Ibu Yoon-jae mengulurkan tangannya untuk membelai Kyung-joon. Tapi ia tidak menyentuhnya. Ia berusaha menguasai dirinya dan segera keluar dari kamar Kyung-joon.
Ma-ri dan Choong-sik melihat-lihat kaus di pinggir jalan. Keren lho, sebuah toko online membuat tembok lalu menggambar kaus-kaus bergambar superhero di atas tembok itu. Pemesan tinggal mem-foto barcode di bawah gambar kaus yang dipilih, lalu mengirimnya ke penjualnya.
Choong-sik memberitahu Ma-ri kalau ‘Yoon-jae’ tidak ikut ke Cina. Ma-ri senang, ia berkata jimatnya telah berhasil.
“Pemuda penyerap kesialan, aku kurangi satu pizza.”
Bukannya senang dikurangi hutangnya, Choong-sik menggenggam tangan Ma-ri dan mengingatkannya untuk mengurangi sedikit demi sedikit. Ma-ri menarik tangannya. Ia menunjuk sebuah gambar kaus dan berkata akan membelikan kaus itu untuk Choong-sik. Choong-sik senang sekali.
Kyung-joon pergi ke rumah sakit. Ia bertanya pada perawat apakah tubuhnya bergerak semalam. Perawat itu berkata ia telah mengawasi ‘Kyung-joon’ lebih telaten sejak ‘Kyung-joon’ terjatuh dari tempat tidur. Tapi ia tidak bergerak sama sekali. Lalu perawat itu memberitahu ada seorang wanita mengunjungi ‘Kyung-joon’ semalam.
“Seseorang mengunjunginya?” tanya Kyung-joon heran. Ia tak kenal siapapun di Korea.
“Ya, seorang wanita kaya dan sangat anggun,” kata perawat.
“Kyung-joon-aaah!!” Ma-ri memanggil Kyung-joon. Melihat ada perawat di kamar itu, Ma-ri meneruskan teriakannya ke sisi tubuh ‘Kyung-joon’ (agar perawat tidak curiga). Begitu perawat keluar, Kyung-joon menarik Ma-ri yang terus memeluk tubuhnya. Ma-ri berkata ia senang Kyung-joon telah kembali. Kyung-joon telah menunggu Ma-ri, ia hendak mengetahui di mana restoran paman dan bibinya.
Ia mengajak Ma-ri ke sana dan meminta Ma-ri mengambil barang-barangnya (barang-barang Kyung-joon yang diambil sebelum rumah Kyung-joon dijual) dari paman dan bibinya.
Restoran paman Kyung-joon sangat mirip dengan restoran ibunya di Amerika. Bahkan foto ibunya terpasang di dinding restoran, berikut artikel yang menyebutkan kalau restoran ibu Kyung-joon, Miracle Restaurant, termasuk 100 restoran terbaik di dunia. Melihat artikel itu, Kyung-joon teringat restoran ibunya yang selalu dipenuhi pengunjung dan ibunya tersenyum ramah pada semua tamu.
Suasana itu bertolak belakang dengan suasana restoran pamannya ini. Restoran pamannya sangat sepi pengunjung. Ma-ri berkata ia pernah makan di sini tapi makanannya payah, jadi ia tak pernah datang lagi. Kyung-joon yakin restoran ini akan segera bangkrut, pamannya memang seperti itu.
Paman dan bibi terkejut melihat ‘Yoon-jae’ dan Ma-ri datang ke restoran mereka. Mereka sembunyi agar ‘Yoon-jae’ tidak melihat mereka, dan bertanya-tanya apa yang sedang ‘Yoon-jae’ lakukan di sini.
Paman pikir ‘Yoon-jae’ hendak makan, tapi bibi yakin ‘Yoon-jae’ tidak datang untuk makan. Mereka melihat ‘Yoon-jae’ melihat-lihat restoran itu dengan seksama. Bibi yakin ‘Yoon-jae’ datang untuk memeriksa keadaan ekonomi mereka.
“Tapi mengapa ia datang bersama Ma-ri?’ tanya Paman.
“Apa mereka bersekongkol?” sahut Bibi.
Paman menyuruh pegawainya berbohong jika ‘Yoon-jae’ menanyakan mereka. Ia menyuruh pegawainya mengatakan kalau mereka sedang keluar.
Kyung-joon mencoba beberapa makanan di restoran pamannya dan memastikan kalau makanan di sana tidak enak. Ia memanggil pelayan dan mencari pemilik restoran itu (pamannya). Pelayan itu berbohong dan berkata pemilik restoran sedang sibuk mempersiapkan cabang kedua restoran ini.
“Restoran ini akan bangkrut, untuk apa ia membuat cabang?” ujar Ma-ri.
“Jika pemilik restoran ini ingin cabangnya berhasil, maka katakan padanya untuk menemuiku sebentar,” kata Kyung-joon sambil menyerahkan secarik kertas pada pelayan itu.
Pelayan memberikan kertas itu paman Kyung-joon. Isinya hanya sebuah nama: Ivan Sergei Malevski.
“Ini adalah nama koki restoran berkebangsaan Rusia yang bekerja di restoran ibu Kyung-joon! Sergei…Sergei Malevski,” kata Paman kaget. Bibi berkata mereka telah susah payah mencari koki ini tapi tak bisa menemukannya, bagaimana bisa ‘Yoon-jae’ tahu di mana koki itu berada?
Akhirnya Paman keluar menemui Kyung-joon.
“Kudengar ada yang ingin kalian tanyakan,” kata Paman.
“Apa paman menyimpan barang-barang Kyung-joon?” tanya Ma-ri. Paman membenarkan.
“Berikan barang-barang itu pada Ma-ri,” ujar Kyung-joon. Ma-ri berkata itu pasti merupakan keinginan Kyung-joon. Paman pura-pura keberatan.
“Sebagai gantinya, aku akan memberi informasi untuk menghubungi koki Rusia itu,” kata Kyung-joon.
Paman masih ragu, tapi keraguannya hilang begitu Kyung-joon menyodorkan informasi koki Rusia. Ia langsung menyambar kertas itu. Kyung-joon berkata koki Rusia itu masih di Korea. Jika paman tekun mengejar dan membujuk koki itu, ia yakin koki itu pasti mau menemui paman.
Kyung-joon dan Ma-ri berhasil mendapatkan barang-barang Kyung-joon dalam sebuah koper. Koper itu mengeluarkan bau tak enak karena telah disimpan terlalu lama. Ma-ri yakin paman tetap akan memberikan koper itu walau tidak ditukar dengan info koki Rusia.
“Kau sengaja memberikannya, kan?” kata Ma-ri pada Kyung-joon.
“Aku tak bisa membiarkan mereka menghabiskan seluruh warisan ibuku begitu saja,” jawab Kyung-joon. Ia ingin pamannya juga berhasil.
Paman dan Bibi menyadari kalau ‘Yoon-jae’ sebenarnya membantu mereka. Paman berpikir seseorang yang mengenal ayah Kyung-joon sedang membantu mereka.
“Apakah kita harus bersikap pura-pura tidak tahu? Atau bersikap ramah padanya? Atau bersikap ramah padanya sambil pura-pura tidak tahu?” tanya Paman. Dilema lagi, dilema lagi >,<
Ma-ri ingin ikut dengan Kyung-joon. Tapi Kyung-joon berkata ia akan menemui ibu Yoon-jae. Ma-ri berkata ia akan menunggu di rumah Kyung-joon saja. Tapi Kyung-joon tidak akan pulang ke rumahnya setelah menemui ibu Yoon-jae. Ia akan pulang ke rumah orangtua Da-ran dan menunggu Da-ran menjemputnya. Mereka akan pulang bersama.
“Ibu Guru pulang dari Cina hari ini? Kau harus pulang bersamanya?”
“Ya, aku berjanji untuk menunggunya menjemputku,” kata Kyung-joon sambil tertawa senang. Ma-ri mengamati ekspresi Kyung-joon.
Kyung-joon menemui ibu Yoon-jae. Ibu Yoon-jae berkata ia dengar ‘Yoon-jae’ tidak jadi berbulan madu karena seorang pasien. Kyung-joon membenarkan, pasien itu orang yang mengalami kecelakaan bersamanya.
“Mereka bilang namanya Kang Kyung-joon. Apakah dia orang yang kaukenal?” tanya ibu Yoon-jae sedikit gugup.
“Tidak, kami bertemu pertama kali dalam kecelakaan itu. Aku yakin akan hal itu.”
Ibu Yoon-jae nampak sedikit lega. Kyung-joon bertanya apakah ibu Yoon-jae akan kembali ke Amerika. Ia minta maaf karena telah membuat ibu Yoon-jae merasa tak nyaman. Ia harap ibu Yoo-jae mendapatkan ketenangan setelah kembali ke Amerika. Kyung-joon bangkit berdiri hendak pergi tapi ibu Yoon-jae memanggilnya.
“Yooon-jae-ah…selama ini kau terus mencari seseorang. Ibu berharap kau tidak akan menemukan orang itu. Jika ada kemungkinan kau bertemu dengan orang itu secara kebetulan seperti takdir, Ibu harap kau tidak akan mengenalinya.”
“Aku tidak tertarik dengan masa lalu,” sahut Kyung-joon.
“Benar, baguslah kalau begitu,” kata ibu Yoon-jae, ia buru-buru meninggalkan “putera”nya.
Paman Kyung-joon lagi-lagi ke restoran orangtua Da-ran. Lagi-lagi ibu Da-ran tidak mengenalinya. Dan lagi-lagi ia bertemu wakepsek. Sigh, dua orang ini >,<
“Dia tidak mengenalimu, kan? Seperti biasanya ia tidak pintar, “ kata wakepsek, membicarakan ibu Da-ran.
“Jika ia mengenaliku, hanya akan membuatnya sedih. Jika ia melihat betapa tampan dan suksesnya aku….dia akan sangat menyesal,” kata Paman sambil terus mengamati ibu Da-ran.
“Senior Gil juga akan sangat menyesal. Meninggalkan rekan kerjanya untuk menikahi seorang serigala licik yang mengira kepalanya ditaruh di sana untuk pajangan. Dia pasti menyesal.”
Mereka terus mengawasi orangtua Da-ran. Ayah Da-ran memanggil ibu Da-ran ke kasir dan menanyakan tulisan di kertas, karena ia tak yakin saat membacanya. Paman langsung berkata kalau penglihatan ayah Da-ran pasti memburuk karena usia, dia saja masih bisa melihat semua hal dengan jelas dari seberang jalan (yaaa kalau liat gajah hehehe XD).
“21 ribu won, 3 kali 8 sama dengan 21,” kata ibu Da-ran pada suaminya, menerangkan apa yang tertulis di kertas. Pffft….
“Lihat lihat, bahkan sampai sekarang ia tak bisa perkalian,” ujar wakepsek penuh kemenangan.
“Oh, 3 kali 8 sama dengan 24,” kata ibu Da-ran sambil tertawa. Ayah ikut tertawa.
Ibu berkata keuntungan mereka hanya sedikit. Ayah tertawa dan berkata mereka hanya harus bekerja lebih keras. Ibu membenarkan, ia akan bekerja lebih keras lagi. Love this couple^^
“Aku yakin, dalam hati…sudah pasti ia menyesal,” ujar wakepsek kesal, lalu menggigit sapu tangannya.
“Ya kau benar, ia pasti menyesal,” sahut Paman memegangi botol merica kuat-kuat. Hei, apa paman lupa kalau ia sudah punya istri??? Ckckck..
Karena Kyung-joon akan ke rumah orangtua Da-ran, Ma-ri pun pergi ke sana. Ia ingin melihat di mana Kyung-joon menginap semalam. Choong-sik membawa Ma-ri ke kamar Da-ran. Kakak ipar sekarang adalah keluarganya, jadi bisa tinggal di rumah mereka.
“Kyung-joon akan jadi keluargaku,” kata Ma-ri galak. Choong-sik jadi sedih.
Ma-ri melihat-lihat kamar Da-ran dan melihat tumpukan film-film dewasa. “Kau belum membuangnya juga?” tanyanya tajam pada Choong-sik.
Choong-sik buru-buru menutupi film-film itu. Ia minta Ma-ri jangan salah paham. Semua itu milik kakaknya. Ia mengambil tutup sebuah kotak untuk menutupinya.
Ma-ri tentu saja tak percaya, tapi perhatiannya tersita pada kotak yang tutupnya tadi diambil Choong-sik. Itu adalah kotak berisi kenangan Da-ran akan Yoon-jae.
“Kakakmu benar-benar menyukai Seo Yoon-jae?” kata Ma-ri senang. Ia ingin memberikan kotak itu pada Da-ran.
Da-ran pulang ke rumah ke orangtuanya membawa koper, agar terlihat seakan ia baru pulang bepergian. Ibu menegur Da-ran karena telah meninggalkan suaminya. Da-ran berkata itulah sebabnya ia cepat pulang.
“Kau tak bisa sendirian karena kau merindukannya, kan?” kata Ibu tersenyum. Ya, kata Da-ran. Ibu menyuruh Da-ran menunggu, sebentar lagi ‘Yoon-jae’ datang dan mereka bisa pulang bersama. Ibu Da-ran lalu pergi ke restoran.
Choong-sik dan Ma-ri menyambut Da-ran. Choong-sik langsung menanyakan oleh-oleh. Ia cemberut karena oleh-olehnya hanya teh.
Ma-ri berbisik pada Da-ran kalau Kyung-joon pergi menemui ibu Yoon-jae dan Kyung-joon sepertinya tidak merasa nyaman dengan ibu Yoon-jae.
“Kalau begitu sepertinya ia juga tidak nyaman tinggal di sini,” kata Ma-ri, “Ini keluarga bohongan (bagi Kyung-joon). Aku akan menjadi keluarganya yang sebenarnya.”
Da-ran merasa tak enak mendengar perkataan Ma-ri tapi ia tersenyum. Ma-ri menyerahkan kotak kenang-kenangan Yoon-jae pada Da-ran. Agar Da-ran tidak bingung dan selalu ingat bahwa ‘Yoon-jae’ adalah Kyung-joon dan yang ditunggu Da-ran adalah Yoon-jae. Da-ran tersenyum tipis.
Da-ran menelepon Kyung-joon dan memintanya langsung pulang ke rumah Kyung-joon, mereka akan bertemu di sana. Kyung-joon menurut. Ia menyambut kedatangan Da-ran dengan ceria. Tapi senyumnya hilang saat melihat kotak yang dibawa Da-ran.
Ia mengenali kotak itu. Itu adalah kotak berisi barang-barang kenangan Da-ran dan Yoon-jae. Ia mengira Da-ran ke rumah orangtuanya untuk mengambil kotak itu dan bukannya menjemput dirinya.
Da-ran menunjuk koper di ruang tengah dan bertanya koper siapa itu. Kyung-joon berkata ia berhasil mendapatkan barang-barang miliknya dari pamannya. Karena kesal, ia menyuruh Da-ran memindahkan barang-barang Yoon-jae dari kamarnya ke kamar Da-ran.
Da-ran tidak mengerti mengapa Kyung-joon bersikap seperti itu. Ia meminta Kyung-joon membiarkan saja barang-barang itu di sana. Kyung-joon menyeret kopernya ke kamarnya. Ia membuka lemari bajunya dengan kesal dan melihat baju-baju Yoon-jae tergantung di sana.
“Tidak ada tempat untuk barang-barangku!” serunya. Ia lalu mengeluarkan semua pakaian itu dan memasukkannya ke dalam koper Yoon-jae. Ia lalu membawa barang-barang itu ke kamar Da-ran.
Da-ran kesal, bukankah ia sudah meminta Kyung-joon untuk membiarkannya saja. Kyung-joon menaruh koper itu sembarangan sehingga isinya berantakan. Da-ran terkejut dan tak sengaja menyenggol kotak kenang-kenangan Yoon-jae hingga terjatuh. Isi kotak itu berserakan di lantai.
Da-ran memungut walkman-nya dan mencoba menyalakannya. Ia mengeluh walkman itu jadi rusak. Kyung-joon berkata walkman itu memang sudah rusak (ia pernah mencoba menyalakannya). Bukankah Da-ran yang menyuruhnya mendengarkan musik?
Da-ran terkejut karena Kyung-joon pernah melihat isi kotak itu. Kyung-joon berkata Da-ran yang memperbolehkannya melihat-lihat.
“Apa yang harus kulakukan? Ini milik Yoon-jae-sshi,” kata Da-ran khawatir.
“Siapa yang membawa-bawa walkman seperti itu pada jaman sekarang? Bila ia kembali, apa kau pikir ia akan membawa-bawa barang itu lagi?”
“Yoon-jae-sshi bilang walkman ini penting. Ia meminjamkannya padaku untuk membantuku belajar dalam menghadapi ujian.”
Kyung-joon tidak percaya walkman itu bisa membantu belajar. Da-ran berkata benda itu sangat membantunya. Ia belajar keras agar terlihat baik di mata Yoon-jae.
“Yoon-jae-sshi benar-benar hebat! Ia membuatmu menangis, tertawa, dan belajar!” Kyung-joon tak tahan lagi Da-ran terus menyebut-nyebut Yoon-jae.
“Kang Kyung-joon, kau juga benar-benar hebat! Kau membuatku bingung dengan tarik ulurmu.”
“Agar kita tidak bingung lebih baik kita menjalani kehidupan kita masing-masing dan tidak berpapasan lagi!” seru Kyung-joon, lalu pergi dengan kesal.
Da-ran masih belum selesai. Ia mengikuti Kyung-joon dan bertanya apakah Kyung-joon marah karena Kyung-joon harus menginap di rumah orangtuanya dan Kyung-joon tidak suka di sana. Da-ran menanyakan itu karena kata-kata Ma-ri sebelumnya.
“kau bilang kau tidur dan makan dengan baik bersama keluargaku di rumahku,” ujar Da-ran.
“Kau seharusnya tidak dibingungkan dengan hal-hal itu dan menjaga batas kita. Bukan aku yang benar-benar menjadi bagian dari keluargamu!” seru Kyung-joon. Ia mengatakannya dengan kesal, tapi jelas ia merasa terluka dengan kenyataan itu. Ia tidak punya keluarga. Sekarang ia mendapatkannya, tapi ia tahu semua itu bukan miliknya *sigh*
Da-ran menyadari itu. Ia terdiam. Kyung-joon masuk ke kamarnya dan memburamkan kaca jendela agar Da-ran tidak bisa melihatnya. Da-ran melihat walkman di tangannya lalu melihat ke arah kamar Kyung-joon. Kyung-joon bersandar di dinding kamarnya. Ia menoleh dengan wajah sedih ke arah Da-ran berdiri walau tak bisa melihatnya.
Da-ran melihat foto Kyung-joon bersama ibunya di atas meja. Ia menarik nafas panjang.
Keesokan paginya, Kyung-joon bersikap ketus pada Da-ran. Ia tidak mau makan makanan yang disiapkan Da-ran. Ia sengaja minum jus botolan saat Da-ran menawarkan segelas jus buah buatannya.
“Kyung-joon, kurasa kau harus menyirami kebun,“ kata Da-ran.
“Akan turun hujan,” sahut Kyung-joon cuek. Da-ran semakin kesal, tapi ia tetap membuatkan makanan kesukaan Kyung-joon. Telur dadar dengan saus tomat. Da-ran mengetuk kamar Kyung-joon dan membukanya. Kyung-joon tidak ada.
Ternyata Kyung-joon pergi ke rumah sakit. Seorang rekan Yoon-jae menemuinya dan berterima kasih karena Kyung-joon telah membuatkan laporan untuknya. Kyung-joon berkata ia hanya ingin menguji pengetahuannya saja.
Rekan Yoon-jae bertanya mengapa ‘Yoon-jae’ tidak juga mulai bekerja, bukankah keadaannya sudah membaik. Kyung-joon berkata ada satu hal yang masih belum bisa diewatinya. Rekan Yoon-jae menawarkan bantuan, tapi Kyung-joon malah meminta resep (untuk mengusir rekan Yoon-jae secara halus, dokter kan tidak bisa sembarangan menulis resep).
Rekan Yoon-jae buru-buru pergi, tapi ia sempat memberi dua tiket pertunjukkan pada Kyung-joon untuk ditonton bersama Da-ran.
Ae-kyung membagi-bagikan minuman dingin pada semua rekan guru. Kecuali pada Guru Na. Ae-kyung juga sengaja meminta wakepsek mengatur kencan buta untuknya, di depan Guru Na.
Wakepsek bingung, bukankah Aa-kyung tidak perlu lagi kencan buta (karena sudah ada Guru Na)? Ae-kyung berkata hubungan mereka tidak seperti itu. Guru Na dengan tegas membenarkan. Ae-kyung jadi kesal.
Wakepsek bersedia mengatur kencan buta untuk Ae-kyung. Ae-kyung mengiyakan dengan sedih saat melihat Guru Na sudah pergi. Ia berharap Guru Na cemburu.
Choong-sik melompat dengan gaya Superman ke hadapan Ma-ri dan membuka seragamnya. Untuk memperlihatkan kaus yang telah dibelikan Ma-ri. Sebagai rasa terima kasih atas kaus itu, Choong-sik mengeluarkan dua lembar tiket bioskop. Ia bertanya apakah Ma-ri mau menonton.
Ma-ri mendapat ide bagus. Ia mengiyakan dan merebut kedua tiket itu lalu berlari pergi. Choong-sik mengejarnya, seharusnya Ma-ri menonton bersamanya.
Kyung-joon nongkrong di ruang anak-anak. Ia memperhatikan “Kelinci” dan “Teddy Bear” bermain. Kelinci menyodorkan sepiring “makanan” pada Teddy Bear. Teddy Bear menolaknya.
“Kalau begitu makan ini,” Kelinci menyodorkan sepiring lagi makanan mainan.
“Aku tidak mau main denganmu, aku tidak akan memakannya,” sahut Teddy Bear. Kelinci jadi sedih.
Kyung-joon menyuruh Teddy Bear bermain dengan Kelinci. Teddy Bear tidak mau main masak-masakkan, itu terlalu kekanakkan.
“Apa maksudnya itu? Kau kan anak-anak seperti dia,” gumam Kyung-joon.
Da-ran menelepon Kyung-joon dan memintanya membelikan roti dalam perjalanan pulang. Ia akan membuatkan pizza untuk Kyung-joon.
“Tidak usah, aku tidak akan memakannya,” kata Kyung-joon ketus. Teddy Bear mengamati Kyung-joon.
“Sudah kubilang tidak usah, aku tidak akan memakannya,” kata Kyung-joon lagi, lalu menutup teleponnya. Hehe, persis kaya Teddy Bear tadi kan?
Teddy Bear tersenyum melihat Kyung-joon. Ia bertanya mengapa orang dewasa juga bersikap seperti itu, seperti tadi ia merajuk pada Kelinci.
“Benar, aku sederajat denganmu,” kata Kyung-joon.
“Dokter, kalau begitu dokter yang makan,” Kelinci menyodorkan makanan mainannya pada Kyung-joon. Haha^^ Teddy Bear tersenyum dan mengangkat kedua tangannya mempersilakan Kyung-joon “makan”.
“Lebih baik aku pergi membeli roti,” kata Kyung-joon sambil bangkit berdiri. Teddy Bear tersenyum geli. Ssoooooo cuuuuuuteeee^^
Kyung-joon pulang ke rumah membawa roti. Ia melihat pakaian-pakaiannya (yang dari dalam koper) telah dicuci dan sedang dijemur di halaman. Ia melihat kamarnya juga telah dibereskan, tidak ada lagi barang-barang Yoon-jae. Fotonya dan ibunya terpajang di atas meja. Kyung-joon merasa perbuatan Da-ran manis sekali.
Ia menelepon Da-ran dan pura-pura kesal karena Da-ran telah menyentuh barang-barangnya. Ia bertanya Da-ran ada di mana. Da-ran sedang membeli roti. Kyung-joon memberitahu kalau ia sudah membeli roti. Da-ran mengomel ia telah berpanas-panas ria keluar rumah untuk membelinya.
“Gil Teacher, hari ini hari terakhir cutimu, kan?” Kyung-joon mengeluarkan dua tiket pertunjukan pemberian teman Yoon-jae dari saku celananya. “Aku akan membuang sesuatu di bawah roti. Pastikan kau melihatnya saat pulang nanti.”
Kyung-joon menaruh kedua tiket itu di bawah roti. Ia melihat walkman Yoon-jae yang rusak di atas meja. Ia pergi membawa walkman itu untuk diperbaiki.
Da-ran pulang dan menemukan kedua tiket itu di bawah bungkusan roti. Ia sangat senang. Ia berkata kedua tiket itu tidak boleh disia-siakan. Da-ran berdandan dan bersiap pergi ke tempat pertunjukkan.
Ma-ri datang ke rumah Kyung-joon, hendak mengajaknya menonton bioskop dengan tiket Choong-sik. Ia melihat Da-ran keluar rumah dan bertanya apa Kyung-joon ada di rumah. Da-ran berkata ia akan pergi menonton pertunjukan bersama Kyung-joon karena hari ini hari terakhirnya cuti.
“Oh, Ibu Guru, bolehkan aku menggantikanmu?” tanya Ma-ri. Ia hendak menukar tiket bioskopnya dengan tiket Da-ran. Dengan begitu Kyung-joon tidak perlu bersikap sebagai Yoon-jae.
Melihat Da-ran ragu-ragu, ia bertanya apakah Da-ran hendak pergi dengan Kyung-joon. Da-ran menyerahkan tiket pertunjukan pada Ma-ri dan menyuruhnya pergi bersama Kyung-joon. Ma-ri senang sekali dan berterima kasih, ia berkata Da-ran baik sekali.
Setelah Ma-ri pergi, Da-ran menunduk kecewa.
Kyung-joon menunggu Da-ran di lobi tempat pertunjukkan. Ia mendengarkan walkman Yoon-jae yang telah diperbaiki.
Se-young pergi menemui ibu Yoon-jae. Saat ia masuk ia mendengar ibu Yoon-jae sedang berbicara di telepon.
“Besok aku kembali ke Amerika,” kata ibu Yoon-jae.
“Ia sendirian di sana.” Suara ayah Yoon-jae.
“Apa hubungannya denganku? Dia bukan anakku. Anakku satu-satunya adalah Yoon-jae. Anak itu dilahirkan hanya untuk menolong Yoon-jae. Aku tidak kenal anak yang bernama Kang Kyung-joon!” kata Ibu Yoon-jae.
Se-young yang mendengar percakapan itu sangat terkejut.
Kyung-joon bingung saat melihat Ma-ri yang menemuinya, bukan Da-ran. Ma-ri berkata Da-ran yang memberikan tiket itu padanya. Kyung-joon kecewa Da-ran memberikan tiket itu pada Ma-ri. Ma-ri berkata ia menukar tiket itu dengan tiket bioskop dari Choong-sik. Ia mengajak Kyung-joon masuk ke ruang pertunjukan.
Kyung-joon tidak mau. Ia sebenarnya tidak ingin menontonnya. Ma-ri bertanya apakah Kyung-joon hanya ingin menonton bersama Da-ran. Kyung-joon beralasan ia telah merusak liburan dan walkman Da-ran, jadi ia berusaha berbaikan dengan Da-ran tanpa perlu meminta maaf. Sekarang rencananya gagal karena Ma-ri.
“Jangan berbaikan dengannya. Ibu guru bisa menjaga perasaannya sendiri,” kata Ma-ri.
“Aku tidak bisa terus bersikap seperti anak kecil di dekatnya. Aku pergi dulu,” Kyung-joon pergi meninggalkan Ma-ri.
Ma-ri tertegun, ia bertanya-tanya apakah Kyung-joon masih menyukai Da-ran.
Da-ran pergi ke bioskop. Di luar gedung, ia bertanya-tanya mengapa ia merasa sedih tak jadi pergi menonton pertunjukan bersama Kyung-joon. Padahal ia tidak terlalu ingin menontonnya.
“Apakah itu karena aku tak bisa menonton bersamanya?” tanyanya pada diri sendiri.
Tiba-tiba Kyung-joon berdiri di sisinya. Da-ran terkejut dan terlihat senang.
“Ini bukan tiket yang tadi kubuang. Kenapa kau ada di sini?” tanya Kyung-joon. Da-ran menatap Kyung-joon.
“Apa kau senang aku ke sini?” tanya Kyung-joon. Da-ran tidak menjawab.
“Tidak suka? Haruskah aku pergi?” Kyung-joon berbalik.
Da-ran menahannya. Aku akan tinggal, kata Kyung-joon pura-pura tak tertarik. Ia melihat tiket film yang dipegang Da-ran, bukan tipe film yang ia sukai. Da-ran tersenyum.
Kyung-joon mengeluarkan walkman Yoon-jae yang telah diperbaiki. Ia memasangkan sebelah earphone ke telinga Da-ran, dan sebelah lagi ke telinganya. Mereka tersenyum mendengarkan pelajaran dari walkman itu.
(hmmmm….aku bertanya-tanya apakah ada rekaman suara Yoon-jae dalam walkman itu. Mengapa Yoon-jae berkata walkman itu barang yang penting? *gaya sherlock holmesnya keluar nih :p*)
Da-ran terus menatap Kyung-joon. Kyung-joon menyadarinya dan bertanya ada apa dengan ekspresi wajah Da-ran. Da-ran tersadar. Ia berkata ia senang. Kyung-joon mengangguk lalu memasangkan kedua earphone di telinganya. Ia pikir Da-ran senang karena walkman itu telah diperbaiki.
Da-ran tak henti-hentinya menatap Kyung-joon.
“Kyung-joon-ah….ada yang salah denganku. Mengapa aku begitu bahagia kau datang?” kata Da-ran.
Kyung-joon menoleh. Mereka bertatapan.
Komentar:
Aaaaaaa…..last scene bener-bener bikin hati meleleh (walau akhir episode 12 lebih meleleh lagi^^). Gong Yoo dan Lee Min-jung benar-benar daebak!!!
Aku memang menyukai Lee Min-jung sebagai aktris, tapi entah kenapa aku merasa chemistrynya dengan Gong Yoo dalam Big (eps 1-8) tidak mencapai apa yang aku harapkan (tidak seperti chemistry Jae-ha dan Hang-ah^^). Aku merasa keduanya lebih seperti sahabat. Tapi episode ini menjawab semuanya. Min-jung ternyata aktris yang hebat.
Aku terkesan dengan Gong Yoo yang bisa memerankan Yoon-jae dan Kyung-joon sekaligus. Tapi ternyata Min-jung pun bisa. Ia memerankan Da-ran yang “jatuh cinta” pada Yoon-jae, Da-ran yang menganggap Kyung-joon adalah muridnya namun tinggal dalam tubuh Yoon-jae. Dan sekarang puncaknya, Da-ran yang jatuh cinta pada Kyung-joon. Jika kita menonton drama ini dari awal, akan terasa perbedaannya.
Menurutku cinta Da-ran pada Yoon-jae lebih pada kekaguman, seperti seorang fans pada idolanya. Ia sangat suka tapi tidak sampai cinta. Lalu Da-ran terhadap Kyung-joon yang berada dalam tubuh Yoon-jae, ia seringkali bingung karena melihat wajah Yoon-jae walau di dalamnya adalah Kyung-joon. Kadang ia melihat Kyung-joon dengan tatapan seperti ia menatap Yoon-jae.
Tapi dalam episode ini, Da-ran benar-benar melihat Kyung-joon. Yup, ia menatap Gong Yoo pemeran Yoon-jae juga, tapi aku yakin perasaan Da-ran ditujukan pada Kyung-joon. Hanya Kyung-joon. Tanpa embel-embel dalam tubuh Yoon-jae. Dan itu tatapan cinta. Love love love^^
Pada titik ini aku tidak peduli lagi Kyung-joon berada dalam tubuh siapa. Da-ran mencintai Kyung-joon, that’s it.
Misteri hubungan Kyung-joon dan Yoon-jae, sudah terjawab sebagian. Mereka adik kakak. Dalam episode 10 akan terungkap kalau Kyung-joon adalah anak orangtua Yoon-jae dengan meminjam rahim ibu Kyung-joon.
Mengapa? Karena Yoon-jae sakit parah saat kecil dan membutuhkan donor yang cocok. Donor itu hanya bisa diperoleh dari keluarga, lebih tepatnya saudara kandung. Saudara kandung paling cocok karena sama-sama mewarisi gen gabungan orangtua mereka. Untuk itulah Kyung-joon dilahirkan. That’s sad, tapi begitulah kenyataannya. Kyung-joon ada untuk menyelamatkan Yoon-jae.
Seperti gambar malaikat dalam dompet Kyung-joon. Satu anak menyelamatkan anak yang lainnya, dan anak yang diselamatkan menyelamatkan anak yang lainnya lagi. Kyung-joon dilahirkan untuk menyelamatkan Yoon-jae, dan Yoon-jae menjadi dokter anak untuk menyelamatkan anak lainnya. Pertanyaannya adalah, dalam pertukaran ini siapa yang menyelamatkan siapa?
Sedihnya lagi, ibu Yoon-jae tidak mengakui Kyung-joon adalah anaknya. Jika dulu muncul pertanyaan: apakah kita mencintai seseorang dari fisik atau dari kepribadiannya? Kali ini kita berhadapan dengan pertanyaan: apakah seorang anak harus dikandung dan dibesarkan oleh ibunya sendiri baru bisa disebut anak kandung? Bagaimana jika anak itu mewarisi gen kita, tapi dikandung dan dibesarkan wanita lain? Apakah ia masih anak kandung kita? Fiuhhhh…..
Hmmm...kalau Da-ran dan Kyung-joon punya anak, aku harap seperti Kelinci dan Teddy Bear^^ And Gong Yoo as a father??? Imagine...
q suka drama ini !
BalasHapussuka...suka...suka
selalu nunggu kelanjutannya sinop-nya
BalasHapussuka...suka...suka...banget
dan tampilan blognya bagus
keep fighting ya mbak
thsnk you^^ fighting!!
Hapuskelinci yg imut, cocok sekali jadi anaknya gong yoo hehhee... ma kasih mbak fanny utk sinopsisnya ^_^
BalasHapussama-sama^^
Hapusahhhh,,, so sweet
BalasHapustapi sedih juga ya,,
kyung jung akhirnya gimana???
ehm,,,gak sabar nunggu kelanjutannya,,
moga gak sad ending, gak kayak 49days itu tu,
Mbak Fanny, mau ikut komen yaa..
BalasHapusAku penasaran banget sama drama ini. Endingnya nggak bisa ditebak sama sekali.
Aku pengennya Da Ran sama Kyung Joon, tapi kalo lihat kyung joon di tubuh aslinya kayaknya nggak pantes. Lebih pantes jadi adeknya. Tapi nggak mungkin juga Kyung Joon di tubuh Yoon Jae terus. Kan kasihan kalo harus hidup sebagai orang lain.
Selain itu yang buat aku ragu sama pasangan ini soalnya Yoon Jae sebenernya mencintai Da Ran kan? Kayaknya nggak adil aja gitu kalo tiba-tiba Da Ran sama Kyung Joon.
Aduhhh bingung nih!
Kalo Ma Ri mah aku nggak bingung. Menurutku dia cocok ama Choong Sik.
Eh mungkinkah salah satu dari Yoon Jae-Kyung Joon nantinya meninggal? Menurut mbak Fanny gimana?
Oh iya ibunya Yoon Jae nyebelin banget. Padahal kan Kyung Joon anak kandungnya.
Aduh komenku banyak banget ya? Maaf nih Mbak Fanny :D
Oh ya satu lagi, aku boleh posting link sinopsis big di sini kan? Di http://worldanana.blogspot.com/
Gomawo Mbak sinopnya, episode selanjutnya ditunggu ya mbak :D
manurutku mungkin saja salah satunya meninggal, tapi bukan Kyung-joon (at least I hope sooo^^). Rasanya bukan tipe Hong bersaudara untuk membuat ending yang menyedihkan bagi pemeran utama, tapi drama ini memang sudah di luar kebiasaan mereka. Jadi apapun bisa terjadi.
HapusHehe...komen panjang pendek pasti kubaca semuanya^^...makasih komennya :D
posting link sinopsis silakan :)
makasih ya mbak fanny :D
Hapushai fanny, aku baru baca sinopsisnya, tapi bagus deh kayaknya jadi pengen liat drama ini. trus kalo ngeliat crita yoon jae-kyung joon....menurutku kisahnya hampir mirip-mirip ma novel/film "my sister's keeper" yah?...
BalasHapusaku belum nonton "my sister's keeper" tapi banyak yang mengatakan kisah KJ-YJ seperti film tersebut :)
HapusAqu juga pengen punya anak yang lucunya kaya kelinci n teddy bear..
BalasHapus#lohh?? Hihihi.. ^^
*echa*