Da-ran dan Kyung-joon tidak jadi berbulan madu. Mereka dalam perjalanan ke rumah sakit. Kyung-joon berkata ia benar-benar merasa kembali ke tubuhnya walau hanya 5 detik. Jika apa yang dirasakannya benar, maka tubuhnya di rumah sakit pasti mengalami perubahan juga.
Benar saja, para perawat menemukan tubuh Kyung-joon tergeletak di lantai. Se-young segera melakukan pemeriksaan terhadap tubuh Kyung-joon.
Kyung-joon dan Da-ran menemukan kamar ‘Kyung-joon’ kosong. Mereka pikir mungkin ‘Kyung-joon’ telah sadar. Mereka segera berlari keluar.
Kyung-joon melihat tubuhnya dibawa kembali dari ruang pemeriksaan dan kondisinya masih sama. Tak ada tanda-tanda tubuhnya telah sadar. Da-ran yakin sesuatu telah terjadi walau tidak terlihat perubahannya.
Se-young memanggil mereka. Ia heran melihat keduanya ada di rumah sakit, bukankah keduanya sedang berbulan madu? Kyung-joon menanyakan kondisi tubuhnya pada Se-young. Se-young berkata tubuh Kyung-joon terjatuh tapi tidak terluka. Ia telah menjalankan pemeriksaan namun kondisinya masih sama seperti sebelumnya.
“Jika dia bergerak, berarti ada perubahan,” gumam Kyung-joon.
“Tapi kau ke sini hanya untuk mengecek kondisi Kang Kyung-joon? Sekarang? Dengan Da-ran?” tanya Se-young bingung.
Da-ran beralasan ‘Yoon-jae’ ada perlu di rumah sakit hingga mereka datang dan kebetulan melihat ‘Kyung-joon’. Se-young berkata ia akan mengawasi ‘Kyung-joon’ dengan baik dan akan menelepon ‘Yoon-jae’ jika ada suatu hal terjadi.
“Aku bisa mencari tahu sendiri, jadi tidak perlu meneleponku,” ujar Kyung-joon ketus. Ia lalu pergi diikuti Da-ran.
Paman dan Bibi memperhatikan percakapan mereka. Setelah Kyung-joon dan Da-ran pergi, mereka buru-buru mendekati Se-young dan bertanya apakah ‘Yoon-jae’ menanyakan keadaan Kyung-joon. Se-young membenarkan.
Paman dan Bibi bertanya-tanya mengapa ‘Yoon-jae’ sangat tertarik pada Kyung-joon hingga melupakan bulan madunya. Bibi yakin ‘Yoon-jae’ mengincar warisan Kyung-joon. Bukankah ‘Yoon-jae’ berhenti bekerja setelah kecelakaan itu? Mungkin saja ia mencari uang untuk mengganti penghasilannya selama ia cuti, kata Bibi. Ia yakin ‘Yoon-jae’ menunggu Kyung-joon sadar karena menginginkan sesuatu. Paman bertanya apakah mereka sebaiknya menanyakan langsung pada ‘Yoon-jae’ apa yang sebenarnya ia inginkan.
Kyung-joon dan Da-ran berbincang di tempat parkir. Karena tubuh Kyung-joon sempat bergerak, berarti kemungkinan untuk bertukar kembali sudah terbuka. Da-ran berkata untunglah mereka tahu sebelum mereka naik pesawat.
“Apa jadinya jika aku terlalu bersemangat dan senang bepergian denganmu?” kata Da-ran.
“Kau bersemangat dan senang pergi denganku?”
“Heh? Tidak…hm…tentu saja aku senang karena aku pergi bersama ‘Yoon-jae-sshi’, memangnya kaupikir aku senang karena pergi denganmu?”
“Tentu saja, kau pasti akan sangat senang jika kami bertukar saat bulan madu. Setelah melihat Tembok Besar bersama Seo Yoon-jae, kalian juga akan menghabiskan waktu bersama,” kata Kyung-joon kesal.
Da-ran berkata bisa saja ia mengkhawatirkan Kyung-joon lebih dulu, tapi Kyung-joon tak percaya. Ia bertanya apa Da-ran kecewa karena ia dan Yoon-jae tidak jadi bertukar. Da-ran jadi kesal melihat sikap kekanakkan Kyung-joon.
“Benar, aku kecewa. Aku sangat kecewa!” katanya.
“Baiklah, kita lupakan bulan madu. Kau pergi sendiri dan aku pergi sendiri!” sahut Kyung-joon.
“Baiklah, aku yang gila sampai mau berbulan madu denganmu!”
Da-ran menurunkan kopernya dari mobil. Kyung-joon mencabut semua pita dan bunga dari mobilnya dengan kesal.
“Aku akan pergi berlibur jadi bersenang-senanglah!” ujar Da-ran, lalu berjalan pergi.
“Jangan meneleponku selama 4 hari 3 malam! Aku tidak akan menjawab!” seru Kyung-joon.
“Aku juga tidak akan menjawab!”
Kyung-joon naik ke mobilnya dan dengan sengaja meninggalkan Da-ran berjalan sendirian. Ia melempar buku panduan travelling ke Cina milik Da-ran ke jok belakang mobil.
Da-ran berjalan menyeret kopernya, bertanya-tanya apa yang akan ia lakukan 4 hari 3 malam sendirian.
Ma-ri berdiri di depan rumah Kyung-joon dengan membawa beberapa koper. Ia melihat ponselnya dengan sedih. Ada foto Ma-ri dan Kyung-joon dengan tulisan “we got married” sebagai wallpapernya.
“Kyung-joon, walau kau menikahi Gil Da-ran hari ini. Tapi aku akan menganggap hatimu menikah denganku.”
Ae-kyung dan Guru Na minum bersama setelah pernikahan Da-ran dan ‘Yoon-jae’. Ae-kyung berkata Da-ran telah menikah, jadi “pengejaran” Guru Na telah berakhir. Guru Na berkata mereka juga sudah saatnya berhenti berpura-pura sebagai pasangan. Ae-kyung tertegun.
“Aku minta maaf telah menyusahkan dan membuatmu tak nyaman di waktu lalu. Aku akan melakukan sesuatu mengenai rumor di sekolah. Karena hari ini akan menjadi akhir kebersamaan kita, aku yang traktir,” kata Guru Na.
Brak!! Ae-kyung membanting gelas birnya ke meja. “Siapa bilang semuanya berakhir setelah minum bir?!” serunya. Selama ini Guru Na mempergunakannya, bahkan ia dijadikan pacar palsu. Apa ia bisa dicampakkan begitu saja dengan minum bir?
Guru Na jadi takut, kalau begitu apa yang Ae-kyung inginkan. Ae-kyung tidak bisa mengatakan kalau ia sebenarnya ingin menjadi kekasih Guru Na. Ia berteriak pada pelayan meminta soju.
Da-ran berakhir di jjimjilbang (tempat sauna umum). Ia memesan teh cina aroma jasmine. Ia mengomel seharusnya sekarang ini ia sedang makan bebek peking dan arak Cina. Tanpa ia sadari, orangtuanya dan Choong-sik berjalan di belakangnya. Mereka tidak saling melihat. O-ow.
Kyung-joon pulang ke rumah. Ia tak melihat sepatu wanita di depan rumah. Keadaan di dalam rumahnya gelap gulita. Kyung-joon membuka lemari es dan menemukan selembar jimat di sana. Ia tak tahu kertas apa itu. Kyung-joon duduk di sofa mengamati kertas itu. Sesosok wanita berbaju putih melintas di balkon.
Kyung-joon merasa ada yang aneh dengan suasana di rumahnya. Ia melihat ke atas, tepat ketika wanita berambut panjang itu melongok ke bawah (creepy >,<). Kyung-joon berteriak histeris, wanita itu juga.
Tentu saja wanita berpakaian putih dan berambut panjang itu adalah Ma-ri. Kyung-joon bertanya apa yang dilakukan Ma-ri di rumahnya. Ma-ri tak menjawab, ia malah senang Kyung-joon tidak jadi pergi bulan madu. Berarti jimatnya manjur.
Kyung-joon menempelkan jimat itu di dahi Ma-ri. “Kembalilah ke asalmu!”
LOL^^ Jadi ingat film-film hantu Cina jaman dulu, hantunya ditempel kertas kuning di dahi terus hantunya jadi nurut :D
“Kyung-joon, tidak bisakah lantai dua rumahmu dianggap negara lain?” tanya Ma-ri penuh makna. Kyung-joon jadi curiga, jangan-jangan…..
Jejejeng….Ma-ri menjadikan kamar di lantai dua sebagai kamarnya. Ia menghiasi dinding dengan foto-fotonya dirinya dan Kyung-joon. Kyung-joon ternganga.
Ma-ri berkata ia melakukannya agar Kyung-joon tidak bingung. Ia mengingatkan yang Da-ran nikahi adalah Seo Yoon-jae, jadi setiap kali Kyung-joon mulai bingung sebaiknya Kyung-joon ke kamar ini dan melihat semua foto itu. Dengan demikian Kyung-joon bisa menahan diri.
Kyung-joon berkata ia mampu menahan diri agar tidak menjadi bingung. Ma-ri berkata ia pikir keberadaannya di rumah itu akan bisa membantu banyak. Ma-ri duduk dengan manis dan menatap Kyung-joon penuh harap. Tentu saja Kyung-joon tidak sependapat. Ia menarik Ma-ri berdiri.
“Tidak boleh.”
“Aku mengerti,” ujar Ma-ri menurut.
Da-ran asyik menikmati kursi pijat di tempat sauna. Choong-sik yang sedang membawakan minuman untuk orangtuanya, merasa mengenali Da-ran. Namun karena ia hanya melihat dari belakang, ia tak begitu yakin. Ia memberitahukan hal ini pada orang tuanya.
“Kakakmu sedang di Cina, bagaimana bisa kau melihatnya di sini?” tanya Ibu. Benar juga, ujar Choong-sik. Ia lalu menelepon Da-ran, yang tak jauh dari tempat Da-ran duduk.
“Noona, apa kau suka bulan madumu?”
“Ya, di sini panas, lembab, dan banyak orang. Beritahu ayah dan ibu aku sudah tiba dengan selamat.” (heh? Cina sama dengan tempat sauna :p ?)
“Kak, apa kau sedang makan malam? Apa yang kaumakan?”
“Aku makan bebek peking dan juga arak Cina. Nikmat sekali.” (Kali ini telur rebus disamakan dengan bebek peking??^^)
Choong-sik terlihat iri. Tapi ia kembali melihat seorang wanita yang mirip Da-ran dan wanita itu sedang menerima telepon. Tentu saja itu memang Da-ran.
“Kak, apa kau sedang di Cina saat ini?” tanyanya curiga.
“Tentu saja, kau di mana? Di rumah?”
“Bukan, di sauna. Bersama Ayah dan Ibu.”
Da-ran terkejut. Ia menoleh dan melihat Choong-sik. Da-ran merosot dari kursi pijatnya agar Choong-sik tak bisa melihat. Choong-sik berkata ada seorang wanita yang sangat mirip Da-ran di tempat sauna.
“Kak, kau benar-benar di Cina kan?” tanya Choong-sik sambil diam-diam mendekati Da-ran. “Kau tidak mungkin makan telur rebus sendirian di sauna kan?”
“Jangan bicara hal yang tak masuk akal,” kata Da-ran sambil menutupi kepalanya dengan handuk. “Bebeknya sudah hampir dingin. Bye!”
Da-ran menutup teleponnya dan turun dari kursi pijat.
“Permisi,” kata Choong-sik pada wanita yang “mirip Da-ran”.
Da-ran berlari.
“Hei, ahjumma pemakan telur! Perlihatkan wajahmu!” seru Choong-sik. Ia mengejar Da-ran.
Da-ran berbelok ketika melihat orangtuanya. Choong-sik terus mengejar. Ke kamar ganti wanita.
Terdengar teriakan para wanita. Choong-sik berlari keluar sambil menutupi matanya. Ia telah tak sengaja melihat hal-hal yang seharusnya tak ia lihat.
Orangtuanya menghampiri Choong-sik. Ibu marah ketika tahu Choong-sik masuk ke kamar ganti wanita. Choong-sik menjelaskan ia melihat wanita yang mirip Da-ran masuk ke sana.
“Kakakmu di Cina, mengapa kau mencarinya di sini!” Ibu menggetok kepala Choong-sik dengan gemas. “Aku bisa mengerti benda-benda porno itu, tapi ini…!”
Karena suara Ibu sangat keras, Ayah buru-buru menggiring Choong-sik keluar dari sauna.
Kyung-joon melihat gambar Tembok Besar Cina berukuran besar. Ia menggambar orang berkaki panjang di tembok itu.
“Gil Da-ran ada di sini. Pasti benar-benar menyenangkan jika bisa pergi bersama,” ujarnya. “Bergandengan tangan dengan Gil Da-ran.”
Kyung-joon menggambar dirinya berpegangan tangan dengan Da-ran lalu menggambar tanda hati di atasnya. Aww…
Wajahnya berubah sedih ketika menyadari Da-ran tersenyum bukan karena dirinya, tapi karena Seo Yoon-jae. Ia lalu menggambar raut wajah marah pada gambar dirinya.
Meski sedang marahan, Kyung-joon mengkhawatirkan Da-ran. Ia bertanya-tanya apakah Da-ran benar-benar pergi ke Cina sendirian. Mengapa Da-ran tidak pulang?
Ia lalu berjalan ke luar rumah dan memutuskan ke halte bus untuk mencari Da-ran.
Choong-sik dan orangtuanya dalam perjalanan pulang ke rumah. Choong-sik bersikeras ia melihat wanita yang mirip Da-ran. Ia merasa curiga karena setelah kejadian tadi Da-ran tidak mengangkat teleponnya.
Choong-sik melihat seorang pria mirip kakak iparnya berjalan di pinggir jalan. Tentu saja itu memang Kyung-joon. Ia memberitahu hal itu pada orang tuanya.
“Kau bilang Da-ran ada di sauna, dan sekarang menantu Seo di pinggir jalan, sebenarnya ada apa denganmu, Choong-sik,” ujar ibunya.
“Benar juga,” sahut Choong-sik. Ia melihat lagi ke pinggir jalan dan kali ini ia benar-benar yakin telah melihat kakak iparnya.
Choong-sik meminta ayahnya memundurkan mobil. Mereka berhenti di dekat Kyung-joon. Choong-sik memanggil kakak iparnya. Kyung-joon terkejut. Busted!! (kok ngga ada ‘Surprise!!!” lagi ya hehe :D)
Kyung-joon ikut keluarga Da-ran ke rumah Da-ran. Kyung-joon beralasan ada keadaan darurat di rumah sakit hingga ia tak bisa pergi ke Cina dan mengirim Da-ran sendirian pergi ke sana.
“Tidak mudah mendapatkan cuti 4 hari 3 malam dari pekerjaan. Sayang sekali jika kesempatan ini disia-siakan, jadi aku mengirimnya pergi sendiri,” kata Kyung-joon. Wah, menantu teladan nih^^
Ibu berkata Da-ran kejam sekali meninggalkan suaminya sendirian di saat bulan madu. Kyung-joon berkata Da-ran memintanya tidak memberitahu orangtua Da-ran karena Da-ran khawatir orangtuanya akan khawatir.
“Ia menyuruhku diam di rumah,” kata Kyung-joon.
“Kukira kakak ipar menelantarkan kakak di sauna, ternyata kakak yang meninggalkan kakak ipar,” kata Choong-sik. “Benar-benar tidak setia, Gil Da-ran.”
“Adik ipar, jangan bicara buruk tentang kakakmu,” Kyung-joon sok menasihati. “Akulah yang menyuruhnya pergi.”
Keluarga Da-ran sangat terkesan dengan “begitu pengertian” nya menantu mereka. Mereka mengajak Kyung-joon makan dan minum di rumah mereka.
Da-ran tidur-tiduran di tempat sauna. Ponselnya berdering.
“Kau bilang kita jangan menghubungi satu sama lain selama 4 hari 3 malam,” kata Da-ran ketus begitu ia mengangkat teleponnya.
“Apa kau berada di tempat yang bagus?” tanya Kyung-joon.
“Iya.”
“Aaaaah, apa berbaring di sauna dan makan telur rebus sangat menyenangkan?”
Da-ran terkejut. Ia bertanya bagaimana Kyung-joon bisa tahu, apakah Kyung-joon juga di tempat sauna?
“Aku di rumahmu.”
“Kenapa? Apa kau ketahuan?” tanya Da-ran terkejut.
“Kubilang kau pergi ke Cina sendirian, jadi pulanglah ke rumahku,” kata Kyung-joon.
Da-ran bertanya apakah Kyung-joon mendapat masalah dari orangtuanya karena membiarkan Da-ran pergi ke Cina sendirian. Kyung-joon menjawab seakan-akan ia mendapat masalah. Ia akan menelepon Da-ran lagi nanti. Kyung-joon nyengir begitu menutup teleponnya.
Da-ran menghela nafas panjang. Ia khawatir Kyung-joon dimarahi oleh orangtuanya karena dirinya.
Ibu Da-ran memasak banyak makanan untuk menantunya. Ia mneyendokkan sup seafood pedas untuk Kyung-joon dan menyuruhnya memakan sup itu untuk menyegarkan diri.
“Segar sekali…benar-benar menyegarkan,” puji ayah Da-ran.
“Apakah benar-benar menyegarkan?” tanya Kyung-joon. “Sup ini panas dan kelihatan pedas. Mengapa bisa menyegarkan?”
Ayah Da-ran kebingungan. “Ehm…karena itulah menyegarkan…” katanya sambil tertawa.
“Makanan panas dan pedas terasa sama. Jika aku menyentuhnya dengan tanganku, aku akan berteriak : ah, sakit! Tapi ayah mertua bilang rasa yang menyakitkan ini menyenangkan dan enak, bukankah itu salah bentuk masokisme? Menikmati hal yang menyakitkan untuk orang lain adalah hal yang sadis.” Mwahahahaha :D
Ibu terlihat malu sementara Choong-sik bercanda dengan mengatakan sup itu sup penggoda.
“Bukankah semakin bertambah dewasa, rasa makanan seperti ini yang cocok dengan selera kita?” tanya ayah.
“Kurasa semakin kita bertambah dewasa, kita mulai menyukai hal-hal yang menyakitkan,” kata Kyung-joon serius. “Aku tidak suka hal-hal yang menyakitkan.”
Ibu berkata pembahasan Kyung-joon mengenai panas dan pedas terdengar keren. Ayah berkata seharusnya saat ini Kyung-joon menikmati makanan lezat di hotel bersama Da-ran. Ibu berkata puterinya tidak punya perasaan, meninggalkan suaminya sendirian.
“Mengapa kalian mengata-ngatai puteri kalian sendiri?” tanya Kyung-joon. Orangtua Da-ran bengong.
“Jika kalian mengatakannya untuk membuat menantu Seo merasa lebih baik, jangan melakukannya. Seo Yoon-jae tidak sehebat itu. Setelah membeli rumah, uangnya tidak tersisa banyak dan gajinya juga tidak besar. Dia hanya nongkrong bersama anak-anak di rumah sakit. Seo Yoon-jae bukanlah orang sehebat itu,” kata Kyung-joon. Walau bingung mengapa menantu mereka menyebut namanya sendiri dengan kata ganti orang ke-3, orangtua Da-ran tampaknya tidak curiga.
Ayah memuji ‘Yoon-jae’ sangat rendah hati. Ibu bertanya apakah Kyung-joon ingin makanan lain jika tidak menyukai supnya.
“Telur goreng dengan saus tomat,” kata Kyung-joon.
“Aku juga,” kata Choong-sik senang, merasa ada yang berselera sama dengannya. Selera pemuda 19 tahun^^
Se-young menemui ibu Yoon-jae yang tak lama lagi akan kembali ke Amerika. Ibu Yoon-jae berkata ada urusan mendadak hingga ia harus kembali ke Amerika secepatnya. Se-young berkata sepertinya Yoon-jae membatalkan bulan madunya karena ingin mengantar kepergian ibunya. Ibu Yoon-jae terkejut ‘Yoon-jae’ tidak jadi bulan madu.
Se-young memberitahu kalau ‘Yoon-jae’ hari ini datang ke rumah sakit, karena anak yang kecelakaan bersamanya dirawat di rumah sakti mereka. Ia pikir ‘Yoon-jae’ merasa bersalah karena anak itu tidak sadar dalam waktu yang cukup lama. Tapi ibu Yoon-jae kesal puteranya membatalkan bulan madu hanya karena seorang pasien. Ia harus berbicara dengan ‘Yoon-jae’.
“Memangnya siapa pasien itu?” tanyanya pada Se-young.
“Namanya Kang Kyung-joon. Ia seorang murid SMA.”
“Kang Kyung-joon,” nama itu tak terdengar asing bagi ibu Yoon-jae, “Kau bilang namanya Kang Kyung-joon?”
Se-young membenarkan. Ia menceritakan kalau Kyung-joon adalah seorang pelajar muda dan tidak memiliki orangtua.
“Tidak memiliki orangtua? Jika ia seorang pelajar, berapa usianya?”
“Ia murid SMA.”
“Murid SMA…” gumam ibu Yoon-jae.
Jauh di Amerika sana, ayah Yoon-jae memandangi foto ibu Kyung-joon. Ia sedang berbicara dengan ibu Yoon-jae melalui telepon.
“Kau bilang siapa nama anak yang dibesarkan Kang Hee-soo?” tanya ibu Yoon-jae.
“Kyung-joon. Nama putera Hee-soo adalah Kang Kyung-joon,” jawab ayah Yoon-jae. “Kurasa kau tak bersedia memikirkan hal ini, tapi aku tak bisa tak memikirkannya.”
Mendengar ayah Yoon-jae menyebutkan nama Kyung-joon, Ibu Yoon-jae merasa mimpi buruknya menjadi kenyataan. Ia mempersilakan suaminya melakukan apapun sesuka hatinya, tapi ia tidak akan mencari Kyung-joon.
Ibu Yoon-jae melihat buku Miracle di atas meja. Ia bertanya-tanya apakah Yoon-jae sudah menemukan Kyung-joon. Kekhawatiran menyelimuti wajahnya.
Paman dan Bibi menunggui Kyung-joon. Bibi berkata berapa lamapun mereka berdiri di sana, Kyung-joon tidak sadar juga. Ia mengajak suaminya pulang. Paman ingin Kyung-joon sadar, dengan demikian ia bisa mengelola warisan ibu Kyung-joon dengan tenang.
“Walau Hee-soo membesarkan anaknya sendirian, tapi ia bisa menyimpan banyak uang. Kau sangat berbeda dengannya,” keluh Bibi pada Paman.
Paman sendiri tak habis pikir mengapa restorannya tidak selaku restoran ibu Kyung-joon.
Kyung-joon menelepon Da-ran untuk memberitahu kalau ibu Yoon-jae telah mengetahui dari Se-young bahwa mereka tidak jadi pergi bulan madu. Da-ran bertanya apakah Kyung-joon malam ini akan menginap di rumah orangtuanya. Kyung-joon berkata orangtua Da-ran menyuruhnya tinggal di kamar Da-ran sampai Da-ran “pulang dari Cina”.
“Berada di dalam kamar yang dipenuhi barang-barangmu rasanya aneh.”
“Kenapa?”
“Tidak apa-apa, hanya saja kamar ini sangat mirip dirimu. Terlihat bodoh, benar-benar Gil Da-ran.”
Da-ran tak mau kalah, ia bilang tidak ada apa-apa di rumah Kyung-joon kecuali tempat tidur. Kyung-joon berkata pamannya telah menyingkirkan semua barangnya sebelum menjual rumah itu, jadi yang ada hanya barang-barang Seo Yoon-jae.
“Apa kau sudah makan?” tanya Da-ran.
“Karena menantu mereka datang, mereka memberiku banyak sekali makanan. Mereka bilang ini adalah arak ginseng berumur 20 tahun,” jawab Kyung-joon sambil memperhatikan sebuah botol ginseng di atas meja.
Da-ran terkejut. Ayahnya tidak akan memberikan arak itu karena sangat langka.
“Benarkah? Jika aku tidak meminumnya, ia akan kecewa. Aku mungkin harus membuangnya,” ledek Kyung-joon.
“B-b-buang? Sayang sekali.”
“Aku langsung tahu kau mengeluarkan air liur memikirkan arak ini bukan? Apa kau sudah makan?
“Aku baru saja akan makan ramen.”
“Ramen? Tidak boleh, jangan makan itu. Itu milikku.”
Da-ran berkata ia akan mengganti ramen itu, tapi Kyung-joon melarangnya makan. Da-ran protes, tidak ada makanan di rumah Kyung-joon.
“Aku akan membuang semua makanan ini (makanan yang dimasak ibu Da-ran) di depan rumah itu. Jangan makan dan tunggu aku,” kata Kyung-joon. Hehe bilang aja kalau kangen^^
Kyung-joon berlari membawakan makanan untuk Da-ran. Wajahnya berseri-seri. Da-ran menunggu Kyung-joon di depan rumah. Hmm…ia benar-benar menantikan kedatangan Kyung-joon tanpa ia sadari.
Kyung-joon tiba di depan rumah. Da-ran tersenyum melihat Kyung-joon. Dengan sedikit malu-malu, Kyung-joon menyodorkan makanan pada Da-ran dengan alasan ia akan membuang makanan itu, apakah Da-ran mau memakannya? Da-ran tersenyum lebar, membuat Kyung-joon salah tingkah.
Kyung-joon menemani Da-ran makan. Ia tidak ingin kembali ke rumah Da-ran karena ia sudah susah-susah menyelinap keluar tanpa ketahuan (bilang aja mau sama Da-ran terus^^). Tapi Da-ran menyuruh Kyung-joon kembali. Jika orangtuanya tahu Kyung-joon menghilang, mereka akan khawatir.
Kyung-joon jadi kesal. Memangnya dia tukang antar makanan, antar lalu pergi. Ia minta Da-ran membayarnya.
“Mengapa aku harus bayar? Makanan ini kan dari rumahku.”
“Aish…seharusnya aku buang saja semuanya,” omel Kyung-joon.
Da-ran mengambil botol arak ginseng dan meminumnya sedikit. Ia berkata arak itu lebih tua dari Kyung-joon, jadi arak itu kakak (hyung) Kyung-joon. Da-ran memeluk botol itu. Ia berniat menyimpan arak itu di rumah Kyung-joon dan tiap hari meminumnya.
“Apakah tidak apa-apa meminumnya setiap hari? Mereka bilang arak ini punya efek “khusus” dan kau akan mendapat “kekuatan” khusus (efek obat kuat maksudnya^^). Gil Teacher, apakah tidak apa-apa jika kau punya kekuatan khusus seperti itu?”
“Kau ini selalu saja ada yang bisa dikatakan,” keluh Da-ran.
“Aigooo, hyung-nim (kakak),” kata Kyung-joon pada botol arak, “Kurasa aku tidak bisa meninggalkanmu di sini. Di sini bukan tempatmu untuk memberikan kekuatan seperti itu. Jika kau memberinya (Da-ran) kekuatan, aku bisa berada dalam masalah.”
Da-ran berkata apa maksudnya dengan ia bisa memberi Kyung-joon masalah. Kyung-joon mengaku ia tidak percaya diri bisa menolak Da-ran jika Da-ran memiliki kekuatan seperti itu. Da-ran meraih kembali botol arak itu dan menyuruh Kyung-joon pergi.
Kyung-joon tersenyum dan mengolok Da-ran kalau Da-ran juga tidak percaya diri tidak akan melakukan sesuatu pada Kyung-joon setelah minum arak itu. Buktinya Da-ran menyuruhnya pergi.
Da-ran mengikuti Kyung-joon keluar rumah. Kyung-joon bingung mengapa Da-ran mengikutinya. Da-ran berkata ia hanya ingin mengantar Kyung-joon keluar. Ia menyuruh Kyung-joon berhati-hati dan tidak membuat masalah. Kyung-joon mengangguk dan berjalan pergi.
Baru beberapa langkah, ia kembali dan dan meminta Da-ran menjemputnya besok. Da-ran bisa pura-pura telah pulang dari Cina dan menjemputnya di rumah orangtua Da-ran.
“Menjemputmu? Kita lihat nanti,” kata Da-ran sambil tersenyum.
“Jemput aku,” kata Kyung-joon sambil berjalan pergi.
Guru Na kebingungan mengurus Ae-kyung yang mabuk. Karena Ae-kyung hampir tertidur, ia akhirnya menggendong Ae-kyung. Dalam keadaan mabuk, Ae-kyung berkata ia ingin melanjutkan hubungan mereka dan tidak ingin mengakhirinya.
“Hmmm..” Guru Na tak bisa menjawab karena ia sedang membawa buket bunga di mulutnya.
“Jika kau lompat tinggi, aku akan jadi palangmu. Jika kau lompat jauh, aku akan jadi tumpuan kakimu. Apa yang akan kaulakukan? Mengapa kau tak menjawab? Kau tidak mau? Kau tidak bilang apa-apa karena kau tidak mau? Aku mau turun,” celoteh Ae-kyung.
Ae-kyung mengambil tasnya dan buket bunga dari Guru Na. Lalu pergi meninggalkan Guru Na dengan kesal.
“Guru Lee!” panggil Guru Na khawatir.
Ae-kyung menoleh lalu mengambil ancang-ancang pelempar baseball. Dengan sekuat tenaga ia melempar buket bunga yang dipegangnya. Guru Na menangkapnya dengan sukses.
“Strike out!!” seru Ae-kyung, lalu ia pergi. Guru Na bengong, perilaku mabuk Ae-kyung benar-benar tidak biasa.
Kyung-joon kembali ke rumah Da-ran. Da-ran mengirim sms. Ia memperbolehkan Kyung-joon mendengar musik atau membaca buku-buku di kamarnya. Kyung-joon melihat-lihat kamar Da-ran.
Ia menemukan film-film dewasa tapi ia langsung tahu kalau semua itu milik Choong-sik. Kyung-joon membuka sebuah kotak. Isinya foto-foto Yoon-jae dan kenangan Da-ran bersamanya. Ada sarung tangan pasangan, walkman yang rusak, dan barang-barang lainnya. Kyung-joon menatap foto Yoon-jae.
“Ahjusshi, cepat kembali. Sebelum aku tidak ingin kembali lagi,” gumamnya.
Di rumah sakit, ibu Yoon-jae mengunjungi kamar Kyung-joon. Ia melihat tubuh Kyung-joon yang terbaring. Pelan-pelan ia menghampiri “Kyung-joon” dan mengulurkan tangannya untuk membelai wajah “Kyung-joon”. Matanya berkaca-kaca.
“Aku… tidak melihatmu, bahkan ketika kau dilahirkan. Tapi di sini aku melihatmu untuk yang pertama kalinya. Kyung-joon-ah….”
Komentar:
Mianhae cingudeuls, sinopsisnya tersendat karena anakku baru masuk sekolah lagi^^ Beberapa hari ini cukup sibuk bolak-balik ke sekolah, jadi tak sempat buat sinop :D
Mudah-mudahan bisa segera kembali normal ya^^
Asyik ...akhirnya datang juga...fighting ya...
BalasHapusfighting^^
Hapusshin... sampe kapan perannya cuma tidur doang..hiks hiks.. T_T
BalasHapuscepetan bangun atulah.. T^T
sampe dibayar kali ya^^
Hapushaha,emang kemaren2 gak dibayar mbak fanny? :D
Hapushem, kangen shin bangun lagi, coba di bayangan da ran ada kyung joon ya, jadi bisa ngeliat dia (selain di ingatannya mari keke~)
sinop yang paling jelas cuman dramatized jadi aku tunggu kelanjutannya :D
BalasHapusgomawo^^
Hapushah,,
BalasHapusakhirnya muncul juga, tidak sia-sia menunggu,
bagus bagus, aku tunggu kelanjutannya.
kalo bisa cepet ya,, pleaaassseeeeeee,,,,,
hehe..aku pasti lanjutin sampai tamat walau agak tersendat :)
Hapusiy..kmarin kn nda posting" ..
BalasHapustrus bca dri blog lain tpi mla bingung bcax...
onnie fighting..!!1
bingung karena itu translate dari recaps bahasa inggris punya dramabeans....
Hapusmbak fanny diriku belum berani baca coz belum nonton hahaha... pengen nonton takut galaunya bertambah...tapi sesekali buka blog ini cuma pengen liat piku tiap adegannya... hahaha....
sudah cukup dibuat galau n penasaran sama A Gentleman's Dignity dan Ghost... ga mau nambah galau lagi....
@hellda: gomawo^^
Hapus@anis: hehehe...iya drama sekarang bikin galau, aku juga ngikutin AGD sama Ghost kok. Ghost baca recapnya aja^^
Mbak, mau nanya baca recap Ghost dmna ya? Makasih
Hapus@mbak anis:cieeee yang pengalaman nih ^^
Hapusoke deh mbak, konsentrasi ya ma agdnya FIGHTING!!! :)
oya, thanks to mbak fanny too...
Makasih udah dibikinin Sinopnya eonni. aku tiap hari nunggu, hari ini, kira-kira eonni Fanny nulis ga ya??hehehe,walau ga bisa nonton, tapi brasa menonton ni drama dari tulisan eonni :).. ..
BalasHapusHmmm semoga Da Ran sama Kyoon Joon dan ga bisa balik ke Yoon jae..hehehe
COOL WORDS FROM KYUNG JOON!!! aih, makin suka deh ^^
BalasHapusterkadang remaja berusia 19 tahun lebih dewasa dari usianya...
tapi ngomong-ngomong tentang makanan pedas, bukannya itu yang lagi digemari sekarang? hehe tunjuk2 diri sendiri
mbak fanny, maapin dira juga ya
semoga urusan mbak fanny lancar termasuk ngerjain sinop ini :D