Kedatangan Eun Gi ke kantor disambut oleh unjuk rasa serikat buruh yang merasa dibohongi Eun Gi. Awalnya Eun Gi mengabulkan permintaan mereka tapi semuanya berubah karena ayahnya tidak setuju (eps 2). Mereka menuntut Eun Gi turun dari posisinya dan meminta maaf pada mereka.
Eun Gi tidak gentar melihat para pengunjuk rasa itu. Ia bahkan berjalan menghampiri mereka. Jun Ha menghalanginya dan menggeleng. Tapi Eun Gi menatap Jun Ha dengan tajam dan menyuruhnya minggir.
Para pengunjuk rasa merubungi Eun Gi dan menariknya. Jun Ha dan para eksekutif lain berusaha melindungi Eun Gi. Eun Gi berteriak ia ingin berdiskusi dengan para pengunjuk rasa. Bukannya menjadi tenang, para pengunjuk rasa itu malah melempari Eun Gi dengan telur dan terigu.
Maru menarasikan karakter Eun Gi: “Seo Eun Gi, satu-satunya puteri Presdir Taesan Grup. Sekarang menjabat Direktur Eksekutif Taesan Grup dan juga pewaris utama Taesan Grup. Kasar, arogan, kritis, dingin. Tidak memiliki teman, tidak memiliki hobi. Pusat perbelanjaan, bioskop, museum, lapangan golf adalah kehidupan sosialnya. Satu-satunya kegiatan yang dilakukan untuk refreshing adalah motorcycling.”
Setelah membersihkan tubuhnya dari sisa-sisa telur dan terigu, Eun Gi mengeluarkan pakaian bermotornya. Ia lalu mengeluarkan boneka barbie dari lacinya dan membelainya sambil tersenyum. Ia bertanya apakah barbie mau ikut dengannya.
Maru memacu sepeda motornya. Ia teringat pertemuannya dengan Jae Hee di kantor polisi. Setelah Jae Hee mengkhianatinya dengan mengatakan bahwa Maru memang memerasnya, Maru bertanya apakah ia boleh menanyakan sesuatu pada Jae Hee.
“Dunia seperti apakah itu? Dunia tempat Nyonya tinggal…dunia seperti apakah itu? Menuduh pria yang tak bersalah, menghancurkannya, membiarkannya kehilangan akal, membiarkannya menyerahkan hidupnya…”
Polisi memarahi Maru karena menanyakan pertanyaan seperti itu pada Jae Hee. Jae Hee yang sejak tadi terlihat merasa bersalah, menoleh pada Maru. Raut wajahnya berubah. Dengan angkuh ia bertanya apakah Maru akan mengerti meski ia menjawabnya.
Dunianya begitu indah, begitu mewah dan cemerlang seperti mimpi. Apakah Maru bisa membayangkan dunia seperti itu? Orang…seperti Maru?
Kembali pada adegan terakhir episode sebelumnya. Maru memacu motornya lebih kencang, lalu melompat bergabung dengan Eun Gi yang sedang memacu motornya. Melihat ada pengendara lain yang bergabung, Eun Gi memacu motornya lebih kencang. Mereka berlomba. (Suka banget sama pemandangannya^^)
Maru berhasil memimpin walau tidak terlalu jauh. Tapi ia terpaksa menjatuhkan diri sebelum ia menabrak sebatang pohon yang menghalangi jalurnya. Eun Gi melesat melewati Maru.
Eun Gi berusaha menghentikan motornya. Tapi remnya blong. Terpaksa ia menjatuhkan diri, tapi ia dan motornya berguling ke lereng yang terjal. Eun Gi berhasil meraih sebatang dahan yang menonjol keluar dari tanah.
Merasa ada yang tidak beres, Maru menuju tempat Eun Gi. Untunglah kedatangannya tepat waktu karena pegangan Eun Gi terlepas dari dahan itu. Maru segera meraih tangan Eun Gi dan berhasil menariknya ke atas.
Mereka berdua berbaring di tanah kelelahan. Eun Gi teringat sesuatu. Motornya!
“Motorku…motorku…,” Eun Gi berusaha menuruni lereng menuju tempat motornya terkapar. Maru kaget, ia menahan Eun Gi dan memarahinya karena mengira Eun Gi hendak mengambil motor itu.
Eun Gi malah memukuli tangan Maru dan berteriak menyuruhnya melepaskannya. Maru bertanya apakah Eun Gi hendak bunuh diri. Eun Gi kan bisa membeli motor yang baru.
“Boneka….boneka itu di sana…” gumam Eun Gi. Ia lalu berteriak histeris tentang bonekanya. Maru terpaksa menarik Eun Gi menjauh dari tepi lereng. Ia pikir ada masalah dengan otak Jae Hee. Eun Gi menangis.
“Ibu!!! Ibu!!” teriaknya memilukan T_T
Maru tersadar, ada sesuatu dalam motor itu. Eun Gi tak mempedulikan Maru dan beringsut hendak menuruni lereng. Maru menghentikannya. Ia akan mengambil boneka itu untuk Eun Gi.
Dengan mengikatkan tali di sebatang pohon, Maru menuruni lereng menuju motor Eun Gi. Ia berhasil mengambil boneka itu dari tas Eun Gi, terlihat tak percaya dengan apa yang sedang ia lakukan, menuruni lereng yang curam hanya demi sebuah boneka barbie?
Ia memperlihatkan boneka itu pada Eun Gi. Eun Gi melihatnya dengan penuh harap. Maru berjalan mendaki ke atas. Bukan drama jika tidak dramatis….tali itu putus dan Maru terjatuh. Eun Gi terbelalak kaget, entah ia mengkhawatirkan Maru atau bonekanya..
Eun Gi membawa Maru ke rumah sakit. Dokter berkata beberapa tulang rusuk Maru patah dan kakinya terluka. Ia bertanya apa hubungan Eun Gi dengan Maru. Eun Gi berkata ia tidak mengenal Maru.
Eun Gi menghampiri Maru yang terbaring di tempat tidur rumah sakit. Ia mengamati Maru dengan seksama. Kecurigaan dan rasa penasaran menyelimuti wajahnya.
Maru terbangun dan bergerak menahan sakit. Eun Gi bertanya apakah Maru mengenalnya, apakah mereka pernah bertemu sebelumnya. Ia tak percaya Maru menolongnya hingga mempertaruhkan nyawanya. Apakah Maru berniat menyalahkannya jika terjadi sesuatu?
“Begitukah orangtuamu mengajarimu?” tanya Maru. “Jika kau merasa berterima kasih atau merasa bersalah, kau semakin marah dan menuduh orang lain?”
Eun Gi ternganga, speehless.
“Ucapkah terimakasih saat kau berterima kasih, ucapkan maaf saat kau merasa bersalah. Itulah yang diajarkan orangtuaku yang sederhana dan tidak berpendidikan,” kata Maru.
Eun Gi merasa tersinggung dan hendak protes tapi Maru berkata ia melakukannya (membantu Eun Gi) dengan sukarela, tanpa paksaan dari Eun Gi. Jadi sebaiknya mereka berpura-pura tidak saling mengenal. Ia tidak mau nantinya muncul skenario yang menuduhnya sengaja membantu Eun Gi untuk mendapatkan sesuatu. Eun Gi menarik nafas panjang, jelas kesal tapi tidak tahu bagaimana harus menghadapi Maru. Maru berkata jika Eun Gi sudah mengerti, Eun Gi boleh pergi. Ia pasien yang perlu istirahat.
Eun Gi meninggalkan kamar Maru dengan kesal dan bingung. Ia teringat Maru yang berkali-kali menolongnya agar ia tidak menuruni lereng terjal itu. Eun Gi memejamkan matanya mencoba mengenyahkan bayangan itu. Ia menoleh memandang kamar Maru. Bertanya-tanya mengapa Maru mempertaruhkan nyawa untuk dirinya.
Jae Hee menemani Eun Seok bermain di kolam bola. Ia teringat kemarahan ayah Eun Gi pada Eun Gi. Rupanya diam-diam ia menguping dan ia mendengar ayah Eun Gi bisa mewariskan Taesan Grup pada Eun Seok dan dirinya jika Eun Gi tidak mampu.
Sepertinya hal itu memicu ambisi Jae Hee. Ia memeluk Eun Seok dan berkata mereka diberi kesempatan, mereka bisa menjadi pewaris.
“Kau harus mendapatkan semuanya, “kata Jae Hee pada Eun Seok, “Dunia yang tidak pernah Ibu bayangkan. Dunia yang bahkan tidak berani Ibu impikan. Jangan biarkan siapapun mengambilnya. Kau…harus mengambil semuanya. Apa kau mengerti, puteraku?”
Eun Seok mengangguk. Diam-diam Pengacara Ahn Min Young memperhatikan keduanya.
Min Young menemui Sekretaris Jo. Ia tahu Sekretaris Jo diminta melakukan sesuatu secara rahasia oleh Jun Ha. Ia tahu Sekretaris Jo sedang menyelidiki pemeras Jae Hee (alias Maru) dan hubungan keduanya sebelumnya.
Sekretaris Jo pura-pura tidak tahu apa yang Min Young bicarakan dan bangkit berdiri hendak pergi. Min Young berkata saat ini ia melempar tali pada Sekretaris Jo. Terserah Sekretaris Jo mau mengambil tali itu atau tidak, tapi tidak akan ada kesempatan kedua.
Sekretaris Jo berkata ia tidak mengerti apa yang Min Young bicarakan dan pergi. Tapi baru beberapa langkah, ia kembali dan membeberkan semuanya.
Min Young terkejut saat mengetahui Jae Hee dan Maru dulu adalah sepasang kekasih, sebelum Jae Hee bersama ayah Eun Gi. Sekretaris Jo mengatakan keduanya dulu tinggal di lingkungan yang sama dan saling mencintai. Ia telah mencari informasi dari orang-orang yang tinggal dalam lingkungan mereka dulu. Min Young bertanya apakah Jun Ha sudah tahu informasi ini.
Sekretaris Jo menemui Jun Ha dan berbohong. Ia berkata ia tidak menemukan kaitan apa-apa antara Maru dan Jae Hee. Jun Ha terlihat tak percaya karena orang-orang di pesawat mengatakan keduanya tampak saling mengenal.
Sekretaris Jo berkata ia telah mengecek ulang pernyataan orang-orang di pesawat dan tampaknya mereka tidak yakin karena saat itu mereka sibuk. Jun Ha menerima penjelasan itu dan menanyakan hasil penyelidikan Sekretaris Jo terhadap Maru.
“Dia drop out dari sekolah kedokteran dan sekarang menjadi bartender di bar. Selain adik perempuan yang sakit-sakitan, ia tidak memiliki keluarga yang lain. Ia nampaknya orang biasa-biasa saja.”
Jun Ha menanyakan foto Maru pada Sekretaris Jo. Ia melihat foto Maru dan berkata pasti ada sesuatu di antara mereka. Tidak mungkin Maru berusaha mendapatkan uang 1 juta won begitu saja.
Seperti biasa, Eun Gi makan pagi bersama ayahnya, Jae Hee, Min Young, dan Jun Ha. Tak ada pembicaraan di antara mereka berlima. Jae Hee dengan telaten melayani ayah Eun Gi, sementara Eun Gi sibuk menulis.
Eun Gi teringat akhir percakapannya dengan Maru di rumah sakit. Setelah Maru menyuruhnya pergi, seorang perawat masuk ke kamar dan menaruh data Maru di ujung tempat tidur. Eun Gi melihat data itu dan membacanya. Kang Maru.
Nama itulah yang dituliskan berkali-kali oleh Eun Gi saat ini. Keheningan di ruangan itu terpecah dengan bunyi telepon Min Young. Min Young mendapat kabar mengenai hasil pemeriksaan Eun Gi. Eun Gi cocok untuk transplantasi.
Eun Gi larut dalam kegiatannya menulis dan tak mendengar perkataan Min Young. Jun Ha memanggilnya. Eun Gi terkejut melihat semua menatap ke arahnya. Min Young mengatakan sekali lagi kabar yang baru diterimanya.
Ayah Eun Gi bertanya ada apa ini. Transplantasi apa? Donor apa? Eun Gi berkata satu-satunya cara untuk menyembuhkan ayahnya (Eun Gi memanggil ayahnya dengan sebutan Presdir >,<) adalah dengan transplantasi. Dan donor yang tepat biasanya di kalangan keluarga dan kerabat.
Eun Gi berkata tidak ada lagi yang perlu didiskusikan. Tentukan saja tanggal operasinya. Ia akan menyesuaikan jadwalnya dengan jadwal ayahnya.
Bukannya terharu, Presdir malah marah besar. Berapa kali lagi ia harus mengajari Eun Gi agar mengerti? Presdir juga memarahi kedua pengacara yang ia tempatkan di sisi Eun Gi untuk mencegah Eun Gi melakukan hal-hal bodoh. Ia sudah sekarat, untuk apa memperumit keadaan hanya untuk memperpanjang hidup setahun lagi.
Eun Gi hendak protes tapi ayahnya tak mau mendengar. Eun Gi bahkan tidak bisa mengurus kesehatannya sendiri dan sekarang masih mengurusi orang lain? Eun Gi berkata ia bisa menjadi donor. Dokter Kim sudah memperbolehkannya menjadi donor asalkan ia sehat.
Jae Hee menyela dan mengatakan apa yang dikatakan Presdir benar. Eun Gi sebaiknya mendengar perkataan ayahnya. Satu-satunya yang bisa melindungi dan memimpin Taesan jika Presdir tiada adalah Eun Gi, jadi Eun Gi harus menjaga kesehatannya senantiasa. Eun Gi tersenyum sinis mendengar kata-kata manis Jae Hee.
Jae Hee lalu melontarkan kejutan berikutnya. Ia juga telah dites dan cocok menjadi donor untuk Presdir. Dirinya bukanlah apa-apa dalam dunia Presdir, jadi jika terjadi apa-apa pada dirinya bukanlah hal yang penting. Ia meminta Presdir menyetujui ia menjadi donor. Ia ingin melakukannya.
Presdir menatap Jae Hee, tersentuh. Eun Gi dan Jun Ha tak menduga langkah ini. Sementara Min Young, well….entah apa yang ada dalam pikirannya sekarang.
Di mobil, Min Young, yang duduk di sebelah supir, diam-diam melirik Jae Hee lewat kaca spion. Presdir mengulurkan tangannya menggenggam tangan Jae Hee. Jae Hee tersenyum.
Presdir memerintahkan Min Young mengalihkan sebuah departemen store di Busan ke tangan Jae Hee. Tanpa bertanya, Min Young menurut.
Jae Hee berkata hatinya tidak bisa ditukar dengan pusat perbelanjaan. Jika Presdir sedang membalas budi karena ia bersedia menjadi donor atau karena Presdir hanya ingin memberinya sesuatu, maka seluruh Taesan pun tidak cukup.
“Apa yang kulakukan hanyalah apa yang akan dilakukan seorang istri untuk suaminya. Apa yang dilakukan seorang anggota keluarga untuk keluarganya. Sesuatu yang memang harus dilakukan. Bukankah aku anggota keluarga Presdir? Walau tidak ada yang mengakuiku. Walau tidak ada seorangpun yang menghormatiku,” mata Jae Hee mulai berkaca-kaca, “Aku tetap mengatakan pada diriku sendiri kalau aku keluarga Presdir. Ibu dari putera Presdir. Walau aku ingin diakui dan dihormati, selama ini itu hanya menjadi pikiranku sendiri.”
Jae Hee tersenyum lembut pada Presdir di sela-sela air matanya. Ia minta Presdir tidak berpikir untuk memberinya apapun.
Presdir bertanya pada Min Young apakah Min Young tahu bahwa Jae Hee tidak dianggap oleh orang lain dan dianggap orang lain memalukan. Min Young membantah, tidak mungkin mereka berani seperti itu.
Tapi Presdir berkata sepertinya hanya Min Young yang tidak tahu, karena ia sejak dulu tahu. Ia berkata sekarang saatnya untuk menghentikan semua itu. Jae Hee adalah keluarganya. Ibu dari anaknya, dan istrinya. Ia bertanya apa cara terbaik untuk memberitahukan hal itu pada dunia sebelum ia mati.
Berikutnya, Eun Gi mendengar dari Jun Ha kalau ayahnya akan melangsungkan upacara pernikahan dengan Jae Hee lalu memberikan pengumuman. Hmmm…berarti selama ini mereka hanya menikah di bawah tangan.
Eun Gi membutuhkan waktu untuk memproses berita itu. Ia melihat boneka barbienya ada di atas meja. Boneka itu mengingatkannya pada ibunya.
Sebelum ibunya pergi meninggalkan keluarga Seo, ia menyerahkan boneka itu pada Eun Gi. Ia tahu Eun Gi paling menyukai boneka itu karena itu ia diam-diam menyembunyikannya saat ayah Eun Gi membuang semua boneka Eun Gi.
Eun Gi saat itu marah dan terluka karena ibunya hendak pergi. Ia berkata ia tidak ingat boneka itu. Ibunya meminta maaf karena tidak bisa melindungi dan tidak bisa berada di sisi Eun Gi. Selama ini ia merasa bersalah pada Eun Gi.
Ia memberikan boneka itu pada Eun Gi, berharap Eun Gi seperti boneka itu, berpakaian cantik dan menemukan pria baik (nice guy!) untuk menjalani hidup normal dan bahagia. Ibu Eun Gi berharap Eun Gi bisa bahagia walau baru dimulai sekarang.
Eun Gi hanya diam. Ibunya bertanya apakah Eun Gi mau ikut pergi dengannya meninggalkan rumah itu. Jika Eun Gi terus tinggal di rumah itu, mungkin saja Eun Gi merasa sesak hingga mati.
Eun Gi menarik tangannya. “Meski aku sesak hingga mati, aku akan tinggal di sini dan mati di tempat yang merupakan hakku.”
“Eun Gi….”
Eun Gi membanting boneka barbie itu ke lantai. Ia bertekad akan bertahan hingga ia menang. Setelah ia menang, ia akan menghancurkan apa saja yang berada di bawah kakinya.
“Aku tidak akan pernah menjalani hidup seperti Ibu. Melarikan diri seperti orang yang kalah. Aku, Seo Eun Gi, tidak akan pernah hidup seperti itu!”
Eun Gi bertanya pada sekretarisnya mengapa boneka itu ada di mejanya. Sekretarisnya berkata Kang Maru yang memberikan boneka itu. Sepertinya Eun Gi menyuruh sekretarisnya menjenguk Maru dan memberikan hadiah jam tangan bermerk. Sekretarisnya berkata Maru mengembalikan hadiah itu dengan sopan dan memberikan boneka itu.
Eun Gi pergi ke rumah sakit, berniat memberikan hadiah itu sendiri. Tapi kamar Maru sudah kosong. Perawat berkata Maru telah keluar rumah sakit sejam yang lalu. Eun Gi menanyakan alamat Maru.
Maru kembali ke rumahnya. Ia menerima sms dari Choco. Choco berkata ia ada di rumah ibunya, ibu yang melahirkannya. Ia akan tinggal di sana mulai sekarang. Jadi mulai sekarang Maru tidak perlu mengkhawatirkannya dan tidak perlu melakukan hal buruk untuk membiayai pengobatannya. Ia berterima kasih karena Maru merawatnya selama ini dan meminta Maru terus sehat.
Maru menelepon Choco tapi teleponnya tidak aktif. Ia lalu masuk ke rumah. Jae Hee hendak menyusul Maru ke rumah itu tapi seseorang memanggilnya.
“Nyonya…”
Jae Hee menoleh dan terkejut melihat Min Young. Ia tertangkap basah berada di luar rumah Maru.
Maru menemukan Jae Gil dan kekasihnya (kekasih gangster di pesawat) sedang asyik berjemur dengan mengenakan masker. Jae Gil bertanya Maru ke mana saja hingga sulit dihubungi. Maru tak menjawab dan masuk ke kamar.
Kekasih Jae Gil tercengang dengan ketampanan Maru. Jae Gil buru-buru berkata kalau Maru tampan karena operasi plastik. Sebelumnya ia sangat jelek hehehe…
Maru berganti pakaian, luka di rusuknya masih belum pulih. Ia melihat fotonya dengan Choco dan berusaha meneleponnya lagi, tapi Choco tidak bisa dihubungi.
Maru keluar rumah, tak mempedulikan Jae Gil dan kekasihnya. Ia berpapasan dengan Eun Gi, yang baru pertama kali ini melihat lingkungan seperti itu di Seoul, berkat Maru.
Eun Gi duduk di tembok pembatas, kakinya pegal karena berjalan jauh dan menanjak. Maru mengamati Eun Gi. Eun Gi berkata apakah rumah-rumah di lingkungan itu dibangun dari bahan bangunan sisa?
Ia terus berceloteh menyindir dan menghina kondisi lingkungan itu. Maru tidak nampak tersinggung, sebaliknya tersenyum geli.
Eun Gi bertanya apakah ia telah membuat Maru merasa buruk. Jika begitu ia minta maaf. Ia tak bermaksud apapun, hanya penasaran dan khawatir. Namun Eun Gi jelas tidak nampak merasa bersalah dengan kata-katanya.
“Apa kau tertarik padaku?” tanya Maru.
“Apa?”
“Karena kau tidak ingin ketahuan telah tertarik padaku, maka kau menggunakan kata-kata yang pedas dan keterlaluan.”
“Hei..”
“Apa kau tipe yang mudah tersentuh?”
“Tunggu….”
“Apa tipe idealmu pria berwajah tampan?”
Eun Gi menghembuskan nafas kesal. Ia berkata Maru asal bicara. Ia bahkan memanggil Maru dengan sebutan ahjusshi. Maru sekali lagi menegaskan ia tidak meminta Eun Gi bertanggungjawab, ia sendiri yang 100% sukarela menolong Eun Gi jadi sebaiknya mereka berpura-pura tidak saling mengenal. Bukankah ia sudah mengatakannya dengan jelas?
Eun Gi berkata ia tidak melihatnya seperti itu. Ia bukan tipe yang suka berhutang budi pada orang lain. Maru berkata ia akan mencatatnya. Lalu mendekati Eun Gi hingga Eun Gi salah tingkah. Dung, Maru menirukan suara benda jatuh lalu pergi meninggalkan Eun Gi.
Maru naik ke mobilnya…mobil yang keren untuk seorang bartender. Ia menerima telepon dari Choco. Choco mengeluh mengapa hidupnya seperti ini. Mengeluh tentang ibunya yang tidak ia lihat selama 20 tahun.
Maru mendengar suara makian seorang pria dan suara benda jatuh. Ia terkejut. Choco berteriak pada pria di belakangnya dan mengancam akan melaporkan pria itu (yang adalah suami ibunya) pada polisi karena kekerasan rumah tangga. Choco berteriak karena pria itu terus membanting barang-barang. Maru memanggil Choco dengan panik tapi teleponnya telah terputus dan ia tidak bisa menghubungi Choco lagi.
Maru bersiap tancap gas menyusul Choco. Ia terkejut saat Eun Gi tiba-tiba membuka pintu mobil dan duduk di sebelahnya.
“Apakah orangtuamu tidak mengajarkan tata krama? Tidak mendengarkan orang yang sedang berbicara dan pergi seenaknya. Mengambil kesimpulan sendiri dan membuat penilaian sendiri,” ujar Eun Gi.
Maru tidak ada waktu mendengar celotehan dan kata-kata tajam Eun Gi. Ia menyuruh Eun Gi turun. Eun Gi tidak mau.
Maru berkata ia hendak pergi ke suatu tempat karena urusan darurat.
“Ayo pergi! Jika memang sepenting itu, kita akan bicara dalam perjalanan ke sana.” Eun Gi mengenakan seatbelt-nya sambil mengata-ngatai Maru sebagai ahjusshi yang egois dan membawa sial.
Maru pun menjalankan mobilnya. Eun Gi sebenarnya mulai khawatir tapi ia bukan orang yang akan menyerah dan mengaku kalah.
Maru memacu mobilnya berkelat kelit menghindari kendaraan lain. Persis seperti yang dilakukan Eun Gi pada Direktur Choi (eps 1).
Eun Gi mengira Maru melakukan itu untuk membuatnya takut. Maru berkata ia akan membiarkan Eun Gi turun jika Eun Gi meminta maaf. Ia belum tentu akan kembali ke Seoul hari ini. Eun Gi tidak percaya dan berkata ancaman itu tidak ada gunanya.
Maru semakin menginjak pedal gasnya. Eun Gi melihat Maru mengemudikan mobilnya keluar Seoul. Eun Gi menoleh pada Maru, seulas rasa takut terbayang di wajahnya.
Maru berkata ia tidak akan berhenti di tempat peristirahatan manapun sebelum ia sampai. Jika Eun Gi hendak turun sebaiknya turun sekarang, daripada menyesal kemudian.
“Sebelum kita sampai, kita bisa berbicara, kan?” tanya Eun Gi. Ia menyerahkan hadiah pada Maru. Maru berkata ia telah menolak hadiah itu, sambil mengembalikan hadiah itu pada Eun Gi.
Eun Gi bertanya mengapa Maru mengembalikan hadiah itu. Maru tidak seperti orang suci. Awalnya ia tidak peduli ada orang yang mempertaruhkan nyawa untuknya, tapi ia merasa harus membalas budi walau sedikit. Atau jangan-jangan Maru menginginkan lebih?
Maru melirik tapi tidak mengatakan apapun. Karena Eun Gi memaksa, akhirnya Maru membuka mulut. Jika ia meminta sesuatu, apakah Eun Gi akan memberikannya? Jika ia meminta sesuatu yang 100 kali lebih berharga dari jam tangan, apa yang akan Eun Gi lakukan?
Maru termenung dan bertanya, jika saat ini ada sesuatu yang ia perlukan dan Eun Gi memang mampu memberikannya, jika ia memang berencana mendekati Eun Gi untuk itu, apa yang akan Eun Gi lakukan? Ehm…apa yang dimaksud Maru? Jae Hee? Balas dendam?
Eun Gi malah berkata sepertinya ada yang salah dengan kepala Maru karena kecelakaan itu. Maru berkata mungkin saja begitu, karena pandangannya terhadap wanita memburuk sejak kecelakaan itu.
Maru mengaku sedikit tertarik pada Eun Gi saat melihat Eun Gi di lereng itu. Sebelum kecelakaan, ia tidak pernah tertarik dengan wanita seperti Eun Gi.
Eun Gi meminta Maru menghentikan mobil tapi Maru mengingatkan ia tidak akan berhenti di manapun sebelum tiba di tempat yang ia tuju. Eun Gi menatap Maru dengan kesal.
“Jangan melihatku seperti itu. Karena kecelakaan itu, tipe idealku berubah menjadi tipe bertemperamen buruk dan pemilih, seperti perawan tua,” ujar Maru tenang.
Eun Gi menghembuskan nafas kuat-kuat. Sepertinya ia salah tingkah dengan pengakuan Maru tapi tidak mau memperlihatkan perasaannya. Ia malah mengomel sebenarnya Maru hendak pergi ke mana dan berapa jauh lagi mereka akan pergi.
Sepanjang perjalanan, Eun Gi terus memperhatikan Maru. Awalnya dengan tatapan tajam, berubah menjadi rasa penasaran dan tertarik. Maru bukannya tidak menyadari tatapan Eun Gi tapi ia membiarkannya.
Mereka tiba di tempat ibu Choco saat hari sudah gelap. Maru berkata Eun Gi bisa naik bus atau taksi untuk kembali ke Seoul. Ia mengucapkan selamat jalan dan berkata ia adalah tipe yang akan mengejar wanita yang menarik baginya walau baru sekali bertemu.
Maru turun dari mobil meninggalkan Eun Gi. Ia berjalan ke sebuah kedai minum, milik ibu Choco. Choco tidak terlihat di tempat itu. Maru memperhatikan ibu Choco.
Eun Gi memutuskan untuk turun dari mobil. Tiba-tiba seorang pria masuk ke kedai dan menendang meja yang sedang dibereskan ibu Choco. Ia berteriak mencari di mana Choco. Alasannya? Choco telah melaporkannya melakukan KDRT ke polisi sehingga ia digelandang polisi.
Ibu Choco dengan takut-takut berkata Choco melakukan itu karena merasa terluka melihat ibunya menjalani hidup menderita. Kata-kata itu malah membuat pria itu semakin marah. Hidup menderita apanya? Ia menjambak dan memukuli ibu Choco. Ouch…that’s hard to watch :(
Saat pria itu mengambil meja hendak menghantam ibu Choco, Maru menahannya. Maru hendak menolong ibu Choco tapi pria itu hendak memukulnya. Maru menahan lengan pria itu dan mengancam bisa mematahkan tulang pria itu. Pria itu membentak Maru, menantang untuk melakukannya. Maru menepis tangan pria itu.
Ia membantu ibu Choco berdiri. Pria itu bertanya siapa Maru, mengira ibu Choco yang membawa Maru. Ia menghempaskan Maru ke lantai. Maru memegangi dadanya yang sakit tapi berusaha bangkit berdiri saat melihat pria itu kembali memukuli ibu Choco.
Maru meninju dan memukuli pria itu tanpa ampun. Eun Gi terkesiap melihat semua itu. Pria itu berteriak meminta tolong pada istrinya. Ibu Choco, yang telah ditolong Maru, malah mengambil sapu dan memukuli Maru.
Maru berteriak kesakitan. Eun Gi hendak menolong tapi Choco menghambur lebih dulu untuk menghentikan ibunya. Ia berteriak Maru adalah kakaknya.
Maru duduk di tepi dermaga. Sesekali memegangi dadanya yang masih terasa sakit. Eun Gi menghampirinya.
“Bukankah kau perlu pergi ke rumah sakit? Kau punya keahlian membuat masalah. Rusukmu bahkan belum pulih.”
“Kau melihatnya?” tanya Maru.
“Bagian perkelahian. Kau tadi keren. Dua lawan satu.”
Choco berkata pada ibunya, jika bukan karena kakaknya, ibunya pasti telah mati dipukuli pria itu. Ibu Choco berkata itu bukanlah pukulan, bahkan tidak terasa sakit. Ibu Choco menyuruh Choco makan tapi Choco tidak mau.
Ibu Choco menarik Choco menemui Maru. Ia meminta Maru membawa Choco. Choco protes, ia akan tinggal bersama ibunya mulai sekarang. Apakah ibunya tidak tahu seberapa sulitnya hidup Maru karena dirinya?
Maru bertanya pada ibu Choco apakah ia boleh membawa Choco. Choco berkata ia tidak mau pergi. Ibunya telah membuangnya selama 20 tahun, sudah saatnya ibunya bertanggungjawab. Tiap hari dia sakit-sakitan, seperti hantu yang mengganggu kakaknya. Ibunya harus bertanggungjawab mulai sekarang.
“Choco!!” Maru menegur adiknya. Eun Gi mendengarkan dalam diam.
“Aku tidak punya rasa percaya diri untuk merawatnya,” Ibu Choco berkata ia tidak punya makanan dan tidak punya uang. Temperamen suaminya semakin memburuk sejak kedatangan Choco.
“Ibu!!”
“Jika aku harus memilih satu di antara kalian…aku akan memilihnya. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Baik aku menyukai orang itu atau tidak, aku telah hidup bersamanya selama 20 tahun. Sejujurnya maafkan aku, aku tidak punya banyak rasa sayang padamu. Dua puluh tahun lalu aku memberikanmu pada kakakmu. Sejujurnya aku melupakan semuanya segera setelah aku meninggalkanmu,” kata ibu Chocio. Bahkan ia berkata ia dan ayah Choco tidak saling mencintai saat Choco dilahirkan.
Maru tidak tahan melihat adiknya disakiti perasaannya oleh ibunya sendiri. Ia menyuruh Choco membereskan barang-barangnya sekarang juga.
“Daebak, bagaimana bisa seorang ibu seperti itu,” ujar Choco.
“Itulah sebabnya kau harus tinggal dengan kakakmu! Dia bukan orang asing! Kalian adik kakak seayah kan? Jika kau mengurusnya selama 20 tahun ini, maka kau harus mengurusnya hingga akhir!” Ibu Choco malah memarahi Maru.
“Apa kau tidak dengar?!” Maru menahan kemarahannya, ”Aku menyuruhmu membereskan barang-barangmu sekarang juga!!”
Melihat kemarahan kakaknya, Choco akhirnya menurut. Ibu Choco meminta Maru menghubunginya jika Choco menikah nanti.
“Aku tidak akan melakukannya. Aku….tidak akan pernah…meneleponmu,” ujar Maru, masih menahan kemarahannya.
Ibu Choco mengangguk mengerti dan berbalik. Diam-diam ia menangis.
Eun Gi memandang Maru dengan pandangan berbeda. Entah ia menyadari atau tidak, mungkin ia merasa Maru memiliki kesamaan dengannya.
Choco naik ke mobil dan baru menyadari kehadiran Eun Gi. Maru berkata Eun Gi adalah seorang kenalannya. Choco menyapanya dan bertanya apa Eun Gi kekasih kakaknya. Maru berkata Eun Gi bukan kekasihnya, hanya seseorang yang ia kenal.
Melihat Eun Gi melamun, Maru memasangkan seatbeltnya. Mereka meninggalkan tempat itu dan kembali ke Seoul.
Dalam perjalanan, Choco baru bisa mencerna semua kata-kata ibunya. Ia diam-diam menangis dan terisak. Tanpa berkata apa-apa, Maru menyodorkan sekotak tissue pada adiknya.
Tangis Choco semakin keras. Maru menyalakan radio agar Choco bisa menangis dengan bebas. Eun Gi mengamati tanpa mengatakan apapun.
Jae Hee pergi ke apartemen Min Young. Min Young kaget. Jae Hee bertanya apakah Min Young tidak akan menanyakan apapun padanya (mengenai Maru).
“Ah..mungkin Pengacara Ahn yang pandai sudah lebih dulu tahu semuanya?” tanya Jae Hee tersenyum.
Jae Hee mengajak Min Young minum wine. Mereka duduk bersama. Jae Hee mulai bercerita tentang masa lalunya.
“Aku hidup di sana selama 25 tahun. Ibuku seorang wanita panggilan, aku tidak tahu siapa ayahku. Kakakku seorang preman dan penjudi. Mereka berusaha menjualku ke tempat pelacuran setiap kali ada kesempatan, demi uang. Aku tidak tahu seberapa rendah derajat hidup seseorang, tapi aku menjalani hidup seperti kecoak selama 25 tahun. Tapi….pria itu menolongku untuk bertahan. Maru.”
Min Young mendengarkan perkataan Jae Hee tanpa mengatakan apapun. Jae Hee berkata Min Young pasti sudah menyelidiki Maru. Jae Hee berkata dulu ia mencintai Maru seperti ia mencintai hidupnya.
“Bagiku Maru seperti rumah yang lampunya selalu menyala dengan kehangatan. Dalam dunia yang kejam dan penuh teror, dia adalah rumah yang melindungi Han Jae Hee. Tak peduli apapun yang kulakukan, ia selalu percaya padaku. Satu-satunya orang di dunia ini yang selalu berada di sisiku. Dan aku mengkhianatinya.”
Jae Hee lalu menceritakan pada Min Young mengenai Maru yang merelakan dirinya dihukum sebagai pembunuh menggantikannya. Ini adalah hal yang baru diketahui Min Young.
Jae Hee mengaku ia telah mengkhianati Maru lagi untuk menyelamatkan dirinya. Ia menenggak wine langsung dari botolnya.
“Mencapai puncak dalam kedamaian yang begitu mewah dan memikat, semuanya seperti mimpi. Sepuluh kali sehari aku mencubit diriku sendiri,” Jae Hee berdiri menghadap Min Young. Ia ingin tinggal di puncak untuk waktu yang lama. Walaupun ini hanya mimpi, ia tidak ingin bangun hingga ia mati. Ia meminta Min Young membantunya.
Ayah Eun Gi terbangun dan menemukan Jae Hee tidak berada di sisinya. Tiba-tiba rasa sakit menyergapnya.
Eun Gi dan Choco tertidur di mobil. Maru mengantar Eun Gi pulang. Ia melihat Jae Hee diantar Min Young karena Jae Hee sedikit mabuk. Maru menghentikan mobilnya dan mengamati keduanya.
Jae Hee berkata pada Min Young kalau ia tidak mabuk. Itulah sebabnya ia mengajak Min Young minum bersamanya, agar ia tidak menghabiskan seluruh isi botol. Jae Hee beranjak masuk.
“Apakah kau mempercayaiku?” tanya Min Young tiba-tiba. Mengapa Jae Hee mempercayainya yang telah 25 tahun mengabdi pada Presdir. Bahkan Presdir lebih percaya padanya daripada keluarganya. Jika ia memberitahu Presdir mengenai apa yang baru saja Jae Hee ceritakan….
“Aku tahu kau tidak akan melakukannya…karena kau menyukaiku. Sejak dulu, bahkan sebelum Presdir, kau telah mencintai Han Jae Hee.”
Min Young tertegun, namun tidak menyangkal. Jae Hee mendekati Min Young, lalu mencium bibirnya.
Maru terkejut. Ia mengalihkan pandangannya. Namun pelan-pelan ia menatap tajam keduanya.
Jae Hee tersenyum sementara Min Young tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Jae Hee berkata Min Young boleh memberitahu Presdir mengenai apa yang baru saja ia ceritakan. Then what? Apakah itu ancaman tersembunyi Jae Hee akan memberitahu Presdir mengenai perasaan Min Young padanya?
Min Young kembali ke mobilnya dan pergi. Maru memperhatikan Jae Hee. Jae Hee melihat kepergian Min Young dengan tatapan dingin. Suara pintu terbuka membuatnya menoleh.
Ia terkejut melihat Maru. Lebih terkejut lagi ketika Maru membuka pintu dan menolong Eun Gi melepaskan seatbelt-nya. Eun Gi heran ia bisa tertidur di dalam mobil lain. Ia turun dan melihat Jae Hee tertegun menatap mereka.
Eun Gi berterima kasih pada Maru. Anehnya suaranya dikeraskan, seakan ingin Jae Hee mendengar kata-katanya.
“Mari kita bertemu kembali. Tiba-tiba, aku penasaran mengenai dirimu. Mari kita bertemu lagi,” kata Eun Gi sambil tersenyum. Aku tidak tahu apakah ia menatap Jae Hee saat mengatakan itu atau menatap Maru.
“Besok, dan juga lusa….” lanjut Eun Gi.
Maru tersenyum, sementara Jae Hee terlihat panik.
Komentar:
Wow…wow…siapa mengakali siapa? Apakah Eun Gi tahu Maru adalah pria yang menyelamatkannya di pesawat dan sengaja menggunakan Maru untuk menghadapi Jae Hee? Bukankah Jun Ha memiliki foto Maru? Atau Eun Gi tidak tahu sama sekali?
Apakah Maru sengaja mendekati Eun Gi? Untuk apa? Balas dendam pada Jae Hee? Berusaha mendapatkan Jae Hee kembali?
Tak peduli siapa mengakali siapa, aku ingin keduanya bersatu menghadapi Jae Hee. Awalnya aku masih bisa memahami Jae Hee, tapi ternyata ia jatuh terperosok lebih dalam. Sosok manipulatif dan egois. Menakutkan.
Two thumbs up untuk akting Moon Chae Won. Aku tidak pernah mengikuti drama yang ia perankan secara utuh semua episodenya (Brilliant Legacy, My Fair Lady, The Princess’ Man) jadi aku sama sekali tak menyangka ia memiliki akting dan ekspresi yang kuat. Pantas saja karirnya melesat akhir-akhir ini.
Jae Hee bener2 the witch with a capital B, ya.. Jadi inget Yoon Mi di All About Eve.
BalasHapusakting chae won di the princess' man keren... Aplg lawan mainnya park si hoo...
BalasHapusThanks sinopnya...
lanjutin terus..... aku tunggu episode selanjutnya.. fighting !!! ^_^
BalasHapusThanks sinopnya, drama ini keren banget. Smg berakhir happy ending. BTW, sbg Bartender kok Maru bisa punya mobil bagus? Jangan2 Maru merangkap gigolo. Duh...
BalasHapus-anit-
Tokoh jae hee bener2 ya.. Bener2 nyeremin.. Jgn2 eun seok bkn anak presdir tp org lain ya, ato bs jd min young?! Aduh jgn sampe deh, tp yg namanya melodrama apapun bs trjadi, iya kan mba?
BalasHapusKlo eun gi sm maru mgkn utk saat ini hanya simbiosis mutualisme deh, sama2 punya tujuan masing2, mudah2an 'cinta' akan hadir & mnyatukan mereka..
Thx sinopnya mba fanny^^
Makin seru nich,,,, jadi penasaran ma lanjutannya,,,
BalasHapusDitunggu episode selanjutnya ya mbk....
Tetep semangat,,,,, ^_^
makasih sinopsis nya ditunggu episode selanjutnya
BalasHapusAku yakin..di dalam hatinya ,jae hee masih mencintai maru tapi ia memilih untuk lebih mencintai kekusaan dan harta..
BalasHapusAkhir akhir ini kak fanny banyak bikin project melodrama yach...tapi tetep keren..pembawaan nya bagus...makin cinta am blog ini... ^^
-Diva-
yeahh makin seru nii... g sbar liat k'lanjutan hbungan eun gi n maru,,
BalasHapusb'satu bwt usir si jae hee atw falling in love y??
unnie-ah truz lnjutin sinopsis,a ya... fighting !!!^o^
Hmmm...iya jdi bingung siapa yg mengakali siapa....makin penasaran apa eun gi udah tau siapa maru...
BalasHapussemakin complicated dan semakin menarik
BalasHapusmakasih ya mbak..
seru deh mbacanya
semakin menarik ceritanaya....?!
BalasHapusakting moon chae woon di the princess man bagus banget pas dipasangin sama oppa shi hoo, klo d briliant legacy jahat dia antagonis karna amabisi ibunya, my fair lady aq blom nonton jd ga tau..
tp aq lbh suka dia di film the princess man, tp kayanya di nice guy juga bagus..
aqu tunggu eps 4 nya ...
GOMAWO mba FANNY N mba DEE
FIGHTING....................
Keren kereeeen tambah penasaran aja sm ini dramaaa uuuu keep posting
BalasHapussumpah ni drama keren abis
BalasHapusthx bgt ya sinopsisnya sngt membantu drama yang sangat bagus!
BalasHapusIya, unnie moon chae woon itu aktingnya emang bagus, kalau aku emang ngikutin banget akting nya di Shinning inheritance, my fair lady, sama Princess Man (kalo princess man belum sampai habis) tapi dari pas dia masih meranin 2nd lead role juga aku yakin banget dia akan jadi artis besar soon,, aku seneng drama ini karna nyatuin 2 artis favorit aku hehe
BalasHapusmoon chae won..di princess man..bagus bgt..chemistrynya dengan park shi ho good bgt..drama ini juga menyabet semua penghargaan....walau ending storynya menurutku agak dipaksain...
BalasHapusannyeong, ada yang tau lagu yang maru buka pas choco lagi nangis di mobil ga?? gomawo ^^
BalasHapusJudul lagu jadul saat pulang di mobil jemput ade nya maru apa ya judul nya...kepo aku pengen download.
BalasHapus