“Aku mencintai KKJ.”
Semua terkejut tak bisa mengatakan apapun mendengar deklarasi Da-ran. Da-ran tersenyum pada Kyung-joon. Mata Kyung-joon berkaca-kaca.
Da-ran melepas cincinnya dan meletakkannya di meja. Ibu Da-ran siap memarahinya. Tapi Kyung-joon menyela, “Aku dulu!! Jika memang seperti yang ia katakan, maka aku yang pertama (berbicara dengannya).” Kyung-joon menarik Da-ran ke luar restoran.
Tentu saja semua orang mengira “Yoon-jae” sedang meminta pertanggungjawaban Da-ran. Hanya Ma-ri yang tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Ayah Da-ran meminta maaf pada orangtua Yoon-jae. Ia minta maaf tidak membesarkan puterinya dengan baik.
“Apa itu benar-benar kakakku?” tanya Choong-sik masih tak percaya. Paman dan bibi Kyung-joon yang diam-diam menguping juga terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.
Kyung-joon membawa Da-ran ke tempat parkir. Ia bertanya mengapa Da-ran melakukan hal ini. Semua ingatannya akan hilang.
“Aku akan mengingatnya,” kata Da-ran.
“Kau hanya akan menderita dan tersakiti sendirian!”
“Walau sakit, aku tidak bisa jika kau tidak pernah ada.” Da-ran berkata ia tidak bisa membuat semuanya tak pernah terjadi. Ia sudah mengatakan kalau ia menyukai Kyung-joon. Artinya orang yang ia sukai benar-benar ada.
“Kau ada saat ini dan kau ada di masa yang akan datang.”
“Tapi aku tidak akan bisa mengingatnya,” kata Kyung-joon sedih.
“Aku akan melindungi semua kenangan itu. Dan aku akan memberitahumu semua ingatan yang telah hilang,” kata Da-ran tegas.
“Aku mungkin akan menyebutmu wanita gila…”
Da-ran mulai sedih, tapi ia tidak putus asa. Bukankah sekarang ia juga terlihat seperti wanita gila? Ia menyodorkan jam Kyung-joon yang berhasil ditemukannya di dasar danau. Kyung-joon terpana, Da-ran benar-benar masuk ke danau untuk mengambilnya?
“Kau gila, Gil Da-ran.”
“Benar!”
Kyung-joon merengkuh wajah Da-ran dan mengusap lembut kotoran di wajahnya. “Apa ini? Kau kotor dan bau.”
“Walau ingatanmu hilang, aku akan mengingatkanmu. Aku tidak akan melepasmu dan memegangmu erat-erat,” kata Da-ran.
Air mata mengalir di pipi Kyung-joon. Ia memeluk Da-ran erat-erat. Da-ran terus berkata kalau ia tidak akan melepaskan Kyung-joon. Kyung-joon menangis.
Sementara itu dokter memeriksa tubuh Kyung-joon di rumah sakit yang tekanan darahnya terus naik.
Orang tua Da-ran merasa bersalah pda Yoon-jae dan keluarganya. Ibu Yoon-jae berkata ia sudah memperkirakan hal seperti ini akan terjadi. Da-ran sudah berjanji padanya untuk melepaskan Yoon-jae setelah kondisi Yoon-jae membaik karena merasa tidak berhak di sisi Yoon-jae. Tapi saat itu ia tidak mengira alasannya karena Da-ran mencintai pria lain. Ibu Yoon-jae tidak ingin Da-ran dan “Yoon-jae” bersama lagi mulai sekarang karena itu akan terlihat menggelikan. Orangtua Da-ran tidak bisa mengatakan apapun.
Dalam perjalanan keluar restoran, orangtua Yoon-jae mendapat telepon dari rumah sakit mengenai keadaan Kyung-joon. Mereka bergegas pergi ke sana. Se-young berkata sekarang Kyung-joon telah stabil kembali, sebelumnya detak jantung Kyung-joon meningkat sangat tinggi hingga tahap membahayakan.
Ayah Yoon-jae berkata ia akan menemani Kyung-joon. Ibu Yoon-jae berkata ia juga akan berada di sisi Kyung-joon. Ia mengkhawatirkan keadaan Kyung-joon. Ia meminta Se-young tidak menghubungi “Yoon-jae” saat ini karena “Yoon-jae” sedang menghadapi masalah lain.
Da-ran dan Kyung-joon berjalan berpegangan tangan. Orang-orang yang berjalan berpapasan dengan mereka memperhatikan Da-ran yang terlihat berantakan. Kyung-joon bertanya bukankah lebih baik jika Da-ran mandi dan berganti pakaian lebih dulu. Da-ran berkata ia harus membiasakan diri terlihat seperti orang tak waras.
Ia harus kuat karena ia mencintai seorang pria yang tidak akan mengingatnya lagi. Kyung-joon berkata ia mungkin nanti akan bersikap buruk pada Da-ran, apakah Da-ran tidak akan mundur ketakutan?
“Ketakutan?” Da-ran menunjukkan keberaniannya dengan mencabut beberapa bunga dari tanaman di trotoar. Pengurus tanaman berteriak menegur Da-ran. Da-ran berlari ke seberang jalan. Pengurus tanaman itu hendak mengejar Da-ran tapi Kyung-joon menahannya.
Da-ran melambai-lambaikan bunga yang baru dipetiknya sambil tersenyum.
“Sepertinya ia gila,” kata si pengurus tanaman.
“Kelihatannya begitu,” gumam Kyung-joon. Ia meminta si pengurus tanaman untuk memaafkan Da-ran yang gila.
“Kyung-joon-ah! Aku minta maaf, aku belum melakukan banyak hal untukmu kan? Sebagai gantinya aku akan memberikan bunga-bunga ini. Apakah aku perlu bernyanyi juga? Aku akan menyanyi,” seru Da-ran keras-keras.
Kyung-joon menggeleng-geleng tapi Da-ran tak peduli. Ia menyanyi lagu Pororo di tengah jalan. Pengurus tanaman tertawa kecil, wanita ini pasti sudah gila. Kyung-joon berkata ia bersedia pergi ke bulan dengan wanita (gila) itu tapi tampaknya Da-ran sudah pergi duluan. Pengurus tanaman kali ini berpendapat Kyung-joon juga gila.
Kyung-joon menghampiri Da-ran. Seandainya saja ia bisa mengingat apa yang Da-ran lakukan sekarang, pasti akan hebat sekali. Ia bisa mengolok-olok Da-ran seumur hidupnya.
“Ketika aku kira kau akan mengingatnya, ada banyak hal yang tidak bisa kulakukan untukmu karena aku takut. Hal itu yang sangat kusesali,” kata Da-ran.
Bibi menemukan cincin Da-ran yang tertinggal di meja restoran. Rupanya tidak ada seorangpun yang ingat dengan cincin itu. Bibi tak mengerti mengapa orang selalu membuang barang mahal hanya karena putus cinta. Ia mencoba cincin itu di jarinya.
“Itu milikku,” kata Ma-ri menghampiri mereka. Ia berkata ia yang membeli cincin itu, jadi cincin itu harus dikembalikan padanya. Ia mengaku telah membeli cincin itu untuk sebuah kebohongan tapi tidak berhasil. Bibi mengembalikan cincin itu pada Ma-ri.
Sebelum pergi, Ma-ri meminta paman dan bibi mengatakan pada Kyung-joon saat Kyung-joon sadar nanti bahwa dirinya yang selalu berada di sisi Kyung-joon. Paman berkata memang Ma-ri yang selama ini berada di sisi “Kyung-joon”. Ma-ri berkata dirinyalah yang paling berhak berada di sisi Kyung-joon, sedangkan Da-ran adalah pengkhianat yang tidak menepati janjinya. Dengan kesal ia berkata Da-ran akan dihukum.
Di rumah, Choong-sik berusaha membela kakaknya. Bukankah “Yoon-jae” juga mengaku telah berselingkuh? Ayah berkata bagaimanapun juga mereka tidak bisa mengatakan itu pada orangtua Yoon-jae, itu akan terlihat seperti menuduh dan membela diri. Ibu bertanya-tanya siapa KKJ sebenarnya. Choong-sik menerka Da-ran dan “Yoon-jae” saat ini pasti sedang dalam kondisi kacau.
Sebenarnya…keduanya sedang dimabuk panah asmara (panah asmara…panah asmara… lho jadi nyanyi…ketularan gilanya Da-ran^^). Kyung-joon tak henti-hentinya tersenyum. Mereka duduk di tempat favorit mereka. Dapur rumah Kyung-joon.
“Sejak kapan kau mulai menyukai KKJ? Jawab yang sejujurnya.”
“Aku tidak tahu.”
Brak! Kyung-joon menggebrak meja. Demi ingatannya yang akan hilang, ia harus tahu yang sebenarnya. Bukan jawaban tak jelas seperti jawaban Da-ran tadi.
“Bioskop. Saat kau menemuiku di bioskop, aku merasakan sesuatu.”
“Oh hoho… jadi kau sebenarnya sudah menyukaiku dan hanya mencari perhatian?”
Da-ran berkata ia tidak berpikir ia menyukai Kyung-joon saat perasaan itu datang.
“Kalau begitu, kapan kau menyadarinya?”
“Di taman (ketika Da-ran mencari bangku yang ada gambar hati, lalu ia bersembunyi ketika Kyung-joon datang). Saat itu aku menyadari aku tidak lagi menanti Yoon-jae-sshi melainkan menanti dirimu.”
Kyung-joon berkata jika saja ia tahu saat itu, ia tidak akan berbalik dan pergi meninggalkan Da-ran.
“Sejak saat itu aku merasa sangat bingung. Kepalaku serasa berputar,” aku Da-ran.
“Jadi kau menahannya dengan menyetrika dan menjahit, benar kan? Berusaha tidak terlihat tertarik padaku,” ledek Kyung-joon.
Da-ran protes, ingatan Kyung-joon akan hilang jadi seharusnya Kyung-joon yang mengakui perasaan padanya. Kyung-joon berkata jika ia mengakui perasaan sukanya, malah akan membuatnya frustrasi. Sama sekali tidak romantis!
“Pertama kali aku mengakui perasaanku, kau malah menyebutku anak kecil,” sindirnya.
Da-ran tersenyum, bertanya-tanya mengapa ia tidak bisa mengakui perasaannya lebih awal. Jika ia melakukannya, ia bisa melakukan lebih banyak hal baik untuk Kyung-joon.
“Mulailah dari sekarang. Aku akan bersikap baik dan melakukan banyak hal bersama Da-ran.”
Da-ran tersenyum dan mengulurkan tangannya. Kyung-joon menempelkan tangan Da-ran di pipinya.
“Aku sangat manis, bukan?”
“Tidak, kau biasa saja,” kilah Da-ran.
“Dasar pembohong, matamu memancarkan banyak tanda hati….”
Mereka berdua tertawa.
Ayah dan ibu Yoon-jae menunggui “Kyung-joon” di rumah sakit. Ibu Yoon-jae berkata ia teringat saat ia menunggui Yoon-jae di rumah sakit setiap hari ketika Yoon-jae sakit. Saat itu hatinya sangat sakit melihat Yoon-jae terbaring.
“Tapi sekarang, ketika aku melihat anak yang selama ini aku sangkal sebagai anakku, mengapa hatiku merasakan rasa sakit yang sama?”
Da-ran pamit pulang pada Kyung-joon. Saat ini orangtuanya pasti sedang menunggu puteri mereka yang telah membuat skandal. Ia akan memberitahu orangtuanya bahwa ia mengakhiri hubungannya dengan Yoon-jae. Agar tidak membuat bingung keluarga mereka, mereka tidak bisa bertemu secara terbuka mulai sekarang. (Da-ran ingin berpisah dengan Yoon-jae. Jika ia terus menerus bersama “Yoon-jae” akan terlihat aneh bagi semua orang.)
Kyung-joon bertanya apakah mereka sebaiknya melarikan diri ke pinggiran kota? Da-ran tidak mau lagi melarikan diri. Kyung-joon tersenyum.
Da-ran pulang ke rumah dengan kepala tertunduk. Orangtuanya dan Choong-sik sudah menunggu di ruang keluarga. Da-ran meminta maaf pada orangtuanya. Ibu Da-ran menyuruh Da-ran menunggu di kamar. Hmm…kalau ibu Da-ran yang maju kok jadi sereeem yaa >,<
Ibu Da-ran menemui Da-ran di kamarnya. Ia bercerita dulu rambutnya dicukur habis oleh nenek Da-ran tapi ia tetap mencintai ayah Da-ran. Ia melemparkan foto pernikahannya pada Da-ran dan mengacungkan gunting besar di tangannya. Apakah Da-ran juga ingin potongan rambut yang sama?
Da-ran melihat foto itu. Ibunya berambut sangat pendek. Da-ran berkata tidak menjadi masalah jika rambutnya menjadi seperti itu. Jika ia menghapus perasaannya saat ini, ia tidak akan pernah bisa tersenyum bahagia seperti ibunya dalam foto itu.
Ibu Da-ran melangkah maju dan mengambil sejumput rambut Da-ran. Tapi ia tidak tega melakukannya. Da-ran meminta maaf pada ibunya. Ibunya masih marah dan tak mau melihat wajah Da-ran saat ini.
Ibu Da-ran menangis keras di kamarnya. Ia tak menyangka ia mengatakan kata-kata yang sama seperti yang dikatakan ibunya dulu. Ia baru menyadari betapa pedihnya hati ibunya saat itu. Ayah Da-ran menenangkan istrinya.
Kyung-joon pergi ke rumah sakit dan mengetahui kondisi tubuhnya semalam dari Se-young. Se-young berkata ia sempat takut “Kyung-joon” terkena serangan jantung atau semacamnya. Ia teringat, bukankah “Yoon-jae” juga sempat diberi kejutan listrik sebelum mati lalu hidup kembali. Kyung-joon membenarkan. Ia mati lalu hidup kembali.
Kyung-joon terus memikirkan hal itu saat ia berada dalam ruang anak-anak. Ia dan Teddy Bear sedang meniup balon. Kyung-joon berpikir, roh Yoon-jae harus keluar dulu dari tubuhnya (balon mengempis), mati sejenak, lalu masuk ke dalam tubuh Kyung-joon (balon mengembang lagi karena ditiup).
DorRR!!! Balon yang ditiup Teddy bear meletus. Kyung-joon terkejut. Jika terlalu banyak udara yang masuk (detak jantung terlalu cepat), maka tubuhnya akan “meledak”. Hmmm… aku ngga begitu mengerti maksudnya. Apa artinya tubuh Kyung-joon dalam bahaya jika roh Yoon-jae sedih? Karena sepertinya detak jantung tubuh Kyung-joon bertambah kencang saat Da-ran mengakui kalau ia mencintai Kyung-joon dan akan melepaskan Yoon-jae.
Ibu Yoon-jae memberitahu Se-young ia akan membawa Kyung-joon dan Yoon-jae ke Jerman. Ia berharap Yoon-jae bisa bersama Se-young saat Yoon-jae kembali nanti.
Ma-ri ingin ikut Kyung-joon ke Jerman. Kyung-joon berkata ia tidak ikut. Ia akan tetap tinggal di sini. Ma-ri berkata ia akan terus berada di sisi Kyung-joon dan mengejarnya.
“Jang Ma-ri, jangan kejar aku lagi.”
“Aku tidak peduli siapa yang kau sukai saat berada dalam tubuh Seo Yoon-jae. Kau tidak akan ingat apapun saat kau kembali ke tubuhmu,” kata Ma-ri.
“Gil Da-ran akan membuatku mengingatnya. Ia akan berada di sisiku,” Kyung-joon bersikeras.
Ma-ri terkejut. Apa Da-ran sudah gila, meninggalkan Yoon-jae untuk bersama Kyung-joon yang tak akan bisa mengingatnya? Kyung-joon tersenyum membenarkan. Da-ran memang sudah gila.
Ia menjemput Da-ran di sekolah. Tapi Choong-sik menghadang Da-ran begitu Da-ran keluar kantor guru. Ibu mereka menyuruh mereka pulang bersama mulai sekarang.
Kyung-joon melihat Choong-sik dan Da-ran berjalan keluar sekolah. Kyung-joon memberi isyarat pada Da-ran agar Da-ran menghampirinya. Da-ran menyuruh Choong-sik jalan duluan. Choong-sik langsung menebak kalau Da-ran akan pergi menemui KKJ. Ia minta Da-ran bersabar, bagaimanapun juga ia merasa bersalah pada kakak iparnya. Da-ran terpaksa mengikuti Choong-sik.
“Kakak ipar bahkan tidak mau melihatmu, kan? Aku mengerti perasaan kakak ipar. Aku juga tidak akan mau melihatmu. Kakak, berhati-hatilah. Kakak ipar memang seorang pria tapi ia bisa mulai merasa benci. Sebaiknya jauhi dia,” Choong-sik menasihati.
Kyung-joon melambaikan tangan dari dalam mobil. Da-ran memberinya isyarat untuk pergi.
Kyung-joon pergi ke restoran menyuruh Da-ran keluar. Ia rindu ingin bertemu dengannya. Saat Da-ran mengendap-endap keluar tiba-tiba ayahnya memanggilnya.
Da-ran berbohong akan pergi membeli sesuatu di supermarket. Ayah menyuruh Da-ran pergi dengan Choong-sik. Ayah khawatir Da-ran bertemu dengan “Yoon-jae” yang rumahnya dekat dengan rumah mereka. Jika Da-ran bertemu dengan “Yoon-jae”, pasti “Yoon-jae” akan sangat sedih. “Yoon-jae” tidak akan mau melihat wajah Da-ran.
Saat ayah Da-ran berbalik, Da-ran buru-buru berjalan keluar. Tapi lagi-lagi ayah Da-ran memanggilnya dan menyuruhnya masuk ke rumah. Kyung-joon menunduk pasrah.
Malamnya, Da-ran berpikir untuk melarikan diri dari rumah. Ia ingin memberikan jam tangan Kyung-joon yang telah diperbaiki. Tepat saat itu Kyung-joon meneleponnya. Da-ran meminta Kyung-joon menunggu, 1 jam lagi ia akan diam-diam keluar.
Tapi Kyung-joon ternyata ada di depan rumah Da-ran. Tepat di bawah jendela. Da-ran membuka jendela. Kyung-joon melambaikan tangannya pada Da-ran.
“Mengapa kau ke sini?” tanya Da-ran kaget.
“Menurutmu untuk apa? Apa aku ke sini untuk melihat pepohonan di depan rumahmu?”
Da-ran berkata ayah dan ibunya belum tidur. Ia tidak bisa keluar sekarang. Kyung-joon menyuruh Da-ran melompat turun. Ia akan menangkapnya.
“Tidak bisa, aku berat.”
“Ayolah, aku akan menangkapmu dengan tangan 10.10 ku.”
Saat Da-ran mengambil ancang-ancang untuk turun, tiba-tiba ibunya berdiri di ambang pintu kamarnya. Ia bertanya apa yang sedang Da-ran lakukan. Melarikan diri? Apa bagusnya melompat turun dari sana? (tentu saja bagus! Ada Gong Yoo yang akan menangkapnya^^)
“Malam itu, ketika kau bilang kau mencintai KKJ atau siapapun itu, menantu Seo terlihat ingin menangis,” kata ibu. Ia memperingatkan jika Da-ran bertingkah macam-macam, ia sendiri yang akan mendorong Da-ran dari jendela.
Da-ran menghela nafas panjang setelah ibunya pergi. “Satu-satunya ikan dalam kolamku ada di bawah sana tapi mereka membuatku tidak bisa pergi ke sana,” keluhnya, “Ikan itu pasti mati kehausan.”
BRUK!!!! Kyung-joon terkejut saat mendengar ada suara terjatuh. Da-ran benar-benar melompat! Mereka bersembunyi saat ayah Da-ran membuka pintu untuk mencari sumber suara itu.
Setelah aman, Kyung-joon menanyakan keadaan Da-ran. Untunglah Da-ran tidak apa-apa. Kyung-joon bertanya apa yang begitu penting hingga Da-ran melompat tanpa aba-aba.
“Aku pikir ikannya akan kekeringan, jadi aku datang untuk memberinya air,” jawab Da-ran.
Da-ran mengeluarkan jam tangan Kyung-joon. Kyung-joon berkata ia tadinya hendak meminta jam itu dikembalikan. Da-ran memasangkan jam itu di tangan Kyung-joon.
“Aku memasangkannya dengan berpikir bahwa kau milikku, jadi untuk mengesahkannya….” Da-ran mengecup pipi Kyung-joon. Kyung-joon tertegun. Da-ran jadi salah tingkah. Ia buru-buru kembali ke rumahnya karena takut ibunya mencarinya.
“Ketika ia bilang akan memberiku air seharusnya ia menyiramku banyak-banyak. ia hanya memberi setetes,” kata Kyung-joon.
Ia memegangi pipinya sambil tersenyum bahagia. Malam ini sepertinya ia tidak akan bisa tidur.
Obsesi Ma-ri tampaknya tak terbendung lagi. Ia membawa beberapa orang untuk mengambil tubuh Kyung-joon dari rumah sakit.
Kyung-joon menemui ibu Yoon-jae. Ia akan ikut kedua orangtua Yoon-jae ke Jerman tapi ia ingin ibu Yoon-jae tidak membawa tubuhnya. Menurutnya akan lebih baik jika “Kyung-joon” sadar di sini, di Korea.
Ibu Yoon-jae memutuskan untuk tinggal bersama “Kyung-joon”. Kyung-joon bingung. Ibu Yoon-jae berkata ia tidak bisa meninggalkan Kyung-joon sendirian. Setelah Kyung-joon sadar, ia akan membawa Kyung-joon bersamanya untuk menemui Yoon-jae dan ayahnya.
Ibu Yoon-jae mendapat telepon dari suaminya, yang mengatakan kalau Ma-ri membawa tubuh Kyung-joon pergi.
Kyung-joon segera menelepon Ma-ri. Ma-ri sedang dalam perjalanan membawa Kyung-joon entah ke mana. Ia berkata pada Kyung-joon kalau ia akan menyembunyikan tubuh Kyung-joon hingga tak ada seorangpun yang bisa menemukannya. Dengan demikian Kyung-joon tidak mungkin bisa bertemu dengan Da-ran. Ia akan memberitahu Kyung-joon nanti kalau ia yang selama ini berada di sisinya.
Kyung-joon bertanya apa Ma-ri sedang bermain drama atau semacamnya. Ma-ri berkata Da-ran sudah gila tapi ia gila berkali-kali lipat.
“Baiklah kalau begitu. Aku tidak akan kembali ke tubuhku dan menetap di dalam tubuh Seo Yoon-jae. Aku tidak mau diobati atau dioperasi. Aku tidak akan kembali!” ancam Kyung-joon.
“Kalau begitu kau akan mati!”
Kyung-joon menantang Ma-ri menentangnya habis-habisan hingga ia mati. Ia memberi ultimatum pada Ma-ri untuk memutuskan.
“Jang Ma-ri!!”
“Hentikan! Aku berhenti! Jika aku berhenti, semuanya akan baik-baik saja, kan?!” seru Ma-ri panik.
Tubuh Kyung-joon dikembalikan ke rumah sakit. Ibu Yoon-jae sangat lega “Kyung-joon” telah kembali. Ia memegangi tangan putera bungsunya.
Kyung-joon berbicara dengan Ma-ri. Ma-ri ingin Da-ran tetap bersama Yoon-jae, dan ia akan bersama Kyung-joon karena Kyung-joon tidak akan bisa mengingat Da-ran. Itulah keajaiban yang membahagiakan. Tapi Da-ran telah merusaknya!
Kyung-joon berkata itu keinginan Ma-ri. Sedangkan ia ingin Da-ran membuatnya ingat kembali dan berada di sisinya. Ia tidak akan mengikuti Ma-ri dan membiarkan Ma-ri mengabaikan perasaannya.
“Kau juga mengabaikan perasaan seseorang!!” ujar Ma-ri, “Kau mengabaikan perasaan Seo Yoon-jae yang membeli cincin ini!” Ma-ri menaruh cincin Da-ran di meja.
“Jika ia tahu Ibu Gil Da-ran bersamamu saat ia sadar nanti, Seo Yoon-jae akan sedih sepertiku,” kata Ma-ri. Kyung-joon terdiam.
Tubuh Kyung-joon lagi-lagi menunjukkan peningkatan detak jantung. Rabbit dan Teddy Bear tak sengaja membuat gambar malaikat sobek. Mereka bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika gambar itu tidak bisa kembali seperti semula.
Ma-ri menemui Da-ran. Ia bertanya apa yang terjadi dengan cincin yang ditinggalkan Da-ran di restoran. Da-ran mengira cincin itu dibawa orangtua Yoon-jae karena ia mengembalikannya pada Yoon-jae. Ma-ri berkata tidak ada seorangpun yang mengambilnya jadi ia yang mengambilnya.
Ma-ri berkata Da-ran tidak mengembalikan cincin itu sendiri pada Yoon-jae, pasti ada yang diabaikan oleh Da-ran. Bukankah begitu?
Da-ran meminta Ma-ri mengembalikan cincin itu padanya. Ma-ri berkata cincin itu telah ia buang. Bukankah Da-ran yang ingin membuangnya? Ia menantang Da-ran mencari cincin itu di suatu tempat. Tempat yang sulit untuk menemukan sesuatu. Adonan pangsit.
Da-ran mengaduk-aduk adonan pangsit. Ia bahkan mengacak-acak pangsit yang sudah jadi. Ayahnya terkejut. Da-ran bertanya apakah semua itu adonan pangsit yang ayahnya buat untuk hari ini. Ayahnya berkata ada beberapa pangsit yang telah dikirimkan pada pelanggan.
Da-ran menyusul ke tempat pelanggan. Sambil berlari, dalam hatinya ia berkata ia telah mengabaikan cincin itu, karena ia tidak ingin memikirkan jawaban Yoon-jae.
Tubuh Kyung-joon di rumah sakit meneteskan air mata. Yoon-jae menangis. Hmmm...jadi kasian sama Yoon-jae. Ia tidak mendapat kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya pada Da-ran. Tapi aku pikir, hubungan Yoon-jae dan Da-ran bukanlah hubungan sehat yang bisa membentuk rumah tangga.
Da-ran tiba di tempat pelanggan. Sebelum pelanggan sempat menyantap pangsit itu, ia mengambil semuanya sambil meminta maaf dan berjanji akan menggantinya. Da-ran tidak menemukan cincin itu di dalam pangsit-pangsit tersebut.
Tubuh Kyung-joon lagi-lagi menunjukkan peningkatan denyut jantung. Kyung-joon menggenggam tangan Yoon-jae (di dalam tubuh Kyung-joon). Dengan ajaib, denyut jantung tubuh Kyung-joon menurun dan kembali stabil. Kyung-joon merenung di sisi tempat tidur. Perkataan Ma-ri menyadarkannya, ia dan Da-ran tidak bisa mengabaikan Yoon-jae.
“Aku tidak akan menggenggam tangan Da-ran hingga waktu Seo Yoon-jae yang terhenti dimulai kembali. Aku akan menunggumu,” janji Kyung-joon pada kakaknya.
Kyung-joon berjalan pulang ke rumah. Ia menoleh dan melihat Da-ran berjalan di seberang dengan lesu. Ia menelepon Da-ran dan bertanya Da-ran hendak pergi ke mana.
“Oh, aku mencari sesuatu yang hilang,” jawab Da-ran. Tanpa menyadari Kyung-joon berdiri di seberang jalan.
“Apakah kau mencari benda yang dihilangkan Ma-ri?” tanya Kyung-joon.
“Bagaimana kau bisa tahu?” tanya Da-ran.
“Ada di sini. Lihatlah.”
Da-ran menoleh. Kyung-joon mengacungkan cincin itu. Mereka berdiri berseberangan.
Kyung-joon berkata sepertinya hubungan mereka tidak akan bisa berjalan untuk saat ini (karena Yoon-jae), mereka membutuhkan waktu. Masalahnya berapa lama? Ia berharap tidak terlalu lama. Ingatannya akan hilang. Ia khawatir jika mereka berpisah terlalu lama, mereka akan kehilangan kesempatan untuk bertemu dan bersama lagi.
“Aku akan ingat. Jangan khawatir,” kata Da-ran.
Kyung-joon berkata jika perasaannya bertumbuh seperti orang lain yang bisa menemukan perasaan mereka yang hilang, mungkinkah ia bangun tidak benar-benar hilang ingatan dan dapat mengingat Da-ran sedikit saja?
“Perasaanku akan bertambah....hari demi hari...sambil memikirkanmu. Dengan usaha keras, perasaanku akan sangat bertumbuh hingga aku tak sanggup melepaskanmu,” kata Da-ran yakin.
“Benar, keajaiban untuk membuat perasaanmu bertumbuh adalah tanggungjawab Gil Da-ran,” kata Kyung-joon. Ia menutup teleponnya.
Da-ran tersenyum.
Keesokan harinya, Kyung-joon memberitahu Ma-ri kalau ia tidak akan berada di sisi Da-ran saat ia kembali ke tubuhnya. Tapi ia juga tidak akan berada di sisi Ma-ri. Ia minta Ma-ri tidak mengikutinya lagi.
“Aku mengabaikan perasaanmu. Bahkan ketika kau berlari padaku seperti bom waktu, kupikir tidak apa-apa jika aku menghindarimu sebaik yang kubisa. Setiap kali kau berlari padaku, aku tidak akan peduli jika aku menggunakan kata-kata untuk menyakitimu.”
“Kau benar-benar tidak peduli? Tidak satu kali pun?” tanya Ma-ri, patah hati.
“Ya, itulah sebabnya walau kau terus tinggal di sini, aku membiarkanmu. Tapi aku merasa bersalah, jadi aku akan menghentikannya untukmu. Ma-ri-ah...berhentilah datang padaku.” Kyung-joon mengulurkan tangannya.
Dengan sedih, Ma-ri melangkah maju hingga menyentuh tangan Kyung-joon. Untuk terakhir kalinya, Kyung-joon mengetuk kepala Ma-ri.
Ma-ri akhirnya (akhirnya!!) memutuskan pulang ke Amerika. Choong-sik mengantarnya ke bandara. Ia bertanya apakah Ma-ri benar-benar harus pulang mendadak.
Ma-ri berkata ia sudah mendapat sinyal untuk berhenti, jadi ia akan berhenti dan memikirkannya. Ma-ri berjalan pergi.
“Jang Ma-ri!!” seru Choong-sik. Ma-ri berhenti dan menoleh. Choong-sik berlari menghampirinya. Tanpa berkata apapun, ia menandatangani tas Ma-ri.
“Gil Choong-sik!!” seru Ma-ri kaget.
“Benar, aku Gil Choong-sik. Mungkin akan membutuhkan waktu 10 tahun untuk membayar ganti rugi tas ini dengan pizza. Aku akan memberi waktu sebanyak itu untukmu. Tunggulah aku, Jang Ma-ri,” Choong-sik berjalan pergi. Haha...akhirnya Choong-sik sukses bergaya cool^^ Ma-ri tersenyum.
Kyung-joon menemui ibu Yoon-jae untuk membicarakan rencana memberangkatkan tubuhnya ke Jerman. Ia melihat ibu Yoon-jae membaca sebuah buku catatan.
Ibu Yoon-jae berkata catatan itu berisi semua informasi mengenai Kyung-joon dari Da-ran dan Ma-ri. Dan ia sedang mempelajarinya. Ia berkata Kyung-joon sepertinya tukang pilih-pilih makanan.
Kyung-joon menahan senyumnya, ia meminta ibu Yoon-jae memasak untuknya. Ibu Yoon-jae berkata ia tak mahir memasak, apa yang harus ia lakukan.
“Berusahalah sekeras mungkin. Tentu saja ia akan menyulitkan dengan mengatakan makanan itu tidak enak dan tidak mau memakannya. Lihat saja, pasti akan sulit.”
“Aku menantikannya,” sahut ibu Yoon-jae. Kyung-joon tersenyum.
Kabar gembira datang dari pasangan Guru Na dan Ae-kyung. Mereka akan menikah. Wakepsek memberi selamat ada mereka. Ae-kyung berkata ia akan cuti hamil tak lama lagi. A-aw... MBA??? Wakepsek mengipasi dirinya kuat-kuat, sebentar lagi Da-ran juga akan pindah sekolah...
Ae-kyung mengobrol dengan Da-ran mengenai kepergian Yoon-jae ke Jerman dan kepindahan Da-ran ke Poncheon. Da-ran berkata Yoon-jae akan pergi bersama seluruh keluarganya. Tapi ia akan kembali. Ia akan kembali dalam waktu lama.
“Lalu apa yang akan terjadi?”
“Aku akan memberitahunya kalau aku tidak lagi menunggu jawabannya, apakah ia mencintaiku atau tidak. Aku akan mengatakan kalau aku menemukan orang yang aku cintai.”
Kyung-joon berdiri di ujung tempat tidur tempat tubuhnya terbaring di rumah sakit. Ia teringat bertemu Yoon-jae dalam mimpinya. Ia tersenyum dan berkata tak lama lagi mereka akan bertemu.
Kyung-joon sempat bertemu dengan Se-young. Se-young mengharapkan Yoon-jae sembuh dan Kyung-joon segera sadar. Kyung-joon berkata Yoon-jae yang dikenal Se-young mungkin akan segera kembali.
“Aku telah bersikap tak sopan padamu selama ini, bukan? Perbedaan usianya terlalu besar,” ujar Kyung-joon.
“Apa yang kaubicarakan?” tanya Se-young tak mengerti.
“Waktu kau pertama kali melihatku, kau melakukan ini, bukan?” Kyung-joon mengusap lengan Se-young. “Waktu itu kau seksi. Saat aku kembali lagi nanti, cobalah lakukan lagi pada Seo Yoon-jae.”
Kyung-joon pergi sambil tersenyum penuh arti. Se-young bengong.
Saat sedang berjalan-jalan, Da-ran melihat seorang pengemis tidur di pinggir jalan. Ia memberi sedikit uang untuk pengemis itu tapi sesuatu menarik perhatiannya. Bukan pengemis itu yang menarik perhatian Da-ran, melainkan payungnya. Payung hijau yang tak sengaja ia tinggalkan di bus saat pertama kali bertemu Kyung-joon.
Payung itu sudah rusak. Da-ran mengambil payung itu dan membawanya untuk diperbaiki. Pemilik toko bertanya mengapa payung itu tidak dibuang saja. Da-ran berkata itu payungnya yang telah lama hilang dan baru ia temukan kembali. Payung itu adalah bukti keajaiban.
Da-ran pergi ke rumah Kyung-joon. Kyung-joon sedang menyirami tanaman di kebun, untuk terakhir kalinya sebelum ia pergi. Da-ran bertanya apa Kyung-joon ingat hari di mana mereka pertama kali bertemu.
“Di bus?”
“Hari itu hujan dan aku kehilangan payungku.”
Kyung-joon ingat. Da-ran menyuruh Kyung-joon membuat hujan. Ia membuka payung hijaunya. Da-ran berkata, hujan akan mengembalikan mereka berdua pada hari itu.
Kyung-joon membuat hujan dengan menyiram air ke atas payung Da-ran. Setelah beberapa saat, ia baru ingat payung itu. Da-ran berkata ia telah menemukan payung itu kembali. Kyung-joon ingat karena ia mengejar Da-ran waktu itu.
“Mengejarku? Kau tidak mengejarku karena payung kita tertukar?”
“Sebenarnya aku sengaja menukar payung itu.”
Keduanya naik bus dan duduk dalam posisi yang sama seperti ketika mereka pertama kali bertemu. Kyung-joon berkata waktu itu Da-ran sangat lucu. Saat itu sangat jelas terlihat kalau Da-ran adalah orang yang dibicarakan dalam acara radio.
“Benarkah kau jatuh cinta pada pandangan pertama saat itu?” tanya Da-ran.
“Jangan terlalu berlebihan. Kau hanya sedikit lucu,” sahut Kyung-joon.
Karena payung mereka terlihat mirip, ia sengaja menaruh payungnya di sebelah payung Da-ran. Dan benar saja, Da-ran mengambilnya tanpa memeriksa lebih dulu.
“Tapi anak-anak biasanya melakukan hal seperti itu pada orang yang mereka sukai,” uajr Da-ran. Hehe...bener juga, anak remaja cenderung jahil pada orang yang mereka sukai (ckckck...pengalaman nih??? ;p).
Kyung-joon berkata jika ia memang tertarik pada Da-ran saat pertama kali mereka bertemu, berarti ia bisa saja tertarik pada Da-ran saat mereka bertemu lagi.
“Jika begitu....saat kau kembali nanti, kurasa aku masih di dalam hatimu walau sedikit,” kata Da-ran.
Mereka berpandangan.
Keduanya turun dari bus dan berjalan bersama.
Da-ran berkata sangatlah hebat jika ada keajaiban Kyung-joon teringat kembali padanya begitu mereka bertemu lagi setelah Kyung-joon kehilangan ingatan. Ia membuka payungnya.
Kyung-joon memegang payung itu. Jika di masa yang akan datang saat mereka bertemu kembali Kyung-joon tertarik kembali pada Da-ran, Kyung-joon minta Da-ran tidak melepasnya.
“Jika aku muncul kembali di hadapanmu, walau aku mengeluh dan berulah, bertahanlah dan jangan lepaskan aku.”
“Baiklah,” kata Da-ran sambil tersenyum.
“Katakan padaku perasaanmu seperti saat ini, padaku yang tidak akan bisa mengingatnya. Jika kau melakukannya, kita akan bisa kembali pada saat ini.”
Da-ran memegang tangan Kyung-joon dan melihat jamnya. Ketika ia mengatakan perasaannya, pada saat itu juga mereka akan kembali pada saat ini. Itu mantranya.
Da-ran berusaha menahan tangisnya. Ia tahu saatnya tiba bagi mereka untuk berpisah. Mereka sebaiknya mengucapkan selamat berpisah.
“Selamat tinggal.”
“Aku pergi,” kata Kyung-joon menahan tangisnya,” Semua ingatan ini menghilang, benar-benar tidak masuk akal. Aku akan meninggalkanmu tanpa mengatakannya. Aku akan mengatakannya padamu saat aku kembali.”
Air mata mengalir di pipi Kyung-joon.
“Gil Da-ran, aku mencintaimu....”
Da-ran tersenyum mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Kyung-joon menyerahkan payung itu pada Da-ran. Merekapun berpisah.
Satu tahun kemudian....
Da-ran mengajar di sekolah baru. Ma-ri mengirim email mengenai keadaan Kyung-joon dan Yoon-jae. Keduanya kembali ke tubuh masing-masing dan tak ingat apapun setelah kecelakaan itu. Kyung-joon bahkan tidak menanyakan tentang Da-ran. Eh, apa mereka baru bertukar kembali setelah satu tahun?? Lama bener....
Ma-ri memberitahu kalau ia menepati janjinya pada Kyung-joon dengan tidak menceritakan apapun mengenai Da-ran. Sementara itu Da-ran berkata dalam hatinya ia pun akan menepati janjinya, untuk terus mengingat Kyung-joon.
Kondisi Rabbit membaik dan bisa keluar dari rumah sakit (gonna miss Teddy Bear and Rabbit >,<). Ae-kyung hamil besar dan bahagia bersama Guru Na. Mereka tetap menjadi guru.
Choong-sik menjadi master pangsit. Ia rutin mengirimkan pangsit pada Ma-ri. Suatu hari, ia keluar untuk mengirim pangsit pada Ma-ri dan terkejut saat melihat Ma-ri berdiri di depan restoran.
Ma-ri berkata Ashley sangat suka dengan pangsit Choong-sik. Siapa Ashley? Anjingnya Ma-ri^^
“Syukurlah kalau anjingmu yang berharga menyukainya,” ujar Choong-sik Ia bertanya ada apa Ma-ri ke Korea. Ma-ri memenangkan hadiah lomba fotografi. Rupanya keahlian paparazzi yang diperoleh Ma-ri akibat mengekori Kyung-joon berguna juga^^
Choong-sik berkata ia belum memiliki satu foto pun dengan Ma-ri, bolehkah mereka berfoto bersama hari ini? Ma-ri bersedia. Choong-sik senang sekali. Mereka berfoto bersama (ini sih lagi-lagi promosi Galaxy S3^^)
Choong-sik bertanya apakah Ma-ri pernah memakan pangsit buatan buatannya. Berapa poinnya?
Ma-ri terdiam sejenak. “Satu.”
Choong-sik senang bukan main. “Akhirnya satu poin!!”
Ia akan terus mengirimkan pangsit pada Ma-ri hingga poinnya menjadi dua. Ma-ri bergumam Ashey-nya akan mirip babi jika terus-terusan makan pangsit.
Da-ran berjalan-jalan melewati rumah Kyung-joon. Eks rumah Kyung-joon. Sekarang rumah itu ditempati sebuah keluarga. Pemilik rumah melihat Da-ran melongok dari luar tembok. Da-ran menjelaskan ia kebetulan lewat. Ia pernah tinggal di rumah itu dan semuanya masih terlihat sama.
Setelah Da-ran pergi, anak pemilik rumah berkata pada ibunya bahwa ada seorang kakak laki-laki yang mengatakan hal yang sama beberapa waktu lalu. Namun kakak laki-laki itu berkata ia pernah tinggal sendirian di rumah itu (artinya Kyung-joon tidak ingat pernah tinggal di sana bersama Da-ran).
Da-ran membuka payungnya karena turun hujan. Ia naik ke dalam bus. Radio membacakan surat seorang pembaca.
“Hari ini adalah hari ulang tahun orang yang kucintai, tolong ucapkan selamat padanya.” Penyiar radio mengucapkan selamat ulang tahun pada semua orang yang berulang tahun pada hari ini. 24 Juni.
“Kyung-joon, selamat ulang tahun,” gumam Da-ran sambil tersenyum.
“Bulan depan aku akan mengunjungi orang yang tinggal sangat jauh untuk memberinya ucapan selamat datang kembali, yang tidak bisa kuberikan setelah waktu lama. Orang itu tidak akan ingat kami pernah bertemu, tapi aku akan mengatakan semua yang kuingat,” lanjut si penyiar membacakan surat pembaca. Surat Da-ran.
Da-ran melihat jamnya. Pukul 10.10. Radio mengkonfirmasi jam yang sama.
Da-ran melihat ke bawah, ada dua payung hijau yang mirip. Da-ran tersenyum, lalu turun dari bus.
Belum lama ia berjalan terdengar seseorang memanggil namanya.
“Gil Da-ran!!”
Da-ran berbalik. Seorang pria berlari berlindung ke bawah payung Da-ran. Da-ran terpana. Kyung-joon!!
Kilas balik saat pertemuan mereka terakhir: Kyung-joon saat itu meminta Da-ran tidak melepasnya jika ia mengejar dan tertarik kembali pada Da-ran.
Da-ran tersenyum, “Halo, Kang Kyung-joon.”
“Gil Teacher, lama tak berjumpa. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu karena aku penasaran.”
“Aku tahu kau datang untuk menggodaku,” kata Da-ran.
“O-ow, kau berlebihan. Mengapa bersikap berlebihan?” ujar Kyung-joon. Ia berjalan pergi meninggalkan Da-ran.
Da-ran teringat perkataan Kyung-joon. Jika Kyung-joon mengeluh dan membuat ulah, ia minta Da-ran tidak melepasnya pergi.
Da-ran berlari mengejar Kyung-joon dan memegang tangannya.
Ia juga ingat Kyung-joon memintanya mengatakan perasaan Da-ran saat mereka bertemu kembali. Dengan begitu, mereka akan kembali pada saat itu, saat Kyung-joon ingat semuanya.
Da-ran tersenyum pada Kyung-joon. Jam menunjukkan jam 10,10.
Kilas balik:
“Aku mencintaimu,” kata Da-ran.
“Seketika itu juga hatiku akan seperti saat ini. Perasaaku akan bertumbuh sekaligus, seperti sebuah keajaiban.”
Keduanya tersenyum.
The end.
Komentar:
Jadi, Kyung-joon atau Yoon-jae? Jelas Kyung-joon. Happy ending? Yup, happy ending. Seperti Kyung-joon bilang, saat Da-ran mengatakan perasaannya lagi, maka Kyung-joon akan ingat semuanya. Dan aku yakin itu yang terjadi. (wajah Kyung-joon sengaja tidak diperlihatkan agar orang tidak berpikir itu Kyung-joon dalam tubuh Yoon-jae, hanya saja sayangnya tidak diperlihatkan Kyung-joon yang diperankan Shin, mungkin untuk menghindari kontroversi karena perbedaan usianya dengan Min-jung terlihat jelas….hmmm, padahal ngga apa-apa ya, cocok-cocok aja kok )
Walau ending drama ini terasa sedikit membingungkan, tapi percakapan di antara tokohnya menggambarkan apa yang terjadi di masa yang akan datang.
Yoon-jae akan kembali pada Da-ran tapi Da-ran akan mengatakan kalau ia tidak lagi menunggu jawaban Yoon-jae dan sudah menemukan orang lain yang ia cintai.
Yoon-jae sepertinya akan bertemu Se-young dan Se-young akan melakukan tips Kyung-joon. Mungkin saja mereka akhirnya bersama.
Kyung-joon tidak ingat pada Da-ran, tapi dalam hatinya tersimpan sedikit perasaan itu. Ia lupa hubungannya dengan Da-ran tapi bukan berarti ia tidak ingat Da-ran sama sekali karena Da-ran yang ia ingat sebelum kecelakaan adalah gurunya dan mungkin saja wanita yang ditaksirnya (walau ia tidak mau mengakuinya).
Da-ran akan menceritakan semuanya pada Kyung-joon, dan yang terutama mengungkapkan perasaannya pada Kyung-joon. Dan seperti keajaiban, Kyung-joon akan ingat semuanya dan mereka kembali bersama.
Lalu Choong-sik akan terus membuat pangsit dan mengirimnya pada Ma-ri. Poinnya akan bertambah menjadi dua. Dan Ashley menjadi mirip babi!! ^o^
Walau happy ending, aku tak bisa memungkiri kalau endingnya terasa datar. Segalanya terasa tidak pas. Gurauan tidak terasa lucu dan yang seharusnya mengharukan tidak terasa mengharukan.
Aku merasa penulis berusaha menyelesaikan semuanya dalam 1 episode terakhir namun tidak bisa menyelesaikan semuanya dengan baik. Setiap konflik diakhiri setengah-setengah, hanya mengandalkan imajinasi penonton. Sangat disayangkan untuk drama yang awalnya begitu membuat penasaran dan terlihat menjanjikan.
Lalu, apakah aku akan merekomen drama ini? Tidak pada semua orang. Bagiku drama ini berakhir di episode 12^^