Da-ran membeli berbagai perlengkapan untuk rumah barunya dibantu oleh Kyung-joon. Kyung-joon mengomentari barang-barang yang Da-ran beli semuanya kelhatan norak. Da-ran berkata semua barang pasangan baru menikah memang seperti itu.
“ini akan sangat cantik dipakai Yoon-jae-sshi,” Da-ran mengeluarkan piyama berwarna pink. (Pink?? Yup, aku ngga salah lihat dan ngga buta warna, itu PINK. P-I-N-K, what are you thinking Da-ran?? -_-‘)
Da-ran bertanya-tanya apakah ukurannya tidak kekecilang. Kyung-joon menawarkan diri untuk mencobanya (karena piyama itu kan untuk Yoon-jae dan ia berada dalam tubuh Yoon-jae). Tapi Da-ran tidak memperbolehkannya, itu akan membawa kesialan.
“Apa?!!”
“Bukan kau yang sial, tapi ini kan piyama berpasangan. Kaus kakinya juga satu set. Pada malam pernikahan, pasangan yang baru menikah harus mengenakannya bersama-sama. Jika kau yang pertama kali memakainya, bukankah akan…..”
“Lupakan. Walau kau ingin aku memakainya aku juga tidak mau. Dasar pelit,” gumam Kyung-joon, merasa tersinggung.
Da-ran mengajak Kyung-joon membawa barang-barang itu ke rumah barunya setelah mereka membayar rumah itu dan mendapat kuncinya.
Kyung-joon berkata ia tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan selimut. Da-ran cepat-cepat memegang selimutnya. Itu bukan untuk rumah barunya tapi untuk dirinya, ia akan membelikan selimut yang lain untuk Kyung-joon. Tapi Kyung-joon semakin kesal. Ia berkata ia akan membawa selimutnya sendiri dan pergi meninggalkan Da-ran.
Da-ran mencoba menghentikannya, mereka harus membeli peralatan lain. Kyung-joon tidak mau, untuk apa ia ikut-ikut, bukankah ia tidak akan menggunakannya. Ia akan membawa barang-barangnya sendiri.
“Setelah kau membawa barang-barangmu, pergilah ke agen perumahan. Kita harus ke sana!” seru Da-ran. Kyung-joon tak mempedulikannya.
Da-ran bertanya-tanya apakah Kyung-joon marah. Tapi ia sendiri tak merasa bersalah, semua barang-barang itu harus digunakannya pertama kali bersama Yoon-jae.
Kyung-joon pulang ke rumahnya dan menemukan tempat tidurnya teronggok begitu saja di depan rumah. Lalu ia melihat Paman dan Bibinya keluar sambil membawa barang-barangnya dan membuangnya begitu saja. Mereka sedang berbicara dengan agen rumah untuk menjual rumah Kyung-joon secepatnya, tidak peduli jika harganya sedikit rendah.
Mendengar itu, Kyung-joon terpaku. Jika rumahnya dijual, barang-barangnya dibuang, bukankah itu sama saja dengan menganggap dirinya tak ada? Kasihan Kyung-joon, ia benar-benar tidak memiliki siapapun, bahkan Paman dan Bibinya pun memperlakukannya seperti itu. Ia baru berusia 18 tahun, yatim piatu, tubuhnya terbaring koma, dan sekarang ia akan menjadi tunawisma.
Da-ran sudah tiba di tempat agen jual beli rumah untuk menyelesaikan pembelian rumahnya. Di luar, hujan turun dengan deras.
Tak mempedulikan hujan yang mengguyur tubuhnya, Kyung-joon mengembalikan semua barang-barangnya ke dalam rumah. Ia menutupi tempat tidurnya dengan plastik agar tidak basah.
Sementara itu Da-ran terus menelepon Kyung-joon karena penjual rumah telah datang dan ia belum juga datang untuk menyelesaikan pembayaran. Tapi telepon Kyung-joon tidak diangkat.
Kyung-joon berusaha memasukkan kembali tempat tidurnya ke dalam rumah. Seluruh tempat tidur itu basah kuyup. Kyung-joon terus menyeretnya dengan mengerahkan segenap kekuatannya.
Akhirnya Da-ran tak berhasil membeli rumah itu karena penjual menunggu terlalu lama. Da-ran sangat marah pada Kyung-joon, ia mengira Kyung-joon sengaja tak mengangkat teleponnya.
Ia pergi ke rumah Kyung-joon dan memarahinya. Kyung-joon duduk membelakangi Da-ran di tempat tidurnya di ruang tengah, bukan di kamar. Da-ran bertanya apa yang Kyung-joon lakukan, duduk-duduk di tempat tidur?
“Pergilah, kondisiku tidak baik. Kita bicara lain kali saja,” sahut Kyung-joon tanpa membalikkan tubuhnya. Ia basah kuyup, air menetes dari rambutnya.
“Hal ini bukanlah sesuatu yang bisa kaulewatkan hanya karena kondisimu tidak baik. Sudah kubilang berkali-kali hal ini sangat penting!” seru Da-ran, tanpa menyadari keadaan Kyung-joon.
“Kumohon padamu, pergilah,” kata Kyung-joon.
“Bagaimana kau bisa begitu kekanak-kanakkan?!”
Da-ran menghampiri Kyung-joon dengan kesal, tapi kekesalannya berubah menjadi kekhawatiran begitu melihat keadaan Kyung-joon.
“Ada apa denganmu? Mengapa kau basah kuyup?”
“Aku kehujanan.”
“Kalau begitu gantilah bajumu.”
“Aku tidak punya, semuanya telah dibuang. Pamanku membersihkan rumah karena ia ingin menjualnya. Seluruh barangku dibuang ke luar. Aku membawa semuanya kembali. Hujan mulai turun dan aku kehujanan,” Kyung-joon bercerita tanpa memandang Da-ran.
Mendengar itu, Da-ran merasa prihatin. Ia berjongkok di sisi Kyung-joon dan bertanya apakah Kyung-joon baik-baik saja.
“Sudah kubilang kondisiku tidak baik, mengapa kau tak mendengar apa yang kukatakan?” gerutu Kyung-joon pelan.
Da-ran mengulurkan tangannya menyentuh dahi Kyung-joon. Tampaknya Kyung-joon demam.
Da-ran berlari ke mobil menerobos hujan. Ia kembali ke dalam rumah membawa selimut yang baru ia beli. Ia menyelimuti Kyung-joon dengan selimut itu dan menyuruh Kyung-joon masuk ke kamar.
Kyung-joon duduk di lantai kamarnya. Da-ran mengeluarkan piyama pink Yoon-jae dan menyuruh Kyung-joon mengganti pakaiannya yang basah dengan piyama itu. Kyung-joon menatap Da-ran, ia tahu apa arti barang-barang itu bagi Da-ran. Dan itu membuatnya semakin tersentuh. Da-ran tersenyum seakan itu bukanlah apa-apa baginya. (entah mengapa, melihat mereka seperti itu membuat mataku berkaca-kaca, ditambah lagunya melo banget T_T)
Da-ran ingin membuat sesuatu yang hangat untuk Kyung-joon tapi tidak ada peralatan apapun di rumah itu. Da-ran kembali berlari hujan-hujanan ke mobil. Ia mengambil semua peralatan yang tadi dibelinya dan membawanya masuk ke dalam rumah. Tanpa ia sadari, dua pasang kaus kaki terjatuh di dekat mobil.
Da-ran membongkar peralatan masak yang tadinya ia beli untuk rumah barunya. Ia memasak air panas untuk membuat minuman hangat dan pergi membeli obat.
Kyung-joon bangun dari tidurnya. Ia melihat Da-ran sedang membereskan peralatan makan di dapur. Dus-dus bekas peralatan tergeletak di lantai dapur. Da-ran melihat Kyung-joon. Ia menyuruh Kyung-joon makan dan minum obat.
Kyung-joon menurut. Ia duduk dan menyendok buburnya.
“Aku merasa buruk. Adalah kesalahanku hingga barang-barang baru ini dibuka.”
“Suatu saat semuanya juga harus dibuka,” kata Da-ran.
“Kau bahkan tidak bisa marah padaku karena aku terlihat menyedihkan kan?”
Da-ran tersenyum, ia mengusulkan agar Kyung-joon tinggal di rumahnya. Tidak akan apa-apa jika ia memberitahu keluarganya kalau ‘Yoon-jae’ sakit.
Kyung-joon menolak tawaran Da-ran. Ia ingin tidur di tempat tidurnya sendiri. Ia berjanji akan minum obat dan menyuruh Da-ran pulang.
Da-ran menyentuh dahi Kyung-joon. Ia bertanya apakah Kyung-joon tidak akan apa-apa, karena ia masih demam.
“Aku tidak akan membahayakan tubuh Seo Yoon-jae, jadi jangan khawatir,” ujar Kyung-joon.
“Kau benar-benar berpikir aku hanya mengkhawatirkan tubuh Yoon-jae-sshi?”
“Aku tahu kau mengkhawatirkan Kang Kyung-joon saat ini.”
“Bagus kalau kau tahu,” kata Da-ran tersenyum.
“Ketika kau melihat Kang Kyung-joon, matamu tak membentuk dua tanda hati,” kata Kyung-joon. Pantas dari tadi Kyung-joon bersikap aneh dan sedikit menjaga jarak. Rupanya ia cemburu… Da-ran memang bersikap baik padanya, namun ia mulai menginginkan lebih.
Da-ran menemukan dua pasang kaus kaki yang terjatuh di dekat mobil. Ia lalu pergi ke rumah sakit, menjenguk ‘Kyung-joon’ (dengan keyakinan kalau roh Yoon-jae berada di sana).
“Ada banyak hal yang ingin kulakukan bersamamu, cepatlah kembali.”
Da-ran teringat kenangan manisnya bersama Yoon-jae.
Kilas balik: Yoon-jae merasa bersalah karena Da-ran tidak bisa mengikuti ujian penting akibat kecelakaan itu. Ia meminta maaf. Da-ran meminta Yoon-jae berhenti minta maaf padanya. Ia akan terus mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian berikutnya. Sangat disayangkan ia tidak bisa ikut ujian kali ini karena ia merasa percaya diri. Yoon-jae semakin merasa bersalah.
Da-ran buru-buru mengoreksi kalau ia tidak menyalahkan Yoon-jae. Yoon-jae berkata ia harus bertanggungjawab.
“Apa?” tanya Da-ran bingung.
“Aku ingin bertanggungjawab (menikah) atas hidup Da-ran-sshi,” kata Yoon-jae. Da-ran tersenyum senang.
Lalu pada suatu hari Da-ran menunggu Yoon-jae untuk kencan mereka tapi Yoon-jae membatalkannya karena ada operasi. Da-ran berkata tidak apa-apa, mereka bisa menonton lain kali. Ia bahkan berterimakasih karena Yoon-jae masih menemuinya walau sedang sibuk.
“Da-ran-sshi,” panggil Yoon-jae. Ia melihat pada rok Da-ran yang jahitannya terbuka. Yoon-jae berlutut di hadapan Da-ran dan men-staples rok Da-ran. Dokter kan ke mana-mana bawa stetoskop, ini kok malah bawa staples hehe^^
Da-ran pulang dari rumah sakit dengan mengenakan kaus kaki pink di tangannya. Sementara sepasang lagi terpasang di tubuh Kyung-joon. Setidaknya kaus kaki pasangan ini adalah yang pertama kali Da-ran dan Yoon-jae kenakan bersama.
Malam itu, Kyung-joon tidak bisa tidur. Ia tidak tidur di tempat tidurnya karena masih basah.
Keesokan paginya ia pergi ke bank dengan setelan jas lengkap dan menarik seluruh uang tabungan Yoon-jae. (Fanny: “O-ow…I smell trouble…”)
Bank mengirim konfirmasi penarikan uang itu melalui sms. Sms itu masuk ke ponsel Yoon-jae yang berada dalam tas Da-ran. Da-ran membacanya dan sangat terkejut.
Untuk apa uang sebanyak itu (900 juta won lebih)? Kyung-joon menggunakan uang itu untuk membeli rumahnya dari paman dan bibinya.
Da-ran berlari ke rumah Kyung-joon. Ia lega saat menemukan Kyung-joon duduk santai di kebun. Ia pikir Kyung-joon mengambil uang itu dan melarikan diri.
“Kenapa aku harus lari? Ini adalah rumahku.”
“Kenapa kau membutuhkan uang sebanyak itu? Di mana uang Yoon-jae-sshi?”
“Aku membeli sesuatu. Aku menggunakan nama Seo Yoon-jae untuk membeli rumah ini.”
Da-ran bengong membaca surat perjanjian jual beli rumah itu. Kyung-joon berkata mulai sekarang rumah itu milik Seo Yoon-jae. Rumah pernikahan Yoon-jae dan Da-ran.
Detik berikutnya, Kyung-joon diusir dari rumahnya sendiri.
Kyung-joon berteriak-teriak memanggil Da-ran. Bukankah Da-ran sedang membutuhkan rumah untuk pernikahannya? Ia berjanji akan mengembalikan uang Yoon-jae jika ia sudah kembali ke tubuhnya. Da-ran tidak menjawab. Kyung-joon termangu di teras rumah.
Menjelang malam, amarah Da-ran mereda. Ia melihat obat Kyung-joon di atas meja, teringat kalau Kyung-joon sedang sakit. Da-ran keluar dan menyuruh Kyung-joon masuk untuk minum obat. Mereka akan bicara setelah Kyung-joon sembuh.
“Aku salah,” kata Kyung-joon. “Aku tahu seharusnya ini rumah untuk hidup baru Gil Teacher, tapi bagiku ini benda terakhir yang menjadi milikku. Aku ingin tetap memilikinya tapi tak ada yang bisa kulakukan. Jadi aku menggunakan orang ini (Yoon-jae). Maafkan aku.”
Siapa yang tahan melihat wajah seperti itu? Da-ran memberi isyarat agar Kyung-joon masuk dan tersenyum. Kyung-joon tersenyum lebar dan mengikuti Da-ran.
Da-ran mulai mengisi rumah “baru”nya dengan perabotan. Kyung-joon tentu saja tidak tinggal diam. Bukannya membantu, ia terus mengomentari perabotan-perabotan itu tidak bagus. Saat tempat tidur Da-ran dipasang (yang dibeli karena Da-ran merusakkannya), ia meledek Da-ran dengan pura-pura terjatuh meniru gaya Da-ran. Perbuatannya itu dihadiahi lap di wajah.
Da-ran mengingatkan kalau sekarang itu adalah rumahnya dan Yoon-jae. Kyung-joon hanya sementara di sana. Da-ran adalah tuan tanahnya. Tapi Kyung-joon terlalu senang untuk menganggap serius perkataan Da-ran. Mereka bertengkar dan berkejar-kejaran.
Ma-ri pergi ke rumah Choong-sik untuk menyelidiki Da-ran. Untuk itu denda Choong-sik dikurangi 50 pizza sekaligus. Choong-sik sudah kege-eran tapi Ma-ri hanya tertarik pada Da-ran. Ia melihat-lihat kamar Da-ran dan menemukan undangan pernikahan Da-ran dan Yoon-jae. Choong-sik memastikan keduanya akan menikah. Kakaknya terlalu menyukai Yoon-jae.
“Aku benar-benar tidak suka pada ahjusshi itu. Ia bersikap seperti Kyung-joon dan meniru Kyung-joon habis-habisan.” ujar Ma-ri.
Ma-ri mencopot foto Yoon-jae dari lemari dan membuangnya ke lantai. Choong-sik cepat-cepat memungutnya dan memasangnya kembali. Ia membela kakak iparnya yang jauh berbeda dari Kyung-joon. Kakak iparnya benar-benar orang baik. Ckckck..coba kalau keduanya tahu yang sebenarnya :p
“Jadi, apa Kyung-jooon orang jahat?” tanya Ma-ri kesal.
“Tidak, aku juga menyukai Kyung-joon,” kata Choong-sik. Ia memperlihatkan catatan pelajaran yang dikumpulkannya untuk Kyung-joon. Kurangi satu pizza.
Ma-ri berkata ia tidak akan kembali ke Amerika. Sampai Kyung-joon sadar, ia akan melakukan penelitian mengenai Da-ran.
Kyung-joon terus mengubah-ubah channel TV. Da-ran yang sedang membersihkan layar TV itu jadi kesal. Ia menghampiri Kyung-joon. Kyung-joon buru-buru pasang kuda-kuda. Takut dipukul lagi oleh Da-ran.
Da-ran menghela nafas panjang. Hehe…apa dia ngga tega mukul Kyung-joon lagi ya? Ia mengeluarkan uang dan menyuruh Kyung-joon membeli buah-buahan dan minuman karena sebentar lagi orang tuanya akan datang,
Kyung-joon menurut, tapi diam-diam ia mengambil kunci mobil di dekat tas Da-ran. Saat itulah ia melihat Se-young menelepon ponsel Yoon-jae yang berada dalam tas Da-ran.
Kyung-joon menemui Se-young. Se-young mengeluarkan kunci apartemennya.
“Ini terjatuh di lantai dekat tempat tidurku. Yoon-jae, apa kau mengembalikannya padaku atau kau tak sengaja menjatuhkannya saat kau mabuk? Jangan bertele-tele, katakan dengan jelas. Kau ingin terus memegang kunci rumahku atau tidak?”
“Ini kunci rumahmu?” tanya Kyung-joon kaget. “Kukira ini kunci rumah baru.”
Se-young sangat kesal. Ia berkata ia memberikan kunci ini pada Yoon-jae dan karena Yoon-jae tak pernah mengembalikannya, ia pikir Yoon-jae akan membatalkan pernikahannya dan beralih padanya.
“Jika tidak seperti itu, mari akhiri semuanya, Seo Yoon-jae,” kata Se-young. Ia pergi meninggalkan Kyung-joon dan kunci itu.
Keluarga Da-ran membantu Da-ran membereskan rumah. Ibu Da-ran menyukai rumah itu walau awalnya ia kira Yoon-jae dan Da-ran akan tinggal di apartemen setelah menikah. Da-ran berkata ada sedikit perubahan rencana.
Mereka membongkar barang-barang dari apartemen Yoon-jae. Salah satunya adalah kotak teh darjeeling yang disebut Se-young dalam sms-nya pada Yoon-jae. Da-ran jadi teringat dan berpikir benda apa yang ditaruh Se-young dalam kotak (sekecil) itu.
Kyung-joon pulang saat Da-ran dan keluarganya sedang makan. Da-ran mengikuti Kyung-joon ke ruangan lain. Ia bertanya mengapa Kyung-joon baru pulang. Ia hendak mengambil kunci mobil dari kantung Kyung-joon. Kunci mobil terjatuh bersama kunci lainnya. Kunci apartemen Se-young.
Da-ran mengenali kunci itu sebagai kunci yang mereka temukan di apartemen Yoon-jae. Awalnya ia pikir itu kunci apartemen barunya bersama Yoon-jae, tapi sudah pasti bukan (karena mereka tak jadi membeli apartemen itu). Kyung-joon mengamati reaksi Da-ran.
“Sepertinya itu kunci rumah lain,” kata Kyung-joon.
“Kunci apa ini hingga Yoon-jae-sshi terus menyimpannya?” tanya Da-ran.
Kyung-joon memegang tangan Da-ran. “Sebenarnya itu kunci…yang sudah rusak. Tidak bisa dipakai lagi.”
Kyung-joon awalnya hendak mengatakan yang sebenarnya tapi ia tak bisa melukai hati Da-ran. Ia membuang kunci itu walau Da-ran memprotes itu kunci milik Yoon-jae.
“Tidak ada gunanya lagi. Aku akan membuangnya. Jangan khawatir soal ini, Gil Teacher.”
Kyung-joon membawa kantung sampah berisi kunci itu ke luar rumah dan membuangnya.
Da-ran pulang bersama orangtuanya. Orangtuanya mengobrol sepanjang perjalanan. Ayah menyuruh ibu membagi makanan untuk Yoon-jae. Ibu berkata jika ‘Yoon-jae’ sering ke rumah mereka, mereka tidak perlu makan terpisah.
Da-ran teringat pada isi sms Se-young. Kita tidak perlu makan terpisah lagi kan?
“Jika kita selalu keluar masuk rumah seseorang, kita tidak perlu makan terpisah kan?” tanya Da-ran.
“Tentu, kalian makan saja di rumah, dan lagi rumahnya dekat. Ajak dia datang dan makan di rumah bila ada waktu,” kata Ibu Da-ran.
“Ibu, jika aku menyuruhnya datang ke rumah kita sesering mungkin, apa yang seharusnya kuberikan padanya?” tanya Da-ran.
“Apakah kita perlu memberinya kunci? Dia bisa tetap makan walau tak ada seorangpun di rumah,” jawab Ibu.
Da-ran menyadari sesuatu. Ia minta ayahnya menghentikan mobil. Ia harus pergi ke suatu tempat. Da-ran turun dan berlari pergi.
Choong-sik menelepon Kyung-joon dan bertanya apakah Da-ran kembali ke sana. Tidak, jawab Kyung-joon. Choong-sik bercerita kalau kakaknya mendadak turun dari mobil dan berlari kencang.
Karena khawatir, Kyung-joon berusaha menelepon Da-ran. Teleponnya tak diangkat. Kyung-joon ke luar rumah dan menemukan kantung sampahnya telah terbuka. Da-ran telah mengambil kunci itu!
Da-ran menanyakan alamat rumah Se-young pada rumah sakit. Ia memegang kunci Se-young erat-erat. Kyung-joon berlari menyusul Da-ran.
Da-ran tiba di gedung apartemen Se-young. Ia berjalan ke pintu apartemen Se-young. Sejenak ia ragu. Da-ran memantapkan hatinya dan menempelkan kunci itu ke pegangan pintu.
Bunyi pintu terbuka meruntuhkan pertahanan Da-ran. Se-young bertanya siapa yang datang. Da-ran terpaku.
Kyung-joon menarik Da-ran dan membalikkannya hingga mereka berhadapan. Ia menggeleng, tidak ingin Da-ran membuka pintu itu.
Se-young membuka pintunya. Da-ran berbalik hendak masuk ke apartemen Se-young, tapi Kyung-joon menarik Da-ran ke dalam pelukannya dan mendorong pintu apartemen Se-young hingga menutup kembali.
“Lepaskan aku,” gumam Da-ran, air mata membasahi wajahnya. Kyung-joon menggeleng.
Komentar:
Semakin lama, aku semakin melihat Kyung-joon dalam tubuh Yoon-jae. Walau awalnya terasa berbeda dengan Kyung-joon kecil (yang diperankan Shin) tapi lama-lama aku bisa melihat bahwa itu memang Kyung-joon. Itu adalah roh pemuda berusia 18 tahun dalam tubuh pria dewasa. Aku bahkan bisa membayangkan seandainya Kyung-joon tidak masuk dalam tubuh Yoon-jae, maka ia akan persis seperti itu.
Mungkin hal itu dikarenakan kemunculan Ma-ri. Saat mereka berdebat dengan kekanak-kanakkan, dengan mudah kita merasa bahwa itu Kyung-joon.
Misteri hubungan Kyung-joon dan Yoon-jae belum terungkap walau jelas mereka memiliki hubungan. Aku masih berpikir kalau keduanya adik kakak satu ibu dan satu ayah, karena yang memegang buku Miracle adalah ibu Yoon-jae. Mungkin keduanya terpisah saat masih kecil, dan ibu Kyung-joon yang merawat Kyung-joon. Selain itu, dari perkataan paman Kyung-joon, ayah Kyung-joon masih hidup di suatu tempat.
Tanpa disadari, Kyung-joon semakin menyukai Da-ran. Awalnya ia ingin menunjukkan kalau Yoon-jae tak sesempurna yang Da-ran pikirkan. Tapi sekarang, ia bersedia menutupi ketelibatan Se-young agar Da-ran tidak terluka. Melihat Kyung-joon terengah-engah dan menggeleng, menghalangi Gil Teacher-nya terluka, benar-benar menyentuh hati.
makasih sinopnya..:):)
BalasHapusq suka banget sama drama korea.. sekarang lagi ngikutin big sama i do i do,,, biasanya nonton online, tp koneksi internetnya lagi jelek.. jadi putus putus dan tertolonglah dengan sinopsis ini :):)
semakin lama emang terlihat kyung joon dalam tubuh yoon jae, dan aku ngerasa banyak keanehan dan kemiripan di hubungab kyung joon sama yoon jae, aku juga penasaran banget apa bener yoon jae selingkuh ? trus perasaan yoon jae sebenernya sama da ran?? tapi nggak mungkin kan kyung joon anaknya yoon jae?? hehe.. ngarang banget...
tetep semangat ya nulis sinopnya...:):)
rahmah
misteri buhungan Kyung Joon sama Yoon jae bikin penasaran karna pasti ada somethink tentang mereka makanya bisa kejiad gitu rohnya ^^ semangat mbak Fanny nulisnya :)
BalasHapusiya belum terungkap mbak,semoga hubungannya gak sesimple yang dira pikirkan
BalasHapusem, 24 juni? hari minggu? haha ada apa di episode 7 ^^"
mbak fanny, this drama is sweet,their actor and actress are sweet too T.T
eonni lee min jung, you are beautiful u know...
@all: thank you komennya. Iya banyak misteri yang belum terungkap padahal sudah memasuki episode 6...bikin tambah penasaran >,<
BalasHapusaaa,,, misteri hubngan Yoon Jae ma Kyung Jon & sbnernya gmna prsaan si Yoon ama teacher Gil bikin tambaaahhhh penasaran..
BalasHapus^^
mbak fany,, semngaat truuuss nulisnya ya..