Rupanya lorong bawah tanah Seoul adalah tempat yang mengerikan. Tempat itu dipenuhi para tunawisma dan pemabuk yang meminta-minta uang. Da-ran mulai merasa ketakutan, apalagi ketika dua orang pemabuk berjalan mendekatinya dari depan dan belakang.
Seseorang menarik tangannya. Da-ran berteriak ketakutan. Ternyata Kyung-joon. Da-ran kesal karena Kyung-joon mengagetinya.
“Apa kau gila?! Bagaimana bisa kau datang ke tempat seperti ini sendirian?!” Kyung-joon memarahi Da-ran.
“Aku tidak apa-apa, mengapa kau marah?” tanya Da-ran sedikit kaget melihat Kyung-joon begitu marah. Sebenarnya Kyung-joon marah karena ia sangat khawatir terjadi sesuatu pada Da-ran, mungkin juga khawatir kejadian ibunya terulang kembali.
Choong-sik memanggil kakaknya dan menghampiri mereka. Kyung-joon berjalan pergi meninggalkan mereka. Da-ran memukuli dan memarahi adiknya yang telah membuatnya sangat khawatir. Hmmm…kalo aja Da-ran ngga lemot, dia akan sadar kalau tadi Kyung-joon marah karena khawatir sama seperti sekarang dia marah pada Choong-sik.
Ma-ri melihat Kyung-joon dengan takut-takut. Kyung-joon berjalan melewati Ma-ri begitu saja.
Choong-sik pulang ke rumah. Ibunya langsung memeluknya. Sementara Ayah dengan wajah tegas menyuruh Choong-sik tidur, besok mereka akan bicara. Choong-sik mengangguk, lalu memeluk ibunya.
Ayah bertanya pada Da-ran apakah ‘Yoon-jae’ yang telah menemukan Choong-sik. Da-ran membenarkan. Ayah ingin bertemu dengan ‘Yoon-jae’ juga untuk makan bersama. Tampaknya hati ayah melunak karena ‘Yoon-jae’ telah menemukan Choong-sik.
Da-ran menemukan Ma-ri sedang menangis. Ia duduk di sebelahnya dan menanyakan apa sebabnya.
“Kyung-joon benar-benar marah… karena aku berbohong lagi. Dia bilang ibu Guru akan berada dalam keadaan bahaya dan ia menjadi sangat marah. Tapi…..aku tidak sengaja.”
“Tidak apa-apa,” kata Da-ran menghibur Ma-ri.
“Alasan Kyung-joon tidak menyukaiku adalah karena ia berpikir ibunya mati karena aku. Hari itu, ayahku akan melamar ibunya. Waktu itu, aku berbohong.”
Kilas balik:
Amerika. Ma-ri menemui Kyung-joon dan memberitahu kalau ayahnya akan melamar ibu Kyung-joon. Ia tidak mau itu terjadi dan ia tahu Kyung-joon juga tidak menginginkannya. Ma-ri berkata ia akan menahan ayahnya pergi dengan berbohong kalau ia terluka. Ia minta Kyung-joon juga menahan ibunya untuk pergi menemui ayahnya. Waktu itu Kyung-joon hanya diam.
“Hari itu, ibu Kyung-joon tertembak dan mati. Ia tidak akan mati jika ia bertemu dengan ayahku. Itu semua kesalahanku,” kata Ma-ri sedih.
Da-ran baru mengetahui apa yang terjadi. Ia pergi ke rumah Kyung-joon dan melihat Kyung-joon duduk termenung di bangku taman. Kyung-joon menceritakan peristiwa yang terjadi setelah Ma-ri menemuinya.
Kilas balik:
Ibu Kyung-joon memberitahu kalau ia ada janji hari ini. Kyung-joon cemberut dan melarang ibunya pergi. Ia mengancam tidak mau bertemu dengan ibunya lagi jika ibunya pergi memenuhi janji pertemuan itu (dengan ayah Ma-ri). Ibu Kyung-joon tersenyum dan berkata ia akan tinggal bersama puteranya. Mereka meninggalkan restoran malam itu. Tiba-tiba dua orang pria muncul dan menembak ibu Kyung-joon (walau dalam deskripsinya dikatakan perampokan tapi rasanya aneh, perampok tidak akan menembak begitu saja tanpa meminta apapun, dan lagi hanya ibu Kyung-joon yang ditembak).
Darah terciprat ke wajah Kyung-joon. Kyung-joon shock melihat ibunya roboh ke tanah. Darah mengalir ke jalanan.
“Aku tidak suka ibuku menjadi orang lain. Waktu itu aku merajuk seperti anak kecil dan aku tidak bisa melihat ibuku lagi,” ujar Kyung-joon hampir tanpa ekspresi. (Ma-ri tidak ingin ayahnya menikah dengan ibu Kyung-joon karena ia tidak ingin menjadi saudara tiri Kyung-joon. Sementara Kyung-joon tidak ingin ibunya berubah setelah menikah, selama ini mereka hanya hidup berdua.)
Da-ran menghampiri Kyung-joon dan melingkarkan lengannya memeluk Kyung-joon dari belakang.
“Itu bukan kesalahanmu. Kau hanya seperti Choong-sik, itu saja. Itu bukan kesalahanmu.” Kyung-joon hanya diam.
Keesokan harinya orangtua Da-ran menraktir Guru Na di restoran mereka sebagai tanda terima kasih atas pertolongannya mencari Choong-sik. Guru Na tidak datang sendirian. Ia datang bersama Ae-kyung dan …..wakepsek! Wakepsek ingin bertemu dengan ayah Da-ran.
Wakepsek memanggil “sunbae-nim” (senior) pada ayah Da-ran. Ayah Da-ran menjelaskan ia dan wakepsek Kim pernah mengajar di sekolah yang sama dan pernah mengajar di tingkat yang sama dua kali.
“Ia pernah menjadi wali kelasku di SMA,” kata ibu Da-ran sambil menunjuk Wakepsek. Hihi..wakepsek ternyata mantan guru Ibu Da-ran dan pernah naksir ayah Da-ran (sepertinya sampai sekarang).
Ibu Da-ran menyapa mantan wali kelasnya. Jelas wakepsek tidak suka dengan ibu Da-ran, ia berkata ibu Da-ran semakin kelihatan tua.
“Walau pikiranmu tidak berubah, penampilanmu jelas berubah,” ujar wakepsek.
“Ibu Guru, kata-katamu masih membuat orang marah dan keras,” sahut ibu Da-ran.
“Kau masih bodoh,” Wakepsek tak mau kalah. Ayah Da-ran membela, istrinya seorang yang pintar.
Paman Kyung-joon masuk ke restoran itu. Ibu Da-ran segera meladeninya. Paman Kyung-joon bertanya-tanya mengapa ibu Da-ran tak mengenalinya, apakah karena kumisnya? Paman menutupi kumisnya dengan jari.
Ayah Da-ran kembali ke dapur restoran. Ibu Da-ran merapikan celemek suaminya. Keduanya sangat mesra. Wakepsek dan paman Kyung-joon jadi cemburu. Wakepsek mencengkeram serbet di meja, sementara paman mencengkeram botol bumbu….wah CLBK nih^^
Wakepsek dan paman berpandangan. Keduanya saling mengenali.
Kilas balik:
Ibu Da-ran masih murid SMA. Ia suka membawakan makan siang untuk ayah Da-ran. Wakepsek melihatnya dan dengan kesal menggigit sapu tangannya.
Sementara itu dari atas balkon, paman Kyung-joon juga patah hati melihat pujaannya makan siang bersama orang lain. Ia menggenggam batu kuat-kuat. Saat itu wakepsek dan paman Kyung-joon saling melihat satu sama lain.
“Orang yang selalu memegang batu dan mengawasi keduanya. Kau orang itu, kan?” kata wakepsek dalam hati. Ia mengangguk pada paman Kyung-joon.
“Orang yang selalu bersembunyi di balik pohon sambil menggigit sapu tangan…..Kau guru itu, kan?” kata paman Kyung-joon dalam hati. Ia balas mengangguk pada wakepsek.
“Ketika orang semakin bertambah tua, kulihat wajah bukanlah segalanya,” kata wakepsek keras-keras, menyindir ibu Da-ran.
“Mungkin karena restoran ini terlihat aneh, tapi mereka memang kelihatan tua…” sahut paman Kyung-joon tak kalah keras. Keduanya tertawa geli.
Choong-sik membual pada teman-temannya. Ia kembali ke rumah karena Ma-ri mengkhawatirkannya. Hehe…tampaknya Choong-sik dipukul oleh ayahnya hingga tak bisa duduk.
“Dia dipukul ibunya,” ujar temannya. Hehe...Mom is da bomb^^
“Kubiarkan ia memukulku agar ia merasa lebih baik. Kalian harus memperhatikan ibu kalian dengan baik,” kata Choong-sik. “Buatlah pemberontakan kalian sesingkat mungkin. Jika kau mengulurnya, kau akan kehilangan kesempatan untuk berhenti.” (pepatah by Kyung-joon^_^)
Teman-teman Choong-sik menyarankan agar Choong-sik menyerah saja pergi ke Amerika. Choong-sik tidak mau, ia akan mengikuti Ma-ri. Tapi, Choong-sik dengan sedih berkata kalau Ma-ri akan mengikuti Kyung-joon.
Memang, Ma-ri berjongkok di depan tembok rumah Kyung-joon. Kyung-joon keluar rumah dan melihatnya. Ia bertanya apa yang dilakukan Ma-ri di sana.
Ma-ri membawakan es yang disukai Kyung-joon. Tapi es itu sudah meleleh.
“Semua salahku, aku mengacaukan semuanya,” gumamnya sedih. Kyung-joon mengambil es itu dari tangan Ma-ri.
“Bukan salahmu. Cuaca memang panas. Ibuku juga, bukan salahmu.”
“Sekarang aku tidak akan merajuk. Aku juga tidak akan melakukan keinginanku seenaknya,” kata Ma-ri.
Kyung-joon menepuk kepala Ma-ri seperti kebiasaannya, dan tersenyum. Ma-ri tersenyum lega.
Da-ran mengunjungi ‘Kyung-joon’ di rumah sakit. Ia memikirkan tawaran Kyung-joon untuk menikah dan mengembalikan keadaan seperti semula. Tampaknya Da-ran telah mengambil keputusan.
Anehnya, ia menemui Se-young untuk memberitahu keputusannya itu. Ia berkata ia tidak akan goyah lagi mengenai perasaan Yoon-jae padanya. Se-young tersenyum, tadinya ia ingin memberitahu Da-ran yang sebenarnya. Apakah sekarang tidak perlu lagi?
“Lakukan sesukamu. Aku tidak akan terpengaruh apapun yang kaukatakan. Agar aku bisa menjadi orang dewasa yang dijadikan sandaran, aku harus meneguhkan diriku sendiri dan tidak mudah goyah.”
“Begitukah? Untuk melihat apakah kau akan goyah atau tetap berdiri teguh, kurasa diperlukan angin yang bertiup sekali-sekali. Aku akan melakukannya (menjadi angin yang meniup kepercayaan diri Da-ran).”
“Lakukan saja sekali,” ujar Da-ran sambil memukul meja dengan gagah. “Aku tidak akan goyah dan berdiri tegak.”
Da-ran kembali ke rumah Kyung-joon dan mencari cincinnya di kebun. Kyung-joon keluar rumah dan bertanya apa yang dilakukan Da-ran di luar dalam cuaca sepanas ini.
Da-ran berkata ia sedang mencari cincinnya. Kyung-joon berkata itulah sebabnya Da-ran seharusnya mencari lebih awal.
“Aku kepanasan, jangan menambah angin panas. Pergilah,” ujar Da-ran kesal.
“Kau kepanasan?” Kyung-joon mengipasi Da-ran dengan tangannya.
“Anginnya cukup enak, teruskan,” ujar Da-ran. Ia menyuruh Kyung-joon mengipasi lebih kencang.
Kyung-joon berhenti mengipasi karena tangannya pegal. Ia mengulurkan tangan satunya lagi pada Da-ran. Cincin Da-ran.
Da-ran terkejut Kyung-joon telah menemukannya. Kyung-joon mengulurkan cincin itu dan menyuruh Da-ran mengambilnya. Da-ran tampak ragu sesaat lalu ia mengangguk.
“Kurasa aku menyukainya (Yoon-jae). Aku yakin perasaanku masih untuknya.”
“Aku tahu yang kaulihat bukanlah Kang Kyung-joon saat ini. Sekarang aku tidak akan seperti anak kecil yang menghalangi orang untuk menyukai orang lain.”
Da-ran berkata ia akan mendampingi Kyung-joon tumbuh dewasa. Ia mengambil cincin itu dan tersenyum.
“Kang Kyung-joon, menikahlah denganku. Aku akan mengurusmu dengan baik.” Da-ran mengusap kepala Kyung-joon.
Kyung-joon mengusulkan agar mereka mengambil jalan masing-masing jika masih belum tertukar juga sampai umur 20 tahun.
Kyung-joon menahan Da-ran yang hendak memasang cincin di jarinya. Da-ran kira Kyung-joon berubah pikiran.
“Walau aku tidak bisa melakukannya seperti Seo Yoon-jae, memasang sendiri pasti terasa menjengkelkan. Aku akan memasangkannya untukmu.”
Kyung-joon memasangkan cincin itu di jari Da-ran. “Mari kita menikah,” katanya. Da-ran mengangguk.
“Aku akan berjanji sekali lagi padamu. Aku tidak akan.... bersikap baik padamu.”
“Kenapa? Kau bilang aku boleh menganggapmu sebagai Yoon-jae-sshi,” protes Da-ran.
Kyung-joon berkata jika seperti itu, Da-ran akan lupa kalau ia adalah Kyung-joon. Bagaimana jika Da-ran menggodanya? Tanya Kyung-joon pura-pura ketakutan. Ia akan tetap bersikap seenaknya.
“Baiklah, karena aku orang dewasa, aku akan membiarkanmu karena kau anak kecil,” kata Da-ran.
Mereka sepakat untuk menemui orangtua mereka dan segera menyelesaikannya.
“Hei hei!!” Kyung-joon mengacungkan kedua tinjunya.
“Hoi hoi!!” Da-ran membetulkan.
“Hoi hoi!!” Oke deeeeh^^
Shaman langganan Ma-ri marah-marah. Sepertinya Ma-ri ingin mengembalikan jimat sebelumnya. Shaman itu berkata manteranya tidak bisa dibatalkan. Ma-ri meminta jimat satu lagi.
“Perubahan!! Artinya ongkos bertambah 30 ribu won,” kata si shaman (matre nih shaman^^)
Ma-ri meminta shaman itu membuat Da-ran dan Kyung-joon tidak akan pernah saling mencintai meski hidup berdampingan.
“Baiklah. Kau pemuda, pergilah ke balik pintu,” kata si shaman pada Choong-sik.
Hahaha…Choong-sik mengambil sendiri mangkuknya dan mengisinya dengan beras seperti yang pernah dilakukan si shaman sebelumnya. Dengan gagah berani ia bangkit berdiri.
Tapi Ma-ri menahannya. “Ia tidak sepolos itu,” tuduhnya. Maksud Ma-ri, Choong-sik sudah tercemar majalah-majalah porno.
“Sudah kubilang itu bukan milikku. Barang-barang po…..mmm itu milik ayahku. Aku 100% polos,” ujar Choong-sik.
Shaman langsung beraksi. Ia menerawang Choong-sik, lalu menggebrak meja. Ia memutuskan kalau Choong-sik masih perjaka dan menyuruhnya pergi ke balik pintu. LOL^^
Choong-sik mengangguk. Ia menatap Ma-ri dan berkata ia melakukannya untuk Ma-ri. Dengan patuh ia menghilang di balik pintu.
“Kau bilang kau ingin aku memisahkan dua orang yang mungkin saling mencintai?” tanya shaman pada Ma-ri.
“Walaupun mereka menikah, buatlah agar mereka tidak pernah saling menyukai. Harus berhasil,” kata Ma-ri.
Se-young menemui ibu Yoon-jae. Ia berkata walau Yoon-jae menikah, ia ingin terus menemui ibu Yoon-jae. Ia ingin berkenalan dengan ayah Yoon-jae (yang seorang professor, dan juga dokter). Selain karena ia ayah Yoon-jae, tapi juga karena ia hormat dan kagum pada ayah Yoon-jae. Ibu Yoon-jae berkata ayah Yoon-jae tak bisa secepatnya datang. Ia juga tak tahu mengapa ‘Yoon-jae’ buru-buru menikah.
Se-young melihat buku yang terletak di meja. Buku Miracle. Se-young berkata sepertinya Yoon-jae juga memiliki buku yang sama. Ibu Yoon-jae berkata buku itu tidak dijual secara umum. Ayah Yoon-jae membuat buku itu untuk mengingat seseorang. Buku itu digambar ayah Yoon-jae saat Yoon-jae masih kecil.
“Buku tentang apa ini?” tanya Se-young.
“Ini adalah kisah mengenai seorang anak yang menyelamatkan anak lain, anak yang diselamatkan itu akan menyelamatkan yang lain.”
Ayah dan ibu membongkar hanbok mereka. Mereka senang karena mereka tidak membuang hanbok-hanbok itu saat pernikahan Da-ran batal sebelumnya.
Ma-ri mengenakan gaun pendek berwarna putih. Seperti pakaian pengantin versi mini. Choong-sik bertanya apakah Ma-ri benar-benar akan mengenakan gaun itu ke pernikahan kakaknya.
“Aku pasti memakainya.”
“Itu….Apa kau tidak berpikir itu tidak sopan pada pengantinnya? Jika kau mengenakan sesuatu seperti ini, penampilan si pengantin akan mati (kalah menarik),” Choong-sik mengingatkan.
“Justru itu tujuanku,” kata Ma-ri tersenyum puas. “Aku akan berdiri tepat di sebelahnya.”
“Ehm…kalau begitu nanti akan terlihat seperti seorang pengantin pria dengan 2 pengantin wanita,” sahut Choong-sik.
“Itulah sebabnya,” Ma-ri menyetujui.
Da-ran menaruh sebotol jus dan sekaleng bir di meja. Besok adalah hari pernikahan mereka.
“Pada hari kau menjadi dewasa, aku akan membukakan kaleng ini untukmu,” kata Da-ran menyodorkan kaleng bir.
“Kita buka sekarang saja.”
“Tidak boleh, inilah batasan di antara kita. Aku boleh meminumnya (dewasa) dan kau tidak. Mari jangan lupakan hal ini dan mematuhinya.”
“Baiklah, jika aku belum kembali (ke tubuh Kyung-joon) hingga aku boleh membuka kaleng ini (dewasa), kita bisa membukanya bersama-sama dan mengucapkan selamat tinggal satu sama lain seperti orang dewasa.”
Da-ran mengangguk. Keduanya tos dan minum bersama.
Mereka menikah. Tidak diperlihatkan seperti apa pernikahan mereka. Ayah menaruh foto pasangan pengantin baru ini di sebelah deretan batu-batunya.
Setelah pernikahan, mereka langsung pergi bulan madu. Masih dengan mobil pernikahan mereka yang penuh bunga. Tepatnya, hanya Da-ran yang berbulan madu ke Cina.
Kyung-joon bertanya apakah Da-ran tidak apa-apa pergi sendirian (ia berharap diajak). Da-ran berkata ia sudah susah payah mendapat cuti tentu saja dia tidak akan menyia-nyiakannya.
Ia menyuruh Kyung-joon pergi ke tempat wisata sekolah yang dulu tak diikutinya (karena ia berada dalam tubuh Yoon-jae). Pokoknya Kyung-joon tidak boleh terlihat sedang sendirian, karena semua orang mengira mereka pergi bulan madu bersama. Sepanjang perjalanan Da-ran mempelajari bahasa Cina: ni hao ma (apa kabar?), xie xie (terima kasih). Sementara Kyung-joon mengomel diam-diam.
Mereka tiba di bandara. Da-ran dengan gembira meninggalkan Kyung-joon setelah berjanji akan membawakan fotonya berpose di Tembok Besar. Kyung-joon mengomel, sampai akhirpun Da-ran tidak mengajaknya ikut. Ia kembali ke mobil.
Kyung-joon melihat paspor dan tiket pesawat Da-ran tertinggal di mobil. Kyung-joon berteriak-teriak memanggil Da-ran tapi Da-ran sudah menghilang di dalam bandara. Kyung-joon tertawa geli, “Apa jadinya dengan ni hao ma?”
Da-ran baru menyadari paspor dan tiketnya tertinggal. Ia menelepon Kyung-joon. Kyung-joon tentu saja sudah menunggu-nunggu telepon Da-ran. Dengan tenang ia mengangkatnya.
“Ya, ada apa?”
“Kurasa aku ketinggalan paspor dan tiketnya di situ. Bisakah kau lihat ada di sana atau tidak?”
“Paspor? Tunggu sebentar….aku sedang mengemudi.” Padahal Kyung-joon jelas-jelas ada di tempat parkir bandara dan memegang paspor Da-ran.
“Passspor … mari kulihat…passpor…benar ada di sini!”
Da-ran menyuruh Kyung-joon segera membawakan paspor dan tiketnya ke bandara. Kyung-joon berkata ia sudah keluar jauh dari bandara, tapi ia akan kembali ke bandara secepatnya.
“Ohh, cepat ya cepat…” kata Da-ran.
“Yaaa…”
Mereka menutup telepon. Kyung-joon melempar paspor Da-ran ke jok sebelah dan bersandar sambil menyanyi. Kyung-joon nakal ya^^
Da-ran melihat pesawatnya lepas landas meninggalkan bandara. Ia menghela nafas panjang, pasrah tidak jadi liburan. Kyung-joon melihatnya sambil nyengir lebar. Dasaaaar :D
“Gil teacher, apa aku terlambat?” tanyanya prihatin sambil melambaikan paspor Da-ran. Da-ran mengangguk lesu.
Kyung-joon mengajaknya makan makanan Cina di bandara. Ia meledek, bukankah Da-ran sudah susah payah belajar bahasa Cina, bagaimana jika Da-ran mengajak ngobrol koki restoran Cina itu? Ia menyuruh Da-ran makan makanan Cina banyak-banyak.
Melihat Da-ran lesu, Kyung-joon bertanya apakah Da-ran benar-benar ingin pergi. Da-ran menghela nafas panjnag, mau bagaimana lagi, sebaiknya mereka pulang ke rumah.
“Kurasa tidak ada yang bisa kita lakukan (di rumah). Kita pergi saja. Bukan pergi rekreasi atau study tour, mari kita pergi bulan madu!” kata Kyung-joon.
Da-ran bengong. Kyung-joon tersenyum.
Ibu Yoon-jae menelepon suaminya. Ia memberitahu kalau Yoon-jae sudah menikah, tapi suaminya tak peduli seperti biasa. Itu tidak benar, kata ayah Yoon-jae. Ia sedang megurus suatu hal.
“Apa yang lebih penting dari puteramu sendiri?” tanya ibu Yoon-jae.
“Anak itu…kudengar ibunya meninggal dunia.”
Ibu Yoon-jae terkejut. “Apa??”
“Ia meninggal di Amerika, kudengar ia meninggal karena perampokan.”
“Lalu bagaimana dengan anak itu?” tanya ibu Yoon-jae.
“Aku sedang mencari anak itu. Yoon-jae pasti mengerti jika berkaitan dengan anak itu,” ayah Yoon-jae mengakhiri percakapan dengan istrinya.
Da-ran dan Kyung-joon memutuskan pergi berlibur bersama. Mereka memikirkan negara mana yang akan mereka kunjungi. Da-ran bersikeras ingin ke Cina. Ia ingin melihat Tembok Besar Cina.
“Baiklah, aku akan menaruh Gil Da-ran di Tembok Besar gildaran (panjang),” kata Kyung-joon.
“Tapi Kyung-joon, mengapa kau bisa membawa koper dan paspormu?” tanya Da-ran. Mereka kan berangkat tanpa rencana sama sekali.
Kyung-joon beralasan ia orang yang biasa bepergian, jadi sudah kebiasaan. Da-ran mengaku jika ia tahu sejak awal, ia sudah mengajak Kyung-joon ikut. Sebenarnya ia merasa tidak enak meninggalkan Kyung-joon sendirian.
“Benarkah?” tanya Kyung-joon dengan mata berbinar-binar. Mengapa Da-ran tidak mengatakannya sejak awal?
“Agak aneh jika kita pergi bulan madu bersama,” kata Da-ran.
“Kenapa?”
“Bulan madu kan…”
“Gil teacher, jangan berlebihan. Alasan aku ingin bulan madu bukanlah untuk melakukan apa yang orang lain lakukan dalam sebuah bulan madu,” ledek Kyung-joon.
“Tentu saja tidak,” Da-ran jadi salah tingkah. Ia cepat-cepat pergi dengan alasan hendak ke ATM. Saat sendirian, Da-ran menepuk-nepuk pipinya agar sadar. Mengapa ia merasa gugup hendak bepergian bersama Kyung-joon?
Kyung-joon senang sekali hendak bepergian bersama Da-ran. Ia membuka dompetnya untuk melihat apakah uangnya cukup atau tidak. Tiba-tiba ia merasa pusing. Seluruh ruangan serasa berputar. Kyung-joon memejamkan matanya. Sementara itu tubuh Kyung-joon di rumah sakit tiba-tiba terangkat, seakan terkena aliran listrik.
Kyung-joon mengerjap-ngerjapkan matanya. Da-ran melihatnya dan menanyakan keadaan Kyung-joon dengan khawatir.
Kyung-joon berusaha berbicara, “Barusan....barusan aku merasa sempat kembali ke tubuhku.”
Da-ran terkejut.
“Selamat, Gil Teacher. Sepertinya Seo Yoon-jae akan kembali.”
Komentar:
Misteri mulai terungkap. Buku itu digambar oleh ayah Yoon-jae untuk Yoon-jae. Namun mengapa Kyung-joon juga memilikinya? Karena mereka memiliki hubungan (hal ini akan dijelaskan dalam ep 10). Jadi ayah Yoon-jae sedang mencari Kyung-joon.
Da-ran bersedia menikah dengan Kyung-joon karena ia akhirnya berhasil meyakinkan dirinya kalau ia masih mencintai Yoon-jae. Tapi jika dilihat dari alasannya, tanpa sadar ia memikirkan Kyung-joon. Ia berkata pada Se-young kalau ia tidak akan goyah karena ia ingin menjadi orang dewasa tempat bersandar. Siapa lagi kalau bukan untuk Kyung-joon?
Sedangkan Kyung-joon berjanji tidak akan menghalangi Da-ran dan Yoon-jae yang “saling” mencintai karena ia trauma dengan kematian ibunya. Ia menghalangi ibunya menikah dan akhirnya ibunya mati. Itulah sebabnya ia tidak mau menghalangi Da-ran. Berbeda dengan Ma-ri yang akan berusaha agar mereka tidak bersama >,<
Saengil Chukahamida Eonnie Fanny... *Tossss* hehehe....
BalasHapus-iReNe-
terusin ya eonnie...
Hapus_GIE
gomawo irene^^
Hapusyah, gak kebagian kue deh ---> kelamaan ^^"
Hapusmba fanny kok aku punya firasat ini endingnya mirip 49days
BalasHapusjadi terakhirnya kyungjoon mati dan roh yonjae balik
jadi kyungjoon hidup di tubuh yonjae cuma untuk menuntaskan hal2 ptg dalam hidupnya gitu --> supaya dia tau ttg tujuan dia dilahirkan, siapa ayahnya, dan kalau daran akhirnya mencintai dia :(
semoga tidak
-lee
wow, pemikiran yang bagus^^ tapi aku harap Hong bersaudara tidak membuat drama ini sad ending. Biasanya mereka membuat happy ending untuk drama mereka. Aku pikir benar kalau Kyung-joon berada dalam tubuh Yoon-jae untuk menuntaskan hal-hal dalam hidupnya, tapi mungkin saja pada akhirnya Yoon-jae yang memberikan tubuhnya untuk Kyung-joon (sebagai balas budi telah diselamatkan Kyung-joon waktu kecil). Dengan demikian yang hidup adalah Kyung-joon dalam tubuh Yoon-jae. Mudah-mudahan^^
Hapushem, mbak fanny kayaknya bakat jadi shaman deh :P
Hapusannyeong eonnie :)
BalasHapusaku bru prtma kli komen ni,,maaf ya eonnie..
salam kenal juga eonn,,
eonn semangat ya buat lnjutin sinopsisnya..hhe,,seru abis pokoke,, penasaran kpn mreka ketuker lgi,,,
aku klo bca sinop sllu di hp jd g bsa kmen,,mian ya eonn..
lanjut ya eonn!!!!gomawo udh bkin sinopsisnya..
annyeong, makasih komennya^^ Iya kalau di hape emang agak susah komennya :)
Hapussumpah.. keren abiss sinopnya
BalasHapuseonnie fighthing terus ya..
semoga epi 9 cepet jadi
gomawo..:D
sama-sama^^
Hapuseonni,, q udah nntn ep 10 tp tubuh kyung joon blm sadar juga :"(... walo gitu misteri mereka udah mulai terungkap :D
BalasHapusyup, misteri mulai terungkap. Kira-kira mereka akan balik lagi ngga ya? tinggal 6 episode lagi nih >,<
Hapusq msh bingung ntar kira2x endingnya kyk gmn ><
Hapusbaru pertama kali comment nich eonni..
BalasHapuskereeennn..aku dah baca sinop 10nya..tp bahasanya brantakan, ku nunggu sinop dr eonni aja dehh hehehe..
semangat eonni..^^
Mba fannyy.. Ko aqu jd galau gini ya.. :(
BalasHapusSebelumnya aqu pernah bilang kalo aqu pendukung yoon jae-da ran.. Alasannya karena aqu yakin yoon jae beneran suka sama da ran sejak pertemuan pertama mereka..
Tapi semakin kesini ko aqu jadi tersentuh ya sama perasaan kyung joon pada da ran.. Begitu pun da ran yang mulai sadar kalo dia mulai suka sama kyung joon.. Kasian juga kalo seandainya mereka pada akhirnya ga bersama..
Tapi masalahnya aqu ga terlalu suka sama percintaan noona-dongsaeng..
Hufftt.. Hong sister bikin aqu dilema nih, hehehe.. ^^
*echa*
sama cha gak terlalu suka ma percintaan kyung joon gil da ran, tapi cerita ini malah mendesak ke arah sana buat jadi happy ending t.t
Hapusdrama kayak gini emang sulit endingnya, kemungkinan besar ya ada yang terluka..
nah karena itu (bisa bikin kita dilema ^^) jadi seru, bakalan gimana ending yang unforgetable versi hong sister :)
aduh,,, semakin penasaran aj ni,,,
BalasHapuscepetan ya mbak nulis episode berikutnya,
penasaran banget ni,,,
gak sabar nunggunya,
hehe baru tau kalo ayah-ibu gil da ran tuh mantan guru-murid ^^ pantes kata mbak fanny, ibunya jadi lebih terlihat seperti kakaknya gil da ran...
BalasHapusepisode ini:ketika masa lalu kembali--->masa lalu para orang tua :P
paling bisa tuh hong sister promosi gumiho pake hoi hoi wkwkwkwkwk
MAKASIH MBAK FANNY!!!
tetep semangat ya! jaga kesehatan...
makasih^^
Hapus