Terluka karena perkataan Jae-ha, Hang-ah meneteskan air mata. Jae-ha malah terlihat bingung melihat Hang-ah menangis. Hang-ah tak mempedulikan Jae-ha lagi dan keluar dari kamar. Jae-ha berseru mulai malam ini ia tidak akan latihan lagi. Lalu ia bertanya-tanya mengapa Hang-ah menangis. Ckckck…ni orang payah banget ya >,<
Seorang wanita menemui John Mayer di kediamannya. Ia tampaknya kekasih John. John menatap layar televisi dengan wajah sedih. Ruangan itu dipenuhi suara musik (seperti musik opera) dan suara dari televisi (yang sedang menayangkan film perang). Ternyata pria yang terus mengamati John saat di pesta adalah pengurus keuangan John, namanya Collin. Ia sedang melaporkan keadaan bisnis klub M pada John.
Musik telah berhenti. John tiba-tiba mengangkat tangannya dan memberi isyarat agar Collin diam. Collin berhenti berbicara.
“Ayahku sangat menyukai lagu ini saat ia hidup,” ujar John, lalu ia menangis seperti anak kecil. Wanita yang baru datang tadi langsung memeluk John dan menenangkannya.
“Kau tidak meneruskan?” tanya John pada Collin.
“Aku ingin berbicara mengenai Korea Selatan yang sedang berusaha bersamai dengan Korea Utara dengan membentuk tim gabungan untuk mengikuti WOC,” jawab Collin.
John kembali mengangkat tangannya menyuruh Collin berhenti bicara.
“Apakah kau tahu Hitler juga menyukai lagu ini?” John menunjuk layar televisi. Bunyi letusan bom terdengar berulang kali.
Sepertinya Jae-ha terus memikirkan mengapa Hang-ah menangis. Ia menemui Hang-ah yang sedang berlatih dan mencoba berbicara baik-baik. Ia menanyakan keadaan kaki Hang-ah yang terkilir semalam. Hang-ah mengacuhkannya.
“Kau tadi menangis bukan karena pria kan? Karena kakimu sakit kan?” tanya Jae-ha.
Ia menghampiri Hang-ah dan menawarkan untuk mengobati kaki Hang-ah. Hang-ah bangkit berdiri dengan wajah dingin dan pergi dari sana. Jae-ha terlihat merasa bersalah.
Usaha kedua. Menyogok Hang-ah dengan beberapa botol krim pemutih wajah. Hang-ah memalingkan wajahnya dan menggantung handuk basah di ujung tempat tidur untuk melembabkan udara.
Melihat itu, Jae-ha langsung melancarkan usaha ketiga. Ia mengeluarkan alat pelembab ruangan yang sengaja dibawanya dari Selatan. Sementara ia mengoceh mengenai kehebatan alat pelembabnya (yang bisa membuat kulit kasar menjadi lembut^^), Hang-ah kembali menggantung handuk basahnya dan keluar dari kamar tanpa berkata sepatah katapun.
“Hei, kau merajuk hanya karena kau seorang gadis? Cara itu hanya efektif jika kau gadis yang cantik,” seru Jae-ha. Blam! Pintu dibanting. Jae-ha memasukkan kembali alat pelembabnya ke lemari…ngga tulus deh.
Semua anggota tim berkumpul untuk melatih strategi perang. Jae-ha seperti biasanya tak berkonsentrasi pada latihan itu. Ia terus melirik Hang-ah yang terus diam tidak seperti biasanya.
Tiba-tiba Hang-ah meminta maaf.
“Tidak apa-apa, aku mengerti,” kata Shi-kyeong. Ia kira Hang-ah meminta maaf karena Kang-seok baru saja menyebutkan presiden Korea Utara.
“Bukan itu, “ sahut Hang-ah,” Aku merasa aku tidak berkualifikasi menjadi pemimpin tim. Aku mengundurkan diri.”
Semua terkejut.
Hang-ah berkata pikirannya tidak fokus dalam mengikuti latihan ini. Ia terlalu egois. Ia berharap partai dapat menemukan pasangan yang cocok untuknya.
Kang-seok bertanya apa maksud perkataan Hang-ah tadi. Jae-ha menjawabnya.
“Ia membuat permintaan pada partai untuk mencarikannya pria yang sesuai.”
Semua terdiam.
Hang-ah berkata ia tidak punya muka untuk menghadapi teman-temannya. Ia merasa egois telah memanfaatkan kompetisi ini untuk kepentingan pribadinya. Apalagi ia adalah pemimpin tim dan seorang instruktur.
Dengan wajah simpati Jae-ha berkata sebaiknya mereka membiarkan Hang-ah segera keluar agar bisa mencari pria yang baik. Ini demi kebaikan Hang-ah. Hang-ah melirik Jae-ha dengan sebal.
“Kalau begitu aku juga mengundurkan diri,” ujar Young-bae. Ia berkata ia bergabung dengan tim juga bukan dengan alasan murni untuk perdamaian Utara dan Selatan tapi ia berharap mendapat kenaikan pangkat.
Kalau begitu semua berhenti saja, ujar Dong-ha., Memangnya siapa yang bergabung dnegan tim ini untuk penyatuan Utara dan Selatan? Semua memiliki tujuan masing-masing demi masa depan mereka. Wajah Jae-ha bertambah cerah. Jika semua berhenti, ia tidak perlu berlatih lagi dan ia tidak diusir dari istana.
“Ah, kecuali kau, Kapten,“ kata Dong-ha pada Shi-kyeong.
“Juga aku,” ujar Kang-seok tegas, “Aku benar-benar membawa kehormatan Korea Utara agar bisa bergabung dengan perwira dari Selatan. Aku berpartisipasi demi penyatuan kedua tanah air kita. Jadi, aku sangat terkejut mendengar perkataan Komrad Kim Hang-ah.”
Wow, ngga nyangka Kang-seok ternyata berhati mulia. Teman-temannya juga terkejut mendengar perkataan Kang-seok.…tapi apakah ia marah karena Hang-ah tidak semulia dirinya??
“Tapi! Peribahasa berkata “Arang hanya dapat bersinar jika semua debu di permukaan telah dibersihkan”. Aku yakin Komrad Kim Hang-ah tadi hanya membicarakan masa lalunya. Jadi ia memiliki kualifikasi untuk menjadi tentara revolusioner. Aku sangat yakin.”
Dobel wow^^
Kag-seok meraih tangan Hang-ah dan memohonnya tetap menjadi pemimpin tim mereka. Young-bae cepat-cepat meraih tangan Hang-ah satu lagi.
“Komrad Kim Hang-ah, jangan pergi,“ ujarnya dengan wajah memelas.
Dong-ha membenarkan, sejujurnya tidak ada seorangpun di dalam tim ini yang tidak egois. Ia meminta Hang-ah tetap tinggal. Hang-ah tersenyum, ia terharu dengan pengertian teman-temannya. Shi-kyeong pun mengangguk dan tersenyum pada Hang-ah.
Tinggal Jae-ha yang bengong haha…gatot deh bubarnya :D
Setelah itu, Hang-ah kembali mau berbicara dengan Jae-ha. Ia malah meminta maaf pada Jae-ha karena telah bersikap tak sabar. Ia berkata Jae-ha tidak perlu lagi latihan khusus bersamanya. Jae-ha senang sekali.
“Rupanya patah hati telah membuatmu lebih dewasa,” ujarnya.
“Tapi apa yang sebaiknya kulakukan?” tanya Hang-ah. “Setelah melalui berbagai hal, perasaanku campur aduk. Kau seorang pria, pasti kau mengerti dengan baik. Apa yang harus kulakukan agar pria…”
Jae-ha berkata ia akan memberi beberapa tips mengenai pria. Sebaiknya Hang-ah mendengar dengan baik. Hang-ah mengangguk.
“Sebenarnya semua pria sama saja. Tidak peduli di Selatan maupun Utara, di seluruh dunia sama saja. Pertama, penampilan. Seorang wanita yang bisa berbicara berbagai bahasa? Omong kosong. Kedua sampai ke-95, semuanya mengenai penampilan. Menjadi cantik adalah satu keharusan. Dan juga, sedikit idiot. ‘Oppa sangat tampan’. ‘Oppa yang terbaik’. Tipe seperti itu yang terbaik. Sejujurnya aku pikir mereka tidak idiot . Mereka tahu cara itu berhasil. Itu insting wanita.”
“Oooo…”
“Lalu hati yang pengertian. Kau harus menerima semuanya. Walau ia tidak bisa mencari uang atau berselingkuh, kau harus memberikan hati seorang ibu dan kasih sayang seorang ibu (pemaaf dan tak terbatas). Lalu bersikap “aegyeo” seperti anak kecil, itu keharusan. Juga tidak melawan perkataannya. Di siang hari kau harus murni seperti langit biru dan di malam hari kau harus….,” Jae-ha melebarkan kerah bajunya. Artinya harus berpakaian seksi.
Wah sesat nih petunjuknya^^
“Tapi apa para wanita itu menyukaimu?” tanya Hang-ah polos.
Jae-ha tercengang lalu tertawa tak percaya. Bukankah Hang-ah telah menyelidikinya, bagaimana bisa Hang-ah tidak tahu. Ia kan seorang pangeran.
“Jadi, selain status itu, apa lagi yang kaupunya?” tanya Hang-ah. “Wanita sejak jaman kuno sampai sekarang tetap sama. Selatan dan Utara, di seluruh dunia juga sama. Kau masih ingat apa yang kukatakan padamu? Aku menyukai pria yang baik, dapat diandalkan, dan pengertian. Tapi apa yang kau miliki? Gadis-gadis bodoh yang mengikutimu dan memanggilmu ”Pangeran” (dengan gaya aegyeo) setiap hari, apa yang mereka katakan di belakangmu? Mereka menertawakanmu di belakang dan berkata kau seorang brengsek yang angkuh.”
Skak-mat^^ Bravo Kim Hang-ah!! Aku bukannya tidak menyukai Jae-ha tapi ia memang harus disadarkan oleh seseorang. Dan tampaknya hanya Hang-ah yang bisa melakukannya.
Perkataan Hang-ah tampaknya mengena di hati Jae-ha. Menusuk lebih tepatnya. Hang-ah bertanya bukankah sebenarnya Jae-ha merasa takut. Takut tidak bisa menemukan seseorang yang dengan tulus mencintainya melainkan hanya karena statusnya.
“Pangeran Lee Jae-ha dari Selatan benar-benar menyedihkan.”
“Hei, kesabaran orang ada batasnya.”
“Marah? Kalu begitu ayo kita duel. Walau kakiku masih sedikit sakit tapi aku masih bisa mengalahkanmu. Kau merasa takut bukan? Setiap hati kau mencari cara untuk keluar dari sini. Kau bahakn berpikir untuk melarikan diri sekarang. Kau juga berpikir kau tidak berguna, bukan? Kau tidak memiliki ketangguhan atau keinginan untuk berjuang. Kau juga tidak punya harga diri.”
Jae-ha terpaku mencerna kata-kata Hang-ah. Wajahnya terlihat sangat kesal seperti Hang-ah sebelumnya. Terluka.
“Keluar,” ujarnya dingin. Ia menyambut tantangan Hang-ah.
Hang-ah keluar menemui Jae-ha di gym. Pertarungannya di atas treadmill. Mereka akan berlari habis-habisan, siapa yang bisa bertahan sampai akhir adalah pemenangnya.
Pemenangnya akan mendapatkan keinginannya. Jika Jae-ha menang, ia ingin Hang-ah menghilang untuk selamanya. Tanpa bicara Hang-ah naik ke atas treadmill dan mulai berlari mengikuti Jae-ha.
Akibat duel itu, mereka tidak datang ke kelas latihan. Shi-kyeong menerima pesan dari Hang-ah yang memberitahu kalau ia dan Jae-ha berada di gym dan tidak akan datang ke kelas.
Duarr! Tiba-tiba terdengar suara letusan dari kejauhan. Shi-kyeong, Kang-seok, Dong-ha, dan Young-bae menghambur ke luar kelas. Hang-ah juga mendengarnya tapi ia terlalu fokus pada duelnya.
Keempat anggota tim yang lain tiba di tempat terjadinya ledakan. Ternyata di sebuah gym lain. Seorang perwira terluka parah di bagian kakinya karena treadmill yang ia gunakan telah dipasangi bom. Shi-kyeong merasa ada yang tak beres. Ia segera berlari keluar.
Hang-ah dan Jae-ha tak mau saling mengalah. Walau sudah merasakan sakit di kakinya, Hang-ah malah menaikkan kecepatan. Jae-ha pun tak mau kalah dan ikut menaikan kecepatan.
Hang-ah dan Jae-ha mulai lelah. Hang-ah menyuruh Jae-ha menyerah karena ia terlihat kewalahan. Tapi Jae-ha tak mau menyerah.
Hang-ah berkata ia akan menggunakan kebesaran hatinya untuk memaafkan Jae-ha jadi sebaiknya Jae-ha menyerah.
“Tutup mulutmu,” ujar Jae-ha.
Tiba-tiba terdengar peringatan dari speaker gym untuk mengevakuasi seisi gedung. Hang-ah dan Jae-ha tidak bisa mendengar dengan jelas tapi orang-orang meninggalkan gym itu. Jae-ha memutuskan untuk berhenti dan melanjutkan nanti.
Tepat saat ia hendak menekan tombol “stop”, Shi-kyeong berteriak, “Jangan! Akan terjadi ledakan jika kau berhenti. Ada bom.”
Saking terkejutnya, Jae-ha tergelincir. Untung Shi-kyeong berlari dan menahannya agar terus berada di atas treadmill.
Tim penjinak bom telah tiba tapi membutuhkan waktu untuk menjinakkan bom tersebut. Seluruh anggota tim yang lain dan para komandan menunggu dengan khawatir dari ruangan sebelah. Jae-ha dan Hang-ah terus berlari. Kali ini bukan untuk harga diri mereka, tapi untuk nyawa mereka.
Ternyata benar, bagian bawah treadmill telah dipasangi bom. Komandan menyuruh Shi-kyeong memberi rompi anti peluru pada Hang-ah dan Jae-ha. Tapi ternyata bom itu menggunakan sensor berat, artinya jika ada perubahan berat sedikit saja maka bom akan meledak.
“Hei Shi-kyeong! Jangan biarkan dia memakainya!” Komandan Selatan berlari keluar. Jae-ha protes apa komandan ingin dia terbunuh. Komandan menjelaskan bom itu bersensor berat.
Dasar Jae-ha. Ia langsung menyuruh komandan mencari orang lain untuk menggantikannya. Mana bisa? Komandan berkata mau tak mau Jae-ha harus terus berlari sampai bom berhasil dijinakkan. Tidak ada cara lain.
Kang-seok berusaha memberi semangat pada Hang-ah dengan terus berteriak di sisinya. Shi-kyeong terpaksa menariknya karena Hang-ah dan Jae-ha merasa terganggu. Kang-seok terus berteriak,” Komrad Kim Hang-ah! Putri Korea Utara! Kebanggaan tanah air! Komrad Kim Hang-Ah berjuanglah! Kami timmu akan menemanimu di sini!”
Hang-ah sedikit tergelncir karena kakinya sakit. Jae-ha melihatnya dengan khawatir dan bertanya apakah Hang-ah kesakitan. Hang-ah tersenyum lemah dan berkata ia tidak apa-apa. Jae-ha berkata Hang-ah tidak boleh jatuh, jika tidak ia akan ikut terkena ledakan. Ia malah meniru kata-kata Kang-seok untuk memberi semangat pada Hang-ah.
“Aku sudah melihatnya sejak awal. Komrad Lee Jae-ha adalah pria yang menarik,” ujar Hang-ah tersengal-sengal.
“Kau juga sangat seksi. Sangat menawan,” balas Jae-ha. LOL :D
Jae-ha mengusulkan agar Hang-ah menyanyi untuk mengalihkan Hang-ah dari rasa sakitnya. Hang-ah mulai menyanyi dan semua orang ikut menyanyi memberi semangat. Mau ngga mau terharu dengan adegan ini :’( Utara dan Selatan bernyanyi dan bertepuk tangan bersama.
Hari berganti malam. Lagu pun berganti menjadi lagu sedih. Dari tepuk tangan menjadi rangkulan kebersamaan. Hang-ah dan Jae-ha berlari dengan sisa kekuatan mereka. Mereka telah berlari berjam-jam lamanya. Seseorang menghampiri mereka dan berkata sebentar lagi selesai, mereka harus bertahan sedikit lagi.
“Ayahku…aku melihat ayahku…ayahku yang sudah meninggal. Ayah…” gumam Jae-ha. Hang-ah menoleh.
“Komrad Lee Jae-ha, apa kau masih ingat apa yang kukatakan? Gunakan abdomenmu (rongga perut) untuk bernafas. Lihat ke kejauhan dan dengarkan suara nafasmu. Jae-ha mulai memejamkan matanya. Kata-kata Hang-ah terngiang di kepalanya.
“Bayangkan hanya kita yang berlari dan tenangkan diri. Lemaskan tubuhmu. Tekuk lutut, seperti kau hendak berseluncur. Jangan gunakan banyak kekuatan di tanganmu. Berlarilah dengan irama. Benar, bagus sekali. Teruskan seperti itu.” Jae-ha terus berlari.
Bom akhirnya berhasil dijinakkan. Hang-ah tak kuat lagi. Ia terjatuh dan pingsan.
Raja mendengar laporan peristiwa itu dari Sekretaris Eun. Sekretaris Eun berkata pelakunya bukan pihak Utara. Peralatan di gym baru saja diganti karena alat-alatnya sudah lama. Namun keesokan hairnya terjadi peristiwa ini. Jae-kang mengkhawatirkan Jae-ha.
Jae-ha terbangun di ruamh sakit. Ia menoleh dan melihat Hang-ah terbaring di tempat tidur sebelah. Kaki Hang-ah dibalut (eh warna kuteknya cute…hehe dasar cewe >,<).
Jae-ha turun dari tempat tidur dan melihat Hang-ah dengan lembut. Ia mengulurkan tangannya untuk menyibakkan rambut dari kening Hang-ah.
Hang-ah terbangun da menepis tangan Jae-ha. Jae-ha berdalih ia hendak merapikan rambut Hang-ah.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Jae-ha pelan.
“Aku baik-baik saja asalkan tidak melihatmu,” ujar Hang-ah kesal.
Jae-ha bingung, mengapa Hang-ah berkata seperti itu. Hang-ah bertanya kapan Jae-ha menaruh bom itu dalam mesin di gym. Jae-ha terkejut dan tertawa tak percaya.
“Kau tidak berpikir aku yang menaruh bom itu di sana, kan? Bukankah aku berlari bersamamu? Kita lari bersama,” protes Jae-ha.
Hang-ah berkata Jae-ha ikut lari bersamanya untuk menghindari kecurigaan. Jae-ha tak percaya Hang-ah bisa menuduhnya seperti itu. Perdebatan mereka pun berlanjut saat mereka ditanyai oleh kedua komandan Utara dan Selatan mengenai kronologis peristiwa mengapa mereka bisa berada di gym saat kelas latihan.
“Ini perbuatan Utara. Dia yang mengajak kami duel. Dia si Utara,” Jae-ha menunjuk Hang-ah.
“Bukankah kau yang pergi ke gym duluan?“
“Bukankah kau yang mengatakan di sanalah tempat latihan khusus?”
“Siapa yang mengeluh ingin berlatih di dalam ruangan karena cuaca dingin?”
“Kapan aku mengatakannya?”
Jae-ha berusaha meyakinkan komandannya ini adalah perbuatan Utara. Siapa lagi kalau bukan mereka? Hang-ah berkata mereka tidak pernah melakukannya dalam skala kecil. Jika mereka ingin melakukannya (mengebom), mereka akan melakukannya secara besar-besaran.
“Duarr!!”
“Lihat…dengar sendiri kan? Dia sendiri adalah bom!” gerutu Jae-ha.
Untunglah baik komandan Selatan maupun Utara tidak terpengaruh oleh perkataan Hang-ah maupun Jae-ha, yang seperti pasangan suami-istri yang sedang bertengkar^^
John Mayer mengirim undangan pada Raja. Ia ingin bertemu dengan Jae-kang. Sekretaris Eun menyarankan agar Raja mengabaikan undangan itu karena terlalu berbahaya. John yang menentukan tempat pertemuannya dan menginginkan pertemuan yang tertutup dari publik. Tapi Jae-kang memutuskan untuk menemui John.
Tempat pertemuannya di istana lama. John sudah menunggu. Ia menyambut Jae-kang bagai menyambut selebritis. Namun Jae-kang menatapnya dengan dingin, bahkan tidak menyambut uluran tangan John untuk berjabat tangan. John langsung membungkukkan badan dan memperkenalkan dirinya.
“Bukankah tempat ini warisan budaya?” tanya Jae-kang.
“Karena aku akan bertemu dengan Yang Mulia, tempat yang terbaik harus dalam skala besar seperti ini, bukan? Awalnya aku berencana meminjam Versailles (istana Perancis).”
Jae-kang tidak terkesan. Ia melirik John seakan-akan John tidak waras. Emang ngga waras sih >,<
John mempersilakan Jae-kang duduk. Tapi Jae-kang tidak mau berbasa-basi. Ia bertanya apa yang ingin John katakan padanya. John terdiam sejenak. Ia tahu Jae-kang seorang yang sibuk tapi ia ingin mempertunjukkan sulapnya khusus untuk Jae-kang. Ia bahkan sudah berlatih berbulan-bulan. Ia bersikap memohon seperti seorang anak kecil memohon pada ayahnya, agar Jae-kang mau menonton pertunjukkan sulapnya. (Sepertinya Jae-kang tidak mengenali John sebagai salah satu siswa di sekolahnya dulu)
Terpaksa Jae-kang duduk. John mulai mempertunjukkan sulapnya. Kalau melihat pertunjukkan sulap seperti ini sih sebenarnya tidak aneh ya, tapi karena John yang melakukannya malah jadi mengerikan @_@
Jae-kang tidak tertarik dengan permainan sulap John. Sambil membereskan kartu, John mengajak Jae-kang bicara. Ia berkata Jae-kang sepertinya orang yang tidak sabaran hingga begitu bertekad untuk mengikuti WOC. Jae-kang diam saja.
“Oya, bagaimana dengan bomnya?” tanya John pura-pura terkejut.
“Jadi kau orangnya,” sahut Jae-kang tenang.
“Apa? Bom? Bukan aku!!,” seru John dengan wajah kaget, “Kami hanya menjualnya. Pernahkah Yang Mulia melihat penjual permata memakai permatanya sendiri dengan sembarangan?”
Jae-kang merasa tidak ada perlunya lagi berbicara dengan John. Ia bangkit berdiri dan berjalan pergi.
“Tapi…tidakkah Yang Mulia penasaran? Mengapa bom itu dipasang?”
Jae-kang tersentak dan berbalik melihat John.
“Apakah itu ancaman?” tanya John seakan sedang menerka jawaban kuis,” Bukan..bukan…Jika hanya itu, setidaknya 30 orang pasti mati. Apakah karena berhati-hati? Atau bosan? Ahh….karena kelebihan persediaan bom? Untuk menyeimbangkan inventaris?” John tertawa.
“Apakah ayahmu juga mati seperti itu? Karena bosan dan untuk menyeimbangkan inventaris?” tanya Jae-kang.
Sesaat senyum John lenyap namun ia tersenyum kembali.
“Hanya Tuhan yang tahu,” ujarnya. Ia melempar sebuah kartu di meja.
“Memasang bom di tempat latihan WOC…aku tidak tahu. Mungkinkah kartu itu mengetahui sesuatu?” Ia menyuruh Jae-kang membalik kartu tersebut. Tapi Jae-kang tidak bergeming. John akhirnya membalik kartu itu. Kartu Pembenaran.
John berkata akhir-akhir ini negara-negara yang kuat semakin menginginkan pembenaran. Dan sekalinya mereka dibenarkan, mereka akan terus mencarinya. Tak ada yang bisa menghentikan mereka. (Dengan kata lain, negar-neraga kuat merasa benar dengan tindakan mereka dan sekali mereka dibenarkan, mereka akan terus merasa benar dan tak ada yang bisa menghentikan mereka)
Tepat saat itu, telepon Jae-kang berbunyi. Sekretaris Eun melaporkan pada Jae-kang bahwa Amerika dan Cina sudah memulai negosiasi mengenai masalah bom yang baru saja terjadi. Dan tempat pertama yang diinvestigasi adalah tempat latihan WOC.
Jae-kang menatap John. John memasang tampang tak bersalah lalu tersenyum puas.
Pihak Amerika dan Cina mendatangi tempat latihan WOC di Korut. Mereka menemui Jae-ha (sebagai Pangeran Korsel) dan mengaku sebagai perwakilan dari Komisi Gencatan Senjata PBB, penyelenggara WOC. Mereka berkata dengan adanya insiden kemarin, keenambelas negara peserta menilai ada masalah keamanan. Jadi mereka memutuskan untuk menyelidiki tempat itu secara menyeluruh.
Jae-ha tampaknya tidak menyukai kehadiran para orang asing itu. Ia bertanya apakah mereka sudah mendapat ijin dari Korea. Mereka berkata Perdana Menteri telah mengijinkan sementara Raja mengijinkan walau tak mengatakannya. Jae-ha tak berkata apa-apa lagi.
Pemeriksaan pun dilakukan. Tapi mereka melakukannya dengan kasar, seakan sedang memeriksa sarang teroris. Pakaian diserakkan di lantai. Makanan diaduk-aduk. Kamar tim WOC diobrak-abrik hingga berantakan.
Saat mereka memeriksa kamar Jae-ha dan Hang-ah, mereka menemukan tas kecil yang terkunci. Hang-ah berkata isi tas itu tidak ada apa-apanya. Mereka boleh men-scan tasnya jika mau. Tapi tentara yang menemukan tasnya berkata tidak semua isi tas bisa terdeteksi (kurang canggih kalo gitu ya^^). Hang-ah berkata isinya benar-benar tidak ada apa-apa, hanya pakaian. Tentara itu tetap memerintahkan Hang-ah membuka tasnya.
Mereka membawa Hang-ah menemui Jae-ha dan para perwakilan PBB. Jae-ha menatap Hang-ah tapi Hang-ah memalingkan wajahnya. Ia sudah cukup merasa terhina.
“Bukankah ia orang yang berlari di samping Pangeran di treadmill?” tanya perwakilan Amerika. Jae-ha tak menjawab. Ia hanya menatap Hang-ah.
“Menagap kau yang bertanggungjawab dalam pelatihan khususnya? Dia dari Korea Selatan.” tanya pria itu pada Hang-ah.
“Itu adalah pekerjaan sebagai pemimpin tim gabungan…”
Belum selesai Hang-ah berbicara, perwakilan Cina menuduh Hang-ah sengaja memanas-manasi Jae-ha dan membawanya ke gym. Hang-ah mengaku hubungannya dengan Jae-ha memang sedikit drastis.
“Kami melihat dalam CCTV ruang latihan, kau menangis. Dapatkah kau memberikan alasannya?” tanya si Amerika. Hang-ah berkata tak ada hubungannya ia menangis dengan masalah ini.
“Air mata adalah senjata wanita. Teroris wanita tahu cara menggunakannya dengan baik,” ujar pria itu lagi.
Hang-ah sangat kesal mendengar tuduhan itu. Pria Amerika memerintahkan Hang-ah membuka tasnya. Jae-ha melihat tas itu dan mengenali tas itu sebagai tas yang berisi pakaian dalam Hang-ah. Bayangkan Hang-ah harus memperlihatkan isi koper itu di hadapan semua yang ada di situ dan semuanya laki-laki.
Hang-ah menatap Jae-ha tapi Jae-ha memalingkan wajahnya. Komandan Utara dan Selatan mencoba mengintip dari luar untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Hang-ah terus didesak untuk membuka koper itu. Akhirnya dengan perasaan terhina dan terluka, Hang-ah maju dan mulai memutar nomor kunci tas itu.
“Hei,” panggil Jae-ha, “Restoran buka sampai kapan? Ah, spesialisasi kantin kita adalah ramen.”
Ia bangkit berdiri lalu menghampiri Hang-ah. Jae-ha mengambil tas Hang-ah dan menggandeng tangannya keluar ruangan. Mengajaknya makan ramen.
Tentu saja perwakilan Amerika dan Utara terkejut. Mereka menyuruh Hang-ah dan Jae-ha berhenti berjalan. Bahkan mengancam akan melarang Korea mengikuti WOC.
Jae-ha menoleh. “Mengapa kami tidak boleh mengikuti kompetisi? Apakah WOC dibentuk oleh keluargamu? Keamanan apanya? Apakah WOC diselenggarakan di sini? WOC diselenggarakan di Jepang. Di sini hanyalah tempat latihan. Mengapa kau membuat keributan di sini?”
Shi-kyeong yang baru tiba tampak kaget mendengar perkataan Jae-ha. Hang-ah juga tak menyangka Jae-ha akan berbicara seperti itu. Komandan Selatan memejamkan mata dengan pasrah.
Jae-ha berkata jika pertandingan olipmiade yang dilaksanakan, pesertanya ratusan negara. Apakah semua negara itu akan diinspeksi? Mengapa harus mengurusi urusan negara lain? Dan lagi apakah prosedur pemeriksaan ini sudah lengkap?
“Apakah pemeriksaan ini sudah disahkan oleh PBB? Tidak, bukan? Artinya kalian datang dan pergi sesuka hati. Apakah kalian yang mempunyai PBB? Lalu bagaimana dengan 50 lebih negara lainnya? Mereka semua pelayan kalian? Dengan kata lain, kalian harus menaruh hormat dalam membuat permintaan. Misalnya “Dapatkah kami memeriksa ini?”. Tapi kalian membuat kekacauan besar. Kalian sekelompok a****g brengsek yang suka turut campur!!”
Hang-ah mau tak mau tersenyum. Shi-kyeong yang paling lucu. Seakan menanti serangan selanjutnya.
Jae-ha menyuruh penerjemah menerjemahkan dengan sejelas-jelasnya tiap kata yang ia ucapkan atau ia yang akan mengatakannya langsung. Tidak perlu, jawab penerjemah dengan gugup. Ia mulai menerjemahkan perkataan Jae-ha.
Perwakilan Amerika dan Cina terkejut mengetahui apa yang Jae-ha tadi katakan. Si Amerika meminta maaf dan meminta dengan sopan kali ini untuk memeriksa area pelatihan. Jae-ha tersenyum dan menghampiri pria itu.
“Tidak. Tidak boleh. Keluarlah,” katanya pada mereka. Ia lalu berbalik dan menggandeng Hang-ah pergi.
“Tunggu,” panggil si Amerika. Tapi kali ini komandan Utara dan Selatan kompak menghadang mereka dan mempersilakan mereka meninggalkan tempat itu. Shi-kyeong berbalik pergi sambil tersenyum kecil, masih sedikit bingung dengan kejadian tadi. Para perwakilan itu pergi dengan marah. Komandan Utara dan Selatan saling tersenyum. Awww…
Jae-kang sedang berpose untuk membuat lukisan dirinya. Bad feeling >,< (di lorong istana, berjejer lukisan diri para raja yang telah mangkat. Apakah Jae-kang akan menyusul?). Sekretaris Eun melaporkan peristiwa tadi pada Jae-kang. Ia berkata penerjemah sudah memperhalus kata-kata Jae-ha. Tapi ada beberapa kata yang umum terdengar (bisa dimengerti tanpa bantuan penerjemah), misalnya anjing.
Jae-kang malah tersenyum geli. Jae-kang menyuruh Sekretaris Eun membuat permohonan maaf sekaligus menyatakan pelatihan mereka akan dilaksanakan lebih aman dibandingkan dengan negara lainnya dan mereka percaya diri bisa merebut kemenangan.
Jae-kang tak bisa menahan kesenangannya. Ia bahkan tertawa terbahak-bahak di tengah-tengah posenya. Cute^^
Si gila John sedang berlatih sulap. Kali ini ia menusuk lidahnya dengan kawat dan memelintirnya. Sigh, ternyata lidah palsu. Kekasihnya datang dan bertanya apakah ada Raja di negara kecil seperti Korea.
John tidak menjawab, ia teringat pertanyaan Jae-kang mengenai ayahnya. “Apakah ayahmu juga mati seperti itu? Untuk keperluan inventaris?” Lalu perkataan Jae-ha. “Apakah WOC dibentuk oleh keluargamu? Mengapa kalian ikut campur urusan orang lain? Urus dulu dirimu sendiri.”
“Apakah Korea mempunyai Raja?” tanya kekasih John lagi.
John membenarkan. Ia lalu membuat pertunjukkan sulap mengubah bola menjadi kadal. John berkata Korea hanyalah negara yang bahkan tidak lebih besar dari telapak tangan (di peta) tapi harus terbagi menjadi Utara dan Selatan. Ia bertanya mengapa harus ia yang melakukannya? Seharusnya Utara dan Selatan saling menghancurkan dengan sendirinya.
Kekasih John tidak mengerti karena John berbicara dengan bahasa Korea. John mengambil dua mobil-mobilan dan menempatkannya saling berhadapan lalu menabrakkan kedua mobil itu. Begitulah seharusnya yang terjadi pada kedua Korea.
Ia lalu mengambil kadal hasil sulapnya tadi dan menempatkan kadal itu di tengah-tengah kedua mobil mainan. Ia mengumpamakan kadal itu sebagai Raja yang selalu menghalangi bentrokan antara Utara dan Selatan.
“Teman kita ini (kadal) berpikir dia adalah naga,” ujarnya.
Tim WOC meneruskan latihan mereka. Jae-ha tak henti-hentinya menyombongkan diri mengenai keberhasilannya mengusir perwakilan PBB itu tapi teman-temannya tidak ada yang mempedulikannya. Terutama Kang-seok yang kali ini menjadi rekan segrupnya. Mereka sedang berlatih perang-perangan.
Kang-seok mendesak Jae-ha ke tembok dan menyuruhnya jangan berisik karena posisi mereka telah ketahuan. Tapi posisinya terlalu “dekat” hingga Jae-ha protes Kang-seok sedang melakukan posisi apa. Kang-seok buru-buru bersembunyi di tempat lain.
“Hei, Eun Shi-kyeong kau juga melihatnya, bukan? Bagaimana menurutmu?” tanya Jae-ha.
Shi-kyeong hanya mengacungkan jempolnya. “Seharusnya kau mengatakan sesuatu yang lebih panjang pada saat seperti ini,” keluh Jae-ha, ”Kau terus bersikap keren sampai akhir.” Shi-kyeong diam-diam tersenyum. Sementara Kang-seok dengan serius terus bergerak mengintai dan menghindari musuh LOL…grup yang aneh ^^
“Hei, Dong Ha!!” teriak Jae-ha.
Dong-ha mengintip sedikit dan langsung ditembak Kang-seok. Tidak kena. Dong-ha pun mengirim tembakan balik. Jae-ha mengomel bagaimana bisa Kang-seok menembak sesama tim. Seharusnya ada kasih sayang di antara Komrad. Shi-kyeong menghela nafas panjang. Jae-ha ini apa ngga ngerti ya kalau ia dengan Kang-seok dan Shi-kyeong sedang melawan grup Dong-ha, Hang-ah, dan Young-bae?
“Dong-ha! Apa kau sudah mendengar apa yang kulakukan?” seru Jae-ha.
“Ya, Pangeran! Benar-benar keren!” seru Dong-ha.
Jae-ha senang sekali, ia bertanya darimana Dong-ha tahu mengenai hal ini. Young-bae yang sudah tiba di tempat itu berteriak kalau mereka mendengar dari Hang-ah. Jae-ha terkejut tapi tersenyum senang. Ia pun keluar dari pilar persembunyiannya dan berseru pada Hang-ah. Kang-seok terus memberi isyarat pada Jae-ha agar kembali bersembunyi.
“Hei Kim Hang-ah!! Apa yang sudah kaukatakan? Sebenarnya apa yang kaukatakan hingga anak-anak ini….”
DORR!!
Jae-ha terkejut. Hang-ah memberi isyarat bahwa ia telah menembak mati Jae-ha. Jae-ha kesal tapi Hang-ah hanya menjulurkan lidahnya meledek Jae-ha.
Dan orang yang sudah mati harus masuk kantung mayat. Hang-ah dengan senang hati menutup kantung mayat itu. Jae-ha protes. Jika bukan karena dirinya, pakaian dalam Hang-ah sudah terlihat oleh semua orang. Hang-ah menutup rapat kantung mayat itu.
“Hei, Kim Hang-ah! Kim Hang-ah! Buka!”
“Terima kasih,” kata Hang-ah dengan sungguh-sungguh.
“A-apa?? Hei, Kim Hang-ah! Apa kau meledekku? Aku mendengarnya! Haei, Kim Hang-ah!” seru Jae-ha sambil menghentak-hentakkan kakinya.
Kang-seok menonton video klip SNSD “Genie” dan berusaha untuk tidak tertarik. Tapi tanpa sadar ia menggerakkan kakinya mengikuti gerakan SNSD.
“Katakan keinginanmu.” (lirik lagu)
“Aku tidak punya keinginan,” kata Kang-seok malu.
“Katakan keinginanmu.”
“Keinginanku? “ Kang-seok akhirnya tersihir dengan pesona SNSD. Ia tidak mampu mematikan televisi dan terus menonton.
Tiba-tiba Jae-ha masuk. Kang-seok buru-buru mematikan TV dan melakukan gerakan olah raga di kursinya. Jae-ha kebingungan. Kang-seok dengan tegas berkata ia adalah Rhi Kang-seok, tentara Rakyat Korea Utara. Ia buru-buru keluar dari kamar. Jae-ha menyalakan televisi dan melihat video klip SNSD itu. Tahulah Jae-ha apa yang menyebabkan Kang-seok bersikap aneh seperti tadi. Ia tersenyum nakal.
Curahan hati Kang-seok: “Sejak hari itu, kaki jenjang para gadis itu tak pernah meninggalkan pikiranku. Karena sangat mengganggu, aku kembali mempelajari politik. Walau aku mempelajari kata-kata dari pemimpin besar dan melompat ke dalam sungai…ah aku bisa gila.”
“Aaah…SNSD,” ujar Hang-ah mengerti. Kang-seok memejamkan mata dengan penuh penyesalan karena telah tergoda oleh grup gadis dari Selatan. Hang-ah menghibur Kang-seok. Tidak salah jika seorang pria menyukai gadis yang cantik.
Tapi Kang-seok kesal bagaimana bisa ia menyukai gadis yang hanya cantik dari luar. Tidak memiliki “kualitas” Utara, seperti otak dan semangat luhur. Apakah ia hanya hewan yang dipenuhi nafsu?
“Dan lagi…Tiffany? Mengapa namanya Tiffany? Menggunakan nama Amerika untuk menghina negara kita. Ini adalah budaya yang busuk. Aku benar-benar merasa dikhianati. Aku benar-benar bodoh.”
Hang-ah menepuk-nepuk pundak Kang-seok dan mengangguk tanda ia mengerti.
Ayah Hang-ah singgah ke tempat latihan untuk melihat puterinya sebelum pergi ke Selatan. Saat berbincang dengan Komandan Utara, ia baru tahu kalau Hang-ah sebelumnya tidak mau mengikuti WOC.
Komandan Utara berkata Hang-ah tetap saja wanita, masalah yang terberat adalah masalah cinta. Apa gunanya bekerja begitu keras jika setelah tua dan kesepian tidak ada yang menemaninya?
Dalam pertemuan dengan Raja, ayah Hang-ah tidak bisa berkonsentrasi. Ia teringat terus akan perkataan Komandan Utara bahwa Hang-ah berkeluh kesah karena para pria tidak menganggapnya wanita. Sampai sekarang Hang-ah belum pernah menjalin hubungan dengan pria.
Jae-kang berhenti bicara melihat ayah Hang-ah tak menyimak perkataannya. Ayah Hang-ah tersadar dari lamunannya. Ia bertanya apakah calon pengantin telah dipilih.
Data Hang-ah dimasukkan untuk menjadi salah satu kandidat calon istri Jae-ha. Sekretaris Eun berkata pernikahan kerajaan harus memikirkan image. Tapi bagi Jae-kang yang terpenting adalah perasaaan Jae-ha. Mereka tak bisa memaksanya menikah seperti di jaman Joseon.
Untuk mengetahui perasaan Jae-ha, Jae-kang memutuskan untuk menelepon adiknya. Jae-kang tersenyum melihat Jae-ha sedang asik makan donat. Jae-kang memuji adiknya sudah bekerja keras. Jae-ha berceloteh membanggakan dirinya. Ia bahkan akan menghadang bom atom dengan tubuhnya jika perlu.
Ia berkata selama ini ia menulis IQ-nya 87 padahal sebenarnya 187. Entah benar entah tidak, Jae-kang hanya tersenyum mendengar bualan adiknya. Jae-ha berkata ia melakukannya karena ia takut rakyat menjadikannya raja. Ia bahkan selama ini sengaja bersikap bodoh padahal sebenarnya ia tampan, berkemampuan dan pintar. Siapapun yang melihatnya pasti berpikir ia seharusnya menjadi Raja.
“Jadi kak, kau harus memperlakukanku dengan baik,” ujarnya.
“Apa kau tidak berencana untuk menikah?” tanya Jae-kang.
“Apa kakak tidak berencana untuk mempunyai anak? Kakak berpikir kakak masih muda? Apa Kakak bisa membuatnya seketika saat Kakak menginginkannya? Tentu saja tidak. Keturunan kita sangat berharga. Jadi, jangan dipusingkan dengan masalah WOC, buatlah bayi lebih dulu. Harus ada Putera Mahkota barulah aku merasa tenang.”
Jae-kang menanyakan pendapat Jae-ha mengenai Hang-ah. Jae-ha malah bertanya apakah istri kakaknya tidak bisa mempunyai anak sampai Jae-kang memikirkan seorang wanita dari Utara. Ia pikir Jae-kang hendak menjadikan Hang-ah sebagai selir.
“Wah, yang benar. Aku sudah bilang orang tua yang berselingkuh itu menakutkan. Kak, yang benar saja…Apa yang akan terjadi dengan kakak ipar? Kita sekarang menerapkan monogami di Korea Selatan. Kakak harus memberi contoh sebagai Raja. Bagaimana bisa kakak mempunyai dua istri? Kakak tidak boleh melakukannya!”
“Hei, Bukan aku tapi kau! Kau yang akan menikah.”
Jae-ha tertegun.
Demikain juga Hang-ah saat ia diberitahu ayahnya kalau pria pilihan partai untuk Hang-ah adalah Jae-ha. Ayahnya berkata itu bukan pilihan partai. Tapi Hang-ah telanjur berpikir seperti itu. Ia mengomel katanya ia akan dicarikan 100 dari 1000 untuk ia pilih tapi mengapa ia hanya diberi satu. Dan orang itu Pangeran dari Selatan?
Ayahnya berkata ia hanya meminta Hang-ah mempertimbangkannya Pada jaman ini tidak perlu mencari pasangan hidup dari negara sendiri.
“Kalau begitu bagaimana dengan Brad Pitt? Mengapa tidak bawa Obama ke sini sekalian?” ujar Hang-ah kesal.
Kembali ke Jae-ha.
“Kim Hang-ah? Karakternya cukup baik. Kulitnya lembut dan kencang dan wajahnya juga bersudut. Ia sangat kuat. Kepribadiannya yang terbaik.”
“Apa kau tidak puas dengan semua itu?” tanya Jae-kang.
“Bukan, tidak apa-apa. Jika kau menikah, aku akan kembali dan tinggal di Selatan, bukan?”
Dengan ragu Jae-kang menjawab seharusnya demikian. Jae-ha dengan pintarnya berkata tidak akan mudah bagi Hang-ah untuk pindah ke Selatan dan hidup sebagai kapitalis (Utara menganut paham sosialis). Ia berkata bagaimana jika Hang-ah merampok gudang persediaan dan bank. Terlebih lagi, Hang-ah mempunyai Polonium 102^^
“Itu adalah jarum beracun. Jika ia mendadak marah, kita semua bisa mati! Maafkan aku, tak peduli walau aku begitu mencintainya, aku tidak ingin melhat Kakak mati seperti itu. Aku benar-benar minta maaf.”
Jae-ha langsung memutus teleponnya. Ia terlihat kesal dan bertanya apa kakaknya sudah gila.
Hang-ah juga kesal. Apakah semua sudah gila hingga ia dijodohkan dengan orang seperti Jae-ha. Tapi ia lalu teringat ketika Jae-ha bersikap lembut padanya. Lalu ia ingat perkataan Jae-ha yang menyebalkan. Hang-ah kembali kesal.
“Apa aku sudah gila? Sudah pasti tidak mungkin,” Hang-ah memantapkan hatinya.
Hang-ah berjalan keluar dan terkena lemparan salju Shi-kyeong. Shi-kyeong mengajaknya perang bola salju bersama Young-bae dan Dong-ha. Hang-ah tersenyum melihat mereka, terutama Shi-lyeong. Ia ingat ayahnya bertanya apakah Hang-ah tidak memiliki teman pria palin selain Jae-ha.
Hang-ah ingat Shi-kyeong menyanyi dengan penuh perasaan. Ia memutuskan utnuk menjadikan Shi-kyeong targetnya. Target masa depan. Dan target lemparan bola salju, tepat di kepalanya. Shi-kyeong menoleh sambil memegangi kepalanya.
Hang-ah menghampirinya dengan khawatir tapi ia terjatuh di depan Shi-kyeong. Shi-kyeong membantunya berdiri. Hang-ah meminta maaf.
“Tidak apa-apa, tapi…kau sanga kuat.”
“Tidak, aku tidak kuat. Setelah mengenalku, kau juga akan tahu kalau aku adalah wanita tradisional seperti magnolia,” ujar Hang-ah tersipu. Shi-kyeong tersenyum.
Jae-ha keluar dan melihat teman-temannya sedang bermain salju. Ia masih kesal kakaknya mengusulkan pernikahan itu. Tapi ia lalu teringat Jae-kang berkata Hang-ah juga pasti sudah diberitahu mengenai rencana pernikahan itu dari ayahnya. Ia menoleh dan melihat keakraban Hang-ah dan Shi-kyeong. Mendadak ia bertambah kesal. Jae-ha mengumpulkan salju sebanyak-banyaknya.
Hang-ah berusaha meyakinkan Shi-kyeong kalau ia bukanlah wanita yang kuat. Ia meminta Shi-kyeong tidak terlalu jauh agar ia bisa melempar salju “dengan lembut”.
Brusshh..seember salju tiba-tiba menimpa kepalanya. Ia berbalik dan melihat Jae-ha memegangi ember kosong.
“Apa kau melakukannya dengan sengaja?”
“Hah?”
“Kau…benar, kau pasti bahagia bisa masuk ke Selatan terlebih lagi keluarga kerajaan. Aku tahu itu. Tapi mencoba membuatku cemburu, bukankah itu terlalu kekanak-kanakkan?”
“Cemburu?” tanya Hang-ah bingung.
Jae-ha berkata ia tahu apa yang dipikirkan Hang-ah karena ia terbiasa dikelilingi para gadis. Jadi ia bukan orang yang mudah dibodohi.
“Cemburu apa?” tanya Hang-ah bingung, lalu ia tersenyum mengerti,” Komrad Lee Jae-ha, apa saat ini kau cemburu? Apa yang harus kulakukan? Aku bahkan tidak memikirkannya (rancana pernikahan) dan kau malah cemburu.”
Jae-ha tak bisa berkata apa-apa. Hang-ah menepuk pundak Jae-ha dan bertanya apakah Jae-ha begitu menyukainya. Jae-ha langsung menyangkalnya habis-habisan.
Hang-ah tak mempedulikannya lagi dan kembali bermain salju bersama Shi-kyeong sementara Jae-ha mencak-mencak.
Komentar:
Hubungan Hang-ah dan Jae-ha terus mengalami pasang surut. Namun satu adegan yang sangat berkesan adalah ketika mereka berdua lari di atas treadmill demi hidup mereka dan mereka saling menyemangati. Juga dukungan dari orang-orang dari sekitar mereka. Saat itu benar-benar tidak terasa perbedaan Utara dan Selatan.
Walau titik berat drama ini tetap pada hubungan Jae-ha dan Hang-ah namun juga berisi nilai-nilai kekeluargaaan, tanggungjawab, persahabatan, dan kesetiakawanan. Anggota tim mendukung Hang-ah saat Hang-ah hendak mengundurkan diri. Mereka juga ada di saat Jae-ha dan Hang-ah menghadapi ancaman kematian. Aku harap hubungan mereka tidak akan berubah walau nanti mengalami banyak rintangan. Aku menyukai semua tokoh lainnya. Satu-satunya yang jahat hanyalah John, dan yang lainnya? Mereka orang-orang baik yang menginginkkan perdamaian. Maksudku, orang normal mana yang menginginkan perang?
Aku sedih melihat Jae-kang membuat lukisan dirinya. Ia seperti memiliki semacam firasat. Buktinya ia begitu mendorong Jae-ha padahal biasanya Raja mempersiapkan keturunannya sendiri untuk menjadi ahli warisnya.
John Mayer. Walau ia seorang pedagang senjata yang memang menginginkan negara-negara tetap berperang, tapi misinya untuk Korut dan Korsel sepertinya lebih bersifat pribadi bukan semata-mata bisnis. Hanya saja kita belum mengetahui apa yang sebenarnya ia inginkan. Apakah ia ingin menjadi Raja? Sama seperti yang pernah ia tuliskan waktu remaja: I am KING.
awalnya aq kurang mengerti jalan cerita drama ini,, tapi perlahan2 dengn bertmbhnya episode yng aq tonton+baca sinopsis dari blog unnie aq smkin mnyadari kalau drama ini keren bgt,,,, aq suka karena jae ha actingnya keren+lucu sangat,,,,, hheeeee dan hang ah,, yang tetap bisa feminim walaupun dia anggota militer,,,,pngen cepat2 liat adegan mereka pas udah nikah,,, hhheee
BalasHapusdrama ini lumayan berat tapi dikemas dengan sangat baik,,, sehingga masih ada humor2nya yng bikin penonton ngakak,,, hhheeee
unnie semangat bikin sinopsis ke 4nya,,, adegannya kocak bgt,,, hheeee
Aku jatuh cinta sama drama ini! Kereeeen. Daebak! Penuh pesan dan gak bosen ngikutin tiap episodenya. Gomawo eonni ^^
BalasHapuseunie wallpapernya jadi ngalangin tulisannya jd gag bisa kebaca dech,,,
BalasHapus