Ae-kyung benar-benar pergi kencan buta. Tentu saja pasangan kencannya bukan tipe Ae-kyung. Itulah sebabnya ia terkejut saat melihat Guru Na masuk ke restoran tempatnya berkencan. Mereka berpandangan.
“Pak Guru Na!!” seru Ae-kyung sambil berlari menghampiri Guru Na dengan dramatis. Love…love…love….
“Kau datang? Apa kau ke sini untuk menghentikanku menemui kencan buta-ku? Jika begitu, seharusnya kau datang lebih cepat,” Ae-kyung merajuk sambil memukuli dada Guru Na.
“Mengapa kau baru datang sekarang?” Ae-kyung memeluk Guru Na.
“Na Hyo-sang!! Apa yang sedang kaulakukan?!” terdengar suara seseorang memanggil guru Na.
Doenk!! Ae-kyung tertegun. Teman-teman Guru Na bertanya apa yang guru Na sedang lakukan, mengapa tidak cepat menghampiri mereka. Sigh, mereka ngga liat apa ya kalau Guru Na lagi beradegan romantis >,<
“Kau ke sini untuk menemui teman-temanmu?” bisik Ae-kyung. Guru Na berkata ia hendak reuni dengan teman-teman SMA-nya. Tangan Ae-kyung yang memeluk pinggang guru Na langsung lemas.
Ae-kyung menyuruh Guru Na pergi, lalu ia menutupi mukanya dan berlari keluar. Gubrak!! Ae-kyung terjatuh. Tapi Ae-kyung tidak menoleh ke belakang, ia terus berlari keluar meninggalkan sebelah sepatunya. Cinderae-kyung^^
Ae-kyung menangis tersedu-sedu di bangku taman. Ia sangat malu, bagaimana bisa ia pergi ke sekolah besok? Guru Na menemukannya dan menaruh sebelah sepatu Ae-kyung di dekat kaki Ae-kyung yang tak bersepatu. Ia berkata ia khawatir karena Ae-kyung pergi dalam keadaan seperti tadi.
“Sambil mencarimu, aku terus berpikir mengapa kau bersikap seperti tadi. Aku benar-benar tidak tahu kenapa.”
“Kau benar-benar tidak tahu? Apa kau bodoh?”
“Ya, aku tidak bisa menemukan jawabannya,” kata Guru Na bingung.
Ae-kyung bangkit berdiri lalu menendang kaki Guru Na. Guru Na membungkuk kesakitan. Ae-kyung merengkuh wajah Guru Na lalu mengecup bibirnya. Guru Na terbelalak kaget. Ae-kyung tak mengatakan apa-apa lagi dan pergi meninggalkan Guru Na yang shock berat ^^
Choong-sik menemani Ma-ri berbelanja. Tak seperti biasanya, wajahnya tak terlihat berbunga-bunga seperti biasanya bila ia bersama Ma-ri. Pasalnya Ma-ri sedang mencari pakaian untuk meniru penampilan Da-ran.
“Ma-ri, aku benar-benar tak mengerti. Kau akan berpakaian seperti kakakku, untuk pergi bersama Seo Yoon-jae ke pameran lukisan kakek yang selama ini kauikuti, demi Kang Kyung-joon yang saat ini terbaring di rumah sakit?”
Ma-ri mengangguk.
“Ah…rumit sekali,” Choong-sik memegangi pangkal hidungnya.
Ma-ri menaruh kedua jarinya di pelipis Choong-sik. “Gil Choong-sik, kosongkan otakmu. Cukup lihat dengan wajahmu,” Ma-ri tersenyum manis. Seketika itu juga Choong-sik benar-benar mengosongkan otaknya dan kembali menjadi Choong-sik yang berbunga-bunga melihat Ma-ri.
Ma-ri kembali bertampang judes. Choong-sik berkata mengosongkan otaknya benar-benar cara yang bagus. Melihat Ma-ri sama sekali bukan hal yang rumit. Ma-ri tidak mempedulikannya, ia sibuk mematut diri agar cocok berdiri di samping Kyung-joon.
Tapi kegembiraan Ma-ri tidak berlangsung lama. Kyung-joon mengirim sms untuk memberitahu Ma-ri bahwa ia akan pergi ke pameran bersama Da-ran. Ia akan memberitahu hasilnya setelah ia pulang.
Kyung-joon dan Da-ran pergi ke pameran itu. Kyung-joon mengulurkan lengannya untuk digandeng oleh Da-ran. Da-ran pikir Kyung-joon hendak membantunya berjalan karena luka bakar di kakinya. Ia masih bisa berjalan sendiri.
“Apakah semua wanita itu menggandeng tangan pasangan mereka karena mereka tidak bisa berjalan?” tanya Kyung-joon. Ternyata semua pasangan di pameran itu bergandengan tangan. Da-ran menggandeng tangan Kyung-joon.
Da-ran bertanya-tanya di mana Prof. Park. Kyung-joon nampaknya tidak ingin terburu-buru bertemu Profesor. Da-ran menyadari kalau Kyung-joon sebenarnya merasa gugup. Ia kembali menggandeng tangan Kyung-joon.
“Untunglah aku membantumu berjalan,” katanya. Kyung-joon tersenyum. Da-ran berkata semuanya akan berjalan baik.
Da-ran terpesona melihat deretan rangkaian bunga ucapan selamat di dekat jendela. Kyung-joon berkata semua bunga itu nantinya mungkin akan dibuang.
“Cantik sekali, aku suka bunga matahari. Jika mereka memang akan membuangnya, kita bisa datang saat penutupan nanti dan mengambil bunga-bunga itu.”
“Untuk apa? Kau mau mengambil biji matahari dan menghancurkannya untuk membuat minyak?” tanya Kyung-joon. So unromantic ;p
Da-ran mendapat telepon dari ibu Yoon-jae. Ibu Yoon-jae masih mendesak Da-ran untuk pergi bersamanya. Ia ingin mempersiapkan Da-ran untuk pergi ke pertemuan istri para dokter. Da-ran berkata ia sedang pergi bersama “Yoon-jae” saat ini.
“Kami sedang berada di pameran lukisan Prof. Park Min-kyu,” kata Da-ran. Ibu Yoon-jae kaget.
“Kau bilang Yoon-jae menemui Park Min-kyu?”
Da-ran membenarkan, tapi mereka belum bertemu dengan Prof. Park.
“Keluar dari sana sekarang juga!! Kalian berdua!”
“Apa?”
“Bawa Yoon-jae ke sini sekarang juga!”
Da-ran kebingungan. Ibu Yoon-jae membentak agar mereka datang secepatnya. Melihat Da-ran kebingungan, Kyung-joon merebut ponsel Da-ran.
“Ibu, kami sedang berada di pameran sekarang. Aku tutup teleponnya,” Kyung-joon menghentikan pembicaraan. Ia berkata Da-ran seharusnya menolak dengan tegas, mengapa harus bersusah-susah?
Ibu Yoon-jae menelepon lagi tapi Kyung-joon melarang Da-ran mengangkatnya. Tidak sopan menerima telepon dalam acara seperti ini. Da-ran menurut, ia akan menelepon ibu Yoon-jae setelah mereka keluar dari pameran.
Da-ran dan Kyung-joon melihat Prof. Park berbicara dengan beberapa wartawan. Mereka harus menunggu. Walau Kyung-joon bersikap cuek tapi diam-diam ia merasa penasaran dan sesekali mencuri pandang Prof. Park.
Ma-ri tetap hendak pergi ke pameran (dengan gaya Da-ran). Kyung-joon kan tidak melarangnya ke sana walau mereka tidak pergi bersama. Ia mendapat telepon dari ayahnya. Ayahnya mengatakan sesuatu mengenai seseorang yang mencari Kyung-joon. Ma-ri sangat terkejut.
Prof. Park melihat Da-ran dan Kyung-joon berjalan mendekat. Ia mendekati Kyung-joon dan menyapanya dengan ramah.
“Yoon-jae, lama tak bertemu.”
“Selamat atas pameran Anda.”
Kyung-joon memperkenalkan Da-ran. Prof. Park mengucapkan selamat atas pernikahan keduanya. Kyung-joon berkata ia hendak menanyakan sesuatu.
“Apa Anda mengenal Kang Hee-soo?”
“Tentu saja aku mengenalnya, ia dulu muridku.”
“Kalau begitu apa Anda mengenal anaknya, Kang Kyung-joon?” tanya Kyung-joon.
Prof. Park berkata ia sudah mendengar mengenai kecelakaan Yoon-jae, apa Yoon-jae tidak ingat mereka pernah bertemu setahun lalu. Kyung-joon berkata ia tidak ingat apapun. Prof. Park mengangguk mengerti.
“Mengapa kau bertanya mengenai Hee-soo dan puteranya?” tanya Profesor.
“Ada sesuatu yang ingin kuperjelas.,” Kyung-joon mengeluarkan dompetnya dan memperlihatkan gambar malaikat pada Profesor.
Dasar Kdrama, selalu saja ada “timing tak tepat”. Belum sempat Profesor melihat gambar itu, ibu Yoon-jae datang dan berseru memanggil anaknya. Kyung-joon mengambil dompetnya kembali.
Ibu Yoon-jae menyapa Prof. Park. Ia berkata Prof. Park tentunya sudah dengar mengenai keadaan “Yoon-jae” dari suaminya. Kyung-joon berkata ia hendak menanyakan sesuatu pada Prof. Park, tapi ibu Yoon-jae berkata ia ingin berbicara dengan “Yoon-jae” terlebih dahulu.
Terpaksa Kyung-joon mengikuti ibu Yoon-jae sementara Da-ran menunggu bersama Prof. Park. Profesor meminta Da-ran menyampaikan pada “Yoon-jae” bahwa tidak ada yang dapat ia katakan mengenai apa yang “Yoon-jae” tanyakan.
Ibu Yoon-jae menarik Kyung-joon ke tempat sepi dan bertanya apa yang hendak “Yoon-jae” tanyakan pada Prof. Park. Kyung-joon berkata ia hendak bertanya mengenai Kang Kyung-joon.
“Kenapa?”
“Dia anak yang mengalami kecelakaan bersamaku dan sekarang berada di rumah sakit. Aku sedang berusaha mencari ayahnya. Aku bertanya pada Profesor karena kudengar ia dekat dengan ibu Kyung-joon. Jika Ibu dan Ayah mengenal Profesor, apakah kalian mengenal ibunya juga? Namanya Kang Hee-soo.”
Ibu Yoon-jae berbohong, ia bilang baru pertama kali ini ia mendengar nama itu. Ia berkata ia lebih suka jika ‘Yoon-jae” tidak mengurusi Kyung-joon.
“Dokter Seo!!” terdengar Ma-ri memanggil.
Kyung-joon menoleh. Ma-ri melambai-lambaikan tangan agar Kyung-joon mendekat. Kyung-joon berkata ia akan mengurusi masalah ini (masalah Kyung-joon), jadi ia minta ibu Yoon-jae tidak ikut campur. Tanpa berkata apa-apa lagi, Kyung-joon menghampiri Ma-ri. Ibu Yoon-jae terlihat cemas.
Ma-ri menarik Kyung-joon. Ia berkata Profesor Park bukanlah ayah Kyung-joon. Ia baru saja mendapat telepon dari ayahnya, yang memberitahu kalau ayah Kyung-joon sedang mencari Kyung-joon.
Prof. Park menyesal tidak bisa hadir dalam pernikahan Da-ran dan “Yoon-jae” (emang ngga diundang kaleeee, kan belum kenal^^). Da-ran meminta maaf, pernikahan mereka memang cukup terburu-buru.
“Apa kau tahu pernikahan itu bisa terjadi karena aku?” tanya Prof. Park. “Kurasa Yoon-jae belum memberitahu soal ini. Kalian berdua bertemu dalam sebuah pernikahan secara kebetulan, bukan? Waktu itu Yoon-jae sedang terburu-buru meninggalkan tempat pernikahan untuk menemuiku. Tapi ia bertubrukan denagn seorang gadis yang sedang berusaha menangkap buket bunga. Begitukah cara kalian bertemu?”
Da-ran terkejut, jadi alasan waktu itu Yoon-jae terburu-buru karena Prof. Park (bukan karena Se-young)? Prof. Park membenarkan, bahkan Yoon-jae berterima kasih pada Prof. Park karena pernikahannya bisa menjadi kenyataan. Da-ran terkejut dengan kenyataan yang baru diketahuinya.
Kyung-joon dan Ma-ri menghampirinya. Kyung-joon mengajak Da-ran pergi. Ma-ri berkata Profesor bukanlah ayah Kyung-joon dan ayah Kyung-joon sedang mencari Kyung-joon saat ini.
“Benarkah? Itu bagus,” kata Da-ran, masih terpengaruh dengan perkataan Profesor. Kyung-joon menyadari ekspresi Da-ran yang aneh.
“Ada apa?” tanyanya.
“Aku harus menemui seseorang untuk memperjelas sesuatu. Aku pergi duluan,” Da-ran bergegas pergi. Kyung-joon terlihat khawatir.
Kyung-joon dan Ma-ri berjalan-jalan dalam pameran itu. Ma-ri masih membicarakan ayah Kyung-joon (ayah Yoon-jae) yang sudah diberitahu mengenai keadaan “Kyung-joon” di rumah sakit. Ayah Kyung-joon pasti akan mencari ke sana. Tapi Kyung-joon tidak terlalu memperhatikan. Ia malah melihat ke arah bunga-bunga pameran yang sedang disingkirkan.
“Aku seharusnya mengejarnya (Da-ran),” gumam Kyung-joon. Ma-ri mengira yang dimaksud Kyung-joon adalah Prof. Park.
“Aku harus pulang. Sepertinya ada yang salah dengan Gil teacher.”
“Kau tidak akan ke rumah sakit? Apa Ibu Guru lebih penting dari ayahmu?”
“Ya, Gil teacher lebih penting dari ayahku yang tak pernah kulihat. Apalagi jika ia terluka karena ikut denganku ke sini.”
Kyung-joon menemui petugas yang hendak menyingkirkan bunga matahari di tempat pamera. Ia membeli bunga-bunga itu dan membawanya pulang.
Kyung-joon tiba di rumah dan mencari tempat yang “tepat” untuk menaruh bunga-bunga itu. Ia ingin menaruh di tempat yang terlihat agar Da-ran bisa memungutnya.
Di meja? Rak buku? Disebar di tangga? Di sofa? Balik lagi di meja O_o Kyung-joon memutuskan itu tempat terbaik. Ok, I take it back...he’s romantic ^^
Da-ran pergi menemui Se-young. Ia berkata ia diberitahu seseorang kalau Yoon-jae tidak pergi menemui Se-young saat hari Da-ran terjatuh dari tangga.
Se-young kesal mengapa Da-ran masih mempermasalahkan hal itu sekarang. Bukankah Da-ran sudah menikah dengan “Yoon-jae”? Da-ran berkata hal itu sangat penting baginya.
Se-young akhirnya mengaku kalau ia tadinya berpikir Yoon-jae ragu-ragu untuk menikah karena dirinya. Tapi setelah ia pikirkan lagi, ada hal lain yang mengganggu pikiran Yoon-jae (Se-young sudah tahu mengenai Kyung-joon yang adalah adik Yoon-jae).
“Apa itu?”
“Aku putuskan untuk tidak ikut campur. Aku mengaku, pada hari itu hati Yoon-jae tidak tergoyahkan karena aku.”
“Jadi kunci Se-young-sshi yang dimiliki Yoon-jae-sshi, apa maksudnya itu?”
“Ia tidak pernah datang. Tidak satu kalipun. Aku menunggunya datang ke apartemenku, tapi ia tidak pernah menggunakan kunci itu untuk masuk ke apartemenku? Apa sudah cukup? Apa kau puas sekarang?” ujar Se-young.
Da-ran jadi kesal Se-young marah padanya. Se-young yang telah mengacaukan semuanya dengan menimbulkan kesalahpahaman. Tapi Se-young berkata itu semua tak ada artinya lagi, Da-ran kan telah menikah dengan “Yoon-jae”. Da-ran terpaku, apa yang dikatakan Se-young benar, ia telah menikah dengan Yoon-jae.
Masalahnya, kesalahpahaman itu yang membuat Da-ran memutuskan hubungannya dengan Yoon-jae. Ia mengira dirinya masih mencintai Yoon-jae hingga mau menikah dan bertekad untuk menanti Yoon-jae kembali. Jadi semua pengakuan Se-young sebenarnya tak ada artinya lagi. Penyebab kegusaran Da-ran adalah ternyata Yoon-jae selama ini setia padanya, namun Da-ran jatuh cinta pada Kyung-joon. Artinya, dirinya yang telah tidak setia.
Da-ran teringat pada Yoon-jae yang berhati hangat. Ternyata selama ini ucapan Yoon-jae untuk menikahinya benar-benar tulus. Dan kemungkinan besar Yoon-jae akan mengatakan kalau ia mencintai Da-ran saat kecelakaan itu terjadi.
Kyung-joon menantikan Da-ran pulang. Begitu Da-ran tiba, ia cepat-cepat duduk di kursi. Pura-pura cuek. Da-ran melihat buket bunga di meja. Kyung-joon berkata ia bersusah payah mendapatkan bunga-bunga itu. Da-ran tidak terlihat senang.
“Ada apa? Kau tidak menyukainya? Apa terjadi sesuatu? Apa ada yang mengatakan sesuatu lagi?” tanya Kyung-joon khawatir.
“Kyung-joon-ah…semuanya adalah kesalahpahaman. Yoon-jae-sshi tidak pernah berselingkuh dengan Lee Se-young-sshi. Sejak awal ia mengejarku dan terus menyukaiku. Ketika ia bilang akan bertanggungjawab, ia bersungguh-sungguh,” air mata menetes di pipi Da-ran.
“Syukurlah,” kata Kyung-joon mencoba tersenyum, walau jelas ia kecewa. Ia bahkan mengucapkan selamat dan memberikan buket bunga itu pada Da-ran.
“Baguslah kau hanya menunggu Seo Yoon-jae selama ini. Kerja bagus Gil Da-ran.”
Da-ran menatap bunga-bunga di tangannya sambil menangis. Kyung-joon bertanya apakah Da-ran sangat menyukai Yoon-jae, jika begitu Da-ran bisa menunggu Yoon-jae dengan gembira sampai Kang Kyung-joon pergi.
Da-ran menatap Kyung-joon. Kyung-joon berkata ia tidak akan mengganggu Da-ran lagi, lalu pergi ke kamarnya. Da-ran memeluk bunga-bunga itu erat-erat dan menangis.
Choong-sik menghampiri Da-ran yang sedang termenung di bangku taman sekolah. Ia dengar Da-ran tidak ikut mencari batu “menantu Seo” karena ada janji dengan ibu Yoon-jae.
Melihat wajah Da-ran yang tak bersemangat dan sedih, Choong-sik bertanya apakah kakaknya sedang sakit. Atau bertengkar dengan kakak ipar?
Telepon Da-ran berbunyi. Choong-sik melihat ibu Yoon-jae yang menelepon. Da-ran ragu untuk mengangkat teleponnya. Choong-sik melihat ekspresi kakaknya dan bertanya apakah kakaknya takut dengan ibu mertuanya? Da-ran berkilah tidak seperti itu. Ia akhirnya mengangkat telepon ibu Yoon-jae sambil berjalan menjauh dari Choong-sik. Choong-sik bertanya-tanya apakah kakaknya bermasalah dengan mertua.
Teddy Bear marah karena kaki Kyung-joon menghalangi jalur rel kereta api mainan yang sedang dibuatnya. Ia menyuruh Kyung-joon menyingkir.
“Menghalangi? Menyingkir? Teddy Bear, apa aku juga harus disuruh menyingkir darimu? Karena rel-rel bodoh ini?” kata Kyung-joon kesal.
“Dokter harusnya bekerja bersama orang-orang dewasa lainnya.”
“Ini waktunya bagiku untuk bermain dan beristirahat juga, bukan waktunya bagiku untuk bekerja.”
“Kalau begitu berapa umurmu?” tanya Teddy Bear dalam bahasa banmal (pergaulan).
“Aku tetap lebih tua darimu. Apa-apaan, berbicara denganku dalam banmal… Ah, sudahlah lupakan. Sebentar lagi, dokter bertangan hangat yang kalian sukai akan kembali. Aku pergi,” Kyung-joon beranjak dari lantai.
“Oppa!” panggil Kelinci, “Oppa, kembalilah.”
“Kelinci!” ujar Kyung-joon kaget, “Ini rahasia ya…”
Kelinci mengangguk. Hmm… sepertinya Kelinci tahu kalau “Yoon-jae” bukanlah Yoon-jae, si dokter bertangan hangat.
Kyung-joon berpapasan dengan perawat yang menjagai “Kyung-joon”. Perawat itu berkata ada seorang pria yang sedang menjenguk “Kyung-joon” saat ini. Kyung-joon terkejut. Ayahnya!!
Ayah Yoon-jae masuk ke kamar “Kyung-joon”. Ia menggenggam tangan putera bungsunya.
“Ayah minta maaf. Kau adalah puteraku.”
Kyung-joon tiba di kamar itu tapi ayah Yoon-jae sudah tak ada. Kyung-joon mengikuti sosok ayah Yoon-jae yang berjalan pergi. Dari arah berlawanan, Ma-ri dan Choong-sik menghampiri Kyung-joon.
Ayah Yoon-jae membelok dan hilang dari pandangan. Ma-ri bertanya apakah “dia” (ayah Kyung-joon) sudah datang? Kyung-joon berkata ia tidak tahu, dan berbalik pergi.
Choong-sik mengejar Kyung-joon dan memanggilnya.
“Kakak ipar, aku menanyakan hal ini sebagai anak laki-laki tertua dalam keluarga Gil. Apakah Ibumu bersikap buruk pada kakakku?”
“Memangnya ada apa?”
“Sepertinya kakak akan menemuinya hari ini. Tapi wajah kakak seperti seekor babi yang hendak menuju tempat pemotongan daging. Karena kakak sangat menyukaimu, ia akan bertahan tanpa mengatakan apapun. Tolong jangan persulit dia dan membuatnya susah.”
Kyung-joon jadi kesal karena Choong-sik menganggapnya telah menyusahkan Da-ran. Ia juga kesal mengapa Da-ran seperti itu, bukankah ia sudah menyuruh Da-ran menanti Yoon-jae dengan hati gembira?
Da-ran menemui ibu Yoon-jae. Ibu Yoon-jae menaruh sebuah kotak (sepertinya kotak perhiasan) di atas meja. Selama ini ia menabung sedikit demi sedikit untuk menantunya. Ia mengaku Da-ran tak memenuhi kriterianya, jadi selama ini ia menunjukkan banyak sisi buruknya pada Da-ran. Sekarang ia ingin berdamai, dan berhubungan baik satu sama lain karena Yoon-jae telah memilih Da-ran.
“Aku…tidak bisa menerimanya. Aku tidak berhak..” kata Da-ran sambil menunduk.
Ibu Yoon-jae jadi kesal, mengira Da-ran berulah untuk membalasnya. Da-ran menggeleng dan mulai menangis. Ia berkata ia tidak mendekati sedikitpun dengan kriteria menantu yang diinginkan ibu Yoon-jae. Ia bukanlah apa-apa.
“Bahkan ketika Yoon-jae berada di sisiku, aku selalu tidak percaya diri dan gugup. Tapi aku yang meragukannya dan membiarkannya pergi. Aku sendiri yang menghapusnya dari hidupku. Aku orang yang jahat.”
“Jika kau tahu kau berkekurangan, maka sekarangpun kau bisa menyingkir,” ujar ibu Yoon-jae tenang. Ia membiarkan ”Yoon-jae” menikahi Da-ran karena kondisi “Yoon-jae”, padahal ia tidak pernah menerima Da-ran sebagai menantunya.
Da-ran berkata ia tidak bisa meninggalkan “Yoon-jae” saat ini. “Yoon-jae” masih membutuhkannya.
“Kalau begitu, saat Yoon-jae kembali seperti dulu dan berkata ia tidak membutuhkanmu, dapatkah kau menyingkir?”
“Ya,” Da-ran mengangguk.
“Jika kau tahu kau tak pantas untuk Yoon-jae, bisakah kau melepaskannya?”
“Saat Yoon-jae-sshi kembali seperti dulu, aku akan mengaku padanya betapa jahatnya aku dan akan melepasnya pergi.”
Da-ran berjalan menyusuri lorong hotel tempat ibu Yoon-jae menginap. Kyung-joon menghampirinya dan melihat Da-ran habis menangis. Kyung-joon langsung memegang tangan Da-ran dan menariknya kembali ke kamar ibu Yoon-jae. Dengan marah ia berkata ia akan membalas ibu Yoon-jae yang telah membuat Da-ran menangis, sebanyak nilai wajah Yoon-jae (artinya: banyak banget).
Da-ran menepis tangan Kyung-joon. Kyung-joon berkata ia akan menggantikan Yoon-jae untuk membalas. Ia menarik Da-ran kembali.
Ibu Yoon-jae berkata pada suaminya kalau ia akan menunda kepulangannya ke Amerika karena ia khawatir pada Yoon-jae.
“Aku melihat Kyung-joon. Kau dan Yoon-jae juga harus menemuinya. Jika kau tidak mau, maka aku setidaknya akan membawa Yoon-jae melihatnya,” kata ayah Yoon-jae. Ibu Yoon-jae tidak terkejut, ia menatap suaminya dengan tajam.
Da-ran meronta-ronta dan melepaskan diri dari pegangan Kyung-joon.
“Hentikan! Aku tidak bisa melakukannya!” seru Da-ran.
“Mengapa tidak bisa? Aku menyuruhmu menunggu dengan kegembiraan. Mengapa kau membuatku sesak dengan selalu terluka, menderita, membiarkan orang lain mematahkan semangatmu, dan terus menangis?!”
“Jika kau merasa sesak dan tercekik, maka jangan menemuiku! Aku menanganinya dengan cara orang dewasa, tapi mengapa kau ikut campur dan mengacaukan semuanya!”
“Apakah menahan segalanya seperti orang bodoh adalah hal yang dilakukan orang dewasa?” tanya Kyung-joon kesal.
Da-ran berkata orang dewasa tidak akan melakukan sesuatu jika ia tahu hal itu buruk. Melakukan sesuatu yang jelas salah hanya karena kita menginginkannya, adalah tindakan kekanakkan.
Kyung-joon menarik tangan Da-ran dan menatapnya lekat-lekat.
“Karena aku anak-anak, apakah aku boleh melakukan apapun yang kuinginkan? Jika kau menangis satu kali lagi, baik kau siap atau tidak, aku akan membawamu pergi dan melarikan diri.”
Da-ran terpana.
Komentar:
Pelajaran untuk menjadi dewasa: cinta tidak bisa dipaksakan...(yang jelas, menjahit dan menyetrika tidak manjur untuk menahan perasaan cinta ^_^)
Pertanyaan: adakah cinta yang salah? hmmm....no comment
Sigh...Da-ran pasti bingung sekali saat ini. Yoon-jae yang dikiranya berselingkuh ternyata tidak berselingkuh. Sedangkan dirinya yang bertekad setia menanti Yoon-jae, malah jatuh cinta pada Kyung-joon. Apa jadinya jika ia tahu Kyung-joon ternyata adik Yoon-jae?
Drama ini sangat fokus dalam mengikuti kisah cinta Da-ran dan Kyung-joon hingga terasa sangat lambat dan agak berputar-putar dengan maju mundurnya perasaan mereka. Bukan karena mereka tidak saling mencintai, tapi karena ada “Yoon-jae” tak terlihat yang berada di tengah mereka. Kangen sama kekonyolan mereka berdua di episode-episode awal >,<
jadi cemas mikirin Da-ran yg kejepit cinta kakak beradik.msh bs happy ending kn Mbak?
BalasHapusah ribet ne kaya sinetron indonesia aja.....
BalasHapusbaca bagian 'bunga matahari'ny smbl dengerin ostny (davichi - because its you) nyesek bgt
BalasHapus