditonton ibunya. Sekarang ia tahu mengapa mereka melakukannya dalam drama.
Ae-jung mengangguk mengerti dan meminta maaf. Pil-joo berkata Ae-jung tidak perlu meminta maaf. Sekarang saatnya menaruh semuanya di tempat semestinya, kata Pil-joo sambil memasukkan buah-buahan itu kembali ke keranjang. Dimulai dari acara Couple Making.
Ae-jung bertanya apa Pil-joo benar-benar tidak sakit. Pil-joo minta Ae-jung tidak mengkhawatirkannya. Ia tersenyum dan bersikap baik seperti biasanya.
Ae-jung kembali meminta maaf dan berterima kasih. Ia minta Pil-joo baik-baik saja. Pil-joo tersenyum menenangkan. Namun senyumnya lenyap setelah Ae-jung pulang.
Pil-joo mulai membereskan rumahnya, mangkuk-mangkuk bekas ramen dan bekas injakan pisang. Ia menganggap perasaannya seperti puzzle. Sampai kepingan terakhir diselesaikan, ia akan bisa melupakan Ae-jung.
Ae-jung mendapat kesempatan bagus. Ia ditawari untuk menjadi pembawa acara Section TV untuk menggantikan seorang pembawa acara yang sedang cuti hamil. Memang hanya untuk sementara tapi tidak menutup kemungkinan menjadi pembawa acara tetap. Tugasnya kali ini adalah berkeliling mencari kabar terbaru dari selebriti lain.
Ae-jung segera memberitahu hal ini pada Jin. Jin tak menyangka Ae-jung yang tadinya menyebabkan berbagai berita dan tersingkir dari sorotan, sekarang malah berkeliling mencari berita. Ae-jung merasa ia bisa melakukan dengan baik karena ia pernah berada dalam posisi orang yang membuat berita. Dengan demikian ia bisa lebih berempati.
Jin menganggap tidak semudah itu. Misalnya saja menanyakan pada orang lain yang baru putus, mengapa kau putus dan kapan yang seorang berselingkuh? Itu mungkin sama beratnya dengan membuat berita itu sendiri.
Ae-jung juga berpikir demikian tapi bagaimana lagi, ia harus berhenti dari Couple Making.
Benarkah? Tanya Jin senang. Tentu saja, kata Ae-jung, bukan hal baik untuk dilakukan pada Pil-joo jika ia meneruskan acara itu.
Jin mengatakan Pil-joo bukannya tidak mendapat apa-apa dari acara Couple Making. Rumah sakitnya mendapat publikasi gratis dan Pil-joo jadi terkenal.
Ae-jung tersenyum, “Dokko Jin-shi, kau mungkin pura-pura berkencan untuk alasan komersil, tapi Yoon Pil-joo-shi bukan orang seperti itu.”
Jin tidak kesal, ia malah senang. “Dokko Jin orang yang berpura-pura dan dokter itu orang yang polos. Tapi kau malah memilihku, kau benar-benar menyukaiku bukan?”
“Benar, aku menyukaimu,” sahut Ae-jung serius.
Jin tak menyangka Ae-jung mengakuinya. Ia berkata jika Ae-jung terlalu menyukainya maka akan menjadi rumit.
Ae-jung meminta Jin jangan khawatir. Bahkan jika Jin meminta perpanjangan waktu, ia tidak akan melakukannya. Dan tidak akan meminta Jin mengakui perasaannya dengan tulus. Ia hanya ingin bersenang-senang.
“Kalau kau ingin bersenang-senang, mengapa kau membawa Ding-dong kesini?”
“Kupikir kalian bersahabat. Mainlah dengan temanmu. Aku akan melihat kentangnya.”
Jin mengeluh ia ingin bersenang-senang dengan Ae-jung tapi ia harus diam di rumah (agar tidak ketahuan orang). Jin mendekati Ding-dong yang sedang asyik menonton.
Ia bertanya apa Ding-dong tidak ingin main bersama temannya sesama 7 tahun, apa Ding-dong tidak mau main di luar. Ding-dong berkata ia sangat senang di rumah Jin. Ada games dan juga TVnya keren.
Jin pikir Ding-dong hanya menonton satu film saja,namun Ding-dong berkata masih ada 30 lagi. Tentu saja Jin terkejut. Ia duduk di sebelah Ding-dong dan sengaja menduduki remotenya hingga TV itu mendadak mati. Ding-dong sibuk mencari remote sementara Jin beralasan mungkin TVnya rusak.
Jin hendak mengambil remote di bawah pahanya, tepat saat Ding-dong menoleh. Jin pura-pura tidak tahu apa-apa dan memperlihatkan wajah lucu pada Ding-dong tapi Ding-dong tidak tertarik. Akhirnya ia mengembalikan remote itu pada Ding-dong.
Lucunya, Ding-dong tahu apa yang di benak Jin. Ia tidak menyalakan TVnya. Jin malah merasa kasihan. Ia menyuruh Ding-dong menyalakan TV dan menonton.
“Aku sudah menonton episode 1 hari ini. Aku bisa menonton sisanya lain kali,” kata Ding-dong. (hehe…ayo siapa yang tiap nonton Kdrama berjanji seperti ini tapi malah nonton maraton?? Ngacuuuung!!)
“Kau bilang semuanya ada 30 bukan? Kau mungkin tidak bisa menghabiskannya dalam sehari jadi tontonlah sekaligus.”
“Kenapa?”
“Ding-dong, tidak semua orang diberi waktu untuk menonton satu episode tiap harinya sampai kau selesai menonton 30 episode. Jadi tontonlah selagi kau bisa menontonnya.”
Jin dan Moon mengadakan rapat dengan Se-ri dan manajernya. Mereka bersepakat Jin yang akan mengumumkan lebih dulu perpisahan mereka baru Se-ri mengupload berita itu di blognya. Se-ri hanya perlu menjauh dari publik untuk sementara dan tidak melakukan wawancara.
Se-ri meminta Jin tidak melakukan pemotretan di luar negeri saat berita perpisahan mereka diturunkan agar tidak terlihat Jin-lah yang menderita karena Se-ri. Jin juga meminta Se-ri tidak memakai air mata palsu dan memasang wajah sedih dengan lagu ballad menjadi latar belakangnya.
Masalah kontrak iklan yang berhubungan Se-ri akan dibereskan oleh Moon. Keduanya sepakat mengenai perpisahan itu. Kasian pemeran manajer Se-ri, Cuma duduk ngga ngomong sepatah katapun ^^
Setelah rapat itu, Jin dan Se-ri masih duduk mengobrol. Se-ri berkata imagenya meningkat berkat Jin dan Jin juga tidak jatuh berkata dirinya (waktu itu Jin sempat digosipkan gay).
Jin mengakui mereka selama ini bekerja sama dengan baik. Se-ri tahu kepribadian Jin yang angkuh dan merasa diri paling hebat tapi bagaimanapun juga ia tidak ingin Jin hancur karena menyukai seseorang.
“Apa kau khawatir aku akan jatuh karena Goo Ae-jung?”
“Aku tidak perlu khawatir, bukan? Ketika kau merasa akan jatuh, kau akan melepasnya, bukan?”
“Aku tidak akan jatuh, dan aku bisa berakhir di surga dengannya,” sahut Jin penuh percaya diri.
Se-ri mengeluh, Jin paling keren kalau sedang bersikap angkuh. Ia mengusulkan pelukan perpisahan. Jin langsung menolaknya.
“Aku punya charger sendiri. Jika kau menyentuhku, aku bisa rusak,” ujar Jin tegas.
Se-ri kebingungan. Jin memegang tangan Se-ri dan menyilangkannya hingga Se-ri memeluk dirinya sendiri. Jin menasehati Se-ri untuk menanam kentang, hal itu akan membantu jika Se-ri punya perasaan bersalah akan sesuatu.
Pil-joo memberitahu PD Kim bahwa hubungannya dengan Ae-jung sudah berakhir. PD Kim terkejut dan menanyakan alasannya. Pil-joo “si baik hati” menjelaskan bahwa sesepuh di keluarganya tidak menyetujui Pil-joo tampil di TV. Ia bermaksud berhenti dari acara Couple Making. PD Kim menyayangkan hal itu, bukankah Pil-joo dan Ae-jung baik-baik saja. Ia berniat meneruskan acara mereka. Pil-joo meminta maaf pada PD Kim dan meminta pengertiannya.
Sementara itu Ae-jung mendapat tugas pertama sebagai pembawa acara Section TV. Ia bertugas membawakan acara “Star Date”. Di mana ia akan mewawancarai para selebritis sambil berjalan-jalan dengan mereka.
Saat Ae-jung sedang mempelajari tugas barunya, Jin menelepon. Jin bertanya apa yang sedang Ae-jung lakukan. Ae-jung berbisik mengatakan bahwa ia ditugaskan rebagai pembawa acara “Star Date”. Jin ikut senang Ae-jung mendapat tugas baru dan menganggapnya sebagai sesuatu yang menarik.
“Kalau begitu ayo kita kencan! Tunggu sebentar,” kata Jin lalu menutup teleponnya. Ae-jung kebingungan mengapa Jin mendadak menutup teleponnya.
Ternyata Jin menelepon produser Section TV dan mengatakan bersedia di-interview. Produser senang sekali. Sudah berkali-kali ia meminta Jin mengikuti acaranya tapi Jin tak pernah bisa.
Jin juga secara khusus meminta wawancara dilakukan sekarang juga dalam acara “Star Date”. Ae-jung tentu saja mendengar semua pembicaraan itu dan tercengang. Produser langsung menyuruh kru “Star Date” bersiap dan berangkat dalam waktu 10 menit.
“Goo Ae-jung-sshi, apa yang kaulakukan? Ayo cepat pergi!” kata produser pada Ae-jung yang masih duduk kebingungan.
“Apa kau bilang barusan Dokko Jin menelepon meminta diwawancara sekarang?” tanya Ae-jung.
“Mereka minta sekarang karena hanya waktu ini yang cocok dengan jadwal Dokko Jin… Jika itu Dokko Jin, tentu saja kita harus pergi. Ayo cepat!”
Tim Star Date sudah tiba di tempat yang ditentukan. Sutradara berkata Ae-jung sangat beruntung tugas pertamanya adalah mewawancarai Dokko Jin. Hal ini bisa membantu image dan karier Ae-jung. Ae-jung tahu itu namun ia sangat gugup karena ini baru pertama kalinya ia melakukan wawancara.
Jin tiba dengan vannya. Ia turun dan langsung melambaikan tangan menyapa ratusan fans yang telah menunggunya. Ae-jung memperkenalkan diri sebagai pembawa acara “Star Date”. Jin menyapanya dengan sopan. Oh…it’s gonna be fun^^
Ae-jung agak kebingungan dengan apa yang harus mereka lakukan dalam acara “kencan” mereka. Untunglah Jin membantunya. (Liat deh, Jin tak pernah melepaskan pandangannya dari Ae-jung^^)
Kencan pertama mereka, makan tteobokki. Duuuh ….jadi pengen >,< Ae-jung bertanya apa Jin suka ttebokki. Jin berkata ia lebih suka kimbap…tanpa timun. Ia menekankan…tanpa timun. Ae-jung tersenyum mengerti.
Saking gugupnya Ae-jung makan ttebokki sendiri. Jin meminta Ae-jung menyuapinya dengan alasan pada acara seperti ini, pewawancara biasanya menyuapi bintang tamu. Ae-jung kebingungan tapi sutradara memberi isyarat agar Ae-jung melakukannya. Jin terlihat senang sekali seperti anak kecil yang mendapat permen hehe^^ Jin balas menyuapi Ae-jung.
Kencan berikutnya, game center. Jin memasukkan bola berkali-kali tanpa gagal. Ia juga mengajari Ae-jung melempar. Bukan mengajari sih, cuma alasan biar bisa berdekatan dengan Ae-jung hehe^^
Mereka berjalan-jalan sambil terus melakukan wawancara. Tiba-tiba Jin berhenti di kios penjual aksesoris. Sutradara memberi isyarat agar Ae-jung terus mengikuti Jin.
“Goo Ae-jung-sshi, karena ini wawancara pertamamu untuk Section TV, bolehkan aku membelikanmu sesuatu untuk kenang-kenangan?” tanya Jin.
“Oh tentu saja itu sebuah kehormatan bagiku.”
Jin memberi isyarat agar Ae-jung mengikutinya ke dalam toko aksesoris. Ia lalu memilihkan kalung berbandul hati berwarna hati untuk Ae-jung dan memasangkannya di leher Ae-jung. Hati Ae-jung berbunga-bunga.
“Dokko Jin-sshi, kau benar-benar penuh sopan santun seperti yang kudengar selama ini,” ujarnya. Jin tersenyum.
Mereka mengakhiri acara kencan itu di sebuah coffee shop. Ae-jung meminta Jin memberikan pesan untuk para pemirsa.
“Ada sesuatu yang inginn kukatakan, dan karena aku merasa nyaman saat ini, aku akan mengatakannya. Goo Ae-jung-sshi, apa kau tidak akan menanyakan hubunganku dengan Kang Se-ri?”
Sutradara memberi isyarat pada Ae-jung untuk bertanya jadi Ae-jung melakukannya.
“Dokko Jin-sshi, apa hubunganmu dengan Kang Se-ri baik-baik saja?”
“Kang Se-ri dan aku sudah berpisah. Sudah beberapa waktu ini kami hidup nyaman sebagai teman,” jawab Jin.
Ae-jung terkejut dan tidak bisa berkata apapun. Jin menoleh pada Ae-jung dan bertanya, “Kau terkejut, bukan?”
Begitu mendapat kabar Jin sudah mengumumkan perpisahan mereka, Se-ri langsung mengkonfirmasi berita itu lewat internet. Ia menyatakan mereka memutuskan untuk tetap sebagai teman.
Jenny melihat berita itu dan menyadari para fans tidak menyukai Jin putus dengan Se-ri dan lebih banyak yang mendukung Se-ri daripada Jin. Walau sudah diwanti-wanti Jin, Se-ri tetap memakai air mata palsunya demi keuntungannya sendiri.
Produser dan sutradara “Star Date” memuji Ae-jung yang telah melakukan wawancara dengan Jin. Wawancara pertama itu hebat karena selain bintang tamunya Jin tapi juga mendapat berita sensasonal. Sutradara bertanya apakah Ae-jung sudah mengetahui berita ini sebelumnya karena ia dan Jin berada dalam satu manajemen yang sama. Ae-jung berkata ia tidak tahu Jin akan mengatakan hal seperti itu hari ini. Mereka mengerti dan mengatakan Ae-jung telah bekerja keras hari ini.
Jin menelepon Ae-jung. Ae-jung bertanya mengapa Jin tiba-tiba mengatakan hal seperti itu tanpa memberitahunya lebih dulu. Itu waktu yang sempurna, kata Jin. Ia mengingatkan Ae-jung agar tidak datang ke rumah Jin untuk sementara waktu karena reporter sedang berkerumun di luar rumahnya.
Jae-seok yang sedang bersama Jin akhirnya menanyakan apakah Jin sengaja mengumumkan hal itu pada wawancara dengan Ae-jung. Jin mengaku ia sengaja melakukannya, sebagai bukti bahwa ia berada bersama Ae-jung saat orang-orang mengetahui perpisahannya dengan Se-ri.
Manajer Jang mengantar grup Candy Girls ke bandara. Tak sengaja ia bersinggungan dengan seorang pria. Awalnya ia tak tahu siapa pria itu Tapi ketika ia berbalik, ternyata pria itu suami Mina. Manajer Jang mendekati mereka dan memanggil Mina.
Mina terkejut dan wajahnya langsung pucat bagai melihat hantu. Manajer Jang memperkenalkan diri sebagai mantan manajer Mina pada suami Mina. Suami Mina tahu Mina dulu pernah menjadi penyanyi tapi sepertinya tidak tahu apa-apa mengenai kehidupan istrinya saat menjadi selebritis.
Manajer Jang mengulurkan kartu namanya pada suami Mina. Suami Mina balas memberinya kartu nama. Namanya Alex Kim, seorang pengacara internasional dan warga negara Amerika. Mina terlihat waswas dan khawatir dengan pertemuan Manajer Jang dan suaminya.
Manajer Jang memberi kartu namanya pada Mina. Ia minta Mina menghubunginya. Ketika melihat Mina ragu-ragu, Manajer Jang berkata ia akan menghubungi lewat suami Mina. Mina ketakutan dan menyetujui akan menghubungi Manajer Jang.
Manajer Jang senang karena ia berhasil menemukan Mina. Ia tersenyum puas. Sementara Mina, sebaliknya.
Walau terlihat sedih di depan kamera dan reporter , sebenarnya Se-ri merasa lega ia sudah resmi “berpisah” dengan Jin. Ia menggunakan kesempatan itu untuk menelepon Pil-joo dan mengajaknya minum bersama. Tapi Pil-joo sedang dalam mood jelek. Ia tahu berita terakhir Jin dan Se-ri, ia juga tahu itu artinya Jin sekarang bersama Ae-jung. Pil-joo dengan tegas menolak undangan Se-ri.
Se-ri merajuk ia akan minum banyak karena Pil-joo. Ia bertanya sampai kapan Pil-joo akan mengabaikan perasaannya. Se-ri berkata ia akan memberitahu Pil-joo di mana ia berada sekarang, terserah Pil-joo mau datang atau tidak. Pil-joo menarik nafas panjang.
Se-ri menunggu Pil-joo tapi ia tidak menjalankan ancamannya. Ia hanya minum jus. Jika ia benar-benar mabuk dan Pil-joo benar-benar tidak datang, siapa yang akan menolongnya? Ia memutuskan minum banyak alkohol malah akan membuatnya gemuk jadi ia tidak akan menunggu lagi.
Tapi ketika ia keluar, ia melihat Pil-joo yang sedang bertanya pada pelayan. Se-ri cepat-cepat masuk kembali. Sayang, Pil-joo sudah keburu melihatnya.
Se-ri mengatur posisi agar terlihat mabuk hingga tertidur dan meneteskan air mata palsunya agar terlihat sedih.
Pil-joo duduk di depan Se-ri dan memanggilnya. Se-ri pura-pura terbangun. Pil-joo berkata ia sudah melihat Se-ri tadi. Se-ri menegakkan tubuhnya dengan malu-malu. Namun ia senang karena Pil-joo datang untuk mengurusnya.
Pil-joo berkata ia tidak bisa mengurus Se-ri. Ia minta Se-ri membereskan perasaannya. Se-ri jadi kesal, memangnya Pil-joo sendiri dalam kondisi beres? Pil-joo berkata ia baik-baik saja.
“Bohong, kau bilang kau sama denganku. Kau bilang kau juga menderita. Kau hanya ingin berpikir kau baik-baik saja. Kau tidak ingin memperlihatkan betapa menderitanya dirimu. Lupakan saja, ini memalukan. Pergilah. ”
Se-ri menyuruh Pil-joo meninggalkannya. Ia kesal karena tidak bisa menemukan tisuue. Saat keluar, Pil-joo melihat sekotak tissue, tadinya ia hendak memberikannya pada Se-ri tapi ia mengurungkan niatnya dan meninggalkan Se-ri menangis sendirian.
Pil-joo kembali ke mobilnya. Ia melihat puzze lumba-lumbanya yang telah selesai. “Aku sudah melewati semuanya. Kupikir aku sudah menyelesaikannya, satu persatu. Sesuatu pasti masuk ke mataku.” Pil-joo menangis. Ia ingat masa-masa bersama Ae-jung. “Aku sama sekali belum melewatinya.”
Ae-jung menelepon Jin dan bertanya apakah reporter masih di depan rumah Jin. Jin berkata ia bagai seorang putri yang terjebak di dalam menara. Ae-jung tersenyum geli.
“Apakah tubuhmu tidak terlalu kekar untuk menjadi seorang putri? Kau ini monster. Monster yang menanam kentang.”
“Entah itu monster atau putri, kau harus menolongku.”
“Jika aku menolongmu, monster Dokko mungkin akan mengalami lebih banyak kesulitan. Setelah terbiasa hidup di atas dan melihat dunia di bawah, kau mungkin akan terjatuh ke lantai,” ujar Ae-jung.
Jin meminta Ae-jung menyanyikan lagu “Dugeun Dugeun” agar ia bisa dicas ulang. Ae-jung menyuruh Jin mendownloadnya (dengan membayar 50 sen).
“Kejam sekali. Nyanyikan sekali saja untukku agar janutngku berdetak tanpa berhenti.”
Ae-jung mengingatkan lagunya sudah kehilangan pengaruhnya pada Jin. Jin meminta Ae-jung menyihirnya. Ae-jung pikir Jin sedang mengoloknya dengan mengatakan Ae-jung kerasukan lagi. Padahal Jin benar-benar mengharapkan keajaiban agar bisa terus hidup dan bersama Ae-jung.
“Baiklah, aku akan menyihir monter Dokko penanam kentang menjadi putri yang baik.”
Keduanya tertawa. Ae-jung berjanji akan datang untuk melihat sihirnya berhasil atau tidak. Jin menatap kentang dan memegang dadanya.”Kumohon, hmm?”
Jin makan malam dengan dokter Jung. Ia membelikan makan yang termahal untuk dokter Jung agar mendapat energi ekstra saat operasi. Dokter Jung mengaku seiring bertambahnya usia, energinya agak berkurang.
“Kalau begitu katakan dengan jelas dan jujur. Dokter, apa kau punya keberanian untuk memperbaiki jantungku?”
“Jika aku tidak mempunyainya, apa kau akan mencari dokter lain?”
“Tentu saja. Jika ada 0,1% lebih besar kesempatanku untuk hidup, aku akan menghalaumu keluar dan mencari dokter lain.”
“Tidak perlu melakukan itu, karena aku yang terbaik.”
Hihi…bukan lagu “Dugeun Dugeun” aja yang berpengaruh kayanya…dokternya juga sama pede dan narsis kaya Jin. Jangan-jangan gara-gara dokternya, Jin jadi over pede.
Jin berkata mungkin saja selama 10 tahun ini sudah muncul dokter lain yang lebih hebat. Dokter Jung dengan yakin berkata ia dokter terbaik saat ini dan akan tetap demikian selama 10 tahun yang akan datang.
Dokter Jung hendak meminum wine-nya tapi Jin melarangnya.
“Bagaimana jika saat operasi nanti tanganmu bergetar karena alkohol,” kata Jin.
“Tenanglah, aku akan memperbaikinya.”
“Benar dokter, tolong perbaiki…aku benar-benar serakah ingin hidup,” sahut Jin serius.
Pil-joo dan ibunya makan malam bersama paman Pil-joo yang juga seorang dokter. Paman Pil-joo ingin Pil-joo berhenti dari acara di TV, berhenti menemui selebritis wanita (maksudnya Ae-jung), dan melanjutkan studi. Ibu Pil-joo menyuruh Pil-joo pergi ke Cina dengan rekomendasi sang paman.
Pil-joo bertanya bukankah selama ini ibunya menentang ia pergi ke Cina, apa ibunya benar-benar mengijinkan dia pergi. Asalkan kau berhenti dari acara itu, aku akan mengijinkanmu melakukan apa maumu, sahut ibu Pil-joo. Pil-joo berkata ia sudah berbicara dengan produser bahwa ia berhenti dari acara tersebut. Ibu dan paman Pil-joo lega mendengarnya.
Paman Pil-joo tiba-tiba dipanggil seseorang. Ternyata Dokter Jung. Mereka teman lama. Paman Pil-joo mengajak Dokter Jung minum tapi dokter Jung menolak dengan halus karena ia akan melakukan operasi besar.
Paman Pil-joo kembali duduk dan mengatakan dokter Jung adalah temannya dan merupakan dokter jantung terbaik. Ibu Pil-joo bertanya mengapa dokter Jung tidak diundang duduk bersama mereka. Ia ingin tahu jangan-jangan dokter Jung memiliki putri untuk dijodohkan dengan Pil-joo. Paman Pil-joo berkata Dokter Jung sedang ada urusan dengan Dokko Jin. Pil-joo terkejut mendengar nama Jin.
Ibu Pil-joo ingat ada artikel yang menyebutkan bahwa Jin pernah dioperasi jantung (ingat insiden pemukulan Manajer Jang?). Mungkin saja Dokter Jung yang melakukan operasi waktu itu. Pil-joo memikirkan hal itu.
Keesokan harinya Pil-joo ke restoran Jenny. Jenny meminta Pil-joo tidak menyerah. Ia membocorkan kalau Jin dan Ae-jung sepakat bersama hanya untuk sebulan. Itu karena Jin berkata ia rusak. Setelah Jin diperbaiki, ia akan pergi begitu saja. Pil-joo menyatukan informasi ini dengan kecurigaannya kemarin.
Jenny meminta Pil-joo terus bertahan. Ia berkata Jin orang yang jahat. Hyung-gyu yang duduk di belakang Pil-joo, langsung berdiri dan membela Jin.
“Ahjusshi tidak jahat. Ia seperti Iron Man…sama-sama punya jantung buatan di dadanya. Ia benar-benar superhero.”
Pil-joo semakin yakin dan mencari informasi mengenai Jin dari berita, bahkan menemui Dokter Jung. Dokter Jung bertanya mengapa Pil-joo, seorang dokter tradisional, tertarik dengan operasi jantung. Pil-joo berkata ia tahu dokter Jung akan melakukan operasi besar dan mungkin saja ia mengenal orang itu. Jika itu operasi jantung buatan, berapa kesempatan hidup orang itu? Dokter Jung menjawab kesempatannya hanya hidup atau mati.
Ayah Ae-jung penasaran mengapa ibu Pil-joo tidak pernah datang lagi, apa ibu Pil-joo sudah merestui hubungan Ae-jung dan Pil-joo? Ae-jung menjawab ia dan Pil-joo tidak dalam hubungan seperti itu. Ia lalu pergi ke kamarnya. Ayah Pil-joo berpikir, Jin juga berpisah dengan Se-ri, apa Ae-jung sudah berpindah ke D-line?
“Ding-dong!!” sahut Hyung-gyu.
Ae-jung diberitahu Jae-sok bahwa para reporter sudah meninggalkan rumah Jin. Ae-jung berpikir untuk pergi ke rumah Jin dan menyanyikan lagu “Dugeun Dugeun” untuknya.
Sementara itu Jin sudah bersiap untuk pergi ke rumah Ae-jung karena ia sangat merindukannya. Saat ia hendak keluar, seseorang membunyikan bel. Jin terkejut melihat orang yang datang bertamu. Pil-joo.
Mereka duduk dipenuhi aroma ketegangan.
“Aku datang karena aku hendak bertanya sesuatu padamu?” Pil-joo mulai berbicara.
“Apa itu?” tanya Jin dingin.
Ae-jung pamit keluar pada ayahnya.
“Kau ingin tahu mengenai jantungku?” tanya Jin. Kalau dilihat-lihat Jin tampak pucat.
“Benar. Ae-jung tidak tahu banyak mengenai jantungmu, bukan? Katakan padaku. Apa ada kemungkinan kau akan mati?”
“Aku bisa katakan dengan pasti. Aku bisa hidup. Perlukah aku mengatakan sesuatu yang lebih pasti? Jika kau mengatakan apapun pada Ae-jung mengenai ini….”hanya sembarang dokter”….kau akan mati.”