Dunia…eh taman…serasa milik berdua bagi Da-ran dan Kyung-joon (untunglah taman itu sepi tidak ada orang). Akhirnya mereka berhenti berciuman. Kenyataan menyergap akal sehat Da-ran. Ia bertanya apa yang baru saja terjadi.
“Apa maksudmu apa yang baru saja terjadi? Kau baru saja berselingkuh,” kata Kyung-joon, masih terlihat takjub dengan apa yang baru dialaminya.
Da-ran tertegun menutupi bibirnya dan bergumam, “Orang sepertiku seharusnya mati saja di lautan.” Tampaknya ia merasa bersalah.
“Apa kau menderita?” tanya Kyung-joon, “tentu saja begitu, kau baru saja berselingkuh.”
“Ini semua gara-gara kau! Aku sudah bilang tidak, tapi kau terus mendatangiku dan membuatku kacau, menyanyi untukku, meniupiku, memberiku bunga dan semacamnya. Hingga aku terguncang dan jatuh.”
Kyung-joon menahan senyumnya. Da-ran berselingkuh karena hal-hal yang dilakukannya? Apa yang terjadi jika ia bersikap lebih keren?
“Kau benar, aku mendua. Aku akan berhenti mendua dan menahan diriku agar tidak tergoyahkan lagi.”
“Tidak boleh. Karena kau sudah tergoyahkan, aku akan menarikmu sampai ke akar-akarnya.” Hihi…emangnya pohon?
Kyung-joon menarik Da-ran ikut dengannya, untuk merayakan ulang tahunnya.
Se-young diberitahu perawat hari ini adalah hari ulang tahun Kyung-joon dan mereka merayakannya. Se-young melihat kue ulang tahun Kyung-joon yang berinisial KKJ. Kang Kyung-joon? Se-young menertawakan dirinya sendiri, jika Kyung-joon tidak terbaring di rumah sakit tentu ia sudah berpikir kalau pria idaman lain Da-ran adalah Kyung-joon.
Se-young melihat ayah Yoon-jae berjalan menuju kamar Kyung-joon. Se-young memanggilnya. Ia memperkenalkan diri sebagai dokter yang merawat Kyung-joon. Ayah Yoon-jae tahu kalau Se-young sudah mengetahui semuanya.
Ia meminta Se-young membicarakan kondisi Kyung-joon dengannya mulai sekarang. Tepat saat itu, Ma-ri diam-diam memperhatikan mereka. Ia datang ke rumah sakit karena khawatir ayah Kyung-joon membawa tubuh Kyung-joon pergi.
Se-young berkata tentu saja ia akan membicarakannya dengan ayah Yoon-jae.
“Karena Anda adalah ayah Kyung-joon.”
Ma-ri terkejut. Ayah Kyung-joon? Karena ayah Kyung-joon berdiri membelakanginya, Ma-ri tidak bisa melihat wajahnya. Ia mengikuti ayah Kyung-joon dan berpapasan dengan Se-young. Se-young mengomentari Ma-ri yang datang setiap hari menjenguk Kyung-joon. Ma-ri berkata tentu saja ia datang tiap hari, ia adalah keluarga Kyung-joon.
Ma-ri terus mengikuti ayah Kyung-joon. Tak tahan lagi, ia berseru, “Tunggu sebentar!!”
Ayah Kyung-joon membalikkan badan. Ma-ri terkejut.
“Paman, bukankah Paman ayah Seo Yoon-jae?” tanyanya.
Ayah Yoon-jae bertanya Ma-ri siapa.
“Paman adalah ayah Kyung-joon?”
Da-ran dan Kyung-joon merayakan ulangtahun Kyung-joon di sebuah restoran. Para pegawai dan Da-ran menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Kyung-joon, lengkap dengan topi pesta rumbai-rumbai^^
Kyung-joon terus membungkuk karena malu ulang tahunnya dirayakan seperti ulang tahun balita. Ia marah-marah pada Da-ran. Da-ran berkata memang begitulah seharusnya ulang tahun anak kecil dirayakan.
“Tadi kau berselingkuh dan menciumku, dan sekarang kau menyebutku anak kecil?” sergah Kyung-joon.
“Diam!” bisik Da-ran, “anggap saja (kiss) itu ucapan selamat ulang tahun gaya Amerika.”
“Pertama untuk mengucapkan selamat tinggal, lalu untuk ulang tahunku, apa (kiss) yang ketiga untuk merayakan aku kembali ke tubuhku?” tanya Kyung-joon.
“Tidak akan ada yang selanjutnya. Tidak ada masa depan untuk kita berdua.”
Kyung-joon berkata itukah sebabnya Da-ran hendak melarikan diri, karena takut menghadapi masalah di depan mata? Da-ran berkata Kyung-joon masih muda hingga tak terganggu apapun, sedangkan dirinya terganggu banyak hal.
“Jika ada banyak hal yang mengganggumu, kau bisa menendang mereka semua sambil kau berjalan.”
Da-ran menghela nafas, ia tidak punya kekuatan untuk itu. Kyung-joon berkata ia yang akan memberikan kekuatan. Ia akan melakukan perbuatan-perbuatan yang jauh lebih mnegesankan..
Ma-ri bertanya apakah ayah Yoon-jae adalah ayah Kyung-joon. Ia bertanya apakah Kyung-joon adik Yoon-jae. Ayah Kyung-joon meminta Ma-ri merahasiakan hal itu dari “Yoon-jae” karena akan membuat semuanya lebih rumit.
“Bagi Paman siapa yang lebih penting? Seo Yoon-jae atau Kyung-joon?”
Ayah Yoon-jae tak bisa menjawab.
“Seo Yoon-jae lebih penting, bukan? Itulah sebabnya Paman menyembunyikan kebenaran bahwa Paman adalah ayah Kyung-joon. Benar, kan?”
“Aku minta maaf, tapi ada alasannya di balik itu.”
“Aku tidak peduli keadaan orang lain. Hanya Kyung-joon yang penting bagiku. Karena Paman bersalah pada Kyung-joon, maka Paman bukan orang yang baik! Jika Kyung-joon tahu, ia akan terluka.”
Ma-ri pergi meninggalkan ayah Yoon-jae. Tadinya ia pikir menemukan ayah Kyung-joon akan menjadi jalan keluar yang baik, ternyata semuanya menjadi lebih rumit.
Kyung-joon memberi Da-ran “tiket perjalanan pulang pergi ke bulan” (ini sih iklan Galaxy SIII…bikin ngiler aja >,<). Da-ran tersenyum geli. Kyung-joon berkata ia akan pergi bersama Da-ran ke bulan sekitar 20 tahun lagi jika Da-ran bertambah cantik.
“Bagaimana kau tahu hal seperti itu akan terjadi?” tanya Da-ran.
“Apa 20 tahun yang lalu kau terpikir benda seperti ini akan ada 20 tahun kemudian?” Kyung-joon mengacungkan ponselnya. “Sudah pasti itu akan terjadi. Mari kita pergi bersama saat waktunya tiba. Dalam perjalanan ke sana (bulan), kita dengarkan album ke –40 Seo Taiji. Siapa yang bisa menebak juara World Cup 2033 harus membeli album itu. Kita akan lihat apakah Gil Da-ran bisa melihat tembok Cina yang panjang (gildaran) dari bulan, dengan matamu yang panjang (gil daran). Maka kau akan merasa lega dan berkata: ah, untunglah pria ini membujukku pada hari itu. Lalu aku akan memberikan salamku yang ke-847.”
Kyung-joon berkata Da-ran sebaiknya memiliki kekuatan lebih karena ia akan melakukan hal-hal yang jauh lebih indah dari yang sudah ia lakukan. Apakah Da-ran benar-benar tidak mau pergi ke bulan untuk selamanya? Da-ran tersentuh dan tersenyum mendengar perkataan Kyung-joon. Tapi sesaat kemudian ia kembali mengeraskan hatinya.
“Aku orang bumi biasa, jangan seret aku ke luar angkasa. Karena aku baru saja merasa masuk ke dalam lubang hitam dan mati.”
“Tadi kau bilang kau mau melempar dirimu ke lautan. Kalau begitu bagaimana kalau kita berjalan-jalan di bawah laut?”
“Hentikan!” seru Da-ran, ia menutup telinganya.
“Mungkin baru akan terjadi 15 tahun kemudian, tapi…”
“Hentikan!”
“Aku akan terus bekerja keras membujukmu dengan kata-kata manisku, jadi kuatkan dirimu dan raih aku,” Kyung-joon tersenyum.
Pada dasarnya Kyung-joon ingin membicarakan masa depan bersama Da-ran tapi Da-ran tidak mau mendengarnya karena merasa hubungan mereka tidak memiliki masa depan.
Mereka berdua pulang ke rumah. Kyung-joon mencegah Da-ran masuk ke rumah. Apa Da-ran tidak lupa sesuatu?
“Apa?” tanya Da-ran bingung.
“Seharusnya ada sesuatu yang akan kauberikan.”
“Tidak ada,” kilah Da-ran.
“Aku sudah menunggu lama,” keluh Kyung-joon.
Da-ran mengira Kyung-joon meminta ciuman lagi hahaha…ia berkata ia tidak bisa memberikannya walau Kyung-joon kembali ke tubuhnya. Kembali apanya? Kyung-joon menanyakan hadiahnya. Apakah Da-ran tidak akan memberinya hadiah?
Da-ran jadi malu. Ia hampir lupa dengan hadiah Kyung-joon. Ia mengeluarkan kotak jam tangan dan membukanya.
“Selamat!!” katanya, menyodorkan kotak itu.
Kyung-joon mengambil jam tangan hadiahnya dan membuktikan perkataan Se-young. Benar-benar ada inisial KKJ di baliknya. Kyung-joon mengembalikan jam itu pada Da-ran.
“Kenapa? Apa kau tidak menyukainya?” tanya Da-ran.
Kyung-joon mengulurkan tangannya. Ia ingin Da-ran memakaikan jam itu. Ini adalah hal pertama yang dilakukan Da-ran untuknya, jadi ia ingin memastikannya. Da-ran berkata Kyung-joon tidak perlu memastikannya.
“Pasangkan saja dengan kuat dan raih aku. Seluruh hidupku akan kauraih.”
“Jika itu yang kaumaksud, maka aku tidak bisa melakukannya. Ambil saja ini hanya sebagai hadiah ulang tahunmu dan pakai saja sendiri.”
Kyung-joon menggeleng. Jika Da-ran tidak mau memakaikannya maka ia tidak mau menerimanya. Da-ran tak tahu apa yang harus dilakukannya. Kyung-joon mendekat dan berdiri di sebelahnya.
“Lihat jam ini. Sekarang rileks dan fokus hanya pada jam ini.”
Dasar Da-ran. Ia menurut dan menatap jam itu dengan sungguh-sungguh….padahal lebih enak menatap Kyung-joon kan ya^^
Ma-ri tiba di dekat rumah Kyung-joon dengan taksi. Ia melihat keduanya sedang berdiri berdekatan di depan rumah. Kyung-joon meneruskan “hipnotis”nya.
“Sekarang jam menunjukkan pukul 10.10. Ingat baik-baik bentuk kedua jarumnya. Setiap hari, saat jam ini menunjukkan waktu pukul 10.10, kau akan memikirkan KKJ. Gil Da-ran akan memikirkan KKJ pada jam itu. 1…2….SELESAI!!” Kyung-joon menjentikkan jarinya keras-keras.
Da-ran terkejut. Kyung-joon berkata Da-ran telah terhipnotis.
“Dua kali sehari tiap pukul 10.10, Gil Da-ran akan memikirkan aku. Selamanya. Tidak akan pernah berhenti.”
Da-ran berkata itu tidak akan terjadi. Kyung-joon menantang Da-ran untuk membuktikannya sendiri. Orang yang lugu dan penakut sangat mudah dihipnotis. Da-ran jadi percaya. Ia memohon agar Kyung-joon melepaskannya dari hipnotis.
“Melihatmu begitu gugup, kurasa kau benar-benar sudah terhipnotis,” ledek Kyung-joon, “Jika kau sudah terhipnotis berarti aku bisa menangkapmu.”
Da-ran semakin panik. Ia bertepuk tangan agar pengaruh “hipnotis”nya lepas. “Matahari merah…lepas, ayo lepas!!”
“Hei! Hei!! Apa kau sedang menangkapi lalat?” Bwahahaha^^
Ma-ri melihat keakraban keduanya dari jauh. Wajahnya murung.
Kyung-joon menyuruh Da-ran masuk duluan. Ia mengaku telah membuang sikat gigi Da-ran karena ia marah mendengar Da-ran akan pergi melarikan diri. Ia akan pergi membeli sikat gigi baru untuk Da-ran. Ia bahkan telah membuang sendal rumah Da-ran.
“Belikan susu juga,” seru Da-ran.
“Okay!” Kyung-joon membentuk huruf “O” dengan melingkarkan kedua tangannya di atas kepalanya. Lalu tiba-tiba ia merentangkan kedua tangannya membentuk hurup V (seperti posisi jarum jam membentuk pukul 10.10). “10.10!!” serunya. Da-ran tersentak kaget. Kyung-joon tertawa lalu berjalan pergi.
Da-ran tersenyum melihat tingkah dan kegembiraan Kyung-joon. Ma-ri mendekati Da-ran dan menepuk pundaknya. Ia melihat Da-ran memegang jam tangan dan bertanya apakah Da-ran membelikan hadiah untuk Kyung-joon. Da-ran membenarkan. Ma-ri meminta Da-ran masuk ke rumah, ada hal penting yang hendak ia katakan pada Kyung-joon.
“Kalau begitu ayo kita masuk dan menunggu bersama.”
“Ini adalah hal penting hanya antara aku dan Kyung-joon. Ibu guru tidak perlu mempedulikannya,” ujar Ma-ri ketus.
Ma-ri menyusul Kyung-joon ke minimarket. Ia bertanya mengapa Kyung-joon terus mematikan ponselnya sejak kemarin. Kyung-joon berkata ia tidak mau direcoki Ma-ri soal perayaan ulang tahunnya. Ia tidak mau dirayakan, sedang tidak mood.
“Kalau begitu moodmu sekarang sudah membaik?” tanya Ma-ri dengan nada menyindir. “Karena Ibu Guru Gil Da-ran?”
Kyung-joon mengangguk membenarkan. Ma-ri berkata jika ia memberitahu kabar buruk pada Kyung-joon sekarang, maka dirinya akan menjadi perusak mood Kyung-joon.
“Tak apa-apa, katakan saja. Aku sedang dalam mood yang sangat baik saat ini. Sedikit berita buruk tidak akan mempengaruhiku.”
(Oh no, sebagian diriku ingin Kyung-joon tahu keadaan yang sebenarnya, tapi sebagian lagi tidak ingin Kyung-joon tahu >,<)
Ma-ri bertanya apakah Kyung-joon begitu bahagia. Kyung-joon mengangguk. Ma-ri terdiam.
“Ada apa? Katakan saja,” ujar Kyung-joon.
“Aku tidak mau. Aku tidak ingin mengatakan sesuatu yang merusak mood-mu. Aku akan menyuruh ibu guru yang mengatakannya.”
“Baiklah, mendengarkan berita buruk dari Gil teacher akan lebih baik,” kata Kyung-joon. Ia telah menemukan sikat gigi pilihannya dan pergi ke kasir.
“Jika kau dengar siapa ayahmu sebenarnya dari ibu Guru Gil Da-ran, kalian berdua tidak akan pernah bisa tersenyum kembali,” kata Ma-ri pada dirinya sendiri.
Da-ran melihat jam tangan Kyung-joon dan tiket ke bulan. Ia bertanya-tanya mungkinkah apa yang dikatakan Kyung-joon, jalan-jalan ke bulan dan berpetualang di dasar laut, akan terjadi suatu saat nanti?
Malam itu Da-ran bermimpi indah. Ia pergi ke bulan dan ke dasar lautan. Dalam mimpinya ia berterimakasih pada Kyung-joon karena telah memberinya masa depan. Dan semua masalah yang ada di hadapannya terlihat sepele dari bulan.
Dalam tidurnya, Da-ran tersenyum dan merentangkan tangannya membentuk pukul 10.10.
Keesokan paginya saat sarapan, Da-ran membuka kulkas dan menemukan berbotol-botol minuman bervitamin dengan wajah Ma-ri dan Kyung-joon dalam labelnya (hihi jadi inget Dokko Jin^^). Kyung-joon berkata itu semua hadiah ulang tahun dari Ma-ri.
Kyung-joon berkata Ma-ri menggerakkan semua murid untuk mengirimkan foto itu melalui ponsel hingga mendapat hadiah ini (foto itu djadikan label minuman). Ia berkata jika Ma-ri menetapkan hatinya pada sesuatu, ia akan berlari hingga ia mendapatkannya. Seperti kereta api.
Da-ran tersenyum. Jika kereta itu secantik dan bersinar seperti Ma-ri, ia akan senang jika Ma-ri lari ke arahnya. Ia berkata Ma-ri dan Kyung-joon sangat cocok bersama.
“Jang Ma-ri memang sangat cantik. Dan jika kau menggali ladang minyak milik ayah Ma-ri, dibutuhkan waktu 30 menit untuk mengelilinginya.”
“Dengan mobil?”
“Dengan helikopter.” Berarti ayah Ma-ri sangat kaya.
“Kalau begitu kereta ini benar-benar terisi emas,” kata Da-ran mulai merasa tidak percaya diri.
“Sangat berbeda dengan seseorang yang selalu bersembunyi dan tak berani menghadapi hari esoknya,” sindir Kyung-joon.
Da-ran diam menyadari kebenaran perkataan Kyung-joon. Kyung-joon mengeluh bosan dengan roti yang dibeli Da-ran. Da-ran berkata bukankah itu roti kesukaan Kyung-joon. Kyung-joon ingin roti yang lain.
“Memang, anak kecil selalu mengatakan kalau ia menyukai sesuatu lalu menjadi bosan tak berapa lama kemudian,” Da-ran merajuk.
“O-ow, apa kau mengumpamakan perasaanmu dengan roti?”
“Tidak, aku akan makan roti itu dan menjadi kuat untuk menghadapi hari esok,” sindir Da-ran. Ia berkata ia akan merentang rel kereta ke sekolah baru dan menghadapi masa depannya yang tipis dan panjang.
Kyung-joon merebut roti yang hendak digigit Da-ran. Jika Da-ran berniat melakukan sesuatu yang bodoh, maka Da-ran tidak perlu energi. Artinya tidak perlu makan. Ia menggigit roti yang tadi direbutnya dari Da-ran.
Paman Kyung-joon mengenakan seragam lamanya dan mengintip ke dalam restoran orangtua Da-ran. Wakepsek memergokinya. Ia bertanya mengapa paman Kyung-joon mengenakan pakaian seperti itu. Paman berharap ibu Da-ran mengenalinya jika ia mengenakan pakaian itu (kenapa ngga sekalian cukur kumis aja ya^^).
Wakepsek merasa paman Kyung-joon sangat malang. Ia memberi semangat agar paman masuk ke restoran.
Ibu Da-ran tercengang saat melihat Paman. Ia melihat ke sana kemari seakan takut terlihat orang lain. Ibu Da-ran menghampiri Paman dengan wajah sedih. Lalu meraih tangan Paman dan menggenggamnya dengan lembut.
Paman tersentuh. Ia menaruh tangannya di atas tangan ibu Da-ran. Hanya saja ketika ibu Da-ran menarik tangannya, Paman melihat ibu Da-ran menaruh uang 1000 won (sekitar 10 ribu rupiah) di tangan Paman. Paman bengong. Ibu Da-ran menambah lagi 1000 won. Hahaha…ternyata ibu Da-ran mengira Paman adalah veteran perang yang menjadi pengangguran dan tak punya uang. Ibu Da-ran malah menyuruh Paman lekas pergi.
Hati Paman hancur. Ia bagai orang linglung saat keluar dari restoran. Wakepsek yang menunggu di luar segera menariknya. Ia bertanya apakah ibu Da-ran mengenali Paman. Ia melihat mereka tadi bergenggaman tangan.
Paman membuka tangannya, menunjukkan uang pemberian ibu Da-ran. Wakepsek merasa kasihan pada Paman. Paman menggenggam uang itu erat-erat. Ia telah mempermalukan dirinya sendiri.
Da-ran membuka kotak jam tangan Kyung-joon. Pukul 10.10. Ia menggelengkan kepala kuat-kuat. Tertangkap basah ia sedang memikirkan Kyung-joon.
Ma-ri menghampirinya dengan senang karena ia mendengar Da-ran akan pindah ke sekolah baru. Da-ran berkata ia belum memutuskannya. Choong-sik melihat cincin Da-ran tidak ada.
“Oh benar, aku lupa,” kata Da-ran.
“Apa Ibu Guru melupakan Seo Yoon-jae?” tanya Ma-ri curiga. Apalagi ia melihat kotak jam tangan Kyung-joon. Ia bertanya dengan marah di mana Da-ran telah menghilangkan cincinnya. Ia berkata Da-ran harus menemukannya.
Mereka bertiga mencari cincin itu di taman. Da-ran berkata ia harus menemukan cincin itu dan mengembalikannya. Choong-sik heran, jika Da-ran tahu di mana letak jatuhnya cincin itu, mengapa Da-ran tidak langsung memungutnya. Apa Da-ran sedang bertengkar dengan “Yoon-jae”?
“Apa kau membuangnya?” tanya Ma-ri.
“Aku melupakannya. Aku kehilangan akal…”
“Kakak bertengkar hingga kehilangan akal? Itulah sebabnya kakak akan pindah ke daerah yang jauh, bukan?”
Da-ran tak bisa menjawab. Ma-ri terus memperhatikan reaksi Da-ran. Choong-sik berkata ia akan menemui pengurus taman, untuk menanyakan apakah mereka telah menemukan cincin di taman itu.
Setelah Choong-sik pergi, Ma-ri mendekati Da-ran. Ia berkata ia telah bertemu dengan ayah Kyung-joon kemarin. Ma-ri berbohong ayah Kyung-joon mencoba menghindar untuk mengakui ia adalah ayah Kyung-joon. Karena itu Ma-ri belum memberitahu Kyung-joon karena khawatir Kyung-joon sedih.
Ma-ri berkata ayah Kyung-joon tidak mau berurusan dengannya karena ia anak-anak. Ia meminta Da-ran menemui ayah Kyung-joon dan memastikan kalau ia ayah Kyung-joon. Da-ran bersedia.
“Jika Kyung-joon bertemu ayahnya, maka ia tidak akan menemui ibu guru lagi, kan? Jika ia menemukan ayahnya, ibu guru bilang akan menyingkir tanpa merasa terbebani.”
Da-ran terdiam mendengar perkataan Ma-ri.
“Kenapa? Apa ibu guru ingin terus berada di sisi Kyung-joon?” tanya Ma-ri dengan pandangan menuduh.
Belum sempat Da-ran menjawab, Choong-sik berlari memberitahu mereka bahwa pengurus taman tidak menemukan cincin.
“Kita harus menemukan cincin ibu guru dengan cepat…ini membuatku khawatir,” kata Ma-ri ketus.
Kyung-joon menemukan Teddy Bear duduk sendirian di lorong rumah sakit. Kyung-joon bertanya mengapa Teddy Bear tidak di ruang bermain, dan mengapa ia sendirian? Di mana Kelinci?
Teddy Bear berkata Kelinci sakit. Mereka semua pasien yang sakit dan Kyung-joon dokternya. Kyung-joon bertanya apa Kelinci sangat sakit. Teddy Bear mengangguk.
Mereka pergi ke kamar tempat Kelinci dirawat. Kyung-joon tak berani melihat Kelinci karena di hidung Kelinci ada bekas darah dan ia sedang ditransfusi. Ibunya mengatakan kondisi Ji-min (Kelinci) memburuk. Kyung-joon berkata ia berharap Ji-min baik-baik saja.
Ibu Ji-min meminta Kyung-joon memegang tangan Ji-min. Ia selalu merasa baikan setiap kali Yoon-jae menggenggam tangannya. Masalahnya Kyung-joon bukan Yoon-jae, dan ia takut pada darah yang juga mengotori tangan Kelinci (kok ngga dibersihin ya??).
Kyung-joon melihat tangan Kelinci, handuk penuh darah, dan labu transfusi. Ia mulai merasa panik.
“Dokter….” Panggil Kelinci penuh harap dengan suara lemah. Teddy Bear memperhatikan Kyung-joon. Kyung-joon tak tahan dan meminta maaf pada ibu Ji-min. Ia buru-buru keluar.
Tapi Kyung-joon merasa tak enak hati. Ia melihat pantulan wajah Yoon-jae di jendela. Yoon-jae, dokter anak-anak bertangan hangat. Lalu ia ingat Kelinci dan Teddy Bear. Kyung-joon meneguhkan hatinya dan kembali ke kamar Kelinci.
Kelinci tersenyum melihat kedatangan Kyung-joon. Kyung-joon duduk di sebelah tempat tidur Kelinci lalu menarik nafas. Dengan takut-takut ia mengulurkan tangannya. Kelinci menggenggam tangan Kyung-joon. Kyung-joon terkejut, ternyata tidak menakutkan seperti yang ia kira.
“Apa dokter takut?” tanya Teddy Bear. “Dokter kan orang dewasa, mengapa bisa begitu?”
“Aku bukan orang dewasa dan aku tidak bisa melakukan apa yang orang dewasa lakukan. Jika kau dewasa nanti kau juga akan takut pada beberapa hal.”
“Mereka bilang aku tidak bisa menjadi dewasa. Ji-min (Kelinci) dan aku tidak bisa hidup sampai dewasa,” kata Teddy Bear.
Kyung-joon jadi sedih. Ia meraih tangan Teddy Bear. Mereka bertiga berpegangan tangan.
“Kau akan terus bertumbuh. Teddy Bear, kau akan bertumbuh menjadi Teddy Bear dan Kelinci akan menjadi Kelinci seksi yang keren. Kang Kyung-joon akan menjadi orang yang lebih baik dari Seo Yoon-jae. Kita bertiga akan terus bertumbuh,” katanya menyakinkan. Kelinci tertawa.
Da-ran melihat tangannya yang tanpa cincin. Da-ran merasa hilangnya cincin itu adalah hal yang bagus. Jika ia mengembalikan cincin itu pada Yoon-jae maka ia harus menceritakan soal Kyung-joon pada Yoon-jae, tapi ia tak punya keberanian untuk itu. Ia memutuskan tidak akan mencari cincin itu.
“Tidak bisa. Kau harus menemukannya dan meminta maaf,“ terdengar suara wakepsek yang sedang memarahi dua murid yang menyembunyikan buku rapor mereka. Sorang dari mereka berkata ia menyembunyikan rapornya agar bisa berlibur ke Bali bersama ibunya.
Wakepsek menyuruh mereka bertanggung jawab atas nilai-nilai dalam rapor mereka, agar bisa berlibur dengan tenang. Siswa itu berkata lebih baik ia tidak jadi ke Bali daripada harus menunjukkan rapornya pada ibunya.
“Ckckckkkk…anak nakal,” omel Wakepsek.
“Ya, aku anak nakal,” Da-ran membayangkan dirinya yang sedang dimarahi. “Aku akan mengatakan kalau aku menghilangkan cincinnya dan juga tidak pergi kepada Kyung-joon.”
“Apa kau memang ingin pergi pada KKJ? Jika kau ingin pergi, maka temukan dan kembalikan cincin itu untuk mendapat pengampunan,” Wakepsek (imajinasi Da-ran) menasihati.
“Aku takut.”
“Jika kau yakin kau ingin bersamanya, maka kau harus berani!”
“Bagaimana aku tahu kalau aku yakin atau tidak?”
“Jika kau tertangkap 10.10, artinya kau yakin,” Wakepsek merentangkan tangannya membentuk huruf V.
“10.10?” Da-ran ikut merentangkan tangannya.
Lamunan Da-ran buyar. Wakepsek bingung melihat Da-ran duduk dengan merentangkan kedua tangannya. Ia bertanya apa yang sedang Da-ran lakukan. Da-ran buru-buru menurunkan kedua tangannya. Ia berkata ia sedang mengikuti anjuran wakepsek, mencari tahu apakah hatinya benar-benar sudah tertangkap 10.10. Da-ran lalu keluar sambil merentangkan tangannya kembali. Wakepsek, Ae-kyung, dan Guru Na kebingungan.
Sambil berjalan, Da-ran melihat jamnya, masih jam 6 sore. Tapi ia teringat pada perkataan Kyung-joon. “Setiap jam 10.10 setiap hari, kau akan memikirkan KKJ”.
Ia mengambil minuman, dan teringat Kyung-joon. Melihat orang menalikan sepatu, ia teringat Kyung-joon menalikan sepatunya. Da-ran bersikeras sekarang belum pukul 10.10, belum waktunya memikirkan Kyung-joon.
Ia berusaha menyibukkan diri dengan berbelanja. Ia melihat jam toko dan terkejut, 10.10!! Da-ran menggelengkan kepala, ternyata baru pukul 7.
Da-ran terus berusaha mengenyahkan 10.10 dari otaknya, tapi ia terus memikirkan Kyung-joon. Kyung-joon mengendarai mobil, Kyung-joon mengipasinya. Dan lebih parah lagi, ia melihat semua merentangkan tangan membentuk jarum jam menunjukkan pukul 10.10. Da-ran menyadari apa yang terjadi.
“Bagiku, seharian ini waktu menunjukkan pukul 10.10,” katanya panik. Artinya, seharian ini ia memikirkan Kyung-joon^^
Da-ran berjalan ke halte bis, ternyata Kyung-joon sudah menunggunya sejak tadi dan merasa khawatir Da-ran belum pulang juga. Apa Da-ran tahu sekarang sudah jam berapa?
“10.10,” gumam Da-ran.
“Apa? Hari masih begini terang….heh?” Kyung-joon menyadari perkataan Da-ran. “10.10?”
“Hatiku benar-benar ingin pergi padamu,” kata Da-ran pelan.
“Kau ingin datang padaku?” Kyung-joon tersenyum bahagia. “Gil Da-ran benar-benar berlari kencang.”
Kyung-joon merentangkan tangannya membentuk pukul 10.10 dan hendak memeluk Da-ran. Tapi Da-ran berkata ia harus menemukan cincinnya lebih dulu dan mengumpulkan keberanian.
Da-ran berlari ke taman. Kyung-joon mengejarnya. Sementara itu Choong-sik sedang mencari cincin Da-ran di taman. Ia melihat Da-ran dan Kyung-joon datang, lalu cepat-cepat bersembunyi di balik pohon.
Kyung-joon menghentikan Da-ran. Ia bertanya mengapa Da-ran mencari cincin yang sudah dibuang. Da-ran berkata ia harus menemukan cincin itu lebih dulu agar bisa meminta maaf.
“Minta maaf? Kau mau minta maaf karena telah berselingkuh?” tanya Kyung-joon. Choong-sik terkejut mendengarnya.
“Apa kau ingin berubah pikiran sekarang? Baru saja kemarin kau bilang kau melewati lautan bersama KKJ yang seharusnya tidak kaulakukan.”
“Kemarin aku merasa malu karena aku tertangkap basah. Tapi jika aku ingin melanjutkan, aku harus memiliki keberanian dan meminta maaf. Jadi aku harus menemukan cincin itu.”
“Jika kau menemukan cincin itu, apa kau akan melepaskan Seo Yoon-jae dan pergi pada KKJ?” tanya Kyung-joon.
“K K J?” gumam Choong-sik.
Da-ran berkata hal pertama yang harus ia lakukan adalah meminta maaf agar ia bisa menyelesaikan semuanya. Kyung-joon mengangguk mengerti, jika itu yang memang Da-ran inginkan. Ia pergi meninggalkan Da-ran.
“Berselingkuh….meminta maaf…menyeberangi lautan??? K K J?” Poor Choong-sik. Dia sangat shock.
Ayah dan ibu Da-ran bersiap-siap makan semangka. Ayah hendak memotong semangka itu, tapi ibu bilang Choong-sik belum pulang. Ayah berkata mereka bisa membuatkan makanan lain untuk Choong-sik. Ibu setuju.
“Ayah!!! Ibu!!!” teriak Choong-sik. Panjang umur nih anak..baru diomongin udah nongol...batal deh makan semangka berdua^^
Choong-sik jatuh berlutut di hadapan orangtuanya. Ia melapor telah terjadi hal tragis dalam keluarga Gil.
“Tragis?”
“Puteri tertua keluarga Gil….. sang anak perempuan….. berselingkuh!!”
Jlebbb!!! Pisau tertancap di lantai.
“Berselingkuh?” tanya Ayah.
“APAAAAA??!!!” seru Ibu. Brakkkk!! Semangka hancur berantakan dihantam Ibu.
huhu maunya mereka trus bahagia kayak skrg tnpa perlu mngalami hal2 pahit yg bakal tjd di eps selanjutnya :(
BalasHapuslee
samaaaa >,<
Hapussayang bgt tuh semangkanya :D
BalasHapussemangkanya gede yaaach^^
Hapusemaknya daran se3rem ye..klu dah ngamuk...
BalasHapussemangat trus mba fanny...
hahaha iyaa, tapi modis lho, liat aja nail artnya^^
Hapuswah ternyata blognya bagus, baru ini buka blognya mbak fani d pc, sbelum"nya di hp. salam kenal ya ;)
BalasHapusmakasih^^ salam kenal juga :)
Hapuswahhh, lucu deh diepisode ini :D pengen bgt daran ama kyung joon awettt ... mbak fany disitu ada anak 2 diomelin ama wakepsek itu beneran mau ke bali ??
BalasHapus