Seung Nyang kaget saat ia bangun ia tidak menemukan Ta Hwan. Dengan panik ia mencari Ta Hwan ke sana kemari. Kemudian terdengar sayup-sayup suara Ta Hwan memanggilnya. Seung Nyang mendekati arah suara itu dan menemukan Ta Hwan sedang gelantungan di pohon. Hihi…kaya apa ya?
Tapi Ta Hwan bukan sengaja gelantungan. Kakinya terjerat jebakan tali. Seung Nyang jadi kesal melihatnya. Apalagi Ta Hwan kemudian merengek meminta bantuan Seung Nyang dan berjanji tidak akan melarikan diri lagi. Berarti Ta Hwan memang berniat melarikan diri. Seung Nyang akhirnya memotong tali itu dan sengaja melepas pegangannya hingga Ta Hwan jatuh membentur tanah.
Seung Nyang mengikat tangan Ta Hwan dan mengikat ujung satunya ke pinggangnya. Mengapa ia melakukan itu? Agar Ta Hwan tidak melarikan diri lagi. Sementara itu luka panah di tangan Seung Nyang semakin parah. Seung Nyang semakin pucat karena banyaknya darah yang keluar.
Ta Hwan melarikan diri karena ia tidak ingin ke Kaegyeong. Ia yakin Dang Ki Se sudah ada di sana untuk membunuh mereka. Tapi Seung Nyang yakin Wang Yoo akan melindungi Ta Hwan dan hanya Wang Yoo yang ia percayai. Bukan Goryeo yang hendak membunuh Ta Hwan, tapi Yuan.
Ta Hwan tetap mogok jalan. Ia lapar dan lelah. Seung Nyang bertanya binatang apa yang paling lemah di hutan? Itu adalah Ta Hwan. Ia memiliki pedang, tapi apa yang Ta Hwan miliki? Tidak ada, Ta Hwan tidak memiliki keberanian maupun kekuatan.
Ta Hwan membandel dan tidak peduli. Seung Nyang membiarkannya. Ia mengingatkan sebentar lagi malam datang dan para binatang akan keluar. Ta Hwan tidak percaya. Tapi detik berikutnya ia menjerit ketakutan saat melihat seekor ular mendesis di depan matanya. Ta Hwan segera berdiri dan mengajak Seung Nyang cepat-cepat pergi dari sana.
Byung Soo membawa gambar wajah Seung Nyang dan membawanya ke Wang Go untuk memberitahunya siapa orang yang bersama Ta Hwan. Wang Go terkejut. Ia mengenali wajah Seung Nyang. Ia memerintahkan agar gambar wajah Seung Nyang ditempel di kota Inju dan Kaegyeong.
Dang Ki Se meminjam anjing pelacak untuk mencari Seung Nyang dan Ta Hwan di hutan. Bayan dan Tal Tal diam membisu namun terlihat khawatir. Para anjing pelacak terus menggongong. Dang Ki Se yakin mereka akan segera menemukan Ta Hwan. Namun tiba-tiba turun hujan. Bayan tersenyum, langit masih berpihak pada Ta Hwan. Dengan adanya hujan, jejak Ta Hwan dan Seung Nyang sulit tercium oleh anjing pelacak.
Ta Hwan terus merengek agar Seung Nyang membiarkannya beristirahat, bisa-bisa mereka sakit sebelum sampai. Seung Nyang berkata tidak mungkin Ta Hwan sakit karena hujan kecil (padahal hujannya cukup deras). Ta Hwan langsung pura-pura batuk. Seung Nyang jadi kesal. Ia berkata sampai kapan Ta Hwan hanya akan memikirkan diri sendiri.
“Pikirkan orang-orang yang sudah mengorbankan nyawa mereka demi melindungimu!”
Ta Hwan jadi tak enak hati. Seung Nyang tetap tidak mau beristirahat. Dalam hatinya ia memohon agar ayahnya menunggunya.
Komandan Ki diikat dengan rantai dan dibawa di dalam kerangkeng. Ia dibawa ke suatu tempat oleh Wang Go dan para anak buahnya. Rombongan mereka berpapasan dengan Wang Yoo dkk yang sedang menyamar. Wang Yoo menutupi wajahnya dengan topi.
Byung Soo menyuruh mereka turun dari kuda karena Wang Go hendak lewat (sebagai tanda hormat). Wang Yoo cs turun dari kuda mereka. Saat rombongan Wang Go melintasi mereka, Wang Yoo mengangkat kepalanya sedikit dan melihat Komandan Ki di dalam kerangkeng. Komandan Ki juga melihat Wang Yoo. Mereka sama-sama terkejut, namun Komandan Ki tidak mengatakan apapun agar samaran Wang Yoo tidak terbongkar.
Wang Yoo menyuruh Moo Song mengikuti iring-iringan Wang Go diam-diam. Pasti telah terjadi sesuatu yang tak beres.
Wang Go dan rombongannya beristirahat di tempat gisaeng. Ia memanggil Byung Soo dengan panggilan jenderal. Byung Soo bahagia bukan kepalang. Ia balas memanggil Wang Go dengan sebutan Yang Mulia Raja. Wang Go suka dengan panggilan itu. Sementara tangan kanan Wang Go, si keriting (aku ngga tau namanya sih ;p), mulai merasa terancam dengan kehadiran Byung Soo.
Moo Song menaruh ramuan obat tidur ke dalam arak. Arak itu lalu dibagikan pada para pengawal Wang Go hingga mereka semua tertidur. Jeom Bak Yi berjaga-jaga di luar, sementara Moo Song masuk mencari Komandan Ki.
Moo Song menemukan Komandan Ki terantai di sebuah gudang. Ia berusaha melepaskan Komandan Ki tapi ia tidak bisa membuka rantai yang mengikatnya. Komandan Ki tahu waktunya tidak banyak sebelum mereka terpergok. Karena itu ia menitipkan pesan untuk Wang Yoo dan menyuruh Moo Song segera pergi mencari Seung Nyang di tempat yang sudah ia perkirakan.
Jeom Bak Yi melihat rombongan Wang Go datang, Ia bersiul memberi peringatan. Moo Song terpaksa meninggalkan Komandan Ki sendirian.
Wang Go memerintahkan Byung Soo untuk mencungkil mata Komandan Ki, memotong lidah dan telinganya. Agar Komandan Ki menjadi mayat hidup yang tidak bisa melihat, mendengar, dan berbicara. Hiiiiiyy….sadis banget sih ini orang >,<
Byung Soo bertanya mengapa Komandan Ki tidak dibunuh saja (daripada hidup menderita). Tapi Wang Go berkata meski Komandan Ki tidak dibutuhkan lagi, Wang Yoo harus melihat siapa yang sudah mengkhianati Ta Hwan.
Wang Go meninggalkan mereka berdua agar Byung Soo bisa melakukan perintahnya. Komandan Ki berkata ia menyesal telah mengangkat jabatan Byung Soo. Byung Soo berkata semua ini akibat kesalahan Komandan Ki sendiri. Komandan Ki berkata bisa-bisanya Byung Soo mengkhianati negaranya.
Tapi Byung Soo tidak peduli tentang negara. Pada hari ia dilahirkan, ayahnya mati saat bertempur melawan Yuan. Dan ibunya dipukuli sampai mati saat ia mencuri beras untuk memberi makan anak-anaknya. Ia empat bersaudara. Satu mati kelaparan, satu mati beku, dan adik perempuannya mati bunuh diri saat hendak dikirim ke Yuan. Itulah negara yang diperjuangkan ayahnya hingga mati.
“Pengkhianatan? Bukan aku yang mengkhianati negaraku, negaraku yang mengkhianatiku!! Apa kau tahu?!”
Komandan Ki berkata Yuan lah yang telah membuat mereka menderita, seharusnya Byung Soo melawan mereka. Byung Soo mempersilakan Komandan Ki hidup dalam khayalan dan mati sebagai tentara. Sementara ia, demi semua anggota keluarganya yang telah mati, memilih untuk hidup bagi dirinya sendiri (dan bukan mati bagi negara). Ia mengambil besi panas lalu menempelkannya ke mata Komandan Ki. Komandan Ki menjerit.
Ta Hwan masih mencoba membujuk Seung Nyang untuk tidak meneruskan. Lebih baik mereka menetap di sana hingga ia menjadi Kaisar beberapa bulan lagi karena sebentar lagi adiknya mangkat. Tidak akan ada yang menemukan mereka di gunung.
Seung Nyang tidak meladeninya. Ta Hwan menjanjikan rumah seluas Goryeo untuk Seung Nyang, juga kedudukan tertinggi di Yuan. Ehmmm…ini ramalan atau apa ya? Soalnya Seung Nyang akhirnya memang menjabat kedudukan tinggi ;)
Seung Nyang tidak menjawab. Ta Hwan berkata bisakah Raja Goryeo menyamai tawaran seperti itu. Seung Nyang berbalilk. Ta Hwan tersenyum senang, mengira Seung Nyang berpendapat Wang Yoo tidak akan bisa menyamai tawarannya dan akhirnya bersedia menerima tawaran Ta Hwan. Ta Hwan berkata keserakahan selalu berhasil. Seung Nyang langsung mengikat mulut Ta Hwan dengan kain agar tidak bisa berceloteh lagi.
Hujan sudah berhenti dan hari mulai malam, Dang Ki Se melanjutkan pencariannya. Bayan menyarankan agar Dang Ki Se berhenti berusaha karena sudah berhari-hari tidak membuahkan hasil. Dang Ki Se menyuruhnya diam. Ia, Dang Ki Se, tidak akan pernah menyerah.
Wang Yoo dkk juga mencari Seung Nyang. Mereka menemukan panah Seung Nyang. Wang Yoo meminta Seung Nyang untuk bertahan, ia akan segera menemukannya.
Seung Nyang menyelimuti Ta Hwan dengan daun-daunan kering agar tidak kedinginan, juga memakaikan pakaian luarnya pada Ta Hwan. Ta Hwan tidak mengerti taktik apa yang digunakan oleh Wang Yoo hingga Seung Nyang tidak bergeming meski ia telah menawarkan kekayaan dan jabatan.
Bahkan para prajurit Goryeo yang menyerahkan nyawa mereka, bukan mati untuk melindunginya melainkan untuk Wang Yoo. Tidak ada seorangpun dari mereka yang memberikan nyawanya untuknya. Ia bertanya apa yang berbeda dari raja Goryeo. Seung Nyang tidak mau menjawabnya dan menyuruh Ta Hwan tidur.
Ta Hwan berbaring dengan kesal. Ia kesal mengapa ia tidak bisa menginspirasi orang lain.
Setelah Ta Hwan tidur, barulah Seung Nyang berani memeriksa lukanya. Ternyata lukanya sudah infeksi. Ia mengunyah dedaunan obat yang sempat dipetiknya, lalu dibalurkannya pada lukanya.
Tiba-tiba Ta Hwan duduk. Seung Nyang kaget, ia buru-buru memakai pakaiannya untuk menutupi belitan kain yang mengikat dadanya. Ta Hwan mengoceh. Ternyata ia mengigau. Ia berkata ia akan menjadi Kaisar dan balas dendam pada El Temur. Lalu ia tidur kembali. Pffft....
Keesokan paginya, Dang Ki Se menemukan jejak dedaunan yang bekas dijadikan tempat tidur oleh Ta Hwan semalam. Juga noda darah di pohon dari luka Seung Nyang. Noda darah itu basah.
Dang Ki Se melihat jejak kaki yang ditinggalkan Seung Nyang. Ia berkata Seung Nyang berlari seperti perempuan dengan kaki yang kecil. Selain itu Ta Hwan juga pasti sudah kelelahan. Mereka berdua tidak mungkin telah berlari jauh. Ia memerintahkan untuk melepaskan anjing pelacak.
Ta Hwan mengeluh ia sudah kelaparan dan ia muak makan jamur terus menerus. Seung Nyang pun semakin lemas. Tapi suara di kejauhan membuatnya kembali waspada. Ia mendengar suara derap langkah dan salakan anjing. Seung Nyang mengambil panahnya.
Tak berapa lama anjing itu muncul dan melompat menerjang mereka. Seung Nyang memanah anjing itu. Ia melepaskan ikatan tangan Ta Hwan. Ia mengingatkan agar apapun yang terjadi, jangan sampai Ta Hwan terpisah darinya.
Seung Nyang dan Ta Hwan terus berlari. Dang Ki Se terus mengejar bersama pasukannya. Sementara itu Wang Yoo yang telah menerima pesan dari Komandan Ki juga telah tiba di gunung yang sama.
Seung Nyang dan Ta Hwan tersudut. Di hadapan mereka, terdapat sebuah jurang yang sangat dalam. Seung Nyang berkata mereka harus melompat, pokoknya mereka tidak boleh menyerah.Ta Hwan ketakutan. Saking takutnya ia berkata El Temur selama ini benar, bahwa ia memang tidak bisa apa-apa.
Seung Nyang berkata apa Ta Hwan akan menyerah tanpa mencoba. Terdengar suara orang yang mengejar mereka semakin dekat. Seung Nyang bertanya apa yang sudah dilakukan Ta Hwan untuk bisa menjadi Kaisar. Hanya menunggu adiknya meninggal.
“Jika kau ingin hidup….jika kau ingin menjadi Kaisar! Lompatlah.”
Di belakang mereka, Dang Ki Se telah tiba. Ia membujuk Ta Hwan dengan nada mengejek, agar menjauh dari jurang. Tapi Ta Hwan jelas tahu, jika ia mendekat sama saja dengan mengantarkan nyawa.
“Dalam hitungan ke-3,” gumamnya.
Seung Nyang menatap Ta Hwan. “!, 2, 3!” Dan mereka pun melompat ke tebing seberang.
Mereka berhasil berpegangan pada tebing seberang. Tapi Dang Ki Se menyuruh pasukannya menghujani mereka dengan anak panah. Bayan yang melihat keberanian Ta Hwan semakin yakin ia telah memillih pihak yang tepat dengan menyelamatkan Ta Hwan.
Wang Yoo telah tiba. Ia berada di dasar tebing. Ia melihat Seung Nyang sekuat tenaga berpegangan pada tebing. Dalam hati ia memohon agar Seung Nyang selamat.
Ta Hwan tak kuat berpegangan lagi karena dihujani panah bertubi-tubi. Pegangannya lepas dan ia terjatuh. Melihat itu Seung Nyang ikut melepaskan pegangannya. Keduanya terjatuh ke dalam sungai di dasar jurang.
Seung Nyang sempat tak sadarkan diri ketika ia masuk ke dalam air. Tapi lalu ia sadar dan membuka matanya. Lukanya kembali mengeluarkan darah, namun Seung Nyang terus mencari Ta Hwan. Ia melihat Ta Hwan hampir tenggelam. Seung Nyang berusaha meraihnya…namun entah kenapa ia tidak bisa meraih Ta Hwan.
Setelah lama menanti, Dang Ki Se tak melihat tanda-tanda Seung Nyang dan Ta Hwan selamat. Ia memerintahkan pasukannya untuk mencari mayat keduanya.
Wang Yoo tiba di tebing, yang berseberangan dengan tebing tempat Dang Ki Se berdiri. Tidak melihat adanya tanda-tanda kehdiupan, ia juga memerintahkan untuk mencari mayat keduanya. Ia melihat Dang Ki Se berbalik pergi.
“Berhenti!” teriaknya marah.
Dang Ki Se membalikkan tubuh. Ia terkejut melihat Wang Yoo.
“Beraninya kalian melakukan ini di negeri kami!!” seru Wang Yoo.
Di saat yang sama, Kaisar Yuan meninggal dunia. Dengan begitu penerusnya adalah Ta Hwan. Namun, Ibu Suri mendapat berita bahwa El Temur sedang pergi menjemput Ta Hwan ke Goryeo. Ibu Suri terkejut. Ia tahu apa penyebab El Temur tiba-tiba ke Goryeo.
Seung Nyang dan Ta Hwan berhasil selamat (ya iyalah, kalau ngga dramanya tamat di sini >,<). Seung Nyang membawa Ta Hwan yang tak sadarkan diri untuk beristirahat di dalam gua. Seung Nyang berusaha membangunkan Ta Hwan.
Ia mengguncang-guncang tubuh Ta Hwan dan berteriak memanggilnya. Ta Hwan bergerak namun masih tidak sadarkan diri. Seung Nyang menyadari Ta Hwan kedinginan. Ia membuka pakaian Ta Hwan dan menggosok-gosokkan kedua tangannya lalu diletakkanya ke atas tubuh Ta Hwan. Tapi tidak cukup hangat. Menyalakan api tidak mungkin karena akan memberitahukan lokasi mereka.
Seung Nyang akhirnya membuka pakaiannya lalu memeluk Ta Hwan erat-erat. Ia menangis dan memohon agar Ta Hwan tidak mati. Ta Hwan tidak boleh mati. Agar ia bisa menyelamatkan ayahnya.
Seung Nyang akhirnya tertidur di atas tubuh Ta Hwan. Ta Hwan membuka matanya. Ia heran mengapa jantungnya berdebar kencang. Apakah ini rasanya mati?
Seung Nyang terbangun. Ta Hwan pura-pura tidur kembali. Seung Nyang buru-buru memakai pakaiannya. Ta Hwan mengintip dan sempat melihat bebatan kain di dada Seung Nyang.
Seung Nyang mendekati Ta Hwan yang masih memejamkan mata. Ia mengulurkan ilalang namun Ta Hwan tetap tak bergerak. Seung Nyang menempelkan kepalanya di dada Ta Hwan untuk mendengar denyut nadinya. Ta Hwan terkejut. Ia merasa aneh. Kenapa ia gugup karena seorang pria?
Seung Nyang juga merasa aneh. Kenapa jantung Ta Hwan berdebar namun tidak bernafas. Ia memutuskan untuk memberi Ta Hwan nafas buatan. Ta Hwan buru-buru bangun.
Seung Nyang sangat senang melihat Ta Hwan masih hidup dan langsung memeluknya. Ta Hwan jadi salah tingkah dan menyuruh Seung Nyang menjauh. Ia bertanya mengapa dada Seung Nyang dibebat. Apakah luka di tangan Seung Nyang infeksinya sudah menyebar?
Ia bersikeras hendak memeriksa. Seung Nyang buru-buru pergi dengan alasan memeriksa keadaan karena Kaeyeong sudah dekat. Sementara itu Ta Hwan berpikir mungkin ia terkena penyakit jantung hingga jantugnya berdebar begitu kencang.
Wang Go bertanya apakah Wang Yoo sempat melihat Ta Hwan. Byung Soo melaporkan Wang Yoo tidak melihat Ta Hwan. Sementara itu Komandan Ki sudah disiksa habis-habisan. Mata dan telinganya diperban.
Mereka menghadap Wang Yoo dan berkata Komandan Ki yang telah membunuh Ta Hwan. Mereka juga mengatakan kalai Komandan Ki sekarang buta, bisu, dan tuli. Byung Soo maju sebagai saksi palsu. Ia mengaku melihat dengan mata dan kepala sendiri bahwa Komandan Ki membunuh Ta Hwan.
Wang Yoo bertanya pada Tap Ja Hae apakah ia pernah bertemu Komandan Ki. Tidak pernah, jawab Tap Ja Hae. Wang Yoo memanggil Moo Song.
Moo Song melapor bahwa Komandan Ki bercerita padanya bahwa ia sudah menggigit tangan Tap Ja Hae. Itu adalah tanda bahwa mereka pembohong dan mereka pembunuh sebenarnya. Jae Hae menyembunyikan tangan yang terluka di punggungnya dan terus menyangkal.
Wang Yoo memerintahkan untuk memeriksa tangan Ja Hae. Moo Song memeriksa dengan paksa dan menemukan tanda bekas gigitan di tangan Ja Hae.
“Kalian semua pembunuhnya!” seru Wang Yoo.
Namun Puteri Kyung Hee (ibu tiri Wang Yoo, puteri dari keraajaan Yuan) menghampiri mereka dan mengabarkan kalau kapal El Temur telah berlabuh di Goryeo. Tap Ja Hae tersenyum senang.
El Temur tiba di istana Goryeo. Puteri Kyung Hee dan yang lainnya menyambut dengan hangat. Kecuali Wang Yoo yang berdiri mematung.
El Temur dan Wang Yoo membicarakan “kematian” Ta Hwan. Wang Yoo berkata anak-anak El Temur yang telah membunuh Ta Hwan. Ia meminta El Temur segera keluar dari Goryeo begitu mayat Ta Hwan ditemukan.
El Temur dengan tenang berkata ia tidak peduli siapa yang telah membunuh Ta Hwan. Yang penting ia sudah mati. Dan lagi ini di Goryeo. Jika ia melapor Ta Hwan mati karena sakit, maka itulah yang diterima orang Yuan. Jika ia melapor Wang Yoo yang telah membunuh Ta Hwan, maka Wang Yoo akan dianggap pengkhianat.
“Ini adalah istanaku…penguasa Yuan atau bukan…”
“Ancam aku dan itu berarti kau mengancam Yuan.Apa kau ingin Goryeo berlumuran darah? Di istanamu ini, siapa yang lebih berkuasa? Kau atau aku?”
Wang Yoo diam menahan kemarahannya. Berikutnya Wang Go melapor pada El Temur bahwa semua pengawal istana Wang Yoo sudah dipecat. El Temur memerintahkan Dang Ki Se memperlakukan Wang Yoo dengan hormat. Wang Yoo dijadikan tahanan di dalam istananya sendiri.
Bayan yang ditugaskan menjaga agar Wang Yoo tidak diperbolehkan keluar dari kamarnya. Bayan tak habis pikir kenapa El Temur sendiri jauh-jauh datang ke Goryeo. Tal Tal yang pintar tahu bahwa Kaisar sudah mari. Ia yakin itu. Karena itu El Temur datang ke Goryeo. Untuk memastikan kematian Ta Hwan dan memastikan tahtanya.
Wang Yoo sangat merasa terhina dengan perlakuan El Temur padanya. Moo Song melaporkan bahwa Jeom Bak Yi tidak bisa menemukan mayat Seung Nyang dan Ta Hwan. Wang Yoo sanga marah hingga ia mencabut pedangnya dan berkata ia sendiri yang akan membunuh El Temur. Bukan hanya itu, ia juga akan membunuh Wang Go, Dang Ki Se, Tap Ja Hae. Semuanya. Di istana ini.
Moo Song berusaha menenangkannya. Ia berkata Wang Yoo tidak boleh melakukan itu. Wang Yoo bertanya mengapa tidak boleh? Mengapa ia tidak boleh mencuri pencuri yang mencuri di rumahnya? Sun Woo berkata jika Wang Yoo melakukan itu maka rakyat yang akan menjadi korban. Mereka akan mati sambil mengutuki Wang Yoo.
“Diam!” Wang Yoo menghunus pedangnya pada Sun Woo. “Mereka jahat dan mereka harus mati!”
Wang Yoo berjalan keluar membawa pedangnya. Sun Woo menahannya dan memegangi kakinya. Sebaiknya Wang Yoo membunuhnya saja. Moo Song ikut berlutut dan bersedia mati.
Wang Yoo meneteskan air mata. Apa yang harus ia lakukan? Apa yang bisa ia lakukan? Mereka telah dikutuk untuk mati dan ia tidak sanggup menanggungnya. Wang Yoo kesal karena ia tidak berdaya.
Seung Nyang dan Ta Hwan telah memasuki kota Kaegyeong. Mereka melihat poster wajah Seung Nyang ditempel di pinggir jalan. Seung Nyang melihat Byung Soo lalu bersembunyi. Ta Hwan heran, bukankah Byung Soo teman Seung Nyang? Seung Nyang melihat Byung Soo berbicara dengan si keriting. Ia menyadari Byung Soo lah pengkhianatnya dan orang yang pernah hendak membunuh Ta Hwan.
Seung Nyang membawa Ta Hwan bersembunyi di sebuah rumah kosong. Ta Hwan mengomel seharusnya mereka tetap di gunung dan tidak pergi ke kota. Seung Nyang tidak menjawab. Ia jatuh pingsan.
Ta Hwan melihat luka infeksi di tangan Seung Nyang semakin parah. Ia membawa kantung panah Seung Nyang dan berlari ke kota mencari obat. Tabib sebenarnya memberikan obat gratis pada Ta Hwan. Tapi Ta Hwan tidak sopan karena ia terbiasa dihormati. Ia tidak tahu bagaimana bicara sopan dan baik. Tabib jadi marah dan tidak mau memberikan obatnya.
Berikutnya Ta Hwan datang membawa kantung. Ia berkata isinya 5 tael perak. Tabib itu senang, namun isinya ternyata batu. Ta Hwan meraih ples obat lalu melarikan diri. Tabib itu mengejar.
Ta Hwan berlari. Dari arah depan beberapa pasukan Wang Go sedang berpatroli. Tabib berteriak untuk menangkap Ta Hwan. Para pasukan itu ikut mengejar Ta Hwan.
Ta Hwan tak sengaja menabrak Jeom Bak Yi yang sedang mencari WC umum. Tanpa sadar ia menjatuhkan kantung panah Seung Nyang. Jeom Bak Yi mengenali kantung panah milik Seung Nyang. Ia memotong jalan yang akan dilalui Ta Hwan dan para pengejarnya.
Begitu Ta Hwan lewat, ia menjatuhkan ember raksasa penampung air untuk menghalangi pasukan Wang Go. Ta Hwan selamat.
Jeom Bak Yi menemukan Ta Hwan yang masih tidak bisa kembali pada Seung Nyang karena menghindari patroli. Ia menunjukkan kantung panah Seung Nyang dan bertanya dari mana Ta Hwan mendapatkannya. Ta Hwan kaget ada orang yang mengenal Seung Nyang. Jeom Bak Yi menyadari orang di hadapannya tak lain tak bukan Ta Hwan sendiri. Ia berkata ia di pihak Ta Hwan.
Mereka memanggil tabib untuk memeriksa Seung Nyang. Ta Hwan menjaga Seung Nyang di dalam. Jeom Bak Yi meminta tabib untuk merahasiakan hal ini. Sang tabib tidak keberatan. Ia hanya heran mengapa seorang gadis begitu kuat menanggung luka separah itu. Jeom Bak Yi kaget saat mengetahui Seung Nyang ternyata seorang wanita.
Ta Hwan menjagai Seung Nyang yang masih tak sadarkan diri. Ta Hwan memaki dirinya sendiri yang hanya memikirkan diri sendiri di saat Seung Nyang selalu menjaganya dalam pelarian mereka.
“Seung Nyang, kau mungkin akan membantahnya. Tapi kau orang pertama yang benar-benar menjagaku. Dan di dunia ini, kau satu-satunya temanku yang sejati.”
Pagi harinya Seung Nyang bangun, ia menoleh dan melihat Ta Hwan tidur tak jauh di sebelahnya. Jeom Bak Yi masuk membawakan semangkuk air. Ia bertanya mengapa Seung Nyang tidak bilang kalau ia wanita. Seung Nyang kaget.
Jeom Bak Yi berkata tabib yang telah memberitahunya. Seung Nyang meminta Jeom Bak Yi merahasiakan ini. Jeom Bak Yi mengiyakan permintaan Seung Nyang.
Seung Nyang menanyakan keadaan Wang Yoo. Jom Bak Yi berkata saat ini Wang Yoo dikelilingi musuh di mana-mana, termasuk di istana. Seung Nyang berkata Wang Yoo harus tahu kalau Ta Hwan masih hidup.
Masalahnya, tidak ada yang bisa masuk ke istana saat ini. Seung Nyang berusaha memikirkan bagaimana caranya. Tiba-tiba ia mencium bau tak enak. Jeom Bak Yi langsung menutupi celananya. Ia tidak sempat ke WC umum padahal perutnya sangat sakit. Dan ia tidak sempat berganti pakaian. Ewww….
Tapi Seung Nyang malah mendapat ide. Ia akan menggunakan Byung Soo.
Seung Nyang menyuruh Ta Hwan masuk ke dalam peti kayu yang sempit. Ta Hwan tentu tidak mau apalagi ketika ia tahu ia akan dilumuri minyak ikan busuk. Bisa-bisa ia mati duluan karena menahan nafas. Tapi Seung Nyang adalah Seung Nyang. Dan Ta Hwan tahu tidak ada gunanya ia merengek dan membandel.
Ta Hwan masuk ke dalam peti sempit itu. Jeom Bak Yi dan Seung Nyang menurupinya dengan garam kasar, lalu menuangkan minyak ikan busuk di sekeliling Ta Hwan.
Byung Soo tersenyum memikirkan jabatan Jenderal yang akan dipegangnya jika Wang Go menjadi raja. Alangkah terkejutnya ia ketika tiba-tiba Seung Nyang muncul di hadapannya.
Komentar:
Episode ini sepenuhnya mengenai Seung Nyang yang berusaha menyelamatkan Ta Hwan demi menyelamatkan ayahnya. Akankah ia berhasil menyelundupkan Ta Hwan ke dalam istana?
Sinopsis Empress Ki memang terlambat karena subtitle drama ini lebih lambat keluar dibandingkan drama biasanya. Drama ini ditayangkan setiap Senin-Selasa di MBC. Subtitle drama lain pasti sudah keluar Selasa/Rabu., tapi subtitle drama Empress Ki baru keluar hari Kamis-Jumat. Dan Kamis adalah waktu untuk Heirs, jadi sinopsis Empress Ki terpaksa diundur setelah sinopsis Heirs beres. Juga Sabtu-Minggu aku tidak akan mengeluarkan sinopsis karena waktu untuk keluarga. Jadi harap maklum ya ;)
Sinopsis Episode 6 aku usahakan besok^^
Unni daebak.. Daebak.. Daebak.. Ayo unni smangat nlisx snopx.. N good night for you bye2
BalasHapusdrama senin-selasa di MBC saeguk trus ea...makasih ea mb fanny..fighting!!! Salam buat keluarga..
BalasHapusKnp itu yg jd byung soo gak pernah berperan jd org baik yah? Sll jd org jaat. ©ќ©ќ©ќ©ќ©ќ gemes deh.. ƗƗαƗƗαƗƗα "̮
BalasHapusMbak fanny tengkyu ya sinopsis nya ;)
BalasHapusWe love You mbak fanny n mbak dee
forever more xixixixi.... 😍
sinopsis kalian ber2 emg yg pling TOPBGT 👍👍👍 Semangat....
mbaaak...makasih sinopnya...
BalasHapusudah lama kutunggu-tunggu akhirnya muncul juga.......
kok bisa subtitle-nya lama banget munculnya.....
wow....pokoknya mbak fanny daebak....!
yang semangat ya mbak....n salam buat keluarga...
ooo begituu.. pantesan.. biasanya Eonni ni kan paling up to date klo bwt sinopsis ;) slalu berterimakasih ma eonni fanni deh yg bs mluangkan wktnya bwt kami para pembaca setia mu :)
BalasHapushm.. Ta Hwan ni dah tw blm sih Seung Nyang perempuan? apa baru cma Jeon Bak Yi jha yg tw?
makasih unni sinopsis nya...ya dimengerti koq ,...yang penting jangan berhenti di tengah jalan ya unni sinopsis nya..kombawo
BalasHapusDrama ha ji won seru semua..suka dech
BalasHapusmb Fanny, mau tanya nih...kan di Faith....rajanya udah ganti jadi raja gongmin...tapi empress ki msh hidup yah ?..... kalo gitu kl menurut sejarah, raja wang yoo itu yg raja sblm gong min bukan ? yg secara tidak senonoh buka baju cewenya LEE MIN HO... betul ga yah ?
BalasHapusbingung soalnya.....
Iya, Empress Ki masih hidup waktu Raja Gong Min, dan ia sudah menjadi Permaisuri.
HapusDan betul Raja Wang Yoo itu dimaksudkan sebagai Raja Chunghye (yang dalam Faith menjadi Raja hidung belang dan membunuh guru Choi Young).
Tapi karena dalam sejarah, Raja Chunghye tercatat sebagai raja yang tidak bermoral, banyak yang keberatan jika Raja Chunghye dikisahkan menjadi pahlawan dalam drama ini. Karena itu Raja Chunghye ditiadakan dan diganti dengan tokoh fiksi Raja Wang Yoo (yang sebenarnya tidak ada dalam sejarah).
Wooo... ditunggu-tunggu.. ternyata baru nongoll..
BalasHapusdeabak eonni... ditunggu kelanjutannya...
jangan peke lama...
ehehhe
gomawo eonni....
Daebakk..
BalasHapusdaebakkkkkk... !!!!! jadi dag dig dug bacanya.. gumawoo.
BalasHapusBenar sekali aku sangat setuju,yang harus dibuat duluan adalah sinopsis drama korea The Heirs ( Karena ini adalah drama korea kesukaanku ),ya iyalah !!! Kan yang mainnya,yang menjadi pemeran utamnya kan si ganteng Lee Min Hoo oppa ( My Idol ) cepetan yah !! Jangan kelamaan membuat episode selanjutnya...........
BalasHapusAduh !! Sudah ga sabar nih,ga sabar..........ga sabar..........
Daebak mbak fanny,
BalasHapusDitunggu sinopsis berikutnya,
Ceritanya bagusss bangeeettt!