Apakah Da-ran mendengar pernyataan cinta Se-young pada ‘Yoon-jae’? Ternyata tidak.
Jika dilihat dari cara pengucapan dan kata-kata Se-young, menurutku Yoon-jae bukan kekasihnya. Ia hanya berusaha kembali pada Yoon-jae. Aneh kan setelah ‘Yoon-jae’ mendorongnya dia malah bilang ‘aku mencintaimu’. Jika memang mereka berhubungan, seharusnya dia terlihat bingung saat ‘Yoon-jae’ mendorongnya. Sedangkan Se-young tidak terlihat bingung sama sekali, ia lebih terlihat penasaran dengan reaksi Yoon-jae, apalagi setelah Da-ran muncul. Sayangnya, sikap terkejut ‘Yoon-jae’ disalahmengerti oleh Se-young. Ia pikir ‘Yoon-jae’ menolaknya karena ada Da-ran.
Se-young bersikap biasa saja dan menyapa Da-ran, sementara Kyung-joon masih terpaku di tempatnya. Da-ran berterima kasih karena Se-young telah membawakan barang-barang Yoon-jae.
“Tidak apa-apa, aku kan temannya,” ujar Se-young.
“Teman?!!” seru Kyung-joon, kesal karena Se-young bermuka dua.
Se-young minta ditraktir minum teh sebagai tanda terima kasih. Ia ingin minum teh buatan ‘Yoon-jae’. Da-ran dengan ramah mengundang Se-young minum kopi di apartemen Yoon-jae.
“Aku tidak mau kopi. Yoon-jae, kau masih punya teh Darjeeling yang kau bawa dari Ingris? Yang kau bagi denganku? Mari minum itu.”
Da-ran masih ngga curiga juga. Sigh…bener-bener polos ya… Ia mengundang Se-young naik ke atas dan berjalan masuk duluan.
Se-young menarik Kyung-joon. Ia ingin berduaan dengan ‘Yoon-jae’, tidak bisakah Da-ran disuruh pergi? Belum sempat Kyung-joon menjawab, Se-young memanggil Da-ran dan menyuruhnya membeli kue untuk teman minum teh. Da-ran dengan senang hati menurut. Se-young bergumam kalau Da-ran benar-benar tidak bisa membaca situasi.
Kyung-joon tidak mau ditinggal berduaan sama ahjumma. Ia memanggil Da-ran. Lalu merangkulnya.
“Kami ingin bersama. Kau pergilah!”
Se-young terkejut. Da-ran juga, ia mengingatkan kalau teman datang berkunjung wajar saja untuk minum teh bersama.
“Seo Yoon-jae memberimu teh kan? Minumlah sepuasnya sendiri. Mengapa harus meributkannya? Jika kau ingin makan kue, belilah sendiri dan makanlah di rumahmu. Tak peduli seberapa enaknya kue itu, kau boleh memakan semuanya sendirian. Tidak perlu membaginya denganku,” kata Kyung-joon ketus.
“Yoon-jae-ah…”
“Yoon-jae-sshi.. mengapa kau bersikap seperti ini pada temanmu?” tanya Da-ran melotot pada Kyung-joon. Kyung-joon memberi isyarat agar Da-ran menurut saja. Dasar Da-ran, ia menyuruh Se-young dan ‘Yoon-jae’ ke atas duluan sementara ia pergi membeli kue. Kyung-joon cepat-cepat menarik tangan Da-ran.
“Jangan pergi membeli kue,” ujar Kyung-joon.
“Aku hanya akan pergi membeli kue.”
“Aku tidak mau memakannya jadi jangan pergi!”
Se-young bingung melihat keduanya.
“Temanmu bilang ia ingin makan kue, jadi aku akan pergi dan membelinya. Lepaskan aku!” Da-ran menepis tangan Kyung-joon.
Tak ada jalan lain, Kyung-joon mengangkat dan menggendong Da-ran. Ia berjalan ke hadapan Se-young.
“Kami tidak mau makan kue, jadi pergilah!”
Da-ran dan Se-young ternganga.
“Masih tidak mau pergi juga? Kau begitu bodoh hingga tak bisa membaca situasi. Aku hanya ingin bersama dengan tunanganku. Jadi ‘teman’, cepat pergilah!” kata Kyung-joon dengan tegas.
Ia lalu menggendong Da-ran naik ke atas, meninggalkan Se-young yang terlihat kesal.
Setibanya di apartemen Yoon-jae, Da-ran meminta penjelasan mengapa Kyung-joon bersikap seperti itu di depan Se-young. Ia ingin turun ke bawah untuk minta maaf pada Se-young, tapi Kyung-joon menahannya. Da-ran menggigit tangan Kyung-joon. Kyung-joon berteriak kesakitan.
“Gil Teacher, apa kau seekor anjing? Mengapa kau menggigitku?! Apa kau sudah gila?!”
“Yang gila itu kau! Bagaimana bisa kau bersikap memalukan seperti tadi?”
“Si brengsek ini yang membuat kekacauan,” Kyung-joon menepuk tubuh Yoon-jae. “Aku telah menyelamatkanmu dan kau bahkan tidak tahu apa-apa. Apa kau pikir wanita itu datang untuk minum teh dan makan kue hanya sebagai teman? Menggelikan. Namamu ‘panjang’ (Gil Da-ran terdengar seperti kata dalam bahasa Korea yang berarti panjang) tapi bagaimana bisa akal sehatmu begitu pendek?”
Da-ran bertanya apakah Kyung-joon baru saja menyebut “Yoon-jae-sshi’nya brengsek.
“Benar! Ahjusshi ini benar-benar pria jahat. Ia bertunangan dengan Gil Teacher tapi ia berselingkuh dengan wanita lain. Apa kau tahu apa yang wanita tadi katakan padaku?”
“Apa yang dia katakan?”
Kyung-joon menceritakan semua perkataan Se-young (bahwa ia mencintai Yoon-jae) dan apa yang Se-young lakukan (memeluknya tapi ia mendorongnya). Kyung-joon menceritakannya dengan berapi-api sementara Da-ran tak nampak terkejut.
“Rupanya begitu,” kata Da-ran tenang.
“Rupanya begitu? Mengapa kau tak gusar sama sekali? Bagaimana bisa dengan tenang kau berkata: ‘rupanya begitu’. Ini bukan situasi di mana kau bisa bersikap seperti itu!”
Da-ran tersenyum. Ia berkata Kyung-joon tidak perlu mengkhawatirkan gurunya (Da-ran). Ia mencubit pipi Kyung-joon dan bertanya apakah Kyung-joon bersikap seperti tadi karena mengkhawatirkannya. Kyung-joon bingung dengan reaksi Da-ran.
Da-ran meminta Kyung-joon jangan khawatir. Tunangannya sama sekali bukan pria seperti itu. Ia menjelaskan dengan gaya guru TK kalau Yoon-jae dan Se-young adalah teman lama dan sentuhan fisik mereka tidak seperti yang Kyung-joon pikirkan. (Sigh….sedekat atau selama apapun seorang teman, pelukan di antara pria yang sudah bertunangan dengan wanita lain adalah perbuatan yang tidak pantas >,<)
“Tapi kau mengkhawatirkan gurumu, anak baik cup cup cup,” Da-ran menepuk-nepuk pipi Kyung-joon. Kyung-joon meronta.
“Apa kau menganggapku anak kecil?! Cup cup cup?! Calm down…Kyung-joon…calm down,” Kyung-joon mengelus dada, frustrasi dengan kepolosan Da-ran (me too!!). “Ibu Guru Gil Da-ran, mungkin kau sangat menyukai orang ini hingga kau tak bisa berpikir lurus. Tapi orang ini benar-benar bukan orang baik!”
Da-ran membenarkan, ia sangat menyukai Yoon-jae dan Yoon-jae adalah orang yang pantas untuk ia cintai. Mendengar itu, Kyung-joon terdiam. Mungkin merasa tersisih.
Da-ran meniup-niup tangan Kyung-joon yang tadi digigitnya. “Pasti sakit, ya? Tubuh Yoon-jae-sshi terluka, bagaimana jika meninggalkan bekas?” katanya khawatir.
“Apa kau hanya mengkhawatirkan tubuhnya? Aku lah yang merasakan sakitnya,” kata Kyung-joon. Ia bertanya apakah Yoon-jae memang sebaik itu? Lalu apakah Yoon-jae juga berpendapat sama mengenai Da-ran?
Mungkin itu memicu rasa tidak percaya diri Da-ran, karena ia meminta Kyung-joon mengulang pernyataan cinta Yoon-jae. Ia senang melihat wajah Yoon-jae saat mengatakan hal itu padanya.
Kyung-joon menatap Da-ran, “Aku tidak mencintai Gil Da-ran-sshi.”
Da-ran terhenyak. Kyung-joon berkata mungkin saja Yoon-jae akan mengatakan hal itu. Bagaimana ia bisa tahu apa yang akan Yoon-jae katakan pada Da-ran pada hari itu? Ia berkata Da-ran juga tidak yakin, bukan? Da-ran menunduk.
“Aku hanya anak-anak. Aku tidak tahu masalah orang dewasa. Aku terjebak di antara kalian dan digigit. Yang kudapatkan hanyalah rasa sakit. Aku tidak suka rasa sakit, karena itu aku tidak akan ikut campur lagi,” kata Kyung-joon. Ia mengambil tas yang berisi pakaian Yoon-jae lalu pergi meninggalkan Da-ran.
Kyung-joon mengerutu kalau Yoon-jae bukanlah orang baik, lalu menggigit tangannya (alias tangan Yoon-jae) yang tadi digigit Da-ran.
Da-ran membuka barang-barang Yoon-jae yang tadi diantar oleh Se-young. Ada dompet dan ponselnya juga. Da-ran bertanya-tanya sebenarnya apa jawaban Yoon-jae pada hari itu.
Kyung-joon turun ke bawah dan ternyata Se-young belum pergi. “O-ow,” gumamnya begitu melihat Se-young.
Se-young menghampirinya, ia bertanya apakah ‘Yoon-jae’ marah? Ia tadi sangat gugup karena tak mengira Da-ran sedang bersama ‘Yoon-jae’. Kyung-joon bertanya memangnya apa yang akan dibicarakan Se-young jika Da-ran tidak ada.
“Aku sudah mengatakan kalau aku mencintaimu, kau terkejut, bukan? Apakah kau ragu untuk menikah karena kau masih menyimpan perasaan padaku? Kau juga belum mengembalikan benda yang kuberikan padamu,” kata Se-young.
“Benda yang kauberikan? Benda apa itu?”
“Bukankah kau bilang masih memilikinya?”
Kyung-joon ingat Se-young pernah menanyakan hal itu padanya saat di rumah sakit. Ia bertanya apakah benda itu begitu spesial. Se-young menggenggam kuncinya erat-erat dan bertanya apakah ‘Yoon-jae’ tidak bisa menebaknya. Kyung-joon berkata mereka harus membicarakannya. Maksud Kyung-joon sih ingin mengorek lebih jauh hubungan Se-young dan Yoon-jae.
Se-young mengajak Kyung-joon ke sebuah bar yang biasa didatanginya bersama Yoon-jae. Pelayan membawakan wiski, minuman yang terakhir kali mereka (Se-young dan Yoon-jae) pesan. Kyung-joon senang sekali. Se-young meminum sesloki penuh dalam satu teguk dan nampak biasa saja.
Kyung-joon merasa minuman itu aman dan meminumnya sekali teguk. Tapi wajahnya tak nampak biasa saja. Poor Kyung-joon, wiski itu membakar tenggorokan dan perutnya (atau tenggorokan dan perut Yoon-jae ya :p). Ia menggeleng ketakutan saat pelayan menuang sesloki lagi, walau berusaha bersikap biasa saat melihat Se-young.
Da-ran pulang ke rumah dan melihat keluarganya sedang menulis undangan pernikahannya. Mereka kekurangan undangan. Ibu Da-ran bertanya apakah Yoon-jae mendapat undangan yang cukup, jika tidak mereka bisa memesannya sekalian.
“Aaah…ia belum bisa mengirim undangan sekarang,” kata Da-ran. Ketiganya menoleh.
“Mengapa???”
“Oo…ini sudah malam, kantor pos sudah tutup. Aku akan mengirimnya besok,” Da-ran buru-buru menjelaskan. Ketiganya menghela nafas lega.
“Apakah ini sebuah gurauan? Pantas saja kelasmu begitu membosankan,” kata Choong-sik.
Da-ran meminta mereka meninggalkan undangan-undangan itu di meja. Ia nanti akan menyelesaikannya. Tapi ayahnya menyuruh Da-ran mengurus undangan untuk teman-temannya saja dan meneruskan belajar. Da-ran terpaksa menurut.
Ibu Da-ran masuk ke kamar Da-ran dan bertanya apakah hadiah perkawinan bisa langsung dikirim ke rumah baru mereka. Da-ran baru teringat. (Sepertinya Yoon-jae dan Da-ran sudah membayar uang muka rumah tersebut dan batas waktu pelunasan rumah itu adalah minggu ini.)
“Oya…apakah menantu Seo memanggilmu Gil Teacher? Ibu tak sengaja mendengarnya tadi. Ia terus memanggilmu Gil Teacher, Gil Teacher. Apakah itu panggilan sayang? Apakah karena kau mengajarinya cinta maka ia memanggilmu Gil Teacher?” tanya ibunya bersemangat.
Da-ran terpaksa membenarkan. Ibunya berkata Da-ran dan ‘Yoon-jae’ terlihat bahagia hari ini. Walau terus bertengkar tapi terlihat saling memperhatikan. Akhirnya mereka terlihat seperti orang yang akan menikah.
“Benarkah? Kalau begitu apakah sebelumnya aku dan Yoon-jae-sshi tidak terlihat seperti itu?” tanya Da-ran terkejut.
“Sejujurnya, kalian berdua terlihat membosankan. Kau terlihat seperti anak remaja yang gugup, sedangkan Yoon-jae terlihat begitu kikuk seakan-akan ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki di toko mandoo.”
“Apa kami terlihat begitu membosankan sebelumnya?” tanya Da-ran.
“Walau kalian terlihat saling sopan tapi kalian belum memiliki chemistry antar kekasih, seperti tak ada perasaan gereget atau semacamnya.”
“Jadi di mata Ibu, kami tidak seperti pasangan kekasih?” tanya Da-ran sedih.
“Dulu seperti itu, tapi sekarang jauh lebih baik,” Ibu Da-ran menghibur.
Da-ran tidak merasa terhibur, karena yang barusan dilihat ibunya adalah ia bersama Kyung-joon, bukan Yoon-jae.
Entah sudah berapa sloki yang diminum Kyung-joon tapi yang jelas ia sudah mabuk. Namun ia masih sempat mengingatkan Se-young kalau Yoon-jae akan menikah dengan Da-ran jadi tidak boleh berdekatan dengan wanita lain. Kyung-joon bangkit berdiri namun ruangan serasa berputar dan pandangannya mulai kabur.
Pagi harinya Kyung-joon terbangun di rumah….Se-young!! Kyung-joon terkejut, apalagi ia tidak mengenakan pakaian. Ia buru-buru mengenakan pakaiannya dan bersiap pergi. Di pintu tertulis pesan dari Se-young: “Aku pergi duluan. Sampai bertemu nanti di rumah sakit.”
Kyung-joon langsung berpikir telah terjadi sesuatu antara dirinya dengan Se-young semalam. “Nooo!!” teriaknya.
Da-ran membawakan makanan untuk Kyung-joon tapi pintu tidak dibuka juga. Kyung-joon pulang ke rumahnya dan melihat Da-ran di depan pintu. Ia buru-buru menyembunyikan tasnya di tumpukan sampah, untuk menghilangkan bukti kalau ia tidak pulang semalam.
“Kang Kyung-joon, kau dari mana saja?”
“Aku keluar untuk membuang sampah.”
“Kau keluar dari mana? Aku sudah berdiri di depan cukup lama.”
“Aku tadi lari pagi.”
“Dengan pakaian seperti itu?”
“Ya benar, ini American style.”
“Jika orang melihatmu, mereka pasti berpikir kau tidak pulang semalaman.”
Kyung-joon berkata bagaimana mungkin ia tidak pulang, ia kan masih remaja. Da-ran mencium aroma alkohol dari tubuh Kyung-joon. Ia bertanya apakah Kyung-joon minum-minum.
Kyung-joon mengingatkan kalau ayah Da-ran yang kemarin memberinya minum. Ia berkata seharusnya ia tidak minum, kepalanya sakit dan membuatnya ingin muntah.
“Ibu Guru, aku benar-benar tidak boleh minum alkohol.”
“Seharusnya tidak seperti itu jika hanya minum sedikit. Yoon-jae-sshiku peminum yang cukup kuat,” kata Da-ran.
Kyung-joon beralasan jiwanya masih jiwa remaja. Da-ran mengingatkannya untuk tidak mengacau dengan tubuh Yoon-jae, kalau tidak…..Da-ran mengacungkan tinjunya. “Kau pasti mati.”
Kyung-joon menelan ludah dengan susah payah, “Apa maksudnya dengan mengacau?”
Da-ran menurunkan tinjunya. Ia berkata Kyung-joon adalah orang yang selalu khawatir dan memperhatikan gurunya, jadi ia percaya pada Kyung-joon. Kyung-joon semakin tak enak hati dan tak berani menjawab.
Da-ran memberikan kantung berisi makanan untuk Kyung-joon, ia akan membawakannya lagi nanti. Kyung-joon tak berani menatap Da-ran, apalagi ketika Da-ran melihat tangannya untuk mencari bekas luka gigitan. Da-ran senang saat tidak menemukan bekas luka.
“Gil Teacher, bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk pada tubuh dr. Seo? Apa kau akan marah?”
“Kenapa? Apa kau membuatnya terluka?” tanya Da-ran khawatir.
“Tidak, tidak…bukan terluka atau semacamnya, lebih seperti tercemari atau terpakai,” wajah Kyung-joon mengerut jijik saat mengatakannya.
“Apa maksudnya tercemar atau terpakai? Apa yang sudah kaulakukan?!”
“Olah raga! Aku berolahraga. Jika kau berolahraga, bukankah tubuhnya akan jadi kotor? Jadi seberapa banyak aku boleh berolahraga? Itulah yang ingin kutanyakan,” Kyung-joon tak berani mengatakan yang sebenarnya.
Da-ran memperbolehkan asalkan tubuh Yoon-jae tetap seperti sekarang. Ia meminta Kyung-joon menjaga tubuh Yoon-jae. Berbeda dengan biasanya, Kyung-joon mendadak menurut. Ia berkata akan menjaga tubuh Yoon-jae baik-baik dan mengangguk patuh saat Da-ran memintanya diam di rumah dan tak berkeliaran. Da-ran akan mengajak Kyung-joon ke rumah sakit saat ia mendapat cuti. Kyung-joon melambaikan tangan dengan gembira, walau setelahnya diliputi perasaan bersalah.
Da-ran tiba di sekolah dan melihat Paman dan Bibi Kyung-joon sedang menemui Guru Na. Paman dan Bibi berkata kalau kondisi Kyung-joon tidak terlalu serius dan akan segera kembali sekolah, tampaknya mereka mengkhawatirkan uang sekolah Kyung-joon. Guru Na berkata jika Kyung-joon tidak masuk dalam waktu yang lama, akan dianggap cuti. Paman dan Bibi memastikan tidak akan lama. Guru Na berjanji akan menjenguk Kyung-joon.
Da-ran baru sadar kalau ia hanya memikirkan Yoon-jae padahal Kyung-joon juga tidak bisa sekolah. Ia menemui Choong-shik dan memintanya mengumpulkan catatan pelajaran mulai hari ini.
Walau awal pertemuannya dengan Kyung-joon tidak menggembirakan, Choong-sik yang baik hati bersedia mengumpulkan catatan. Ia berkata Kyung-joon sangat beruntung, sebentar lagi ujian akhir dan Kyung-joon tidak perlu ikut ujian. Choong-sik langsung dihadiahi pukulan oleh kakaknya.
“Hentikan! Kau memukuliku di sekolah. Aku akan mengatakannya pada Ibu!” omel Choong-sik.
“Oya, jangan berikan catatanmu. Berikan catatan dari murid yang baik ya.”
Choong-sik mengolok-olok kakaknya lalu kabur. Da-ran jadi teringat kembali pada Kyung-joon, yang sebenarnya masih anak-anak seperti Choong-sik (kalau pria, ukuran dewasanya 21 tahun kali ya^^).
Kyung-joon menggosok tubuhnya keras-keras saat mandi. Ia mengeluh keperjakaannya hilang karena Yoon-jae. Ia kan baru 18 tahun. Ia berkata Da-ran tidak boleh tahu mengenai hal ini.
Untuk menebus kesalahannya, Kyung-joon bertekad untuk mencari bukti perselingkuhan Yoon-jae. Ia pergi ke apartemen Yoon-jae dan memeriksa semua laci dan lemari. Ia mencari benda yang telah diberikan Se-young pada Yoon-jae (lagi-lagi musik Mission Impossible…is it impossible?).
Kyung-joon tidak menemukan bukti itu. Ia malah menemukan koper Yoon-jae, lengkap dengan paspor dan uangnya. Kyung-joon mendapat ide cemerlang.
Ia memutuskan untuk bepergian. Ia bahkan belum tahu mau ke mana. Ia pergi ke bandara dan sempat berpikir untuk kembali ke LA Amerika. Ia menggelengkan kepala, Ma-ri ada di sana. Akhirnya ia membeli tiket ke Tokyo.
Sambil menunggu, ia mengecas ponselnya di gerai terdekat. Ponselnya dinyalakan, ada 79 pesan baru. Semua dari Jang Ma-ri. Kyung-joon membaca pesannya satu per satu.
“Kyung-joon, mengapa kau tak mengangkat teleponnya?”
“Tak peduli kapanpun, kau harus meneleponku.”
“Kyung-joon, apa terjadi sesuatu padamu?” Ma-ri mulai terdengar khawatir.
“Bukankah aku sudah menyuruhmu menjawab teleponku sekali sehari?!! Angkat teleponnya! Angkat teleponnya! Angkat teleponnya! Aaarrhhh!!!”
Kyung-jooon bergidik ngeri. Jang Ma-ri marah. Dan Ma-ri akan gila saat ia marah.
“Aku akan mencarimu ke Korea,” Ma-ri mengelus bantal berwajah Kyung-joon. Kyung-joon tertawa geli. Ia menantang Ma-ri datang ke Korea.
“Aku sudah di bandara LA. Aku benar-benar akan ke sana.”
“Ma-ri benar-benar datang?”
“Aku sudah tiba!”
Kyung-joon menengok ke sana kemari, mungkin bisa merasakan kehadiran Ma-ri yang saat ini sudah tiba di bandara Korea.
“Kau tidak mengatakan alamat rumah dan sekolahmu di sana. Kau pikir aku tidak bisa menemukanmu? Kau benar-benar berpikir begitu?”
Kyung-joon merosot dari kursinya untuk menyembunyikan diri, seakan-akan Ma-ri akan bisa mengenalinya dalam tubuh Yoon-jae. Ia masih berusaha menganggap Ma-ri hanya menggertak.
“Kyung-joon, aku pasti akan menemuimu.”
Mereka sempat berselisih jalan walau tidak saling melihat. Kyung-joon mengantri di gerbang keberangkatan pesawat saat satu pesan baru masuk ke ponselnya.
“Kyung-joon, aku sedang dalam perjalanan menuju sekolahmu. SMA Jaeil.”
Dalam pesan itu ada foto Da-ran sedang memegang sebuah map bertuliskan SMA Jaeil.
“Ha ha ha ha…” Ma-ri tertawa mengerikan. Kyung-joon terpana.
Ma-ri berkata ia akan menemui Gil Teacher. Bagaimana ia bisa menemukannya? Dibutuhkan 1, 2, 3…, 11 komputer untuk menemukan informasi mengenai Kyung-joon. Akhirnya ia menemukan foto ini dari Facebook salah satu teman TK Kyung-joon yang bernama David. Kyung-joon yang meng-upload foto tersebut. Be careful when you upload something in your facebook…it could be your worst nightmare >,<
“Aku sekarang di Korea, dan aku tidak akan pulang sendirian. Mari kembali dan hidup bersama. Selamanya bersama, Kyung-joon-ah…”
Kyung-joon berlari panik keluar dari bandara.
Sementara itu di sekolah, murid-murid kembali berbaris di lapangan untuk mendengar wejangan. Salah seorang teman Choong-sik bertanya apakah kakak ipar Choong-sik tidak akan datang lagi. Dia menganggap ‘Yoon-jae’ lucu.
“Untuk apa datang? Kakak iparku bukan seorang guru, ia seorang dokter. Doctor. Guru seharusnya berada di sekolah. Doctor? Di hostess,” kata Choong-sik dengan bangga. Pffft….
“Bukan hostess, tapi hospital. Hospital,” temannya membetulkan. Choong-sik langsung cemberut. LOL^^
Sebuah taksi memasuki halaman sekolah. Semua langsung menoleh pada Da-ran terutama kepsek yang siap melotot. Lagi-lagi?
Tapi yang turun seorang gadis. Da-ran dan Kyung-joon merasa lega. Siswa pria terpesona dengan kecantikan Ma-ri. Ma-ri mengedarkan pandangannya mencari target. Target ditemukan.
Ma-ri berlari menghampiri Da-ran dan meminta uang. Lagi-lagi? Da-ran kebingungan karena ia tidak mengenal Ma-ri. Ma-ri berkata taksi tidak menerima kartu kredit jadi ia minta uang.
“Mengapa kau memintanya padaku?” tanya Da-ran.
“Cepat berikan padaku!” sahut Ma-ri.
Da-ran mengeluarkan dompetnya. Sama seperti Kyung-joon, Ma-ri langsung menyambar dompet Da-ran dan berlari kembali ke taksi.
“Guru Gil Da-ran!” tegur kepsek. Guru Na lagi-lagi berusaha menghalangi pandangan kepsek pada Da-ran.
“Aku tidak mengenalnya. Aku benar-benar tidak mengenalnya,” Da-ran membela diri.
“Mengapa ia meminta uangmu jika ia tidak mengenalmu?”
“Ibu benar, mengapa ia meminjamnya padaku?” tanya Da-ran polos. Kepsek tepok jidat.
Ae-kyung bertanya mengapa Da-ran memberikan uangnya jika tidak kenal. Da-ran juga bingung, karena gadis itu mendadak memintanya ia terpaksa memberikannya. Kepsek menyuruh Da-ran menanyakannya. Da-ran menghampiri Ma-ri dan menegurnya karena telah menyebabkan keributan pada upacara sekolah.
“Mengapa kau meminta uang padaku? Aku bahkan tidak mengenalmu,” kata Da-ran berusaha tegas.
Siuuut…Ma-ri memperlihatkan foto Da-ran di ponselnya.
“Kau adalah Gil Teacher, bukan? Sejak Kyung-joon mengupload foto ini, aku tidak bisa menghubunginya. Di mana Kyung-joon? Apa dia di sana?” Ma-ri hendak mencari di barisan para murid.
“T-tunggu sebentar,” kata Da-ran. Ia membungkuk meminta ijin pada wakil kepsek Kim (ternyata Guru Kim yang kukira kepsek adalah wakil kepsek, kusingkat wakepsek aja untuk seterusnya ya^^ maaf atas kesalahan sebelumnya), lalu menarik Ma-ri ke tempat sepi.
Baru saja mereka pergi, sebuah taksi kembali masuk ke halaman sekolah. Kali ini beneran ‘Yoon-jae’ lagi yang datang. Kyung-joon mencari-cari Da-ran tapi tak menemukannya. Seluruh murid serta merta mengacungkan jari mereka ke arah perginya Da-ran dan Ma-ri.
Da-ran bertanya apakah Ma-ri jauh-jauh datang dari Amerika untuk mencari Kyung-joon. Ma-ri meminta Da-ran memanggil Kyung-joon.
“Kyung-joon tidak ada di sekolah saat ini,” kata Da-ran. Ia bingung bagaimana cara menjelaskannya. “Sebenarnya Kyung-joon..”
“Gil Da-ran!!!”
Mereka menoleh. Kyung-joon membuka kacamatanya dan nampak kesal melihat Ma-ri. Ma-ri melihatnya dengan tatapan angkuh.
hmmmm drama big ini bkin keingat ma scret grden..
BalasHapustpi yg ini beda,, hehehe jadi pnasaran,,
palagi blom tau kmna rohnya yoon jae..
smngat nulis lanjutannya ya..
oh ya slam knal
Pas murid2 nunjuk bareng2, sumpah lucu bgt, ckckckck...
BalasHapusBtw, background blog-nya lum diganti sama BUG nih mba Fanny? Hehe.. Biar makin kerasa gitu suasana BIG-nya, :D
buat penasaraaaan.. ma ceritanya... kemana Yoon Jae sebenarnya...
BalasHapuswaah, seru seru seruu,, ada suzy miss A :).
BalasHapussalam kenal yah eonnie :)
tinggalin jejak -KangHyoJoon- ramee daebak (y)
BalasHapus