Jae-ha keluar dari kamar Hang-ah dan memberi perintah pada Sekretaris Eun untuk mempersiapkan kepulangan Hang-ah ke Utara. Ibunda Raja dan Jae-shin sangat terkejut. Mereka hendak menemui Hang-ah tapi kepala pelayan berkata Sekretaris Eun sudah menemui Hang-ah dan pihak Utara sudah mengeluarkan perintah agar Hang-ah kembali ke negaranya. Ibunda Raja dan Jae-shin tercengang.
Sekretaris Eun berbicara dengan Hang-ah. Hang-ah berkata ia ingin meneruskan pertunanagan ini dan ia dapat saja menentang perintah negaranya tapi.. Sekretaris Eun mengaku sebenarnya Jae-ha menentang rencana Hang-ah diajukan dalam sidang rakyat. Ia mengaku telah berbohong pada Hang-ah.
“Tapi mengapa?” tanya Hang-ah.
“Aku akan bertanya satu hal…”
“Tentu saja aku mencintai Yang Mulia, tapi…”
“Aku di sini bukan untuk membicarakan hal cinta denganmu. Nona Kim Hang-ah akan segera menjadi Ratu negara ini. Apakah kau punya kepercayaan diri? Sejak awal aku menentang pertunangan ini, bahkan hingga saat ini. Tapi jika kau yakin, aku akan menolongmu. Baik itu perasaan Yang Mulia, opini rakyat dan politik, aku akan membantumu membalikkan situasinya. Apa kau punya kepercayaan diri?”
“Aku hanyalah wanita biasa..aku hanya ingin menemukan seseorang yang mencintaiku dan menjalani hidup dengan baik. Hingga sekarang aku masih takut dengan kehidupan di sini. Kedudukan ini juga sangat menakutkan. Orang-orang di sekitarku juga sama. Dan sekarang bahkan Yang Mulia pun…”
Hang-ah menangis. Mendengar jawaban Hang-ah, Sekretaris Eun berkata ia akan segera menghubungi pihak Utara.
Jae-ha mengunjungi museum untuk memperingati Jae-kang. Ia melihat-lihat foto kakaknya dengan perasaan campur aduk. Perdana Menteri yang menemaninya baru mengetahui kalau Hang-ah akan kembali ke Utara. Ia bertanya pada Jae-ha apakah Jae-ha memutuskan pertunangannya. Sejak kapan aku bertunangan, jawab Jae-ha dingin.
Perdana Menteri berkata jika mereka menuruti kehendak Utara untuk menarik kembali Hang-ah bukankah hal ini akan merusak image Selatan. Ia bertanya apakah Jae-ha ingin ia mengeluarkan perintah pemulangan kembali? Jae-ha memelototinya.
Maksud Perdana Menteri adalah jika Hang-ah ditarik pulang ke Utara karena perintah dari Utara maka kesannya Selatan yang bersalah. Ia mengusulkan mengeluarkan perintah pemulangan, dengan demikian Selatan yang mengembalikan Hang-ah ke Utara (hingga terkesan Hang-ah yang tidak pantas berada di Selatan). Tapi ternyata Jae-ha menolak usul itu.
Jae-ha kembali berjalan dan berhenti di depan sebuah foto. Foto Hang-ah yang sedang tersenyum dalam hanbok pink saat pengumuman pertunangan mereka. Ia memandangi foto itu dengan sedih.
Hang-ah melangkah keluar dari istana. Jae-shin menemuinya. Hang-ah berkata dulu ia pernah berkata pada Jae-ha, asalkan dua hati bersatu itu sudah cukup. Sekarang ia sadar kenyataan tidaklah seperti itu, Dulu ia terlalu sombong hingga mengucapkan perkataan itu.
Jae-shin mengerti. Ia berkata manusia tidak ada yang sempurna karena itu perasaan pun tidak sempurna. Ia berharap Hang-ah kembali setelah hubungan Utara dan Selatan membaik. Ia mengucapkannya dengan wajah penuh harap. Tapi Hang-ah meminta maaf dan pergi meninggalkan Jae-shin. Tampaknya Hang-ah sudah memantapkan hatinya untuk tidak kembali lagi ke Selatan. Ibunda Raja melihat kepergian Hang-ah dari jendela. Ia terlihat sedih.
Jae-ha kembali ke istana. Dalam perjalanan, ia melihat poster-poster pertunangannya dengan Hang-ah mulai diturunkan. Segurat kekecewaan terlintas di wajahnya.
Ia menemui ibunya yang sedang merawat tanaman. Mendengar kedatangan puteranya, Ibunda Raja terlihat sangat kesal. Jae-ha bertanya apakah Hang-ah telah kembali dengan selamat. Ibunda Raja tak tahan, ia melemparr kain lap yang dipegangnya pada Jae-ha. Jae-ha kaget.
“Apa kau gila? Mengapa hal ini terjadi? Mengapa?” tanya Ibunda Raja.
“Ibu, Ibu benar. Kita tidak bisa begitu saja mempercayai orang lain dan memperlihatkan kelemahan kita padanya,” jawab Jae-ha.
Ibunda Raja bertanya memangnya Hang-ah mengkhianati kepercayaan Jae-ha. Jae-ha tak mau berdebat dengan ibunya dan berkata akan pergi istirahat.
“Apa kau tahu ayahmu masih mengompol walau dia sudah berusia 40 tahun? Dia mengidap nokturnal enuresis (tak sadar berkemih saat tidur). Aku selalu berpura-pura aku tidak tahu. Suatu kali aku bercanda dan tertawa bahwa ia mengompol dan dia sangat marah. Dia berkata tidak mau melihat wajah keriputku dan berkata aku seharusnya mendapat perawatan botox. Lalu ia berkata itulah sebabnya rakyat biasa seharusnya tidak diijinkan masuk dalam keluarga kerajaan.” (hmmm…ketauan deh Jae-ha nurun dari siapa ^^)
Jae-ha mengerti arah pembicaraan ibunya. Ia berkata hal ini tidaklah sama.
“Manusia memang seperti itu,” kata ibunya, ”begitu kekanakkan hingga selalu membesar-besarkan kesalahan yang lain dan bertengkar. Kelemahan? Rahasia? Kau melihatnya sebagai senjata dan menggunakannya setiap ada kesempatan. Lambat laun kalian akan lupa mengapa kalian bertengkar. Kalian hanya akan berpikir bagaimana caranya menyakiti satu sama lain. Untuk membuat yang lainnya terluka lebih dalam. Meski begitu tidak akan pernah keluar kata-kata: mari kita putus. Mengapa? Karena itu berarti semuanya telah berakhir. Itu adalah garis pertahanan terakhir. Garis yang tidak boleh dilewati. Siapa yang memutuskannya lebih dulu? Hang-ah? Jika ia yang mengatakannya lebih dulu, aku tidak akan memaafkannya. ”
“Bagi Ibu mungkin itu garis pertahanan terakhir tapi…”
Ibunda Raja langsung tahu Jae-ha lah yang memutuskan hubungan dengan Hang-ah.
“Kau benar-benar sampah,” kata Ibunya.
Jae-ha tertegun. Ibunya berkata apakah Jae-ha marah mendengar ucapan itu. Melihat ekspresi Jae-ha, Ibunda Raja menyadari bahwa inilah akar permasalahannya.
“Hei, semua orang di dunia ini sudah tahu kalau kau adalah sampah. Kau pikir itu adalah rahasia dan terungkap olehnya (Hang-ah). Jadi karena kemarahan sesaat kau menyuruhnya pergi?” tanya Ibunda Raja tak percaya.
Jae-ha tak mampu berkata-kata. Ibunda Raja berkata, “…Kau ini sampah. Sampah. Bahkan setetes air kotor dari sampah pun masih lebih baik darimu.”
“Ibu, mengapa ibu berkata seperti itu,” protes Jae-ha. Tak percaya ibunyapun menganggapnya demikian.
“Aku seperti ini karena aku tidak punya pilihan lain. Ia tersakiti dan merasa tak berdaya. Itulah sebabnya ia mengatakan kata-kata seperti itu. Dia mengatakan begitu banyak hal baik saat sidang rakyat. Apakah mungkin ia memanggilmu sampah tanpa alasan?”
Jae-ha bertanya apa yang Hang-ah katakan dalam sidang. Ibunda Raja bertanya apakah Jae-ha tak menontonnya.
Jae-ha merenungkan perkataan ibunya. Akhirnya ia memutuskan untuk menonton sidang rakyat kemarin.
Hang-ah telah tiba di perbatasan Korea Utara dan Selatan. Ia diminta untuk melepaskan semua barang pemberian keluarga kerajaan. Hal ini termasuk seluruh pakaian dan perhiasannya.
“Kalau begitu, apa identitas Nona Kim Hang-ah saat ini? Warga Korea Utara atau Korea Selatan?” tanya komite khusus. Hang-ah terdiam. Jae-ha tak siap melihat jawabannya hingga hendak mematikan TVnya tapi ia mendengar jawaban Hang-ah.
“Baru-baru ini kami bertengkar.,” kata Hang-ah.
“Dengan siapa? Dengan Yang Mulia? Apa karena masalah Utara dan Selatan?”
“Kami sering bertengkar sejak kami pertama bertemu. Dia bilang aku tidak seperti wanita. Dia bilang seharusnya aku tidak mengharapkannya. Aku sangat marah saat mendengar hal itu jadi aku memperlakukannya dengan lebih buruk. Tapi setelah kupikirkan kembali, aku mungkin mulai menyukainya sejak saat itu. Sepetinya aku mendapat pria yang buruk, benar kan? Sekarang pun masih seperti itu. Kelihatannya aku dan Yang Mulia tidak saling mencintai karena kami selalu bertengkar dan saling bersikap sinis. Tapi walau seperti itu aku merasa bahagia. Sepertinya kami mulai saling mengerti. Aku sepertinya tahu apa yang dikatakan olehnya bahkan sebelum ia mengatakannya. Dan pada saat yang sama sedikit mengharapkan pertengkaran apa lagi yang akan ditimbulkan orang ini. Hatiku berdebar kencang. Tentu saja kadang-kadang aku merasa terluka. Kadang aku merasa lebih mencintainya daripada ia mencintaiku dan itu membuatku sedikit marah. Tapi apa yang bisa kulakukan? Asalkan orang ini di sisiku, aku sudah merasa bahagia.”
Kesedihan dan penyesalan memenuhi hati Jae-ha setelah ia mendengar isi hati Hang-ah.
Hang-ah telah melepaskan segala perhiasannya dan berganti pakaian dengan pakaian yang ia kenakan saat a memasuki Korea Selatan. Ayahnya telah menantinya.
Hang-ah melewati perbatasan namun ia tak menghambur ke pelukan ayahnya. Barulah di tempat sepi ia menumpahkan seluruh kesedihan yang selama ini ditahannya. Hang-ah menangis tersedu-sedu di pundak ayahnya.
“Identitas? Kalian menanyakan siapa aku bukan? Aku hanyalah wanita yang sangat mencintai seorang pria.” Itulah jawaban Hang-ah.
Jae-shin menemui kakaknya. Jelas bukan hanya Ibunda Raja yang marah pada Jae-ha. Jae-ha masih berusaha membuka password ilseongnok Jae-kang. Ia menyebutkan berbagai jenis makanan : hamburger, kerang saus, dll. Tapi tak ada yang benar.
“Komrad Lee Jae-ha.” Jae-ha terkejut dan menoleh. Mungkin ia mengira Hang-ah telah kembali.
Tapi itu adalah suara burung beo Jae-shin. Burung itu terus mengoceh memanggil komrad Lee Jae-ha. Jangan-jangan Hang-ah yang ngajarin ya^^
Jae-ha menyuruh Jae-shin membuang burung itu. Jae-shin menghampiri kakaknya dan menyindir reaksi kakaknya pada panggilan itu cukup besar. Ia bertanya apa kakaknya berubah pikiran. Jae-ha mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan apa saja kesukaan Jae-kang yang diingat Jae-shin.
“Kudengar kakak tidak menonton sidang itu dan pergi memarahi Perdana Menteri. Di mata orang lain kau adalah pahlawan. Jika orang lain memanggilmu sampah, kau marah. Mengapa mood kakak begitu cepat berubah? Begitu berbeda dengan seseorang, yang selalu sama”
“Kau benar, aku sampah. Jadi keluarlah.”
“Kakak harus menyelesaikannya dengan benar. Karena kakak membuat situasinya menjadi buruk, kakak seharusnya mengendalikan emosi kakak dengan lebih baik!” Jae-shin memarahi kakaknya.
Kalau begitu apa yang harus kulakukan, Jae-ha menggebrak meja dengan frustrasi. Ia berkata ia berharap ada seseornag yang menghentikannya taip kejadiannya begitu cepat. Pihak Utara dan Selatan begitu cepat menyelesaikan masalah ini (Utara dengan cepat memerintahkan Hang-ah untuk kembali). Jadi apa lagi yang bisa ia lakukan?
Jae-shin mengingatkan bahwa Jae-ha adalah Raja. Jae-ha bertanya kekuasaan apa yang dimiliki raja negeri ini. Jika ia membawa Hang-ah kembali ke Selatan sekalipun, orang-orang itu akan tetap mempertanyakan Hang-ah di belakangnya. Akhirnya akan tetap sama.
Untuk memastikan hal itu tidak terjadi, Jae-ha berkata ia harus membereskan semuanya lebih dulu. Ia harus menangkap pembunuh sebenarnya. Itu adalah prioritas utamanya.
“Itu akan memakan waktu sangat lama. Apa kakak akan membawa oenni kembali saat ia sudah menjadi nenek-nenek?” seru Jae-shin kesal. Ia pergi meninggalkan kakaknya.
Jae-ha menghabiskan waktunya seharian untuk membuka jurnal Jae-kang. Akhirnya ia terkapar di lantai sambil terus mencoba berbagai password. Ia menoleh pada lukisan kakaknya dan meminta petunjuk.
Sekretaris Eun masuk dan meminta Jae-ha ikut menjadi suporter sebuah pertandingan olahraga. Jae-ha sebenarnya tidak mau tapi Sekretaris Eun berkata kepercayaan rakyat pada keluarga kerajaan terguncang sejak kematian Jae-kang. Dan acara olah raga adalah acara yang diminati seluruh rakyat Korea. Jika Jae-ha ikut memberi semangat kali ini maka akan menjadi publisitas baik.
Dengan berat hati Jae-ha ikut duduk bersama para staf istana menonton pertandingan itu. Bahkan ada orang yang memberikan petunjuk bagaimana mereka harus bereaksi saat ada bola masuk atau bola keluar. Jae-ha teringat pada pertandingan sepak bola yang pernah ditontonnya bersama kakaknya.
Saat itu Korea tertinggal angka dan waktunya hanya 5 menit lagi tapi Jae-kang optimis Korea masih bisa menang. Sementara Jae-ha pesimis. Jae-kang terus berteriak memberi semangat: “Dae-han Min-guk (Republik Korea) prok prok prok prok prok.” (nadanya persis dengan yell : In-do-ne-sia prok prok prok prok prok pada pertandingan bulu tangkis hehehe)
Jae-ha berdiri dan bergegas kembali ke tempat kerjanya. Ia mencoba password itu: Dae-han Min-guk (lengkap engan intonasinya). Password salah. “Dae-han Min-guk prok prok prok prok prok.” password benar. Jae-ha tertawa karena kakaknya ikut memasukkan tepuk tangan sebagai password. Bener-bener khas Jae-kang.
Jae-ha segera melihat isi jurnal kakaknya. Jurnal pertama adalah hari pertama Jae-kang dinobatkan menjadi raja (tahunnya dimulai dari tahu 2010 jadi Jae-kang menjadi Raja pada tahun itu)
Ia berkata ia tidak menyangka akan mewarisi tahta secepat ini. Ia berjanji pada ayahnya akan menjadi pria yang baru. Jae-ha tersenyum penuh kerinduan melihat kakaknya.
Jurnal berikutnya Jae-kang yang sedikit mabuk mengungkapkan kegembiraannya pada ayahnya setelah mengadakan pertemuan WOC yang pertama. Perwira Utara dan Selatan berkumpul dalam satu ruangan. Ia berharap ayahnya juga bisa melihatnya.
Berikutnya, ungkapan kekecewaan Jae-kang karena Jae-ha membuat keributan hanya gara-gara SNSD. Jae-ha buru-buru melihat jurnal berikutnya. Pfft…
Kali ini Jae-kang bersorak gembira melaporkan pada ayahnya kalau Jae-ha berhasil lari 60 km dalam semalam. Jae-ha ternyata bisa diandalkan. Jae-ha tersenyum melihat kegembiraan kakaknya. Jae-kang berkata tugas selanjutnya adalah menikahkan Jae-ha. Ia menunjukkan foto 2 gadis yang terpilih sebagai kandidat istri Jae-ha (salah satunya yang ditemui Jae-ha di luar negeri). Ia bertanya ayahnya lebih menyukai yang mana.
Jae-kang mengambil foto ketiga. Foto Hang-ah. Ia berkata secara pribadi ia merasa Hang-ah adalah pendamping yang tepat untuk Jae-ha. Jae-ha tersenyum pahit. Jae-kang mengaku Hang-ah berasal dari unit khusus. “Menakutkan, bukan? Rakyat tidak akan menyukainya. Terutama Klub M. Mereka akan sangat marah.”
Mendengar Klub M disebut, Jae-ha langsung memberi perhatian penuh. Ia mengklik jurnal lainnya. Kakaknya terduduk dengan wajah khawatir. Ia berkata ayahnya menyuruhnya jangan berlawanan dengan orang yang bebal. Tapi sekarang orang itu menghalangi jalannya. Apa yang harus ia lakukan. Jae-kang berkata orang itu telah meledakkan bom. Sebuah perusahaan menentang sebuah negara.
Jae-kang berkata mereka (Klub M) akan selalu berada di antar Utara dan Selatan untuk membuat pergesekkan di antara keduanya. Jae-ha teringat perkataan ayah Hang-ah mengenai Klub M yang bersembunyi dan mengendalikan dari belakang. Mereka hanya pura-pura berdukacita. Lalu ia ingat ucapan-ucapan John yang aneh.
“Mereka tidak punya prinsip. Ia bahkan berani mengancamku seakan-akan dia lah Rajanya. Sepertinya ia ingin membunuhku. Tapi aku tidak boleh takut pada mereka, bukan?” tanya Jae-kang gemetar. Jae-ha tertegun melihat kakaknya terlihat takut.
Sekretaris Eun menemukan Jae-ha di ruang arsip. Semalaman ia mencari informasi mengenai Klub M. Ia menemukan bahawa persenjataan mereka juga dibeli dari Klub M. Klub M juga berkata akan membantu Korea Utara jika terjadi perang. Intinya Klub M ini yang paling senang jika terjadi perang.
Sekretaris Eun berkata Klub M berdiri sejak kejatuhan Uni Soviet. Pendirinya adalah Arthur Mayer (ayah John). Mereka membeli perusahaan-perusahaan kecil pembuat senjata dengan harga murah. Sekarang mereka telah menguasai berbagai bidang industri di seluruh dunia. Singkatnya, ia orang yang sangat sangat kaya.
“Apakah ada kemungkinan ia yang membunuh kakakku” tanya Jae-ha. Sekretaris Eun terkejut tapi ia mengangguk. Jae-ha memerintahkan untuk memanggil John Mayer. Sekretaris Eun cepat-cepat berkata masih banyak kemungkinan lain. Banyak yang tidak menyukai persatuan Utara dan Selatan, WOC, dan pertunangan Hang-ah dan Jae-ha, jadi belum tentu Klub M.
Jae-ha bertanya John Mayer itu orang seperti apa. Sekretaris Eun menjawab netral, seperti yang Jae-ha lihat. Jae-ha berkata John dijuluki gollum (makhluk jahat yang muncul dalam trilogi Lord of the Rings) abad ini dan pesulap. Sekretaris Eun mnejelaskan kalau John sangat suka memamerkan trik sulapnya. Orang yang suka pamer.
Jae-ha teringat John berkata pernah menusuknya dengan bolpen. Ia memutar-mutar bolpennya dan teringat insiden ketika ia kecil. Ketika ia ditusuk seorang siswa daris ekolah kakaknya. Ia juga ingat anak itu menulis : “I am KING” di kaca jendela.
Jae-ha tersenyum. Ia menyuruh Sekretaris Eun memanggil John Mayer. Sekretaris Eun protes. Jae-ha menenangkannya, ia tidak akan berbuat apa-apa. Ia hanya ingin bicara.
John sangat girang saat diberitahu Jae-ha ingin menemuinya. Ia menebak Jae-ha pasti sudah ingat padanya. Iasangat senang hingga bertanya-tanya apakah ia telah jatuh cinta pada Jae-ha.
John tiba di pelataran istana dengan menggunakan helikopter. Sekretaris Eun melaporkan kedatangan John pada Jae-ha. Ia berkata ia harus mendengarkan percakapan John dan Jae-ha. Karena jika mereka membicarakan masalah yang menyangkut negara, maka ia sebagai Sekretaris harus ikut mendengarkan. Silakan saja, kata Jae-ha tenang. Ia pergi keluar. Sekretaris Eun mengamati dokumen –dokumen yang berserakan di meja Jae-ha. Semuanya mengenai Klub M.
John Mayer diantar ke ruang kerja Jae-ha. Ia berpapasan dengan Sekretaris Eun dan menyapanya. Tapi Sekretaris Eun mengabaikannya dan tidak membalas salamnya. John terlihat kesal. Ia melewati kamar Jae-shin yang pintunya seditkit terbuka. Ia melambaikan tangannya dan tersenyum pada Jae-shin. Jae-shin langsung memberi isyarat agar dayangnya menutup pintu.
John memasuki ruang kerja Jae-ha. Berbeda dengan pertemuan sebelumnya, kali ini Jae-ha menunggu di kursinya. Seakan menunjukkan kalau ia adalah Raja negeri ini.
John membunguk memberi hormat. Jae-ha berdiri menatap John lalu tersenyum. Sementara itu Sekretaris Eun kembali ke ruangannya dan mendengarkan percakapan mereka.
Jae-ha meminta maaf karena mengganggu jadwal sibuk John. John berkata tidak apa-apa, asalkan Jae-ha menelepon, setiap saat ia bersedia menerima perintah.
Jae-ha berkata ia memanggil John karena ia mendengar rumor kalau Klub M berada di balik pembunuhan kakaknya. Sekretaris Eun tersentak. John juga terkejut tapi ia tetap tersenyum.
“Apa yang Yang Mulia…”
Jae-ha berkata ia memikirkan siapa yang mendapat kerugian jika Raja sebelumnya tergesa-gesa dengan WOC dan pernikahan Utara-Selatan. Ia sudah menghitung seluruhnya dan mendapati sekitar 10 ribu perusahaan besar dan kecil. Tapi saat ia meneliti kembali, hampir semuanya milik Klub M.
Jae-ha terus mempermainkan John. Ia bertanya apakah perusahaan John seperti kompleks persenjataan di film-film. Tidak, kata John. Jae-ha berkata kalau begitu perusahaan John perusahaan kecil. Harga diri John tersinggung. “Tidak sekecil itu,“ jawabnya sambil tersenyum kesal.
Jae-ha duduk dan mempersilakan John untuk duduk. Ia berkata bagaimana bisa seorang Korea memiliki begitu banyak perusahaan.
“Bagaimana bisa seorang Raja memandang rendah negaranya sendiri?” tanya John.
“Aku tidak memandang rendah, hanya saja tidak masuk akal.“
Ia terus meledek John dengan nada merendahkan, bahkan tertawa geli saat membaca kalau John dijuluki Al Capone (tokoh mafia terkenal dan ditakuti). Senyum di wajah John perlahan-lahan lenyap.
Jae-ha berkata ia akan menasihati John sebagai sesama orang Korea. Sebaiknya John tidak terbuai dan terlalu berambisi. Ia meledek John telah meminjam uang ke sana sini untuk memperluas usahanya. Jangan-jangan pada akhirnya hanya akan ada kertas merah tertempel di mana-mana (disita). John menahan kemarahannya.
Jae-ha menasihati agar John menghemat uangnya. Mencari properti di daerah pinggiran dan mengurusnya sendiri di sana selama ia masih bisa. Jae-ha tahu, cara agar John memperlihatkan wajah aslinya adalah dengan merendahkan harga dirinya habis-habisan.
“Jadi, aku sendiri akan mengurus Anmyeondo,” ujar John.
Jae-ha terdiam. Senyumnya menghilang. John memajukan tubuhnya mendekati Jae-ha.
“Kakakmu, aku sendiri yang mengirimnya ke dunia lain, dasar brengsek.”
Mendengar itu Sekretaris Eun segera bangkit dari tempat duduknya dan berlari keluar.
“Apa kau senang? Kau sukses memprovokasiku. Apa kau merasa hebat? Tapi apa boleh buat? Aku sengaja memberitahumu. Mengapa? Karena aku sangat berkuasa. Apa kau pernah mendengar pemerintah bayangan? Itu adalah aku. Raja dari negara seukuran telapak tangan seperti Korea hanyalah raja boneka. Tak sederajat denganku. WOC dan penikahan Utara–Selatan tidaklah menyenangkan. Tapi bukan itu alasan aku membunuh kakakmu. Kakakmu mengira bisa menghalangiku masuk ke negara ini. Hal itu yang membuatku bertindak. ”
Jae-ha tertegun. John berkata Jae-kang mati tanpa mengetahui apapun. Seperti orang bodoh. John tertawa. Jae-ha tampaknya siap meledak. Tangannya gemetaran. Tapi tiba-tiba Jae-ha tertawa.
“Apa kau telah meminum obatmu? Fantasimu bisa membuatmu dalam kesulitan. Apa kau bersikap seperti ini karena aku tidak ingat padamu? Walau begitu, kau tidak bisa berbohong.
“Berhentilah berpura-pura,” John menggertakkan giginya. Ia mengharapkan kemarahan, amukan, dan rasa takut dari Jae-ha tapi tenyata Jae-ha tidak memperlihatkannya.
“Ah, kau juga bilang kau pernah menusukku. Aku tidak ingat kau melakukannya atau tidak. Tapi aku ingat kau menulis di jendela. Tulisan apa itu?” Jae-ha pura-pura berusaha mengingatnya. “Diitulis dengan jari, ‘I am …’”
John memberi isyarat dengan menggerakkan bibirnya: “King”.
“Tom?” tanya Jae-ha polos. “I am Tom, you are Jerry.” LOL^^
Jae-ha tertawa. “Tentu saja bukan, bukankah namamu John?”
“Ah, benar,” Jae-ha teringat,”Bong-gu. Nama Koreamu. Bong-gu. Kim Bong-gu.”
John sangat membenci nama Koreanya. Nama yang tidak dikenal dan tidak berpengaruh apapun. Apalagi Jae-ha menyebutnya sambil menunjuk-nunjuk dan menertawakannya.
“Itu benar, ‘I am Bong-gu’. Benar kan?” Jae-ha tersenyum.
“YAAAA!!!!” John berteriak marah.
Sekretaris Eun membuka pintu. Jae-ha bangkit berdiri dan berkata ia pasti akan mengingat John mulai sekarang. Dengan nama Kim Bong-gu. Jae-ha pergi meninggalkan Bong-gu yang meradang.
Sekretaris Eun mempersilakan Bong-gu keluar. Bong-gu pergi dengan amat sangat marah.
Shi-kyeong mendapat telepon dari Jae-ha.
“Pergi ke lobi sekarang. Si brengsek itu sedang berjalan keluar. Tangkap orang brengsek itu. Sekarang juga. Segera tangkap dia dan penggal kepalanya. Atau belah dia menjadi empat bagian untukku!!” teriak Jae-ha marah. (ekspresi Seung-gi di sini kereeeen^^)
Shi-kyeong dan Dong-ha segera merlari mencari Bong-gu. Ketika mereka keluar, mereka melihat Bong-gu mengamuk berteriak-teriak marah sambil menunjuk-nunjuk ke arah istana. Ia digiring para pengawalnya untuk menaiki helikopter. Shi-kyeong mendapat telepon dari ayahnya untuk membatalkan perintah dari Jae-ha. Shi-kyeong protes tapi Sekretaris Eun membentak bahwa itu adalah perintah.
Sekretaris Eun menghampiri Jae-ha yang sedang berusaha menenangkan dirinya. Jae-ha berkata Sekretaris Eun sudah mendengarnya sendiri bukan, orang itu mengaku telah membunuh kakaknya. Ia meminta Sekretaris Eun menjadi saksinya.
Sekretaris Eun mengingatkan Jae-ha adalah Raja. Jae-ha berkata orang yang dibunuh Bong-gu juga adalah Raja. Sekretaris Eun berkata masalahnya sudah rumit sejak dulu. Menambahkan balas dendam hanya akan memperumitnya.
“Jadi, kau pikit itu tidak mungkin dilakukan?” Tanya Jae-ha tak percaya. “buktinya sudah jelas”
Sekretaris Eun berkata walau buktinya jelas tetap saja membutuhkan waktu lama. Jae-ha mungkin akan dipanggil setiap hari. Dan lagi mereka tidak memiliki pertahanan and tidak dipersenjatai.
Klub M tidak akan tinggal diam jika mereka dituntut. Semua perusahaan yang berhubungan dengan klub M akan melumpuhkan ekonomi Korea Selatan. Politikus dunia juga akan bangkit karena mereka menerima sponsor dalam jumlah besar dari Klub M. Belum lagi para pemimpin media akan berbicara menentang opini publik Mengapa? Karena klub M yang memberikan beasiswa dan membiayai pendidikan mereka.
Terlebih lagi, Sekretaris Eun mengingatkan kalau keluarga kerajaan juga menerima donasi dari Klub M. Walau mereka menerimanya tanpa sadar.
“Dalam dunia ini tidak ada yang namanya keadilan. Hanya kekuasaan dan uang,” kata Sekretaris Eun.
Shi-kyeong masuk ke ruang kerja Jae-ha dan tak sengaja mendengar percakapan ayahnya dan Jae-ha di ruang sebelah.
Sekretaris Eun berkata cara lain untuk menentang Klub M adalah melalui WOC dan pernikahan Utara-selatan. Kedua hal ini yang membuat klub M membunuh Jae-kang. Itu artinya klub B mengkhawatirkan dua hal ini. Kedua hal ini menyebabkan membaiknya hubungan antara kedua negara. Hal ini yang paling tidak diinginkan klub M. Ini adalah cara balas dendam yang bisa mereka jalankan.
Tapi Sekretaris Eun mengingatkan, baik WOC dan pernikahan itu sudah digagalkan oleh Jae-ha sendiri. WOC gagal karena hubungan Utara dan Selatan memburuk setelah dituduh menjadi penyebab kematian Jae-kang.
“Maafkan aku tapi aku sulit mempercayai kalau Yang Mulia mempunyai kemampuan untuk balas dendam. Yang Mulia cenderung banyak berbicara daripada bertindak. Pada dasarnya Yang Mulia belum melakukan apapun.”
Shi-kyeong tersentak mendengar perkataan ayahnya. Sekretaris Eun berkata jika Jae-ha memiliki kemauan untuk menyelesaikan masalah WOC dan pernikahan, barulah ia akan bersedia membicarakan langkah selanjutnya. Sebelum itu terjadi, ia akan berpura-pura tidak melihat atau mendengar apapun hari ini (tidak mendengar pengakuan Bong-gu). Jae-ha hanya diam tak bisa mengatakan apapun.
Sekretaris Eun keluar dan melihat Shi-kyeong berdiri di dekat pintu. Ia bertanya seberapa banyak yang sudah didengar Shi-kyeong. Shi-kyeong menanyakan klub M itu apa. Sekretaris Eun tak menjawab dan langsung pergi.
Shi-kyeong mengikuti ayahnya ke kantor ayahnya. Sekretaris Eun mengangkat telepon dan langsung menaikkan tingkat pengamanan arsip rahasia agar tidak bisa diakses Shi-kyeong. Shi-kyeong bertanya apakah pembunuhan Jae-kang dilakukan oleh Klub M tapi Sekretaris Eun mengusir anaknya.
“Pengawal keluarga kerajaan Kapten Tim Dua Eun Shi-kyeong, jangan melewati batas otoritasmu! Tentara harus bersikap sebagai tentara, jadi ikuti perintahmu.”
Shi-kyeong berkata tentara baru bisa bertindak jika ia mengerti perintahnya. Ia bahkan tidak diberi kesempatan untuk membuat keputusan sendiri. Shi-kyeong berkata sikap ayahnya pada ayah Jae-ha dan Jae-ha sangatlah berbeda.
Sekretaris Eun mengingatkan ia telah mengenal Jae-ha sejak Jae-ha kecil. Shi-kyeong berkata ia telah berlatih bersama dengan Jae-ha jadi ia juga mengenalnya.
Sekretaris Eun berpendapat Jae-ha adalah orang yang tidak bisa mengendalikan perasaanya dan hanya tahu bertindak seenaknya. Shi-kyeong yakin Jae-ha akan semakin kuat.
“Apa yang kau tahu mengenai apa yang diperlukan untuk menjadi Raja? Berapa umurmu? Apakah kedudukan yang menjadikan seseorang itu Raja? Alasan kau ingin mempercayainya adalah karena kau merasa dia berkuasa. Karena dia Raja. Kau memang seperti ini. Sekali kau percaya sesuatu kau akan mengikuti jalan itu hingga akhir.”
Shi-kyeong terluka dengan perkataan ayahnya. Ia berkata ayahnya juga sama. Di mata ayahnya, satu kali gagal selamanya dianggap gagal. Kurasa ia membicarakan dirinya sendri. Shi-kyeong pernah gagal mengikuti ujian dan sejak itu ayahnya menganggapnya orang gagal.
Shi-kyeong berjalan keluar kantor ayahnya. Di lorong yang dipenuh lukisan para Raja, ia melihat Jae-ha sedang termenung menatap lukisan kakaknya.
“Kak, apakah aku benar-benar tidak memiliki kemampuan?” tanya Jae-ha dalam hati. “Aku tidak bisa melakukannya?”
Ia berbalik dan melihat Shi-kyeong sedang memandanginya. Ia bertanya apakah Shi-kyeong juga menganggapnya mengecewakan. Apa Shi-kyeong akan merendahkannya seperti ayahnya? Shi-kyeong menghampiri Jae-ha.
“Yang Mulia tidak perlu mempedulikan pendapat orang lain. Percayalah pada diri sendiri. Yang Mulia sudah sangat berkuasa,” ujar Shi-kyeong sungguh-sungguh.
Jae-ha bingung melihat sikap Shi-kyeong. Apa Shi-kyeong sedang mengoloknya?
“Yang Mulia yang kukenal adalah seorang yang sangat peka. Yang Mulia benci terlihat terlalu tulus. Tapi sebenarnya Yang Mulia tahu dunia yang sebenarnya dan itu melukai Yang Mulia hingga tak bisa membuat keputusan dalam melangkah. Itulah sebabnya Yang Mulia mengenakan topeng wajah penuh tawa. Sekarang aku meminta agar Yang Mulia melepaskan topeng itu. Yang Mulia merasa tidak percaya diri dan banyak orang memandang rendah Yang Mulia. Tapi bagiku, Yang Mulia telah menjadi Raja yang paling kuat.”
Shi-kyeong berdiri dengan sikap sempurna seorang tentara. “Tolong jalani jalan ini tanpa merasa gentar, Yang Mulia.” Shi-kyeong membungkuk dalam-dalam memberi hormat.
Jae-ha tersentuh dengan perkataan Shi-kyeong, namun seperti biasa ia tidak mau memperlihatkan perasaannya. Ia berbalik dan berbicara dengan lukisan Jae-kang, “Kak, mengapa dia seperti ini? Kurasa ia jadi gila.”
Shi-kyeong tak bergerak sedikitpun. Menatap Jae-ha yang membelakanginya. Ia terlihat penuh tekad. Siap mendukung Rajanya.
Sekretaris Eun mengetik pernyataan mengenai kematian Jae-kang. Ia menceritakan kronologis kejadiannya. Dari pertemuannya dengan Daniel Craig mengenai sumbangan pada keluarga kerajaan. Lalu mengenai album langka yang ia terima senilai jutaan won. Juga mengenai ia merekomendasikan tempat berlibur di Korea Selatan pada Daniel Craig. Dan ia tak sengaja menyarankan Anmyeondo. Sekretaris Eun terdiam sejenak, lalu menghapus kata “tak sengaja”.
Tepat saat itu Bong-gu meneleponnya dan memakinya seakan Sekretaris Eun adalah anak buahnya. Sekretaris Eun bertanya bagaimana Bong-gu bisa tahu nomor teleponnya yang baru. Bong-gu berkata ia tahu semuanya, nomor KTP, SIM, bahkan kode masuk rumahnya.
“Karena kau sudah mengambil suapnya maka bekerjalah dengan betul, brengsek!!” teriak Bong-gu.
“Kukatakan sekali lagi, aku tidak….”
Bong-gu kesal dengan “pendirian tak bersalah”nya Sekretaris Eun. Sekretaris Bong-gu memberi isyarat agar Bong-gu menenangkan dirinya. Bong-gu menarik nafas panjang dan berbicara dengan lebih tenang.
“Ketulusanmu hanya bernilai 1%. Mengapa? Bukankah Goebbel pernah mengatakannya: 100% kebohongan akan lebih efektif jika dimasukkan 1% ketulusan di dalamnya. Kau tahu siapa Goebbel bukan? Menteri Propaganda NAZI. Itulah sebabnya aku bilag kau menambahkan ketulusan pada kebohonganmu. Hanya agar Raja mempercayaimu dan kau tidak akan dicurigai. Kau bahkan bisa berkata kau percaya pada dirimu sendiri. Kau brengsek busuk, jika kau masih ingin bersikeras mengenai ketulusan, itu artinya kau membohongi dirimu sendiri. Dirimu dan hati nuranimu. Kau telah membohongi dirimu sendiri, apa kau tahu?”
Sekretaris Eun langsung mematikan teleponnya.
Sebenarnya Bong-gu ada benarnya juga sih. Sekretaris Eun sedang berada di persimpangan jalan. Ia maju mundur antara benar dan salah. Sebentar mendukung sebentar menghalangi. Saat ia takut kesalahannya diketahui, ia akan meghalangi jalan Jae-ha. Tapi saat hati nuraninya berbicara, ia menunjukkan ketulusannya. Tapi bohong adalah bohong. Masalahnya apakah Sekretaris Eun pada akhirnya akan menuruti hati nuraninya atau mengikuti Bong-gu?
Bong-gu melemparkan teleponnya dengan kesal karena Sekretaris Eun menutup teleponnya begitu saja. Sekretarisnya mengingatkan kalau Sekretaris Eun berguna untuk mereka jadi sebaiknya Bong-gu bresikap lebih baik. Bong-gu berkata hal ini tidak bisa dilanjutkan. Ia menyuruh sekretarisnya memanggil Bon Bon.
Siapa Bon Bon? Wanita pembunuh yang suka makan cokelat. Bon Bon kan termasuk coklat juga ya. Mungkin karena itu ia dijuluki Bon bon. Tapi yang pasti ia tidak manis seperti Bon Bon. Bon Bon cha cha cha (ngomong apa seeeeeh >,< ah stress)
Jae=ha mengajak Shi-kyeong minum bersama di rumah kebun milik Ibunda Raja. Shi-kyeong sangat canggung duduk bersama dengan Jae-ha. Jae-ha meminta Shi-kyeong tidak tegang dan menyuruhnya minum. Tapi Shi-kyeong tak bergerak.
“A-anggap saja kita adalah teman,” kata Jae-ha malu-malu. Shi-kyeong terkejut. Jae-ha menyodorkan gelasnya untuk toast tapi Shi-kyeong malah memalingkan wajahnya dan minum (etika minum di Korea, jika kita minum dengan orang yang lebih tinggi kedudukannya atau lebih tua, lebih sopan jika kita minum tidak menghadap pada mereka).
Shi-kyeong bertanya apa yang akan Jae-ha lakukan pada Klub M. Jae-ha berkata mereka akan menyelidiki lebih dulu. Dan kode operasi mereka : bong-gu. Shi-kyeong mengangguk dengan patuh. (Awww…pengennya sih tim WOC Utara dan Selatan bergabung untuk operasi ini^^)
Si-kyeong berharap Jae-ha bisa mengerti ayahnya. Jae-ha tetsenyum. Walau Sekretaris Eun berpandangan kolot tapi ia ada benarnya juga. Apalagi Sekretaris Eun telah mengabdi pada keluarga kerajaan selama 30 tahun. Shi-kyeong berterimakasih atas pengertian Jae-ha.
Jae--ha lalu bertanya pada Shi-kyeong apa yang harus ia lakukan mengenai Hang-ah. Ha.
Sepertinya Shi-kyeong menyarankan agar Jae-ha menelepon Hang-ah. Tapi ayah Hang-ah langsung menolak telepon itu. Ia sedang menunggu Hang-ah berjalan-jalan dengan Ki-woon (teman Hang-ah yang dulu pernah melamar Hang-ah namun ternyata hanya latihan untuk melamar gadis lain).
Hang-ah dan Ki-woon sampai di tempat ayah Hang-ah menunggu. Tapi Hang-ah tidak terlihat gembira. Ia mengeluh perutnya sakit.
“Air bungaku mungkin akan datang. Aku merasa datangnya sedikt terlambat kali ini,” keluhnya. Ki-woon dan ayah Hang-ah merasa jengah mendengar Hang-ah mengucapkannya dengan begitu terang-terangan.
“Aku bukan anak remaja lagi,” kata Hang-ah saat melihat reaksi ayah dan temannya. “Aku sudah setua ini, mengapa harus malu? Kau tidak tahu apa itu air bunga matahari? Menstruasi. Di Selatan disebut datang bulan!!”
Hang-ah berseru keras-keras pada Ki-woon yang terlihat malu mendengar Hang-ah berbicara seperti itu. Hang-ah tak mempedulikan keduanya dan berjalan ke mobil. Ayah Hang-ah mencoba berbaik-baik pada Ki-woon untuk meredakan ketegangan. Tapi Hang-ah mengajak ayahnya segera pergi. Perutnya tambah sakit.
Ayah Hang-ah mengusulkan agar Ki-woon mengajak Hang-ah berjalan-jalan lagi. Atau Ki-woon boleh datang ke rumah dan mengobrol di sana. Ia bahkan menawarkan untuk mengantar Ki-woon pulang. Hang-ah terlihat kesal.
Dalam perjalanan pulang, Hang-ah menceritakan perbincangan membosankan dengan Ki-woon yang ternyata lebih ingin mengetahui pengalaman Hang-ah di selatan. Ayah Hang-ah berkata Hang-ah seharusnya berterima kasih karena Ki-woon mau mengajaknya berjalan-jalan saat tahu Hang-ah dalam mood jelek.
Hang-ah berkata teman-temannya juga selalu menelepon. Ayah Hang-ah berkata Ki-woon bukan hanya seorang teman tapi juga…
“Seorang pria. Lalu kenapa? Aku tidak peduli siapa orangnya yang penting ia pria. Apakah itu yang hendak Ayah katakan?” Ia bertanya apakah ayahnya malu karena pertunangan puterinya putus.
Hang-ah menahan air matanya dan meminta maaf atas perkataannya. Ayah Hang-ah berkata Hang-ah sama sekali tidak memutuskan pertunangan. Ia belum menikah dan belum bertunangan resmi. Pertunangan itu hanya kata-kata saja. Sebenarnya Hang-ah hanya pergi ke keluarga kerajaan di Selatan. Untuk melihat-lihat lalu kembali.
Tapi Hang-ah tak berpikir seperti itu. Ia menginginkan pertunangan itu. Ia mencintai Jae-ha. Sakit di perutnya semakin bertambah. Ia meminta ayahnya membicarakan hal ini nanti di rumah.
Apakah sangat sakit, tanya ayahnya. Hang-ah mengangguk. Ayah Hang-ah pikir Hang-ah sakit hati. Ia berkata baik di Selatan dan Utara sama saja, wanita yang selalu menderita pada akhirnya.
Shi-kyeong mulai menyelidiki mengenai Klub M. Karena ia dilarang mengakses arsip istana, ia mencari tahu dengan menemui temannya dan meminta bantuannya untuk mencari informasi. Tiba-tiba telepon Shi-kyeong berbunyi.
Dong-ha yang meneleponnya. Ia sedang mengantar Jae-shin check-up ke rumah sakit dan sudah selesai. Tapi reporter mengetahui dan berkerumun di gerbang keluar rumah sakit. Jae-shin menolak keluar dari rumah sakit.
Shi-kyeong menyuruh Dong-ha memanggil bala bantuan untuk membentuk pagar manusia dan mengawal Jae-shin keluar dari rumah sakit. Tapi Jae-shin tidak mau. Ia merebut telepon Dong-ha dan berbicara dengan Shi-kyeong. Jae-shin sama sekali tidak mau terlihat oleh wartawan. Ia tidak akan pergi sampai para wartawan itu tidak terlihat lagi.
Shi-kyeong mengusulkan agar mobil istana dijadikan pengalih perhatian. Tapi Jae-shin tidak mau duduk di mobil untuk orang cacat. Ia tidak mau terlihat orang dan memperlihatkan kalau dirinya orang cacat. Ia memerintahkan Shi-kyeong segera datang dan membawanya keluar dari sana.
Mobil istana dijadikan pengalih perhatian. Para reporter segera mengejar mobil istana. Setelah keadaan aman, Dong-ha dan Shi-kyeong membawa Jae-shin dengan mobil ambulans.
Sakit perut Hang-ah semakin hebat. Ia hendak meminum obat penahan sakit tapi sakitnya tak tertahankan lagi hingga obat-obat itu berjatuhan ke lantai. Dengan sisa kekuatannya ia menelepon ayahnya.
Ambulans yang dinaiki Jae-shin dibuntuti mobil berwarna putih. Dong-ha menyadarinya dan memberitahu Shi-kyeong. Mereka pikir mobil itu salah satu dari wartawa. Mereka berusaha menghindari mobil putih tapi mobil itu terus menempel. Dong-ha membelokkan mobilnya secara tiba-tiba dan mengambil jalan-jalan sempit. Akhirnya mobil putih itu tak terlihat lagi.
Saat mereka lega tiba-tiba dua buah mobil bertubrukkan tepat di jalan yang dilalui oleh ambulans Jae-shin. Karena jalan itu sempit, kedua mobil tadi menghalangi ambulans. Terjadi keributan antara dua pengemudi mobil yang bertabrakan itu. Salah satunya orang asing.
Dong-ha turun untuk memberekan keributan itu. Shi-kyeong juga hendak turun. Jae-shin melarangnya, ia tak mau ditinggal sendirian. Tapi ia tahu Shi-kyeong harus turun agar mereka bisa segera pergi.
“Kau akan segera kembali, kan?” tanyanya.
“Tentu saja,” jawab Shi-kyeong.
Jae-shin mengangguk memberi ijin. Shi-kyeong turun.
Pengemudi asing yang sedang bertengkar tadi melihat ke arah ambulans dan melihat Jae-shin. Jae-shin segera memalingkan wajahnya. Ia tak ingin dikenali. Mobil putih yang tadi mengikuti mereka muncul dan berhenti di belakang ambulans. Pengemudinya turun. Bon Bon. Oh NO!!
Jae-shin menoleh dan melihat Bon Bon menatapnya dari luar jendela belakang ambulans. Jae-hin terbelalak. Hmm….apakah “penampakan” ini akan memicu ingatkn Jae-shin ya? Mudah-mudahan…
Ayah Hang-ah menunggu hasil permeriksaan Hang-ah dengan khawatir. Dokter menemuinya dan meminta maaf, mereka telah berusaha semampu mereka.
“Maaf untuk apa?” tanya ayah Hang-ah bingung.
“Usianya baru sebulan.”
“Apanya yang sebulan?”
“Anak,” jawab si dokter. Melihat ekspresi ayah Hang-ah yang shock, ia bertanya apakah ayah Hang-ah tak tahu.
“Anak?!”
Jae-ha sedang memijat pundak ibunya dan menemaninya menonton drama (Twinkle Twinkle^^). Ibunya menyuruh Jae-ha meilihat tokoh ayah dalam drama itu yang hidup sengsara.
Ia bertanya apakah Jae-ha tahu mengapa si ayah menjadi seperti itu? Itu karena ia menelantarkan istrinya sendiri. Dia mencampakkan istri yang merawatnya dengan sepenuh hati. Ia sedang menyindir Jae-ha dan Jae-ha tahu itu.
“Apa kau tahu mengapa pria itu mencampakkan istrinya? Hanya karena ia mengucapkan kata sampah. Dia berbalik dan mengusirnya keluar. Padahal itu adalah istrinya. Pria seperti apa itu?” Hahaha… abis deh Jae-ha sama ibunya^^
Sekretaris Eun masuk dan meminta mereka mengganti saluran TV. Berita luar negeri menayangkan berita bahwa Kim Hang-ah, tunangan Jae-ha, mengalami keguguran. Dan sekarang pemerintah Korea Utara mengecam keras Jae-ha yang tidak bertanggung jawab baik dalam pertunangan, juga dalam peristiwa keguguran ini.
Berita dari Korea Utara: “Puteri kita Kim Hang-ah telah kehilangan sebuah kehidupan yang berharga. Ia kehilangan anak yang baru dikandung satu bulan. Karena duka hatinya, ia menderita trauma berat.”
“Anak apa? Bukankah kalian tinggal di kamar yang terpisah?” tanya Ibunda Raja terkejut. Sekretaris Eun memandang Jae-ha seakan berkata “apa lagi yang Yang Mulia telah lakukan”? Jae-ha terpana.
“Kami merasa sangat marah akan hal ini. Raja Selatan telah mempermalukan puteri rakyat kita. Bahkan anaknya dicampakkan dengan kejam. Raja Selatan adalah monster yang bahkan lebih buruk daripada babi dan anjing. Sekarang seluruh dunia tahu siapa dia sebenarnya.. ”
Jae-ha shock.
Komentar:
Pertemuan Jae-ha dan Bong-gu sangat menarik. Berbeda dengan pertemuan antara Jae-kang dan Bong-gu, Jae-ha adalah lawan yang seimbang (karena keduanya sama-sama memiliki pemikiran yang tak biasa). Walau Sekretaris Eun meragukan kemampuan Jae-ha sebagai Raja tapi aku yakin Jae-ha akan mampu melawan Bong-gu. Tak sabar menunggu pertempuran mereka. Agak ngeri juga sih. Apalagi melihat Bon Bon mengintip Jae-shin dengan tatapan menakutkan.
Keguguran yang dialami Hang-ah adalah shock therapy bagi Jae-ha. Bahkan setelah ia dimarahi dan disindir habis oleh ibunya dan Jae-shin, juga mendengar pernyataan cinta Hang-ah di depan umum, tetap saja tidak membuat Jae-ha bertindak. Kali ini ia tidak akan tinggal diam dan berusaha membawa Hang-ah kembali. I hope so^^
kyaaaa !!! ud mpe ep 10 ternyata
BalasHapussemakin penasaran aja, kira2 ap lgi ya yg bkalan dilakukan grup M untuk menghancurkan keluarga kerajaan?
kekekeke, ditunggu selalu kelanjutannya
huaaaaa.... cepatlah malam datang.... gag sabar pgn liat reaksi jae ha memperjuangkan hang ah.... hihihii... aq jg ikutan sedih n terbawa suasana nih pz liat sakit hati'y Jae Ha n Hang Ah.... :( tp aq suka banget m ibunda raja... puas liat ibunda raja sindir Jae Ha abz2an... hehehehe.... :D
BalasHapus-iReNe-
Btw kapan terjadinya peristiwa "bikin anak" ya?? Koq aku merasa oot krn hamilnya hang-ah tiba2...
BalasHapusTerjadinya di ep 8. jae-ha dan hang-ah tidur sekamar.
Hapusklo pas itu kyk'a waktunya kurang pas deh...
Hapusmungkin pas ep 1???
perhitungan satu bulan biasanya dihitung sejak menstruasi terakhir, bukan sejak terjadinya pembuahan (berasa dokter ob-gyn hehehe^^). Dan lagi kita tidak tahu sudah berapa lama pulang ke Utara.
HapusJika dari epi 1, berarti sejak WOC dimulai. Latihan WOC dilaksanakan selama 3 bulan. Dan waktu itu keduanya belum menyadari perasaan mereka jadi sangat kecil kemungkinannya ^^
hahaha jadi ngomongin masalah pembuahan :D
Hapuswaoh... semakin seru n sllu berharap kapan episode berikutx. tq mba fany. figthing...... maia
BalasHapusahhhh kasian hang ah pake acara keguguran.... semoga jae ha cepet2 bawa balik hang ah.......
BalasHapuslee sung gi keren ekspresi marahnya :)
waktu eps 8....
BalasHapusepisode selanjutnya kapan....
BalasHapussemakin hari semakin penasaran
jadi pgn cepet2 lihat mereka pas nikahhhhhh....
BalasHapuskpan ya????
Masa berkabung sempat2nya bikin anak. Tapi knapa ceritanya dibuat keguguran? Apa karena Hang Ah harus ikut WOC?
BalasHapusAlis Lee Jae Ha terlihat tidak alami
salam kenal mbak..
BalasHapusSeru bgt bca recap ny..mbak fanny detail bgt ngjlasinnya..walau udah nonton,tpi ada part2 yg g ngrti jdi bsa ngrti abis bca..
Suka bgt ama acting ny seung-gi,apalagi style nya "ah...stress" smbil mgang jdat...lucu bgt..
- iim -
Mengesankan ni drama baik pemain maupun jalurnya.......! Deabak...!
BalasHapusKeren kak. Ini udah 2020 tapi aku masih nonton aja.wkwk
BalasHapusSeru banget ceritanya, jadi makin paham pas selesai baca sinopsis di blog ini