Eun Seok masih marah pada ibunya. Saat Jae Hee masuk ke kamarnya, Eun Seok tidak mau melihat ibunya. Jae Hee berkata ada yang hendak ia tanyakan pada Eun Seok.
“Ibu ingin memberimu mainan paling mahal dan terbaik di dunia. Selama kau memiliki mainan itu, orang-orang tidak bisa mengabaikanmu dan mereka akan iri padamu. Mereka akan membungkuk di depanmu. Tak peduli apapun yang kaulakukan, mereka hanya akan mengatakan hal-hal baik padamu. Itu mainan yang hebat. Kau benar-benar tidak menginginkannya?”
Eun Seok tidak menjawab.
“Mainan itu seribu kali lebih baik dari Eun Gi noona, bukan? Kau menginginkannya, kan? Ingin memilikinya, kan?”
Eun Seok tetap diam.
“Ibu akan bertanya untuk yang terakhir kalinya. Kau benar-benar tidak menginginkan mainan itu?”
“Ya,” akhirnya Eun Seok menjawab.
Jae Hee tersenyum sedih. “Benarkah?” tanyanya. Eun Seok mengiyakan. Jae Hee berkata Eun Seok tidak boleh menyesalinya di kemudian hari. Eun Seok kali ini menatap ibunya.
“Ibu, hanya anak kecil yang menginginkan mainan. Eun Seok bukan bayi lagi.”
Jae Hee tersenyum pada puteranya. Ia membenarkan. Eun Seok bukan bayi lagi. Jae Hee memeluk Eun Seok.
“Benar, Ibu mengerti apa yang kaukatakan,” kata Jae Hee.
Jae Hee memandangi rumah keluarga Seo yang besar dan mewah. Perhiasan-perhiasannya yang bertabur berlian. Semuanya adalah “mainan” yang sangat mahal.
Jae Hee melepaskan cincin mewahnya dan menggantinya dengan cincin yang sangat sederhana. Ia berkata cincin itu juga indah. Dan ia baru menyadarinya sekarang.
Jae Hee menelepon Min Young. Ada yang ingin ia bicarakan dan ia ingin bertemu. Tampaknya Jae Hee sudah memutuskan untuk melepas semuanya dan kembali pada Maru.
Di kantornya, Min Young menatap satu set perhiasan mahal di tangannya. Sepertinya perhiasan itu ingin ia hadiahkan pada Jae Hee. Tapi Min Young tidak tampak bersemangat atau senang. (Hmmmm....hadiah apa yang bisa diberikan untuk orang yang sudah memiliki segalanya? Perhiasan mewah? Jae Hee sanggup membelinya sendiri ;p)
Terdengar ketukan di pintu. Ternyata Maru yang datang, bukan Jae Hee. Min Young tidak senang melihat Maru. Ia mengusir Maru dengan halus, dengan mengatakan ia sudah memiliki janji dengan orang lain. Maru tak bergeming.
“Aku juga ingin membuat janji sebelumnya. Tapi melihat Pengacara Park dibereskan dengan begitu cepat, aku tidak menyangkanya,” ujar Maru.
Min Young tidak mengerti apa yang Maru bicarakan. Maru menatap Min Young lekat-lekat.
“Jika ada orang yang menghalangi jalanmu, apa kau akan membunuhnya?” tanyanya.
Di luar Jae Hee terkejut mendengar kata-kata Maru. Ia tak jadi membuka pintu kantor Min Young dan mendengarkan percakapan mereka selanjutnya.
“Aku datang untuk menyarankan agar kau menyerahkan diri. Bukankah Pengacara Ahn sebelumnya juga memiliki impian normal seperti Pengacara Park? Bukankah dulu kau juga pria yang sederhana dan polos? Aku ingin memberimu kesempatan untuk menebus kesalahanmu,” kata Maru.
Min Young marah. Memangnya siapa Maru hingga berani mengancamnya? Apa Maru punya bukti kalau ia yang mencoba membunuh Jun Ha?
Maru mengaku ia tidak memiliki bukti. Itu hanya firasatnya. Tapi melihat reaksi Min Young, ia sekarang yakin Min Young memang mencoba membunuh Jun Ha. Min Young menarik kerah Maru.
“Bukti itu ada di sini,” kata Maru sambil mengeluarkan rekaman yang diberikan Jun Ha. Min Young melepaskan cengkeramannya pada Maru. Jae Hee terhenyak.
Maru berkata Min Young boleh saja mencoba membunuhnya karena memiliki bukti itu. Tidak ada rahasia yang tersembunyi sempurna dan Min Young akan menjalani hidupnya bagai di neraka, dipenuhi kegelisahan dan rasa bersalah karena membunuh seseorang. Apakah nantinya Min Young tidak akan menyesal? Maru berkata Min Young tidak dilahirkan untuk hidup seperti itu.
Min Young diam tak mengatakan apapun. Maru berkata ia akan membujuk Jae Hee untuk menyerahkan diri dan akan mengurusnya seumur hidup. Bukti audio itu juga akan ia serahkan ke polisi dalam waktu 24 jam. Min Young nampak gelisah.
Saat Maru keluar dari kantor Min Young, ia tidak melihat siapapun. Ia tak menyadari kalau Jae Hee telah menguping pembicaraannya dengan Min Young. Dan sekarang, Jae Hee duduk termenung sendirian.
Ia teringat kata-kata Maru di taman dan menyadari Maru mengatakan itu semua karena tahu Jae Hee terlibat dalam kematian Presdir. Tadinya ia mengira Maru hanya memintanya menyerahkan Taesan, tak menyadari sama sekali “hukuman” yang disebutkan Maru adalah hukuman penjara. Dan yang dimaksud dengan menunggu adalah menunggu Jae Hee keluar dari penjara. Kembali pada Maru artinya menyerahkan diri pada polisi.
Ponsel Jae Hee bergetar. Saat melihat Maru yang meneleponnya, Jae Hee tertawa getir dan tidak mengangkatnya.
Sekretaris Hyun melaporkan hasil penyelidikan polisi mengenai kecelakaan Jun Ha pada Eun Gi. Mobil Jun Ha ditabrak dari belakang oleh mobil lain lalu mobil itu melarikan diri. Polisi menduga kejadian itu disengaja. Sayangnya di jalan tempat terjadinya kecelakaan itu tidak ada CCTV yang terpasang dan tidak ada saksi mata. Sehingga tidak ada yang melihat seperti apa penabraknya maupun mobil apa yang menabraknya. Hal ini menyulitkan penyelidikan polisi.
Eun Gi kesal mendengarnya. Sekretaris Hyun berkata ia telah mengecek CCTV yang mengarah ke jalan menuju rumah Jun Ha. Ia menemukan sesuatu. Sekretaris Hyun menyerahkan foto dari CCTV pada Eun Gi. Pada malam kecelakaan itu, Sekretaris Jo membuntuti mobil Jun Ha. Eun Gi tahu Sekretaris Jo adalah anak buah Min Young. Ia meminta Sekretaris Hyun mengirimkan foto mobil itu padanya.
Eun Gi menerima telepon dari penjaga yang menjaga kamar Jun Ha. Ada seseorang yang menjenguk Jun Ha.
Eun Gi bergegas kembali ke kamar Jun Ha. Begitu melihat Min Young memegang tangan Jun Ha, dengan kasar ia melepaskannya dan memarahi penjaga yang telah membiarkan Min Young masuk ke kamar Jun Ha.
Eun Gi menyuruh Min Young keluar. Min Young yang tidak mengetahui kalau ingatan Eun Gi telah kembali, bertanya bagaimana bisa Eun Gi menjaga Jun Ha dalam kondisi seperti itu. Ia telah memanggil perawat untuk merawat Jun Ha dan menyarankan Eun Gi pulang untuk beristirahat.
“Tidak perlu! Aku tidak percaya pada mereka. Di mana di dunia ini ada orang yang bisa dipercaya? Bagiku tidak ada orang seperti itu. Aku akan melindungi Pengacara Park, jadi cepatlah pergi,” kata Eun Gi galak.
Min Young menatap Eun Gi dengan sedikit bingung. Ia keluar bersama Eun Gi, berpapasan dengan Jae Hee yang hendak menjenguk Jun Ha. Jae Hee bersikap khawatir dan menanyakan keadaan Jun Ha. Tapi Eun Gi menghalangi Jae Hee masuk. Jae Hee dan Min Young terkejut.
“Tolong buka tas yang kaubawa.”
“Eun Gi-ya...”
“Mungkin kau membawa senjata untuk membunuh? Setelah aku memeriksanya...”
“Seo Eun Gi, kau....” tampaknya Jae Hee dan Min Young mulai sadar kalau Eun Gi kembali seperti dulu.
Eun Gi menyuruh Jae Hee melepaskan jasnya. Jae Hee bertanya apa Eun Gi benar-benar mencurigainya. Tanpa ragu Eun Gi membenarkan.
Jae Hee menatap Eun Gi lalu mengeluarkan seluruh isi tasnya ke lantai. Lalu ia melepas jasnya dan melemparnya ke lantai. Eun Gi langsung memeriksa tas Jae Hee. Min Young protes.
Jae Hee merasa terhina dengan perlakuan Eun Gi. Ia bertanya apakah ia juga perlu membuka pakaiannya, siapa tahu ia menyembunyikan senjata di pakaian dalam. Eun Gi bangkit berdiri. Ia akan berterima kasih jika Jae Hee melakukannya. Min Young tak berdaya menghentikan keduanya.
Jae Hee mulai membuka kancing pakaiannya. Ia hendak membuktikan kalau dirinya tak seperti yang dituduhkan Eun Gi padanya. Tiba-tiba ada yang memegang tangan Jae Hee. Maru.
Eun Gi dan Min Young terkejut melihat kedatangan Maru. Maru mengambil jas Jae Hee yang dipegang Eun Gi lalu menyampirkannya ke bahu Jae Hee. Min Young dan Eun Gi melihat dengan cemburu.
Jae Hee tak berkata apa-apa. Ia pergi begitu saja. Maru memungut barang-barang Jae Hee yang berserakan di lantai. Eun Gi tak tahan melihatnya dan pergi dengan marah. Maru menitipkan tas Jae Hee pada Min Young lalu pergi mencari Eun Gi.
Eun Gi bertanya ada apa Maru mencarinya. Maru berkata ia datang untuk mengawasi Eun Gi. Eun Gi selalu melakukan segala sesuatu tanpa berpikir.
“Pergilah.”
“Tidak mau.”
“Hei!”
Maru duduk di dekat Eun Gi. Ia berkata Eun Gi sepertinya lebih terancam bahaya dibandingkan dengan Jun Ha. Jika ia orang yang mencelakakan Jun Ha dan membunuh Presdir, maka target berikutnya pastilah Eun Gi.
Eun Gi berkata jika mereka menyingkirkannya maka semua bukti akan lenyap. Tidak ada lagi orang yang akan menjatuhkan mereka dan mereka bisa hidup bahagia dengan semua kekayaan yang dimilikinya. Ia menantang pihak Jae Hee untuk melakukannya, termasuk Maru.
Maru tersenyum. Mengapa kau tersenyum, tanya Eun Gi. Maru berkata kedengarannya itu ide yang cukup bagus. Membunuh Eun Gi dengan kedua tangannya sendiri.
Eun Gi menatap Maru tak percaya. Maru berkata Jae Hee sepertinya mencurigai hubungannya dengan Eun Gi. Jae Hee tak percaya hubungannya dengan Eun Gi telah berakhir walau ia telah berkali-kali menyakinkannya. Jika ia melakukan saran Eun Gi (menyingkirkan Eun Gi), maka masalahnya selesai. Kulihat kau tak sebodoh itu, kata Maru. (Sebenarnya kata-kata Maru adalah sindiran, jika ia memang hendak menyingkirkan Eun Gi, untuk apa selama ini ia bersusah payah melindungi Eun Gi, dan Eun Gi tahu itu.)
Eun Gi bangkit berdiri dengan marah. Maru menahannya dan bertanya Eun Gi hendak pergi ke mana. Bukan urusanmu, sergah Eun Gi.
“Mulai sekarang kau bukan hanya “seseorang”. Kau adalah tawananku. Mulai sekarang, kemanapu kau pikir kau akan pergi, kemanapun kau akan pergi, aku akan pergi bersamamu.”
“Apa kau sudah gila? Aku tidak punya waktu untuk bermain-main denganmu.”
“Apa kelihatannya aku bermain-main?” tanya Maru. “Kau menyuruhku membunuhmu dengan kedua tanganku sendiri, maka kau harus tetap berada dalam jangkauan tanganku. Agar setiap saat aku menginginkannya, aku bisa menikammu.”
“Dasar gila,” gumam Eun Gi marah. Ia berjalan melewati Maru tapi Maru menahannya lagi.
“Aku tidak bercanda dan tidak bermain-main. Kau yang memberiku gagasan itu. Mulai sekarang kemanapun kau pergi, aku pergi bersamamu. Kecuali ke kamar mandi,” Maru berpikir sejenak. “Bukan. Ke kamar mandipun kita pergi bersama.” (Ahem..ahem...antara pengen ketawa sama blushing denger kata-kata Maru yang ini ^^)
Jae Hee merenung di kamarnya. Ia kembali mengingat kata-kata Maru bahwa ia tidak bisa menjanjikan cinta untuk Jae Hee. Asalkan Jae Hee tidak menginginkan cinta darinya, semua akan baik-baik saja.
Lalu ia ingat Maru menangis dengan pedih saat Maru berkata ia akan bertahan dan terus memegang tangan Jae Hee. Jae Hee sepertinya mengerti, yang dimaksud bertahan oleh Maru adalah bertahan untuk tidak pergi kepada Eun Gi dan akan terus berada di sisi Jae Hee.
Min Young masuk ke kamar Jae Hee untuk mengembalikan tasnya. Melihat Jae Hee tak berkata apapun, Min Young pamit pergi.
“Pengacara Ahn,” panggil Jae Hee. “Apa kau yang melakukannya (kecelakaan Jun Ha)? Sekarang benar-benar tidak ada lagi yang tidak bisa kaulakukan.”
Min Young tidak menjawab. Jae Hee berkata awalnya memang sulit, tapi setelah itu tidak ada lagi kesadaran akan apa yang dilakukannya.
“Aku akan pergi sendiri ke kantor polisi,” ujar Min Young. “Penyebab terbesar kematian Presdir adalah karena ia tidak pergi ke rumah sakit pada waktunya setelah ia kolaps. Presdir Han Jae Hee hendak menelepon ambulans tapi aku menghentikannya. Predir Han Jae Hee terus menerus berusaha untuk menelepon ambulans tapi aku mengancamnya dan menghalangi mereka pergi ke rumah sakit. Rekaman audio akan membuktikan hal yang sama.”
Min Young menegaskan ia akan pergi sendiri dan Jae Hee sebaiknya diam saja. Keterkejutan di wajah Jae Hee berubah menjadi sinis. Apa Min Young pikir ia akan tersentuh dengan perkataan Min Young tadi? Memangnya siapa Min Young hingga bisa bertanggung jawab bagi dirinya?
“Bukan karena ancamanmu, tapi karena kehendakku. Kehendak bebas Han Jae Hee yang menyebabkan kematian Presdir. Waktu itu sebenarnya jauh di dalam hatiku aku juga mengharapkan kematian Presdir. Jika ia tidak mati, aku dan Eun Seok yang akan mati. Pada waktu itulah Pengacara Ahn datang, mengambil darah yang seharusnya kutaruh di tanganku dan menaruhnya di tanganmu. Terima kasih.”
Min Young protes.
Jae Hee berdiri dengan marah. “Siapa kalian hingga mengatakan itu kesalahan kalian? Mengapa kalian meminta maaf? Aku melakukan dosa-dosa itu dengan kehendakku sendiri, atas apa yang kupercayai. Mengapa semua itu menjadi kesalahan kalian? Kalian pikir kalian sebaik apa? Sehebat apa? Mengapa kalian bertanggungjawab atas hidupku?”
Min Young bertanya apa Maru telah menemui Jae Hee hingga Jae Hee seperti ini. Jae Hee memaki-maki mereka. Maru dan Min Young sama saja.
Maru benar-benar melakukan apa yang dikatakannya. Ia menunggu di luar kamar mandi saat Eun Gi ke sana. Ia terus mengikuti Eun Gi kemanapun. Tampaknya ia bahkan menikmati “tugas” barunya ini. Tandanya? Ia mengetuk-ngetukkan sepatunya ke lantai saat ia menunggu Eun Gi.
Eun Gi terus merawat Jun Ha. Maru tak bisa tak cemburu melihat Eun Gi menyeka wajah Jun Ha dengan lembut. Mungkin karena tak tahan, ia keluar dari kamar Jun Ha dan merenung dekat jendela.
Saat ia kembali, ia melihat Eun Gi tertidur di meja samping tempat tidur. Maru menyelimuti Eun Gi dengan jasnya.
Maru kembali ke rumah lamanya (sepertinya atas panggilan pemilik baru). Ia kaget saat melihat Jae Hee yang membuka pintunya. Jae Hee berkata ia pemilik baru rumah Maru yang lama. Maru melihat kondisi rumah itu sama sekali tidak berubah walau setahun telah berlalu. Ia memegang lengan Jae Hee dan bertanya apa yang telah terjadi.
Jae Hee berkata ia membelinya karena ia ingin kembali dan ia bisa kembali kapan saja. Tapi saat ia kembali, Maru sudah tidak ada.
“Aku datang, bukan?” kata Maru sambil duduk.
“Hanya dengan cangkang kosongmu saja?” tanya Jae Hee.
Maru tersenyum. Jae Hee mengambil amplop coklat besar yang dibawanya dan menyerahkannya pada Maru.
Jae Hee berkata Presdir Seo meninggalkan kekayaan yang sangat besar untuk Eun Gi. Namun semua itu diambil dari Taesan. Dengan kata lain Presdir Seo selama ini melakukan korupsi dan jumlahnya sangat besar. Presdir Seo juga melakukan penggelapan pajak dan saham termasuk saham internasional, demi memastikan Eun Gi menjadi pewaris Taesan. Ia juga mengatakan Eun Gi adalah pewaris Taesan seluruhnya (termasuk mewarisi dana gelap itu), tak tersisa sedikitpun untuk Jae Hee dan Eun Seok.
Maru terkejut mendengar hal ini. Ia bertanya mengapa Jae Hee menunjukkan bukti-bukti itu padanya. Jae Hee berkata ia hendak membuat kesepakatan. Bukti-bukti ini ditukar dengan bukti audio yang dimiliki Maru mengenai kematian Presdir, termasuk semua copy yang ada.
“Aku tidak akan pernah menyerahkan diri,” kata Jae Hee.
“Noona...”
“Jika kau memang ingin aku menyerahkan diri, berikan padaku semuanya. Bukan hanya tubuhmu. Cintamu, hatimu, semuanya. Maka aku akan menyerahkan diri.”
Jae Hee berkata pilihan ada di tangan Maru. Yang mana yang akan Maru pilih?
Pada dasarnya Jae Hee menyuruh Maru memilih antara dirinya dan Eun Gi. Jika Maru menyerahkan bukti audio ke polisi, Jae Hee akan ditangkap tapi ia akan mengungkapkan bukti-bukti penggelapan Presdir Seo hingga Eun Gi tahu ayahnya seperti apa dan bukan tidak mungkin Eun Gi akan tersingkir dari Taesan, bahkan lebih buruk dari itu.
Jika Maru menukar bukti audio itu dengan berkas penggelapan Predir Seo, maka Jae Hee dan Min Young tidak akan dihukum tapi apakah itu hal yang benar? Bagaimana jika suatu saat Eun Gi mengetahui darimana asal warisan ayahnya?
Pilihan ketiga adalah Maru meninggalkan Eun Gi dan sepenuhnya kembali pada Jae Hee. Tapi apakah cinta bisa dipaksakan kepada siapa kita akan memberikannya? Tampaknya Jae Hee pun menyadari hal itu.
Maru kembali ke rumah sakit. Ia tidak melihat Eun Gi di kamar. Sekretaris Hyung yang menjagai Jun Ha. Maru panik, apalagi setelah pembicaraannya dengan Jae Hee barusan. Ia mencari-cari Eun Gi.
Akhirnya ia menemukan Eun Gi tertidur di sebuah bangku. Maru duduk di sebelahnya dan menyandarkan kepala Eun Gi ke pundaknya.
Eun Gi terbangun setelah beberapa saat tertidur. Ia menjauhkan dirinya dari Maru dan menatapnya dengan curiga.
“Annyeong,” sapa Maru. Eun Gi terus menatap Maru.
“Eun Gi-ya, mari kita pergi melarikan diri,” ia menggenggam tangan Eun Gi. “Aku akan pergi ke manapun kau pergi. Ke tempat di mana tak seorangpun bisa menemukan kita. Larilah bersamaku, Seo Eun Gi.”
Komentar:
Apakah pilihan Maru pada akhirnya adalah melarikan diri bersama Eun Gi? Karena pilihan apapun yang ia ambil akan menyakiti hati Eun Gi.
Jae Hee pada akhirnya menyadari semua kekayaan dan kekuasaan yang ia kira bisa membuatnya bahagia ternyata tidak membuatnya bahagia. Seperti yang Eun Seok bilang, hanya anak kecil yang menginginkan mainan. Bagi Eun Seok, Eun Gi lebih berharga dibandingkan mainan termahal di dunia. Jae Hee pun menyadari Maru lebih berharga dari semua yang telah diraihnya. Sayangnya, semua sudah terlambat.
Terbalik dengan Maru, ia menyadari Eun Gi lebih berharga dari apapun di dunia ini karena itu ia ingin memastikan kebahagiaan Eun Gi. Jika saja ia ingat perkataan Eun Gi di malam yang berhujan itu. Ia akan menyadari bahwa satu-satunya yang diinginkan Eun Gi adalah bersama Maru selamanya. Apakah sudah terlambat?
horreeeeee
BalasHapusaq ngakak oas bagian komenya mba fany yg ahem ahem itu wkwkwkwkw aq nyengirrrrr baca sinopsis disini kadang malah lebih ngena dihati dr pada baca subtitlenya lol
BalasHapusditunggu bagian berikutnyaaaa
btw jaehee blm tobaaat juga palanya musti digetok pake roda mobil dulu
BalasHapusjadi taesan itu smcm perusahaan join ya?bkn perusahaan keluarga?
BalasHapusAnyeong...
BalasHapusWalau sdh streaming, aku tak pernah melewatkan membaca recap di blog ini.
Gumawo Fanny.
-anit-
yaaa...
BalasHapusmakasih banyak mbak buat sinopsis episode 19nya
sayang, ni film udah tamat.
sinopsis2 yg lainnya sy tunggu mbak.
Min Young jadi senjata boomerang buat Jae Hee. Maru jadi tameng kuat buat Eun Gi, Eun Gi sendiri sudah masang granat di badannya dan siap meledak kapanpun yang ia mau. Ironis ya? Ditambah lagi pedang Eun Gi udah patah, Jun Ha yang nyaris mati.
BalasHapusMaru udah kayak anak pembohong berteriak srigala. Sampe saat dimana ia mau jujur, Eun Gi gak bisa percaya lagi.
Plot nih drama ini menurutku klise, tapi memang yang bikin greget itu konflik Ma-Eun yang udah kayak baling-baling bambu. Ahaha. Karakter mereka sama-sama keras, cinta dewasa yang gak ada romantis. Tapi sekali mereka saling natep mata wiiih~ gula aja bisa kalah tuh!
Kira-kira ini gimana endingnya ya say? Gak sabar buat happyend mereka atau sadend, ataunya lagi malah antiklimaks nih
haha like ur comment, really :)
Hapus§éMæñgåt (ง'̀⌣'́)ง u/ episode 20 mba' fanny,,, sy masih setia menunggu :D
BalasHapustq mba fanny buat sinopsis nice guy ep 19 nya
BalasHapusHwuaaaah,,,,g sbr nunggu end ny.jgn lama2 dong mbak
BalasHapuskerrreeennnnnnnn!!!!!!!
BalasHapusceritanya seru bgggttttt.........
BalasHapus