Maru berhasil menyusul mobil Jae Shik dan menjejerinya. Ia terus membunyikan klakson agar Jae Shik menepi tapi Jae Shik malah semakin tancap gas. Maru mempercepat mobilnya dan menyalip mobil Jae Shik, lalu berhenti menghalangi mobil Jae Shik. Eun Gi terbangun karena guncangan mobil.
Maru turun dari mobil. Eun Gi tersenyum saat melihat Maru. Maru menatapnya, lega karena Eun Gi baik-baik saja. Ia lalu menghampiri Jae Shik yang berusaha keluar dari mobil. Serta merta Maru menariknya dan memitingnya, menekannya ke mobil.
Jae Shik berteriak-teriak, beralasan Eun Gi hendak bertemu dengan Maru jadi ia ingin membawanya pada Maru. Eun Gi buru-buru turun dari mobil. Maru bertanya siapa yang memerintahkan Jae Shik untuk membawa Eun Gi. Jae Shik menyangkal ia diperintahkan oleh seseorang.
“Apa yang kaulakukan?! Lepaskan dia!” seru Eun Gi sambil menarik Maru menjauh dari Jae Shik. Begitu terlepas, Jae Shik langsung berlari pergi. Eun Gi memegangi Maru dan berusaha menenangkannya. Sebenarnya apa yang terjadi?
Maru menatap Eun Gi dengan marah. Apakah kerusakan otak Eun Gi begitu parah hingga tak bisa berpikir dengan benar? Mengapa Eun Gi mengikuti pria tak dikenal? Apa Eun Gi akan mengikuti siapa saja yang mengajaknya ikut, tak peduli siapapun itu?
Eun Gi berusaha menjelaskan kalau Jae Shik mengatakan Maru yang menyuruhnya membawa Eun Gi.
“Aku tidak pernah menyuruhnya! Apa kau berkepala batu?” ujar Maru. Eun Gi terluka mendengar kata-kata Maru. Pelan-pelan ia melepaskan pegangannya pada Maru. Itukah sebabnya Maru marah? Ia salah paham, mengira Maru marah karena tak mau Jae Shik membawanya menemui Maru. Mengira Maru tak mau menemuinya.
“YA, Seo Eun Gi!!” bentak Maru.
“Apa kau begitu membenciku?” tanya Eun Gi dengan suara bergetar. Maru menghela nafas frustrasi.
Eun Gi berkata ia tidak menyangka Maru begitu membencinya dan muak padanya. Jika ia tahu, ia tidak akan mencari Maru. Maru kehabisan kata-kata. Ia menarik tangan Eun Gi dan berjalan ke mobil.
“Aku salah! Sudah kubilang aku salah,” Eun Gi menarik tangannya dari genggaman Maru. Ia minta maaf karena telah melekatkan diri seperti lem pada Maru, orang yang membencinya dan tak mau mengingatnya. Ia minta maaf karena telah memohon agar Maru mengingatnya, meminta Maru mengajarinya, dan meminta Maru menunggunya. Eun Gi terus menerus minta maaf.
“Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku tidak akan mengganggumu lagi. Jangan melampiaskan kemarahanmu padaku kepada orang lain,” air mata terus menetes di pipi Eun Gi. “Ini bukan salah kakakmu. Ini salahku. Sepertinya memang ada yang salah dengan otakku.”
Mendengar kata-kata Eun Gi, kemarahan di wajah Maru berganti dengan penyesalan. Eun Gi berbalik pergi. Maru mencegatnya. Ia bertanya Eun Gi hendak pergi ke mana. Eun Gi menyuruh Maru minggir.
Maru kembali menyeret Eun Gi ke mobil, tapi Eun Gi meronta-ronta. Apakah ia begitu menggelikan? Karena ia seperti ini, karena otaknya kacau, maka ia bisa dipermainkan? Eun Gi menghentakkan tangannya keras-keras.
“Benar, walau aku seorang idiot yang hanya bisa mengingat namanya sendiri. Walau aku menjadi gadis menyedihkan yang menempel padamu dan mengakui cintaku, kita akhiri sampai di sini.”
Maru menatap Eun Gi dengan sedih. Eun Gi memohon agar Maru tak membuatnya lebih menderita. Walau ia kehilangan ingatan, tapi ia tahu betapa memalukannya dirinya. Eun Gi berjalan meninggalkan Maru. Maru tak bisa menghentikannya. (fanny: Maru, kejaar!! And hug her!!, sayangnya Maru ngga denger >,<)
Eun Gi pulang dengan taksi. Ia menangis sepanjang perjalanan. Sementara itu Maru termenung di mobilnya yang masih terparkir melintang di jalan.
“Tidakkah kau tahu apa yang harus kulakukan untuk melepasmu pergi? Apa yang harus kulakukan sekarang setelah kau kembali? Seo Eun Gi, kau bodoh…,” batinnya.
Jae Hee masih di kantor walau hari sudah malam. Ia nampak cemas dan terus menggigiti kukunya. Di tangannya, ponselnya memperlihatkan foto Eun Gi yang diambil Jae Shik. Jae Hee memandangi foto itu dan teringat percakapannya dengan Jae Shik.
Jae Shik menemuinya dan memberitahu ia tahu di mana Eun Gi berada. Ia tahu Jae Hee takut dengan keberadaan Eun Gi. Buktinya hanya 5 menit setelah Jae Shik menelepon, Jae Hee langsung menemuinya. Biasanya susah banget :p
Jae Shik juga menceritakan kalau ia telah menemui Min Young sebelumnya dan menawarkan kesepakatan. Officetel sebagai ganti melenyapkan Eun Gi dari Seoul. Tapi Min Young menolak tawarannya dengan alasan bukan ia yang berkuasa memutuskan. Itulah sebabnya ia menemui Jae Hee, orang yang berkuasa, Presiden Taesan.
Jae Hee tak mengatakan apapun. Ia hanya menatap kakaknya dengan penuh kebencian. Jae Shik membelai rambut adiknya. Pandangan Jae Hee yang penuh kebencian yang membuatnya takut untuk menemui Jae Hee.
Jae Hee menyeringai sinis. Jae Shik menegur Jae Hee agar memandangnya dengan sopan. Jae Hee tak bergeming. Jae Shik mendekati Jae Hee dengan sikap mengancam. Jae Hee mengepalkan tangannya kuat-kuat, tak mau terpengaruh. Jae Shik mengancam akan memberitahu semua orang Taesan bahwa Eun Gi masih hidup. Jae Hee sebaiknya segera membereskan meja Presdirnya. Jae Hee berkata ia tidak bisa melakukan apapun sesukanya. Ia tak memiliki kekuasaan untuk menyerahkan officetel itu pada Jae Shik karena ia hanyalah Presdir sementara dan jabatannya hanya nama.
“Kalau begitu selain officetel, apa yang bisa kauberikan? Tanah? Saham? Uang tunai? Apa itu bisa?”
Lamunan Jae Hee terhenti saat ponselnya bergetar. Jae Shik mengiriminya sms: “masalah sudah dibereskan, malam ini kau bisa tidur dengan nyenyak, adikku. Oya, bangunan yang hendak kauberikan padaku, bisakah kau berikan lebih cepat?”.
Jae Hee menghapus pesan itu dengan kesal.
Eun Gi telah kembali ke rumah tempat ia disembunyikan. Ia mendengarkan lagu dengan headphone. Sekretaris Hyun memberitahu kedatangan dokter pada Eun Gi. Eun Gi tak mendengar.
Sekretaris Hyun melepaskan headphone Eun Gi. Ia memberitahu kalau dokter sudah datang untuk memeriksa Eun Gi, dan setelah itu dokter akan menentukan terapi selanjutnya. Eun Gi menolak terapi. Ia telah berusaha keras selama ini tapi tidak ada yang membaik. Sekretaris Hyun berusaha memberinya semangat dengan mengatakan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai Eun Gi.
Tapi Eun Gi tak mau mendengarnya. Ia menyalakan radionya keras-keras, tak mau mendengarkan kata-kata Sekretaris Hyun.
Radio memutar lagu “San Fransisco”. Sekilas ingatan muncul di pikiran Eun Gi. Ia pernah mendengar lagu ini sebelumnya di mobil bersama Maru (saat mereka menjemput Choco lalu Choco menangis keras-keras dalam perjalanan pulang, saat itu Maru mengeraskan volume radio agar tangisan Choco tertutupi). Namun hanya itu yang diingat Eun Gi. Eun Gi menghela nafas pasrah.
Maru pulang ke rumah, namun ia tidak turun dari mobil. Ia ingat kata-kata Eun Gi tadi. Permintaan maaf dan ucapan Eun Gi bahwa ia tidak akan mengganggu Maru lagi. Maru memejamkan matanya. Tapi ia teringat sesuatu. Jae Shik.
Maru menelepon Jae Shik. Jae Shik tak mengangkat teleponnya karena sedang sibuk berjudi. Ia menghabiskan semua uangnya dan membual kalau ia akan segera mendapat uang banyak. Jae Shik keluar tempat judi dan menelepon Jae Hee untuk menanyakan upahnya.
Jae Hee tidak mengangkat telepon dari kakaknya. Ia sedang menelepon orang lain. Menanyakan apakah para petugas telah pergi dan berterima kasih atas bantuan mereka.
Setelah itu Jae Hee mengangkat telepon dari kakaknya. Jae Shik menanyakan uang yang akan diberikan Jae Hee.
“Sudah berangkat. Apakah belum sampai?” tanya Jae Hee pura-pura polos. Yang dimaksud Jae Hee adalah polisi, bukan uang. Rupanya tadi Jae Hee menelepon polisi dan meminta bantuan untuk menggerebek tempat judi itu.
Melihat mobil polisi berdatangan, Jae Shik segera bersembunyi. Ia tersadar, apakah Jae Hee yang mengirim para polisi itu? Jae Hee pura-pura tidak tahu. Tapi Jae Shik tahu persis siapa Jae Hee.
Jae Hee tak membantah, bagus kalau kakaknya sudah tahu. Ia tahu kakaknya tidak akan pernah puas. Kakaknya akan terus memerasnya sampai kapanpun, menyiksanya seumur hidup.
“Bagaimana keadaan Eun Gi? Aku memintamu untuk tidak menyentuh sehelai rambutpun daripadanya. Aku dengan jelas mengatakan, jika kau menyentuh anakku, aku tidak akan membiarkannya, meski kakakku atau siapapun. Aku sudah memperingatkanmu. Penculikan, pemerasan, kekerasan, penipu ahli Han Jae Shik.”
Jika Jae Hee berbicara pada jaksa bahwa Jae Shik telah melakukan penculikan terhadap Eun Gi, pemerasan, dan kekerasan, dengan catatan kriminal seperti Jae Shik maka Jae Shik bisa dihukum lama di penjara. Mungkin 10 tahun? Jae Shik marah, bukankah Jae Hee yang memerintahkan penculikan itu.
“Berhenti memfitnahku! Kapan aku menyuruhmu? Di mana? Apa kau memiliki bukti?” ujar Jae Hee.
Jae Shik benar-benar kena batunya kali ini. Jae Hee berkata sia-sia saja memberi Jae Shik uang pada saat ini. Mungkin saja sepuluh tahun lagi ia rindu pada kakaknya, mungkin saja pada saat itu ia ingin memberikan apa yang ia miliki pada kakaknya. Karena itu ia menyarankan kakaknya mendekam di penjara 10 tahun, tidak akan sulit bagi orang seperti Jae Shik.
“Hanya dengan cara itu adik kesayangan kakak, Han Jae Hee, bisa menginjak duri dan bertahan. Kompensasimu akan sangat besar setelah kau bebas nanti. Aku akan memberimu kekayaan untuk seumur hidup,” kata Jae Hee tenang.
Jae Shik sangat kesal dan mengancam akan membunuh Jae Hee. Teriakannya terdengar oleh polisi. Jae Shik segera melarikan diri.
Maru semalaman tertidur di mobil. Ia terbangun lalu berjalan pulang ke rumahnya. Di tengah jalan ia berusaha menelepon Jae Shik tapi teleponnya tak diangkat. Maru sedang membuka pintu gerbang ketika Jae Shik memegang pundaknya.
Maru dengan marah menarik kerah Jae Shik. Jae Shik berseru kalau ia disuruh Jae Hee. Maru awalnya tak percaya. Jae Shik berkata itu kebenarannya. Ia ingin melakukan hal yang benar sebelum ia mati, karena itu ia datang menemui Maru.
Maru terhenyak. Ia teringat kata-kata Sekretaris Hyun. Sekretaris Hyun berkata tidak mungkin Eun Gi kembali ke perusahaan yang diwarisinya jika keadaan Eun Gi saat ini diketahui Jae Hee. Bahkan hidup Eun Gi mungkin terancam. Sekretaris Hyun yakin Jae Hee ada hubungan dengan kematian Presdir.
Jae Shik berlutut di hadapan Maru. Mengaku ia telah melakukan kesalahan dan pantas mati. Ia berkata Jae Hee mengancamnya untuk membunuhnya. Ia memohon pada Maru kalau ia tidak ingin mati. Ia berkata Jae Hee benar-benar menakutkan.
“Kau tahu di mana Seo Eun Gi tinggal, bukan?” tanya Maru. Maru berlari ke mobilnya. (Apapun kejahatan yang dilakukan Jae Shik, ujung-ujungnya ia malah mempersatukan Maru dan Eun Gi…jadi inget Ibu Suri Yoon di TMTETS^^).
Semoga Maru tiba lebih cepat, karena Sekretaris Jo telah tiba di depan rumah tempat Eun Gi disembunyikan, yang ternyata adalah rumah Sekretaris Hyun. Sekretaris Jo bergerak atas perintah Min Young. Dan Min Young akan mengirim orang ke rumah itu.
Jun Ha menemui Min Young. Ia bertanya apakah usaha menyingkirkan Eun Gi dari perusahaan berjalan dengan baik. Apakah dengan memecat Eun Gi maka Min Young dan Jae Hee akan mendapatkan apa yang mereka inginkan?
Min Young berkata ini baru serangan pendahuluan dan Jun Ha telah menganggap ini serangan utama hingga perlu menemuinya? Jun Ha membalas apakah Jae Hee dan Min Young begitu gugup hingga berusaha secepatnya menyingkirkan orang yang bahkan tidak diketahui hidup matinya?
“Kau tahu di mana Direktur Seo (Eun Gi), bukan?” tanya Min Young tenang. Jun Ha terkejut.
Min Young bertanya ada masalah apa pada Eun Gi hingga ia tidak muncul walau masih hidup.
“Direktur Seo masih hidup?” tanya Jun Ha pura-pura tak tahu. Min Young tersenyum. Ia mengusulkan bagaimana jika Jun Ha membawa Eun Gi ke luar negeri dan hidup tenang di sana.
“Jika kau benar-benar mencintai Eun Gi, carilah cara untuk melindunginya dari rimba yang berbahaya ini,” Min Young memegang pundak Jun Ha dengan sikap bersahabat, memintanya memutuskan dengan bijaksana. Dengan begitu, rahasia Jun Ha juga akan otomatis terkubur.
Jun Ha melepaskan tangan Min Young dari pundaknya dan pamit keluar. Min Young memerintahkan beberapa orang untuk pergi menjemput Eun Gi diam-diam.
Maru telah tiba di dekat rumah Eun Gi. Ia melihat Sekretaris Hyun sedang berjalan pulang setelah berbelanja dan menghentikan mobilnya.
Sekretaris Hyun menumpang mobil Maru. Maru mengembalikan ponsel Sekretaris Hyun (yang diambil Maru untuk melacak GPS Eun Gi). Sekretaris Hyun bertanya apakah Maru mengkhawatirkan Eun Gi hingga datang sepagi ini. Bukankah Maru tidak ingin terlibat?
Maru berkata bagaimana bisa ia menjadi bantuan untuk Eun Gi. Apakah tujuan mereka menarik Jae Hee turun dan menjadikan Eun Gi sebagai Presdir Taesan? Sejauh mana tujuan mereka? Sekretaris Hyun tak sempat menjawab karena melihat Sekretaris Jo berkeliaran menanyai tetangga.
Sekretaris Hyun memberitahu Maru kalau Sekretaris Jo adalah orang Jae Hee. Ia panik, bagaimana bisa Sekretaris Jo menemukan tempat ini. Maru bertanya di mana Eun Gi.
Sekretaris Hyun berkata ia telah mewanti-wanti Eun Gi untuk tidak membuka pintu pada siapapun sampai ia kembali. Ia menyerahkan kunci rumahnya pada Maru dan memintanya membawa Eun Gi pergi. Ia akan turun untuk mengulur waktu Sekretaris Jo.
Maru menghentikan mobilnya di depan rumah Sekretaris Hyun. Ia masuk dan menemukan Eun Gi sedang duduk di taman.
“Siapa kau?” ujar Eun Gi saat melihat Maru. Masih terluka dengan sikap Maru kemarin. “Siapa kau hingga masuk ke rumahku tanpa ijin?”
“Aku datang untuk menjemputmu, ayo pergi,” Maru menarik tangan Eun Gi. Duh, Maru ini….cara ini kan kemaren dah gagal kok dipake lagi >,<
Eun Gi menghentakkan tangan Maru. “Siapa kau hingga bisa membawaku pergi? Sebelumnya kau bilang aku bodoh, dan kau marah padaku karena mengikuti sembarang orang. Mengapa kau datang? Apa kau menyesal setelah memikirkannya? Atau karena aku menyedihkan?”
“Ya, Seo Eun Gi!!” bentak Maru.
Eun Gi bangkit berdiri, mendorong Maru agar Maru pergi. Maru menghampiri Eun Gi tapi Eun Gi lagi-lagi mendorongnya dan menyuruhnya pergi, bahkan melempar buku yang tadi dibacanya pada Maru. Eun Gi berlari masuk ke dalam rumah.
Maru memungut buku itu dari tanah. Judulnya “Anak yang Berteriak Serigala”. Cerita ini pasti tidak asing. Dongeng ini adalah salah satu fabel Aesop yang terkenal dan diceritakan dalam berbagai versi dan judul.
Kisahnya mengenai seorang anak yang berkali-kali menipu penduduk desa dengan berteriak ada serigala yang menyerbu desa mereka. Berkali-kali juga penduduk desa tertipu dan akhirnya kesal pada si anak. Suatu ketika anak itu berteriak ada serigala, namun para penduduk desa tidak percaya lagi dan mengabaikan teriakan si anak. Tapi kali ini benar-benar ada serigala. Serigala itu masuk ke desa dan menghabisi penduduk desa, termasuk si anak.
Seperti Maru saat ini. Ia terus menerus berbohong mengenai perasaannya pada Eun Gi. Bahwa ia peduli pada Eun Gi (kalau belum mau mengaku cinta). Sekarang, saat bahaya benar-benar mengancam, Eun Gi tidak percaya lagi padanya dan menyuruhnya pergi.
Sekretaris Hyun mengirim pesan pada Jun Ha bahwa Jae Hee sudah mengetahui rumahnya. Ia berusaha menyangkal ketika Sekretaris Jo memperlihatkan foto Eun Gi di ponsel.
Eun Gi masuk ke kamarnya dan mengunci pintu. Maru menggedor-gedor pintu kamar Eun Gi, menyuruhnya membuka pintu. Eun Gi diam bersandar di pintu.
“Kita tidak punya waktu ini. Keluar sekarang juga!” Maru menggedor semakin keras.
“Sudahlah, aku tidak akan pergi dengan orang yang tidak kukenal,” ujar Eun Gi.
“Seo Eun Gi!!”
“Siapa kau hingga memanggilku dengan nama seperti itu?” kata Eun Gi ketus. “Aku tidak mengenalmu lagi dan aku tak ingat padamu, jadi mengapa kau tak pergi saja? Cepat pergi!”
Orang-orang suruhan Min Young sudah tiba. Sekretaris Hyun berusaha agar tetap tenang. Sekretaris Jo meminta Sekretaris mengantar mereka ke rumahnya. Sekretaris Hyun bersikeras Eun Gi tak ada di rumahnya. Sekretaris Jo tersenyum licik, hal itu bisa mereka cek nanti. Atau perlukah mereka yang mengantar Sekretaris Hyun ke rumahnya?
Maru telah berhenti menggedor pintu kamar Eun Gi. Ia bersandar di pintu lalu mulai menceritakan pertemuan pertama mereka. Ia menceritakan mereka bertemu pertama kali di pesawat. Saat itu Eun Gi sakit dan pingsan. Tidak ada dokter di pesawat, hingga ia yang DO dari sekolah kedokteran tak ada pilihan selain melakukan pertolongan pertama. Karena Eun Gi saat itu pingsan, ia tidak melihat wajah Maru.
Pertemuan kedua adalah dalam kecelakaan sepeda motor. Boneka yang berharga bagi Eun Gi jatuh dari tebing dan terjadi kecelakaan saat Maru mencoba mengambilnya. Bukannya berterima kasih, saat itu Eun Gi malah menuduhnya hendak mencari keuntungan dari kecelakaan itu.
“Itu adalah pertama kalinya aku melihat seseorang dengan sikap seperti itu. Setiap orang dianggap musuh dan tidak bisa dipercaya. Angkuh dan percaya diri berlebihan, dingin dan pemilih. Seorang gadis tanpa sopan santun. Tidak tahu mengucapkan terima kasih dan tidak tahu cara meminta maaf.”
Maru mengatakan semua itu dengan tersenyum, seakan mengingat semua kebersamaannya dengan Eun Gi.
Eun Gi tertarik mendengar penuturan Maru. Mungkin baru kali ini ada orang yang menjelaskan kepribadiannya sebelum kecelakaan. Sekretaris Hyun dan Jun Ha hanya mengatakan ia gadis yang pintar.
“Siapa? Apa mungkin orang itu aku? Benarkah itu aku?” tanya Eun Gi. Maru diam tak menjawab. Eun Gi membuka pintu kamarnya.
“Aku minta maaf tapi kita tidak punya waktu untuk mengenang masa lalu kita. Bisakah aku menjawab pertanyaanmu di mobil?” kata Maru sambil meraih tangan Eun Gi. Eun Gi menatapnya.
Bkin degdegan, tapi seneng ngeliat bagaimana maru mengenang eun gi dengan tersenyum..
BalasHapusbrati dia mengenang masa-masa indah..
hah..bner2 berharap happy ending
Makasih yaa mbak fanny
Gak rela klo sad ending (;_;). PokokY hrus happy ending :D haha maksa bgt cerita msih pnjg 8 episod lgi jdi harapan tu msih mungkin terkabul
BalasHapusyayy maru dah pny persaan ma eun gi pi pengin liat dia bilang 'saranghae seo eun gi'' lgi kali ni dgn ketulusan maru (^_^) t
bagus banget makasie ya mba fanny
BalasHapusngegemsin bgt critanya,maru oppa jgn pungkri prasaanmu btapa kmu ingin slalu d sisiny mnjagany,mlindunginya.jgn biarkan htimu skit trsiksa dan htiny ikut trsiksa.biarkn hti klian mnyatu biar rintngan yg ada bsa d hdapi dngan mdah.fighting!!!!
BalasHapusAkhirnya aku bisa lanjut bacanya
BalasHapusIni drama bkin mewek
Bkin tgang
Bkin senyum2 sndri
ini drama selalu menarik dan bikin penasaran >.<
BalasHapustami
aaaaakkkk... lagi-lagi aku salah fokus T^T maru gantengnya semena-mena nih XDDD
BalasHapusMakin seruuuu. Oya, mbak fanny ada beberapa kesalahan pengetikan kayaknya. Pengulangan nama Maru dan Jae Hee *moga aku gak keliru baca tadi* hihi
BalasHapusEpisode 11 bikin mewek + tegang.
BalasHapusEpisode 12 bikin tersipu2, senyum2 saking sweetnya :)
setujuu!! smpe aku dibilang stres gara" senyum" sendiri :)
Hapusfighting mb fanny & mb dee!!
-sabila-
oia bukunya eun gi apa ada hubungannya dg film terbaru song joong ki ?
BalasHapushaha, mungkin aja chingu ...
BalasHapuswaw bikin penasaran,,,
BalasHapusSeneng bgt deh ngeliat Kang Maruu
BalasHapus