Sidang Kwan Woo mengenai kasus ahjumma bisu tuli. Ingat kan ahjumma yang membohongi Kwan Woo dengan mengaku dilecehkan polisi padahal polwan semua dan juga tidak mengatakan kalau ibunya telah meninggal dunia. Hye Sung dan Pengacara Shin duduk di kursi pengunjung.
Tak disangka, Do Yeon juga menjadi pengunjung dalam sidang tersebut.
Penuntut membacakan tuntutan yang dikenakan pada terdakwa dan menuntut hukuman 2 tahun penjara karena terdakwa tidak menyesal dan berbohong dalam memberikan pernyataan.
Giliran Kwan Woo membacakan pernyataan penutup. Ia menoleh pada ahjumma terdakwa yang nampak kebingungan.
Kwan Woo melihat jamnya lalu memasukkan USB ke dalam komputer untuk ditampilkan di layar ruang sidang. Ia membuka satu file. Muncul foto sebuah girl’s group. Juru tulis sidang berbisik agar Kwan Woo membuka file dari folder USB.
“Iya, iya,” Kwan Woo mengangguk malu. Ia lalu membuka file lain tapi malah lagu yang keluar.
Kali ini hakim yang berbisik agar Kwan Woo membuka file dari USB. Kwan Woo mengangguk. Tapi ia terus salah membuka file hingga hakim tak sabar dan berteriak marah agar Kwan Woo membuka file dari USB. Apa Kwan Woo tidak dengar?!
Anehnya Kwan Woo malah melihat jamnya. Ia lalu bangkit berdiri sambil tersenyum hingga Hye Sung heran melihatnya.
“Saya mendengarnya, Yang Mulia. Yang Mulia baru saja merasakan apa yang dirasakan terdakwa. Sama seperti terdakwa, tak peduli apa yang dikatakannya tidak ada yang bisa mendengar.”
Pengacara Shin tersenyum.
“Yang Mulia menjadi marah dan menggebrak meja dalam waktu 50 detik. Jika orang lain tidak bisa mendengar apa yang aku katakan, aku bisa mengatakannya lagi dengan lebih keras. Tapi jika mereka masih juga tidak mendengar, aku akan marah. Sama seperti Yang Mulia tadi, hanya 50 detik. Tapi bagaimana jika bukan hanya 50 detik? Bagaimana jika mereka tidak bisa mendengarmu selama 50 tahun? Apa yang akan kaulakukan? Kalian mungkin akan menjadi marah.”
Terdakwa menangis terharu karena Kwan Woo mengerti apa yang ia rasakan. Ia juga mengerti apa yang dikatakan Kwan Woo karena Kwan Woo berbicara dan menggunakan bahasa isyarat.
“Bukannya marah dan berteriak, terdakwa memberi sumbangan. Ia mendedikasikan diri pada orang-orang yang cacat sepertinya. Ia menyumbang lebih dari 30 juta won. Tapi saat ia tidak bisa membayar hutangnya dan meminta sedikit uang pada Direktur yayasan, ia malah diusir dan diperlakukan buruk. Walau ia bersabar dan memohon berkali-kali, ia tidak didengar. Tentu saja mencuri uang, karena marah, adalah sebuah kejahatan. Ia seharusnya menahannya seperti yang ia lakukan selama 50 tahun. Tapi dalam waktu selama itu, apakah begitu sulit untuk seseorang di sekitar terdakwa mendengar suaranya? Jika saja mereka mendengar tangisan terdakwa sekali saja, bagaimana hasilnya hari ini? Orang yang membuat terdakwa ada di sini hari ini mungkin bukanlah terdakwa sendiri, tapi kita…yang tidak mendengar.”
Kata-kata pembelaan Kwan Woo sangat membekas di hati Hye Sung. Ia duduk termenung. Do Yeon menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Ia datang pada persidangan Kwan Woo karena Kwan Woo akan menjadi lawannya dalam persidangan si kembar.
Hye Sung bergeser menjauh. Do Yeon mengaku ia mengkhawatirkan kasus itu. Hye Sung meledek akan ada evaluasi bagi para penuntut. Ia menyinggung kekalahan Do Yeon pada pembela umum seperti dirinya, tidak akan berdampak bagus pada evaluasi jika Do Yeon lagi-lagi kalah.
“Iya, pengacara lawan juga tampaknya tangguh.”
“Maksudmu aku?” ujar Hye Sung tertawa.
“Bukan. Bukan kau. Pengacara Cha. Mungkin kau juga khawatir setelah melihat persidangan tadi. Bukan begitu?”
“Tidak juga,” kilah Hye Sung. Tapi jelas hatinya tidak mengatakan hal yang sama.
Pengurus gereja kesulitan menemui Su Ha untuk memberikan bukti kerja relawan. Karena itu ia menemui Joon Guk dan bertanya apakah Joon Guk tahu nomor telepon Su Ha. Joon Guk tidak tahu tapi ia menawarkan diri untuk mengantarkan bukti kerja relawan itu ke sekolah Su Ha. O-ow >,<
Setibanya di sekolah, ia melihat Su Ha sedang bermain bersama teman-temannya di lapangan.
“Kim Joong…” teriaknya. Tapi karena Su Ha terlalu jauh, ia meminta seorang siswa memanggilkan.
“Dik, bisakah tolong panggilkan siswa tinggi di sana yang sedang bermain lempar tangkap?”
“Siapa? Park Su Ha?”
“Park Su Ha? Namanya Park Su Ha, bukan Kim Joong Ki?”
“Akulah Kim Joong Ki,” sahut Joong Ki yang kebetulan lewat. “Ia berkeliaran menggunakan namaku?”
Joon Guk ingat siapa Su Ha. Ia menanyakan nomor telepon Su Ha pada Joong Ki.
Hye Sung dan teman-teman sekantornya makan malam bersama. Para pria minum wine tapi Hye Sung tidak. Ia tidak minum alkohol. Ia terus menatap Pengacara Shin.
Ia merasa aneh dengan sikap Pengacara Shin yang tiba-tiba berubah lebih baik padanya. Menraktirnya dan berbicara banmal.
“Biasanya aku bersikap kasar pada orang yang tidak memiliki bakat,” ujar Pengacara Shin.
“Jadi Bapak menganggap Pengacara Jang tidak berbakat?” kata Kwan Woo.
“Tentu saja.”
“Tapi pada Pengacara Cha, Bapak langsung berbicara banmal,” kata Hye Sung.
“Dia pria berbakat. Kau lihat sendiri persidangannya tadi.”
Hye Sung jadi kesal. Apa ia sengaja ditraktir makan untuk diperbandingkan langsung dengan Kwan Woo? Kalau begitu kenapa Pengacara Shin tidak terus memintanya menggunakan jeondal (bahasa sopan)? Kenapa menggunakan banmal jika ia memang tidak berbakat?
“Jangan khawatir, kau juga memiliki kelebihanmu sendiri.”
“Sudahlah, anggap saja kau menamparku lalu bergurau. Apa kelebihanku?”
“Matamu. Mata yang bisa membedakan apakah terdakwa berbohong atau mengatakan yang sebenarnya.”
Hmmm….itu kan kelebihan Su Ha ;p Hye Sung juga merasakan hal yang sama. Ia bertanya selain itu apakah ia juga memiliki kelebihan lain.
“Em…selain itu…tidak ada lagi.” Ha, jujur bener.
“Ini tidak masuk akal. Aku bahkan ke sekolah untuk menyelidiki,” ujar Hye Sung.
“Itu karena Pengacara Cha yang membawamu ke sana.”
“Di sidang aku menangkis bantahan penuntut.”
Pengacara Shin berkata itu karena bantuan darinya.
“Dan lagi…” Hye Sung masih tidak mau kalah.
“Apa lagi?” tantang Pengacara Shin.
“Dan lagi…”
Semua menanti perkataan Hye Sung.
“Tolong bawakan aku segelas wine!” seru Hye Sung pada pelayan. Dasaaaar^^
“Kau bilang kau tidak minum,” ujar Pengacara Shin.
“Aku bilang tidak minum bukan tidak bisa minum!” katanya kesal.
Dan kenapa ia tidak minum? Karena sikapnya saat mabuk lucu sekali XD
“Kenapa aku hanya punya satu kelebihan?” ia menangis…ehm mengerang…eh merengek keras-keras.
“Kenapa Bapak tidak bilang saja ia punya 10 kelebihan,” kata Yoo Chang yang kebingungan.
“Siapa yang tahu ia bakal merengek seperti ini,” sahut Pengacara Shin. Ia mengajak Yoo Chang pergi.
“Tapi bagaimana dengan Pengacara Jang?” tanya Yoo Chang.
Pengacara Shin berkata biar Pengacara Cha saja yang mengurusnya. Atau Yoo Chang juga boleh mengurusnya. Yoo Chang buru-buru kabur mengikuti Pengacara Shin.
“Mata itu bukan milikku..aku tidak punya mata yang bisa melihat isi hati terdakwa…aku tidak lihat…tidak bisa lihat….” Hye Sung meneruskan rengekannya.
Kwan Woo bingung saat mendapati tinggal Hye Sung sendiri yang tertinggal di meja. Ia bertanya pada Hye Sung ke mana yang lain pergi.
“Tidak tahu. Mereka pasti pergi tanpa memberitahuku.”
Kepala Hye Sung hampir terantuk meja. Kwan Woo buru-buru menahan kepala Hye Sung.
“Aku tidak melihat kebenaran…” rengek Hye Sung lagi. Tiba-tiba ia meraih kepala Kwan Woo dan mengacak-ngacaknya.
“Bagaimana ini! Sekarang aku bahkan tidak bisa melihat…” Hye Sung menangis dalam mabuknya. “Bagaimana ini?! Apa yang harus kulakukan?”
Ya iyalah gelap wong matanya ketutupan bando >,<
Kwan Woo mengembalikan bando Hye Sung ke posisi semula dan merapikan rambutnya.
“Kau bisa melihat sekarang?”
“Bagaimana ini? Mataku pasti sudah gila.” Hye Sung menangkup pipi Kwan Woo dengan tangannya. “Pengacara Cha sudah menjadi pria cantik. Aaah…mataku rusak!”
Kwan Woo tertawa senang disebut pria cantik alias flower boy sementara Hye Sung terus menangis dan merengek.
Akhirnya Kwan Woo menggendong Hye Sung pulang karena Hye Sung masih mabuk. Dan Kwan Woo tampaknya sama sekali tidak keberatan karena ia terus tersenyum. Sepanjang perjalanan Hye Sung berceloteh.
“Benar, aku tidak pandai menilai orang. Jadi aku memerlukan “permen karet” itu setiap saat.”
“Jjang-byeon, kita cari permen karet itu lain kali saja. Mari kita temukan rumahmu dulu. Di mana rumahmu?”
“Jika dia tidak ada, aku tidak bisa pergi ke ruang sidang. Kenapa? Karena mataku telah rusak. Oh, aku tidak bisa melihat lagi,” Hye Sung mulai menangis. Matanya kembali tertutup bando. Kwan Woo segera membetulkan letak bando Hye Sung.
Su Ha menunggu di depan kantor Hye Sung. Ia bertanya-tanya kenapa Hye Sung belum keluar juga dan tidak menganngkat teleponnya. Lalu ia melihat Hye Sung digendong Kwan Woo. Ia segera menghampiri mereka.
Kwan Woo mengenali Su Ha sebagai pemuda yang pernah datang ke kantor. Ia bertanya mengapa Su Ha ada di sana. Su Ha berkata ada yang hendak ia katakan pada Hye Sung. Kwan Woo tersenyum dan berkata tampaknya Hye Sung tidak bisa bicara saat ini.
“Di mana sebenarnya tempat tinggalnya? Aku tidak bisa membawanya ke rumahku. Apa sebaiknya aku mengembalikannya ke kantor? Di sana dingin saat malam,” pikir Kwan Woo khawatir.
Su Ha menawarkan untuk mengantar Hye Sung. Kwan Woo bingung, Su Ha tahu di mana rumah Hye Sung.
“Iya, aku pernah ke sana beberapa kali.” Hehe…untung ngga ditambah “aku pernah menginap di sana” ;p
Kwan Woo memanggilkan taksi. Ia hendak ikut naik tapi Su Ha berkata ia akan mengantar Hye Sung sendiri.
“Kau membawanya sendirian? Tapi ia lebih berat dari kelihatannya.”
Su Ha menganggap terlalu berlebihan jika dua orang mengantar Hye Sung. Kwan Woo mengalah dan membayarkan taksinya.
“Bisakah aku mempercayainya?” pikir Kwan Woo ragu.
“Berikan kartu nama Paman agar aku bisa menghubungi Paman setelah aku mengantarnya.”
Kwan Woo memberikan kartu namanya dan meminta Su Ha menghubunginya jika perlu bantuan.
Su Ha berhasil mengantar Hye Sung ke rumah dengan susah payah. Ia mengomel saat melihat pintu rumah Hye Sung masih belum diperbaiki dan hanya dikunci menggunakan kawat.
Ia membaringkan Hye Sung di sofa dan menyelimutinya. Saat ia menyalakan lampu, ia mengernyit melihat rumah Hye Sung yang masih berantakan.
“Permen karet,” Hye Sung mengigau. “Bawa dia ke sini, aku memerlukannya di persidangan.”
“Apa yang ia katakan?” kata Su Ha.
“Aku perlu permen karet. Ia harus bersamaku. Mataku rusak.”
Su Ha tersenyum.
Keesokan paginya Hye Sung terbangun di sofa. Ada yang meneleponnya.
“Hallo?”
Terdengar rentetan makian dari ibu Hye Sung hingga Hye Sung harus menjauhkan telepon dari telinganya.
“Ibu, bicaralah pelan-pelan. Telingaku hampir meledak.”
“Hei, ada apa dengan suaramu? Apa kau sakit?” tanya Ibu khawatir.
Hye Sung bercerita semalam ia makan malam bersama teman-teman sekantornya dan minum minuman beralkohol. Ibu Hye Sung tahu anaknya membenci alkohol jadi pasti ada alasannya jika Hye Sung minum.
Hye Sung menyinggung kencan buta yang pernah direncanakan ibunya. Tampaknya pembicaraan semalam membuatnya kehilangan kepercayaan diri.
“Bukankah kaubilang kau menikah dengan hukum?”
“Aku dan hukum tidak berhasil.”
“Kenapa?”
“Aku tidak tahu. Kurasa hukum tidak mau menikah denganku.”
Ibu langsung mengomeli Hye Sung yang begitu mudah berubah pikiran.
Hye Sung pergi bekerja tanpa semangat. Kwan Woo menyapanya dengan riang saat mereka bertemu di pinggir jalan. Ia menanyakan keadaan Hye Sung. Lalu menanyakan tampangnya.
“Apa aku masih terlihat seperti flower boy?”
“Sadarlah! Sepertinya kau masih mabuk,” ujar Hye Sung menangkup pipi Kwan Woo dengan tangannya. Kwan Woo malah kesenangan pipinya dipegang Hye Sung.
Hye Sung buru-buru menyembunyikan diri ke toilet.
“Aku pasti gila. Mataku benar-benar gila. Aku sudah sadar sekarang. Tapi dia masih terlihat tampan walau dengan kacamata itu.” Ha…someone’s falling in love^^
Keriangan Kwan Woo membuat Pengacara Shin dan Yoo Chang curiga. Yoo Chang bertanya apa terjadi sesuatu pada Hye Sung semalam. Kwan Woo bercerita Su Ha semalam menjemput Hye Sung dan mengantarnya pulang.
Yoo Chang heran Su Ha bolak balik mengantar dan menjemput Hye Sung setiap hari. Apakah Su Ha bodyguard Hye Sung?
Pengacara Shin bertanya apakah Kwan Woo sudah menanyakan pada Hye Sung mengenai Min Joon Guk. Tepat saat itu Hye Sung masuk dan mendengar kata-kata Pengacara Shin. Ia tertegun. Tasnya terjatuh ke lantai. Teman-temannya bingung.
“Bagaimana Pengacara Shin tahu Min Joon Guk?” tanyanya.
“Aku diberitahu dia adalah teman satu sel seseorang yang kukenal.”
“Apa ia seseorang yang kaukenal?” tanya Kwan Woo.
Hye Sung mengangguk lemah.
Pengacara Shin memberitahu Hye Sung kalau Min Joon Guk telah dibebaskan sebulan lalu dan sepertinya mencari Hye Sung.
“Dia memiliki hutang yang hendak dibayarkannya padamu?” kata Pengacara Shin.
Berita ini membuat Hye Sung dicekam ketakutan. Ia mulai menduga pengirim sms misterius itu tak lain tak bukan Min Joon Guk.
Saat ia tiba di rumah, ia melihat Su Ha berjongkok di depan rumahnya.
“Apa yang kaulakukan?” tanyanya curiga.
“Kau tidak mengangkat teleponmu jadi aku datang ke sini.” Ia mengomeli Hye Sung yang masih belum memperbaiki pintu rumahnya. Ternyata Su Ha sedang memperbaiki pintu rumah Hye Sung.
Hye Sung menyuruh Su Ha pergi. Su Ha berkata ia melakukan ini sebagai rasa terima kasih atas kasus Sung Bin.
“Kubilang pergi!” bentak Hye Sung.
Su Ha kaget. Ia bertanya apa ada yang terjadi.
“Pergi! Jangan datang ke sini lagi!” Hye Sung buru-buru masuk ke dalam rumahnya.
Su Ha sempat mendengar isi pikiran Hye Sung. “Aku tidak tahu apakah anak ini bersekongkol dengan Min Joon Guk atau tidak.”
Su Ha pulang dengan jempol terbalut perban karena terluka saat memperbaiki pintu rumah Hye Sung. Min Joon Guk meneleponnya.
“Ini aku, kau mengenal suaraku kan?”
“Ah ya, Min Joon Guk bukan? Bagaimana Anda bisa tahu nomor teleponku?” kata Su Ha, mengora Joon Guk belum tahu identitas dirinya yang sebenarnya.
“Aku ke sekolahmu kemarin, Park Su Ha. Kau tidak mengatakan namamu jadi aku tidak mengenalimu. Terakhir kali kita bertemu di ruang pengadilan, 10 tahun lalu?”
“Di mana kau sekarang?”
Su Ha pergi menemui Joon Guk di sebuah tempat makan. Ia menawari Su Ha makan.
“Kau datang, kecil.”
“Apa yang sedang kau rencanakan?”
“Kau tumbuh besar, kecil. Kemampuanmu untuk membaca pikiranku sepertinya belum berubah.”
“Katakan dan jangan cuma di pikiranmu saja.”
“Apa yang kaukhawatirkan? Kaupikir aku akan membuat masalah?”
“Ponsel itu perbuatanmu, kan? Kau yang mengirimnya.”
“Apa kau ketakutan karena itu? Aku bahkan belum mulai.”
Di mata orang lain, Su Ha seperti sedang marah-marah pada Joon Guk yang diam saja. Tentu saja mereka tidak tahu Joon Guk sedang memprovokasi Su Ha melalu pikirannya.
“Apa yang kaupikirkan?”
“Jangan khawatir, aku tidak memiliki dendam padamu. Targetku 10 tahun lalu bukan kau tapi ayahmu. Sekarang pun bukan kau, tapi orang lain.”
“Jika bukan aku, lalu siapa?” Su Ha berusaha mempertahankan kesabarannya.
“Kudengar gadis itu menjadi pengacara.”
Hanya sampai di situ kesabaran Su Ha. Ia langsung menyerang Joon Guk dan memukulinya. Joon Guk berteriak-teriak ketakutan. Tentu saja itu hanya acting.
Malam itu Hye Sung tidak bisa tidur. Ia meringkuk di sofa dengan memeluk tongkat kasti. Bahkan suara kucing bisa membuatnya terlonjak kaget. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Hye Sung mengangkatnya.
“Di kantor polisi?” tanyanya heran.
Ia pergi ke kantor polisi. Polisi yang menemuinya adalah polisi yang sama yang mendatangi rumah Hye Sung. Ia berkata Su Ha memukuli seseorang dan ditahan di sana. Karena Su Ha tidak punya orangtua maupun wali dan mereka juga tidak bisa menghubungi gurunya, maka ia menghubungi Hye Sung. Ia berkata korban tidak menuntut Su Ha dan sudah pergi. Ia juga memberitahu kalau korban adalah napi yang baru bebas jadi sepertinya tidak mau terlibat masalah apapun.
“Tapi CCTV merekam Park Su Ha memukuli orang itu. Aku tidak bisa membebaskannya kecuali seseorang menjaminnya,” kata polisi.
“Siapa nama korbannya?”
“Min Joon Guk. Ia baru dibebaskan bulan lalu. Kenapa? Apa kau mengenal orang itu?”
Hye Sung sejenak tak mampu berkata-kata. Ia lalu meminta polisi memperlihatkan rekaman CCTVnya. Ia bertanya apa alasan Su Ha memukuli korban. Polisi juga tidak tahu, para saksi mengatakan tiba-tiba Su Ha menyerang membabi buta.
Hye Sung berkata pasti ada alasannya. Polisi juga tidak tahu karena Joon Guk tidak mengatakan apapun tapi tiba-tiba Su Ha memukulinya. Polisi yang lain membenarkan karena ia ada saat kejadian itu. Joon Guk diam seribu bahasa dan hanya Su Ha yang bicara.
Hye Sung melihat rekaman video saat Su Ha memukuli Joon Guk. Ia bertanya apa yang dikatakan Su Ha. Polisi berkata Su Ha menyuruh Joon Guk berbicara. Bukan berpikir tapi berbicara.
Kilas balik pada saat peristiwa itu berlangsung. Su Ha berteriak menyuruh Joon Guk berbicara. Dalam pikirannya Joon Guk berkata ia tidak mau. Su Ha semakin marah.
“Jika orang itu tidak ada di sana, aku sudah mati 10 tahun lalu! Karena itu aku menganggap hidupku sebagai miliknya! Aku akan melindunginya!” Su Ha mencekik dan memukuli Joon Guk. “Menyingkirlah! Aku mempertaruhkan nyawaku untuk melindunginya! Jangan berani-berani melakukan apapun karena aku akan membunuhmu,” seru Su Ha.
Joon Guk menyeringai.
“Aku akan membunuhmu dengan kedua tanganku,” ancam Su Ha.
Polisi menceritakan itu pada Hye Sung. Bahwa Su Ha akan membunuh Joon Guk jika Joon Guk mengganggu “wanita itu”. Bahkan polisi menemukan Su Ha membawa palu di tasnya (padahal palu itu untuk memperbaiki pintu rumah Hye Sung).
Hye Sung termenung. Ia ingat sekarang. Su Ha adalah anak kecil di dalam mobil 10 tahun lalu dan anak yang berjanji akan melindunginya.
Hye Sung bersedia menjadi penjamin Su Ha.
Sementara itu Su Ha berdebat dengan polisi. Ia berusaha memberitahu kalau Joon Guk orang yang berbahaya dan hendak membalas dendam. Tapi di mata polisi sebaliknya, Joon Guk korban dan Su Ha penjahatnya. Joon Guk telah berubah menjadi orang baik jadi kenapa Su Ha terus menuduh tanpa bukti.
“Aku ada buktinya. Aku bisa mendengar. Aku bisa mendengar pikiran….”
“Hentikan!” potong Hye Sung. Su Ha menoleh kaget.
“Jangan katakan apapun yang sia-sia. Kau hanya akan diperlakukan seperti 10 tahun lalu di ruang sidang. Park Su Ha, aku ingat namamu sekarang.”
Komentar:
Ternyata Kwan Woo pengacara yang handal. Berbalik dengan Hye Sung, Kwan Woo lebih mengedepankan perasaan dan empati pada terdakwa. Tapi ini juga akan menjadi kelemahannya. Bila ia terlalu baik dan terlalu mudah mempercayai orang lain, ia akan mudah ditipu.
Akhirnya semua terbuka. Baik Hye sung, Su Ha, dan Joon Guk sudah saling mengetahui keberadaan masing-masing. The batle is on......
Wah mbak Fanny beeran ngebut nih bikinnya... Posting tiap hari ya mbak hehe :D
BalasHapusKalo yang jadi kwan woo kim jae won mungkin dari awal hyesung udah terpesona kali ya wkwkwk. Tapi yoon sang hyun ganteng juga loh kalo gak pake kacamata *plakkk..baru nyadar*
BalasHapusmbk dee tolong
BalasHapusbkin spoiler ep.11 donk ^^
OMG tnyt q slh sbut nama ya mianhe mbk fanny T.T mgkn efek dr blog.ny mbk dee gegara krim koment susah bgt disana #nyampe_frustasi,mampir ksni mau minta spoiler ep.11 IHYV mlah slh sbut nama. ;-(
Hapus#BLANK
Meski sdh ketinggalan 8 ep tp sinopsis mb Fanny ttp ditunggu..
BalasHapusSemangat mb..!
Harus dilanjutin yaahh *maksa hehehe...
Hallo Mbak Fanny! Selama ini cuma silent reader dan akhirnya bisa komen juga.
BalasHapusCuma mau bilang, semangat nulisnya ya mbak! Ditunggu kelanjutannya. :D
Mba fanny, lanjutan sinopsisnya kok ga keluar-keluar sie? Aku nungguin tiap hari lho. .
BalasHapusMbak Fanny kok gak dilanjutin sinopsisnya? Aku kesini tiap hari loh, bolak balik bolak balik tiap hari
BalasHapusMakasih mbak fanny sinopsisnya keren . Aku udh beli drama collection . Yah yang namanya murah pasti ada kekurangannya . Jadi beberapa scene ilang . Jadi aku juga liat sinopsisnya hehehe . Mksh mbak :) good job
BalasHapus