Kyung-joon mendekati Da-ran seakan hendak menciumnya. Da-ran menatap Kyung-joon, pasrah. Kyung-joon mengedip-ngedipkan matanya kebingungan. Ia menjauhkan dirinya dari Da-ran.
“Mengapa kau tak menghindar?” tanyanya. “Apa kau benar-benar hendak menciumku??”
Kyung-joon menyilangkan tangannya di dada. Ia berkata walau Da-ran merindukan Yoon-jae tapi di dalam tubuh Yoon-jae adalah dirinya yang baru berusia 18 tahun. Jika terjadi sentuhan akan sangat berbahaya, apakah Da-ran tidak bisa mengendalikan dirinya sebagai orang dewasa?
“Ternyata seperti ini rasanya. Beginilah rasanya jika Yoon-jae-sshi dekat denganku,” gumam Da-ran.
“Apa?? Apa kalian benar-benar belum pernah (berciuman)? Yang benar saja…,” kata Kyung-joon tak percaya.
“Kami pernah mencapai tahap itu, tapi aku tak melihatnya,” kata Da-ran penuh penyesalan, “Pada saat itu, aku berpura-pura tidur.”
Kilas balik: Da-ran ketiduran dalam mobil saat menunggu yoon-jae membeli kopi. Saat itu ia kelelahan karena begadang semalaman untuk ujiannya. Yoon-jae menciumnya yang sedang tidur. Saat itu Da-ran sangat terkejut hingga terbangun namun ia tak berani membuka matanya.
“Aku seharusnya membuka mataku saat itu. Tapi timingnya sudah lewat, aku jadi tidak tahu kapan harus membuka mataku. Jadi, aku menutup mataku hingga aku tiba di rumah. Kenapa? Kenapa? Kenapa aku terus menutup mataku? Jika aku membuka mataku saat itu, kami mungkin telah melanjutkannya.”
Kyung-joon berkata Da-ran tidak perlu terlalu menyesali diri. Mungkin saja itu semua hanya imajinasi Da-ran. Bukankah Da-ran memang seperti itu, selalu membesar-besarkan yang seharusnya.
“Aku tidak berimajinasi!”
“Bagaimana kau bisa yakin? Kau kan tidak melihatnya. Bagaimana kau bisa yakin telah menyentuh ini?” Kyung-joon menunjuk bibirnya.
Da-ran mulai merasa tak yakin, tapi ia berkata bagaimana hal seperti itu hanya merupakan imajinasi.
Kyung-joon menempelkan punggung tangannya di bibir Da-ran. “Bisa saja seperti itu, kan?”
“Rasanya tidak seperti itu,” kata Da-ran.
Kyung-joon mengusap bibir Da-ran, mungkin saja Yoon-jae berpura-pura ada air liur di bibi Da-ran hingga mengusapnya.
“Rasanya tidak seperti ia mengusap sesuatu. Tapi sebenarnya, aku juga tidak melihatnya.”
Da-ran mengecup-ngecup tangannya sendiri dan mengusap bibirnya untuk membandingkan dengan sentuhan yang ia rasakan saat itu. Tapi rasanya tidak sama.
“Apa seperti ini?” Kyung-joon mengecup bibir Da-ran.
Da-ran terpana, “Iya…”
Beberapa detik kemudian ia baru sadar. Da-ran memegangi kepalanya, muridnya baru saja menciumnya. Ia memukuli Kyung-joon dan memarahinya.
“Anak nakal! Benar-benar kau ini!!”
Kyung-joon bangkit berdiri untuk menghindari pukulan Da-ran.
“Mengapa kau memukuliku? Aku melihat Gil Teacher kebingungan, jadi aku mencoba membantu memastikan.”
“Apa yang hendak kaupastikan? Semprotan kecil, kau tahu apa?!!” Da-ran menendangi kaki Kyung-joon.
Kyung-joon berteriak agar Da-ran berhenti memukulinya, jika tidak ia akan menyentuh segala macam dengan bibir Yoon-jae.
“Apa itu punyamu? Itu milik Yoon-jae-sshi!!”
“Benar, jadi mengapa kau marah?!! Ini kan bibir Yoon-jae-sshi! Anggap saja sebagai ganti ciuman waktu itu. Kali ini matamu terbuka lebar. Kau melihatnya dengan jelas, apa kau senang?”
“Apa kau Yoon-jae-sshi?? Kau Kang Kyung-joon!”
“Jika begitu, jangan suruh aku menjadi Yoon-jae-sshi lagi! Sudah kuperingatkan, aku akan melakukan apapun yang kuinginkan jika kau mulai lagi.”
Kyung-joon pergi dengan kesal.
Choong-sik bertanya apakah Ma-ri baru tahu kalau Kyung-joon mengalami kecelakaan. Ia kira Ma-ri sudah tahu dari kakaknya. Choong-sik menjelaskan kalau Da-ran adalah kakaknya dan ‘Yoon-jae’ adalah calon kakak iparnya. Mereka akan menikah sebulan lagi.
Ma-ri menatap poster Yoon-jae. Ia menyuruh Choong-sik pulang. Ma-ri kembali ke kamar Kyung-joon sambil bertanya-tanya mengapa ‘Yoon-jae’ membohonginya.
Da-ran pergi ke rumah Kyung-joon. Ia lupa memberi Kyung-joon sesuatu. Kyung-joon membukakan pintu dan menunjukkan dengan sikap menantang kalau ia hendak makan pizza dan minum cola.
Da-ran kali ini berkata dengan baik-baik kalau makan sebelum tidur bisa menyebabkan perut tak nyaman dan buruk bagi tubuh (biasanya Da-ran melarang karena itu tubuh Yoon-jae, tapi sekarang ia melarang dengan alasan tidak baik bagi kesehatan Kyung-joon). Kyung-joon berkata makanan itu bisa membuatnya tambah berotot.
“Makanlah pelan-pelan dan kunyah dengan baik. Ingatlah menyikat gigi setelah kau makan.”
“Cepat berikan apa yang hendak kau berikan, lalu pulanglah.”
Kyung-joon pikir Da-ran hendak menyuruhnya melakukan pekerjaan Yoon-jae lagi. Tapi ternyata sebaliknya, Da-ran menyerahkan catatan sekolah selama Kyung-joon tidak masuk kelas. Catatan itu dicopy dari murid terpintar di kelas Kyung-joon, bahkan terpntar dari satu sekolah. Ia berkata bagaimanapun tugas seorang murid adalah belajar. Ia akan membantu Kyung-joon belajar.
“Saat aku kembali, ia akan menjadi yang kedua terpintar. Kenapa? Karena aku akan menjadi yang pertama,” kata Kyung-joon.
Da-ran tersenyum membenarkan. Ia dengar nilai-nilai Kyung-joon selama di Amerika selalu bagus.
“Bukan bagus, tapi excellent. Bisa dibilang aku dewa belajar.”
Kyung-joon berkata ia akan masuk Universitas Seoul. Tentu saja baginya masuk Harvard pun bukan masalah tapi ia sudah berjanji pada ibunya untuk masuk Universitas Seoul di Korea. Wajah Kyung-joon berubah sedih, karena ibunya tak akan bisa melihatnya ke universitas.
“Inilah sebabnya ibuku membeli rumah ini,” kata Kyung-joon.
“Benar, jika ibumu tahu kau belajar dan hidup dengan baik, ia pasti akan sangat bangga,” hibur Da-ran.
Da-ran berjanji akan membantu Kyung-joon belajar. Kyung-joon meminta Da-ran menjelaskan pelajaran Matematika.
“Eh, sebenarnya aku guru Sejarah Korea, coba kulihat…..” Hehehe, kayanya Da-ran juga bingung deh.
Ma-ri menatap ‘Kyung-joon’ yang terbaring di hadapannya. Ia ingat ‘Yoon-jae’ berkata kalau Kyung-joon baik-baik saja dan akan menghubungi Ma-ri, walau tidak bisa menelepon tapi bisa meng-sms.
“Kyung-joon ada di hadapanku dalam keadaan seperti ini, siapa yang akan membalas pesanku?” tanya Ma-ri pada dirinya sendiri.
Kyung-joon senyum-senyum melihat Da-ran kebingungan mengerjakan soal Matematika. Nampaknya Kyung-joon sebenarnya sudah bisa tapi ia ingin mengerjai Da-ran. Ponselnya berbunyi. Ada pesan dari Ma-ri.
“Kyung-joon, bukankah kau bilang akan mengirim pesan padaku. Aku penasaran, bisakah kau mengirim pesan sebelum aku pergi?”
“Aku baik-baik saja. Hati-hatilah di jalan.” Kyung-joon membalas sms Ma-ri. Ia pikir Ma-ri tidak akan pergi jika ia tidak membalas pesannya.
Saat Kyung-joon hendak mengirim pesan lagi, Ma-ri mengirim pesan gambar berupa foto dirinya dan ‘Kyung-joon’. Lengkap dengan isyarat tangan di leher, artinya : matilah kau!
Kyung-joon terkejut. Ia langsung berlari ke luar. Da-ran mengejarnya.
Ma-ri menemui paman dan bibi Kyung-joon. Ia berkata akan membawa ‘Kyung-joon’ kembali ke Amerika. Tentu saja Paman dan Bibi Kyung-joon sangat senang.
Kyung-joon dan Da-ran tiba di rumah sakit. Da-ran mengusulkan agar Kyung-joon memberitahu Ma-ri semuanya, bukankah ia teman Kyung-joon.
“Gil Teacher, kau berkata seperti itu karena kau tidak mengenal Ma-ri.”
“Tidak akan seburuk itu kan?” tanya Da-ran.
“Buruk sekali,” kata Kyung-joon tegas. Saat ini Ma-ri terus berada di sisinya (di sisi tubuh Kyung-joon). Jika ia tahu yang sebenarnya, ia akan terus berada di sisinya (menempel ‘Yoon-jae’) 24 jam sehari siang dan malam. Ma-ri tak akan pernah melepasnya.
Da-ran membayangkan ‘Yoon-jae’ digelayuti Ma-ri terus menerus. Da-ran menggelengkan kepalanya. Ia setuju kalau Ma-ri tidak boleh tahu yang sebenarnya.
Dalam perjalanan ke kamar Kyung-joon, Kyung-joon melihat Paman dan bibinya berbicara dengan gembira untuk mengirim ‘Kyung-joon’ ke Amerika.
Da-ran bertanya bagaimana cara mereka membujuk Ma-ri kalau paman dan bibi Kyung-joon bahkan sudah setuju.
“Bujukan tidak akan mempan. Harus dengan serangan keras hingga pikirannya terguncang. Ayo jalan.”
Ma-ri menatap ‘Kyung-joon’ yang kelihatan seperti sedang tidur. Dalam cerita dongeng, puteri yang tidur lama terbangun setelah dicium seorang pangeran. Ma-ri mendapat ide. Ia bangun dan mendekatkan wajahnya hendak mencium ‘Kyung-joon’.
Siuuut…sebuah tangan menghalangi bibir Ma-ri. Siapa lagi kalau bukan Kyung-joon. Ia berkata ia sudah menyuruh Ma-ri pergi tapi Ma-ri malah berada di sini. Ma-ri menepis tangannya. Ia tak bisa pergi sebelum tahu apa yang terjadi. Kyung-joon mengusap tangannya yang telah bersentuhan dengan bibir Ma-ri, sementara Ma-ri menggosok bibirnya dengan kesal.
“Ahjusshi, mengapa kau membohongiku? Pembohong, doktor palsu, penipu! Aku akan melaporkan kebohonganmu pada pihak rumah sakit.”
“Aku tidak bohong, seperti yang kau lihat ia menjalani perawatan dan baik-baik saja, “ ujar Kyung-joon sambil menunjuk tubuhnya yang terbaring.
“Aku ingin membawa Kyung-joon kembali ke Amerika. Kupikir ia juga ingin kembali bersamaku ke Amerika. Kenapa? Karena tidak ada yang disukai Kyung-joon di sini.”
“Kurasa Kyung-joon suka di sini. Kenapa? Karena orang yang disukai Kyung-joon ada di sini.”
“Orang yang disukai Kyung-joon? Tidak akan ada.”
“Ada! Di sini,” Kyung-joon menunjuk Da-ran. Upsss…
Da-ran ternganga. Kyung-joon berkata ia menyukai gurunya, Ibu Gil Da-ran.
“Kyung-joon suka guru yang itu?” Ma-ri ikut menunjuk Da-ran. Kyung-joon memberi isyarat agar Da-ran ikut bersandiwara.
“Kyung-joon suka padaku?” tanya Da-ran. Kyung-joon mengangguk kecil.
“Kudengar mereka bertemu pertama kali di bis. Ia (Kyung-joon) bahkan turun mengikutinya (Da-ran).”
“Benarkah?” tanya Ma-ri tak percaya.
“Walau benar seperti itu…” Da-ran tak tega berbohong tapi itu juga bukan kebohongan.
“Kudengar Kyung-joon mengikutinya dan pura-pura bertemu tak sengaja dengannya di toko mebel,” kata Kyung-joon.
“Tidak seperti itu, kan?” tanya Ma-ri lagi
“Kami memang bertemu di toko mebel, tapi…”
Ma-ri masih berusaha tak percaya. Ia berkata Kyung-joon tidak akan mengikuti orang yang tidak ia kenal.
“Aku menangkap basah Kyung-joon mengikuti tunanganku. Aku menemuinya empat mata. Dan ia memberitahuku banyak hal.”
“Tidak mungkin, kau berbohong,” Ma-ri bersikeras.
Kyung-joon mengingatkan kalau Kyung-joon tidak akn berteman dengan orang seperti ‘Yoon-jae’, jadi bagaimana lagi ia bisa tahu semuanya kalau bukan dari Kyung-joon sendiri.
“Tapi guru itu bukan tipe Kyung-joon!! Dia bilang ia menyukai wanita karismatik seperti Angelina Jolie. Aku berusaha keras agar menjadi seperti itu. Guru itu bahkan tidak mendekati tipe seperti itu, apa yang disukai darinya?” tanya Ma-ri kesal.
Da-ran menunduk, merasa kecil hati mendengar perkataan Ma-ri.
“Karena ia cantik. Kudengar mereka sering bertemu dan ia menyukainya karena ia cantik. Secara mental, ia membutuhkan guru ini, bukan kau,” kata Kyung-joon.
Walau Da-ran tahu Kyung-joon mengatakan itu untuk menjauhkan Ma-ri, tapi ia tersipu juga. Ma-ri menatapnya dengan kesal tapi tak bisa berkata apa-apa lagi.
Da-ran berkata ia akan mengurus Kyung-joon karena ia adalah gurunya.
Kyun-joon mengamati ekspresi Ma-ri dan menghitung 1, 2,..3! Ma-ri terduduk lemas di kursi. Kyung-joon tersenyum lebar. Ia mengajak Da-ran keluar dari kamar.
“Pukulan telak. Game over. Go…go…” Kyung-joon mengajak Da-ran keluar dari kamar.
Da-ran merasa tak enak karena membuat Ma-ri terpukul dengan memberitahu kalau Kyung-joon menyukai orang lain. Kyung-joon berkata ia akan memberitahu yang sebenarnya setelah ia kembali nanti.
“Tapi, tentang kau dan aku tadi, itu semua hanya karangan saja kan?” tanya Da-ran penasaran.
“Tentu saja, jangan-jangan kau khawatir itu betulan? Kau berlebihan,” kata Kyung-joon kaget.
Setelah Kyung-joon pergi, Da-ran bergumam siapa suruh Kyung-joon menyebutnya cantik, seharusnya Yoon-jae yang mengatakan hal itu.
Ma-ri melihat foto Da-ran di ponselnya (foto yang di-upload Kyung-joon di facebook). Ia menyadari kalau Kyung-joon tak akan memotret orang yang tidak disukainya. Sekarang ia percaya kalau Kyung-joon menyukai Da-ran.
Ma-ri keluar menemui Da-ran dan Kyung-joon. Ia menanyakan perasaan Da-ran pada Kyung-joon. Tidak mungkin Da-ran menyukai Kyung-joon, kan?
“Tentu saja, aku akan segera menikah dengan Yoon-jae-sshi.”
“Tapi Kyung-joon jauh lebih tampan dari ahjusshi ini,” kata Ma-ri. Hehe…sebenarnya dia di pihak siapa sih^^
Kyung-joon tersenyum senang.
“Tentu saja tidak, Kyung-joon adalah anak yang polos dan naif. Aku bukan tipe yang suka dengan murid muda. Kau khawatir? Bukankah bisa dibilang itu ber-le-bih-an?” kata Da-ran sambil melirik Kyung-joon.
Walau Kyung-joon menyangkal kalau sebenarnya ia menyukai Da-ran, tapi ia kesal juga saat Da-ran menyebutnya anak naif. Sementara Ma-ri tersenyum senang.
“Kau tidak boleh, tidak tidak tidak boleh berubah pikiran ya,” kata Ma-ri.
“Tidak tidak tidak akan pernah terjadi,” Da-ran meyakinkan. Kyung-joon terlihat kecewa.
Ma-ri sekarang menyukai Da-ran, ia bahkan menanyakan tentang Choong-sik. Ia minta Da-ran mengatakan pada Choong-sik kalau ia mengurangi 10 pizza.
Ma-ri akan meninggalkan mereka ketika ia melihat pakaian Kyung-joon.
“Ahjusshi, bukankah ini pakaian Kyung-joon?” tanya Ma-ri penuh selidik.
Kyung-joon langsung menyangkalnya tapi Ma-ri yakin itu adalah pakaian yang persis sama dengan yang disukai Kyung-joon.
“Ahjusshi, kau meniru Kyung-joon, bukan?” Ma-ri menyilangkan tangan.
“Kyung-joon yang meniruku,” Kyung-joon ikut menyilakan tangannya.
“Ahjusshi, kau jangan meniruku,” Ma-ri menurunkan tangannya.
“Aku tidak menirumu,” Kyung-joon menurunkan tangannya.
“Kau meniruku saat aku mengangkat tanganku seperti ini,” Ma-ri kembali menyilangkan tangannya.
“Aku melakukannya begini,” kata Kyung-joon.
“Tidak peduli begini atau begitu,” Ma-ri mengikuti gerakan Kyung-joon.
“Ooh, sekarang kau yang meniruku! Jangan meniruku!” ujar Kyung-joon.
“Ahjusshi benar-benar kapten peniru!” kata Ma-ri kesal.
“Kau kapten dari kapten peniru!”
“Ahjusshi, sudah kubilang jangan meniruku!”
“Kapten dan kapten dari kapten tidaklah sama, aku tidak menirumu.”
“Kalau begitu paman adalah letnan kapten peniru!”
“Dan kau kepala letnan kapten peniru!”
“Paman adalah kepala dari kepala kepala kepala kepala letnan kapten peniru!”
“Kau adalah ratusan kali kepala letnan kapten peniru!”
Da-ran bengong melihat keduanya. Speechless XD
Paman dan Bibi Kyung-joon sedang senang, mereka bertemu dengan Ma-ri.
“Ma-ri, kami sudah berbicara dengan dokter yang merawat Kyung-joon,” kata Bibi Kyung-joon. Mereka sudah mengatakan pada dokter kalau Kyung-joon akan dibawa Ma-ri ke Amerika.
“Aku tidak pergi,” kata Ma-ri singkat lalu meninggalkan mereka. Paman dan Bibi terkejut.
Kyung-joon melihat foto Yoon-jae bersama ayah dan ibunya di meja ruangan Yoon-jae. Da-ran berkata ayah dan ibu Yoon-jae ada di luar negeri. Kyung-joon merasa lega karena tidak perlu berpura-pura menjadi anak mereka.
Da-ran teringat Yoon-jae sering menelepon ibunya. Saat ini ibunya pasti khawatir. Da-ran melirik Kyung-joon. Kyung-joon duduk di kursi Yoon-jae dan mengangkat telepon. Ia menanyakan nomor telepon ibu Yoon-jae.
Da-ran tersenyum senang dan memencet tombol telepon. Ibu Yoon-jae mengangkat telepon dan berkata ia khawatir karena ponsel Yoon-jae selalu tidak aktif. Kyung-joon beralasan ‘Yoon-jae’ sedang sibuk.
“Walau kau sibuk, kita akan bertemu pada hari itu, kan?” tanya ibu Yoon-jae. “Ibu akan segera kembali ke Korea. Ayahmu pun tak akan melupakan hari itu. Mari kita bertemu pada hari itu dan membicarakan pernikahanmu.”
“Baik,” kata Kyung-joon.
Percakapan mereka selesai. Kyung-joon bertanya-tanya hari apa yang dimaksud ibu Yoon-jae. Da-ran juga tidak tahu, sepertinya itu hari pertemuan keluarga.
Kyung-joon mengusulkan agar mereka melihat agenda Yoon-jae. Da-ran mengeluarkan ponsel Yoon-jae, mungkin agendanya ada di sana. Kyung-joon mengambil ponsel Yoon-jae dan menanyakan tanggal lahir Yoon-jae (untuk password). Da-ran berkata ia tahu passwordnya, ia pernah tak sengaja melihatnya.
“Kau tahu, tapi tak pernah membukanya?” tanya Kyung-joon. Da-ran berkata ia wanita yang tahu aturan. Jika ponsel itu dikunci dan ia diam-diam melihat isinya, Yoon-jae tidak akan senang.
“Gil Teacher, apa kau berusaha menjadi orang baik dan bersih seorang diri?” tanya Kyung-joon, “Aku membohongi Jang Ma-ri. Aku adalah yang terkotor dari yang kotor.”
Ia kesal karena Da-ran tidak mau membuka ponsel Yoon-jae demi kesopanan, dan Kyung-joon harus membukanya sendirian. Kyung-joon tak mau melakukannya.
“0624.”
Kyung-joon terkejut, “Passwordnya 0624?”
Kyung-joon menekan angka-angka itu dan ponselnya terbuka. Kyung-joon bertanya apakah tanggal ulang tahun Yoon-jae 24 Juni?
“Bukan, memangnya kenapa?” tanya Da-ran.
“Karena itu tanggal ulang tahunku. 24 Juni,” kata Kyung-joon.
Hmm…mencurigakan. Tapi Kyung-joon tidak curiga. Ia pikir tanggal itu hanya tanggal keberuntungan. Ia membuka agenda Yoon-jae dan melihat tanggal 24 Juni ditandai tapi tak ada penjelasan apapun. Da-ran bertanya-tanya hari apakah itu. Kyung-joon berkata mereka akan tahu pada saatnya nanti. Ia berjalan keluar, melewati rak buku Yoon-jae. Di dalam rak itu tersimpan buku Miracle.
Di tempat lain, ibu Yoon-jae mengambil buku yang sama dan memandanginya.
Malam itu Kyung-joon bermimpi. Ia bermimpi Yoon-jae berenang ke arahnya dan mengulurkan tangan di dalam air. Dalam mimpi itu Yoon-jae berhasil meraih tangannya. Sementara itu tubuh Kyung-joon di rumah sakit menunjukkan reaksi, walau matanya terpejam tapi bola matanya bergerak-gerak gelisah. Kyung-joon terbangun. Keringat dingin membasahi tubuhnya dan nafasnya terengah-engah. Kyung-joon mengamati kedua tangannya.
Da-ran memandangi ponsel Yoon-jae. Ia bimbang untuk membukanya atau tidak. Akhirnya ia memutuskan untuk membukanya, siapa tahu selama ini banyak pesan penting yang masuk.
Da-ran melihat ada pesan dari perusahaan asuransi mobil. Lalu ia melihat pesan dari Se-young. Walau ragu, Da-ran tergelitik juga untuk membukanya.
Da-ran melihat Se-young mengajak Yoon-jae makan bersama setiap hari dan mengirim pesan 2-3 kali sehari. Da-ran meyakinkan dirinya bahwa itu semua bukanlah apa-apa. Lalu ia melihat pesan yang cukup panjang dari Se-young.
“Apakah kau melihat benda yang kuberikan bersama teh merah untukmu? Mulai sekarang kita tidak perlu makan di tempat terpisah lagi.”
Da-ran bertanya-tanya benda apa yang diberikan Se-young pada Yoon-jae bersama teh merah.
Seakan sebuah petunjuk, Se-young membuka pintu apartemennya (dengan kunci yang sama yang dimiliki Yoon-jae). Ia menemukan kuncinya yang diberikan pada Yoon-jae tergeletak di lantai. Sepertinya Kyung-joon tak sengaja menjatuhkannya pada saat ia terburu-buru meninggalkan apartemen Se-young. Se-young terlihat kesal, mengira ‘Yoon-jae’ mengembalikan kunci itu.
Da-ran lesu dan tak bersemangat. Ayahnya bertanya kapan Da-ran akan pindah ke rumah barunya. Da-ran berkata ia akan menyelesaikan pembayaran rumah hari ini. Minggu depan ia bisa mulai memindahkan barang-barang. Ibu Da-ran mengingatkan soal foto pernikahan dan hadiah pernikahan. Mereka akan sangat sibuk.
Ayah Da-ran mengingatkan agar Da-ran tidak lupa belajar tak peduli sesibuk apapun. Da-ran mengiyakan dan pergi dengan tak bersemangat. Ibu meminta Ayah tak terlalu mendesak Da-ran.
Choong-sik menghentikan kakaknya dan bertanya apakah Da-ran sakit. Da-ran berkata ia baru saja membuka kotak Pandora (kotak yang bila dibuka menimbulkan bencana). Yang ia maksud adalah ponsel Yoon-jae.
“Apakah kotak itu juga dari Amerika?” canda Choong-sik. “Oya, apa hubungan antara kak Ma-ri dan Kang Kyung-joon?”
“Kakak? Dia seusia Kyung-joon,” kata Da-ran.
Choong-sik sadar ia telah dibohongi, seharusnya ia dikurangi satu pizza. Da-ran baru teringat pesan Ma-ri. Ia menyampaikan kalau Choong-sik dikurangi 10 pizza.
“Apa maksudnya?” tanya Da-ran.
“Benarkah? Kalau begitu biar saja kupanggil ia noona (kakak),” Choong-sik tertawa.
Da-ran menelepon Kyung-joon dan memintanya pergi ke berbagai tempat (bank, asuransi, dealer rumah) sebagai Yoon-jae. Kyung-joon mau asalkan ia diberi upah 100 ribu won tiap tempat. Ia ingin memperbaiki layar ponselnya yang tergores.
Tib-tiba datang tamu tak diundang. Kyung-joon kaget saat melihat paman dan bibinya masuk pagar rumahnya. Ia buru-buru menyingkirkan tanda-tanda keberadaanya, dan mengambil pakaian-pakaian Yoon-jae dari lemari. Lalu bersembunyi di balik lemari.
Paman dan Bibi Kyung-joon masuk ke kamar Kyung-joon. Mereka berkata mereka harus segera membersihkannya. Kyung-joon pikir mereka hendak membersihkan rumah itu untuk kepulangannya. Kyung-joon keluar dari jendela.
Da-ran masih juga tak bisa berkonsentrasi di sekolah. Ae-kyung bertanya mengapa Da-ran begitu tak bersemangat.
“Semua karena teh merah,” jawab Da-ran. Guru Na diam-diam mendengarkan pembicaraan mereka. Melihat Da-ran yang lesu, ia menawarkan tumpangan ke umah sakit karena ia akan menjenguk Kyung-joon.
Ae-kyung bertanya sejak kapan Guru Na peduli pada rekannya. Da-ran berterimakasih atas tawaran Guru Na tapi hari ini ia tidak perlu ke rumah sakit.
“Kalau begitu aku tidak perlu memberimu tumpangan, syukurlah,”ujar guru Na.
Ae-kyung mengomel, satu kalimat saja dari guru Na bisa membuat orang kesal. Tapi ia ingat harus ke suatu tempat dan meminta tumpangan pada Guru Na. Hmmm…sepertinya ada prospek cerah untuk kedua guru ini^^
Da-ran melihat teleponnya. BIG yang menelepon. Who??? Kyung-joon. Da-ran bertanya apakah Kyung-joon sudah pergi ke tempat asuransi mobil. Kyung-joon turun dari mobil keren. Ia berkata ia sudah melakukannya dan bahkan disuruh memilih mobil pengganti sementara.
Kyung-joon berkata ia telah memilih mobil yang bagus dan paling keren. Sekarang ia menjemput Da-ran. Kyung-joon membersihkan layar poselnya yang juga telah diperbaiki.
Da-ran lari tergopoh-gopoh ke tempat parkir. Ia bertanya apa Kyung-joon membawa mobil itu sendirian.
“Kenapa? Apa aku harus menyeretnya ke sini?”
“Apa kau gila? Mengapa seorang anak mengemudikan mobil?”
“Aku punya ijin. Aku mengemudikan mobil di Amerika.”
“Ini Korea, berikan kuncinya padaku!”
Mereka saling berebut kunci dan berkejar-kejaran. Tentu saja orang yang melihatnya mengira mereka sedang bermain-main sebagai pasangan kekasih. Setidaknya itulah yang dilihat wakepsek.
Da-ran dan Kyung-joon membungkuk memberi hormat saat melihat wakepsek. Kyung-joon buru-buru membukakan pintu mobil untuk wakepsek dan menyapanya.
“Kau datang lagi. Apa kau datang untuk meminta ongkos taksi atau meminta uang bensin hari ini?” sindir wakepsek.
“Aku minta maaf karena telah membuat Anda tak nyaman. Aku akan menraktir Anda kapan-kapan.”
“Tidak usah. Aku hanya mengisi otakku dengan pengetahuan. Tidak ada waktu untuk mengisi perutku,” sahut wakepsek ketus.
“Kalau begitu aku akan memberi Anda sebuah puisi.”
Maka Kyung-joon mulai berpuisi dengan bahasa Rusia.
Puteraku, takutlah dengan cinta seorang wanita.
Takutlah dengan kebahagiaan dan racun.
Wakepsek terkesan mendengar Kyung-joon mengucapkan bait puisi dari novel berjudul First Love karya Turgenev (penulis Rusia, uniknya novel ini bercerita tentang cinta bertepuk sebelah tangan seorang pemuda 16 tahun pada seorang wanita berusia 21 tahun). Da-ran melongo.
Kyung-joon merendah ia hanya bisa mengucapkan beberapa baris. Wakepsek memuji pengucapan Kyung-joon yang bagus.
“Terima kasih,” kata Kyung-joon dalam bahasa Rusia dengan gaya menggoda.
“Sama-sama,” balas wakepsek dalam bahasa Rusia.
“Sampai jumpa…”
“Sampai jumpa…”
Keduanya berdadah-dadah ria. Kyung-joon berbalik menghadap Da-ran dan menepuk dadanya dengan bangga. Da-ran bingung Kyung-joon bisa berbahasa Rusia. Kyung-joon menjelaskan kalau koki di restoran ibunya adalah orang Rusia.
Kyung-joon meminta kunci mobil, dengan alasan wakepsek sedang memperhatikan mereka. Mau tak mau Da-ran memberikan kuncinya. Wakepsek mempersilakan mereka pergi dengan ramah.
Da-ran dan Kyung-joon pergi ke bank dan mencoba kartu atm Yoon-jae. Untunglah passwordnya sama, 0624. Tabungan Yoon-jae cukup banyak hingga cukup untuk membayar rumah baru Da-ran dan Yoon-jae. Da-ran merasa lega.
Kyung-joon ingin tinggal di rumah baru Da-ran karena hari ini ia hampir ketahuan. Da-ran keberatan karena rumah itu seharusnya menjadi rumah barunya dan Yoon-jae.
“Kalau begitu apa kau ingin Yoon-jae-sshimu berkeliaran di jalan seperti ini?” tanya Kyung-joon.
“Aku mengerti, aku akan memberi kamar terkecil.”
Kyung-joon tidak mau, kalau terlalu kecil nanti tempat tidurnya tidak muat. Da-ran terkejut, tempat tidurnya mau dipindahkan juga? Kyung-joon berkata ia tidak bisa tidur di tempat tidur lain.
Berbicara soal ketahuan, Paman dan Bibi Kyung-joon menemukan pakaian dan sepatu ukuran dewasa di rumah Kyung-joon. Mereka pikir itu bukan milik Kyung-joon.
“Astaga, apakah Kyung-joon telah bertemu dengan ayahnya?” tanya Bibi.
“Ayah Kyung-joon? Aku sendiri tidak tahu ia di mana, bagaimana ia bisa menemukannya?” jawab Paman.
“Bagaimana jika ia tahu dari Ibunya dan diam-diam menemuinya?” tanya Bibi.
Paman menggeleng. Ayah Kyung-joon tidak bisa mengakui kalau ia ayah Kyung-joon karena situasinya.
Mereka melihat tempat tidur Kyung-joon dan memutuskan untuk membuangnya karena tidak ada yang akan mau membeli tempat tidur kuno itu.
onnie, part 2 nya muncul kapan? #ndak sabar deh#
BalasHapushwaiting!
penasaran ada hubungan apa antara kyung joon dan yoon jae???
BalasHapusmakasih ya sinopsis-nya, selalu ditunggu...
sepertinya kyung joon dan yoon jae adik kakak satu ayah tapi beda ibu,, mungkin ya.. Makasih fanny atas sinopsisnya,, ditunggu ya buat part 2..
BalasHapushuaaa,,
BalasHapusmakin tak sbar nunggunya..
mnkin bner mreka kkak ade..
tapi yg msih pnsaran,, sbenernya Yoon Jae cinta ga nih ma GiL
ssemngaaaaattt ya,,, buat lnjutin sinop nya...
hehe
^^
unnie di tunggu ya part 2 nya ..
BalasHapustapi siapa yang dira lihat adalah gong yoo dan min jung T.T *ngelirik background
BalasHapusaduh paling dilema kalo ada tuker em, perpindahan jiwa gini
kayak di 49 days, pasangan yang dira lihat itu lee yo won dan jo hyun jae, tapi chemistry di rtp itu miliknya lee gak dan park ha
aih, kenapa terulang lagi...
wkwkwkwk why why they are so cute (kyung joon-suzy) SUZY REALLY GREAT! nggemesiiiiiiiiiin! >_<
MAKASIH MBAK FANNY ^^
bagus aoyo lanjutkkaannnnnn,,,,,,ku tunggu
BalasHapussemakin seru n buat pesaran ne drama...
BalasHapus