Hye Sung berbicara dengan ibunya di telepon saat ia sedang lari pagi. Ia menegaskan pada ibunya kalau saat ini ia tidak memikirkan pernikahan karena ia ingin menghasilkan banyak uang untuk ibunya.
“Tunggu sebentar.” Hye Sung menoleh ke belakang. Ia merasa ada seseorang yang mengikutinya.
Hye Sung melihat tali sepatunya lepas. Ia berjongkok untuk mengikatnya. Tiba-tiba muncul seseorang di belakangnya. Ia mengangkat Hye Sung dan menceburkannya ke dalam sungai. Ponselnya terjatuh di lantai.
“Tolong aku! Ibu!” teriak Hye Sung dalam hati. Ia berusaha bertahan di dalam air.
“Hye Sung! Apa yang terjadi, Hye Sung-ah!” teriak ibunya panik di telepon.
“Ibu! Ibu! Tolong aku!” Hye Sung mulai tenggelam.
Seseorang berenang menghampiri Hye Sung lalu mengangkatnya ke atas. Ibu Hye Sung terus berteriak memanggil puterinya.
“Hye Sung-ah!!!” Ia terbangun.
Ternyata peristiwa tadi hanya mimpi. Ibu Hye Sung bertanya-tanya mengapa ia mimpi seperti itu? Apakah ini firasat buruk?
Ibu Hye Sung menceritakan mimpinya pada Hye Sung. Dan Hye Sung menceritakannya pada Su Ha. Ia berkata mimpi ibunya tidak pernah salah.
Su Ha sendiri tidak percaya dengan hal seperti itu (well, how about your hearing skill?). Hye Sung berkata ia juga tidak percaya ramalan tapi ia punya alasan untuk percaya pada mimpi ibunya.
Ia mengeluh Su Ha membawakan tumpukan filenya yang begitu berat. Dengan cuek Su Ha berkata tasnya juga berat. Ia bertanya seberapa akurat mimpi ibu Hye Sung.
“Ibuku pernah bermimpi hidungku mengeluarkan darah begitu banyak hingga bisa memenuhi bathtub. Ia bilang mengeluarkan darah artinya keuntungan besar. Dan hari itu aku diterima, setelah ibuku memimpikan itu. Ibuku bermimpi gigi depannya tanggal dan nenekku meninggal dunia. Aku juga diterima menjadi pengacara umum setelah ibuku bermimpi aku membeli babinya.”
Su Ha tersenyum dan berpendapat itu hanya kebetulan. Tapi ia melihat Hye Sung bertanya-tanya dalam hatinya apakah mimpi ibunya kali ini berarti akan terjadi sesuatu yang buruk pada seseorang. Pada dirinya? Atau ibunya?
Bis Hye Sung datang lebih dulu, jadi ia naik duluan. Saat ia kewalahan memegangi tumpukan filenya sekaligus berpegangan, tiba-tiba Su Ha mengambil tumpukan file itu. Ia akan mengantar Hye Sung ke kantor.
“Kenapa? Jangan-jangan ini karena mimpi ibuku? Karena kau mengkhawatirkan aku?”
“Kau yang menyuruhku membawakan file-file ini. Tidak mau? Apa aku harus turun?”
Hye Sung berkata nanti Su Ha terlambat. Su Ha menjawab minggu ini minggu ujian jadi ia bisa sedikit terlambat (lho kok terbalik? Bukannya ujian harus lebih pagi ya? ^^). Hye Sung berkata Su Ha tidak perlu melakukan ini untuk membalas budinya. Ia mendengar dari Sung Bin bahwa Su Ha merasa berhutang budi atas peristiwa 10 tahun lalu.
“Gadis itu mengatakan omong kosong.”
“Kau tidak berhutang apa-apa padaku, jadi kau tidak perlu membalasnya. Walau bukan kau yang mengalaminya, aku mungkin tetap menjadi saksi kasus itu. Aku tidak melakukannya agar kau berhutang budi padaku.”
Su Ha menyangkal ia berada di sisi Hye Sung untuk membalas budi. Tapi ia tidak meneruskan perkataannya dan mengalihkan perhatian Hye Sung pada kursi kosong di bis. Hye Sung dengan mudah melupakan perkataannya tadi dan duduk dengan nyaman.
Kwan Woo melihat keduanya berjalan di depannya. Ia memanggil Hye Sung dan berlari menghampiri. Hye Sung tadinya hendak menoleh dengan bersemangat tapi ia mengingatkan dirinya adalah wanita kota yang cool.
Ia berbalik dan menyapa dengan nada seeeeebiasa mungkin. Hye Sung memuji penampilan Kwan Woo hari ini boleh juga (Su Ha cemberut). Kwan Woo mengaku untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia pergi ke salon, memakai lensa kontak dan tidak memakai kaus kaki putih.
“Itu bukan hal untuk dibanggakan. Itu biasa saja,” kata Hye Sung (Su Ha tersenyum).
Kwan Woo menyapa Su Ha. Ia menunjuk Su Ha dan bertanya pada Hye Sung apakah Su Ha adalah “adik yang ia kenal dan terlibat masalah kemarin”. Hye Sung membenarkan, dalam hatinya ia khawatir jika Kwan Woo salah paham akan hubungannya dengan Su Ha.
“Aku memiliki rasa tanggung jawab yang besar jadi aku memutuskan menjadi walinya.”
Su Ha tentu saja kesal.
“Hei kau. Karena kau, kencan kami terputus kemarin. Jangan membuat masalah lagi dan belajarlah…” Kwan Woo hendak menggetok (atau membelai?) kepala Su Ha tapi Su Ha menepis tangan Kwan Woo.
Ia mengembalikan file-file Hye Sung lalu pamit pergi dengan sedikit kesal. Tapi begitu mendengar Kwan Woo membawakan file-file itu, ia langsung berbalik mengamati keduanya.
Kwan Woo memberikan coklat yang dibelinya kemarin pada Hye Sung. Hye Sung memakannya sepotong lalu menyuapi Kwan Woo. Kwan Woo berkomentar kalau pakaian mereka serasi hari ini seperti pasangan. Su Ha hanya bisa bergidik melihat keduanya. Ia bergumam seharusnya ia tidak mengenakan seragam terus.
Yoo Chang mengingatkan Hye Sung kalau hari ini ia dijadwalkan bertemu dengan kakek Lee Dae Sung. Ia menyerahkan sebotol air pada Hye Sung dengan wajah penuh arti. Ia berkata Hye Sung akan memerlukannya.
“Kenapa air? Apa kau mengenalnya dengan baik? “
“Tentu saja, beberapa waktu lalu Pengacara Shin menangani kasusnya dan setelah itu ia harus dirawat di rumah sakit untuk sementara.”
Kwan Woo bertanya apa terdakwa seorang gangster atau pecandu. Hye Sung membaca berkasnya. Terdakwa adalah seorang pencuri koran gratis (koran gratis yang dibagikan di jalan). Tadinya ia menjual koran bekas tapi karena penghasilannya sangat kecil, ia mencuri 300 eksemplar koran gratis.
Yoo Chang bertanya apakah hal seperti itu bisa disebut pencurian, bukankah koran-koran itu memang gratis. Pengacara Shin angkat bicara, walau koran itu gratis tapi penerbit mengeluarkan biaya untuk membuatnya dan tiap orang dimaksudkan untuk mengambil satu saja.
Kakek Lee Dae Sung muncul di pintu. Ia seorang kakek tua berpakaian sangat sederhana. Hye Sung mengajaknya bicara di ruangan dalam. Pengacara Shin mengajak Kwan Woo minum kopi di atap. Karena di ruangan ini akan sangat bising. Heh…ada apa sebenarnya.
Hye Sung melihat berkas kakek Lee. Kakek Lee sudah pernah ditangkap karena pencurian selama 16 kali. Pernah dipenjara dan baru dibebaskan tahun kemarin. Hye Sung berkata kakek Lee bisa masuk penjara lagi.
“Aku tidak bisa mendengarmu.”
Hye Sung mengeraskan suaranya. Ia berkata Kakek Lee bisa masuk penjara lagi, jadi sebaiknya meminta kesepakatan.
“Aku tidak bisa mendengarmu.”
Hye Sung setengah berteriak sekarang. Ia berkata kakek Lee bisa masuk penjara.
“Aku bisa masuk penjara karena mencuri koran gratis?!! Penjara!!!” seru kakek Lee marah.
Hye Sung membenarkan. Karena itu kakek Lee harus meminta kesepakatan.
“Aku tidak bisa mendengarmu.”
“KAU HARUS MENCAPAI KESEPAKATAN DENGAN KORBAN!!” teriak Hye Sung. Ia memegangi lehernya yang terasa sakit karena berteriak.
Ia meraih botol air pemberian Yoo Chang. Rupanya ini sebabnya ia diberi air.
Dan percakapan mereka berikutnya berlangsung penuh kekerasan. Kekerasan suara maksudnya. Hye Sung bertanya mengapa kakek Lee mencuri koran di stan koran gratis. Kenapa tidak mengambil koran bekas di kereta-kereta?
“Sudah kubilang tidak ada koran di sana,” kata kakek Lee. “Ckckck…ini sebabnya kau menjadi pengacara umum. Barang-barang digratiskan pasti ada alasannya (termasuk pengacara umum yang memang gratis karena dibiayaio pemerintah). Jika kau memiliki kredibilitas kau akan menjadi pengacara yang membuat banyak uang.”
Hye Sung kesal dibuatnya. Ia mengancam akan memanggil putera si kakek karena ia tidak bisa lagi bicara dengan kakek.
“Kau tidak boleh memanggilnya.”
“Aku akan memanggilnya untuk membuat kesepakatan dengan korban.”
“Sudah kubilang jangan panggil dia!!” Kakek Lee marah sambil menggebrak meja.
“Akan kupanggil!” Hye Sung tak kalah galak.
Malamnya, Su Ha bertanya apakah Hye Sung benar-benar memanggil putera Kakek Lee. Belum, kata Hye Sung. Ia akan melakukannya di kantor.
Su Ha menghalangi Hye Sung minum dari botol langsung. Ia menuangkan air ke gelas lalu menyodorkan pada Hye Sung (Su Ha si higienis). Su Ha berkata kakek itu akan marah. Hye Sung tidak mau tahu, ia tidak mau lagi bicara dengan si kakek. Bisa-bisa tenggorokannya tambah kering.
“Karena tenggorokanmu sakit, daripada mengatakannya, ceritakan padaku dengan memikirkannya.”
“Benar juga, ada cara seperti itu. Hebat sekali.”
“Jadi bagaimana dengan mimpi ibumu.”
“Mimpinya benar. Aku terjebak dengan terdakwa menyebalkan seperti itu.”
“Kalau begitu tidak terlalu buruk dibandingkan dengan mimpi ibumu, kan?”
“Tidak buruk? Ini baru permulaan. Aku bertanya-tanya kekacauan apa yang akan ia timbulkan di persidangan. Ah sunggu menyebalkan. Setiap saat ia berkata: pengacara umum, pengacara umum.”
“Memangnya kenapa dengan pengacara umum.” Hehe, tampaknya Su Ha menikmati mengobrol dengan Hye Sung dalam cara seperti ini. Karena Hye Sung terus menerus menatapnya. Dan lagi ekspresi Hye Sung memang lucu sih^^
“Ia bilang aku tidak tulus dan tidak kompeten karena aku pengacara umum. Ia bilang aku tidak bisa menikah karena aku pengacara umum.”
Su Ha tersenyum. Mood Hye Sung baik kembali setelah “mengobrol” dengan Su Ha.
Ibu Hye Sung menyiapkan banyak makanan untuk ia berikan pada Hye Sung. Ia sudah tahu akhir-akhir ini Hye Sung dekat dengan Kwan Woo. Para tetangga yang membantunya berkata impian ibu Hye Sung menjadi kenyataan. Selama ini ibu Hye Sung susah payah menjodohkan mereka. Ibu Hye Sung tersenyum gembira, ia berkata keduanya diikat oleh takdir.
Diam-diam Joon Guk mendengar hal ini.
Pelacak yang disewa Su Ha masih berusaha melacak keberadaan Joon Guk melalui ponselnya, tapi sms spam yang dikirimnya ke ponsel Joon Guk tidak membuahkan hasil sama sekali. Hmmm….jangan sekali-sekali membalas sms spam ;p
Su Ha mengantar Hye Sung ke kantor sambil membantu membawakan tumpukan file. Hye Sung bertanya apakah Su Ha tidak perlu memakai seragam. Su Ha beralasan hari ini hari kasual. Mana ada hari kasual? Itu alasan Su Ha supaya terlihat keren di depan Hye Sung.
Su Ha mengeluh mengapa Hye Sung membawa tumpukan file itu pulang tanpa dibaca sama sekali. Hye Sung berkata ia membaca semua file itu.
Su Ha mendapat telepon dari si pelacak ponsel. Su Ha menyuruh Hye Sung masuk ke dalam lebih dulu. Ia tidak mau Hye Sung tahu apa yang sedang dilakukannya. Hye Sung bertanya-tanya apakah telepon itu dari kekasih Su Ha.
Pelacak melapor pada Su Ha bahwa ia belum berhasil. Joon Guk harus menggunakan telepon setidaknya satu kali saja untuk bisa ia lacak. Tapi ia berjanji akan langsung memberi tahu Su Ha, walau di tengah malam sekalipun.
Su Ha menyusul Hye Sung ke kantor. Ia berpapasan dengan Kwan Woo di lift. Walau enggan satu lift dengan Kwan Woo, Su Ha terpaksa ikut naik.
Kwan Woo bersikap sangat ramah pada Su Ha sementara Su Ha bersikap dingin. Kwan Woo menepuk pundak Su Ha. Ia berterima kasih karena Su Ha melindungi Hye Sung di dunia yang berbahaya ini.
Su Ha menurunkan tangan Kwan Woo dari pundaknya. Ia berkata mengapa Kwan Woo harus berterima kasih padanya. (dengan kata lain memangnya apa hubungan Kwan Woo dengan Hye Sung hingga berterima kasih padanya).
Kwan Woo terkejut dengan ketidaksopanan kata-kata Su Ha. Ia menanyakan umur Su Ha. Su Ha dengan galak bertanya untuk apa Kwan Woo tahu umurnya. Sudah pasti ia lebih muda dari Kwan Woo.
Kwan Woo beralasan ia hendak menjodohkan Su Ha dengan keponakannya. Dengan tenang Su Ha berkata ada seseorang yang ia sukai.
“Siapa?”
“Apa aku harus memberitahumu?”
“Aku sudah merasakannya, sepertinya kau tidak menyukaiku.”
“Ya, aku tidak menyukaimu.”
Kwan Woo tidak mengerti mengapa Su Ha tidak menyukainya. Memangnya apa yang sudah ia lakukan yang membuat Su Ha marah?
“Mata anak ini selalu tajam saat aku berada di sekitar Pengacara Jang. Apakah orang yang disukainya adalah Pengacara Jang?” pikir Kwan Woo.
“Ya,” jawab Su Ha.
Kwan Woo terkejut. Apa?”
“Kau memang membuatku marah. Saat ini kau menginjak kakiku.” LOL XD
Kwan Woo segera mengangkat kakinya dan meminta maaf.
Kwan Woo dan Su Ha berjalan menuju kantor. Kwan Woo menyarankan Su Ha memanggilnya ahjusshi…bukan, bukan, panggil saja Hyung.
Tiba-tiba terdengar teriakan Hye Sung dari dalam kantor. Su Ha dan Kwan Woo menghambur ke kantor. Mereka melihat Hye Sung menghindar dari kakek Lee. Kakek Lee membawa seember sampah.
“Kau dipecat, pengacara sampah!!” seru kakek sambil melempar sampah pada Hye Sung.
Su Ha berlari untuk melindungi Hye Sung. Ia nenabrak lemari. Kwan Woo memegangi Kakek Lee dan memarahinya.
“Apa yang kaulakukan! Kau bisa membuat seseorang terluka!”
“Apa yang kaulakukan! Apa ini sesuatu yang patut dilakukan seorang pengacara?!” bentak Pengacara Shin yang baru tiba.
Yoo Chang langsung menelepon polisi tapi Pengacara Shin menyuruhnya menutup telepon. Kwan Woo menyuruh Yoo Chang menelepon polisi. Ini adalah tindakan penghinaan.
Pengacara Shin merebut telepon dari Yoo Chang. Ia meminta semua diam. Dengan suara keras bernada lembut (eh bisa ya?) ia membujuk kakek Lee bicara dengannya. Ia tidak memperdulikan protes Kwan Woo.
Su Ha hendak bangkit berdiri tapi ia mengernyit kesakitan. Melihat itu, Hye Sung berdiri dengan marah dan menghambur ke luar.
Pengacara Shin menasihati Kakek Lee agar tidak melakukan hal seperti tadi lagi. Kakek Lee bisa dipenjara. Kakek Lee jadi takut. Apa ia akan ditangkap polisi?
Pengacara Shin melihat Hye Sung yang datang mendekat dengan wajah penuh kemarahan. Su Ha menyusul di belakang Hye Sung. Pengacara Shin sengaja berseru kalau Kakek Lee tidak akan ditangkap.
“Pengacara wanita itu lebih baik dari yang terlihat. Kepribadiannya luar biasa!! Jadi ia akan memaafkanmu dan tidak akan melaporkannya!” Pengacara Shin sengaja bersuara keras agar Hye Sung mendengarnya. “Jadi jangan lakukan lagi ya!”
Pengacara Shin menghampiri Hye Sung. Ia meminta Hye Sung tidak menuntut kakek Lee dan melupakan kejadian tadi. Hye Sung tidak mau. Ia akan menuntut. Pengacara Shin bertanya apa Hye Sung tega memenjarakan kakek yang sangat miskin.
Hye Sung berkata ia harus bertindak sesuai hukum. Pengacara Shin berkata ia juga akan bertindak sesuai hukum kalau begitu. Ia akan melaporkan pada asosiasi pengacara kalau Hye Sung telah melanggar kode etik dengan bersekongkol dengan penuntut pada kasus sebelumnya.
Hye Sung kesal. Apa Pengacara Shin mengancamnya? Pengacara Shin berkata ia tidak mengancam, ini adalah salah satu teknik untuk mencapai kesepakatan. Ia menantang apakah Hye Sung akan tetap bertindak sesuai hukum.
Harga diri Hye Sung yang tinggi menerima tantangan itu. Ia akan melakukan sesuai hukum. Tapi Su Ha langsung mencegahnya. Ia berkata ia tidak akan menuntut si Kakek.
“Tapi kau terluka!” protes Hye Sung.
“Iya, aku yang terluka. Karena itu aku akan menyelesaikannya,” kata Su Ha.
Hye Sung pergi dengan marah. Su Ha menyusulnya. Ia bertanya apakah Hye Sung marah karena ia tidak berpihak pada Hye Sung.
“Jangan membuatku menjadi orang yang kekanakkan. Sungguh menyebalkan jika kau berbicara logis dalam situasi seperti ini,” Hye Sung beranjak pergi.
“Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak akan melakukannya lagi,” kata Su Ha.
Hye Sung menarik nafas panjang. Ia bertanya apa tangan Su Ha baik-baik saja. Su Ha mengiyakan. Hye Sung menyuruh Su Ha segera berangkat sekolah. Su Ha tersenyum menyadari Hye Sung mengkhawatirkannya.
Yoo Chang melirik keadaan sekelilingnya. Semua orang tidak bicara satu sama lain. Hanya suara kertas dibalik yang terdengar di ruangan itu. Benar-benar menegangkan.
Deringan telepon membuat Yoo Chang terlonjak kaget. Ia mengangkat telepon dan bertambah kaget. Ia lalu berbicara dengan Kwan Woo. Kasus Kakek Lee dilimpahkan pada Kwan Woo.
Kwan Woo berhenti membalik kertas. Hye Sung menoleh.
“Baik, aku mengerti,” ujar Kwan Woo. Wajahnya sangat serius, tidak ceria seperti biasanya.
Hakim Kim dan rekan-rekannya baru selesai makan siang. Mereka melihat Kwan Woo duduk sendirian merenung di bangku taman.
Hakim Kim memuji Kwan Woo di depan rekan-rekannya sebagai orang yang hebat. Berkepribadian dan bernilai baik dalam segala hal. Bahkan bisa disebut sebagai teladan pengacara umum.
Tiba-tiba Kwan Woo bangkit berdiri dan menendang tong sampah di dekatnya. Ia menjejak-jejakkan kakinya pada sampah yang berserakan.
“Kenapa aku?! Kenapa?!!” teriaknya ke langit.
Hakim Kim dan rekan-rekannya terbengong-bengong.
“Dia murid teladan. Sebelumnya.” Hakim Kim mencoba menjelaskan.
Setelah kemarahan Kwan Woo reda, ia sibuk memunguti sampah dan mengembalikannya ke tempat semula.
“Lihat, dia hebat kan,” ujar Hakim Kim lagi.
Perang dingin antar Hye Sung dan Pengacara Shin terus berlanjut. Yoo Chang yang malang terjebak di antara keduanya.
“Yoo Chang, beritahu Pengacara Jang untuk memberikan berkas-berkas kasusnya pada Pengacara Cha.”
“Eh? Baiklah…Pengacara Jang, bisakah kau memberikan…”
“Yoo Chang-sshi, katakan pada beliau bahwa Pengacara Cha tidak akan mengambil kasus ini jadi tidak perlu khawatir.”
“Baiklah. Ehm..Pengacara Shin…”
“Katakan padanya: tidak seperti seseorang, Pengacara Cha bukan jenis orang yang akan bertengkar dengan terdakwa. Jadi tidak perlu khawatir.”
“Katakan padanya: seorang pengacara publik tidak perlu dipaksa untuk mengambil kasus yang tidak mereka inginkan.”
“Katakan padanya: seorang pengacara publik tidak seharusnya pilih-pilih!”
“Mengapa kalian seperti ini padaku!!” keluh Yoo Chang frustrasi.
Kwan Woo datang. Ia sendiri yang meminta Hye Sung menyerahkan berkas-berkas kasus kakek Lee. Lalu ia meminta maaf pada Pengacara Shin atas peristiwa tadi dan meminta berkas-berkas lama kasus kakek Lee.
Hye Sung menatap Kwan Woo tak percaya sementara Pengacara Shin tersenyum penuh kemenangan. Yoo Chang memeluk tangan Kwan Woo erat-erat seakan bertemu penyelamat hidupnya.
Kwan Woo menangani kasus Kakek Lee dengan sungguh-sungguh. Ia melakukan penyelidikan ke tukang-tukang loak. Ia bekerja keras siang dan malam.
Saat ia menjumpai korban (pihak penerbit), ia malah disiram air. Alhasil Kwan Woo masuk kerja dengan pakaian basah kuyup.
“Kenapa pengacara umum menemui korban? Kurasa kau berlebihan,” ujar Hye Sung.
Kwan Woo berharap mendapat keringanan hukuman bagi kakek Lee jika ia bisa mencapai kesepakatan dengan korban.
Hye Sung jadi kesal dan curhat pada Su Ha malam harinya. Ia berkata Kwan Woo hampir saja memenangkan hadiah Nobel. Ia berpendapat seharusnya sesama teman tidak melakukan hal seperti itu (berpihak pada orang lain). Lalu ia bertanya bagaimana dengan Su Ha?
“Tapi, jika aku seorang pengacara….. Tidak, tentu saja aku akan setia kawan.” He…Su Ha sih cuma ambil kesempatan untuk menang dari Kwan Woo di hati Hye Sung^^
Su Ha tersenyum saat Hye Sung merasa ia telah salah menilai Kwan Woo. Hye Sung berkata ia akan mengubah nama marganya jika ia berteman dengan Kwan Woo lagi. Su Ha berpendapat kejadian sampah tadi adalah arti dari mimpi ibu Hye Sung.
Hye Sung menelepon ibunya dan memberitahunya mengenai hal itu. Tapi Hye Sung merasa apa yang dialaminya masih jauh lebih ringan dibandingkan dengan mimpi ibunya. Ibu Hye Sung malah tidak berpikir banyak tentang mimpi itu. Ia meminta Hye Sung datang mengunjunginya dengan alasan untuk mengambil gaji Hye Sung. Diam-diam ia berencana untuk membelikan Hye Sung mobil dengan uang itu.
Ibu Hye Sung menelepon Joon Guk dan memintanya membeli daging karena Hye Sung akan datang akhir pekan ini. Ia berkata Hye Sung sangat suka daging bakar. Joon Guk menurut. Ia melihat ada CCTV terpasang di seberang jalan. Setelah menutup telepon, ia merusak CCTV itu.
Keesokan paginya Hye Sung menemukan Kwan Woo tertidur di kantor. Sepertinya Kwan Woo tidak pulang semalaman dan tertidur. Hye Sung sengaja membanting berkasnya keras-keras ke meja.
Kwan Woo terbangun. Ia bersikap ramah seperti biasanya. Hye Sung tak tahan lagi. Ia bertanya pada Kwan Woo apakah Kwan Woo tidak marah mendengar Kakek Lee menyebutnya pengacara sampah. Ia berkata ia kesal melihat Kwan Woo bekerja sekeras itu. Ia merasa Kwan Woo sengaja membuatnya marah.
“Tidak seperti itu…” kilah Kwan Woo.
“Lalu kenapa kau bekerja berlebihan?”
“Eh..sebenarnya….”
Sidang kakek Lee dimulai. Kwan Woo meminta hakim dan Do Yeon (sebagai penuntut) berbicara dengan suara keras.
Do Yeon menyampaikan catatan kriminal kakek Lee. Selama 5 tahun terakhir kakek lee kedapatan mencuri dan selama ini para penuntut dan pengadilan menganggap pencurian-pencurian tersebut sebagai kejahatan untuk bertahan hidup sehingga diberi hukuman ringan.
Kakek Lee berkata ia sempat dipenjara 3 kali. Do Yeon mengatakan belum setahun dipenjara, kakek Lee sudah mencuri kembali. Kakek Lee membenarkan, ia menunduk dengan wajah menyesal.
Kwan Woo menunduk lalu melirik Hye Sung yang duduk di bangku penonton. Sekarang giliran Kwan Woo menanyai kakek Lee.
“Lima tahun lalu, kakek kehilangan rumah karena longsor, mengalami patah kaki dan harus berhenti bekerja. Benar? Juga tahun kemarin kakek tidak bisa membayar tagihan listrik dan harus memakai lilin hingga rumahmu kebakaran. Benar? Kakek mencuri koran orang lain sambil mengumpulkan kertas berkas dan mencuri gas dari pemanas tetangga pada musim dingin yang lalu….”
Hakim memotong perkataan Kwan Woo karena semua itu sudah tercatat. Ia meminta Kwan Woo melanjutkan pada pertanyaan berikutnya. Kwan Woo terdiam. Hakim bertanya apa tidak ada lagi yang ingin Kwan Woo tanyakan. Kwan Woo menjawab, ada.
Hye Sung mengamati dengan serius.
nice ^^
BalasHapusWah, mbak fanny mtongnya pas bgt bikin penasaran xD
BalasHapusmba fanny,, ko ga d lnjutin sinop'y... Aku banget banget pnasarannn.. ><
BalasHapuslanjutkan ya mba :')
mba fanny,, ko ga d lnjutin sinop'y... Aku banget banget pnasarannn.. ><
BalasHapuslanjutkan ya mba :')
mbak fanny,,,, kapan lanjutannya dipost?
BalasHapuskereeeennnnnnn.... -kagum-
BalasHapus