Wol mengantar Yang Myung keluar Hwal In Seol. Yang Myung berkata Wol tidak perlu mengantarnya. Wol pamit dan hendak kembali masuk ke dalam. Mungkin merasakan firasat akan sesuatu, Yang Myung bertanya Wol tidak akan pergi kemana-mana tanpa sepengetahuannya, bukan? Wol berkata walaupun ia ingin pergi. Sebagai seorang kriminal apa yang bisa ia lakukan (ia tidak bisa pergi ke manapun).
“Benar, kau adalah kriminal dan juga seorang shaman,” ujar Yang Myung lega.
Wol tersenyum geli, “Tidakkah Tuan terlalu berlebihan?”
Yang Myung berkata ia senang karena Wol seorang kriminal dan seorang shaman. Ia menyuruh Wol masuk dan beristirahat. Wol tersenyum dan berbalik hendak masuk ke dalam. Tapi sesuatu dalam perkataan Yang Myung membuatnya berhenti. Mengapa Yang Myung senang jika ia seorang kriminal dan shaman?
Yang Myung berjalan pulang ketika ia berpapasan dengan tiga orang pria berpakaian rakyat biasa. Yang Myung tersentak dan menoleh ke arah orang-orang itu pergi. Firasatnya mengatakan orang-orang itu adalah pembunuh (karena tidak mungkin ada orang ke Hwal In Seol larut malam).
Wol masih berdiri di halaman Hwal In Seol ketika seseorang memanggilnya.
“Yeon-woo-ya…”
Wol tertegun. Suara Hwon.
“Yeon-woo-ya…”
Wol mencari dari mana suara itu berasal. Hwon melangkah dari sudut yang gelap dan berjalan menuju Wol. Wol tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Apakah ini sungguhan?”
“Apa maksudmu?” tanya Hwon tersenyum sedih.
“Bukan ilusi (seperti dulu ketika Yeon-woo sering membayangkan Hwon berdiri di sampingnya)? Apa benar-benar Yang Mulia?’ tanya Wol penuh harap.
“Ini bukan ilusi. Aku benar-benar datang untuk menemuimu, Yeon-woo.” Mendengar namanya disebut Hwon, Yeon-woo mulai menangis (dan namanya kembali menjadi Yeon-woo^^).
“Akhirnya aku mengenalimu. Aku seorang yang bodoh,” ujar Hwon.
Tangis Yeon-woo tak tertahankan lagi. Hwon memeluk Yeon-woo. Yeon-woo menangis mengeluarkan seluruh kesedihan yang selama ini dipendamnya. Ia tak bisa lagi menyangkal perasaannya (aku suka jika dalam sebuah adegan pelukan, sang wanita balas memeluk sang pria. Adakalanya dalam Kdrama, sang wanita hanya berdiri diam ketika sang pria memeluknya *lirikBBF*).
Di dekat gerbang, Yang Myung menyaksikan mereka berpelukan. Hatinya hancur berkeping-keping menyaksikan Yeon-woo menangis memeluk Hwon.
Yang Myung berjalan pulang dengan sedih. Namun ia melihat Woon berdiri di tengah jalan. Awalnya Yang Myung terlihat kesal melihat sahabatnya itu tapi Woon memberinya isyarat untuk diam. Yang Myung menyadari kedatangan tiga orang pria yang tadi dilihatnya dari belakang Woon.
Woon membalikkan badan menghadapi ketiga orang tersebut. Ketiga orang itu mengeluarkan pedang mereka dan menyerang Woon. Woon dengan mudah mengalahkan mereka tapi ia segera berlari menuju tempat Hwon dan Yeon-woo berada. Yang Myung terkejut melihat kejadian itu. Ia mengambil salah satu pedang yang tergeletak di tanah dan berlari menyusul Woon.
Hwon dan Yeon-woo dikepung oleh beberapa orang berpakaian hitam. Hwon dan Yeon-woo tetap berpegangan tangan sambil berjalan mundur menjauhi para pembunuh itu.Ketika para pembunuh itu mulai menyerang, Woon melompat dan menghalangi mereka.
Woon melawan para pembunuh itu. Yang Myung muncul dan membantu melawan para pembunuh itu. Tapi Yang Myung terluka.
“Kakak!” seru Hwon. Ia mengambil pedang yang tadi dibawa Yang Myung dan membunuh orang yang melukai Yang Myung. Yeon-woo bertanya apakah Yang Myung baik-baik saja. Para pembunuh itu telah mati . Yang Myung berkata ia baik-baik saja.
Tapi para pembunuh itu bermunculan lagi. Woon segera melawan mereka. Hwon memberi isyarat pada Yang Myung untuk membawa Yeon-woo pergi. Lalu ia sendiri membantu Woon melawan para pembunuh itu.
Yang Myung meraih tangan Yeon-woo dan membawanya pergi. Yeon-woo terus melihat Hwon dengan khawatir. Mereka telah berlari cukup jauh tapi Yang Myung tidak bisa menghentikan kakinya., maksudku hatinya. Ia terus berlari menggandeng Yeon-woo sementara Yeon-ooo bertanya mereka hendak ke mana.
Para pembunuh itu berhasil dikalahkan. Woon berkata ia dan Yang Myung telah sepakat bertemu di pondok di hutan jika keadaan berbahaya bagi Yeon-woo.
Hwon dan Woon segera menuju ke sana. Tapi pondok itu kosong. Hwon dan Woon segera menaiki kuda mereka dan pergi dari sana.
Pembunuh yang lolos melapor pada Yoon. Mereka gagal karena Woon, Hwon, dan Yang Myung tiba-tiba muncul. Yoon memerintahkan pembunuh itu menemukan Yeon-woo. Ia juga memberi perintah untuk membunuh shaman Jang.
Shaman Jang berjalan meninggalkan istana. Ia ingat perkataan kasim Hyung padanya setelah Hwon mengetahui Yeon-woo masih hidup.
“Kau satu-satunya saksi hidup dan pelaku dari kematian Puteri Mahkota. Sampai kasus ini ditutup, Yang Mulia memerintahkan agar kau tetap hidup. Sembunyikan dirimu di suatu tempat sampai kami memanggilmu kembali. Jika kau mencoba melarikan diri atau bunuh diri, akan ada konsekuensi yang berat.”
Shaman Jang sepertinya menuruti perintah itu. Ia pergi bersama Seul dan Janshil. Tapi di tengah perjalanan Seul tiba-tiba pergi. Janshil khawatir Seul tidak akan kembali. Shaman Jange berkata mereka sudah tahu Seul akan pegi ke mana dan sudah pasti Seul akan kembali. Jadi ia minta Janshil mengikutinya dan membiarkan Seul.
Hwon dan Woon pergi ke kediaman Yang Myung tapi tempat itu pun kosong. Tak ada jejak Yang Myung dan Yeon-woo di sana. Hwon akhirnya kembali ke istana.
Kasim Hyung melihat tangan Hwon yang berlumuran darah dan berteriak memanggil tabib. Tapi Hwon berteriak marah untuk menghentikannya. Ia memerintahkan agar kasim Hyung merahasiakan kepergiannya dari istana malam ini. Hwon menggebrak meja.
“Yoon Dae-hyung!” serunya dalam hati. Lalu ia teringat pandangan Yeon-woo saat ia dibawa Yang Myung pergi. Ia mengira Yang Myung melarikan Yeon-woo.
Yang Myung membawa Yeon-woo ke tempat ibunya. Selir Park terkejut melihat Yang Myung terluka. Yang Myung memanggil ibunya lalu jatuh pingsan karena banyaknya darah yang keluar. Selir Park meminta Yeon-woo membantunya membawa Yang Myung masuk ke dalam.
Saat ia melihatwajah Yeon-woo, ia segera mengenalinya. Kok makin ke sini makin mudah dikenali ya Yeon-woo-nya. Pasti Ibu Suri Yoon juga langsung tahu kalau Wol adalah Yeon-woo jika ia melihatnya.
Selir Park dan Yeon-woo merawat luka Yang Myung. Yang Mugn masih tak sadarkan diri. Selir Park bertanya apakah Yeon-woo puteri dari sarjana Heo. Yeon-woo terdiam sejenak lalu membenarkan.
Selir Park menangis mendengar itu. Yeon-woo kebingungan.
“Mengapa kau menaruh seseorang dalam hatimu yang akan melukai dirimu sendiri?” tanya Selir Park sedih. Sepertinya selir Park menanyakan pertanyaan itu pada puteranya sendiri. Mengapa Yang Myung harus menyukai Puteri Mahkota alias istri Hwon.
Selir Park berbicara dengan Yeon-woo. Ia berkata ia tidak akan menanyakan mengapa dan bagaiamana Yeon-woo masih hidup. Ia bercerita Yang Myung pernah menemuinya dan bertanya mengenai kelahiran kembali (reinkarnasi). Juga perkataannya kalau ia bisa melepakan kekuasaan, kesetiaan, dan semuanya, tapi ada satu orang yang tidak bisa ia lepaskan.
“Ia mungkin ingin aku melihat. Ia ingin memperlihatkan padaku gadis seperti apa yang memenuhi hatinya. Ia memanggilku ‘ibu’ dengan tubuh yang terluka dan berjalan sejauh ini,” Selir Park menangis.
Woon diam-diam melihat mereka.
Hwon bertanya apakah Yeon-woo dan Yang Myung benar-benar tidak ada di tempat ibu Yang Myung. Woon membenarkan. Deuh, belum kapok juga ya si Woon ini membohongi Hwon. Hwon mengamati Woon lalu bangkit berdiri. Ia menyuruh Woon mengikutinya.
Ternyata Hwon pergi mandi. Hwon menyuruh semua dayang keluar kecuali kasim Hyung dan Woon. Hwon memerintahkan Woon menyerahkan pedangnya. Hwon mengeluarkan pedang itu dan menaruhnya di leher Woon.
“Y-Yang Mulia, mengapa Yang Mulia seperti ini?” tanya kasim Hyung kaget.
Hwon memerintahkan Woon melepas pakaiannya. Kasim Hyung buru-buru menyilangkan tangannya di dada. Bwahahaha^^
Woon menatap Hwon. Hwon menurunkan pedangnya dan berkata ini tidak menyenangkan sama sekali. Jika ia menodongkan pedang di leher Woon seharusnya Woon terkejut, jika tidak maka tidak akan menyenangkan lagi.
“Yang Mulia mengapa Yang Mulia melakukan ini? Jantung hamba hampir copot,” ujar kasim Hyung lega. Hwon menyarungkan kembali pedang Woon.
“Karena kau pergi menyelidiki dalam cuaca yang dingin, kau pasti lelah. Masuklah ke dalam (bak). Aku menyiapkannya untukmu.”
“Hamba tidak bisa,”protes Woon.
“Masuklah! Ini adalah perintah.”
“Yang Mulia…”
Hwon berkata tidak mematuhi perintahnya adalah ketidaksetiaan. Terbagi antara dirinya dan Yang Myung merupakan pemberontakan. Woon memejamkan matanya. Ia sadar Hwon mengetahui kalau ia berbohong dan Hwon juga tahu Woon terbagi antara persahabatannya dengan Yang Myung dan loyalitasnya pada Hwon.
Hwon memberikan pedang Woon pada kasim Hyung. Ia memeritahkan agar Woon berendam selama 2 jam, jika ia keluar sebelum waktunya, kasim Hyung harus menebas Woon dengan pedang itu. Kasim Hyung kebingungan.
“Woon-ah, walau aku tidak bisa memberimu kedudukan lebih tinggi tapi aku menghargaimu lebih dari yang lainnya. Jadi, tolong jangan sampai terluka. Jika kau sakit, akupun sakit,“ kata Hwon. Lalu ia pergi meninggalkan Woon yang dibelit perasaan bersalah.
Keseokon harinya, Yang Myung bangun dan satu-satunya yang muncul di pikirannya hanyalah Yeon-woo. Ia buru-buru keluar mencarinya. Yang Myung lega saat melihat Yeon-woo sedang duduk bersama ibunya. Ia mendekati mereka. Pandangannya tak pernah lepas dari Yeon-woo.
Selir Park meninggalkan mereka berdua. Yang Myung tersenyum, tadinya ia berpikir Yeon-woo sudah pergi dan tidak tinggal lebih lama. Yeon-woo berkata ia harus bertemu dengan Yang Myung sebelum ia pergi. Yang Myung mengajak Yeon-woo berjalan-jalan.
Mereka pergi berjalan-jalan. Yeon-woo bertanya sejak kapan Yang Myung tahu? Apakah sejak batu “penyimpan kekhawatiran” itu ? Yang Myung tersenyum, akan lebih aneh jika ia tidak tahu. Batu itu dinamai olehnya sebelum ia memberikannya pada Yeon-woo. Tidak ada orang lain yang mengethaui nama batu itu.
“Kalau begitu mengapa Pangeran pura-pura tidak tahu?”
“Aku tidak ingin tahu. Aku ingin berpura-pura tidak mengetahuinya sampai akhir. Karena kau kembali hidup, aku sangat bahagia. Dan pada saat yang sama, aku merasa kau akan pergi meninggalkan aku jika aku mengakuinya. Apa kau tahu, ketika aku membuka mataku di pagi hari, dan aku tahu aku harus pergi ke mana hari ini, apa yang akan kulakukan hari ini, mengetahui ada orang-orang yang membutuhkan aku, dan bisa melihat orang yang kurindukan, aku merasa bahagia.”
“Hamba juga bahagia. Ketika hamba harus menghadapi kenyataan gelap di hadapan hamba, Pangeran Yang Myung adalah cahaya bagi hamba. Terima kasih, walau hanya sesaat, hamba bisa menaruh semua kekhawatiran dan bisa tersenyum. Baik sebagai shaman Wol dan sebagai Hwon Yeon-woo, hamba sangat berterima kasih. Dan hamba minta maaf. Bagaimanapun hamba tidak bisa memberikan jawaban seperti yang Pangeran inginkan. Jadi tolong, lepaskanlah. Temukan takdir baru dan kebahagiaan Tuan, itu adalah harapan hamba. Hanya inilah yang bisa hamba berikan dengan tulus dari hati hamba,” kata Yeon-woo dengan sedih. Sedih karena ia harus mengatakan kebenaran yang menyakiti hati Yang Myung.
Yeon-woo meminta Yang Myung menjaga kesehatannya dan berbalik pergi. Yang Myung memegang tangan Yeon-woo.
“Dalam kehidupan lalu, kau adalah milik Yang Mulia. Setidaknya dalam kehidupan sekarang, tidak bisakah kau berada di sisiku?” tanya Yang Myung.
“Itu tidak akan terjadi!” seru Hwon.
Yang Myung dan Yeon-woo menoleh, melihat Hwon dan Woon menghampiri mereka. Hwon menarik tangan Yoen-woo dan memerintahkan Woon mengawal Yeon-woo pergi.
Yang Myung melihat Yeon-woo pergi dengan hati hancur. Yeon-woo berbalik, khawatir dengan apa yang akan terjadi tapi ia akhirnya meninggalkan tempat itu.
“Kakak, apa Kakak tahu apa yang Kakak lakukan? Melarikan wanita Raja adalah sebuah kejahatan.”
Yang Myung menatap Hwon degann perasaan terluka. Duh, kenapa Hwon ngga bicara baik-baik aja sih >,<
Hwon melemparkan pedang pada kakaknya. Mereka berhadapan. Yang Myung bertanya apakah Hwon akan membunuhnya.
“Jika aku menginginkan leher Kakak, aku sudah menggunakan kekuasaanku sebagai Raja.”
“Apa maksudnya?’
“Aku memberi Kakak sebuah kesempatan untuk membunuhku. Pedang yang Kakak pegang adalah pedang sungguhan. Jika kakak membunuhku di sini, kakak akan menjadi penguasa negeri ini.”
Yang Myung tertegun. Hwon mengeluarkan pedangnya, diikuti Yang Myung. Duel dimulai, diakhiri dengan pedang Yang Myung terhunus ke leher Hwon (sama seperti ketika mereka masih remaja).
“Jika Kakak menduduki tahta, apa Kakak pikir Kakak akan mendapatkan semuanya?”
“Jika aku menduduki tahta, aku tidak akan disebut ancaman.”
“Kalau begitu, bunuhlah aku.”
Yang Myung menatap Hwon dengan marah dan memegang pedangnya erat-erat.
“Mengapa Kakak ragu?! Bunuhlah aku!”
Mata Yang Myung berkaca-kaca. Ia akhirnya menurunkan pedangnya dan berbalik.
“Hari ini kakak yang menghilankan kesempatan ini. Jadi tolong, jangan cari kesempatan lain,” ujar Hwon. Yang Myung berbalik dan menatap adiknya dengan marah.
Hwon kembali ke istana. Kasim Hyung melihatnya dengan khawatir. Begitu di dalam kamar, Hwon bertanya,”Apakah kau sudah beristirahat?”
“Iya,” jawab Yeon-woo. Suaranya terdengar dari ruangan di sebelah kamar itu.
Hwon bertanya bolehkah ia menanyakan satu hal. Silakan, jawab Yeon-woo.
“Apakah aku membawamu ke sini di luar kehendakmu?’
“Jika ini di luar kehendakku, apa Yang Mulia akan membiarkanku pergi?”
Hwon terdiam.
“Mengapa Yang Mulia begitu ragu, padahal hati hamba milik Yang Mulia.”
Mendengar itu Hwon sontak mengangkat kepalanya. Ia bertanya apakah ia boleh membuka pintu. Yeon-woo mempersilakannya.
Hwon menoleh pada kasim Hyung. Kasim Hyung memerintahkan para dayang membuka pembatas ruangan. Dibaliknya ada sebuah pintu. Pintu terbuka, Yeon-woo melangkah keluar. Ia telah didandani dengan cantik sama seperti dulu ketika mereka baru pertama kali bertemu (ketika mereka masih remaja). Sama seperti dulu, Hwon terpana melihat kecantikan Yeon-woo.
“Mendekatlah,” ujar Hown.
Yeon-woo maju selangkah
“Lebih mendekat lagi.”
Yeon-woo kembali maju selangkah. Hwon tak bisa menahan diri lagi dan langsung maju memeluk Yeon-woo. Semua memalingkan wajahnya.
Yeon-woo tersenyum malu dan bertanya apa yang Hwon lakukan. Hwon melepaskan pelukannya dan memberi isyarat dengan matanya pada kasim Hyung. Kasim Hyung tersenyum lebar dan menyuruh semua orang keluar. Tak lupa memberi senyum imutnya pada Hwon hehehe^^.
Begitu ditinggal berdua, Hwon langsung memeluk Yeon-woo lagi.
“Yeon-woo-ya,” panggilnya sambil tersenyum.
“Ya, Yang Mulia.”
“Yeon-woo-ya..”
“Ya ,Yang Mulia,” sahut Yeon-woo tersenyum. Hwon terus memanggil nama Yeon-woo dan tak melepaskan pelukannya.
Keesokan harinya Hwon tersenyum mengingat perkataan Yeon-woo bahwa hatinya milik Hwon. Hwon menoleh dan melihat kasim Hyung juga sedang tersenyum lebar. LOL^^
Bahkan Woon pun ikut tersenyum.
Mereka berpapasan dengan Yoon yang bertanya Hwon hendak ke mana. Hwon berkata ia hendak kembali ke kediamannya (a.k.a Yeon-woo^^) setelah memerintahkan beberapa tugas.
“Hamba dengar Yang Mulia akhir-akhir ini sering menemui kesulitan di luar saat sedang menyamar.”
“Aneh sekali, orang yang tahu mengenai hal itu hanyalah orang-orang itu dan aku. Bagaimana Menteri mengetahuinya?”
“Bagaimana bisa orang yang melayani Yang Mulia tidak mengetahuinya? Apapun yang terjadi pada Yang Mulia adalah urusan dewan.”
“Terima kasih untuk perhatian Menteri. Oya, kudengar Menteri suka berburu.”
“Mengapa Yang Mulia bertanya?”
“Bukankah akan ada pelatihan militer dalam waktu dekat. Aku ingin belajar berburu pada hari itu. Apakah Menteri bersedia mengajariku?”
Yoon tertawa. Ia berkata ia tidak sebaik itu tapi jika ia sudah menentukan buruannya, ia tidak akan membiarkannya lolos sampai akhir dan menangkapnya. Itulah rahasianya. Wow….
“Jadi, menentukan buruan, dan tanpa menyerah mengejarnya, menangkapnya, dan akhirnya membunuhnya? Waah…Au tidak akan melupakan itu,” ujar Hwon tajam.
Hwon duduk di kediamannya dan membaca laporan-laporan kerajaan dengan gelisah. Akhirnya ia menoleh dan bertanya, ”Apa yang sedang kaulakukan?”
Terdengar jawaban Yeon-woo dari kamar sebelah, “Hamba sedang membaca.”
Hwon mengomel tadi ia bertanya hal yang sama dan Yeon-oo menjawabnya dengan jawaban yang sama, apakah Yeon-woo tidak. Hamba tidak bosan, jawab Yeon-woo. Ia meminta Hwon berkonsentrasi dengan tugasnya.
Hwon bertanya buku apa yang dibaca Yeon-woo. Yeon-woo menjawabnya. Dengan frustrasi Hwon bertanya apakah buku itu begitu menarik. Ya, sangat emnarik, jawab Yeon-woo tanpa melepaskan pandangannya dari halaman buku. Hwon menunduk kecewa. Tiba-tiba Hwon mendapat ide.
Yeon-woo terus membaca bukunya. Ketika ia mengangkat wajahnya, Hwon berdiri di hadapannya sambil membawa meja dan laporan-laporan yang harus dibacanya. Wajahnya polos banget hehehe^^
Hwon menaruh mejanya di depan meja Yeon-woo.
“Apakah buku itu begitu menarik hingga kau tak menyadari kedatanganku?’
“Kapan Yang Mulia datang?”
“Aku bertemu denganmu lagi setelah berpisah selama 8 tahun dan aku tidak lebih penting dari Han Fei Zi (pengarang buku yang dibaca Yeon-woo)?” omel Hwon.
“Apa Yang Mulia cemburu pada Han Fei Zi?” tanya Yeon-woo tersenyum geli.
“Hah? Cemburu? Yang benar sajaa…aku hanya merasa tertekan.”
Yeon-woo bertanya mengapa Hwon merasa tertekan. Hwon menatap Yeon-woo dan mulai curhat.
“Aku tidak melihat wanita lain selama 8 tahun. Selama hidup di dalam istana yang penuh bunga (wanita cantik), apakah kau tahu betapa sulitnya bertahan begitu lama? Berapa banyak kekuatan mental dan kekuatan fisik yang diperlukan?”
“Apa Yang Mulia memerlukan kekuatan fisik untuk mempertahankan kesucian (keperjakaan - sorry :p)?”
“Tentu saja! Bagaimana bisa kau mengerti apa yang pria rasakan di waktu malam ketika darah panas mengalir dengan cepat? Berolah raga adalah suatu keharusan! Keharusan!”
“Tapi, saat Yang Mulia bilang tidak melihat wanita lain, bukankah itu bohong? Bukankah Yang Mulia tergugah oleh shaman Wol yang berada di sisi Yang Mulia setiap malam?
Hwon gelagapan, “Omong kosong! Aku hanya tergugah sedikit. Tapi..tunggu dulu.. bukankah Wol adalah kau sendiri?”
“Tapi tetap saja YangMulia tertarik pada Wol yang bukan diriku hamba yang sebenarnya. Jadi Yang Mulia tergugah oleh Wol,” Yeon-woo bersikeras
Hwon tertawa.
“Mengapa Yang Mulia tertawa?”
“Apa kau cemburu pada dirimu sendiri?”
Wol buru-buru menyangkal. “Cemburu? Tidak mungkin.”
Hwon terus tertawa. Ia berkata bukankah lucu Yeon-woo cemburu pada diri sendiri. Yeon-woo menyangkalnya dan merasa malu. Ia berkata ia akan meneruskan membaca bukunya dan Hwon harus meneruskan membaca laporannya. These two are so cute^^
Yeon-woo menutupi wajahnya dengan buku. Bukan untuk membacanya. Ia bahkan salah membalik bukunya dari kanan ke kiri (buku Cina kan bacanya dari kiri ke kanan^^). Hwon menggeser mejanya dan mendekati Yeon-woo. Ia menurunkan buku yang menutupi wajah Yeon-woo.
“Memang lucu kau cemburu pada dirimu sendiri. Tapi mengetahui aku jatuh cinta pada wanita yang sama untuk kedua kalinya, aku pun tidak waras,” ujar Hwon.
Ia mencium bibir Yeon-woo. Yeon-woo terkejut. Hwon tersenyum dan kembali menekuni laporannya. Sekarang giliran Yeon-woo yang tidak bisa membaca lagi hihihi...Ia terus menatap Hwon.
Ibu Suri Yoon shock saat diberitahu Yeon-woo masih hidup. Ia awalnya tidak percaya tapi ia ingat perkataan shaman Jang yang mengancamnya.
“Nok-young, kau! Beraninya kau!’ ujarnya geram.
Yoon berkata Hwon pasti sudah tahu kalau Yeon-woo masih hidup. Sejak shaman Jang menemui Hwon, Yeon-woo juga menghilang dari Hwal In Seol. Ia yakin Hwon menyembunyikan keduanya.
Ibu Suri Yoon pikir Hwon berniat menutupi kebenaran karena Hown tetap diam walau sudah mengetahui kebenarannya. Yon berpikir sebaliknya, ia pikir Hwon sedang menunggu waktu yang tepat atau mungkin Hwon belum mengetahui kebenaran terakhir (bahwa Min-hwa terlibat). Bagaimana pun juga shaman Jang dan Yeon-woo harus ditemukan dan dibungkam secepatnya. Walau Hwon sudah menemukan kebenarannya tapi jika dua orang saksi hidup itu tidak ada lagi, maka kebenaran akan tetap terkubur selamanya.
Ibu Suri Yoon pergi ke kediaman Hwon. Sementara itu Hwon masih berada di kamar Yeon-woo. Kasim Hyung terkejut saat melihat Ibu Suri.
Ibu Suri menyuruh kasim Hyung mengumumkan kedatangannya. Kasim Hyung berteriak memberitahukan kedatangan Ibu Suri dengan sekeras-kerasnya. Dan selambaaaaat-lambaaaaatnya.
Hwon buru-buru membereskan mejanya. Sementara itu Ibu Suri Yoon tak tahan lagi mendengat teriakan kasim Hyung dan memerintahkan pintu dibuka.
Ibu Suri masuk tepat saat Hwon hendak menaruh mejanya kembali. Melihat neneknya yang kebingungan melihatnya, Hwon pura-pura sedang latihan angkat beban dengan meja itu wkwkwkwk^^ Hwon beralasan ia sedang berolahraga.
Yeon-woo menguping perbincangan Hwon dan Ibu Suri. Hwon menanyakan maksud kedatangan neneknya. Ibu Suri Yoon bertanya apa Hwon masih ingat dengan janjinya saat Ibu Suri menyelamatkan shaman Wol. Hwon berkata bagaimana ia bisa melupakannya. Tentu saja ia ingat. Waktu itu Hwon berjanji akan membalas budi Ibu Suri dengan melakukan apapun permintaan Ibu Suri.
“Nenekmu datang untuk meminta bantuan itu,” kata Ibu Suri.
Hwon bertanya apa yang Ibu Suri inginkan. Ibu Suri menyuruh Hwon mencari shaman Jang dan Wol lalu menyerahkan mereka pada Ibu Suri.
“Mengapa Ibu Suri mencari mereka melaluiku?”
“Tentu saja karena Yang Mulia menyembunyikan mereka.”
Hwon bertanya mengapa neneknya berpikir demikian. Ibu Suri langsung pada pokok persoalan. Ia dengar Hwon menyelidiki peristiwa 8 tahun lalu. Ia menyuruh Hwon menghentikan dan menutup semuanya.
“Apa Yang Mulia ingat apa yang kukatakan 8 tahun lalu? Tetaplah diam dan hangan lakukan apapun. Jika Raja sebelumnya menutupi semuanya, pasti ada alasannya.”
“Apa yang Ibu Suri coba sembunyikan?”
“Aku mencoba menyembunyikan apa Yang Mulia ingin temukan.”
Hwon bertanya mengapa Ibu Suri ingin menyembunyikannya. Ibu Suri menjawab semua ini untuk kebaikan Hwon. Untuk menyelamatkan orang-orang yang Hwon sayangi.
Hwon bertanya siapa yang Ibu Suri maksudkan. Ibu Suri berkata Hwon pasti mengerti siapa yang ia maksudkan. Iameminta Hwon pikirkan baik-baik siapa yang paling ingin Hwon lindungi (mungkin maksudnya pilih Min-hwa atau Yeon-woo).
Ibu Suri menanyakan jawaban Hwon atas permintaannya. Hwon berkata tentu saja ia akan mengabulkannya. Tapi butuh waktu untuk menemukan mereka. Pada saatnya ia akan mempertemukan mereka dengan Ibu Suri. Ibu Suri tersenyum. Dalam hatinya Hwon berkata, pertemuan itu akan terjadi di pengadilan, sebagai otak kejahatan, pelaku, dan korban.
Yeon-woo khawatir mendengar perkataan Ibu Suri. Ia memikirkan nasib Yeom.
Pada saat yang sama, Yeom teringat pada adiknya saat melihat pembatas buku pemberian Yeon-woo. Ia pergi ke halaman. Yeom mendengar sebuah suara. Ia meminta orang yang sembunyi itu memperlihatkan diri kalau tidak ia akan membunyikan peringatan.
Yeom berjalan ke arah sumber suara. Seul melangkah maju dan memberi salam pada Yeom. Awalnya Yeom tidak mengenalinya. Setelah Seul menyebutkan namanya, Yeom teringat Seul adalah pelayan adiknya. Hmmm…berarti bagi Yeom, Seul hanyalah pelayan Yeon-woo.
Yeom bertanya mengapa Seul melompati tembok seperti kucing dan bukannya berjalan lewat pintu depan. Seul berkata ia kebetulan lewat dan teringat masa lalu. Lagipula ini sudah larut alam.
Yeom menanyakan kabar Seul. Seul berkata ia hidup baik-baik saja dengan majikan barunya. Yeom tersenyum. Sekarang ia sudah bukan majikan Seul lagi. Seul menatap Yeom.
“Dalam hatiku, Tuan selalu menjadi majikanku. Sama seperti ketika Tuan memberi nama Seul padaku,” kata Seul dalam hati. Yeom bertanya apakah Seul ingin mengatakan sesuatu padanya.
Tiba-tiba terdengar suara Ny. Shin menanyakan apa yang Yeom lakukan malam-malam begini. Yeom hendak memberitahu ibunya mengenai kedatangan Seul tapi saat ia menoleh Seul sudah tidak ada.
Ny. Shin berkata ia hendak membawa Min-hwa ke istana untuk diperiksa tabib kerajaan. Sudah tiga hari Min-hwa sakit sejak pergi ke kuburan ayah Yeom. Yeom bertanya perlukah ia ikut ke istana.
Ny. Shin berkata ia akan pergi berdua dengan Min-hwa lalu bertanya apakah Yeom akan ikut dengannya menjenguk keadaan Min-hwa. Yeom mengiyakan. Ia sempat menoleh sebentar ke arah Seul pergi lalu pergi mengikuti ibunya.
Hwon termenung setelah kepergian Ibu Suri. Ia memikirkan perkataan neneknya. Bawha ada alasan mengapa ayahnya menutupi peristiwa itu. Juga Ibu Suri berkata ia menutupi semuanya untuk menyelamatkan orang-orang yang Hwon sayangi.
“Yang Mulia…Yang Mulia…,”panggil Yeon-woo.
Hwon tersadar dari lamunannya. Yeon-woo menyuruh Hwon pergi beristirahat karena hari sudah malam. Hwon bertanya mengapa Yeon-woo juga belum tidur.
“Karena Yang Mulia belum tidur.”
“Aku minta maaf telah mengurungmu dalam kamar sepanjang hari.” (bener juga, klaustrophobianya Yeon-woo udah sembuh kali ya^^)
“Hamba bersama Yang Mulia. Selama hamba bersama Yang Mulia, baik di dalam kamar maupun di neraka, hamba tidak peduli.”
Hwon mengajak Yeon-woo berjalan-jalan. Mereka berjalan-jalan diikuti kasim Hyung dan Woon (kasian ya dua orang ini kapan tidurnya??). Mereka berhenti di depan istana Bulan Perak.
Hwon berkata terakhir kali ia bertemu Yeon-woo di istana ini, mengapa Yeon-woo tidak memberitahu kalau ia sudah ingat semuanya. Yeon-woo berkata ia tidak bisa mengatakannya karena ada Ratu di sisi Hwon. Hwon terdiam.
Bo-kyung bermimpi buruk dan terbangun dengan ketakutan. Dayangnya segera menghampirinya. Bo-kyung berkata bukankah aneh ia tidak mendengar suara tangisan lagi dari istana Bulan Perak. Dayangnya berkata mungkin karena para shaman telah menaruh jimat di tempat itu.
Bo-kyung kembali gemetar. Ia berkata bukan itu alasannya.
“Pemilik istana bulan perak telah kembali. Heo Yeon-woo, anak itu! Ia ada di suatu tempat di istana ini! Aku akan menyuruh Ayah menyingkirkannya!”
Dayang Bo-kyung terkejut mendengar perkataan Bo-kyung.
“Tidak, jika ayahku melihatku dalam kondisi seperti ini, ia akan kecewa.” Bo-kyung memerintahkan dayangnya memanggil dayang mata-mata dari kediaman Hwon. O-ow…
Yeon-woo berkata ia tahu kemunculannya kembali dari kematian akan menimbulkan kekacauan di istana. Dan juga ia bersalah karena tidak langsung mengenali Hwon. Jadi ia tidak bisa mengakui langung kalau ia adalah Yeon-woo.
Hwon menoleh dan bertanya apa maksud perkataan Yeon-woo. Semua penderitaan yang dialami Yeon-woo adalah karena dirinya. Ia bersalah karena tidak melakukan apapun ketika Yeon-woo menderita dan menghadapi kematian.
Yeon-woo berkata ia merasa cukup karena Hwon telah mengingat gadis sepertinya selama 8 tahun. Jadi, walau Hwon akan melupakannya, ia akan lebih mengingat Hwon dan terus merindukannya.
Hwon berkata ia tidak bisa melupakan kejahatan orang-orang yang menyebabkan penderitaan Yeon-woo. Ia akan menemukan dan menghukum mereka. Ia akan mengembalikan orang-orang yang tidak bersalah dan mengembalikan semuanya ke keadaan semula.
“Yang Mulia, biarkan masa lalu tetap menjadi masa lalu. Jika Raja sebelumnya menutupi kebenaran, pasti ada alasan di baliknya”
Hwon berkata bukankah Yeon-woo yang menyemangatinya untuk menemukan kebenaran (saat Yeon-woo masih menjadi shaman Wol). Bahwa ia percaya Hwon akan menemukan kebenaran itu. Lalu mengapa Yeon-woo memintanya membiarkan semuanya? Apa Yeon-woo tidak mempercayainya.
Yeon-woo berkata ia mempercayai Hwon tapi ia takut kebenaran itu akan melukai Hwon. Ia tidak punya keinginan lain selain berada di sisi Hwon jadi… (Yeon-woo tidak menginginkan kedudukan Ratu).
Hwon bertanya apakah Yeon-woo senang berada di ruangan yang diterangi sedikit cahaya.
“Karena ada matahari di sisi hamba, hamba tidak membutuhkan cahaya lain lagi.”
Mendengar perkataan Yeon-woo, Hwon menariknya pergi dari sana. Mereka memasuki sebuah ruangan. Aula istana.
“Di sinilah politik negara ini bermula. Di tempat ini aku mendengar apa yang terjadi di dalam negeri ini dan memutuskan apa yang harus kulakukan.”
“Mengapa Yang Mulia membawa hamba yang rendah ini ke tempat sepenting ini.”
“Ketika aku pertama bertemu denganmu, kau memberitahuku kelemahan dan kesalahan Raja.”
“Ketika itu hamba masih sangat muda.”
“Dalam pandangan anak kecil, seluruh dunia bisa menjadi masalah. Tapi seluruh dunia juga bisa menjadi jawaban. Itu adalah ajaran pertama yang kuterima dari kakakmu, guruku. Jadi, jika sesuatu membuat seorang anak merasa ada masalah, berarti memang ada masalah. Jadi sejak aku menjadi Raja, setiap kali aku harus membuat keputusan, aku akan memikirkan apa yang kau dan guruku akan katakan mengenai masalah itu. ”
Yeon-woo tersentuh mendengar perkataan Hwon.
Hwon menggenggam tangan Yeon-woo dan membawanya mendekati tahta kerajaan. Ia meminta Yeon-woo melihat lukisan di belakang tahta kerajaan. Ia berkata saat ia masih menjadi Putera Mahkota, ia memerintahkan orang untuk membuat binyeo yang menggambarkan lukisan itu (lukisan bulan dan matahari).
“Untuk memintamu menjadi bulanku. Dan melamarmu.” (Bagi Yeon-woo, Hwon adalah mataharinya dan ia tidak memerlukan apa-apa lagi. Ia tidak perlu menjadi Ratu. Tapi bagi Hwon, ia pun memerlukan Yeon-woo. Sebagai bulannya)
Hwon mengeluarkan sebuah bungkusan dari lengan bajunya. Dari bungkusan itu ia mengeluarkan binyeo “bulan memeluk matahari”. Hwon membuat dua buah binyeo yang serupa dan satu telah diberikannya pada Yeon-woo. Satu lagi akan ia berikan saat Yeon-woo sah menjadi istrinya.
“Yang Mulia,” kata Yeon-woo terharu. Hwon memberikan binyeo itu pada Yeon-woo.
Lalu ia mengambil sebuah bungkusan lagi dari lengan bajunya dan mengeluarkan binyeo milik Yeon-woo. Ia memperolehnya dari barang kepunyaan Yeon-woo yang dibawa dari Hwal In Seol ke istana. Ia menyerahkannya pada Yeon-woo.
Yeon-woo menangis melihat dua binyeo di tangannya.
“Sekarang keduanya menjadi satu,” kata Hwon.
Pelan-pelan ia menghapus airmata dari wajah Yeon-woo dan mencium bibirnya dengan lembut.
Komentar:
Nice episode^^ Senang bisa tertawa lagi. Hwon dan Yeon-woo bener-bener cute.
Aku baru sadar, seandainya Hwon tidak menyelidiki kematian Yeon-woo dan tidak mengambil kesimpulan kalau Yeon-woo adalah Wol maka Wol akan seterusnya menjadi Wol. Ketika ia menyuruh shaman Jang tidak mengatakan apapun pada Hwon (ep.16), Yeon-woo sudah menyerahkan kebahagiaannya demi kakaknya dan mungkin juga demi Hwon.
Itulah sebabnya ia tidak percaya saat melihat Hwon memanggil namanya. Ia sudah membuang harapannya bisa berada di sisi Hwon tapi kenyataan Hwon menemukannya membuatnya tak bisa mengelak lagi.
Aku senang Yeon-woo tidak memberi harapan pada Yang Myung. Sayangnya Yang Myung terlalu memikirkan perasaannya sendiri dan mulai terobsesi pada Yeon-woo. Kalau dulu ia melepas Yeon-woo ketika Yeon-woo mengatakan tidak menyesal dengan pilihannya (dan akhirnya Yeon-woo “mati”), sekarang ia berusaha lebih keras. Mungkin ia pikir ia bisa menyelamatkan Yeon-woo. Tapi perasaan kan tidak bisa dipaksa, apalagi menentang takdir langit ^^
Lebih parah lagi, Hwon mengira Yang Myung hendak melarikan Yeon-woo. Aku tidak tahu mengapa Hwon menantang Yang Myung membunuhnya. Untuk menguji Yang Myung? Apakah karena dia yakin Yang Myung tidak akan membunuhnya atau memang dia sudah siap mati dan menyerahkan semuanya untuk kakaknya?
Atau karena Hwon ingin menuntaskan perasaan Yang Myung? Ia menantang Yang Myung karena ia ingin Yang Myung berpikir. Satu-satunya cara untuk mendapatkan Yeon-woo adalah membunuh Hwon. Tapi apakah dengan membunuh Hwon, Yang Myung akan mendapatkan cinta Yeon-woo? Sigh…frustrasi deh melihat kakak beradik ini. Dua-duanya jelas masih saling menyayangi tapi mereka tidak berkomunikasi dengan baik hingga membuat semuanya runyam.
huwaaaa episode yang paling seru...
BalasHapusbuat aq ketawa-ketiwi sendiri membacanya...
senyum Hwon telah kembali... :)
kasihan pngeran yang myung...tp aq suka pasangan hwon-yeon woo..aq jg suka KSH yg jd raja,cucoook bgt....mksh wat sinop y,monggoh d lnjt!!!
BalasHapuswoww....ini episode yang paling wokeee.... Nggak bosan baca berulang-ulang.. ^_^
BalasHapussetuju pernyataan yg terakhir fan.. satu2nya cara buat ngedapatin yeon woo ya hrs bunuh hwon. aq pikir sebagai raja n adik dia sdh berusaha seadil n sebijak mgkn. fakta yg tdk bs diliat yang myung bahwa cintanya cm bertepuk sblh tgn. ketika hati sdh dikuasai emosi mana bs berpikir jernih fan, apalg komunikasi yg bgs. yg ada emosi n emosi trs. heheee.. gumawo.. nana
BalasHapusyup, awalany aku kasihan pada yang myung tapi lama-lama kesel juga karena dia terlalu mengasihani diri sendiri dan terkesan cengeng. You're a grown up man, just get over it!
Hapustetep dukung yang myun, ketik reg ym kirim ke joseon. nana ntar kalo hwon dibunuh yang gantiin pangeran lee shin lho. fan sabar ya mudah2an yang myun ga akan sekerdil itu hehehehe trust him (Re)
Hapuskebahagiaan pasangan hwon-yeon woo memang sangat kental di episode ini, tp episode depan kynya dh mulai banyak yang bersitegang dh..
BalasHapusbtw jung il woo di sini og g terlalu keliatan cute ny ya, di 49 days n flower boys ramyun shop dia lebih cakep, hehehe...
wah ga sabar ni nunggu sinopsisnya hari senin, semangat yaaaaaaaaa....
BalasHapusSoalnya penasaran bgt ni ma kelanjutanya asik asik asik
penasaran banget .... pengen cepet2 baca sinopsis selanjutnya ....
BalasHapusYg paling cute di episode kali ini selain Hwon, siapa lagi kalau bukan Kasim Hyung. Hahaha,,, asli, lucu pisan nih orang. :D
BalasHapusWaktu Hwon menantang YM untuk membunuhnya, kalau menurut aku coz: - Cuma itu satu2nya cara buat meyakinkan/menyadarkan YM bahwa YW pada akhirnya tetep akan milih Hwon. Daripada YM terus2an berharap yang pada akhirnya tetep bakal nyakitin dirinya sendiri, mending disadarkan dari sekarang. Hehe,,, Jadi sebenernya, Hwon kasihan/sayang sama YM. Aigoo... :D
akhirnya.....ada kemesraan (lebay bagt nie kata, sedikit prono... ..maap )diantara mereka (hwon dan yeon woo) setelah tahu kebenarannya....
BalasHapuswa..... seruuu, aq baru sempet bca skrg gara" ulangan T.T
BalasHapusgumawo sinopsisnya ^.^
cerita yg sngat bgus,,,smpe brkali2 membaca.y,,,
BalasHapushwon-yeon woo kalian benar2 pasangan yg sngat serasi,,
Episode paling ngakak... ^.^ gomawo unni..
BalasHapusNice synopsis
BalasHapus