Menutupi rasa malunya, Min Young berkata ia akan terluka jika Byung Hoon terus mendorong dan menariknya. Byung Hoon berkata ia baru saja menolong Min Young agar tidak terjatuh ke rel, bukankah seharusnya Min Young berterima kasih.
“Sampai kapan kita dalam posisi seperti ini?”
“Diam saja,” ujar Byung Hoon sambil terus mengamati situasi.
Tiba-tiba ia melepas Min Young dan bersikap kedekatan mereka tadi sama sekali bukan apa-apa.
“Tidakkah kau lihat betapa sempurnanya rencanaku? Target (Jae In) bahkan kembali untuk mencarinya (Jun Hyuk) lagi. Ini sudah hampir berakhir,” kata Byung Hoon.
“Tapi apakah ini tidak berlebihan? Semua ini palsu. Apa bagusnya membuatnya jatuh cinta jika semuanya palsu?”
Byung Hoon berkata Jun Hyuk menjadi pengunjung tetap perpustakaan selama 6 bulan tapi ia tidak eksis bagi Jae In. Mereka hanya membantunya mendapat sedikit perhatian.
“Apa kau tahu seberapa persen kesuksesannya jika diawali dengan kesan yang bagus?”
“Berapa?” tanya Min Young.
“Cari sendiri di internet. Tidak ada gratisan,” ujar Byung Hoon cuek.
Min Young melongo melihat Byung Hoon pergi begitu saja.
“Kesan pertamamu bagiku adalah yang terburuk,” gumamnya kesal.
Master (Seung Pyo) memandangi foto-foto Byung Hoon yang berserakan di atas mejanya. Di antaranya ada juga foto Byung Hoon dan Min Young yang sedang saling tersenyum. Ia memperhatikan foto tersebut.
“Seharusnya tidak semenyenangkan ini,” ujar Master. Ia menaruh foto itu lalu menutupinya dengan cangkir kopi seakan sebal melihatnya.
Dua rentenir penagih utang Byung Hoon masuk ke restoran Seung Pyo. Dan mereka memanggilnya Tuan. O-ow…apa Master yang sebenarnya diutangi Byung Hoon? Terus, apa Byung Hoon tahu? Master Seung Pyo ini misterius sekali. Is he a good guy? Or a bad one?
Min Young menceritakan pengalamannya ikut dalam operasi pada Ah Rang. Betapa kerennya ia ketika melompat di tengah-tengah dua orang polisi di stasiun kereta.
“Kau benar-benar harus punya keberanian untuk pekerjaan ini. Operasi bisa rusak hanya dalam sedetik.”
Ah Rang mengacungkan jempolnya untuk Min Young.
“Jadi kau sudah profesional sekarang?” sindir Byung Hoon.
Min Young tidak mengacuhkannya. Ia bertanya pada Moo Jin kapan dan di mana operasi mereka berikutnya. Moo Jin diam tak menjawab.
“Apa ia (Jae In) sudah memakan umpan?” tanya Byung Hoon.
“Belum,” jawab Moo Jin. Hmm…apa Moo Jin cuma mau ngomong sama Byung Hoon?
“Dia akan memakannya. Umpanku tidak pernah gagal.”
Min Young bertanya apa arti “umpan” pada Ah Rang. Ah Rang menjelaskannya dengan perumpamaan ayam. Seandainya kita menangkap ayam, kita pasti ingin tahu keadaannya. Itu hal yang alamiah. Min Young mengangguk tak mengerti.
Byung Hoon bertanya apakah Moo Jin sudah menghubungkan telepon mereka. Moo Jin mengiyakan. Byung Hoon menyuruh Moo Jin merahasiakan hal ini, jika tidak maka akan terjadi keributan.
“Keributan adalah surga. Hmmm…menarik,” gumam Moo Jin. Yup, kau juga menarik, Moo Jin ;p
Jae In terus menerus mengamati kartu perpustakaan Jin Jun Hyuk. Bertanya-tanya apakah Jun Hyuk anggota perpustakaan ini dan apa pekerjaannya. Ia akhirnya mencari data Jun Hyuk melalui data perpustakaan. Ia mendapat no telepon Jun Hyuk dan berpikir untuk menelepon.
Sementara itu Min Young tidak mengerti mengapa mereka tidak langsung saja meneruskan ke tahap akhir di saat keadaan begitu bagus seperti sekarang ini. Bukankah Jae In sudah tertarik pada Jun Hyuk, mengapa tidak langsung saja mempertemukan mereka dan membuat semuanya menjadi jelas?
“Itu sama saja seperti membuat sushi dengan nasi setengah matang. Dan pekerjaan klien yang sebenarnya akan ketahuan. Apa kau mau langsung ke final tanpa melewati semifinal? Itu bodoh namanya.”
Min Young langsung menyadari kalau ini soal uang. Lebih banyak operasi artinya lebih banyak uang yang diperoleh Cyrano.
“Tentu saja. Apa aku perlu alasan lain?”
“Kau membantu orang yang jatuh cinta. Itu sudah cukup menjadi alasan.”
Byung Hoon berkata membantu orang lain jatuh cinta bukanlah alasan mereka melakukan semua ini. Ini adalah pekerjaan mereka.
Min Yong tak percaya ini. Jatuh cinta adalah impian semua orang. Memangnya Byung Hoon tidak ingin jatuh cinta?
“Tentu tidak. Bagaimana bisa semua orang bermimpi untuk menjalin hubungan dengan orang lain hanya karena perubahan hormon? Kau cuma dibodohi media.”
“Kau benar-benar tidak pernah ingin jatuh cinta?” Min Young masih tak percaya.
“Tentu saja,” jawab Byung Hoon singkat.
“Bagaimana dengan Moo Jin-shi?” tanyanya pada Moo Jin. Moo Jin hanya mengalihkan pandangannya tak peduli.
“Dan kau?” tanya Min Young pada Ah Rang.
“Tidak juga. Tapi kurasa jatuh cinta juga tidak seburuk itu,” kata Ah Rang tertawa.
“Ini tidak mungkin! Kalian adalah robot yang membuat cinta menjadi kenyataan bagi orang lain?” ujar Min Young.
Tiba-tiba terdengar bunyi telepon. Ketiga pria robot langsung fokus bekerja. Rupanya yang dimaksud dengan menghubungkan telepon adalah Moo Jin menghubungan telepon dari perpustakaan pada telepon Cyrano yang terhubung pada telepon Jun Hyuk. Dengan begitu Cyrano memegang kendali atas panggilan telepon yang dibuat Jae In pada Jun Hyuk.
“Apa kalian tidak akan mengangkatnya?” kata Min Young masih kesal. Byung Hoon berkata belum saatnya.
Min Young pulang kerja dengan lesu.
“Dunia ini katanya tidak adil. Orang-orang yang bahkan tidak percaya cinta, bekerja untuk membuat cinta menjadi kenyataan bagi orang lain,” keluhnya.
Dalam perjalanan pulang, Seung Pyo melihat Min Young berdiri di pinggir jalan menunggu bus. Ia tersenyum. Tapi ingatan akan senyum di antara Min Young dan Byung Hoon membuat senyumnya menghilang dan berubah menjadi…kebencian?
Ia memutar mobilnya dan berhenti di depan Min Young. Ia menawarkan untuk mengantar Min Young. Min Young akhirnya bersedia menumpang.
“Bagaimana dengan pekerjaanmu? Kudengar kau wanita yang memecahkan rekor bekerja paling lama (di Cyrano),” ujar Seung Pyo.
“Rekor apanya?” sahut Min Young tertawa, tanpa sadar menggunakan bahasa tak sopan. Master langsung terdiam.
Min Young jadi tak enak hati. Ia berkata masalahnya bukan berapa lama ia sanggup bertahan. Ia mengaku kesabarannya sudah hampir habis.
“Aku hanya tidak bisa mengerti,” gerutunya.
“Siapa? Seo (Byung Hoon)?”
“Dia sih memang seperti itu. Tapi yang dua lagi juga begitu. Aku benar-benar merasa tersesat. Aku sebaiknya tiba-tiba menghilang.”
Seung Pyo berkata sebenarnya ia punya firasat kalau Min Young akan bertahan cukup lama di Cyrano.
“Itu firasat bagus atau jelek?” tanya Min Young.
“Jika terjadi sesuatu yang buruk, datanglah ke restoranku. Masakanku akan membuatmu kembali ceria. Wajahku mungkin terlihat egois, tapi aku sebenarnya berhati baik,” Seung Pyo tersenyum.
Walau bersikap sangat cuek, sebenarnya Byung Hoon memikirkan perkataan Min Young tadi. Apakah ia benar-benar tidak pernah menginginkan jatuh cinta?
Sementara itu Moo Jin terus menerus sibuk bekerja hingga Ah Rang memintanya berhenti. Ia masih merasa tak enak jika ingat Min Young menyebut mereka robot. Dan Moo Jin bertahan dengan wajah robotnya.
Jae In menjenguk anak-anak kucing yang ditemukannya (di tengah hujan) dan memberi mereka makan. Ia melihat induk kucing tergeletak sakit. Ia menamai induk kucing itu Phillip (sama seperti nama tokoh favorit novel detektifnya Philip Marlowe). Ia dengan panik memanggil kucing itu.
“Seseorang yang membenci kentang bisa membuka restoran kentang. Tapi bukankah tidak etis jika orang-orang yang tak percaya cinta bekerja untuk menyatukan cinta orang lain?” Min Young menyuarakan keraguannya pada Seung Pyo.
“Aku tidak tahu. Aku hanya tidak bisa melihat apa hubungannya kentang dengan cinta.” Pfffttt….
Seung Pyo berkata jika ada orang yang tidak menyukai kentang, maka orang yang menyukai kentang bisa membimbingnya.
Seung Pyo menghentikan mobilnya karena lampu merah. Rupanya persimpangan jalan itu tepat berada di depan perpustakaan tempat Jae In bekerja.
“Bukankah itu perpustakaan tempat operasi kalian?” tanya Seung Pyo. Min Young membenarkan, ia bertanya bagaimana Seung Pyo tahu.
“Aku tahu segalanya mengenai Agensi Cyrano,” jawab Seung Pyo.
Min Young melihat Jae In berdiri di pinggir jalan menggendong Phillip the Cat. Ia terlihat panik dan buru-buru menghentikan taksi.
“Sepertinya kucing itu terluka. Ia akan pergi ke dokter hewan,” kata Seung Pyo.
“Dokter hewan??!!” kata Min Young kaget.
Benar saja, supir taksi akan membawa Jae In ke dokter Jin karena letaknya paling dekat dengan perpustakaan.
Min Young langsung menelepon Byung Hoon. Byung Hoon terkejut.
“Pokoknya mereka belum boleh bertemu!” serunya di telepon.
Jun Hyuk sedang membedah pasien…eh binatang… Ia tidak menjawab telepon Byung Hoon. Byung Hoon bergegas pergi bersama Moo Jin menuju tempat praktek dr Jin. Ia menyuruh Min Young menghalangi Jae In masuk hingga ia sampai. Moo Jin memacu motornya dengan sangat kencang.
“Bagaimana caranya menyetop taksi? Memangnya dia pikir aku superman?” keluh Min Young.
“Kau mengalami hari yang buruk seharian. Aku tidak bisa membiarkan Seo melumatmu,” kata Seung Pyo. Ia pun memacu mobilnya mengikuti taksi Jae In.
Taksi Jae In sudah hampir sampai. Seperti biasa dalam keadaan terdesak otak Min Young berputar cepat. Ia menyuruh Seung Pyo memotong jalur taksi itu. Seung Pyo mendahului taksi lalu memberhentikan mobilnya melintang menghalangi taksi itu.
Seung Pyo keluar dan meminta maaf. Si supir taksi mengaduh-aduh kesakitan. Jae In tidak mempedulikan mereka. Ia membayar taksi lalu berlari ke tempat praktek Jun Hyuk. Rencana gagal.
Min Young buru-buru mengejar Jae In. Sementara itu Seung Pyo yang tadinya bersikap sopan langsung melotot pada supir taksi (setelah Min Young pergi). Ya supir taksi itu juga sih lebay >,<
Supir taksi mengaduh-aduh seakan-akan hendak mengalami kelumpuhan. Seung Pyo menatapnya sebal.
“Kau bahkan tidak terlihat terluka. Jika kau terus berpura-pura, aku bisa membuatmu benar-benar lumpuh,” ujarnya dengan dingin.
Supir taksi ketakutan dan berkata ia tidak apa-apa.
Byung Hoon dan Moo Jin masih dalam perjalanan. Byung Hoon menyuruh Min Young mengulur-ngulur waktu agar Jae In tidak bertemu Jun Hyuk.
Maka ia pun berlari dan menghalangi Jae In.
“Halo, apa kau tidak mengenaliku?” tanya Min Young.
Jae In menatapnya bingung.
“Astaga, kebetulan sekali,” kata Min Young ramah. Terlalu ramah.
Jae In tidak mempedulikannya. Min Young mengingatkannya kalau ia yang membuat kartu perpustakaan.
“Aku sedang buru-buru,” ujar Jae In, berusaha melewati Min Young.
“Kau punya kucing!” Min Young memegangi Jae In. “Aigoo….dia sama cantiknya denganmu.”
“Ini darurat, aku harus segera masuk.”
“Tunggu sebentar,” Min Young memegangi Jae In.
“Ada apa lagi?” kata Jae In kesal sampai hampir menangis.
“Tidak bisakah kau masuk 10 menit lagi?” ujar Min Young serius. Ha.
Tentu saja permintaan seperti itu tidak menghalangi Jae In. Ia masuk membawa Phillip the sick Cat.
“Dokter! Dokter! Tolong periksa Phillip!” ia memohon pada dokter.
Min Young berlari menyusul ke dalam.
Dokter membalikkan tubuhnya. Byung Hoon. Min Young bengong.
Walau gaya berbaliknya keren, tapi Byung Hoon mengkeret saat melihat Phillip. Ia menyuruh Jae In meletakkan Phillip di meja periksa.
Min Young mengendap-endap kebingungan. Barulah ia melihat Moo Jin yang sedang berdiri dengan santai di belakang ruang praktek. Dan Jun Hyuk yang bersembunyi di balik jendela.
Akibat dari pertemuannya dengan kucing, Byung Hoon bersin dan menggaruk tanpa henti. Sekujur wajahnya merah karena alergi. Min Young malah senyum-senyum senang.
“Aigoo…moodku jelek karena mengalami hari yang buruk. Pada akhirnya aku beruntung.”
Ah Rang berkata mengapa tidak Moo Jin saja yang menyamar menjadi dokter hewan.
“Wajahnya terlihat seperti akan membunuh kucing itu. Terlalu mencurigakan jika ia disebut dokter hewan.”
Moo Jin menoleh mendengar namanya disebut. Lalu tetap dengan wajah tanpa ekspresi ia pergi. Ah Rang menyusulnya.
“Tadi aku terlihat keren kan?” ujar Byung Hoon. Senyum Min Young langsung lenyap. Bosnya narsis nih >,<
Byung Hoon berkata jangan sampai Jae In malah jatuh cinta padanya.
“Aku cukup keren. Dan aku memakai jas dokter. Aku benar-benar khawatir sekarang,” kata Byung Hoon. Hatchiiii!!
“Hei, jika jas dokter membuatmu terlihat keren, maka seharusnya kita membiarkannya bertemu dengan klien.”
“Tidak..Tidak… Mereka hanya bisa bertemu karena aku. “
“Lihat dulu dirimu di kaca sebelum berbicara!” ujar Min Young kesal. “Kau ini cuma robot.”
Tapi Min Young jadi khawatir juga. Keesokan paginya ia menemui Jae In di perpustakaan. Jae In tidak tampak senang melihat Min Young. Min Young berkata ia bersikap aneh seperti kemarin karena ia panik.
“Alasan aku panik adalah karena kemarin ada 2 dokter hewan. Tapi kemarin malam hanya ada dokter yang baru. Jadi aku ingin memberitahumu untuk datang lain kali saat dokter yang bagus bertugas. Dia dokter hewan terbaik. Juga berkepribadian. Wah, dia sempurna pokoknya…yang terbaik,” kata Min Young meyakinkan.
“Kau datang menemuiku hanya agar bisa mengatakan hal itu?” tanya Jae In.
“Iya. Kau tidak bisa memberikan kesayanganmu pada sembarang orang kan? Aku hanya berbagi info bagus.”
Walau merasa Min Young orang aneh, tapi Jae In mengakui dokter hewan semalam nampak aneh. Mendadak ia ingat teringat sesuatu.
“Phikkipku tidak dirawat dokter baru itu, kan?” tanyanya khawatir.
“Tidak, tentu tidak. Dr. Jin menanganinya dengan baik. Ia akan segera sembuh.”
Jae In mengerti dan langsung pergi.
“Jadi....tolong perhatikan dr. Jin,” gumam Min Young.
Philip telah sembuh berkat perawatan Jun Hyuk. Byung Hoon langsung ketakutan melihat kucing itu. Ia memakai master dan berdiri di balik pintu kaca. Ia meminta Jun Hyuk tidak khawatir mengenai kelanjutan misi mereka walau sempat terjadi insiden kemarin. Ia menganjurkan agar Jun Hyuk tetap memakai masker kalau-kalau Jae In mendadak muncul lagi.
“Iya..Tapi bolehkah aku bertanya? Walau Jae In akhirnya menyukaiku, aku tidak merasa dirikulah yang disukainya. Aku merasa telah membohonginya dan merasa tak enak,” kata Jun Hyuk.
Byung Hoon langsung melepas maskernya.
“Tidak. Ini cuma setting. Kau adalah kau. Kau hanya mengatur image-mu untuk menarik perhatiannya. Sama seperti pria miskin yang mengeluarkan uang banyak untuk gadis yang ia cintai. Atau seperti gadis-gadis yang memakai pus-up bras untuk menarik pria. Tolong jangan khawatirkan itu. Turuti saja kata-kataku” ujar Byung Hoon. Ia memakai maskernya lagi lalu menepuk pundak Jun Hyuk untuk memberi semangat.
Dalam perjalanan pulang, Byung Hoon berkata pada Moo Jin kalau mereka harus bergegas sebelum Jun Hyuk berubah pikiran.
Moo Jin bertanya mengapa Byung Hoon mempekerjakan Min Young.
“Kita membutuhkannya. Anggota wanita.”
“Itu saja?”
“Akhir-akhir ini kau banyak pertanyaan. Kita lihat saja nanti.”
Moo Jin melihat Min Young menunggu bus di pinggir jalan. Ia langsung membunyikan klakson. Byung Hoon protes, kantor mereka kan sudah dekat. Tapi Moo Jin tetap meminggirkan mobilnya.
Maka menumpanglah Min Young. Byung Hoon terpaksa duduk di belakang. Mobilnya sangat kecil (mirip mobil Mr. Bean XD) hingga Byung Hoon tidak bisa duduk dengan nyaman.
“Kau darimana?” tanya Moo Jin pada Min Young.
“Tentu saja dari perpustakaan. Kau pergi menemuinya (Jae In) tanpa bertanya lebih dulu padaku.”
“Bagaimana kau tahu?”
“Aku melihatmu turun dari bus (terlihat dari jurusan bus-nya). Sudah kubilang kau bisa melihat semuanya jika kau membuka matamu. Itulah sebabnya….”
“Bukankah kita akan mengadakan pesta penyambutan? Kudengar aku wanita terlama yang tinggal,” Min Young memotong omelan Byung Hoon.
“Pesta penyambutan? Tidak semua orang disambut di sini,” gerutu Byung Hoon. “Itu hanya buang-buang uang.”
Moo Jin senyum-senyum mendengar mereka berdua.
“Aku yang bayar…aissssh….dasar pelit. Mengapa kau begitu cerewet?” ujar Min Young kesal.
“Di mana?” tanya Byung Hoon.
Maka mereka pun mengadakan pesta penyambutan yang diakhiri dengan mabuknya Min Young. Ketiga robot memandanginya, tak tahu apa yang harus dilakukan dengan wanita mabuk.
“Sampai kapan kita harus menunggunya?” tanya Ah Rang. Rupanya mereka berpesta di restoran Seung Pyo.
“Lihat! Dia calon yang cocok untuk dicampakkan,” ujar Byung Hoon. “Aku berani bertaruh ia bahkan tidak tahu mengapa ia dicampakkan.”
“Benar, kau benar tentang semuanya,” celoteh Min Young. Ia duduk di sebelah Ah Rang. “Aku hanya terlalu tahu bagaimana rasanya jika seseorang tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Aku ingin melakukan sesuatu untuk orang seperti itu. Bukan dengan cara palsu. Tapi yang benar. Apa? Kau mengerti?”
“Terlalu mengerti,” sahut Byung Hoon.
Tiba-tiba Min Young bangkit berdiri sambil menggebrak meja.
“Terima kasih!!” katanya keras-keras. “Berkat kau! Berkat kau yang begitu brengsek, aku menyadari betapa baiknya diriku!”
[Bersambung ke Bagian 2]
Mbak fany yang baik tolong bikin sinopsisnya Drama Monstar donk.... Dramanya keren dan fresh
BalasHapusIya aku jg mau banget baca sinop Monstar.
HapusTapi kayaknya mbak fann gak bakal sempet bikinnya deh. Udah pegang 2 sinop soalnya. Trus harus ngurus keluarga juga kan. :)
MooJin sama Ah Rang CAKEEEEEPPPPP XDDDDD
BalasHapusApa sebenarnya master suka sama ByungHoon? #jengjet!
Di beautifullife blog ad sinop monstar
BalasHapusThanks infony ^^
Hapussi Master kok bermuka dua sih...
BalasHapusthank y mbak sinopsisny,,, fighting!!!
BalasHapusflower boy ny cyrano misterius semua yaa. hehe
BalasHapusThanks Mba Fanny yang sudah meneruskan sinopsisnya ... teruskan sampai akhir yaa.... Gomawo~ Fighthing!!!!
BalasHapusPart 2 nya dong... Gak sabar mih nunggu'y... Fighting mbakk.... >.<
BalasHapushihihi, Soo Young mabuk
BalasHapusckckck, pake gebrak meja ala arya wiguna juga
hahahaaha, maaf kalau bahas Soo Young terus
aku suka SNSD sih
thank a lot