Eun Gi mengumumkan dalam rapat dewan direksi bahwa ia amnesia. Jika ia dianggap maka ia akan mundur dari posisinya. Ia akan mulai dari awal. Maru dan Jun Ha terkejut dengan pernyataan Eun Gi karena bukan itu yang seharusnya dikatakan Eun Gi.
Sekretaris Hyun menemui Eun Gi di zoo cafe. Ia tak mengerti mengapa Eun Gi mengungkapkan keadaannya pada dewan direksi. Apakah Eun Gi hendak mengakhiri semuanya?
“Aku hanya ingin meninggalkan semuanya untuk ditangani Maru-sshi. Sejujurnya, seberapa banyak yang bisa kulakukan dengan kondisiku?”
“Direktur!!” seru Sekretaris Hyun marah.
Eun Gi bertanya apakah ayahnya meninggalkan sesuatu yang lain. Dana darurat atau rekening bank di Swiss? Jika ada, ia ingin memberikan semuanya pada Maru. Sekretaris Hyun berkata apa yang akan Eun Gi lakukan jika Eun Gi dicampakkan setelah memberikan segalanya.
Eun Gi tersenyum dan berkata Maru bukan orang seperti itu. Sekretaris Hyun tak tahan lagi. Ia berseru bagaimana Eun Gi tahu Maru itu baik atau tidak.
“Aku tahu. Maru tidak akan pernah bisa berbohong padaku. Karena itu aku tahu.”
“Aku benar-benar bisa gila. Presdir, apa yang harus kulakukan dengan Direktur yang seperti anak kecil hingga percaya apapun dengan begitu mudahnya. Apa yang harus kulakukan?” Sekretaris Hyun seakan berbicara dengan Presdir.
Tatapan Eun Gi seketika berubah. Ia menatap Sekretaris Hyun dengan tajam.
“Sekretaris Hyun, kau juga berbohong padaku. Orang yang terlibat dalam kecelakaan itu adalah Kang Maru.”
Sekretaris Hyung terpana. Ia tergagap-gagap hendak menjelaskan.
“Apa kau bersama mereka? Kang Maru, Pengacara Park, dan kau. Apa kalian bersekongkol?” tanya Eun Gi dengan nada menuduh.
Sementara itu Maru melihat-lihat cincin di toko perhiasan. Wajahnya dihiasi senyum.
Sekretaris Hyun sadar ingatan Eun Gi telah kembali. Ia bertanya apakah semua ingatan Eun Gi sudah kembali. Eun Gi meminta Sekretaris Hyun merahasiakan hal ini dari semua orang termasuk Maru dan Jun Ha.
Saking senangnya, Sekretaris Hyun menggenggam tangan Eun Gi dan berterima kasih karena ingatan Eun Gi telah kembali. Tapi Eun Gi hanya menatap tangannya dengan dingin. Sekretaris Hyun menarik tangannya. Sekarang ia bisa menghadap Presdir jika ia mati. Ia sudah berjanji mengembalikan posisi Eun Gi demi Presdir yang mati tak tenang. Ia berjanji demikian agar Presdir bisa beristirahat dengan tenang di sana. Presdir yang memintanya berjanji, tadinya ia pikir ia tidak bisa menepati janji itu.
“Apa yang terjadi pada Ayah?” tanya Eun Gi terkejut. “Apa yang terjadi? Apa maksudnya Ayah tidak bisa beristirahat dengan tenang?”
Entah apa yang dikatakan Sekretaris Hyun. Eun Gi lalu pergi ke rumah abu dan menangis di depan abu ayahnya. Seperti yang kita lihat dalam episode 16 akhir.
Setelah itu Eun Gi pergi ke taman, tempat Maru telah menunggunya dengan berbagai hadiah. Terakhir hadiah kiss….Saat mereka berciuman, Eun Gi membuka matanya.
Eun Gi membuka-buka buku harian yang ia tulis selama ia hilang ingatan. Choco asyik memainkan kameranya.
“Hari ini aku bertemu Kang Maru. Aku mengenalinya saat pertama melihatnya tapi orang itu terus berbohong padaku.”
“Hari ini aku ke rumah sakit. Dokter terus membantuku untuk memulihkan ingatanku. Tapi aku tak ingat apapun. Aku ingin segera ingat karena aku secepatnya tak ingin menjadi beban Sekretaris Hyun dan Kang Maru.”
“Kang Maru adalah pria baik yang tidak bisa ditemukan di manapun di dunia.”
Eun Gi hendak merobek halaman itu. Panggilan Choco menghentikannya. Choco hendak memotret Eun Gi dengan kamera. Dalam sekejap Eun Gi tersenyum manis.
Eun Gi turun ke dapur. Ia melihat Maru sedang sibuk memasak sarapan. Sesaat tatapannya mengeras, lalu ia tersenyum.
“Good morning,” sapanya. Maru membalas sapaannya dan tersenyum. Eun Gi memuji masakan Maru yang harum. Ia bergurau selama ini masakan Choco dan Jae Gil agak sulit dimakan. Maru tersenyum, ia juga merasa begitu. Ia menyuruh Eun Gi cuci tangan dan memanggil yang lain untuk sarapan. Ia kembali sibuk memasak.
Perlahan Eun Gi menghampiri Maru dan melingkarkan tangannya di pinggang Maru erat-erat, lalu menyandarkan kepalanya di punggung Maru. Maru tersenyum.
“Kemarin aku kembali bermimpi. Dalam mimpiku, aku bertemu banyak orang. Mereka semua bilang mereka ayahku, mereka temanku, mereka kekasihku. Mereka bilang mereka berada di pihakku. Mereka semua mengatakan hal-hal manis. Tapi hanya Maru-sshi yang tidak mengatakan apapun.”
Maru terdiam sejenak.
“Kau tidak mengatakan kalau kau benar-benar peduli padaku, menghargaiku, dan tidak mengatakan kalau aku adalah satu-satunya orang yang kaucintai. Aku bahkan berteriak agar kau mengatakannya walau itu hanya sebuah kebohongan. Dan sampai akhir kau tidak mengatakan apapun. Eun Gi, aku di pihakmu. Kau bisa saja hanya mengatakan hal itu dan aku akan mempercayai semuanya. Seandainya saja kau mengatakan sesuatu.”
Maru mematikan kompor.
“Eun Gi-ya…Apakah kita berdua sebaiknya pergi dan tinggal di tempat lain? Ke tempat di mana tak seorang pun mengenali kita. Hanya kita berdua yang berada di sana. Aku tidak peduli itu Kutub Utara atau Selatan atau Afrika. Apakah kita berdua sebaiknya pergi dan tinggal di sana?”
Eun Gi berkata itu rencana yang bagus. Ia setuju. Tentu saja ia tidak bersungguh-sungguh. Dan Maru pun tidak nampak senang atau lega dengan jawaban Eun Gi.
Jae Hee kembali ke rumah Maru yang lama. Ahjumma tetangga terkejut melihat Jae Hee ada di sana. Jae Hee beralasan rumahnya sangat dingin jadi ia ke sini. Ahjumma itu bertanya memangnya pemanas rumahnya rusak. Jae Hee tersenyum membenarkan. Ahjumma itu tak mengerti, rumah ini kosong dan tidak ada yang menyalakan api. Benar-benar seperti padang Siberia. Tak ada kehangatan. Jae Hee berkata baginya rumah ini memberikan rasa hangat. Di dunia ini, rumah inilah tempat terhangat yang ia kenal.
Ahjumma itu berpikir, lalu ia memanggil nama Jae Hee (biasanya ia menyebut Jae Hee dengan panggilan Presdir). Ia bertanya apakah Jae Hee sedang menunggu seseorang. Apakah Jae Hee sedang menunggu Maru?
“Jika aku menunggunya, apakah ia akan datang?”
“Dia pergi tanpa sepengetahuan orang lain, apakah ia akan kembali dengan mudahnya?,” ujar ahjumma itu sedikit kesal. Tampaknya ia tersinggung Maru pergi diam-diam.
“Kalau begitu aku akan membuatnya kembali ke sini,” kata Jae Hee dengan tegas.
Jae Hee keluar dari rumah itu. Ia tidak nampak senang melihat Min Young sudah menunggunya di sana. Ia marah Min Young selalu mengawasinya kemanapun ia pergi dan siapapun yang ia temui. Min Young tak menjawab.
“Beraninya kau bersikap tak sopan padaku. Siapa kau hingga bisa memata-mataiku. Kau hanya seorang direktur. Kau berani memata-matai siapa? Aku membiarkanmu tapi tampaknya kau kehilangan akal sehat dan mulai keterlaluan. Sadarlah Ahn Min Young. Aku atasanmu dan aku bukan seseorang yang bisa kaudatangi sembarangan.”
Jae Hee berjalan pergi. Min Young menahannya. Ia berkata belum saatnya duduk dan tidak waspada terhadap Eun Gi. Ia merasa Eun Gi memiliki rencana dengan begitu mudah mengumumkan kondisinya. Ada yang mencurigakan.
Min Young berkata permainan belum selesai. Jadi Jae Hee sebaiknya berhenti memikirkan hal tak berguna seperti perasaan. Jika Jae Hee tak waspada, hanya masalah waktu saja sebelum seseorang menikam Jae Hee dari belakang. Dan tidak ada seorang pun yang tahu siapa yang akan menikamnya.
Jae Hee menatap Min Young. Mungkin ia merasa Min Young sedang mengancamnya. Min Young melepaskan syalnya dan melilitkannya di leher Jae Hee. Jae Hee terlihat sedikit takut.
Maru naik ke kamar Eun Gi. Ia meletakkan kotak cincin di meja Eun Gi lalu tersenyum. Ia melihat gumpalan kertas berserakan di lantai lalu membereskannya dengan membuang ke tempat sampah.
Satu gumpalan menarik perhatiannya. Ia membuka gumpalan kertas itu. Ada gambar dirinya dengan tulisan : “Kang Maru adalah pria baik yang tidak bisa ditemukan di manapun di dunia.”
Maru tertegun. Maru ingat ia telah menaruh laporan kecelakaan dirinya dan Eun Gi di meja Eun Gi. Artinya Eun Gi tahu Maru yang terlibat kecelakaan dengannya.
Maru melihat kertas di tangannya, robek dan kusut. Sebuah kesadaran muncul di benaknya. “Eun Gi telah kembali.”
Eun Gi berada di kantornya. Ia memasukkan barang-barangnya ke dalam kotak. Jun Ha menemuinya. Eun Gi berkata untuk sementara ia akan beristirahat di rumah sambil menunggu keputusan dewan direksi. Jun Ha menyerahkan undangan pernikahan yang telah dibuatnya untuk pernikahan Eun Gi dan Maru. Pernikahan akan diadakan 3 minggu lagi. Sekretaris Hyun memperhatikan reaksi Eun Gi.
Eun Gi membuka undangan itu. Jun Ha berkata mereka harus meneruskan pernikahan itu karena pihak lain meragukan pernikahan ini benar-benar akan dilangsungkan. Eun Gi mengangguk. Jun Ha meminta Eun Gi menyampaikan hal ini pada Maru.
Setelah Jun Ha pergi, Sekretaris Hyun berkata sepertinya pernikahan ini tidak perlu lagi dilangsungkan dengan kembalinya ingatan Eun Gi.
“Aku tidak akan melakukannya.”
“Kalau begitu kenapa?” tanya Sekretaris Hyun.
Eun Gi tak menjawab. Ia malah menelepon Maru dan berbicara dengan nada riang. Ia bertanya apakah Maru sudah melihat undangan pernikahan mereka.
“Ini seperti mimpi. Aku tidak sedang bermimpi, bukan?” tanyanya.
“Eun Gi sedang berbohong. Itu artinya ia tidak percaya padaku. Ia marah padaku. Artinya ia tidak bisa memaafkanku,” kata Maru dalam hati.
Eun Gi menutup teleponnya. Wajahnya kembali diliputi kemarahan dan dendam.
Namun kemarahan itu tidak tampak saat berikutnya ia menemui Jae Hee. Ia melapor pada Jae Hee kalau ia akan beristirahat untuk sementara waktu. Sungguh melelahkan ia harus berpura-pura selama ini padahal ia tidak ingat apapun. Jae Hee menggenggam tangan Eun Gi. Ia berkata Eun Gi harus memang harus mendahulukan kesehatan daripada pekerjaan. Tanpa diduga Eun Gi meminta Jae Hee bersikap sebagai ibunya.
Tentu saja, jawab Jae Hee dengan sedikit bingung. Eun Gi meminta Jae Hee membantunya mempersiapkan pernikahan. Jae Hee melepaskan genggaman tangannya pada Eun Gi. Persiapan pernikahan?
Eun Gi mengangguk. Dengan tetap tersenyum polos, ia berkata Maru sangat sibuk karena harus bekerja rangkap dengan mengerjakan pekerjaan Eun Gi juga.
Eun Gi mengajak Jae Hee melihat-lihat berbagai barang. Tempat tidur (yang akan digunakannya bersama Maru), alat-alat rumah tangga, piyama berpasangan, dan….gaun pengantin. Selama itu pula Jae Hee mengikuti Eun Gi dengan wajah lesu dan menderita. Ia memaksa diri untuk mengangguk setiap kali Eun Gi menanyakan pendapatnya.
Selama itu, hati Maru berbicara: “Aku tidak tahu arah yang akan Eun Gi jalani. Bagaimana caramu menjalani jalan itu. Aku tidak tahu apa yang sedang kaucoba lakukan dengan melalui jalan itu. Dengan pikiran apa ia mengambil jalan itu. Bahkan jika aku menanyakannya, Eun Gi tidak akan menjawab…”
Eun Gi menanyakan pendapat Jae Hee mengenai gaun pengantinnya. Jae Hee tak bisa menjawab, hatinya tercekat melihat Eun Gi akan menjadi pengantin Maru.
Apalagi tepat saat itu pula Maru datang. Maru melihat Jae Hee lalu menatap Eun Gi dan tersenyum. Apa kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan Jae Hee saat ini? Galau.
“Satu-satunya hal yang kutahu adalah mungkin aku tidak bisa menjalani jalan itu bersamanya…,” batin Maru.
Jae Hee dan Maru duduk di meja makan sambil menunggu Eun Gi. Jae Hee berkata Maru benar-benar kejam. Ia mengira Maru yang menyuruh Eun Gi untuk mengajak Jae Hee mempersiapkan pernikahan. Maru tidak menjawab, ia mengulurkan tangan hendak mengambil botol wine.
Jae Hee menggenggam tangan Maru. Ia berkata jika Maru bertujuan untuk membuatnya cemburu, ia bisa salah paham dengan menganggap Maru masih memiliki perasaan padanya.
“Tidak seperti itu,” jawab Maru.
“Kalau begitu apa tujuanmu? Apa karena tidak ada yang bisa kaumintai bantuan untuk persiapan pernikahan? Aku akan mengatakan semuanya saat Eun Gi datang.”
Maru bertanya apakah Jae Hee akan memberitahu Eun Gi kalau mereka adalah sepasang kekasih di masa lalu. Jika orang lain tahu mengenai hal itu, siapa yang paling terluka di antara dirinya, Eun Gi, dan Jae Hee?
“Apa?” tanya Jae Hee. (jika semua orang tahu kalau Jae Hee dan Maru memiliki hubungan di masa lalu, maka Eun Gi akan dianggap menjadi korban, sedangkan Maru dan Jae Hee akan dianggap orang brengsek. Tidak masalah bagi Maru karena ia memang bereputasi semikian. Tapi bagi Jae Hee yang adalah Presdir? Jae Hee yang akan paling dirugikan.)
Eun Gi masuk. Ia sempat melihat Jae Hee menarik tangannya dari tangan Maru. Dalam sekejap ia memperlihatkan senyum manisnya. Ia bertanya mengenai Jae Gil dan Choco yang belum datang. Eun Gi beralasan mereka sudah lama tidak makan bersama. Walau terkejut, Maru tidak mengatakan apapun.
Choco dan Jae Gil tiba. Begitu melihat Jae Hee, Choco langsung kesal. Mengapa “unni” yang ini bisa ada di sini? Ia protes Maru tidak memberitahu mereka kalau Jae Hee unni juga akan makan bersama mereka. Jae Gil menutupi mulut Choco sebelum Choco berbicara lebih banyak.
“Choco, kau kenal dengan Presdir kami?” tanya Eun Gi pura-pura kaget. Maru melirik Eun Gi, menyadari Eun Gi sedang berura-pura.
“Tentu sa….” Choco berhenti bicara saat menyadari mengapa Jae Gil menutup mulutnya.
Eun Gi bertanya pada Jae Hee apakah Jae He mengenal Choco. Jae Hee berkilah ia pasti pernah melihat Choco di suatu tempat. Choco buru-buru berkata kalau ini pertama kalinya ia melihat Jae Hee. Jae Gil berkata Jae Hee pernah datang beberapa kali ke rumah mereka untuk mencari Eun Gi. Choco dan Jae Hee cepat-cepat membenarkan.
Eun Gi tetap dengan senyum polos pura-puranya, sementara Maru mengamati dalam diam. Jae Gil dan Choco ikut duduk bersama mereka.
“Tapi bagaimana bisa Presdir tahu kalau Choco sering menangis dalam tidurnya dan Jae Gil menderita klaustrophobia?” tanya Eun Gi.
Jae Hee pura-pura lupa ia pernah mengatakan hal itu. Bagaimana bisa ia tahu mengenai hal itu? Choco dan Jae Gil nampak gugup. Eun Gi tersenyum dan berhenti bertanya.
Maru, Eun Gi, Choco, dan Jae Gil pulang bersama dalam suasana canggung. Tak ada yang berbicara.
“Eun Gi telah kembali. Eun Gi yang kulihat sekarang, bukan Eun Gi yang kukenal sebelumnya. Apa yang telah ia ingat? Dan apa yang telah ia lupakan? Apa yang telah ia lepaskan dan apa yang ia cari? Walau Eun Gi telah kembali, aku masih menunggunya. Aku tidak akan menjadi lelah, tidak akan gelisah, dan akan terus bersabar….”
Ketiganya merenung di tempat tidur mereka.
Jae Gil pergi ke makam ayahnya, menuangkan soju. Ia mengaku bersalah selama ini telah membenci dan mengutuk ayahnya. Karena ia telah meminta maaf seperti ini, ia memohon agar ayahnya menyelamatkan Maru.
“Tidak masuk akal jika Maru kami berhenti di sini, kan? Karena aku hanya percaya Ayah, tolong lindungi Maru.”
Jae Gil beranjak pergi tapi ia berbalik. Ia berjanji akan datang tiap hari membawakan bunga dan membersihkan makam ayahnya.
“Tolong biarkan Maru kami tetap hidup….Ayah…”
That’s our wish too, Jae Gil….that’s our wish too…..
i love u mbak fanny :)
BalasHapusthanks for ur update...
"siapa yang paling terluka, ketika hubungan mereka terbongkar?"jika memang itu jae hee, maka apa yang dilakukan eungi untuk di part 2 memang adalah untuk menyakiti jae hee
dan pernyataan oppa untuk selalu menunggu eonni, tidak akan melepaskannya suatu saat nanti-bisakah ditepati?atau masihkah ada waktu untuk mewujudkannya?
love jae gil too, thanks a lot ^^
aaaaaaaaaah, episode 17 & 18 itu episode yg paling bikin gregetan ga karuan...makasih mbak fanny buat sinopsisnya... :D ga sabar nunggu minggu depan, gimana endingnya...mudah-mudahan happy ending... :(
BalasHapusThanks recapnya Fanny.
BalasHapusWalaupun sudah nonton ep ini, walaupun sudah baca recap di tmp lain, teteup nggak afdol kalo nggak baca recap di blog Fanny n Dee, tempat berkumpulnya para "NC Galau'ers". ^_^
-anit-
Ditunggu part 2nya.apry
BalasHapusUdah keluar kok part 2nya
Hapusnice guy emang bikin penasaran
BalasHapusseeru...!!!!!
mba aku bingung
BalasHapuskan maru yg naro amplop ttg kecelakaan itu berarti dia uda memperkirakan hal terburuk bahwa eun gi akan membencinya tapi kenapa maru msh bisa nyiapin cincin untuk eungi ya? senyum2 gitu lg
aku kok agak kurang mudeng
maru knp rela mengkambinghitamkan sendiri?? aaahh.. apa dia sdh menyerah? walau eun gi sgt dendam dg maru tp eun gi msh cinta sma maru. seandainya keduanya berani jujur perasaan masing2 .. :(
BalasHapus. terimakasih kak fanny, sinopsisnya komplit.
walau ak udh streaming, tp klu blm baca sinopsisnya krg afdol rasanya, hehehe...
hikss.... jae gil tulus banget ,, pengen punya sahabat seperti dia.
BalasHapusmaksh sinopsisnya, aku punya film e tp episode ini rusak,,,:-(
BalasHapus