Pelatihan tim WOC telah selesai. Diadakan pesta untuk merayakannya. Anggota tim Utara dan Selatan akan berpisah untuk sementara waktu sambil menunggu waktu pelaksanaan WOC.
Dong-ha mendekati Kang-seok dan mengajaknya ke tempat sepi. Mau ngapain? Dong-ha membuka poster yang dibawanya. Tadaaa!! Poster SNSD. Kang-seok menoleh ke sana kemari takut terlihat orang lain sambil mengomel apa yang Dong-ha lakukan. Dong-ha berkata ia ingin memberikan alamatnya pada Kang-seok tapi hanya kertas ini yang ia punya.
Alasan. Ia sebenarnya memang ingin memberikan poster itu tapi ia tahu Kang-seok tidak akan menerimanya begitu saja.
“Tidak mau?” tanya Dong-ha sambil menggulung posternya. Kang-seok menahannya dan menyuruhnya menulis di poster itu. Dong-ha tersenyum lalu mulai menulis.
“Jangan di situ!” bisik Kang-seok. Ia menunjuk pojok kanan bawah (tadinya Dong-ha hendak menulis di tengah-tengah poster^^). “Di sini saja. Perkecil tulisanmu. Ayo cepat!”
Kang-seok terus menoleh ke sana kemari takut ketahuan. Akhinrya ia mendapat poster SNSD =D
Shi-kyeong memberi pencukur elektrik untuk Young-bae. Juga toner untuk digunakan setelah bercukur. Young-bae terlihat sanagt terharu. Ia mengambil bungkusan kain dari bawah meja dan menyodorkannya pada Shi-kyeong.
“Ini ppongpongi (sejenis kue beras). Di Selatan tidak ada kan?”
Shi-kyeong senang dengan pemberian Young-bae. Ia mengambil sebuah dan hendak memakannya tapi ia terkejut melihat Young-bae mulai menangis. Young-bae tak rela berpisah dengan rekan-rekannya dari Selatan. Shi-kyeong menghiburnya, mereka akan bertemu lagi.
Young-bae mengajak foto bersama. Mereka bertukar topi (kalo pemain bola bertukar kaus kan?). Ini dia fotonya…Dong-ha gayanya unyuuu^^ (ehm..unyu artinya apaan sih?)
Hang-ah menoleh ke sana kami mencari seseorang. Ia menemukannya dan menepuk punggungnya keras-keras. Orang itu berbalik. Shi-kyeong. Hang-ah terkejut. Salah orang rupanya..
“Apakah kau mencari Pangeran?” tanya Shi-kyeong.
“Tidak. Untuk apa aku mencarinya?” bantah Hang-ah. Ia beralasan hendak meminta kunci kamar karena kunci itu harus dikembalikan. Shi-kyeong berkata ia sudah mengembalikannya karena Jae-ha sudah kembali ke Selatan bersama Raja. Hang-ah tertegun, ia terlihat kecewa.
Shi-kyeong memberikan sesuatu pada Hang-ah. Katanya itu dari Jae-ha sebagai hadiah. Hang-ah sangat senang. Ia mendapat sebotol produk perawatan kulit. Ia segera membukanya dan menuangnya ke tangan. Tak ada yang keluar. Botol itu kosong.
“Dasar brengseeeek!” teriak Hang-ah keras-keras.
Sementara orang yang dimaksud sedang asyik menikmati kepulangannya kembali ke Korea. Ia mengemudikan mobilnya dengan ugal-ugalan. Ia bebas melakukan itu karena ia berkendara di jalanan yang sepi dengan adanya iring-iringan mobil Raja yang lewat. Jae-kang tersenyum melihat tingkah adiknya.
Jae-ha berkata ia senang sekali bisa menghirup udara Selatan lagi. Ia menunjuk sebuah papan reklame pakaian dalam wanita. Wanita itu berambut sebahu seperti Hang-ah.
“Kak! Bahkan Kim Hang-ah ada di sini. Cepat suruh mereka menurunkannya. Ayo Kak, cepat!” celoteh Jae-ha. Jae-kang hanya tersenyum dan meninggalkan adiknya.
Jae-ha terus memandangi papan reklame itu. Pelan-pelan senyumnya memudar. Ingat Hang-ah?
Hang-ah juga teringat pada Jae-ha. Ia sudah mengemasi semua barangnya dan siap meninggalkan kamar di tempat pelatihan. Ia melihat meja kosong tempat Jae-ha biasa duduk di sana sambil mengangkat kakinya.
Hang-ah duduk di sana dan mengangkat kakinya, seperti Jae-ha. Matanya berkaca-kaca. “Ini adalah yang Lee Jae-ha lakukan,” gumamnya. Tak lama, ia pun pergi meninggalkan kamar itu.
Jae-ha dan Jae-kang sedang membujuk ibu mereka yang terlihat kesal. Jae-ha bertanya mengapa ibunya seperti itu padahal mereka sudah beberapa lama tidak bertemu.
“Apa yang kau katakan pada Ibu hingga ia…” tanya Jae-ha pada kakaknya.
“Ap yang sebenarnya kau lakukan di Utara?” potong ibunya. Jae-ha dan Jae-kang tak berani menjawab. “Apa yang kaulakukan di sana yang melewati batas hingga kakakmu yang sangat patuh marah padaku?” tanya ibunya.
“Kakak marah pada Ibu?” tanya Jae-ha kaget. Ia menegur kakaknya tidak berperasaan.
“Maafkan aku, Ibu,” kata Jae-kang,” Jae-ha akhirnya bersikap lebih baik.”
“Sedikit? Lalu bagaimana dengan tongkat ini?” protes Jae-ha. “Lukanya terbuka, bahkan terkena infeksi. Tulangnya bisa terlihat jika bekas lukanya dibersihkan. Juga transfusi darah…Aku lelah dan harus beristirahat sejenak,” keluh Jae-ha sambil berjalan terpincang-pincang.
Ibu mana yang tega mendengar anaknya terluka. Ia meminta Jae-ha menyempatkan diri datang minggu depan karena Jae-shin akan pulang.
“Benarkah? Lalu bagaimana dengan sekolah?” tanya Jae-ha. Jae-kang menepuk kepala adiknya.
“Ah liburan ya?” kata Jae-ha, “Bagaimana jika kita bertiga taruhan pusaka nasional dan bermain sambung kata?”
“Hei! Apa kau belum lupa? Pusaka Nasional No. 327? Apa kau pikir itu benar-benar milikmu? Karena kau memecahkannya, Ayah harus pergi sendiri ke Gedung Peninggalan Budaya…” Jae-kang memarahi adiknya.
“Cuma bercanda. Bercanda. Dasar telur membosankan.”
“Bagaimana bisa kau menyebut kakakmu telur membosankan,” tegur ibu mereka. Keduanya menunduk. Raja dan Pangeran takluk sama ibu mereka. Asalkan bukan takluk sama ibu suri seperti Ibu Suri Yoon aja ya^^
Jae-ha bertanya pada kakaknya, sebenarnya kakaknya juga mengakui usahanya yang terakhir kan (berlari 60 km dalam waktu 8 jam dengan kaki terluka dan bersama Hang-ah^^). Jae-kang tak menjawab. Jae-ha berkata kalau begitu kakaknya harus menyetujui permintaan “kecil”nya.
“Aku ingin membawa seseorang ke istana. Orang ini seperti Kakak. Cara berpikirnya kuno. Benar-benar membosankan.”
Jejejeeng…ternyata Shi-kyeong. Ia ditransfer menjadi Deputi Kapten Pengawal Keluarga Kerajaan. Anggota keluarga kerajaan yang mana pasti udah pada tau kan^^ Shi-kyeong tampaknya senang dengan posisi barunya. Apalagi Dong-ha juga dipindahkan ke posisi yang sama.
Jae-ha menemuinya. Shi-kyeong berterima kasih dengan tulus. Jae-ha bertanya siapa yang hari ini ditugaskan menjaga kamar tidurnya.
“Itu kamar tidur, tidak seorangpun diijinkan masuk, “ kata Shi-kyeong.
Jae-ha berkata ia tidak akan menugaskan Shi-kyeong berjaga di luar kamarnya. Perasaannya tidak enak karena telah tinggal bersama kelompok komunis selama sebulan. Ia meminta tambahan pengawal untuk menjaga kamar tidurnya.
“Baiklah, aku akan emnugaskan seseorang…”
“Jangan tentara…Aku ingin seseorang yang bisa dipercaya. Seorang perwira.”
Shi-kyeong hendak menugaskan Dong-ha. Tapi Jae-ha menginginkan seseorang yang setia, jujur, dan tegas. Seseorang yang bisa dipercaya. Siapa lagi kalau bukan…
“Kau.” Jae-ha menunjuk Shi-kyeong.
Tugas pertama Shi-kyeong dimulai. Memijat kaki Jae-ha sementara Jae-ha duduk santai meminum anggurnya.
“Lebih ke atas sedikit,” uajr Jae-ha santai. Shi-kyeong menurut. Upss..terlalu atas. Jae-ha protes apakah Shi-kyeong hendak melecehkannya. Shi-kyeong stress dan hendak memanggil tukang pijat saja.
Tapi Jae-ha berkata ini adalah latihan. Ia mengingatkan Shi-kyeong telah menodongnya dengan senjata. Lalu cara bicara Shi-kyeong yang selalu membuatnya stress. Dan yang lebih keterlaluan adalah Shi-kyeong pergi saat ia menyuruhnya pergi. Shi-kyeong bingung.
“Tugas akhir,” Jae-ha mengingatkan, “Aku bilang akan menanggung kesalahanku sendiri. Bagaimana bisa kau membiarkan aku berlari 60 km sendirian? Aku memang menyuruhmu pergi tapi bukankah aku memberi isyarat dengan ekspresiku? Seluruh tubuhku mengisyaratkan keadaan darurat, apakah kau tidak tahu?”
Shi-kyeong berusaha menahan tawanya.
“Kau juga cukup licik. Apa kau begitu menyukai Kim Hang-ah?”
Shi-kyeong kebingungan. Jae-ha berkata Hang-ah memang perlu berdandan sedikit tapi masih tidak apa-apa.
“Tapi permainan bola salju itu, apa kalian memang harus bermain seperti itu di depanku?”
Shi-kyeong berkata ia hanya sekali itu tertawa bersama Hang-ah. Jae-ha berkata jika hanya sekali tidak apa-apa tapi mengapa Shi-kyeong menyinggung soal tembakan pada saat itu (saat tugas terakhir). Shi-kyeong benar-benar tidak mengerti.
Jae-ha berkata ia akan membantu Shi-kyeong dan selalu bersamanya agar di masa yang akan datang Shi-kyeong selalu memikirkan apa yang Jae-ha inginkan. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan Shi-kyeong. Cukup ikuti instruksinya saja.
Shi-kyeong speechless >,< Jae-ha memberi isyarat dengan matanya. Shi-kyeong bengong lagi.
“Channel! Channel! Aku menyuruhmu mengganti channel TV!” seru Jae-ha. Poor Shi-kyeong…
Hang-ah telah kembali ke rumahnya. Saat makan malam, ayahnya menyinggung mengenai Jae-ha. Ia memberitahu Hang-ah bahwa Raja lah yang hendak menjodohkan Jae-ha dengan Hang-ah, bukan partai.
“Jadi Raja Korea Selatan sendiri yang mengatakannya?”
“Ya, pihaknya sangat positif. Jadi puteriku, kau harus percaya diri. Kau dipilih dari antara gadis-gadis cantik melalui pertimbangan serius Raja Korea Selatan.”
Hang-ah kembali ke kamarnya. Ia mengambil botol kosong hadiah Jae-ha dan tersenyum.
Sementara itu Jae-kang sedang mempertimbangkan calon istri untuk Jae-ha. Ia sedang melihat data Hang-ah. Ratu datang dan bertanya apakah Hang-ah orangnya, yang berpastisipasi dalam WOC dan pernah menjadi instruktur unit khusus.
“Tidak bisakah? Benar-benar tidak bisa?” tanya Jae-kang pada istrinya. Istrinya menggeleng. Jae-kang menghela nafas lalu mencoret nama Hang-ah.
Jae-ha diberitahu kakaknya soal wanita yang hendak dijodohkan dengannya. Jae-ha bertanya bukankah kakaknya sudah memikirkannya. Justru karena sudah memikirkannya, jawab Jae-kang.
“Aku tahu jadinya akan seperti ini,” omel Jae-ha kesal, “Memang benar gadis dari Utara. Kak, yang benar saja…”
Saking kesalnya, Jae-ha berdiri. Upsss…
Jae-kang menunduk, tersenyum geli. Jae-ha baru sadar ia sedang mandi. Cepat-cepat ia masuk kembali ke dalam air.
“Tunggu aku di luar. Ini perang. Perang antara saudara kerajaan akan membuat kakak bisa melihat dengan jelas.”
Jae-kang tak pergi keluar. Ia berkata yang terpenting adalah perasaan Jae--ha.
“Perasaanku? Akan kuberitahu perasaanku yang sebenarnya. Aku benci kakak.”
Jae-kang berkata ia tidak akan memaksa Jae-ha mengikuti matseon (kencan buta) jika Jae-ha tidak mau.
“Tidak, aku tidak akan pernah mau!!”
“Walau dia cantik? Style-nya bagus? Sangat mengikuti tren fashion?” tanya Jae-kang tenang. “Dia mungkin lahir di Korea Utara tapi ia kuliah di luar negeri. Sama sekali tidak berbau Utara.”
Jae-ha meminta kakaknya jangan berbohong padanya. Pasti gadis itu seperti Hang-ah. Jae-ha menirukan sikap aegyo Hang-ah.
“Nona Kim Hang-ah? Dia sudah dieliminasi.”
Jae-ha terpana. Jae-kang berkata tidak mungkin anggota unit khusus (yang dulu ditugaskan menjadi mata-mata dan pembunuh) menjadi bagian dari keluarga kerajaan.
“Benarkah?” tanya Jae-ha.
“Bukankah aku sudah pernah mengatakannya?”
Melihat raut wajah Jae-ha, Jae-kang bertanya apakah Jae-ha kecewa jika Hang-ah dieliminasi. Jae-ha menyangkal habis-habisan. Memangnya dia sudah gila?
“Apakah gadis itu benar-benar cantik?” tanya Jae-ha.
“Sangat, melihat fotonya saja aku hampir melepaskan kakak iparmu,” bisik Jae-kang.
Jae-ha tahu kakaknya bercanda tapi ia bersedia menemui gadis pilihan kakaknya itu. Ia hanya akan melihat wajah dan bentuk tubuh gadis itu. Jika tidak memuaskan ia akan langsung pergi. Jae-kang berkata setidaknya Jae-ha harus bersikap gentleman dan berbicara dengan gadis itu.
Jae-ha mengoceh tak ada yang lebih gentleman daripada dirinya. “Oh, Kim Hang-ah, kau tereliminasi. Mungkin dia juga mengharapkan hal itu,” kata Jae-ha berusaha tersenyum.
Sekretaris Eun menelepon ayah Hang-ah. Ia memberitahu kalau Hang-ah bukannya dieliminasi tapi “diperhatikan” karena beban mengikuti WOC sudah cukup berat. Tapi ayah Hang-ah tidak bisa dibodohi. Ia bertanya apakah puterinya dieliminasi karena puterinya seorang perwira tentara Korea Utara.
“Bukan, kami…”
“Dari sudut pandang kalian, dibandingkan dengan gadis asli Korea Utara, lebih baik yang berbau asing, bukan? Aku ucapkan selamat sebelumnya,” kata ayah Hang-ah kesal, lalu ia menutup teleponnya.
Ayah Hang-ah pulang dan melihat puterinya sedang merawat kulit wajahnya dengan timun. Itu lho, nempelin potongan timun di wajah. Hang-ah tampaknya bersemangat mempercantik dirinya walau ia berusaha menyangkalnya. Ayah Hang-ah menunduk sedih.
Malam itu Hang-ah melampiaskan kegundahannya dengan bermain “minesweeper”. Ia sudah dengar dari ayahnya kalau ia tereliminasi. Ayahnya berkata keluarga kerajaan Selatan pasti tidak tahu apa-apa. Bagaimana bisa mereka menemukan orang secantik, sepintar, dan sebaik Hang-ah?
“Lee Jae-ha? Ia bahkan tidak memenuhi standar. Sebenarnya Ayah tidak begitu menyukai kepribadiannya. Lebih baik seperti ini,” Ayah Hang-ah menghibur puterinya.
Hang-ah mengambil botol kosong pemberian Jae-ha. “Jadi hanya seperti ini? Kau pembohong! Brengsek!” Hang-ah membuang botol itu ke tempat sampah. Tapi air matanya mulai mengalir. “Mengapa…aku…Mengapa aku seperti ini?” isaknya.
Jae-ha pergi ke luar negeri untuk menemui kencan butanya. Wanita itu berbicara dengan bahasa Perancis. Dan jelas tak seperti Hang-ah. Wanita itu wanita berkelas dengan dandanan tingkat tinggi. Jauh dari kesan Korea Utara. Ia bahkan belum pernah tinggal di Korea Utara. Ayahnya diplomat jadi ia terbiasa berpindah-pindah di luar negeri. Ia seorang perancang tas dan baru saja meluncurkan merk baru.
“Apakah kau juga membuat tas berkunci?” tanya Jae-ha. Wuih pake bahasa Perancis lho^^
“Apa maksudmu?”
Jae-ha mulai menceritakan tentang Hang-ah yang menaruh pakaian dalam di dalam tas berkunci. Ia menceritakannya dengan begitu bersemangat padahal tadinya ia terlihat bosan mendengar penuturan si wanita. Ia sendiri menyadarinya. Tapi ia tak bisa berhenti bicara tentang Hang-ah.
Hang-ah mendapat tugas baru di bagian investigasi. Tugasnya mengawasi setiap program acara Korea Selatan dan melaporkan berita yang penting. Ia diberitahu bahwa Jae-ha terlihat berada di luar negeri dan sedang bersama wanita. Hang-ah bersikap pura-pura tak peduli.
Tiba-tiba tanpa diketahui Hang-ah, layar di sebelahnya menunjukkan breaking news.
Wanita teman kencan buta Jae-ha mulai kesal karena Jae-ha tak henti-hentinya membicarakan Hang-ah. Wanita itu meminta Jae-ha melihat layar TV.
Berita terkini. Pangeran Lee Jae-ha akan menikah dengan perwira Korea Utara yang berlatih bersamanya di Korea Utara. Dalam berita itu ada foto Jae-ha sedang merangkul pundak Hang-ah.
“Menikah?” Jae-ha terkejut.
Hang-ah pun tak kalah terkejutnya saat melihat berita itu.
Segera terjadi kehebohan di mana-mana. Entah siapa yang membocorkan berita itu karena Jae-kang tidak tahu sama sekali mengenai hal ini. Ibunda Raja sampai jatuh pingsan saat melihat berita itu.
Lalu apakah ini perbuatan Klub M? Klub M memang rugi besar dengan suksesnya pelatihan tim gabungan Utara dan Selatan tapi John pun terkejut saat diberitahu ada berita bahwa Jae-ha akan menikah dengan seorang perwira wanita dari Korut dan dari unit khusus pula. Mengapa unit khusus menjadi masalah besar? Karena kabarnya unit inilah yang dilatih untuk menjadi mata-mata dan menjadi pembunuh tokoh-tokoh penting seperti anggota keluarga kerajaan dan pejabat penting.
John tertawa. “Biarkan mereka menikah.” Ia berkata pasti akan menarik melihat pernikahan itu. Sama seperti opera yang ia tonton (puteri bangsawan menikah dengan ksatria), akhirnya pasti tragedi. Sang pria pergi dan yang wanita akan mati. O-owww..please endingnya tidak seperti itu >,<
John mengirim cincin sebagai ucapan selamat atas pernikahan Jae-kang. Jae-kang terkejut dan melihat cincin itu dengan wajah khawatir.
Jae-ha masih berada di luar negeri. Ia bertanya-tanya apakah itu hanya rumor atau kakaknya memang hendak menikahkannya dengan Hang-ah. Shi-kyeong yang mendampinginya berkata sepertinya itu bukan rumor.
“Kalian seharusnya bisa menghentikan semuanya. Apakah masuk akal aku menikah dengan Kim Hang-ah dari unit khusus?” kata Jae-ha kesal.
Pada saat moodnya jelek seperti itu, seorang reporter wanita menghampirinya dan menanyakan soal kabar tersebut. Jae-ha tertawa, “You must’ve thought of me as your good friends. Do I know you?”
Reporter itu meminta maaf dan memanggil Jae-ha dengan sebutan Pangeran tapi Jae-ha tidak mau bicara dengannya dan berjalan pergi.
Hang-ah dan ayahnya juga mendapat kesulitan karena partai menanyakan kebenaran kabar tersebut. Ayah Hang-ah meminta Hang-ah jangan khawatir. Ini adalah masalah Korea Selatan. Tidak ada hubungannya dengan mereka. Saat ini rakyat Korea Selatan sedang berdemo menentang rencana pernikahan itu. Politik Korea Selatan sedang kacau. Namun hal ini malah membuat Hang-ah khawatir.
Rakyat Korea Selatan protes keras karena Hang-ah bukan hanya dari Utara tapi juga berasal dari unit khusus. Pihak istana belum memberikan pengumuman resmi. Jae-kang memikirkan apa yang harus ia lakukan. Sekretaris Eun menemuinya. Ia berkata Perdana Menteri menanyakan Jae-kang berdiri di pihak mana? Menentang atau menyetujui. Sekretaris Eun menyarankan agar Jae-kang tidak menunjukkan rasa tidak senangnya karena rakyat menentang pernikahan Jae-ha dengan gadis Korea Utara juga tidak mencoba membela diri sendiri.
Ada ketentuan tak tertulis yang diteruskan keluarga kerajaan sejak dulu. Jae-kang harus tetap diam. Sebagai Raja, Jae-kang merasa tak berdaya.
Jae-ha kembali ke Korea. Ia melihat demo itu dari monitor di mobilnya. Ia kesal melihat para pendemo tu. Jika mereka memang banyak waktu mengurusi hal ini, mengapa mereka tidak masuk politik saja? Tanyakan mengapa^^
Shi-kyeong mendapat telepon yang mengabarkan kalau Raja telah mengambil keputusan.
“Aku tahu. Ia akan tetap diam,” kata Jae-ha. Sebaliknya. Raja ingin memberi penjelasan.
Setibanya di istana, Jae-ha langsung menemui kakaknya dan bertanya apa yang hendak kakaknya jelaskan. Jae-kang berkata ia akan menjelaskan yang sebenarnya. Bahwa ia memang berencana menikahkan Jae-ha dengan seorang wanita dari Utara. Kim Hang-ah juga sempat dipertimbangkan tapi dieliminasi karena ia berasal dari unit khusus.
“Mengapa kau mempertimbangkannya? Apa kau ingin membuat keluarga kerajaan terbunuh? Apa kau ingin menjual negara ini pada Utara? Kakak tahu kan pertanyaan-pertanyaan seperti ini yang akan ditanyakan? Kita harus tetap diam.” Jae-ha berkata dalam waktu beberapa minggu kericuhan di luar pasti akan berhenti. Tutupi saja dengan berita politik lainnya atau skandal selebritis.
Tapi Jae-kang tahu, hal yang berkaitan dengan Utara tidak akan mudah dilupakan. Jae-ha bertanya lalu apa yang akan kakaknya lakukan jika rakyat marah. Bagaimana jika mereka menuntut Jae-kang turun?
“Kalau begitu turun tahta. Itu adalah keinginan rakyat,” jawab Jae-kang tersenyum. Jae-ha tak percaya dengan apa yang kakaknya katakan. Ia menghambur ke kamarnya dengan kesal.
Shi-kyeong baru saja menaruh koper-koper Jae-ha. Jae-ha bertanya pada Shi-kyeong seharusnya mereka tetap diam kan. Apa-apaan dengan turun tahta?! Tapi Shi-kyeong memang seperti Jae-kang. Ia sependapat dengan Raja.
Jae-ha langsung mengusirnya keluar. Sebuah ide melintas di benak di Jae-ha. Ia bertanya pada Shi-kyeong, kapan kakaknya akan memberikan penjelasan itu.
Raja sudah mempersiapkan pernyataannya. Para reporter bersiap-siap di istana. Pihak Utara pun terus memonitor perkembangan berita ini. Mereka ingin tahu apa yang akan Raja katakan mengenai hal ini. Hang-ah pun dengan cemas menanti.
Ratu dan Ibunda Raja menunggu pernytaan raja di ruang keluarga istana. Ibunda Raja sedang berbicara dengan Jae-shin, adik bungsu Jae-kang dan Jae-ha. Jae-shin sepertinya menanyakan tentang rumor pernikahan itu tapi ibunya berkata tidak ada apa-apa, tidak mungkin keduanya menikah.
Ibunda Raja meminta Ratu mengganti saluran TV karena jantungnya berdebar kencang menanti pernyataan anaknya. Ratu mengganti channel TV dan beralih ke tayangan pertandingan sepak bola. Tapi mereka terkejut saat diumumkan Pangeran Lee Jae-ha akan memberikan sambutannya untuk pertandingan tersebut.
Jae-ha muncul di podium. Raja memasuki tempat konferensi pers diadakan. Anehnya semua reporter tidak duduk di tempat mereka melainkan berkerumun di depan layar TV. Jae-kang melihat ke layar dan melihat adiknya. Ia bingung apa yang sedang Jae-ha lakukan di sana.
Awalnya Jae-ha memberikan sambutan untuk pertandingan itu tapi penonton tidak bertepuk tangan, malah melihat dengan wajah penasaran. Jae-ha tertawa canggung.
“Sepertinya ini karena pemilihan Puteri dari Korea Utara, bukan? Benar, Nona Kim Hang-ah adalah instruktur Unit Khusus Korea Utara. Pertama kali kami bertemu ia mengancam akan membunuhku. Tapi…cinta adalah hal yang paling tidak bisa dimengerti di dunia ini.”
Semua terkejtu. Shi-kyeong melirik Jae-ha. Hang-ah melihat layar monitornya tanpa berkedip.
“Aku mencintai Kim Hang-ah. Jadi aku meminta Raja membiarkan aku melamarnya dan Raja menyetujuinya. Aku hanya memikirkan apa yang kuinginkan dan tidak memikirkan keinginan rakyat. Aku minta maaf.”
Jae-ha membungkukkan badannya.
“Tapi, Raja tidak membuat kesalahan! Kesalahanku adalah jatuh cinta dengan gadis dari Korea Utara. Seorang wanita yang dulu dilatih untuk membunuhku. Jadi semuanya, jika kalian ingin marah, marahlah padaku, pada hatiku yang telah jatuh cinta pada musuh. Singkirkan! Rajam! Sumpahi aku.” Jae-ha menutup pidatonya dengan sangat menyentuh.
Tepuk tangan membahana dalam lapangan itu. Mau tak mau Raja tersenyum melihat kecerdikan adiknya. Apakah Jae-ha sungguh-sungguh jatuh cinta pada Hang-ah? Mungkin. Tapi apa yang ia katakan kali ini hanyalah untuk menyelamatkan kakaknya. Dengan mengakui kalau ia yang mencintai Hang-ah maka Jae-kang tak perlu memberi pernyataan kalau ia memang berniat menjodohkan Jae-ha dengan gadis dari Utara. Pihak Utara pun tidak dilibatkan hingga kedamaian kedua negara tidak terganggu.
Lalu apakah Hang-ah percaya dengan pernyataan cinta Jae-ha? Hmmm..kalau percaya, kasihan Hang-ah :(
Pernyataan cinta Jae-ha menjadi berita utama dalam setiap surat kabar. Dan semuanya berupa tanggapan positif. John melihat berita itu dan ia sangat marah. Ia memerintahkan untuk memutar pesawatnya kembali ke Korea.
Jae-kang berbincang dengan adiknya. Ia berkata pada dasarnya Jae-ha telah berbohong pada rakyat. Jae-ha berkata ia melakukan itu karena ia tidak mau menjadi Raja. Ia berkata sebaiknya kakaknya menangani hal seperti ini lebih baik di masa yang akan datang atau ia akan berbohong lebih besar lagi. Misalnya Raja lah yang sebenarnya telah jatuh cinta pada Hang-ah.
Raja tersenyum. “Kalau begitu kapan kita akan mengadakan sangyeonrae (pertemuan antara dua pihak untuk menyepakati pernikahan)?”
Jae-ha terkejut. Jae-kang menjelaskan Jae-ha lah yang membuatnya menjadi besar. Karena Jae-ha sudah mengumumkannya maka Jae-ha harus meneruskannya dengan bertemu secara formal.
“Kak, kau tidak benar-benar menginginkan aku dan Kim Hang-ah…” kata Jae-ha tak percaya. Jae-kang menjelaskan mereka berdua sebaiknya bertemu dulu. Jika berjalan dengan baik, keduanya bisa menikah. Jika tidak, mereka bisa putus. Baginya yang terpenting perasaan Jae-ha.
“Tapi aku sudah mengatakan kalau aku mencintainya. Apa yang akan Kim Hang-ah lakukan? Dia pasti akan seperti cacing tentara dan berkata ‘aku juga mencintaimu’. Lalu apa yang harus kulakukan?”
Tapi Jae-kang tidak yakin Hang-ah akan mencintai Jae-ha. Ia dengar apa yang terjadi pada saat pelatihan dari ayah Hang-ah .
“Dia…menyukaiku,” tandas Jae-ha. “Kak, saat dia memandangku, matanya akan bersinar. Pikirkan saja. Aku tampan, keren, dan pintar. Siapa yang tidak menyukaiku? Juga…aku cute..” (full narsis mode: on^^)
“Jae-ha-yaa.. Untuk pria seumurmu menyebut dirimu cute, sungguh menggelikan.”
“Tidak, aku benar-benar cute.” Pffftt…
Jae-ha berkata ia seorang Pangeran, kaya dan bahkan mengumumkan di depan umum kalau ia menyukai Hang-ah. Hang-ah pasti sudah berkemas-kemas untuk datang ke Selatan. Apa yang harus ia lakukan?
Jawaban Hang-ah? “Aku tidak akan melakukannya.”
Petinggi Korea Utara mencoba membujuknya untuk mengikuti sangyeonrae. Hang-ah berkata Jae-ha sudah menipunya berkali-kali saat pelatihan.
“Dia menyukaiku? Itu bohong. Kalian akan tahu saat melihat matanya.”
“Tentu saja, bagaimana mungkin Kim Hang-ah tidak mengetahui perasaan Pangeran Selatan yang sebenarnya?” kata ayahnya.
“Dia peluru bersalut gula. Dan dia sangat ahli dalam hal ini. Jika dia tertekan, dia bisa mengaku kalau dia adalah Dangun (pendiri Joseon). Aku tidak akan tertipu lagi,” kata Hang-ah tegas.
“Kalian dengar kan? Walau sangyeonrae akan menguntungkan pihak Utara dan Selatan (pernikahan politik) tapi hal itu tidak bisa dipaksakan. Di masa yang akan datang, partai kita seharusnya lebih mendengar pendapat rakyat.”
Walau ayahnya membela dirinya, Hang-ah terlihat sedih. Bagaimanapun perasaan keduanya, jika mereka menikah orang akan melihat itu sebagai pernikahan politik.
Jae-ha diberitahu kalau Hang-ah menolak sangyeonrae. Ia masih juga beranggapan kalau Hang-ah sedang jual mahal. Jika dia yang meneleponnya pasti Hang-ah akan langsung datang (lho bukannya Jae-ha ingin menolak sangyeonrae juga ya, kenapa sekarang pengen Hang-ah datang?^^).
Sekretaris Eun berkata Hang-ah menolak semua telepon, pokoknya segala bentuk komunikasi. Bahkan partai Utara menegaskan Hang-ah tidak akan menemui Jae-ha.
“Kenapa?” tanya Jae-ha bingung. “Dia….tidak menyukaiku?” tanyanya shock.
“Ya,” sahut Jae-kang. Wajah Jae-kang lucu banget. Tanpa ekspresi tapi sepertinya dia sedang berusaha agar tidak tertawa. Demikian juga dengan Sekretaris Eun. Ia sepertinya ikut menikmati “kejatuhan” pesona Jae-ha.
“Kenapa?” tanya Jae-ha tak mengerti.
“Kalau begitu apa yang harus ku….lakukan?” Hahaha…Jae-ha bener-bener kaget.
“Apa lagi yang bisa kaulakukan? Cinta tak berbalas untuk gadis Korea Utara yang telah kau umumkan di depan rakyat pada akhirnya ditolak. Hal ini akan dicatat dalam sejarah Republik Korea sebagai hal paling memalukan dalam keluarga kerajaan.” Jae-ha stress.
Walau Hang-ah telah menolak bertemu dengan Jae-ha dan tahu kalau Jae-ha berbohong padanya tapi ia menonton video rekaman pernyataan cinta Jae-ha berulang-ulang. Ayahnya kebetulan datang ke ruangan Hang-ah untuk mengajak puterinya makan bersama. Hang-ah tak menyadari kedatangan ayahnya. Ayah Hang-ah melihat Hang-ah menonton rekaman itu. Ia menghela nafas panjang.
Pada saat makan malam bersama, Ayah Hang-ah mengingatkan kalau Jae-ha adalah pria pembuat masalah.
“Dia selalu bicara sembarangan,” kata Hang-ah kesal.
“Benar, jadi jangan anggap serius ucapan Pangeran,” kata ayahnya.
“Aku akan menemuinya dan menginjaknya sampai mati.”
“Heh?”
“Jika aku terus menahannya, aku akan mati karena terlalu marah. Bagaimana bisa ia mengucapkan cinta pada wanita yang belum menikah di depan umum? Ini bukanlah masalah yang bisa diselesaikan tanpa bertemu dengannya. Aku akan menemuinya. Begitu aku bertemu dengannya…”
Ayahnya bertanya apakah perlu seperti itu.
“Aku sendiri yang akan menjatuhkannya ke tanah dan menginjaknya sampai mati,” Hang-ah memukul meja, “Aku ingin bertemu dengannya.”
Sementara itu Sekretaris Eun meminta puteranya untuk menghubungi Hang-ah. Karena keduanya pernah bekerja sama mungkin Hang-ah mau menjawab teleponnya. Ia membujuk Shi-kyeong untuk membujuk Hang-ah baik-baik.
Hang-ah muncul di layar. Shi-kyeong menyapanya.
“Aku akan pergi sangyeonrae,” kata Hang-ah. Sekretaris Eun dan Shi-kyeong terkejut. Hang-ah menegaskan ia akan bertemu Jae-ha seperti yang diinginkan Selatan.
Jae-ha yang baru bangun tidur diberitahu Shi-kyeong kalau Hang-ah akhirnya bersedia datang.
“Dia setuju waktu kau menelepon?”
“Aku tidak membujuknya…,” kata Shi-kyeong tersenyum. Ia memberitahu kalau istana sekarang sedang mempersiapkan waktu dan tempat pelaksanaan sangyeonrae.
“Apa yang kau katakan padanya?” tanya Jae-ha.
“Lama tak bertemu, Kapten Kim Hang-ah,” jawab Shi-kyeong jujur. Jae-ha tertawa tak percaya.
“Orang yang tak bisa dibujuk oleh partainya dan bahkan oleh keluarga kerajaan, lalu kau bilang ‘lama tak bertemu’ dan dia langsung bersedia datang?”
Shi-kyeong jadi tak enak hati. Ia hendak menjelaskan.
“Jika kau bilang kau rindu padanya, ia pasti akan berlari kemari. Eun Shi-kyeong, kau hebat,” ujar Jae-ha.
Shi-kyeong tak tahu harus bicara apalagi. Jae-ha mengangkat teleponnya dan memerintahkan agar Shi-kyeong tidak diikutkan dalam sangyeonrae karena adalah masalah “pribadi”. Poor Shi-kyeong….
Tibalah hari Hang-ah pergi ke Selatan untuk bertemu dengan Jae-ha. Ia mengenakan hanbok modern. Ia pamit pada ayahnya. Ayahnya menegaskan pertemuan sangyeonrae ini hanya tata krama yang harus diikuti tapi jawabannya telah ditentukan. Hang-ah mengerti, ia akan menendang Jae-ha kuat-kuat. Artinya ia akan menolak pernikahan.
Hang-ah berjalan ke garis perbatasan. Ratu sudah menunggunya di sisi Selatan. Hang-ah berjalan melewati garis kuning perbatasan kedua negara. Sebagai simbol ia memasuki Korea Selatan. Ratu menyambutnya dengan ramah.
Jae-kang dan ibunya melihat peristiwa itu dari TV. “Ia cantik bukan?” kata Jae-ha pada ibunya. Ibunya terlhat tidak senang. Ia bilang ia sakit kepala dan beranjak pergi. Tapi ia menoleh dan bertanya mengapa Hang-ah sedikitpun tidak tersenyum. Mom’s insting.
Jae-ha dalam pesawat menuju tempat diadakannya sangyeonrae di Pulau Jeju. Ia melihat kedatangan Hang-ah dari monitor TV di pesawat. Karena Shi-kyeong tidak diperbolehkan ikut oleh Jae-ha maka Dong-ha yang menggantikannya.
“Wah, Kapten terlihat gugup,” kata Dong-ha waktu ia melihat Hang-ah di TV.
Jae-ha menyuruh Dong-ha duduk. Ia bertanya apakah Dong-ha pernah ditolak wanita. Jae-ha berkata ada seseorang yang menyukainya dan ia membenci orang itu. Lalu ia membuka hatinya dan menyatakan cinta pada orang itu tapi…Bam! Ia ditolak.
“Apa dia menolak Pangeran?” tanya Dong-ha sambil menunjuk Hang-ah di TV.
“Bukan, itu yang akan kulakukan padanya,” kata Jae-ha. Ia menyuruh Dong-ha mendekat dan membisikkan sebuah rencana padanya.
Hang-ah tiba di tempat pertemuan itu diadakan. Kepala keamanan memberitahu kalau Hang-ah dan Jae-ha akan tinggal selama 4 hari 3 malam di tempat itu. Reporter telah dilarang masuk jadi keduanya bisa tenang saat bersama. Hang-ah juga diberi ponsel agar bisa menghubungi keluarganya di Utara. Pertemuan pertama adalah minum the di sore hari bersama Pangeran. Pihak istana telah menyediakan pelayan untuk membantu Hang-ah bersiap.
Hang-ah berkata ia tidak memerlukan pelayan. Tapi ia diberitahu sepuluh orang penata gaya, penata rambut dan perias keluarga kerajaan telah diboyong ke tempat ini. Hang-ah tercengang. Memangnya apa yang salah dengan pakaiannya?
Sore hari itu Jae-ha telah menunggu Hang-ah. Saat melihat Hang-ah, ia buru-buru berdiri. Hang-ah telah didandani dengan cantik. Ia mengingatkan dirinya sendiri untuk bersikap dingin dan menolak Jae-ha dengan tegas.
Ia masuk ruangan dan berdiri tanpa menghadap Jae-ha. Melirik pun tidak.
“Sudah lama kita tidak bertemu, kau seharusnya menghadap ke arahku,” ujar Jae-ha.
“Aku ke sini bukan untuk melihatmu. Aku ke sini untuk melihat jeruk karena di Utara tidak ada.”
Jae-ha memberi isyarat pada seorang pelayan lalu ia duduk. Hang-ah ikut duduk sambil terus mengahdap ke arah lain.
Dong-ha menghampiri Kang-seok yang ikut mengantar Hang-ah. Mereka berjabat tangan sebagai teman. Kang-seok bertanya mengapa Jae-ha membuat pertemuan ini begitu mewah.
“Karena cinta,” kata Dong-ha menghela nafas panjang.
Donat-donat disajikan sebagai teman minum teh. Hang-ah mengambil sebuha dan hendak memakannya tapi AJe-ha menghentikannya. Ia mengambil sebuah donat berbentuk hati dengan gula-gula warna pink di atasnya. Seakan dengan memberikan donat itu, ia memberikan hatinya untuk Hang-ah.
Hang-ah tak terkesan. Ia menggigit donat yang dipilihnya sendiri dengan gigitan besar.
“Pidato yang kauucapkan di pertandingan sepakbola, apa-apaan itu? Cinta apanya? Sebagai Pangeran bagaimana bisa kau membohongi rakyat? Tidak peduli seberapa tertekannya dirimu, kau seharusnya menyelesaikan masalahmu sendiri. Mengapa kau melibatkan aku dalam gurauanmu?”
“Siapa bilang aku bergurau?” kata Jae-ha serius. “Benar, sebagai seorang Pangeran, apa kau pikir mudah untuk mengatakan hal itu di depan orang banyak? Cinta? Walaupun hanya tersisa dua orang di dunia ini aku tidak akan mengucapkan kata-kata menyesakkan itu. Tapi….”
Hang-ah melihat Jae-ha dengan sedih. “Jadi, itukah sebabnya kau menembakku? Karena kau begitu mencintaiku?”
Jae-ha terpaku. “Benar, bagaimana kau bisa mengerti perasaanku yang rumit saat aku menembakmu.”
Ia berkata walau Hang-ah berpikir begitu mereka tetap harus makan malam bersama. Lalu ia pergi dengan wajah sedih.
Hang-ah melihat ponsel Jae-ha yang tertinggal di meja. Kang-seok datang dan hendak memberitahu Hang-ah apa yang baru saja didengarnya dari Dong-ha. Tapi belum sempat ia bicara, Hang-ah sudah menyuruhnya mengembalikan ponsel Jae-ha. Kang-seok menyalakan ponsel itu dan terkejut melihat foto Hang-ah menjadi wallpaper ponsel Jae-ha. Hang-ah juga melihatnya dan terpana.
Tiba-tiba ponsel itu direbut Jae-ha. Jae-ha tak mengatakan apapun dan segera pergi dari sana. Tampaknya hati Hang-ah tersentuh.
Jae-ha membicarakan rencananya dengan Dong-ha. Ia menyesalkan aksinya tadi terlalu terlihat kebetulan. Trik meninggalkan ponsel itu terlalu kuno, Hang-ah tidak akan termakan aksinya.
Hang-ah merenungkan perkataan Kang-seok. Kang-seok berkata sepertinya Jae-ha benar-benar menyukainya. Ia mendapat pesan gambar dari Jae-ha berupa foto dirinya yang tadi ia lihat di ponsel Jae-ha.
Pesannya: Maafkan aku telah menaruh fotomu dalam ponselku. Tapi dalam hatiku kau selalu seperti ini.
Hang-ah menatap foto itu lalu mulai berpose meniru pose dari fotonya sendiri.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ayah Hang-ah menanyakan perkembangan dengan Jae-ha. Hang-ah berkata Jae-ha terus saja bicara yang aneh-aneh.
“Kau harus menjawab dengan sopan tapi kau harus menarik batas. Apa kau mengerti?” kata ayahnya.
“Iya,” jawab Hang-ah seolah diingatkan maksud kedatangannya.
Malam itu Jae-ha mempersiapkan semuanya dengan teliti. Ruangan tempat diadakan makan malam dihias dengan meriah sampai menggunakan balon segala. Ia mengomel memangnya ini pesta untuk anak kecil. Semua balon segera diturunkan.
Foto-foto Hang-ah ditempel di dinding. Menunya? Lagi-lagi donat >,< harus bentuk hati lagi…
Jae-ha menanyakan pendapat pendapat Dong-ha. Dong-ha berkata kalau seperti ini sih bahkan cukup untuk pernikahan. Jae-ha sangat puas, seperti inilah skala kerajaan. Mereka tinggal menunggu kedatangan Hang-ah. Apakah Hang-ah akan pingsan melihat kemewahan seperti ini?
Seorang pelayan memberitahukan kedatangan Hang-ah. Jae-ha segera berdiri dan bersiap-siap dengan bunga di tangan. Ia bahkan berlutut dengan posisi melamar, dan menunduk di ujung barisan pelayan.
Hang-ah masuk. Konfeti-konfeti dinyalakan seiring ia berjalan menyusuri karpet marah. Tapi para pelayan terlihat bingung.
Jae-ha mengangkat kepalanya dan melihat Kang-seok berjalan ke arahnya. Dengan seluruh tubuhnya dipenuhi konfeti. LOL^^
Ia datang untuk menyampaikan pesan Hang-ah: Aku tidak memiliki perasaan apapun pada Komrad Lee Jae-ha. Aku tidak menyetujui pernikahan ini. Selama hari yang tersisa, aku tidak ingin berselisih denganmu jadi aku tidak ingin menghabiskan waktu bersama.
Jae-ha tertegun. Rencananya berantakan. atau ia benar-benar kecewa karena Hang-ah mengatakan tidak menyukainya?
Komentar:
Episode kali ini ketegangan mereda karena tidak ada lagi senjata yang ditodongkan. Perasaan-perasaan mulai bermunculan. Entah itu perasaan pura-pura atau perasaan yang sebenarnya. Perbedaan di antara keduanya lama-lama menjadi samar.
Jae-ha dan Hang-ah belum menyadari perasaan mereka. Terutama Jae-ha. Setiap perkataannya ia maksudkan sebagai kepura-puraan tapi sepertinya itu malah isi hatinya yang sebenarnya. Ia bahkan sangat cemburu dengan Shi-kyeong. Hang-ah sepertinya menyadari kalau ia menyukai Jae-ha tapi ia juga menyadari kalau hubungan mereka akan sulit, melihat sikap Jae-ha dan penolakan rakyat Korea Selatan terhadap dirinya. Ia berusaha tidak terpengaruh oleh sikap Jae-ha yang terus berubah. Tapi sepertinya sulit bagi Hang-ah untuk mengingkari perasaannya sendiri.
wahhh,menegangkan yah.... Jae Ha keliatan bgt spt ingin mempermainkan perasaan Hang Ah.... hmmmm,pernikahan kluarga kerajaan sangat sangat lah rumit yah.... gag gampang.... ckckckkck.... knp ibunda raja gag setuju klo Jae Ha nikah sama Hang Ah cm gara2 Hang Ah anggota unit khusus? knp hubungan utara n selatan begitu rumit yah? hmm... ni film bener2 buat penasaran bgt dh...
BalasHapussmga eps 6'y cepet dirilis yh jeng fanny... hehehhe... :D
-iReNe-
Ibunda raja sama kaya rakyat, ngga setuju karena Hang-ah orang utara. Apalagi dari unit khusus yang memang dulu dikhususkan untuk membunuh keluarga kerajaan.
Hapusya emg takut ch. sapa tw suatu saat hang ah bs berbalik jd musuh? itu pemikiran ibunda raja kan? smga ajja jae ha bener2 serius yah m hang ah. klo dy cm mempermainkan hang ah bs gawat tu konsekuensi'y.. pihak utara bs marah n perang dh. hmmmm,seremmm... hahahha...
Hapus-iReNe-
Mungkin maksudnya King 2Heart itu 2 hati dari seorang raja (Jae ha), 1 untuk negaranya (Korsel) dan 1 untuk hati sebenarnya (Hang-ah), trs dilema gituh mau pilih yg mana....
BalasHapusdi tunggu episode selanjutnya.... :D
BalasHapusjae-ha koyol banget tapi kasian juga sih kenapa kalian jujur aja satu sama lain malah nya kitin hati sendiri
BalasHapusjae ha itu disini ceritanya umur berapa ya? lebih tua atau lebih muda dari hang ah? jae ha kelakuannya kadang imut kadang ngeselin hhahaha.. love you wangjanim :*
BalasHapus