Wol diculik oeh orang-orang suruhan Ibu Suri. Karena mereka tidak bisa membawa shaman Jang, maka mereka membawa Wol sebagai ancaman.
Di dalam tandu, Wol mengingat kenangannya bersama Hwon tapi ia masih tidak mengenali kalau itu adalah ingatannya sendiri. Ia mulai kehabisan nafas (trauma karena pernah terkurung dalam peti mati).
Puteri Min-hwa menaruh dua buah sendok di atas salju lalu menempelkannya ke mata. Ia berharap bengkak di matanya hilang. Yeom berjalan menghampirinya dan berjongkok di depannya.
Min-hwa menurunkan sendoknya dan melihat Yeom. Yeom tersenyum. Anehnya Min-hwa tidak bersikap seperti biasanya. Ia menelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Yeom kebingungan melihat tingkah Min-hwa.
“Aku begitu merindukanmu hingga sekarang aku berhalusinasi,” katanya. Yeom tertawa, “Apa aku seperti halusinasi?”
Min-hwa terkejut dan menutup matanya dengan sendok. Yeom menurunkan kedua tangan Min-hwa tapi Min-hwa tidak mau menatap suaminya. Yeom merengkuh wajah Min-hwa dan memalingkannya hingga menatap wajahnya.
“Mengapa Puteri menghindariku?”
“Karena wajahku terlihat lucu.”
Tidak, kata Yeom. Min-hwa berkata Yeom berbohong, tadi baru saja ia menertawakannya. Yeom berkata ia tertawa karena Min-hwa lucu.
“Benarkah aku lucu?”
“Apa aku pernah berbohong?”
“Kalau begitu kau tidak akan membuangku?” tanya Min-hwa senang. Yeom bingung, bagaimana bisa Min-hwa berpikiran seperti itu.
Min-hwa ingin Yeom berjanji tidak akan membuangnya walau apapun yang terjadi. Ia mengulurkan jari kelingkingnya. Yeom berkata apakah Min-hwa akan percaya jika ia berjanji dengan nyawanya. Ia mengaitkan kelingkingnya ke jari Min-hwa. Min-hwa sangat gembira dan memeluk suaminya hingga keduanya terjatuh.
Seseorang melihat kejadian itu dari jauh. Seul.
Hmmm…entah kenapa aku merasa janji mereka yang dibuat hari ini akan segera diuji. Entah apa yang terjadi jika Yeom mengetahui Min-hwa terlibat dalam kematian Yeon-woo. Memang bukan Min-hwa yang mengguna-guna Yeon-woo dan dia tidak menginginkan kematian Yeon-woo. Tapi ia tidak berbicara apapun soal itu. Ia menutup mulutnya rapat-rapat hingga tidak ada yang tahu. Itulah kesalahan Min-hwa.
Aku tahu dia masih kecil ketika itu dan sangat ketakutan tapi tetap saja perbuatan sekeji itu tidak boleh disembunyikan. Dan mungkin Min-hwa menyadari hal itu hingga Ia merasa tidak aman dalam hubungannya dengan Yeom.
Shaman Jang terkejut saat melihat Wol tidak ada di kamarnya. Janshil merasa bersalah, ketika ia makan makanan kecil Wol pasti keluar mencari Seul. Seul menghampiri mereka dan bertanya ada apa.
Shaman Jang memarahinya karena telah berkeliaran dan tidak menjaga Wol. Seul terkejut, apa ada yang terjadi pada Wol. Seorang ahjumma memberikan surat pada shaman Jang.
Isinya: “Karena kau menolak kembali. Sebagai gantinya kami membawa puterimu. Jika kau mau menemukannya. Kau harus datang.”
Shaman Jang menyuruh Janshil dan Seul mengemasi barang-barang. Janshil bertanya apakah mereka mau pindah lagi. Seul bertanya bagaimana dengan Wol. Tapi shaman Jang menyuruhnya berhenti bicara dan mulai mengemasi barang-barang.
Wol pingsan di dalam tandu. Tandu itu dibuka dan mereka mengeluarkan Wol. Seorang dari mereka terkejut karena mengira Wol sudah mati. Pria yang menemui shaman Jang mendekati Wol dan menaruh jarinya di bawah hidung Wol. Ia berkata Wol masih hidup dan menyuruh memanggil tabib.
Pria itu mengamati wajah Wol. Tiba-tiba Wol membuka matanya. Pria itu terkejut. Wol menggunakan kesempatan itu untuk mendorongnya dan melarikan diri. Pria itu memerintahkan para pelayannya untuk mengejar Wol.
Wol terus berlari memasuki kota. Sementara itu Yang Myung juga sedang dikejar-kejar oleh pendukungnya. Pendukungnya protes mereka bukan orang jahat. Yang Myung mengelabui para pengejarnya dengan menyamar. Tapi mereka masih mengenalinya. Yang Myung kembali berlari.
Wol berlari dan meminta bantuan sesorang biksu. Biksu itu diam saja. Wol memohon. Para pengejar Wol berteriak-teriak, mereka sudah dekat.
Biksu itu, yang jelas adalah Yang Myung yang sedang menyamar, menarik tangan Wol dan berlari. Ia berhenti di tempat sepi dan menutupi Wol dengan memeluknya. Wol terkejut dan berusaha melepaskan diri tapi Yang Myung tidak mau melepasnya.
Wol meronta. Ia berhasil melepaskan diri dan bertanya dengan marah apa yang Yang Myung lakukan.
“Apa kau tidak tahu siapa aku?” Yang Myung membuka capingnya. “Apa kau betul-betul tidak mengenaliku?” tanyanya sedih. Wol bingung.
Para pengejar Wol tiba di tempat mereka. Yang Myung menghadap mereka dan menggeser Wol ke belakangnya. Pria itu mengejek mereka, “Seorang shaman dan seorang biksu, sungguh pemandangan yang bagus.” Yang Myung menyuruh orang-orang itu pergi karena jika mereka menyentuh Wol, mereka akan mati. Yang Myung berkelahi dengan mereka lalu menarik Wol pergi.
Mereka berlari sambil berpegangan tangan. Yang Myung bertanya apakah Wol benar-benar seorang shaman. Wol membenarkan.
“Apa kau benar-benar tidak mengenalku?”
“Maaf, tapi ini pertama kalinya saya melihat tuan.”
Yang Myung menyuruh Wol menuju gerbang belakang dan mengikuti jalan hingga rumah hijaunya. Ia meminta Wol menunggu di sana. Wol setuju unutk melakukannya.
Yang Myung menghadang para pengejar Wol sementara Wol berlari sendiri menuju arah yang ditunjuk Yang Myung. Tapi sayang, para penculik Wol menemukannya dan menangkapnya. Wol berteriak.
Yang Myung mendengar teriakan Wol dan berbalik. Seorang pengejar Wol menggunakan kesempatan itu untuk memukul kepala Yang Myung degan kayu. Yang Myung tersungkur ke tanah dan pingsan.
Wol dimasukkan ke dalam sebuah kamar kosong dan ia dikunci di sana.
Ibu Suri Yoon geram saat tahu Shaman Jang tidak mau kembali ke istana. Ia berkata tangannya digigit oleh anjing peliharaannya sendiri.
“Jadi kau pulang dengan tangan kosong,” tuduhnya.
“Hamba tidak bisa membawa shaman Jang tapi sebagai gantinya kami membawa puterinya,” sahut si penjabat penculik yang baru saja kuketahui namanya, Na Dae-gil.
Ibu Suri bertanya bagaimana bisa puterinya menggantikan shaman Jang. Na Dae-gil berkata shaman Jang tidak akan diam saja jika puterinya diambil. Ia bertanya apakah Ibu Suri mengenal jimat manusia. Ia menjelaskan, jimat manusia akan menyerap penyakit dengan tubuhnya dan menjauhkan energi jahat. Tidak ada yang lebih ampuh daripada itu.
Ibu Suri berkata Hwon tidak akan menyetujui cara seperti itu. Na Dae-gil mengusulkan untuk memberi teh pada Hwon sebelumnya dan semuanya akan dilaksanakan saat Hwon tidur. Ibu Suri meragukan keampuhan Wol.
Ia memberi waktu sebulan hingga waktu Hwon tidur bersama Ratu. Selama sebulan Wol harus mengembalikan kesehatan hwon. Na Dae-gil berkata jimat manusia juga akan membantu Raja dan Ratu mendapat keturunan.
Shaman tua menemui Wol dan dengan galak bertanya apakah Wol puteri dari shaman Jang. Wol balik bertanya siapa dia. Shaman tua itu bertanya Wol pasti tahu apa yang harus ia lakukan malam ini. Wol berkata ia diseret ke sini tanpa penjelasan jadi bagaimana ia bisa tahu.
Shaman itu berkata Wol tidak perlu tahu, cukup melakukan semua yang diperintahkan. Ia memanggil dua orang shaman muda untuk mempersiapkan Wol. Mereka memegang tangan Wol dan hendak membawanya keluar. Wol melepaskan diri dan berkata ia tidak akan bergeser satu langkahpun tanpa seijin ibu angkatnya.
Plak! Shaman tua menampar Wol. Wol terkejut. Shaman tua itu berkata Wol tidak sopan dan mengancam akan membunuh Wol jika Wol tidak patuh.
(hmmm…aku penasaran. Bukannya shaman tua ini kan shaman juga. Apa dia ngga tau ya kalau Wol itu sang “bulan”? Ahli nujum, Ah-ri dan shaman Jang langsung tahu begitu melihat Wol. Apakah shaman tua ini emang kemampuannya kurang?)
Hwon mendengar dari Woon kalau Wol menghilang tanpa bekas. Ia berkata kalau begitu Wol pasti hantu. Ia berkata jika Wol hantu, ia akan mendengarkan apa yang membuatnya menjadi hantu dan melepaskan rohnya. Tapi ia tidak mendapat kesempatan.
Woon berkata akan mencari Wol lagi. Tapi Hwon berkata tidak perlu. Itu adalah mimpi yang berakhir semalam dan dia telah keliru. Mungkin memang lebih baik mereka tidak bertemu lagi.
Kasim Hyung dan tabib membawakan obat untuk Hwon. Hwon bertanya untuk apa obat itu. Itu adalah teh bunga matahari. Hwon menatap obat itu dan bertanya mengapa ia perlu meminum obat untuk membantunya tidur?
Tabib itu berkata dia hanya diperintahkan untuk membuat obat itu dan memastikan Hwon meminumnya. Kasim Hyung berkata Hwon mengalami kesulitan untuk tidur jadi tidak ada alasan untuk tidak meminumnya.
Hwon terdiam dan teringat pada Wol. Ia pikir dengan minum obat itu maka ia tidak akan memimpikan Wol lagi dan bisa tidur dengan nyenyak. Maka ia pun meminum teh itu.
Sementara itu Wol sedang dipersiapkan. Ia dipaksa mandi atau lebih tepatnya dimandikan. Baginya itu suatu penghinaan dan ia menahan tangis dan amarahnya untuk itu.
Setelah ia mengenakan pakaiannya, shaman tua hendak mengenakan penutup mata pada Wol. Wol memegang kain itu, menolak matanya ditutup. Tapi shaman tua itu menepis tangan Wol dan menutup mata Wol.
Woon memperhatikan Hwon yang sudah tertidur. Seseorang telah memberitahunya sebelumnya, ketika gong dibunyikan maka sebuah jimat akan diantar ke kediaman Raja. Woon pergi keluar.
Yeon-woo diantar Na Dae-gil ke kediaman Hwon. Woon dan pengawal lainnya waspada dengan kedatangan mereka. Na Dae-gil berkata Wol bukanlah manusia tapi jimat. Woon hendak membuka penutup mata Wol tapi Na menahan tangannya. Ia beralasan kekuatan jimat mungkin hilang jika Woon membuka matanya.
Na Dae-gil mengantar Wol ke dalam kamar Hwon lalu mendudukkannya di sisi Hwon. Na membuka penutup mata Wol lalu mengundurkan diri dari kamar itu, Woon masuk dan duduk di sudut kamar seperti biasanya. Mereka hanya bertiga dalam kamar itu.
Wol kebingungan berada di dalam sebuah kamar yang asing. Ia terkejut melihat Hwon-lah yang terbaring di hadapannya. Woon melihat wajah Wol dan terkejut saat mengenalinya.
Wol menatap wajah Hwon dan pelan-pelan mengulurkan tangannya. Woon memegang pedangnya erat-erat. Tiba-tiba Hwon mengigau dalam tidurnya, “Yeon-woo...Yeon-woo…” Sebutir air mata mengalir di pipinya.
Wol tersentuh dan mengulurkan tangannya menyentuh dahi Hwon. Hwon tersenyum dan bermimpi masa-masa indahnya bersama Yeon-woo. Wol tersenyum. Woon memperhatikan mereka. (dalam novelnya, Woon juga jatuh cinta pada Wol tpai tidak bisa mengungkapkannya. Belum jelas apakah dalam drama Woon juga jatuh hati pada Wol atau tidak.)
Yang Myung terbangun. Kepalanya dibalut perban. Ia merasa melihat wajah Wol dan tersenyum tapi itu ternyata Yeom. Yeom bertanya apa Yang Myung sudah sadar. Ia menemukan Yang Myung terkapar di depan rumahnya.
Wol keluar dari kamar Hwon. Na Dae-gil menunggunya. Wol berbalik dan melihat kamar Hwon. Na meraih Wol dan membawanya pergi.
Hwon bangun dan merasa segar. Ia bertanya apakah semalam ada seseorang yang datang. Kasim Hyung berkata ada yang membawa jimat untuk Hwon.
“Jimat? Tidak seperti biasanya. Aku benci benda-benda seperti itu. Tapi tubuhku terasa lebih ringan.”
Hwon pergi keluar dan bahkan memuji dayang istana atas sarapannya yang lezat. Para dayang heran melihat sikap Hwon hari ini. Biasanya ia bersikap dingin. Mereka akan memasak hal yang sama tiap hari jika mereka bisa melihat Hwon tiap hari seperti ini.
Pada rapat hari itu, Hwon menemukan laporan yang diinginkannya dari para menteri telah dikumpulkan. Seperti biasa ia memuji mereka telah melakukan pekerjaan dengan rapi dan teratur. Tapi Hwon dengan sinis menambahkan, semua laporan itu begitu sempurna hingga jika orang lain melihatnya akan berpikir laporan itu dimanipulasi. Ia tertawa. Para menteri terpaksa ikut tertawa.
Aku suka tiap kali Hwon tertawa diikuti para menteri. Ia akan mendadak berhenti tertawa dan pasang tampang serius lagi hingga para menteri kecele hehe^^
Hwon bertanya mengenai orang-orang yang dtangkap dan dipaksa bekerja. Menteri penjilat dengan bangga berkata ia telah mengirim para pria itu ke keluarganya masing-masing. Hwon menanyakan pria yang ia cari (ayah dari anak miskin menabrak Hwon, Hwon berjanji akan mengembalikan ayahnya). Menteri berkata pria itu ada di luar. Hwon memuji para menteri itu bekerja dengan sigap.
Pria itu dibawa masuk. Hwon menanyakan keadaannya. Pria itu menjawab dibandingkan dengan yang lain, ia lebih baik. Hwon menanyakan pekerjaan apa yang dilakukan pria itu.
Pria itu melirik menteri penjilat (tampaknya pria ini sudah disuruh berbohong oleh sang menteri). Pria itu menjawab ia bekerja membangun jembatan. Hwon diam-diam memperhatikan tangan pria itu yang kering dan pecah-pecah.
“Kalau begitu kau pasti telah melihat pola bunga teratai di jembatan.”
“Hamba mengingatnya, “ kata pria itu.
“Bagaimana menurutmu?”
“Sangat indah.”
“Alasan aku mencarimu adalah karena puteramu.”
Pria itu terkejut Hwon pernah bertemu anaknya. Hwon berkata anak itu menjaga kakaknya menggantikan ayahnya, dan bekerja keras walau masih kecil. Itu membuatnya berpikir mengenai apa yang diperbuatnya pada rakyatnya. Ia menyuruh pria itu pulang dan hidup baik dengan keluarganya. Pria itu berterima kasih pada Hwon.
Setelah rapat, menteri memberikan serincing uang pada pria itu. Sebagai upah karena telah menjawab (berbohong) dengan baik di hadapan Raja. Yoon Dae-hyung mengingatkan jika pria itu mengatakan yang sebenarnya, maka anak-anaknya akan dibunuh. Pria itu menyanggupi.
Dalam perjalanan pulang, pria itu melewati hutan sambil menyembunyikan uang di dalam bajunya. Ia merasa dirinya diikuti dan melihat sekeliling. Tiba-tiba ia dihadang oleh beberapa orang berpakaian hitam.
Mereka hendak membunuh pria itu. Tapi seorang pria berbaju hitam lain muncul dan melindungi pria itu. Woon.
Di istana, Hwon bertanya pada Woon apakah pria itu telah pulang dengan selamat. Woon memastikan pria itu telah kembali ke rumahnya dengan selamat. Ia bertanya bagaimana Hwon bisa tahu pria itu dalam bahaya.
Hwon berkata ia melihat tangan pria itu dan itu bukanlah tangan pekerja. Itu adalah tangan orang yang baru belajar memegang pedang. Jadi sama sekali tidak ada pembangunan. Para menteri itu telah menyimpan dana untuk mereka sendiri dan menggunakan para pekerja untuk kepentingan mereka. Ia telah mencoba mengurai semua fakta dan melempar umpan mengenai ukiran bunga teratai.
Woon bertanya apakah Hwon sudah menemukan jawabannya,
“Mereka sedang membentuk prajurit rahasia,“ kata Hwon tersenyum pahit. Ia menanyakan pendapat Woon. Woon khawatir, “Itu berarti pemberontakan.”
“Dan hidupku juga dalam bahaya,” ujar Hwon tenang.
“Yang Mulia.”
“Jangan khawatir. Belum waktunya. Selama mereka mendapat apa yang mereka inginkan, aku akan tetap hidup,” kata Hwon tersenyum sinis.
Para menteri membicarakan Hwon. Mereka cemas karena tidak tahu kapan Hwon akan mencekik mereka lagi. Salah satu dari mereka berkata Hwon membutuhkan pewaris. Menteri yang lain bertanya apakah pria itu telah dibereskan. Tentu saja, jawab rekannya.
Tiba-tiba pintu dibuka dan orang berpakaian hitam yang diutus membunuh pria itu berlutut dengan tubuh terluka. Para menteri tahu ada yang tidak beres. Orang itu berkata orang yang telah melukainya tidak terlihat wajahnya karena mengenakan penutup wajah. Tapi para menteri itu bisa menebak bahwa itu adalah Woon, si Pedang Hantu.
Yoon menghampiri pria itu, menarik pedangnya dan langsung menghabisi nyawanya. Ia bertanya-tanya apakah ini peringatan dari Hwon.
Ibu Suri terkesan saat mengetahui dalam satu malam saja Wol berhasil memulihkan kesehatan Hwon. Na Dae-gil dengan bangga berkata Hwon juga lebih bersemangat. Ibu Suri sekarang percaya Wol mempunyai kekuatan dan ingin melihatnya sendiri.
Yeon-woo merenung di kamarnya. “Yeon-woo….,” gumamnya. Ia berpikir bukankah tu artinya hujan lembut di tengah kabut. Ia ingat Hwon menyebutkan nama itu dalam tidurnya. Yeon-woo bertanya-tanya orang seperti apakah “Yeon-woo” itu, sepertinya wanita itu membekas di hati Hwon.
“Jika aku orang itu, jika aku bukan seorang shaman. Dan jika aku adalah Yeon-woo, bisakah aku menghiburnya?”
Ibu Suri dan rombongannya menuju kamar Yeon-woo tapi shaman tua menghalanginya. Ibu Suri marah dan menyuruh shaman tua itu menyingkir. Shaman tua itu berkata Wol sedang memulihkan diri karena telah menyerap roh jahat jadi bagaimana bisa Ibu Suri menemuinya. Ibu Suri tak percaya penjelasan shaman tua dan menyuruhnya minggir.
Shaman Jang tiba-tiba muncul dan berlutut di hadapan Ibu Suri. Ibu Suri kesal melihat Shaman jang. Mereka berbicara berdua. Ibu Suri bertanya mengapa shaman Jang muncul di istana padahal ia sudah mengabaikan titah Ibu Suri.
Shaman Jang berkata itu adalah kesalahpahaman. Bagaimana bisa ia mengabaikan Ibu Suri? Ia berkata ia berniat membersihkan dirinya sebelum bertemu dengan Ibu Suri tapi orang-orang suruhan Ibu Suri salah paham.
Ibu Suri tidak mudah dibohongi. Ia berkata mungkin shaman Jang ke istana karena puterinya telah diculik.
“Sebelum anak itu menjadi puteri angkat hamba, Ibu Suri yang memberiku posisi di Seongsucheon, jadi bagaimana bisa hamba berkata ia diculik.”
Ibu Suri bertanya mengapa selama ini shaman Jang bersembunyi. Shaman Jang berkata ia takut pada Ibu Suri dan menunggu waktu yang tepat. Ibu Suri bertanya apakah ini waktu yang tepat. Shaman Jang mengiyakan.
“Apakah itu artinya aku dapat melihat buyutku?”
Shaman Jang membenarkan tapi dalam hatinya shaman Jang berkata pewaris itu tidak datang dari Ratu. Ibu Suri merasa puas dan bertanya apakah shaman Jang kembali ke Seongsucheong. Shaman Jang bersedia dengan satu syarat. Sebuah perahu tidak membutuhkan dua pengemudi.
Shaman Jang melirik ke arah pintu saat mengatakan itu. Ia tahu shaman tua sedang menguping pembicaraan mereka. Ibu Suri berkata shaman Jang tidak berubah. Ia berteriak pada shaman tua di luar, “Apakah kau dengar itu? Pemilik Seongsucheong telah kembali jadi pergilah (alias dipecat).” Shaman tua itu terlihat marah. (hmm….apakah nanti akan ada perang sihir?^^)
Ibu Suri bertanya apakah shaman Jang sudah puas. Sekarang ia ingin melihat Wol. Shaman Jang bertanya mengapa Ibu Suri ingin melihat Wol. Ibu Suri ingin memuji Wol karena telah memulihkan kesehatan Hwon dalam waktu semalam. Tapi shaman Jang berkata hal itu tidak bisa. Wol telah menyerap roh jahat ke dalam tubuhnya semalaman. Sebelum Wol benar-benar membersihkan dirinya, ia tidak bisa bertemu Ibu Suri karena roh jahat itu mungkin mengikuti Ibu Suri. Juga jika jimat manusia dikeluarkan dari ruangan, kekuatannya akan melemah. Sampai Wol menyelesaikan tugasnya, Ia tidak bisa menemui Ibu Suri. Ibu Suri tampaknya percaya dengan kata-kata shaman Jang.
Seul membolak-balik Wol, mengecek keadaannya.
“Apa Nona yakin tidak terluka?” tanya Seul khawatir.
“Aku merasa pusing karena kau membuatku berputar-putar,” canda Wol.
Seul memarahi Wol karean telah keluar mencarinya. Ia bertanya mengapa Wol tidak menurut. Wol berkata ia mencari Seul dan sekarang jadi begini. Seul menunduk dan meminta maaf, itu semua adalah kesalahannya.
“Mengapa kau seperti itu? Aku hanya bercanda,“ Wol berusaha menghibur Seul. Janshil malah menangis dan meminta maaf karena makan kue saat Wol diculik. Wol sibuk menenangkan keduanya.
Shaman Jang masuk dan menegur Janshil dan Seul. Seul buru-buru membawa Jan-shil keluar.
Dua orang shaman muda membicarakan Wol. Mereka baru tahu sekarang mengapa Wol begitu sombong. Tenyata dia adalah puteri angkat shaman Jang. Mereka tidak yakin Wol benar-benar memiliki kekuatan menyembuhkan Raja, mungkin saja itu karena dia didukung oleh seseorang.
Janshil sangat marah mendegar percakapan mereka. Ia berseru,”Apa kalian tahu siapa yang kalian bicarakan? Dia adalah....” (Jansil mau berkata bulan/ratu yang benar…eh Janshil kalo marah nyeremin lho)
Hep! Seul menutup mulut Janshil dengan tangannya dan pura-pura tertawa. Ia berkata pada para gadis shaman itu, nama nona mereka adalah Wol dan Janshil bahkan belum mengetahui Hangulnya (huruf Korea-nya).
Shaman Jang menyuruh Wol pergi. Wol bertanya apakah shaman Jang tidak tahu kalau Raja sedang kurang sehat. Shaman Jang berrkata ia akan membereskan hal itu tapi Wol harus pergi dengan Seul.
Wol tidak mau, ia tidak ingin menjadikan orang lain kriminal karena dirinya (Jika ia melarikan diri maka Seul, shaman Jang dan Janshil akan dianggap kriminal).
“Hanya sebulan. Yang kulakukan hanyalah berada disisinya saat ia tidur selama sebulan. Mengapa Ibu tidak bersikap seperti biasanya dan memperbesar hal ini? Aku baik-baik saja. Aku tidak melakukan hal yang buruk. Jika aku bisa membantu dan menyingkirkan kegelisahannya sedikit daja….”
Shaman Jang mengingatkan Wol agar tidak menaruh orang asing dalam hatinya dan jangan berhubungan dengan siaoapun. Sebagai jimat, Wol bukanlah manusia. Hanya sebuah benda. Walau memiliki mata, tak diperbolehkan melihat. Walau memiliki mulut, tak diperbolehkan bicara. Wol harus pergi sebelum Hwon bangun dan menghilang seakan dia tak pernah berada di sana. Itulah yang dilakukan jimat manusia. Apakah Wol masih mau melakukannya?
Wol berkata jika hal itu bisa menghibur seseorang yang terluka, ia akan melakukannya. Ia tidak akan membiarkan kehadirannya diketahui. Ia berkata ia tahu kekhawatiran shaman Jang. Hwon adalah raja dan baginya Wol hanyalah jimat manusia yang menyerap penyakit. Jadi tidak akan terjadi hal-hal yang perlu dikhawatirkan.
Ny. Shin menyulam bersama Min-hwa. Ia termenung sepertinya merindukan Yeon-woo. Puteri Min-hwa menyadarkannya dari lamunan dan meminta ibu mertuanya menebak burung apa yang ia sulam. Ibu Yeom menjawab burung yang salah hingga Min-hwa kecewa. Ia pikir sulamannya tidak cukup bagus untuk dipasang di ruang belajar Yeom.
Ibu Yeom menghiburnya, tentu saja Min-hwa bisa, Min-hwa tinggal menambah panjang kaki burung itu dan meninggikan sayapnya. Hihi kayanya Min-hwa menyulam burung bangau tapi kakinya kependekkan dan sayapnya kekecilan.
Ibu Yeom menawarkan diri untuk membantu Min-hwa tapi Min-hwa ingin menyulam burung itu dengan tangannya sendiri sebagai hadiah untuk suaminya. Ibu Yeom berkata Min-hwa bisa mencarinya kapan saja bila ia membutuhkan bantuan. Min-hwa tersenyum senang.
Ia pergi ke kamar suaminya tapi kamar itu kosong. Yeom masuk dan bertanya apa yang Min-hwa lakukan di sana. Min-hwa beralasan ia mencari Yang Myung tapi tiba-tiba ia kesal. Yeom bingung, apakah dia melakukan kesalahan lagi.
Min-hwa kesal karena Yeom selalu bertanya “apa yang membuatmu kemari “, tidak bisakah Yeom berkata “aku merindukanmu”. Yeom meminta maaf.
Min-hwa meminta pelukan jika Yeom memang merasa bersalah. Ia mengulurkan kedua tangannya tapi sebelum Yeom bergerak, Min-hwa sudah maju duluan dan memeluk suaminya erat-erat.
Yeom berkata ada Yang Myung di sana. Yang Myung masuk tanpa bersuara. Min-hwa berkata ia tidak melihat kakaknya jadi tidak apa-apa. Namun ia melihat Yang Myung sedang memandanginya, ia bru-buru melepaskan pelukannya dengan malu.
“Jangan khawatirkan aku…teruskan apa yang sedang kalian lakukan, aku tidak melihat apapun,” kata Yang Myung sambil menutupi matanya dengan jari yang terbuka.
“Aku benar-benar membenci kakak,” kata Min-hwa kesal.
Yeom bertanya mengapa Yang Myung tidak beristirahat. Yang Myung berkata ia akan menghilang dan tidak menggangu lagi. Yeom protes, Yang Myung belum sembuh benar.
Yang Myung berbalik hendak keluar tapi kepalanya pusing. Min-hwa memegangi kakaknya dan menyuruhnya jangan pergi.
“Kenapa? Jika aku di sini, kau bisa menjadikanku alasan untuk terus datang kemari?”
Min-hwa berkata jika Yang Myung pergi dalam keadaan seperti itu, suaminya akan terus khawatir. Ia meminta Yang Myung tinggal sampai sembuh. Selama Yang Myung di sana, ia tidak akan mampir. Min-hwa keluar dengan kesal. Aku senang melihat Yang Myung dan Min-hwa karena saat kecil mereka tak pernah muncul bersama, dan dua-duanya cocok banget^^
Merasa tubuhnya sehat, Hwon berolahraga sebelum tidur. Kasim Hyung menyuruhnya segera minum obat sebelum jimat datang. Hwon tidak mempedulikannya, ia ingin berolahraga.
Kasim Hyung khawatir Hwon sakit lagi. Ia takut Hwon kehilangan energi yang sudah diperolehnya selama ini padahal proses pemulihan baru berjalan setengahnya.
Hwon berkata energinya berdarah panas hingga ia harus menyalurkannya. Kasim Hyung berpikir yang dimaksud Hwon adalah ia akhirnya akan tidur bersama Ratu dan menghasilkan keturunan.
Kasim Hyung dan para dayang menatap Hwon dengan penuh makna. Hwon bertanya mengapa mereka seperti itu.
Kasim Hyung berkata Hwon akan mendapat keturunan yang mirip dengan Hwon dan Bo-kyung. Tentu saja Hwon jadi marah. Ia lagi-lagi menghukum Kasim Hyung untuk menghadap tembok.Kasim Hyung pun dengan sedih berdiri menghadap tembok lalu menangis.
“Apa kau menangis sekarang?”
“Bukan begitu, untuk sesaat hamba seakan melihat Yang Mulia kuat dan bertenaga seperti sebelumnya,” kata Kasim Hyung sedih.
Hwon jadi tak tega dan memintanya berhenti menangis. Ia akan meminum tehnya. Tapi tehnya sangat panas hingga Hwon memuntahkan semuanya. Kasim Hyung tersenyum. Hwon menyuruh kasim Hyung kembali menghadap tembok lalu ia tersenyum.
Malam itu Wol kembali ke kamar Hwon. Kali ini tanpa penutup mata. Woon sudah menunggunya. Wol duduk di sisi Hwon dan tersenyum melihatnya.
Dalam hatinya ia bertanya apakah Hwon baik-baik saja hari ini. Ia berkata Hwon terlihat lebih baik hari ini daripada kemarin (artinya Wol datang setiap hari).
Hwon mengernyitkan dahinya. Wol melihatnya dengan khawatir. “Jangan mengerutkan kening. Ketika kau tersenyum, kau terlihat lebih baik,” ujar Wol dalam hati.
Pelan-pelan Hwon tersenyum dan bermimpi masa indahnya bersama Yang Myung dan Yeon-woo. Wol tersenyum. Semua itu tidak lepas dari pengamatan Woon yang duduk di sudut kamar.
Keesokan paginya Hwon terlihat lebih baik lagi hingga “bersinar”, diikuti Woon yang selalu mendampinginya. Para dayang terpesona melihat mereka berdua. Tapi mereka juga bertanya-tanya apakah rumor mengenai Hwon dan Woon benar, karena Hwon tidak pernah seperti itu saat bersama Ratu. Apakah karena Hwon memiliki seseorang yang begitu tampan di sisinya hingga tidak ada lagi yang bisa menarik perhatiannya.
Bo-kyung mendengar pembicaraan mereka dan ia sangat marah. Ia ingat Hwon tersenyum pada Woon padahal Hwon tak pernah tersenyum seperti itu saat bersamanya. Ia memutuskan untuk bertemu Hwon tapi dayangnya menghentikannya.
Ia menyuruh dayangnya minggir. Ia sudah lelah menunggu Hwon mendatanginya jadi ia yang akan pergi menemui Hwon. Yoon Dae-hyung datang dan bertanya ada apa.
Mereka berdua berbicara di kediaman Ratu. Yoon mengingatkan puterinya agar bersikap hati-hati dan tidak bertindak ceroboh. Di istana ini banyak mata dan telinga.
Ia berkata kesehatan Raja sedang baik jadi Bo-kyung sebaiknya berhati-hati hingga malam ia dan Hwon bersama. Bo-kyung berkata ia akan berhati-hati walau ia tampaknya tak begitu yakin hal itu akan terjadi.
Yoon mengomeli puterinya yang tidak bisa memenangkan hati pria. Jika saja Bo-kyung bisa mendapatkan pewaris maka segalanya tidak akan seperti ini. Bo-kyung kesal dan sedih mendengarnya.
Menteri Yoon berpapasan dengan Hwon dan rombongannya. Menteri Yoon menyapa Hwon dan berkata walau Hwon sudah pulih tapi jangan terlalu dipaksakan (ia berkata demikan karena melihat Hwon berpakaian outdoor). Hwon berterima kasih untuk hadiah Yoon (si penguntit saat ia pergi ke kota lain). Karena Yoon, ia banyak berkeringat dan dapat mengistirahakan tubuhnya. Yoon tersenyum mengerti dan berkata akan mengirim hadiah lagi. Aku menantikannya, ujar Hwon tersenyum.
Malam itu Hwon merenung dan menyentuh dahinya. Samar-sama ia ingat ada seseorang yang memegang dahinya saat ia tidur. Woon bertanya mengapa Hwon seperti itu, apakah Hwon merasa tidak enak badan.
Hwon berkata ia baik-baik saja. Kasim Hyung membawakan teh obat untuk Hwon. Hwon teringat kata-kata Menteri Yoon yang akan mengirim hadiah lagi. Ia memandangi cangkir teh itu. Woon menawarkan diri untuk mengujinya.
“Apakah hal yang kukatakan sebelumnya membuatmu khawatir (mengenai nyawa Hwon dalam bahaya)? Jangan khawatir, belum waktunya,” ujar Hwon.
Hwon meminum tehnya tapi ia tersedak hingga tak semua teh itu ia minum.
Shaman Jang masuk ke ruangan altar. Ia tiba-tiba merasakan firasat buruk.
Wol duduk di sisi Hwon. Kali ini ia hanya berdua dengan Hwon. Woon tidak duduk di kamar itu. Seperti biasanya Wol menanyakan keadaan Hwon dalam hatinya. “Apakah hari ini kau menjalani hari yang baik. Kudengar kau jauh lebih baik. Apakah kau tahu? Untuk pertama kalinya aku merasa datang ke istana ini sebagai shaman adalah hal yang baik karena aku bisa menolongmu. Aku bisa melindungimu dengan berada di sisimu.”
Ia menyentuh dahi Hwon dan tiba-tiba seluruh ingatan masa lalunya bersama Hwon berkelebat di pikirannya. Wol tersentak dan menarik tangannya. Ia memegangi tangannya yang gematar dan terpana menatap Hwon. OMG ..Apakah ia ingat semuanya??
Hwon membuka matanya dan menarik tangan Wol. Lalu ia membalikkan tubuh Wol hingga terbaring dan menahannya.
“Siapa kau?” tanyanya menuntut, “Katakan padaku, apa identitasmu?!”
credit to: dramabeans and cadence
Komentar:
Adegan dalam episode ini diambil dari bab 3 novelnya (baca di Kutudrama). Walau ada perbedaan namun esensinya sama, yaitu Wol menjadi jimat manusia bagi Hwon. Perlu diingat, menjadi jimat manusia artinya menyerap energi buruk dan penyakit. Itu artinya shaman yang menyerap energi itu seharusnya kondisinya berbalik. Jadi jika, Hwon sakit dan Wol menyerapnya maka penyakitnya pindah ke tubuh Wol.
Tapi dalam hal ini, Wol bukanlah benar-benar seorang shaman. Kalau begitu mengapa Hwon bertambah sehat dan Wol juga tetap sehat? Sepertinya penyakit Hwon bukan karena mantra shaman tua saja tapi lebih kepada sakit dalam jiwanya karena perasaan bersalah dan kehilangan. Itulah sebabnya kehadiran Wol (Yeon-woo) di sisinya dapat mengurangi penyakitnya. Singkatnya sih, ada ikatan batin di antara mereka berdua^^
Adanya indikasi Menteri Yoon membentuk prajurit rahasia membuat cerita ini bertambah seru. Walau tentu saja cukup mengkhawatirkan jika Hwon berada dalam bahaya.
Setting yang indah ^^