Se-young berdiri kesal di luar rumah Kyung-joon, tak menyangka Da-ran akan mengusirnya. Ia berjalan ke luar halaman dan bertemu dengan Kyung-joon yang baru pulang (membeli sabun paling lama dan paling susah membersihkan :p). Kyung-joon mengacuhkannya tapi Se-young menghalanginya.
Se-young mengadu kalau Da-ran telah mengusirnya. Kyung-joon malah tersenyum geli dan terlihat senang.
“Ada apa sebenarnya? Ada apa dengannya? Ia bilang kau menjadi kekanakkan seperti anak kecil dan menyuruhku menyerah,” kata Se-young.
“Itu benar. Aku anak kecil dan yang sangat kekanakkan pula. Apa itu cukup sederhana bagimu?” ujar Kyung-joon cuek.
“Kau tidak pernah kekanakkan atau tidak dewasa sebelumnya. Dia mungkin menyerah tapi aku akan terus menunggumu. Sampai kau kembali seperti sebelumnya.”
Kyung-joon tak tertarik untuk bicara lama-lama dengan Se-young. Ia berkata jika ia sudah kembali seperti sebelumnya (jika ‘Yoon-jae’ sudah kembali menjadi Yoon-jae), maka Se-young boleh memilikinya. Hmmm…apa ini ngga akan menambah rumit nantinya??
Kyung-joon masuk ke dalam rumah. Ia dengan senang bercerita pada Da-ran kalau ia bertemu Se-young dan tahu kalau Da-ran mengusirnya. Ia senang Da-ran telah berubah sedikit.
Senyum Kyung-joon hilang saat melihat Da-ran tak mendengarkan ucapannya dan terus memandangi foto Yoon-jae. Da-ran berkata Se-young yang membawa barang-barang itu. Kyung-joon kesal dan berkata tidak ada apa-apa di dalam sana, sambil menendang kotak itu.
Da-ran meminta Kyung-joon tidak membuang barang-barang Yoon-jae. Ia membawa kotak itu ke kamar Kyung-joon dan menemukan catatan-catatan kedokteran berserakan di meja.
“Kau benar-benar mempelajari semuanya? Kau memang pintar,” Da-ran terkesan.
Kyung-joon berkata ia tak merasa kesulitan meng-upgrade dirinya, tapi ia tidak mau menikah. Da-ran merasa situasinya memang cukup serius mengingat Se-young berani datang ke rumah Kyung-joon malam-malam begini.
“Kau baru tahu betapa seriusnya situasi ini? Malam-malam begini dengan wanita seksi….” Kyung-joon tersenyum, “Ibu Guru, aku ini roh yang tak punya pengendalian diri.” Kyung-joon menakut-nakuti Da-ran.
Tapi Da-ran berkata Se-young akan berubah pikiran jika tahu “Yoon-jae” bermental anak kecil.
“Benarkah?” tanya Kyung-joon sedikit kesal, karena Da-ran pun mungkin seperti itu, tak menyukai Kyung-joon karena ia seorang “anak kecil”.
Da-ran berkata tempat tidur masa kanak-kanak Kyung-joon adalah bukti kalau Kyung-joon masih anak-anak.
“Kalau begitu kau tidak akan…” Kyung-joon bergerak mendekati Da-ran. Tanpa sadar Da-ran mundur ke belakang.
“Tidak akan…tergoyahkan?” tanyanya lekat-lekat di dekat wajah Da-ran.
“Tentu saja,” Da-ran memperlihatkan wajah yang tetap biasa saja.
Kyung-joon kembali duduk dan menegaskan kalau itu artinya hanya Da-ran yang bisa menjaga kesucian anak yang masih polos seperti dirinya. Lalu ia tersenyum polos karena Da-ran tak bisa menyangkalnya.
Da-ran pulang ke rumah, memikirkan apa yang harus ia lakukan dengan Kyung-joon. Ia tidak bisa diam saja.
Kyung-joon melihat foto Yoon-jae. Ia berkata dengan sedih kalau tanda hati di mata Da-ran belum juga hilang (saat memandang Yoon-jae).
Bukan hanya Kyung-joon yang sedih. Guru Na juga shock dengan kembalinya ‘Yoon-jae’. Ae-kyung berkata selama 6 bulan terakhir ini Guru Na tidak melakukan tindakan apa-apa untuk mendekati Da-ran (karena menghormati perasaan Da-ran yang baru batal menikah) dan sekarang semuanya akan berakhir sebelum guru Na sempat mengakui perasaannya.
Guru Na nampak frustrasi. Ia bertanya pada Ae-kyung apa yang harus ia lakukan. Ia bisa berlari 100 meter dalam waktu 12 detik, tapi ia tidak bisa memulai dengan Da-ran walau setahun lebih telah berlalu.
“Agar aku bisa memulai, tolong tembakan pistol untuk memulai (tembakan start). Bang.”
Ae-kyung ragu-ragu. Guru Na menunjuk dadanya. “Tembak di sini. Bang!”
“Baiklah. Bang!” Ae-kyung “menembak” Guru Na dengan jarinya.
Guru Na menggenggam tangan Ae-kyung. Love..love…love….haha…tampaknya yang kena tembakan bukan Da-ran atau Guru Na, tapi Ae-kyung ^^
Guru Na meminta bantuan Ae-kyung untuk mendekati Da-ran. Ia meminta Ae-kyung “menembaknya” sekali lagi agar ia bisa memulai.
“Bang!” Ae-kyung kembali “menembak”.
Wakepsek menyaksikan keduanya sambil mengomel. Ia menganggap guru Na dan Ae-kyung bersikap tidak pantas di sekolah dengan saling menembak dengan pistol cinta.
Kyung-joon memberanikan diri pergi ke restoran mandoo orangtua Da-ran. Kemunculannya mungkin menyebabkan pertempuran, tapi ia sudah siap. Baru saja lima langkah berjalan, ia melihat Ibu Da-ran mengantar tamu keluar restoran. Kyung-joon langsung berbelok dan menghadap tembok agar tidak terlihat oleh ibu Da-ran >,<
Ternyata ibu Da-ran lah yang paling ditakuti Kyung-joon…hahaha, aku setuju dengan Kyung-joon^^
Memutuskan untuk pergi, ia malah melihat ayah Da-ran berjalan masuk mengantar tamu ke restorannya. Kyung-joon tak punya pilihan lain selain mendahului masuk ke restoran agar tidak terlihat oleh ayah Da-ran. Terjebak dari dua arah, Kyung-joon mengambil kipas yang tergantung di dinding dan menutupi wajahnya dengan kipas itu. Hihi..katanya udah siap tempur ;)
Kyung-joon duduk di dalam restoran dengan wajah ditutupi kipas. Ia melihat keadaan restoran yang cukup ramai dan memutuskan lebih baik berbicara dengan orangtua Da-ran saat banyak orang. Kyung-joon menurunkan kipasnya dan bangkit berdiri.
Tapi keberaniannya surut saat ia melihat ayah Da-ran mengacungkan pisau besar dan ibu Da-ran mengacungkan penggiling adonan. Kyung-joon cepat-cepat menutup wajahnya kembali dengan kipas. Ayah Da-ran mengasah pisau dan ibu Da-ran memukul-mukulkan penggiling ke tangannya sambil mengobrol.
“Kau akan dicincang untuk dijadikan mandoo (pangsit)!” kata-kata Da-ran terngiang di benak Kyung-joon. Walau ia berada dalam tubuh Yoon-jae, ia tidak mau dicincang.
Kyung-joon mengendap-endap keluar restoran sambil menutupi wajahnya dengan kipas. Ia malah hampir bertubrukan dengan Ma-ri yang baru datang. Ma-ri memandangnya dengan curiga.
“Tuan, ini mandoo pesanan Tuan!” teriak pelayan pada Kyung-joon. O-ow.
Ma-ri melirik Kyung-joon yang nampak ketakutan. Ia langsung tahu kalau Kyung-joon tidak ingin terlihat ayah dan ibu Da-ran. Ia meminta pelayan membungkus mandoo pesanan Yoon-jae. Biar aneh ternyata Ma-ri baik.
“Ma-ri, kau datang!” sapa Ibu Da-ran dari dapur. Ma-ri tersenyum manis pada mereka lalu melotot pada Kyung-joon (heh….kepribadian ganda nih^^). Kyung-joon heran Ma-ri sepertinya akrab dengan keluarga Da-ran.
Ma-ri dan Kyung-joon makan mandoo bersama di taman. Ma-ri yakin Kyung-joon hampir dijadikan mandoo jika ketahuan oleh ayah dan ibu Da-ran. Ia melihat Kyung-joon makan satu pangsit dengan dua acar lobak.
“Ahjusshi, satu acar untuk satu pangsit. Hanya Kyung-joonku yang boleh makan dua acar sekaligus.”
Ma-ri berpendapat ‘Yoon-jae’ terus meniru Kyung-joon. Kyung-joon beralasan ia biasanya makan 3 sekaligus, jadi itu bukanlah hal yang aneh. Ia berterima kasih atas bantuan Ma-ri barusan dan menyuruh Ma-ri menghabiskan mandoo-nya, lalu ia berjalan pergi.
Ma-ri melihat kotak mandoo yang kosong, habiskan apanya?? Kotaknya? Ma-ri mengikuti Kyung-joon dan berteriak agar Kyung-joon membereskan kotak itu dan membuangnya ke tempat sampah.
Kyung-joon menyuruh Ma-ri untuk tidak mengikutinya. Tiba-tiba Ma-ri mengaduh. Matanya kelilipan pasir. Kyung-joon menghampirinya dan bertanya apakah Ma-ri tidak apa-apa.
Ma-ri membuka matanya dan melihat Kyung-joon. Segalanya nampak buram tapi ia melihat Kyung-joon. Real Kyung-joon! Kyung-joon menyuruh Ma-ri tidak mengucek-ngucek matanya, air mata akan mengeluarkan pasir dari mata Ma-ri. Lalu Kyung-joon mengusap rambut Ma-ri dengan cara yang biasa ia lakukan dan berjalan pergi.
Ma-ri mengerjap-ngerjapkan matanya, melihat bayangan Kyung-joon samar-samar semakin menjauh. Ia mengulurkan tangannya dan memegang tangan Kyung-joon. Kyung-joon berbalik. Namun yang Ma-ri lihat adalah ‘Yoon-jae’.
“Baiklah, aku yang akan membuang kotak itu ke tempat sampah,” ujar Kyung-joon (dalam tubuh Yoon-jae). Ma-ri melihat Kyung-joon dengan curiga.
Ibu Yoon-jae menelepon Da-ran dan meminta Da-ran mengeluarkan semua barangnya dari rumah ‘Yoon-jae’. Ia akan segera menjual rumah itu. Da-ran berkata ada seseorang yang hendak membeli rumah itu, rumah itu sangat berarti bagi orang itu (Kyung-joon).
“Apa hubungannya denganmu? Karena semua barang masih ada dalam rumah itu, tampaknya kau masih menyimpan perasaan (pada Yoon-jae). Segera singkirkan semuanya,” ujar Ibu Yoon-jae.
Se-young mendapat giliran memeriksa Kyung-joon. Perawat yang menemaninya berkomentar kalau ‘Yoon-jae’ semakin tampan. Se-young baru tahu kalau ‘Yoon-jae’ datang ke rumah sakit setelah kembali dari Amerika. Ia bertambah heran saat mendengar ‘Yoon-jae’ datang ke rumah sakit hanya untuk menjenguk ‘Kyung-joon’.
Perawat bertanya-tanya mengapa ‘Kyung-joon’ belum sadar juga padahal tidak ada masalah dengan otaknya. Baru pertama kali ini ia melihat kasus seperti itu.
Se-young mengecek data Kyung-joon dan mengetahui Kyung-joon menjadi seperti itu setelah mengalami kecelakaan. Perawat membenarkan. ‘Kyung-joon’ terkenal di rumah sakit itu sebagai “flower boy tidur”.
Se-young merasa penasaran dan menyelidiki lebih jauh mengenai kecelakaan yang dialami Kyung-joon. Ia menemukan kalau Kyung-joon dan Yoon-jae mengalami kecelakaan bersama-sama di tempat yang sama.
Da-ran ke rumah Kyung-joon untuk melakukan keinginan ibu Yoon-jae. Tapi ia teringat Kyung-joon pernah berkata kalau rumah ini dibeli ibunya dan rumah itu satu-satunya hal terakhir yang dimiliki Kyung-joon. Da-ran termenung.
Ae-kyung menelepon Da-ran. Ia dan guru Na sedang berada di restoran ayah ibu Da-ran. Ia meminta Da-ran cepat datang.
Guru Na rupanya benar-benar telah mengambil langkah setelah “tembakan start” Ae-kyung. Ia duduk dan mengobrol dengan ayah ibu Da-ran. Mengenakan jas dan dasi lagi^^
Ayah Da-ran senang saat tahu Guru Na bersekolah di sekolah yang sama dengannya dulu. Ia tertawa senang saat Guru Na memintanya berbicara banmal (bahasa non-formal) pada Guru Na. Apalagi marganya Na, bukan Seo hehehe :D
“Begitu dia mulai, dia mengambil langkah sangat cepat. Menakutkan,” gumam Ae-kyung. Ia lalu ikut bergabung dengan mereka.
Ibu Da-ran berkata kalau ayah Da-ran selama ini menginginkan ada guru lain di rumah mereka. Choong-sik membenarkan, guru Na bisa menjadi guru lain sekaligus kakak ipar yang hebat. Hari yang hebat untuk Guru Na.
Kyung-joon mengintip dari luar restoran dan melihat mereka. Ia mendengar ayah Da-ran menanyakan pekerjaan orangtua Guru Na. Guru Na menjawab kalau mereka adalah pegawai negeri. Ayah dan Ibu Da-ran tertawa girang.
“O-ow…apa ia menganggap dirinya sebagai menantu yang baru?” gumam Kyung-joon. Ia lalu melihat Da-ran berjalan ke restoran ayahnya. Kyung-joon berpikir gara-gara Guru Na, ia mungkin tidak akan menjadi menantu lagi. Kyung-joon berlari menghalangi Da-ran.
Kyung-joon mengajak Da-ran pergi karena ada yang ingin ia bicarakan. Da-ran berkata ia harus menemui tamu di restoran ayahnya.
“Kau berkata karena kau guruku, aku bisa berbicara padamu jika ada masalah,” ujar Kyung-joon. Ia tidak bisa berbicara dengan siapapun kecuali dengan Da-ran yang mengetahui kondisinya. Da-ran kebingungan.
Maka Kyung-joon pun mengeluarkan taktik psikologi berlawanan. “Lupakan. Jika kau tak mau, pergilah…” Kyung-joon berjalan pergi. Taktik berhasil. Da-ran mengikuti Kyung-joon.
Sekarang Kyung-joon harus “berbicara” agar alasannya tidak ketauan bohong. Ia berkata ia sulit bercermin karena ia tidak tahu apakah ia seorang pemuda yang beranjak dewasa atau seterusnya hidup sebagai orang dewasa.
“Hanya kau yang bisa menjawabnya,” ujar Da-ran, bantuan apa yang bisa ia berikan.
“Siapa tamu yang datang ke rumahmu?” tanya Kyung-joon, “Guru olahraga? Apakah kau dekat dengannya?”
Da-ran masih serius memikirkan “krisis identitas” Kyung-joon dan hanya menjawab selintas, ya untuk pertanyaan pertama dan tidak untuk pertanyaan kedua. Kyung-joon tersenyum senang dan bertanya Da-ran hendak makan apa.
Mengabaikan pertanyaan Kyung-joon, Da-ran malah membahas pertanyaan Kyung-joon mengenai tetap menjadi pemuda atau terus menjadi orang dewasa. Da-ran berkata Kyung-joon harus tetap menjadi Kyung-joon. Jangan lupakan itu.
“Jawaban Gil Teacher sangat singkat,” gerutu Kyung-joon.
“Jadi kau harus ingat kalau kau masih kecil. Jangan pergi ke bar tempat orang dewasa minum-minum. Jangan merokok. Aku tahu kau terbiasa mengemudi mobil tapi ini juga membuatku khawatir. “
“Iya, iya, iya, iya,” jawab Kyung-joon sambil tersenyum. Hehe…dicerewetin kok senang. Hmm…perhatian tanda sayang kan?? ;D
Ma-ri termenung di kamar ‘Kyung-joon’. Ia teringat pose ‘Yoon-jae’ yang sama persis dengan Kyung-joon. Kebiasaannya mengetuk kepala Ma-ri. Dan bayangan the real Kyung-joon saat ia kelilipan.
“Di dunia ini, mungkinkah ada dua orang yang terasa sama?” gumamnya.
Kecurigaannya bertambah saat ia berbicara dengan paman Kyung-joon. Paman Kyung-joon menanyakan hubungan antara ‘Yoon-jae’ dan Kyung-joon, ia pikir Ma-ri mungkin tahu sesuatu.
Ma-ri berkata ia juga tidak tahu. Keduanya sepertinya memiliki hubungan khusus hingga ‘Yoon-jae’ tahu segala sesuatu mengenai Kyung-joon.
Paman memberitahu Ma-ri kalau ‘Yoon-jae’ membeli rumah Kyung-joon. Ma-ri terkejut. Paman menceritakan kalau ibu Kyung-joon membeli rumah itu untuk Kyung-joon agar Kyung-joon bisa kuliah di Korea. Setelah Kyung-joon mengalami kecelakaan, Paman menjual rumah itu dan “Yoon-jae’ membelinya.
Ma-ri menemui Choong-sik dan menceritakan hal itu. Choong-sik bercerita kalau ‘kakak iparnya” tadinya berniat membeli apartemen tapi malah membeli rumah. Ia juga berkata ‘kakak iparnya’ menjadi aneh sejak kecelakaan itu.
Ma-ri bertanya kecelakaan apa. Choong-sik berkata ‘Yoon-jae’ mengalami kecelakaan tak lama sebelum Ma-ri datang ke Korea. Keduanya belum tahu kalau Kyung-joon dan Yoon-jae mengalami kecelakaan yang sama tapi Ma-ri bisa mengendus ada sesuatu yang aneh.
Da-ran dan Kyung-joon membeli kopi di sebuah café. Kyung-joon memalingkan wajahnya saat melihat seorang pegawai café terluka tangannya dan berdarah. Ia menyuruh Da-ran membeli seorang diri sementara ia duduk menunggu di meja. Ia berkata ia tak tahan melihat darah.
“Ia tidak bisa melihat darah lalu bagaimana ia bisa menjadi dokter?” gumam Da-ran.
Kyung-joon duduk dengan santai dan memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Da-ran melihatnya dan berkata gaya Kyung-joon tak berubah, Kyung-joon juga suka memasukkan tangan ke saku celana saat berada di kelas.
Pelayan-pelayan di café terpesona melihat Kyung-joon. Mereka berkata Kyung-joon sangat tampan. Da-ran melihat Kyung-joon dan tersenyum. Hmm….ada kebanggaan dalam senyum itu?
Seorang wanita lewat dan tak sengaja menyenggol Kyung-joon hingga minumannya tumpah mengenai baju Kyung-joon. Wanita itu berkata akan mengganti biaya cuci baju Kyung-joon dan meminta nomor teleponnya,
Da-ran mendengar pelayan-pelayan café berkasak-kusuk kalau wanita itu sengaja menyenggol Kyung-joon untuk mendapatkan nomor telepon Kyung-joon. Itu adalah trik paling terkenal.
Da-ran melihat Kyung-joon mengeluarkan ponselnya. Ia menggerutu kalau Kyung-joon begitu mudah didapat. Ia pikir Kyung-joon memberikan nomornya pada wanita itu. Tapi ternyata Kyung-joon menelepon Da-ran.
“Apa kau hanya akan melihat saja? Kau bilang kau akan melindungi (kesucian)ku. Apa kau tak akan menghentikannya?” tanya Kyung-joon.
Da-ran membawa kopi mereka dan berdiri di sebelah Kyung-joon.
“Apa kau kekasihnya?” tanya wanita itu pada Da-ran.
“Eh? Yah…tidak…” gumam Da-ran tak jelas.
Wanita itu meminta maaf dan meninggalkan mereka. Kyung-joon bertanya jawaban apa itu barusan.
Ma-ri pergi ke rumah Kyung-joon. Mission impossible (yang tak impossible) untuk Ma-ri. Ia menaiki tembok halaman rumah Kyung-joon dan melompat masuk.
Kyung-joon kembali menanyakan keputusan Da-ran. Da-ran berkata ia telah memikirkannya masak-masak. Kyung-joon berkata semakin banyak Da-ran berpikir, biasanya semakin banyak kekacauan yang timbul karena kesalahpahaman.
“Jangan berpikir terlalu banyak. Umpannya adalah Kang Kyung-joon. Ambillah,” ujarnya.
Da-ran menatap Kyung-joon.
“Di dunia ini hanya satu orang yang paling mengenalku dan itu adalah kau. Ini bukanlah umpan yang bisa ditangkap semua ikan,” Kyung-joon meletakkan sebuah permen di meja. “Umpan ini hanya bisa ditangkap satu ikan. Umpan yang sangat menyedihkan.” (umpan = Kyung-joon = permen, ikan = para wanita)
Kyung-joon menyodorkan permen itu ke hadapan Da-ran. “Gil Teacher, tolong gigit umpannya,” katanya penuh harap.
Ma-ri melihat keadaan rumah Kyung-joon dari luar jendela. Ia melihat tempat tidur Kyung-joon di sebuah kamar. Ma-ri mengambil sebuah kursi taman dan melemparnya hingga memecahkan kaca jendela. Ia masuk ke dalam dan tangannya terluka terkena pecahan kaca.
Ma-ri tak mempedulikan lukanya dan berjalan ke kamar itu. Kecurigaannya memuncak saat melihat boneka-boneka kayu milik Kyung-joon di sebelah tempat tidur.
Sementara itu Se-young kembali ke kamar ‘Kyung-joon’. “Keduanya mengalami kecelakaan. Satu tidak sadar, dan satu lagi kehilangan ingatan?” ujarnya heran.
“Jika aku membantumu, orang-orang akan berpikir kalau aku kembali menjalin hubungan dengan Yoon-jae-sshi.”
“Karena itu agar tidak memperumit keadaan, kita tetap bertemu atau tidak bertemu sama sekali. Pilihannya hanya satu,” kata Kyung-joon.
“Kyung-joon-ah.. aku benar-benar ingin berada di sisimu untuk membantumu, tapi aku tidak ingin melihat wajah Yoon-jae-sshi lagi. Aku berusaha keras untuk melupakannya. Bisakah aku mengendalikan diri jika aku terus melihatmu dengan wajah Yoon-jae-sshi? Apakah aku tidak akan jatuh hati lagi padanya?”
Kyung-joon terlihat sedih. “Kalau begitu kau telah mengambil keputusan.”
Da-ran tak menjawab.
“Kita tidak akan bertemu lagi,” kata Kyung-joon. Heartbreaaaak…
Kyung-joon pergi meninggalkan Da-ran. Ia sempat berhenti dan menoleh. Mungkin mengharapkan Da-ran berubah pikiran. Dengan kepala tertunduk, Kyung-joon berjalan pergi.
Da-ran mengambil permen di meja lalu merenung.
Kyung-joon pulang ke rumah dan terkejut melihat rumahnya disusupi orang. Apalagi ketika melihat Ma-ri duduk di dalam rumahnya.
“Kenapa kau di sini?” tanya Kyung-joon.
“Kenapa ahjusshi ada di sini?” Ma-ri balik bertanya. “Mengapa ada di rumah Kyung-joon?”
“Karena aku membeli rumah ini,” kata Kyung-joon gugup. Ia bisa merasa kalau Ma-ri telah mencurigainya.
“Mengapa Paman tidak mengatakan padaku kalau ini rumah Kyung-joon? Paman seorang dokter kan? Aku terluka. Tolong rawat luka ini,” Ma-ri mengulurkan tangannya yang berdarah.
Kyung-joon serta merta memalingkan wajahnya.
“Paman juga takut pada darah? Kyung-joon juga,” ujar Ma-ri. Kyung-joon tertegun, tampaknya ia tidak bisa menyembunyikannya lebih lama lagi.
Da-ran berjalan ke rumah Kyung-joon, sepertinya ia telah berubah pikiran.
“Kau bukan dokter, kan? Kau bukan Seo Yoon-jae ahjusshi, kan?”
Kyung-joon diam tak menjawab.
“Apa kau Kyung-joon?” desak Ma-ri.
“Kyung-joon-ah…” seru Da-ran sambil berjalan masuk.
Ketiganya terpaku. Ma-ri sekarang yakin kalau ‘Yoon-jae’ adalah Kyung-joon.
“Apa kau benar-benar Kyung-joon?” tanyanya. “Kyung-joon-ah!”
Ia berlari memeluk Kyung-joon dan menangis memanggil namanya. Kyung-joon pasrah sementara Da-ran memperhatikan keduanya dengan terkejut.
Komentar:
Jika kita mencintai seseorang, apakah kita mencintai fisiknya saja? Atau jiwanya? Tentu saja fisik dan jiwa adalah suatu kesatuan yang tak bisa dipisahkan tapi bagaimana jika terjadi sesuatu seperti dalam drama ini?
Jika fisik sama dan jiwa di dalamnya berubah, apakah kita akan tetap bisa mencintai orang itu? Ini pertanyaan untuk Da-ran dan Se-young.
Atau sebaliknya, jika jiwanya sama tapi tubuhnya berubah, apakah kita akan tetap bisa mencintainya? Ini pertanyaan untuk Ma-ri (walau menurutku jawabannya mudah karena fisiknya fisik Gong Yoo hehe ^^).
Se-young percaya diri akan tetap mencintai ‘Yoon-jae’ walau ‘Yoon-jae’ kekanakkan. Tapi jangan lupa, ia berniat mengembalikan ‘Yoon-jae’ ke semula.
Ma-ri jelas tetap menyukai Kyung-joon walau berada dalam tubuh Yoon-jae. Tapi ia pun ingin mengembalikan Kyung-joon ke tubuh semula.
Permasalahan paling rumit dialami Da-ran. Awalnya ia bersama Kyung-joon karena Kyung-joon menempati tubuh tunangannya. Namun ketika tunangannya mematahkan hatinya, ia berusaha melupakan Yoon-jae. Dan sekarang wajah ‘Yoon-jae’ kembali muncul di hadapannya.
Tak bisa dipungkiri kalau Da-ran tanpa sadar terikat dengan Kyung-joon (walau mungkin belum cinta). Masalahnya ia tidak yakin apakah ia membantu Kyung-joon karena Kyung-joon, atau karena Yoon-jae. Bisakah ia melihat ‘Yoon-jae’ hanya sebagai Kyung-joon? Hanya Kyung-joon. Bahkan jika Da-ran akhirnya hanya melihat Kyung-joon, dapatkan Kyung-joon percaya sepenuhnya kalau Da-ran hanya melihatnya dan bukan melihat ‘Yoon-jae’? Wuih….Hong bersaudara bener-bener dalem kali ini >,<
Biar dalem unsur gokil Hong bersaudara gak pernah hilang :) semangat mbak Fanny ^^
BalasHapusakhirnya keluar juga bgian 2 nya..
BalasHapusmakasih bnyak mba fany.
^^
adoooh,, bkal dibuntutin mulu "Yoon jae" ama Ma ri.
hmm mungkin ja pas liat Ma ri meluk 'Yoon Jae',, Da Ran jadi cmburu.
hehe
keren bgt nih...oya suzy juga make gaun pengantin lo di episode entah ke berapa.
BalasHapuswah seru ceritanya
BalasHapusthank's unni
semangat ep. lanjutannya
Wah...makin seru nih ! Ditunggu episode selanjutnya ya mbak SEMANGAT...!!! hehe...:-D
BalasHapusem, setelah yoonjae kembali dan seyong boleh memilikinya-nambah rumit gimana mbak?
BalasHapusyeah! benar2 menembak itu namanya, tapi tanpa kata rayuan >__<
MARI!!!u still cute with ur new hair girl! ^^
mbak fanny, dilema nih dilema, mari-kyung joon couple lebih sweet, berkali-kali diceritain flashbacknya itu lho t.t
ahahaha iya sama dengan taktik tawar menawar:pura2 pergi, eh terus dipanggil deh ma yang ngejual :)
YAP!!! toh yang merhatiin dia sebagai kyung joon untuk pertama kali ya cuma guru gil...
dalem ke mana nih maksudnya?wkwkwkwk beginilah kalo soal pertukaran jiwa rumit bener! palagi kalo yang ngerebutin ada t-i-g-a mbak! KEREN!
MAKASIH MBAK FANNY KARENA TETEP SETIA xixixixixi
yah,coba aja deh mbak fanny yang jadi mari :P
makasih banyak ya udah dibikin sinopnya...sangat membantu dan dari sinop lain rasanya sinop mbak Fanny lebih kecerna sama saya..hehhe *emang makanan? :3
BalasHapusGomawo.