Yeo Wool melarikan diri bersama Kang Chi. Tapi saat ia berbalik, Kang Chi tidak ada. Ia mencari-cari Kang Chi dan melihatnya dikepung anak buah Jo Gwan Woong. Yeo Wool hendak menolongnya. Tiba-tiba bermunculan butir-butir cahaya biru di sekitarnya. Yeo Wool terpaku.
“Pada waktu itu aku tidak percaya kata-katanya,” ujar Yeo Wool dalam hati. Butir-butir cahaya itu mengingatkannya pada malam ia pertama kali bertemu Kang Chi. Saat itu di dekat pohon sakura di bawah bulan sabit juga muncul butir-butir cahaya yang sama.
Yeo Wool teringat peringatan So Jung untuk menghindari Kang Chi sebisa mungkin. Juga peringatannya bahwa salah satu dari mereka akan mati jika ia tidak menghindari takdir itu.
“Tadinya aku hendak mengabaikan perkataannya (So Jung)…tapi…” (Yeo Wool mengira Kang Chi akan mati)
Yeo Wool melihat dengan mata kepalanya sendiri Kang Chi berubah.
“Choi Kang Chi…..apa itu? Monster di depanku ini, siapa dia?” Yeo Wool tertegun tak percaya.
Kang Chi berteriak lalu membantai para pengawal yang mengepungnya.
Yeo Wool lari ketakutan. Tiba-tiba seseorang muncul di hadapannya. Yeo Wool berteriak.
“Nona Yeo Wool, ini aku!” Gon berusaha menenangkan Yeo Wool yang meronta-ronta panik.
“Kenapa Nona seperti ini? Apa yang terjadi?”
“Ada yang salah….benar-benar salah,” gumam Yeo Wool.
Gon tak mengerti. Tiba-tiba terdengar suara raungan Kang Chi. Gon menoleh kaget.
Para pengawal yang mengepung Kang Chi semua mati. Kang Chi terhuyung-huyung berjalan menjauhi tempat itu. Yang bisa ia pikirkan hanyalah Chung Jo sedang menunggunya dan ia harus pergi menolongnya.
Tapi Kang Chi terlalu lelah. Ia jatuh tergeletak di tanah dan pingsan. Hujan mulai turun.
Chung Jo dibawa ke Chunhwagwan. Ia terkejut saat tahu Chunhwagwan adalah tempat gisaeng. Kepala Gisaeng di sana masih gisaeng Chun Soo Ryun. Gisaeng Chun terkesiap saat tahu gadis yang baru datang adalah puteri Park Mu Sol.
Chung Jo tidak mau masuk. Jang So (pelayan gisaeng Chun) bertanya memangnya apa yang akan Chung Jo lakukan jika tidak masuk. Chung Jo bersikeras tidak mau masuk.
“Aku tidak akan pernah melewati pintu itu. Mati ya mati, tapi aku tidak akan pernah menjadi gisaeng rendahan!”
Gisaeng Chun keluar.
“Jika kau tidak mau menjadi gisaeng, apa yang akan kaulakukan?” tanyanya.
Chung Jo terdiam.
“Ayo katakan padaku. Sebagai anak pemberontak, kau dijual ke sini untuk menjadi gisaeng. Jika tidak menjadi gisaeng, apa yang akan kaulakukan?”
“Ayahku tidak memberontak, ia difitnah!”
Gisaeng Chun berkata bukanlah pekerjaannya untuk membuktikan Tuan Park tak bersalah. Tugasnya adalah menjadikan Chung Jo gisaeng di Chunhwagwan.
“Bunuh saja aku! Daripada menjadi gisaeng, lebih baik mati!”
Kata-kata itu mengingatkan Gisaeng Chun pada Seo Hwa 20 tahun silam. Gisaeng Chun terdiam sejenak. Lalu ia memerintahkan Chung Jo diikat ke pohon aib.
Maka terjadilah pada Chung Jo seperti yang terjadi pada Seo Hwa. Pakaiannya dibuka lalu ia diikat di pohon yang sama.
Chung Jo berteriak-teriak marah dan panik minta dilepaskan.
“Menyerahlah. Semakin cepat kau menyerah, penderitaanmu akan semakin berkurang,” ujar Gisaeng Chun.
“Dasar jalang! Setelah melakukan ini padaku, kau pikir kau akan selamat? Aku adalah Park Chung Jo, puteri dari pemilik Penginapan Seratus Tahun Park Mu Sol. Aku Park Chung Jo!!”
“Ayahmu sudah mati! Sekarang nama Park Mu Sol tidak bisa melindungimu ataupun menyelamatkanmu. Berhentilah bergantung pada nama ayahmu. Saat ini jika kau tidak berusaha sendiri, tidak mungkin kau tetap hidup.”
“Aku…aku tidak akan pernah melupakanmu,” kata Chung Jo dengan penuh kebencian. “Suatu hari nanti kau akan membayar rasa malu yang kuterima ini!!”
Gisaeng Chun memerintahkan agar Chung Jo tidak diberi minum setetespun sampai ia memerintahkan. Lalu ia masuk ke dalam bersama para pelayannya meninggalkan Chung Jo sendiri.
Chung Jo berteriak-teriak histeris memanggil mereka. Tapi tidak ada seorangpun yang mempedulikannya.
Di dalam, kepala pelayan dan Jang So bertanya-tanya mengapa Gisaeng Chun memerintahkan Chung Jo diikat ke pohon aib. Sejak peristiwa Seo Hwa 20 tahun lalu, Gisaeng Chun tidak pernah mengikat satu orangpun ke pohon itu.
Chung Jo menangis memanggil-manggil ayahnya. Hujan turun.
Dalam hujan, So Jung menemukan mayat-mayat pengawal Jo Gwan Woong bergelimpangan di hutan. Ia juga menemukan butiran batu dari gelang Kang Chi yang terlepas. Ia nampak kesal.
Yeo Wool menceritakan semua yang ia lihat pada ayahnya. Ia nampak masih terguncang.
“Apa kau yakin ia tidak seperti manusia?” tanya ayahnya.
“Ya, Ayah.”
“Kami sudah memeriksa mayat-mayat di hutan. Semuanya terkena luka cakar yang mematikan,” kata Gon.
Serta merta Guru Dam teringat pada Wol Ryung. Ia membunuh Wol Ryung waktu itu karena cakar Wol Ryung melukai Seo Hwa. Ia juga teringat Seo Hwa yang hamil.
“Bagaimana anak itu bisa dibesarkan Mu Sol?” gumamnya. Ia tahu Kang Chi adalah anak Wol Ryung dan Seo Hwa.
Gon meminta tiga orang. Ia akan membereskan semuanya. Jika Kang Chi dibiarkan pasti akan menimbulkan masalah nantinya, sebelum itu terjadi ia akan menyingkirkan Kang Chi lebih dulu.
“Gon-ah,” protes Yeo Wool.
“Tolong ijinkan aku, Guru,” kata Gon.
Yeo Wool dengan khawatir melihat ayahnya. Ia takut ayahnya menyetujui permintaan Gon.
“Bagaimana jika kita menerimanya?” terdengar suara Lee Soon Shin. Rupanya sejak tadi ia juga mendengar laporan Yeo Wool dan Gon.
Kang Chi adalah seseorang yang dianggap anak oleh Park Mu Sol. Mereka seharusnya menerimanya dan mendiskusinya lebih lanjut setelah itu. Yeo Wool langsung mendukung usul Lee Soon Shin.
“Tapi bagaimana jika terjadi sesuatu lagi? Orang-orang kita akan terluka, Tuan,” ujar Gon.
“Dia orang Park Mu Sol!” bela Yeo Wool. “Dia orang yang disayangi Park Mu Sol. Ini masalah nyawa, kita tidak bisa memutuskannya dengan enteng.”
Guru Dam menyuruh Yeo Wool keluar. Yeo Wool keluar dengan kesal. Tanpa mempedulikan hujan yang membasahi tubuhnya, ia menegur Gon.
“Menyingkirkannya dengan membunuhnya? Bagaimana bisa kau berkata seringan itu?”
“Dia bukan lagi manusia. Nona telah melihat sendiri mayat-mayat itu.”
“Tetap saja kau harus mencari tahu situasinya terlebih dulu! Bagaimana ia bisa menjadi seperti itu? Apa yang terjadi padanya? Sudah sewajarnya untuk mengkhawatirkannya.”
“Yang kukhawatirkan hanyalah Nona dan Guru,” ujar Gon tegas. “Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi pada orang lain.”
Yeo Wool nampak kecewa.
“Benar. Selalu begitu. Kau tidak tahu apapun selain tanggungjawab dan tugasmu, iya kan? Bahkan memikirkan hal lain selain perintah Ayah pasti terlalu menyusahkanmu hingga kau bisa mati. Tapi apa kau tahu, Gon-ah? Itulah sebabnya aku merasa kau bagai sebuah tembok untukku. Tembok dingin tanpa hati atau perasaan.” Oucchh….
Yeo Wool berbalik pergi.
“Apa Nona menyukainya?” tanya Gon. “Apa Nona memiliki perasaan seperti itu padanya?”
Yeo Wool terdiam sesaat.
“Apa otakmu terbuat dari batu? Sudah kubilang dia adalah penyelamat hidupku,” jawab Yeo Wool.
Benarkah hanya seperti itu? Baik Gon dan Yeo Wool tampaknya tidak yakin.
Guru Dam Pyung Joon menceritakan pada Lee Soon Shin bahwa 20 tahun lalu ia pernah membunuh makhluk gaib bernama Gu Wol Ryung. Dan setelah membunuhnya ia baru tahu wanita itu mengandung. Mereka berkesimpulan bayi itu adalah Kang Chi.
Guru Dam yakin Kang Chi tidak akan selamat jika Jo Gwan Woong tahu Kang Chi bukanlah manusia. Lee Soon Shin berkata jika itu yang terjadi maka itu melegakan. Kang Chi adalah makhluk setengah manusia, setengah siluman (aku menggunakan kata siluman agar lebih mudah ya, walau sebenarnya Wol Ryung bukanlah siluman melainkan roh pelindung Gunung Jiri), kekuatannya belum bisa diketahui tapi sudah pasti melebihi kekuatan manusia.
Ia lebih khawatir Jo Gwan Woong akan menarik Kang Chi ke pihaknya jika Jo Gwan Woong mengetahui kekuatan Kang Chi. Jika itu terjadi, maka mereka tidak akan bisa menghentikan ambisi Jo Gwan Woong.
“Pertama, kita harus menemukan anak itu.”
“Tapi bagaimana jika ia berbahaya seperti yang Gon katakan? Apa yang akan kita lakukan jika ia melukai orang-orang tak bersalah?” tanya Guru Dam.
“Maka….aku sendiri yang akan menebas lehernya.”
Keesokan paginya, Gon menemukan kamar Yeo Wool kosong.
Kang Chi terbangun. Ia bangkit berdiri dan mengerang karena perutnya masih terasa sakit. Ia teringat peristiwa semalam, saat ia berubah dan membantai para pengejarnya.
Kang Chi berlari kembali ke tempat semalam tapi mayat-mayat itu tidak ada. Ia bertanya-tanya apakah semalam hanya mimpi.
So Jung muncul. Ia melihat Kang Chi dengan kecewa.
Jo Gwan Woong menerima laporan kalau para pengejar Kang Chi lenyap tak berbekas. Demikian juga pengejar Tae Soo tidak bisa menemukan Tae Soo.
“Bukan hanya 1-2 orang, setengah lusin orang menghilang tanpa jejak?”
“Sepertinya jejak mereka tersapu hujan semalam,” kata ninja penyamar (abis ngga tau namanya sih). Ia minta maaf karena tak bisa menangkap baik Kang Chi maupun Tae Soo.
“Menarik…..” ujar Jo Gwan Woong. Ia tidak terlihat marah. “Aku mempunyai perasaan kalau ia bukan orang biasa, tapi melenyapkan 7 orang tanpa jejak? Jika begitu maka aku menginginkannya.” (Hmm…jika ia mendapatkan Kang Chi di bawah kendalinya maka ia mempunyai mesin pembunuh yang tidak terlacak.)
Kang Chi tidak percaya dengan kata-kata So Jung.
“Siluman? Ayahku siluman? Makhluk apaan itu?”
“Jaga mulutmu!” tegur So Jung. “Dia makhluk suci yang melindungi gunung ini selama ribuan tahun!”
“Biksu, apa ini dongeng? Omong kosong macam apa ini?! Jadi kau bilang aku ini bukan manusia? Begitukah?”
“Ibumu manusia, jadi kurasa kau setengah manusia.”
Kang Chi benar-benar tak habis pikir mengapa So Jung menipunya. Apa So Jung cari mati? Ia tidak bisa…mmm lebih tepatnya tidak mau menerima penjelasan So Jung mengenai asal-usulnya.
“Kau tahu betul daripada siapapun kalau tubuhmu tidak seperti biasanya. Bukankah kau merasa kesakitan di seluruh tubuhmu saat kau berubah? Bukankah kau masih merasakan rasa sakit itu? Bukankah aku sudah menyuruhmu tenang selama 10 hari saja? Jika kau tidak membuat masalah hingga kau berusia 20 tahun, kau bisa hidup sebagai manusia selamanya,” kata So Jung.
Errr….kenapa baru ngomong sekarang???? Sigh, tapi seandainya So Jung waktu itu memberitahu Kang Chi pasti Kang Chi tidak akan percaya seperti sekarang. Bahkan lebih tidak percaya lagi karena waktu itu Kang Chi belum berubah.
“Omong kosong. Jadi aku sekarang ini bukan manusia?!” Kang Chi masih dalam tahap penyangkalan.
So Jung menyarankan agar Kang Chi tinggal di Taman Cahaya Bulan untuk sementara waktu. Itu adalah tempat terbaik sampai Kang Chi bisa mengendalikan kekuatannya. Orang-orang tak bersalah bisa terluka oleh Kang Chi.
“Jangan sembarangan!” bentak Kang Chi marah. Matanya bersinar hijau. Tangannya mulai berubah. Kang Chi terkejut. Ia memandangi kedua tangannya dengan shock.
“Kembalikan aku. Kembalikan aku ke wujudku yang semula,” ia memohon pada So Jung.
“Terima saja. Inilah wujudmu yang sebenarnya, Kang Chi.”
“Tidak, tidak mungkin. Tidak mungkin aku menjadi monster seperti ini!”
So Jung hanya diam. Kang Chi memunguti butiran batu merah dari gelangnya yang terlepas. Ia menyodorkannya pada So Jung.
“Apa ini cukup? Apa ini cukup untuk mengembalikan aku seperti semula?” tanyanya penuh harap.
“Kang Chi-ah…”
“Kumohon! Kumohon bantulah aku kembali menjadi manusia! Kumohon bantulah kembalikan aku!”
So Jung hanya menghela nafas sedih.
Kang Chi jatuh berlutut di tanah. “Aku tidak bisa kembali jika aku seperti ini. Pada Chung Jo…pada yang lainnya…aku tidak bisa kembali dalam keadaan seperti ini. Kumohon kembalikan aku seperti semula. Ya? Kumohon…kembalikan aku seperti semula!” Kang Chi menangis. Tapi So Jung tidak bisa menjawab.
Tak jauh dari sana Yeo Wool melihat mereka. Ia melihat Kang Chi yang terpuruk. Ia telah mendengarkan semua percakapan mereka dan sama shocknya dengan Kang Chi.
Chung Jo terbangun. Ia masih terikat di pohon aib. Orang-orang yang lewat berbisik-bisik membicarakannya. Chung Jo kembali menangis.
“Kakak….Kang Chi…” panggilnya dalam hati.
Kang Chi merenung di Taman Cahaya Bulan. Yang ada di pikirannya hanyalah Chung Jo.
Hari berganti hari…Chung Jo semakin lemah. “Bagaimana bisa tak ada seorangpun yang datang? Aku bahkan menunggu seperti ini. Mengapa tidak ada seorangpun yang datang? Mengapa?” Chung Jo akhirnya jatuh pingsan.
Gisaeng Chun menghela nafas panjang melihat Chung Jo.
Chung Jo terbangun di sebuah kamar. B egitu membuka mata, ia melihat semangkuk makanan. Tanpa pikir panjang ia langsung makan dengan lahap. Kepala pelayan menasihati agar Chung Jo makan pelan-pelan setelah berhari-hari tak makan.
“Sepertinya kau sudah memutuskan untuk hidup,” ujar Gisaeng Chun.
Chung Jo mengangkat kepalanya. Ia baru sadar sejak tadi Gisaeng Chun memperhatikannya. Serta merta ia menurunkan sendoknya. Wajahnya menunjukkan kemarahan.
“Apa kau masih berpendapat sama? Apa kau masih memiliki harga diri seorang bangsawan? Jika begitu..kau mungkin masih harus melewati beberapa hari lagi di pohon aib.,” kata Gisaeng Chun.
Kemarahan berganti rasa takut begitu Chung Jo mendengar pohon aib.
“Kenapa? Tentu saja kau tidak mau kembali ke sana. Kalau begitu lebih baik lepaskan harga dirimu. Hentikan dan tinggalkan semuanya sekarang. Jika kau siap melepaskan segalanya, kau bisa makan bubur di sini. Apa yang akan kaulakukan? Terikat di pohon aib? Atau makan bubur hangat di sini?” tanya Gisaeng Chun.
Pelan-pelan Chung Jo menyendok buburnya lalu kembali makan. Air mata amarah, malu, dendam, perasaan terhina, sedih bercampur jadi satu saat ia menyadari apa yang ia lepaskan demi bertahan hidup. Gisaeng Chun menghela nafas panjang.
Yeo Wool tiba di Taman Cahaya Bulan. Ia melihat So Jung membawakan makanan untuk Kang Chi tapi Kang Chi sudah 4 hari tidak mau makan. So Jung jadi kesal. Berapa lama lagi Kang Chi akan duduk diam di situ?
Yeo Wool menghampiri mereka lalu tanpa tedeng aling-aling menggeplak kepala Kang Chi dari belakang. So Jung ikut terkejut.
Kang Chi menoleh marah. Yeo Wool terkejut juga melihat mata Kang Chi yang hijau. Kang Chi terkejut melihat Yeo Wool.
“Kau ….bagaimana bisa…”
“Apa kau mau membuat dirimu lapar hingga mati? Mengapa menolak makanan yang dibawakan orang secara khusus untukmu? Kau seharusnya makan dan berterima kasih.”
Yeo Wool mengambil makanan yang dibawa So Jung lalu menyodorkannya pada Kang Chi. Ia bersikap biasa seakan tidak terjadi apapun pada Kang Chi.
Kang Chi diam menatap Yeo Wool. Yeo Wool mengingatkan kalau Kang Chi sudah 4 hari tidak makan. Memangnya Kang Chi tidak lapar?
“Kau…apa yang kaulakukan di sini? Bagaimana kau bisa tahu tempat ini?”
“Aku mengikutimu sejak dari hutan. Kau tidak perlu terkejut. Apa yang terjadi padamu telah aku dengar semuanya. Termasuk apa yang dikatakan biksu padamu.”
“Dan kau masih mengikutiku?”
“Ya.”
“Kenapa? Apa kau tidak menganggapku aneh?”
“Tentu saja kau aneh. Memangnya kenapa? Sejak awal kau memang aneh. Matamu berubah warna, terus kenapa? Bukan berarti hidupmu berakhir kan? Apa kau mau bersembunyi hingga mati? Mengapa membuat dirimu lapar padahal ada makanan enak? Ini.” Yeo Wool kembali menyodorkan makanan.
Kang Chi terpana mendengar perkataan Yeo Wool. Sesaat ia nampak tersentuh tapi ia tidak mau makan dan menyuruh Yeo Wool pergi.
“Memangnya kenapa kalau aku mati. Aku lebih baik mati kelaparan daripada berwujud seperti ini.”
PLAKKK! Yeo Wool kembali menggeplak Kang Chi. Aya! Kang Chi mengaduh kesakitan.
“Mengapa orang gunung lemah seperti ini? Memangnya ada apa dengan dirimu yang membuatmu duduk bermuram durja di sini?” ujar Yeo Wool kesal.
“Apa ini seperti perubahan kecil bagimu?” Kang Chi bangkit berdiri dengan kesal. “Aku menjadi monster, aku bukan lagi manusia!”
“Tapi kau masih hidup!” Yeo Wool berkata tadinya ia mengira Kang Chi akan mati malam itu. Tapi Kang Chi masih hidup, bukankah seharusnya Kang Chi merasa bersyukur?
Kang Chi berkata apa yang bisa ia lakukan dengan wujud seperti ini. Bagaimana ia bisa hidup sebagai monster dan bukan manusia?
Yeo Wool berkata memangnya apa yang akan Kang Chi dapatkan dengan duduk seperti ini.
“Jika kau yakin akan memperoleh jawabannya setelah ratusan atau ribuan tahun duduk di sini, maka silakan! Aku akan berdiri di sampingmu dan menyemangatimu!”
“Terlalu!” umpat Kang Chi frustrasi.
“Ya, memang terlalu!”
“Sialan!”
“Iya, memang sialan! Benar-benar sialan! Aku juga sulit mempercayainya. Aku yakin kau merasa terpukul dan takut. Aku mengerti, tapi kau tetap Choi Kang Chi.”
Kang Chi menatap Yeo Wool.
“Tak peduli seperti apa kau terlihat dari luar, di dalam kau selalu Choi Kang Chi. Benar kan?”
“Aku tidak tahu lagi,” jawab Kang Chi. Ia bahkan tidak ingat bagaimana ia bisa berubah pada malam itu. Ia tidak ingat bagaimana ia bertarung dan berapa banyak yang mati. Seluruh tubuhnya terasa terbakar. Seluruh tulang di tubuhnya terasa sakit seakan dihancurkan.
“Mataku telah beberapa hari seperti ini. Aku bisa mencium bau apapun. Aku bisa mendengar suara burung dan kebisingan bermeter-meter jauhnya. Aku tidak yakin apakah aku masih Choi Kang Chi atau aku telah menjadi monster. Aku tidak tahu,” kata Kang Chi sedih.
“Tentu saja kau masih Choi Kang Chi,” kata Yeo Wool yakin. “Jika kau benar-benar monster maka kau tidak akan sebingung ini. Bukankah begitu?”
Mata Kang Chi berubah hitam mendengar kata-kata Yeo Wool. Yeo Wool dan So Jung terkejut melihatnya. Tapi hanya sesaat mata Kang Chi berubah hijau kembali.
“Lupakan, walau kau menghiburku tetap tidak bisa mengubah apapun,” kata Kang Chi getir. Ia menyuruh Yeo Wool pergi.
“Kang Chi-ah,” Yeo Wool mengulurkan tangan hendak memegang pundak Kang Chi. Tapi ia mengurungkan niatnya dan hanya memandangi Kang Chi dengan sedih.
So Jung mengamati keduanya. “Mungkinkah…..mereka berdua….”
Komentar:
Bravo Yeo Wool^^ Ia tidak meninggalkan Kang Chi bahkan menerima keadaan Kang Chi. Bukan hanya itu, ia menyemangati Kang Chi dengan caranya yang tidak mengasihani. Bahkan ia bisa mengubah Kang Chi walau hanya sesaat. Dan So Jung pun melihat hal itu. Hmm…sebenarnya ada takdir apa di antara mereka berdua?
Aku senang Guru Dam dan Lee Soon Shin tahu keadaan Kang Chi yang sebenarnya. Walau terkesan Lee Soon Shin hendak menggunakan Kang Chi tapi ia sepertinya memang menyukai Kang Chi dan percaya pada Kang Chi. Bukankah dulu Tuan Park juga mengangkat Kang Chi karena So Jung berkata Kang Chi akan memberinya keberuntungan? Tapi pada akhirnya Tuan Park benar-benar menyayangi Kang Chi seperti anaknya kan?
Sepertinya Lee Soon Shin juga begitu. Ia beralasan tidak mau Kang Chi menyeberang ke pihak Jo Gwan Woong. Sebenarnya ia tahu pasti Kang Chi seorang yang setia dan tidak haus kekuasaan. Selain itu Tuan Park juga sempat menitipkan Kang Chi padanya sebelum Tuan Park terbunuh malam itu.
Yeowool-ah.. *mata berkaca-kaca terharu*
BalasHapusepisode ini dam yeo wool keren bgt, suzy aktingnya daebaaak huhu :D
BalasHapuskangchi-ah jgn inget ama chung jo doang dong, yeo wool jugaa dipikirin tuh, kan dia udh peduli bgt ama kamu .
gomawoo mbak fanny, nulis sinopnya ngebut nih ,hehe
-betiibeb
Lanjut kak fanny...
BalasHapusSEMANGAT!!!
Yeo wool uda bener2 jatuh cinta sma kang chi
BalasHapusMakasi kak. . .lup. .lup. . .lup it. .
BalasHapusYeahhh
:O
prook prook prook *tepoktgn tepokkaki
BalasHapusYeo wool keren bsa mnerima kang chi apa adany beda sama seo hwa yg shock bgt,smoga takdir mrk mmg berjodoh n smoga akhirny nnti happy ending buat mrk ber2,ikut sedih liat keadaan chung jo kyk gtu...
thanks yaa mbak Fanny sinopny dtunggu yg part 2...tedeng aling-aling?Apaan tuh?tanpa basa-basi ya?bhahaha
(งˆ⌣ˆ)ง fan... Tambah seru aj crtny
BalasHapusYeo wool keren bgt .. Bisa menerima choi kang chi apa adanya .. Keren dehhh !!?
BalasHapusEmmm buat mbak tetep semangat yah buat sinopsis'a ... AKU tunggu loh !
Makin seru.. lanjut ya
BalasHapusditunggu,, Semangat.. :D
Yeo wool bener bener keren aku jadi suka sama suzy "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮ "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮ "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮
BalasHapusYeo wool bener bener keren aku jadi suka sama suzy "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮ "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮ "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮
BalasHapusMbak Fanny, apa mgkn gisaeng chun bersikap seperti itu krn dulu nya dy jg ngalamin apa yg di alami sm seo hwa n chung jo y?
BalasHapusMbak... Makasih ya sdh nulis sinopsinya.. Tetap semangat mb fanny, we love you, we needyou.. Hehehe
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusgaya'y yeo wol "ngeplak kang chi" :))) suzy banget deh :))
BalasHapussayang kang chi masih ngira yeo wool cowok coba kalo kang chi tau yeo wool cewek paling ga kang chi bakal gmana gitu deket2 yeo wool...tp aq kuk jg kasian ama gon,gon ama aq aja ya hohoho ngarep :P
BalasHapusYay makin penasaran nggak sabar nunggu part 2 nya, Semangat,,
BalasHapushuwaaa dam yeo wol kreen,, bravo suzy . Hahaha
BalasHapusPngen yeo wol sma kang chi sesuai takdir mreka,, tp gon, chung jo dan tae soo gmna??? Hooo, bner kta mb dee mna nih second buat second lead ny..
Mb fanny lanjut bag 2 ny yaa.. Fighting.
Vita
daebak ...
BalasHapusmakin penasaran part 2 nyh
gomawo mbak fanny n hwaiting untuk part 2 nyh ..
:D
Semoga lanjutannya cepat keluar...
BalasHapus:D
-iin-
daebakkk
BalasHapustapi apa chung jo akan jadi gisaen?
# g sudi...
Waahh!! daebak .. btw , Chung-jo ttp jadi gisaeng kah(?) wah . kasian --" gasudi deh poko.a .... Guru Dam itu yg bunuh ayahnya Kang-chi??? ...
BalasHapusada review masa lalunya tuh :D .. Seo hwa kira2 muncul lg ga yah*mikir* kekekek .. semoga aja deh!! LANJUTIN EON .. HWAITING
Ngeliat chung jo kayak gitu jadi dejavu sama seo hwa, td kirain kang chi bakalan nolongin chung jo hehe...
BalasHapusYeo wool sangat keren. Bisa menerima kang chi apa adanya, walopun dari luar seperti monster tp dalam hatinya tetep manusia sejati.
Go...kang chi...go..!!
Buat mbak fanny hwating^^
~riffa~
like it very much....
BalasHapus<3 kang chi n yeo wool
KEREEEEEEEENNNNNNN !!!
BalasHapusDrama ini bener2 bermakna :')
langsung ke part 2 ahhh gak nahan pengen lanjutin...
BalasHapus