Da-ran terkejut Kyung-joon berani menciumnya. Kali ini benar-benar menciumnya, bukan hanya mengecup sekilas seperti sebelumnya.
“Anak nakal, kau ini benar-benar!”
“O-ooh… tanda hati di matamu telah hilang, berarti yang kaulihat sekarang adalah Kang Kyung-joon, kan?” Kyung-joon menegaskan.
Da-ran mengayunkan tangan untuk memukul Kyung-joon, tapi kali ini Kyung-joon tak membiarkan dirinya dipukul. Da-ran mengayunkan tangan satu lagi, Kyung-joon kembali menangkapnya. Keduanya bertatapan. Di saat kita mengira akan terjadi “sesuatu” lagi di antara mereka…Kyung-joon malah berbalik dan melarikan diri. Da-ran mengejarnya. Pasangan yang aneh :p
Kyung-joon naik ke sepeda sambil berteriak kalau ini juga ciuman pertama Da-ran (karena saat Yoon-jae menciumnya, Da-ran tidak yakin dengan apa yang terjadi).
“Kau pasti mati! Kembali kesini!” teriak Da-ran marah sambil berlari-lari mengejar Kyung-joon.
Da-ran tersandung gaunnya dan terjatuh. Hidungnya berdarah. Ia menengadahkan wajahnya untuk menghentikan darah yang keluar. Bukannya menolong, Kyung-joon malah mengelilingi Da-ran dengan sepeda sambil berteriak-teriak.
“Mimisan! Mimisan! Tidak!” Ia meninggalkan Da-ran untuk mencari pertolongan. (Aku baru ingat, Kyung-joon tidak tahan melihat darah setelah melihat ibunya terkapar bersimbah darah)
Ibu Yoon-jae telah tiba di Korea. Ia mencoba menghubungi puteranya tapi Kyung-joon tidak membawa ponsel Yoon-jae.
Da-ran meminta fotografer tidak memasukkan foto ciumannya ke dalam album pernikahan. Fotografer berkata foto itu bagus. Da-ran bersikeras tidak mau memasukkannya.
Kyung-joon berjalan melintasi Da-ran dan tersenyum nakal. Da-ran segera mengejarnya.
Sementara itu, asisten fotografer memberikan tiket pesawat Kyung-joon, yang tertinggal dalam saku jas pengantin, kepada Choong-sik. Choong-sik membaca tiket itu.
Da-ran berbicara dengan Kyung-joon. Ia berkata ia telah menyingkirkan foto itu. Ia juga telah menyingkirkan kejadian tadi dari otaknya.
“Itu akan menjadi goodbye kiss, perpisahan terakhir dariku,” kata Kyung-joon.
Choong-sik hendak menanyakan tiket itu pada kakaknya dan tak sengaja mendengar pembicaraan mereka.
“Walau pernikahan ini usai, kau bilang kau hanya ingin mengingat tubuh ini. Selain tubuh ini, lupakan semuanya mengenai diriku. Tidak apa-apa, karena aku akan pergi. Jangan menemuiku bila kau sedih karena pernikahan ini berakhir,” kata Kyung-joon. Namun di mata Choong-sik, ‘Yoon-jae’ lah yang mengatakannya.
Tidak terima kakaknya diperlakukan seperti itu, Choong-sik menyerang Kyung-joon habis-habisan. Wajah Kyung-joon berdarah. Semua orang datang dan mencoba menghentikan Choong-sik. Kyung-joon langsung lari terbirit-birit. Da-ran memungut tiket dan berlari mengikuti Kyung-joon.
Da-ran melihat wajah Kyung-joon dan bertanya apa Kyung-joon baik-baik saja.
“Aku tidak baik-baik saja! Sakit sekali! Orang ini (Yoon-jae) yang mengacaukan semuanya dan aku yang digigit oleh Gil Teacher, juga dipukuli oleh adikmu!” omel Kyung-joon.
“Maafkan aku,” kata Da-ran.
“Jika aku bilang aku tidak bisa menikah, aku mungkin akan dipukuli juga oleh Ayah dan Ibumu! Rumahmu penuh dengan batu, apakah aku tidak akan dipukul dengan batu-batu itu?!”
Da-ran berkata ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi, jadi sebaiknya Kyung-joon pergi jauh-jauh. Da-ran menyodorkan tiket itu pada Kyung-joon. Tadinya ia ingin mengatakan pada orang tuanya mengenai pembatalan pernikahan setelah Kyung-joon pergi, tapi karena Choong-sik telah mengetahuinya, ia terpaksa harus pulang dan menjelaskan semuanya.
“Sendirian?”
“Aku akan mengurusnya.”
“Bilang saja kalau Seo Yoon-jae mengkhianatimu dengan teman dokternya,” kata Kyung-joon.
“Aku akan bilang kalau aku tidak mau menikah. Bukan karena aku hendak melindungi Yoon-jae-sshi, hanya saja jika aku bilang kalau aku tidak cukup baik (untuk Yoon-jae), mereka akan sedih. Aku hanya akan mengatakan kalau aku berubah pikiran dan tidak mau menikah.”
“Bagaimana jika kau mendapat masalah? Ayahmu kan menakutkan,” tanya Kyung-joon. Da-ran bersedia menanggung akibatnya.
Choong-sik pulang dengan berita besar, tapi ia tidak bisa mengatakannya karena ada beberapa tamu di rumah mereka. Mereka adalah kerabat yang mendengar soal pernikahan Da-ran dan ingin bertemu dengan calon pengantin.
“Kurasa aku tidak bisa mengatakannya pada Ibu sekarang,” kata Choong-sik pelan.
“Apa? Mengenai rahasia itu?” tanya Ibu.
“Aku tidak tahu,” kata Choong-sik kesal.
“Aku sudah tahu!” kata Ibu senang.
Da-ran pulang dengan hati berat karena harus menghadapi ayah ibunya. Ia menemukan Choong-sik sedang duduk di halaman. Dengan takut-takut Da-ran bertanya apakah Choong-sik telah memberitahu ayah ibu mereka. Choong-sik berkata ia tidak bisa mengatakannya karena ada tamu.
Da-ran masuk ke rumah dan menyapa para tamu. Ibu Da-ran bertanya mengapa ‘Yoon-jae’ tidak ikut.
“Mengapa kalian tidak datang bersama? Kau bilang akan mengatakan suatu rahasia.”
“Ibu, aku akan mengatakannya nanti setelah semuanya pergi,” bisik Da-ran.
Tiba-tiba Choong-sik berlari menghampiri mereka sambil membawa kue.
“Kak, apakah kakak hamil?!” tanyanya terkejut. Tulisan di atas kue itu sepertinya ucapan selamat atas kehamilan.
Da-ran bengong. Ayah Da-ran terkejut. Ibu Da-ran berkata ia tadinya akan mengeluarkan kue itu setelah Da-ran mengatakan rahasianya. Choong-sik bertanya apakah ‘Yoon-jae’ yang menghamili Da-ran.
Da-ran berusaha mengatakan kalau semua itu tidak benar. Ibu Da-ran tidak percaya dan menyuruh Da-ran mengakuinya. Sementara itu Choong-sik marah besar, ia akan membunuh ‘si brengsek” itu.
Karena sedang ada tamu di rumah mereka, Ayah Da-ran menyuruh Da-ran menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Ia bertanya apa yang sebenarnya hendak Da-ran bicarakan.
“Aku..tidak akan menikah dengan Yoon-jae-sshi,” akhirnya Da-ran mengatakannya. Apa?! Ibu Da-ran menjatuhkan kuenya hingga hancur berantakan.
Para tamu pulang agar keluarga ini bisa membicarakannya. Ayah Da-ran bertanya apakah Da-ran benar-benar tidak mau menikah.
“Benar, aku bilang padanya aku tidak bisa menikahinya.”
“Mengapa begitu mendadak? Kau mencintai menantu Seo,” tanya Ibu.
Ayah Da-ran bertanya apakah Yoon-jae yang membatalkannya, Da-ran menyangkalnya, ia yang tidak ingin menikah.
“Mengapa?” tanya Ibu tak mengerti.
“Setelah kecelakaan itu, Yoon-jae-sshi bilang ia tidak ingin menjadi dokter. Aku bilang aku tidak mau menikahinya jika ia bukan seorang dokter. Dan ia tidak mau mendengar permintaanku.”
Keluarga Da-ran tak begitu saja percaya. Da-ran menegaskan ia tidak akan menikahi Yoon-jae jika ia bukan seorang dokter.
Ibu Da-ran bangkit berdiri dan seperti akan pingsan. Ia berjalan terhuyung-huyung ke kamarnya. Da-ran merasa bersalah. Choong-sik menyusul ibunya.
Ayah Da-ran mencoba menasihati puterinya baik-baik. Belum sempat ia bicara, Choong-sik berteriak.
“Ibu!!!”
“Sayang!!” teriak Ayah.
Choong-sik menyuruh Da-ran lari. Apakah terjadi sesuatu pada Ibu? Bukan. Ternyata yang paling menakutkan dalam keluarga ini bukan ayah yang tegas. Tapi Ibu!
Ibu Da-ran keluar dengan membawa gagang pel. Dalam satu gerakan ia melepas pel dari gagangnya dan melemparnya ke foto keluarga yang tergantung di dinding. Da-ran berteriak ketakutan.
Ibu Da-ran memutar tongkat pel bagai Wong Fei Hung. Angin menyibakkan rambutnya. Wah ibu seperti Uma Thurman dalam Kill Bill hehehe^^
Ayah, Choong-sik, dan Da-ran berusaha menenangkannya.
“Aku akan menyerang puteriku hari ini. Tidak ada yang boleh menghalangiku! Gil Da-ran, ke sini!!” Ibu berjalan menaiki meja dan mengayunkan tongkatnya. LOL…ruarrr binasaaaa :D
Ayah dan Choong-sik berhasil menghindari serangan Ibu. Beberapa pajangan jatuh dan hancur berkeping-keping. Da-ran memohon ampun pada ibunya.
“Pada umur 19 tahun, aku menikah setelah ayahku mencabut rambutku dalam kemarahannya. Cintaku begitu kuat tapi beraninya kau melepaskan cintamu begitu saja??! KE SINI!!” teriak Ibu. Ayah memegangi kaki Ibu dan mengingatkannya kalau Da-ran adalah puteri mereka. Ia mencoba merebut tongkat pel dari Ibu. Ibu tak mau melepaskannya.
Akhirnya Ibu mendorong ayah beserta tongkatnya dan berlari mengejar Da-ran. Seperti adegan Tom dan Jerry, keduanya berlarian mengitari meja. Akhirnya Tom menangkap Jerry. Ibu menjambak rambut Da-ran. Choong-sik dan Ayah berusaha melepaskan Ibu tapi Ibu terlalu kuat. Horoooorrr….
Tanpa mengetahui apa yang terjadi, Kyung-joon mengendap-endap memasuki halaman rumah Da-ran. Ia mendengar suara gaduh dari dalam rumah dan teriakan Da-ran meminta tolong. Dasar Kyung-joon, ia malah mengendap-endap mundur keluar rumah. LOL^^
Tiba-tiba pintu terbuka, Da-ran keluar dengan rambut berantakan. Keduanya terkejut saat melihat satu sama lain. Kyung-joon bertanya apa Da-ran tidak apa-apa.
“Aku ingin melihat bagaimana keadaanmu. Sepertinya kau tidak apa-apa. Sebaiknya aku pergi dulu,” Kyung-joon mendorong Da-ran masuk kembali. Hahaha..
Ibu Da-ran berhasil keluar. Ia berteriak memanggil puterinya lalu menendang sendalnya. Ia menangkap sendal itu dan melemparnya ke arah Da-ran. Kyung-joon melindungi Da-ran dengan tubuhnya.
Buk!! Sendal mengenai belakang leher Kyung-joon. Semua terkejut melihat kemunculan ‘Yoon-jae’. Kyung-joon menoleh menatap mereka dengan wajah cool.
Semua terdiam. Kebingungan, Kyung-joon mengangkat tangannya membentuk bunga.
“Surprise!!!” Hahaha…inget siapa coba??!!
Da-ran dan ‘Yoon-jae’ berlutut di ruang tamu. Kyung-joon tak terbiasa berlutut dalam waktu lama dan kakinya kesemutan tapi ia berusaha bertahan.
Sepertinya Kyung-joon mengatakan yang sebenarnya kalau Yoon-jae pergi ke tempat yang tak seharusnya dan dipergoki Da-ran. Ayah bertanya ‘Yoon-jae’ pergi ke mana. Da-ran menggeleng, melarang Kyung-joon memberitahu kalau Yoon-jae akan ke Amerika.
Kyung-joon merogoh kantung celananya dan mengeluarkan tiket. Tiket pesawat? Bukan, tiket-tiket pertunjukan striptis. Banyak lagi^^
Ibu, Ayah, dan Choong-sik terkejut. Kyung-joon meminta maaf. Ibu merasa pusing, ia tak menyangka Yoon-jae akan pergi ke tempat seperti itu. Sekarang ia merasa bersalah karena telah menyerang Da-ran. Choong-sik berkata kejahatan seperti itu pantas mendapat hukuman mati.
Ayah akhirnya berkata kalau Da-ran dan ‘Yoon-jae’ telah dewasa. Ia menyuruh mereka sendiri memutuskan akan menikah atau tidak. Ayah pergi dalam kekecewaan.
Ibu berkata ia sekarang mengerti mengapa Da-ran berkata tidak bisa menikah dengan Yoon-jae. Apa yang dilakukan Yoon-jae sangat salah. Padahal Ibu telah mengharapkan kabar baik hari ini. Ibu meninggalkan mereka dengan kecewa.
Da-ran berbisik darimana Kyung-joon mendapatkan tiket-tiket itu. Kyung-joon mengaku ia memungutnya di jalanan. Da-ran menyuruh Kyung-joon berdiri. Kyung-joon mengaduh-aduh karena kakinya terasa kaku.
Mereka kembali ke rumah Kyung-joon. Da-ran menempelkan koyo di lehernya (akibat serangan ganas Ibu). Dengan alasan baru yang dikemukakan Kyung-joon, sekarang Da-ran harus mengatakan ia tak bisa menikah dengan Yoon-jae karena tidak bisa memaafkan Yoon-jae. Ia tidak akan mempersulit Kyung-joon lagi dan menyuruh Kyung-joon segera pergi.
“Lalu kapan aku kembali? Setelah masalah selesai? Apakah saat itu ia (Yoon-jae) sudah sadar?”
“Tentu saja, ia harus sadar,” tapi Da-ran pun tak terdengar yakin.
“Jika ia tidak sadar dalam waktu lama…..bukan, bagaimana jika tidak pernah sadar? Jika kami tak bertukar kembali? Lalu….apa aku harus tinggal dalam tubuhnya selamanya?” tanya Kyung-joon. Da-ran tak bisa menjawab.
Ponsel Yoon-jae berbunyi. Ibu Yoon-jae yang menelepon. Kyung-joon dan Da-ran terkejut saat tahu ibu Yoon-jae ada di Seoul.
Mereka pergi menemui ibu Yoon-jae. Ibu Yoon-jae memeluk puteranya dengan hangat tapi Kyung-joon terlihat kikuk. Sebagai seorang Ibu, ia merasa ada yang aneh dengan sikap puteranya. Da-ran mengamati reaksi ibu Yoon-jae dengan cemas. Ibu Yoon-jae bertanya apakah Yoon-jae benar baik-baik saja. Kyung-joon tak menjawab.
Ibu Yoon-jae berkata kalau ia mengetahui Yoon-jae mengalami kecelakaan dari Se-young. Kyung-joon berkata ia mengalami beberapa efek dari kecelakaan itu tapi tidak ada masalah dengan tubuhnya.
“Jika kau harus beristirahat dari pekerjaanmu, bukankah itu serius?” tanya Ibu Yoon-jae. Ia lalu menatap Da-ran dengan tatapan sebal.
Ia mengira Da-ran menyembunyikan peristiwa kecelakaan itu darinya karena Da-ran tidak ingin rencana pernikahannya dengan Yoon-jae terganggu. Da-ran meminta maaf, ia memang berniat mengundur pernikahannya. Ibu Yoon-jae tak nampak terkesan. Ia menyuruh ‘Yoon-jae’ ke Amerika bersamanya. Kyung-joon dan Da-ra terkejut. Jelas ibu Yoon-jae tidak menyukai Da-ran sebagai calon menantunya.
Kyung-joon dan Da-ran pulang ke rumah. Kyung-joon khawatir ia akan ketahuan. Ibu Yoon-jae langsung tahu ada yang salah begitu melihat puteranya. Ia tidak bisa berpura-pura sebagai Yoon-jae di depan ibu Yoon-jae.
Da-ran frustrasi karena mereka tidak pernah tahu kapan keduanya akan bertukar kembali.
“Techer Gil, tidak bisakah kau mengambilku dan hidup bersamaku? Mari kita menikah. Dengan demikian aku tidak perlu ikut dengan ibu Seo Yoon-jae.”
“Apa itu masuk akal? Kita harus menunggu hingga ia kembali.”
“Tidak ada yang terjadi jika kita hanya menunggu. Pertukaran ini terjadi karena kami hampir mati, apakah aku harus membuat kami hampir mati lagi?” tanya Kyung-joon kesal.
Da-ran tak bermaksud begitu tapi ia juga tidak bisa membayangkan menikah dengan pemuda 18 tahun.
Malam itu, tubuh Kyung-joon bermimpi mengenai kecelakaan itu. Hmmm…kalau ia bisa bermimpi berarti roh Yoon-jae benar-benar ada di dalam tubuh Kyung-joon? Tampaknya Kyung-joon pun mengalami mimpi yang sama. Ia terbangun dan mendapat sebuah ide.
Kyung-joon pergi ke rumah sakit. Ia membawa tubuhnya dengan kursi roda dan memasukkannya ke dalam mobil.
Ma-ri terkejut saat mendapati tubuh Kyung-joon hilang. Perawat berkata seorang dokter bertubuh tinggi membawa ‘Kyung-joon’ pergi. Ma-ri langsung menelepon Da-ran. Da-ran teringat percakapannya dengan Kyung-joon semalam. Apakah aku harus membuat kami hampir mati lagi? Da-ran berlari ke luar sekolah.
Kyung-joon memacu mobilnya menuju tempat kecelakaan itu. Tubuhnya tak sadarkan diri di kursi sebelah. Kyung-joon membanting setir menuju pembatas jalan. Tapi Kyung-joon tak sanggup. Ia menginjak rem sebelum mobil itu menabrak pembatas jalan. Fiuhhhh...
Kyung-joon membawa tubuhnya kembali ke rumah sakit. Da-ran, Ma-ri, Paman dan Bibi sedang menunggu dengan khawatir. Da-ran menatap Kyung-joon, sadar kalau Kyung-joon tak bisa melakukannya.
Ma-ri dengan kesal bertanya ke mana Kyung-joon membawa ‘Kyung-joon’ pergi. Ia telah membuat mereka takut.
“Aku hanya mencari cara untuk membuatnya sadar,” kata Kyung-joon pelan. Dan tak berhasil. Ia menatap Da-ran.
Merasa tak ada jalan lain, Kyung-joon menemui ibu Yoon-jae dan berkata kalau ia kehilangan ingatannya setelah mengalami kecelakaan. Ibu Yoon-jae mengajak Kyung-joon ke Amerika, pernikahan juga dibatalkan.
Kyung-joon menceritakannya pada Da-ran. Ia tidak bisa mengaku pada ibu Yoon-jae kalau roh mereka tertukar. Ia akan dikira tak waras. Jadi ia mengaku hilang ingatan dan hanya sedikit dianggap tak waras. Ibu Yoon-jae berjanji akan mengurusnya, jadi ia akan pergi.
“Jangan pergi. Aku akan mengurusmu.”
“Dengan apa? Apa kau benar-benar ingin menikah dalam keadaan seperti ini?” tanya Kyung-joon.
“Mari kita lakukan,” Da-ran menegaskan.
“Aku tidak bisa menjadi murid berusia 18 tahun dan aku juga tidak bisa menjadi dokter berusia 30 tahun. Jika aku harus hidup dalam keadaan seperti ini, aku harus skip.”
“Skip?”
“Aku harus melewati jarak antara Seo Yoon-jae dan Kang Kyung-joon. Aku harus melompat 12 tahun. Setelah kupikir-pikir, tidak terlalu buruk. Aku harus pergi sekolah, ikut wamil, dan mendapatkan pekerjaan. Tapi Seo Yoon-jae telah melakukan semuanya. Jadi, yang harus kulakukan hanyalah mengisi otak ini. Untungnya daya ingatku baik. Aku bisa mengejar dengan cepat.”
Da-ran berkata mengisi otak saja tidak cukup untuk menjadi dewasa. Kyung-joon tak sependapat, ia bisa mengisi otaknya dan melewati waktu-waktu yang tak penting.
“Kau benar-benar akan pergi?” tanya Da-ran.
“Ya. Saat aku kembali, aku akan menikahimu.”
“Apa?” tanya Da-ran kaget.
“Kurasa aku menyukai Gil Teacher. Setelah aku meng-upgrade diriku, aku akan menikahimu,” Kyung-joon tersenyum.
Da-ran berdiri di atas sofa hingga ia lebih tinggi dari Kyung-joon dan menepak kepala Kyung-joon.
“Kau bilang kau mau apa setelah mengisi otakmu?!”
“Bukankah Gil Teacher yang ingin menikah denganku?” tanya Kyung-joon kaget sambil memegangi kepalanya.
“Aku mengatakannya untuk mengeluarkanmu dari situasi ini. Ini pertama kalinya aku dilamar oleh anak SMA. Kau benar-benar tidak waras,” Da-ran tak bisa menahan tawanya dan tertawa terbahak-bahak.
Kyung-joon melongo, “Apakah ini begitu lucu?”
Da-ran tak menyadari telah melukai hati Kyung-joon. Ia membenarkan, ini adalah hal terlucu yang pernah ia lihat. Ia menyebut Kyung-joon anak kecil. Da-ran kembali tertawa.
“Aku minta maaf kalau anak kecil ini tak waras, Ibu Guru Gil. Selamat tinggal,” kata Kyung-joon dengan hati terluka.
Da-ran berhenti tertawa.
Kyung-joon menutup tempat tidurnya dengan kain dan menaruh sesuatu di meja dekat tempat tidurnya. Ia membawa kopernya meninggalkan rumah itu.
Ia pergi ke rumah sakit. Paman bertanya apakah ia perlu memindahkan tubuh Kyung-joon ke tempat lain.
“Kau merawat Kyung-joon karena warisan ibunya, kan? Aku tahu ia memiliki warisan lain yang akan ia terima saat ia berusia 18 tahun. Dan jumlahnya sangat banyak.”
Paman terkejut, bagaimana seorang dokter bisa mengetahui semua itu. Apalagi ‘Yoon-jae’ berkata satu-satunya orang yang tahu password untuk mengakses warisan itu adalah dirinya. Paman berkata hanya Kyung-joon yang mengetahui password itu (itulah sebabnya ia berbaik-baik pada Kyung-joon).
“Karena itu, sampai ia kembali, rawatlah ia baik-baik. Aku mohon bantuanmu,” Kyung-joon membungkukkan badannya. Ia menatap tubuhnya lalu menyeret kopernya pergi. Paman masih kebingungan, tapi ia teringat kalau ‘Yoon-jae’ adalah orang yang membeli rumah Kyung-joon.
Ma-ri masih memikirkan kesamaan antara ‘Yoon-jae’ dan Kyung-joon. Tiba-tiba kepalanya dipegang seseorang. Kyung-joon menanyakan dompetnya sambil terus memegangi kepala Ma-ri agar tidak menoleh.
Kyung-joon mengambil dompetnya dari tas Ma-ri. Gambarnya masih ada di sana. Ia membalikkan kepala Ma-ri menghadapnya.
“Aku akan mengurusnya jadi kau urus keadaan di sini. Aku percaya padamu.”
Kyung-joon mengetuk kepala Ma-ri dengan cara yang sama seperti yang biasa ia lakukan saat di Amerika. Ma-ri tercengang. Kyung-joon mengacak rambut Ma-ri lalu pergi.
Ma-ri memegangi pipinya yang merona merah. “Apa aku merona? Aku pasti sudah gila.” Ia berdiri hendak memprotes Kyung-joon. Tapi Ma-ri tanpa sadar membalikkan tubuhnya saat Kyung-joon menoleh sekilas padanya. “Mengapa aku berbalik?” tanyanya. Ia menepuk-nepuk pipinya agar sadar. O-ow…ada yang jatuh cinta?
Da-ran seperti biasa ke rumah Kyung-joon untuk membawakan makanan tapi rumah itu telah kosong. Ia ingat percakapannya dengan Kyung-joon semalam.
Kyung-joon bertanya apakah rohnya bisa kembali tertukar walau tubuhnya berjauhan. Da-ran pikir begitu. Kyung-joon lalu bertanya apakah Da-ran akan bisa mengenali siapa yang berada dalam tubuh Yoon-jae saat ia kembali nanti. Yoon-jae atau Kyung-joon? Da-ran tak menjawab. Kyung-joon tersenyum.
Da-ran menemukan sesuatu di meja sebelah tempat tidur Kyung-joon. Foto kiss mereka. Da-ran tersenyum.
“Ini benar-benar Kang Kyung-joon.”
Kyung-joon mengikuti ibu Yoon-jae ke bandara. Sementara itu Da-ran menemui orang tuanya untuk memberitahukan mengenai pembatalan pernikahan dan kepergian ‘Yoon-jae’.
Kyung-joon menoleh ke belakang, berharap seseorang akan mengantarnya. Atau mungkin menghentikannya? Kyung-joon pergi ke Amerika.
Setahun kemudian.
Da-ran berlari-lari memasuki gereja untuk menghadiri acara pernikahan. Kali ini ia bukan pengantar bunga dan ia benar-benar diundang ke pernikahan itu. Seorang temannya mengucapkan selamat. Da-ran telah lulus ujian.
Da-ran mengambil kupon makanan bersama Ae-kyung. Ae-kyung lebih tertarik pada tamu pengantin pria sementara Da-ran lebih tertarik dengan makanan. Ia mengajak Ae-kyung makan.
Ae-kyung masih terpesona dengan para teman-teman pengantin pria. Da-ran tak tertarik hingga ia tak menyadari sosok yang ia kenal berdiri di sana. Ia pergi makan duluan.
Ae-kyung mengenalinya. “Apakah itu Yoon-jae-sshi?”
Da-ran menunggu lift. Seorang pria berdiri di sebelahnya. Da-ran menoleh dan tak percaya melihat siapa yang dilihatnya.
“Kyung-joon…”
Tak ada reaksi
“Kang Kyung-joon….”
Ia tetap diam.
“Yoon-jae-sshi?”
Pria itu menoleh.
Komentar:
Kyung-joon atau Yoon-jae??!!! Episode 6 sudah memastikan kalau itu Kyung-joon. Mereka belum tertukar walau sudah setahun berlalu.
Aku kasihan pada Kyung-joon. Akhirnya ia memutuskan mengikuti ibu Yoon-jae. Walau alasannya masuk akal, tapi ia juga tidak punya pilihan lain. Menikah dengan Da-ran tidak akan menyelesaikan masalah. Ia masih 18 tahun, apa yang bisa ia lakukan? Apa ia harus mengikuti Da-ran terus menerus?
Kyung-joon sadar ia tidak bisa berdiam diri menunggu. Ia harus memikirkan hidupnya. Ia ingin menjadi apa dan menjadi orang dewasa seperti apa. Tapi masalahnya, apakah kedewasaan diukur dengan berapa banyaknya pengetahuan yang memenuhi otaknya? Atau kedewasaan diukur dengan usia seseorang?
Da-ran pun demikian. Ia telah mengakhiri babak hidupnya dengan Yoon-jae dan meneruskan hidupnya. Ia akhirnya berhasil lulus ujian. Dalam setahun, Da-ran pun telah lebih dewasa. Apa yang akan ia lakukan setelah kembali bertemu dengan Kyung-joon? Apakah ia masih terpengaruh saat melihat wajah Yoon-jae memandanginya? Bisakah ia hanya melihat Kyung-joon saat melihat ‘Yoon-jae’?
Mengenai pertukaran tubuh mereka, penulis sepertinya menggoda kita dengan melontarkan berbagai kemungkinan. Ma-ri sempat mengatakan agar Kyung-joon “melupakan semua” mengenai Da-ran. Apakah Yoon-jae dan Kyung-joon benar-benar akan kehilangan ingatan mereka selama bertukar tubuh setelah mereka kembali ke tubuh masing-masing?
Lalu Kyung-joon sempat melontarkan kemungkinan ia berada dalam tubuh Yoon-jae selamanya, dan terbukti setelah setahun mereka masih belum bertukar. Lalu apakah mereka benar-benar tidak akan tertukar kembali?
Ceritx jdi mkin sru n bkin mkin pnasaran dengn jln crita slnjutx
BalasHapusN jg yg bkin pnarsran bgmn prasaan da-ran dgn mridx? N bgmn cra tukarn blik antr kyung joo n yoon-jae????
Jdii, d tgung lanjutnx >,<
Fighting!!!! ^_^
wuihh...
BalasHapusjadi penasaran nih lanjutannya!!
dilanjutin ya mbak!
semangka..
(semangat kaka)
saya terus dan selalu menunggu sinop selanjut nyaaaa..... btw, knp g ad yg bkin sinop na 'i do i do' yaaaaa
BalasHapus-bebby-
mungkin belum ada blogger yang kepincut ceritanya. Biasanya kami membuat sinop drama yang ngena di hati ;p
HapusLove it, O-Ow
BalasHapushaha, u forgot that kiss eonni??? dira kok gak yakin ya? :P
BalasHapusbatu! dia ingat kalo banyak batu! wkwkwkwk
oya mbak, boleh tanya gak apa hubungannya kaos kaki yang ditemuin ibu da ran ma kehamilan? :P
like mom like daugther mbak fanny wkwkwkwk >.<
rambut berantakan dibilang baik2 saja?aih, ni kyung joon lucu banget *guling2
INGET DOKKO JIN MBAK FANNY! INGET AHJUSSI CHA!!!gak gak,dokko gak sama dengan dia, dia kan anak umur 18 tahun,kalo ahjussi? jadi ahjussi sama dengan anak umur 18 tahun? @.@
tapi remaja ini pinter banget (selain lucu), mungut tiket striptis di jalan sebagai salah satu alasan? cepet banget muter otaknya! keren o.O (maklum, lama bergaul dengan cia amrik ^^")
da ran aja gak bisa bayangin diajak nikah anak 18 tahun palagi penonton -,-
upgrade dan menikah? aih, drama ini ngingetin lagi...
dan tetap misterius (mbak fanny sih ngompor2in)
*hug mbak fanny THANK YOU MBAK!!! :)
*hug Dira*
Hapusmungkin karena Da-ran mengeluarkan kaus kaki di musim panas (biasanya kan di musim dingin), dan orang hamil pada minggu-minggu pertama kehamilan suka agak "aneh" hehe...mungkin lho ya^^
haha gitu to ^^
Hapusthanks for sharing that too mbak :P
kasihan udah 1 tahun lama nya ada di tubuh orang lain. fighting Kyung Joon! ^^
BalasHapus