Sang kakak berkata ia akan mengaku. Kwan Woo berusaha mencegahnya.
“Si brengsek ini menyuruhku untuk mengatakan aku tidak membunuh orang itu tak peduli bagaimanapun juga dan terus menyangkal. Dengan begitu kami berdua akan bebas. Begitulah caranya kami membunuh orang itu. Ia yang merencanakan semuanya, dan aku yang menikamnya. Bukankah begitu, Pil Seung?”
“Tutup mulutmu…Tutup mulutmu!” Si adik berdiri hendak menyerang kakaknya. Kwan Woo menghalanginya. Para petugas segera mengamankan para terdakwa yang terus berteriak-teriak menyalahkan satu sama lain.
Seorang wanita menangis sedih menyaksikan semua ini. Pengacara Shin melihat wanita itu.
Hye Sung senang karena ia berhasil menangkap kedua pelaku. Pengacara Shin menghampirinya dan kembali menggunakan bahasa formal. Ia bertanya apakah Hye Sung begitu senang bisa menunjukkan kalau kedua terdakwa itu bersalah.
Hye Sung membenarkan. Pengacara Shin berkata pada sidang hari ini Hye Sung lebih terlihat seperti penuntut daripada seorang pengacara.
“Bukankah Pengacara Shin pernah mengatakan kalau aku memiliki mata untuk membedakan orang yang benar dan bersalah? Aku mengetahui mereka bersalah dan mengungkapkannya. Jadi apa masalahnya?”
Pengacara Shin bertanya apakah Hye Sung tidak ingin tahu mengapa si kembar melakukan perbuatan itu dan mengapa mereka membuka topeng mereka saat membunuh? Apakah Hye Sung tidak melihat seorang wanita yang menangis sedih saat melihat si kembar?
“Ya, aku tidak melihatnya? Mengapa aku harus melihatnya?”
“Mereka sengaja membuka topeng mereka artinya mereka sengaja memperlihatkan wajah mereka pada si korban. Mereka membunuh untuk membalas dendam. Dan untuk membalas dendam, pasti ada alasannya. Seorang wanita menangis saat melihat si kembar, artinya ia berharap kau membantu mereka. Jika kau pengacara pembela seharusnya kau memperhatikan itu sejak awal.”
“Itu….”
“Pada hari kau kembali melupakan bahwa kau seorang pengacara dan berdiri di persidangan, aku akan membuat protes resmi pada asosiasi. Bahwa Pengacara Jang Hye Sung tidak layak berdiri sebagai pengacara pembela.”
Ucapan Pengacara Shin yang begitu keras membuat Hye Sung tertegun. Ia lalu merenungkan semuanya. Ia sadar ia bersikap seperti Do Yeon dalam kasus Sung Bin dulu. Ketika itu Do Yeon hanya berusaha menangkap Sung Bin dengan menghalangi kesaksian Dong Hee. Dan sekarang ia hanya berusaha menangkap si kembar, tanpa mau mencari tahu apa alasan mereka melakukannya.
Malamnya ia curhat pada Su Ha mengenai perasaannya ini. Su Ha bertanya apa Hye Sung menyesal telah bekerja sama dengan Do Yeon untuk membuktikan si kembar bersalah. (Wah…sekarang mereka makan makanan lengkap, pasti Su Ha yang masak hehehe^^)
Hye Sung tidak menyesal tapi ia merasa ada sesuatu yang salah dan membuatnya terasa kotor.
“Seperti menggunakan serbet kari untuk membersihkan bokongmu,” ujarnya.
“Aissh…haruskan kau mengatakan hal seperti itu saat aku makan? Jorok sekali.”
Hye Sung menyandarkan kepalanya ke meja. Saat ini ia merasa tidak yakin yang dilakukannya benar atau tidak.
Ibu Hye Sung diajak temannya pergi ke jjimjilbang (tempat sauna). Sebelum pergi, ibu Hye Sung memberikan sebungkus sup rumput laut dan makanan lain pada Joon Guk (yang menyamar dengan nama Gil Dong). Ia melihat pada resumenya kalau hari ini Joon Guk berulang tahun. Ia menyuruh Joon Guk membawa sup itu pulang.
Joon Guk sesaat tampak tersentuh dengan perhatian ibu Hye Sung. Tapi setelah ibu Hye Sung pergi, senyum di wajahnya lenyap.
Sung Bin mendekati Su Ha di sekolah. Ia beralasan tidak mengerti pelajaran matematika, padahal dalam hatinya ia khawatir Su Ha menghindarinya dan menolaknya setelah ia mengakui perasaannya. Tentu saja Su Ha mendengar isi hati Sung Bin. Sambil tersenyum ia mulai mengajarkan matematika pada Sung Bin.
“Oya, aku menelepon dan bilang aku suka padamu. Lupakan saja kata-kataku itu. Aku mengatakannya tanpa berbicara. Anggap saja aku buang gas dengan mulutku. Boong boong,” celoteh Sung Bin. Dalam hatinya ia berharap Su Ha tidak menolaknya dan akan terus menjadi temannya.
Su Ha tersenyum.
“Boong boong…boong boong boong,” sahut Su Ha. Heh…apaan sih ini >,<
Sung Bin lega karena Su Ha tidak membahas pengakuannya dan tetap menjadi temannya. Tiba-tiba ponsel Su Ha berbunyi. Dari Min Joon Guk.
Su Ha terpaku. Sung Bin bertanya mengapa Su Ha tidak menjawab telepon itu. Su Ha mengangkat teleponnya, tapi ia sempat menekan tombol rekam terlebih dulu.
Entah apa yang dibicarakan Min Joon Guk, Su Ha berlari ke kantor polisi dan memperdengarkan rekaman telepon itu.
“Kau sudah dengar aku pindah kan?”
“Di mana? Di mana kau sekarang?”
“Lupakan aku dan hiduplah dengan baik. Aku tidak akan melupakanmu dan hidup dengan baik. Aku meneleponmu untuk memberitahu itu.”
“Apa kau mengancamku?”
“Berpikirlah sesuka hatimu.”
Tapi polisi (yang pernah menggetok kepala Su Ha) menganggap itu hanya telepon sapaan.
“Apa ini seperti sapaan? Ia bilang ia tidak akan melupakan kami.”
“Tentu saja ia tidak seharusnya melupakanmu. Ia harus merenungkan kesalahannya dan menjalani hidup baik-baik. “
Su Ha membaca pikiran polisi satu lagi (yang ke rumah Hye Sung saat kejadian ponsel). Polisi itu berpendapat sebaliknya, ia merasa Min Joon Guk sedang mengancam. Su Ha menanyakan alamat Joon Guk sekarang pada polisi itu. Sayangnya polisi itu tidak benar-benar tahu.
Polisi penggetok hendak menggetok kepala Su Ha lagi. tapi Su Ha menangkap tangannya.
“Jika kalian tidak melakukan apapun, aku mungkin akan mencarinya dan membunuhnyam” ujarnya. Aaaaa…jangan katakan hal seperti itu di depan polisi >,<
Su Ha pergi dengan kesal. Polisi penggetok memperingatkan ia akan mengawasi Su Ha.
Terjadi perang dingin di kantor Hye Sung. Pengacara Shin kembali mengacuhkannya. Ia juga tidak mau makan dengan Hye Sung dan memilih menunggu Kwan Woo pulang. Hye Sung beralasan ia akan makan dengan teman di luar. Pengacara Shin dengan sinis bertanya memangnya Hye Sung memiliki teman.
Saat Yoo Chang bertanya mengapa Pengacara Shin kembali berbahasa formal pada Hye Sung, Pengacara Shin menjawab ia tidak menganggap Hye Sung sebagai pengacara pembela.
Kemarahan Hye Sung memuncak. Ia berkata ia memiliki teman yang sangat banyak dan pergi dengan kesal.
Hye Sung makan sendirian di kedai mie. Tapi malang baginya, Pengacara Shin dan kedua rekan sekantornya juga memilih makan di sana. Hye Sung buru-buru berjongkok untuk menutupi kenyataan ia makan siang sendirian tanpa teman.
Kwan Woo bertanya di mana Hye Sung. Pengacara Shin memberitahu Hye Sung ada janji makan dengan teman tapi sepertinya ia makan sendirian. Hye Sung terpaksa tetap bersembunyi untuk menyelamatkan harga dirinya.
Yoo Chang bertanya apakah Kwan Woo sudah menemui si kembar. Mengapa mereka membunuh?
Kwan Woo berkata mereka membunuh untuk balas dendam. Kekasih dari salah satu kembar diperkosa oleh pemilik minimarket itu. Pemilik minimarket itu bahkan mengancam akan menyebarkan foto-fotonya jika wanita itu melaporkan pada polisi. Karena itu si kembar merencanakan dan membunuhnya.
Hye Sung diam-diam mendengar perkataan Kwan Woo. Yoo Chang berpendapat hukuman yang diterima si kembar akan sangat berat karena telah melakukan perampokan, pembunuhan, dan membuat keributan di sidang.
Pengacara Shin berkata jika ia menjadi pengacara mereka, ia akan meyakinkan keduanya untuk menyerah dan mengaku. Dengan begitu mereka akan mendapat hukuman yang ringan. Itulah yang harus dilakukan seorang pengacara.
“Maaf, walau kasus ini menjadi seperti ini. Kuharap mereka bertemu pengacara sepertimu dalam sidang pembelaan,” kata Kwan Woo.
Yoo Chang bertanya apakah Hye Sung benar-benar bersekongkol dengan penuntut. Kwan Woo ternyata sudah tahu Hye Sung membelot sejak ia tahu satu bukti CCTV hilang. Pengacara Shin bertanya apa Kwan Woo tidak marah. Hye Sung sudah melakukan hal yang tidak sepatutnya dilakukan seorang pengacara.
Kwan Woo berpendapat Hye Sung memiliki cara sendiri untuk mengungkap kebenaran. Pengacara Shin berpendapat Hye Sung salah. Kwan Woo berkata Hye Sung tidak salah, hanya berbeda. Yoo Chang mengeluh Kwan Woo terlalu optimis.
Hye Sung tersentuh mendengar kata-kata Kwan Woo. Tepat pada saat itu pemilik kedai membawakan makanan pesanan Hye Sung. Karena pemilik kedai bersuara keras, terpaksa Hye Sung keluar dari persembunyiannya.
Yoo Chang menyapanya dan menanyakan teman Hye Sung. Dasar Hye Sung, ia berbohong dengan mengatakan teman-temannya telah pulang lebih dulu. Lalu ia pergi dengan kepala tetap tegak.
Yoo Chang bertanya-tanya apakah Hye Sung mendengarkan percakapan mereka.
“Siapa peduli,” ujar Pengacara Shin.
Kwan Woo mengejar Hye Sung keluar. Ia yakin Hye Sung mendengar pembicaraan mereka tadi. Hye Sung langsung berkata ia sama sekali tidak merasa bersalah pada Kwan Woo. Ia tidak melakukan kesalahan. Sigh….this woman >,<
“Aku tahu itu. Aku juga tidak berpikir seperti itu,” kata Kwan Woo menunduk.
“Ya sudah kalau begitu,” ujar Hye Sung.
Tiba-tiba ia mengajak Kwan Woo makan malam. Ada film yang hendak ditontonnya. Ia menegaskan ini bukan kencan. Ia memang tidak bisa nonton sendirian. Ia bahkan menonton dengan orang yang tidak dikenalnya, jadi Kwan Woo jangan salah paham.
Kwan Woo senang sekali. Hye Sung mengajak bertemu di depan bioskop nanti malam. Tapi ia meminta Kwan Woo tidak mengenakan kacamata, tidak mengenakan kaus kaki putih, dan juga tidak bergaya rambut seperti sekarang.
“Ba…Tapi ini gayaku…eh, aku mengerti,” Kwan Woo tersenyum lebar.
Su Ha membeli sebuah boneka yang bisa merekam suara. Saat ia berjalan pulang ia mendengar teriakan polisi yang sedang mengejar penjahat. Penjahat itu berlari ke arah Su Ha. Su Ha menghalanginya.
Si penjahat mengeluarkan pisau lipat tapi Su Ha tidak gentar. Ia berhasil meringkus si penjahat. Polisi mengambil alih menangkap penjahat itu. Itu adalah polisi yang 1 (yang datang ke rumah Hye Sung).
Su Ha melihat senjata (pistol) polisi terjatuh di dekatnya. Ia hendak memungutnya tapi si polisi berteriak ia akan mengurus si penjahat. Su Ha pun beranjak pergi.
Si penjahat meronta dan berusaha melarikan diri kembali tapi Su Ha menjulurkan kakinya hingga si penjahat terjatuh. Polisi penggetok muncul dan ikut membantu rekannya menangkap si penjahat.
Su Ha memungut bonekanya dan hendak pergi. Polisi 1 berterimakasih pada Su Ha. Ia meminta Su Ha tidak mengkhawatirkan Min Joon Guk lagi, ia akan mengurusnya. Tapi Su Ha berkata ia tidak percaya lagi pada mereka.
Su Ha pulang membawa boneka untuk Hye Sung. Tiba-tiba Hye Sung keluar sudah berdandan rapi. Su Ha bertanya Hye Sung hendak pergi ke mana.
“Jika aku berkata aku pergi berkencan dengan Pengacara Cha, apa ia akan menertawakanku?” pikir Hye Sung.
“Berkencan dengan Pengacara Cha?”
Hye Sung segera memejamkan matanya. Ia berkilah ini bukan kencan. Ia hanya merasa tidak enak pada Kwan Woo jadi mengajaknya menonton.
Su Ha menyembunyikan bonekanya di belakang punggung dan berusaha tetap tersenyum. Ia bertanya mengapa Hye Sung merasa tidak enak hati.
“Kau tahu aku mengkhianati Pengacara Cha di sidang. Kukira ia akan marah tapi ternyata ia mengerti. Ia mengagumkan jadi aku mengajaknya.”
“Ia mengatakan apa yang aku ingin dengar. Bahwa aku tidak salah dan aku melakukan hal yang benar.”
“Ia melakukannya?”
Hye Sung buru-buru pamit dan menyuruh Su Ha makan makanan yang dibawa ibunya di lemari es.
Su Ha masuk ke rumah sendirian. Ia menekan boneka perekam itu.
“Pengacara Jang, kerja bagus…Pengacara Jang, kerja bagus…” Boneka itu bersuara.
Su Ha terlambat satu langkah….
Polisi 1 terlihat panik mencari sesuatu. Ia kehilangan senjatanya. Polisi penggetok berteriak kaget. Tapi polisi 1 curiga Su Ha yang mengambil senjatanya.
Hye Sung sudah menunggu Kwan Woo di tempat yang dijanjikan. Kwan Woo berseru dari seberang jalan. Dengan dandanan yang seperti Hye Sung inginkan. Hye Sung tersenyum, ia berpendapat Kwan Woo terlihat keren dengan dandanan seperti itu. Kwan Woo bahkan sudah membeli coklat untuk diberikan pada Hye Sung.
Tapi malang bagi Kwan Woo. Tiba-tiba Hye Sung berlari memanggil taksi dan meninggalkannya sendirian. Kenapa?
Rupanya polisi menelepon Hye Sung dan mengungkapkan kecurigaannya bahwa Su Ha mengambil senjatanya untuk membunuh Joon Guk. Hye Sung yang teringat melihat Su Ha menyembunyikan sesuatu di punggung, mengira ucapan si polisi benar. Ia segera pulang.
Hye Sung berhasil pulang mendahului polisi. Su Ha yang baru mandi merasa heran Hye Sung pulang lebih cepat. Polisi mengetuk rumah Hye Sung.
Hye Sung menyembunyikan Su Ha di kamar. Ia lalu membasahi rambutnya agar terlihat seperti baru mandi. Lalu buru-buru pergi ke luar.
Ia memberitahu polisi kalau Su Ha sedang tidak ada. Ia berusaha meyakinkan mereka bahwa Su Ha tidak akan melakukan hal gegabah seperti itu karena ia selalu mengawasinya.
Eh si polisi 1 malah tersenyum. Ia telah menemukan senjatanya. Rupanya senjata itu terselip di bawah jok mobil. Jadi ia datang untuk memberitahu hal itu.
Hye Sung merosot lemas. Lalu menjadi marah.
“Bagaimana bisa kalian menakuti seseorang seperti ini? Apa kalian tahu betapa khawatirnya aku hingga berlari ke sini?”
“Kau bilang kau sedang mencuci rambutmu.”
“Betul, apa kau tahu betapa takutnya aku mencuci rambutku?! Su Ha tidak akan melakukan hal seperti itu! Ia tidak akan melakukan sesuatu yang begitu mengerikan. Tuduhanmu sangat mengerikan dan membuatku khawatir. Tolong jangan membuatku khawatir lagi.”
Su Ha mendengar suara Hye Sung marah-marah dari dalam kamarnya. Para polisi meminta maaf.
Terdengar suara pintu dibanting. Para polisi telah pergi. Su Ha keluar dari kamar. Ia mendapati Hye Sung yang terduduk lemas di pintu.
“Apa kau pikir aku benar-benar mencuri senjata?”
“Iya,” Hye Sung tidak bisa membohongi Su Ha. Dalam hatinya ia bertanya-tanya apakah Su Ha marah karena ia telah mencurigainya dan bertanya-tanya apa yang sedang Su Ha pikirkan.
“Aku tidak memikirkan apapun. Aku hanya berpikir kau mungkin malu dengan wajahmu saat ini.”
“Tidak, aku tidak malu dengan wajahku,” ujar Hye Sung sambil kembali ke kamarnya dengan penuh percaya diri.
“Dan kupikir ada seseorang yang memperhatikanku,” gumam Su Ha.
Hye Sung terkesiap kaget saat melihat wajahnya di cermin. Make upnya berantakan, maskaranya luntur.
“Siapa kau?” ujarnya pada cermin.
Kwan Woo meneleponnya dan bertanya apa ada masalah yang terjadi. Hye Sung berkata tidak ada masalah besar. Ia pulang karena seorang adik yang dikenalnya membuat masalah, tapi sekarang semua sudah baik-baik saja.
Hye Sung bertanya apa Kwan Woo sudah pulang ke rumah dengan selamat. Kwan Woo dengan baju basah oleh keringat dan nafas terengah-engah menjawab ia sudah pulang dengan selamat.
Padahal ia ada di luar rumah Hye Sung. Dan saat itu Su Ha sedang mengeringkan rambutnya di balkon rumah Hye Sung. Kwan Woo melihat Su Ha. Demikian juga Su Ha. Kwan Woo mengingat Su Ha sebagai pemuda yang mengantar Hye Sung pulang saat Hye Sung mabuk.
Su Ha berbalik hendak masuk dan berpapasan dengan Hye Sung. Ia menghalangi Hye Sung berjalan ke balkon. Hehe…Su Ha tidak mau Hye Sung bertemu Kwan Woo.
Hye Sung akhirnya masuk ke dalam. Su Ha tersenyum senang saat ia juga melihat Kwan Woo telah pergi.
Su Ha bertanya pada Hye Sung apakah Hye Sung sudah berbicara dengan Kwan Woo. Hye Sung mengiyakan, Kwan Woo sudah pulang. Walau agak bingung, Su Ha tidak memberitahu Hye Sung kalau tadi Kwan Woo berdiri di luar rumah.
Hye Sung mengeluarkan hasil tes Su Ha. Ia baru tahu Su Ha adalah siswa yang pintar. Ia bertanya apakah Su Ha menulis jawaban yang tepat karena membaca pikiran guru. Su Ha berkata ia bisa membaca pikiran guru jika guru sudah menjawab semua soal. Dengan kata lain tidak mungkin ia membaca pikiran guru untuk menjawab soal tes.
Su Ha memang paling cepat mengerti pelajaran dibanding siapapun di kelasnya. Dan itu karena ia membaca pikiran guru saat guru menjelaskan pelajaran.
“Tapi aku merasa tidak enak setelah mendengarnya. Aku lebih pintar dari kelihatannya? Aku terlihat bagaimana?”
“Kau terlihat seperti anak nakal dan ekspresi wajahmu terkadang menakutkan.”
“Jadi kau berpikir aku mungkin telah mencuri senjata? Apa kau begitu takut sampai mengabaikan kencanmu?”
Hye Sung berkata ia tidak takut. Ia khawatir. Ia lalu bercerita mengenai si kembar yang membunuh karena balas dendam. Mereka membunuh orang yang telah memperkosa kekasih mereka. Mereka membunuh orang yang mereka rasa tidak boleh ada di dunia ini karena mereka tidak percaya pada hukum.
“Kau dan aku adalah orang-orang seperti itu. Walaupun kau ingin membunuh, jangan lakukan itu. Dengan begitu semua keadilan akan lenyap. Seburuk apa orang seperti Min Joon Guk, dan alasan kenapa kita membencinya, semua akan lenyap. Begitu kita membunuhnya, kita bukan lagi korban. Kita menjadi pembunuh.”
Su Ha hanya diam mendengar perkataan Hye Sung.
“Jadi jangan pernah berpikir untuk membalas dendam pada Min Joon Guk. Mengerti?”
Su Ha diam tak menjawab.
Hye Sung meraih wajah Su Ha agar menatapnya. Ia meminta Su Ha menjawabnya.
“Tapi bagaimana jika ia mencoba untuk membunuhmu?” tanya Su Ha.
“Meski begitu, jangan lakukan itu. Karena aku akan mengurus diriku sendiri. Jangan pernah lagi katakan kau akan membunuh Min Joon Guk dan lupakan saja.”
Ia berkata sayang sekali Su Ha menjadi pembunuh dengan nilai cemerlang seperti itu. Su Ha sangat beruntung, pasti bisa masuk ke universitas manapun yang ia inginkan.
Polisi 1 meminta polisi penggetok merahasiakan peristiwa hilangnya senjatanya. Jika ketahuan ia bisa dihukum. Polisi penggetok bertanya kenapa ia mencurigai Su Ha. Polisi 1 berkata ia melihat ekspresi mata Su Ha saat hendak memungut senjatanya.
“Aku pikir ia hendak melakukan sesuatu dengan senjata itu. Aku merasa takut dan gugup.”
Su Ha melihat kartu di tangannya. Kartu nama pelacak ponsel. Sepertinya semacam detektif privat. Ternyata ia telah pergi ke sana sepulang sekolah. Ia meminta detektif itu melacak nomor ponsel Joon Guk.
Detektif itu berkata ia akan menghubungi Su Ha jika nomor itu terlacak. Nomor itu baru bisa dilacak jika Joon Guk melakukan panggilan telepon.
Joon Guk membuang semua makanan pemberian ibu Hye Sung ke dalam kloset.
Su Ha meremas daftar nilainya. Ia mengeluarkan pisau. Tampaknya ia sudah memutuskan sesuatu.
Komentar:
Hye Sung nampaknya belajar banyak dari kasus kali ini. Ia belajar bahwa masalah keadilan bukan sekedar memutuskan orang itu bersalah atau tidak bersalah. Sebagai seorang pengacara, walau orang itu bersalah ia tetap harus melakukan segala daya upaya untuk mendapatkan hukuman yang adil bagi terdakwa dengan mempertimbangkan berbagai hal.
Berbagai kasus yang ia tangani akan menjadi bekalnya kelak saat ia harus berhadapan dengan Min Joon Guk yang penuh taktik. Joon Guk ini seorang yang sangat pintar. Ia bahkan pintar menggunakan kelebihan Su Ha untuk keuntungannya. Tidak akan mudah untuk menjatuhkannya. Dan mudah-mudahan Su Ha mendengar baik-baik permintaan Hye Sung untuk tidak membalas dendam.
Karena dengan begitu Su Ha akan menjadi pembunuh….bukan lagi korban….
nice ^^
BalasHapus