Melihat wajah Seung Nyang, Ta Hwan langsung berjongkok di depan Seung Nyang.
“Mirip…mirip sekali,” katanya senang. “Apakah kau….”
Pertanyaannya terhenti dengan kedatangan Ibu Suri. Ta Hwan buru-buru menyuruh Seung Nyang membawakan teh lagi (agar Ibu Suri tidak curiga).
“Ini saatnya…” batin Seung Nyang.
Ia cepat-cepat berdiri.
Ta Hwan bertanya pada Ibu Suri mengapa ia diminta bertemu di sini. Ibu Suri berkata ia ingin memperlihatkan sesuatu pada Ta Hwan dan mengajaknya masuk. Sebelum masuk, Ta Hwan sempat melirik sekali lagi pada Seung Nyang.
Ketika melihat di dalam ada seorang gadis, Ta Hwan mengerti apa yang diinginkan Ibu Suri. Ibu Suri berkata gadis ini pandai menari. Ia berharap Ta Hwan terhibur karenanya. Ta Hwan terlihat tidak senang.
Seung Nyang mencari-cari pisau di dapur, namun ia hanya menemukan sumpit. Ia menggenggam sumpit itu erat-erat, teringat pada pengkhianatan Ta Hwan yang menyebabkan kematian ayahnya.
Seung Nyang pikir jika ia membunuh Ta Hwan, maka Dang Ki Se akan menangkapnya. Setelah ia membunuh Dang Ki Se, maka ia bisa ikut mati. Ia menyelipkan sumpit ke ikatan rambutnya.
Seung Nyang mengantar teh kembali ke kamar itu. Nona Park Oh Jin (gadis Goryeo yang nantinya menjadi selir Park) sedang menari. Ta Hwan terlihat tidak peduli dan terus minum sementara Ibu Suri menikmati tarian.
Ia menghidangkan teh pada Ta Hwan. Ta Hwan meminum tehnya. Seung Nyang mencabut sumpit yang berujung tajam, lalu menghujamkannya ke leher Ta Hwan. Ta Hwan terkejut dan mati.
Tapi itu semua baru ada di pikiran Seung Nyang.
Ta Hwan menghentikan tarian Park. Ia hendak pergi. Tapi Ibu Suri berkata Ta Hwan harus tidur di sini malam ini. Hari ini adalah hari yang bagus untuk membuat keturunan. Ta Hwan meminta Ibu Suri menghentikan ini.
Tapi Ibu Suri berkata Ta Hwan tahu ini untuk kepentingan keluarga kerajaan. Ta Hwan marah. Ia pikir Ibu Suri lebih baik dari El Temur, tapi ternyata sama saja. Ia pergi dengan marah.
Saking marahnya ia tidak menghiraukan Seung Nyang yang membawakan teh. Lagi-lagi gagal….
Ibu Suri tidak menyerah. Ia menyuruh Dok Man mengirim Nona Park ke kamar Ta Hwan. Mereka tidak bisa mengambil resiko ketahuan oleh El Temur. Harus malam ini juga. Nona Park tampak enggan tapi tak berani membantah.
Dayang Danashiri menyarankan agar Danashiri mengundang Kaisar. Tapi Danashiri tidak mau, ia lelah malam ini. Dayang itu berkata bagaimana jika Kaisar melirik wanita lain. Danashiri berkata memangnya ada wanita yang lebih cantik darinya di istana ini. Ia yakin tak lama lagi Ta Hwan akan memohon menemuinya.
Seung Nyang membantu Nona Park mandi. Nona Park berkata ia berharap bisa mengandalkan Seung Nyang. Di istana yang asing ini, orang Goryeo harus bersatu.
Dok Man menyelundupkan Nona Park ke kamar Ta Hwan. Ta Hwan marah dan menyuruh Nona Park keluar. Tapi Ibu Suri sudah berdiri di luar kamar dan berteriak Ta Hwan harus tidur dengan Nona Park. Tidak ada cara lain mengalahkan El Temur kecuali Permaisuri tidak memberikan keturunan.
Ia berlutut di depan kamar Ta Hwan, meminta Ta Hwan mengingat ayah dan adiknya yang sudah meninggal. Ia bersedia menerima hukuman bahkan bersedia mati. Ia berteriak menyuruh Nona Park melakukan tugasnya.
Dengan ragu-ragu Nona Park menghampiri Ta Hwan. Lalu memeluknya. Ta Hwan menangis. Ia menyerah. Lilin pun dipadamkan.
Beberapa waktu kemudian, Nona Park dipanggul kembali keluar oleh Dok Man. Seung Nyang menoleh ke dalam kamar tempat Ta Hwan sekarang tertidur. Ia berpikir masih banyak waktu untuk menjalankan rencananya. Dalam hatinya ia kembali meminta maaf pada Wang Yoo karena tidak bisa menepati janjinya untuk bertahan hidup.
Sementara itu Wang Yoo sedang bertarung dengan Byung Soo. Byung Soo yang licik menggunakan senjata kayu yang dalamnya diisi timah. Ia mematahkan senjata Wang Yoo. Wang Yoo tak bisa melawan dan kepalanya dipukul oleh Byung Soo.
Wang Yoo jatuh berlutut dengan kepala bersimbah darah. Tap Ja Hae tersenyum senang, sementara Bayan tampaknya lebih suka Wang Yoo menang. Byung Soo bersorak menang.
Wang Yoo menoleh melihat para pendukungnya yang terus berteriak memberi dukungan. Lalu di saat pandangannya mulai kabur, Wang Yoo membayangkan Seung Nyang di antara para penonton, menangis sambil menatapnya.
Seung Nyang berkata Wang Yoo adalah harapannya satu-satunya, karena itu Wang Yoo harus bertahan hidup. Ia mengingatkan janji Wang Yoo yang akan mencarinya.
Byung Soo menghampiri Wang Yoo untuk memberikan pukulan terakhir. Tapi Wang Yoo meraih kaki Byung Soo dan membuatnya terjatuh. Lalu Wang Yoo memukuli wajah Byung Soo dengan tangan kosong. Berkali-kali hingga Byung Soo pingsan.
Wang Yoo mengambil senjata Byung Soo dan melihat senjata itu sudah diakali. Ia hendak memukul Byung Soo dengan senjata itu tapi Tap Ja Hae menahannya dengan pedang dan menuduh WangYoo curang.
Wang Yoo menebas pedang Tap Ja Hae dengan pedang Byung Soo hingga pedang itu putus. Ia menunjukkan kecurangan Byung Soo pada semua orang. Semua orang berteriak agar Byung Soo dibunuh.
Byung Soo tertawa. Ia berkata ia menyerah, dengan begitu ia tidak bisa dibunuh. Tapi semua orang tetap berteriak agar Byung Soo mati. Wang Yoo mengangkat pedang Byung Soo dan siap mengayunkannya. Byung Soo ketakutan.
Wang Yoo tidak membunuh Byung Soo. Baginya Byung Soo tidak lebih dari seekor serangga. Byung Soo berteriak kesal.
Wang Yoo mendapatkan perintah untuk menjadi kapten para budak. Wang Yoo dengan tegas berkata ia memimpin mereka karena ia harus tetap hidup. Karena itu mereka juga harus berjuang untuk hidup, agar bisa kembali ke Goryeo. Tidak ada tempat bagi pengecut dan pengeluh. Para budak itu dengan tegas berkata mereka akan ikut Wang Yoo.
Byung Soo yang merasa dipermalukan, meminta Tap Ja Hae mengangkatnya menjadi komandan (posisi lebih tinggi dari kapten yang sekrang disandang Wang Yoo). Dengan begitu ia bisa mendapatkan kesempatan untuk membunuh Wang Yoo. Tap Ja Hae berkata bisa saja Byung Soo yang mati.
Byung Soo berteriak kalau Byung Soo yang pengecut sudah mati. Ia adalah Byung Soo yang baru. Tap Ja Hae bersedia membantu Byung Soo.
Wang Yoo dan empat sekawan tercengang melihat begitu buruk dan minimnya persenjataan yang diberikan pada mereka. Bagaimana mereka bisa menang berperang dengan persenjataan seperti itu? Tambahan lagi, kabar buruk bahwa Byung Soo menjadi komandan mereka.
Byung Soo berkata pasukan mereka diperintahkan oleh Bayan untuk berdiri di garis depan dalam tiap pertempuran. Wang Yoo berkata mereka tidak akan bisa hidup dengan persenjataan seperti itu. Byung Soo malah bertanya begitukah cara bicara seorang kapten pada komandan. Hidup mati prajurit adalah oleh perintah.
Tiba-tiba terdengar teriakan di luar bahwa bangsa Turk datang. Wang Yoo pergi keluar dan bergabung dengan Bayan, Tal Tal, dan Tap Ja Hae yang berdiri di balik pagar menyaksikan barisan prajurit Turk di hadapan mereka.
Tal Tal melihat Batolu, pemimpin Turk yang mengenakan topeng. Konon ia mengenakan topeng karena wajahnya dipenuhi bekas luka. Bayan berkata bekas luka akibat perang adalah sebuah kehormatan. Mereka tidak boleh meremehkannya.
Di sela-sela pekerjaannya, Seung Nyang mengasah sumpit logam yang diambilnya di dapur hingga ujungnya semakin runcing. Sementara itu rumor mulai beredar di istana bahwa Kaisar tidur dengan seorang gadis istana.
Dang Ki Se memberitahu adiknya bahwa rumor malam pernikahan mereka telah tersebar hingga keluar istana. Seperti biasa, dengan percaya diri Danashiri berkata itu artinya sebentar lagi semua orang akan tahu ia telah menaklukkan Ta Hwan. Dang Ki Se berkata sekarang bukan saatntya membual. Mereka membutuhkan pewaris tahta.
Danashiri menenangkan kakaknya. Sebentar lagi Ta Hwan akan terus menempel padanya kapan pun ia mau.
Mereka melihat beberapa dayang menertawakan sesuatu namun terdiam setiap kali melihat Danashiri. Dang Ki Se berkata ada sesuatu yang tidak beres dan sepertinya itu menyangkut Danashiri. Ia memerintahkan para dayang itu dibawa ke hadapan mereka. Salah satu dari mereka adalah Yeon Hwa.
Dang Ki Se menuduh mereka membicarakan Permaisuri. Danashiri memerintahkan mereka mengatakan apa yang baru saja mereka bicarakan.
Takut dihukum, Yeon Hwa memberitahu bahwa Kaisar telah tidur dengan seseorang. Danashiri shock. Siapa orangnya, tanya Dang Ki Se. Yeon Hwa berkata ia hanya tahu wanita itu berasal dari Goryeo.
Danashiri langsung memerintahkan agar semua gadis dari Goryeo dibawa menghadapnya.
Ibu Suri khawatir rencana mereka rusak bila Danashiri tahu yang sebenarnya. Bahkan jika Ta Hwan tahu, Ta hwan tidak akan bisa menolong Nona Park. Mereka telah gagal.
Danashiri mengamati semua gadis dari Goryeo dengan penuh kebencian. Ketika melewati Park, ia melihat gadis itu gemetar, berbeda dengan gadis lainnya. Ia langsung tahu Park orangnya. Ia memerintahkan agar Park dihukum mati sekarang juga.
Dok Man bertanya atas dasar apa ia dihukum. Dengan marah Danashiri berkata beraninya Dok Man mempertanyakan perintahnya. Park hampir diseret keluar.
Untunglah Ibu Suri segera tiba. Ia bertanya ada apa hingga Danashiri begitu marah. Danashiri berkata Ibu Suri pasti sudah tahu alasannya dan siapa yang berada di balik wanita hina itu. Ia mengancam akan memberitahu ayahnya. Ibu Suri pun tak berkutik. Ia pasrah saat Park hendak digiring. Park menangis ketakutan.
Tiba-tiba Park mual dan seperti hendak muntah. Ibu Suri mendengarnya. Ia bertanya apakah itu tanda kehamilan. Dengan takut-takut Park berkata sepertinya begitu.
Ibu Suri berkata Park mengandung pewaris tahta. Siapapun yang mencelakainya berarti melakukan pengkhianatan besar, tak terkecuali Permaisuri. Kali ini Danashiri yang tak bisa melakukan apa-apa melihat Park dibawa ke kediaman Ibu Suri.
El Temur langsung menemui Ta Hwan. Ia bertanya apakah Ta Hwan sudah lupa janjinya saat mereka di Goryeo, bahwa ia bersedia menjadi boneka El Temur. Ta Hwan berkata tentu saja ia tidak lupa. Tapi El Temur tidak mau dibodohi. Ia mengingatkan mempertahankan tahta lebih sulit dari merebutnya. Merebut tahta hanya memerlukan mahkota, kehilangan tahta berarti kehilangan kepala.
Ia memang sudah tua, karena itu ia tidak takut kehilangan apapun. Ta Hwan mengaku salah pada El Temur sambil berlinang air mata. El Temur memperingatkan, satu tetes air mata saja dari mata puterinya maka istana itu akan dibanjiri darah.
Ta Hwan sangat tertekan hingga ia hendak pergi dari istana. Ia tidak bisa bernafas dan sangat menderita dalam istana ini. Kasimnya terus mengikutinya tapi Ta Hwan bersembunyi hingga ia kehilangan jejak.
Ta Hwan melihat beberapa dayang membawa cucian. Salah satu dari mereka adalah Seung Nyang. Ia mengikutinya.
Seung Nyang kaget saat melihat Ta Hwan tiba-tiba ada di hadapannya. Tangannya meraih sumpit yang disematkan di rambutnya. Tapi lagi-lagi gagal karena kasim Ta Hwan menyusul Ta Hwan. Ta Hwan terus menatap Seung Nyang.
Ia memerintahkan Seung Nyang membuat teh untuknya. Tak henti-hentinya ia terus mengamati Seung Nyang. Akhirnya ia bertanya apakah Seung Nyang memiliki seorang kakak laki-laki bernama Seung Nyang. Pfft…
Tidak, jawab Seung Nyang. Ta Hwan menghela nafas panjang. Ia berkata Seung Nyang yang dikenalnya lebih cantik, berani dan benar. Pemanah ulung, juga mahir berkuda. Dan mereka berdua sangat cocok.
Seung Nyang menyodorkan teh pada Ta Hwan. Ia melirik ke kiri dan kanan, tidak ada yang memperhatikan mereka. Ia mulai meraih sumpit di kepalanya lagi. Ini saatnya.
Tiba-tiba Ta Hwan menatap Seung Nyang. Seung Nyang terkejut. Tambahan lagi Ta Hwan menyuruhnya jangan bergerak lalu menghampirinya. Ta Hwan berdiri sangat dekat dengan Seung Nyang, lalu mengambil sumpit itu dari kepala Seung Nyang.
Untunglah ia tidak berpikir sumpit tajam itu adalah senjata. Ia berkata tusuk rambut Seung Nyang terlalu jelek. Bahkan untuk ukuran pelayan. Ia menyodorkan gantungan giok untuk Seung Nyang.
Tentu saja Seung Nyang tidak sudi menerimanya. Ia diam saja. Tiba-tiba seseorang mengambil hiasan giok itu. Danashiri.
Danashiri menampar Seung Nyang. Berani-beraninya seorang dayang menatap Kaisar. Ta Hwan menegurnya dan menghentikannya saat ia hendak menampar Seung Nyang lagi. Danashiri bertambah marah. Ia tidak bersedia dipermalukan. Ia akan melapor pada ayahnya. Terpaksa Ta Hwan mengikuti Danashiri.
Seung Nyang membuang hiasan giok pemberian Ta Hwan, lalu menangis kesal. Dari jauh, Nona Park memperhatikannya.
Sementara itu, bangsa Turk berhari-hari mengumandangkan yel-yel mereka di luar markas Bayan. Akhrinya Batolu memberi isyarat untuk maju menyerang. Bayan memerintahkan pasukan pemanah maju.
Para pemanah melepaskan panah. Prajurit Turk menangkis dengan tameng mereka namun ada beberapa yang mati. Batolu memberi isyarat untuk mundur.
Kesal karena bangsa Turk sudah 5 hari ngeyel di hadapan mereka, Bayan memutuskan untuk menyerang mengejar mereka. Tapi Wang Yoo tidak ikut. Ia merasa ada yang aneh.
Byung Soo dengan sombong berkata bangsa Turk melarikan diri karena takut padanya. Sun Woo langsung mencibirnya.
Wang Yoo dan Moo Seung berpendapat bangsa Turk sedang menyamarkan lokasi markas mereka. Selama ini mereka tidak pernah tahu di mana markas bangsa Turk, sedangkan bangsa Turk tahu markas mereka. Inilah yang menyebabkan mereka sulit menang. Bangsa Turk tahu segalanya tentang mereka, tapi mereka tidak tahu apapun tentang bangsa Turk,
Bayan terus mengejar bangsa Turk semakin jauh. Tal Tal menghentikannya. Mereka tidak mengenal daerah ini, bisa-bisa mereka dihabisi di sana. Bayan yang bertemperamen tinggi tidak terima diolok-olok oleh bangsa Turk. Tapi Tal Tal bersikeras menghalangi Bayan.
Keesokan siangnya, bangsa Turk kembali menyerang di saat para prajurit Yuan sedang tidur. Akibatnya pasukan Yuan kembali menelan kekalahan.
Baik Wang Yoo dan Tal Tal menyadari kalau bangsa Turk menyerang mereka siang dan malam untuk mencegah mereka tidur dan membuat mereka lelah. Tal Tal telah mengirim mata-mata untuk mencari tahu di mana markas bangsa Turk. Bayan bertekad untuk mengambil kembali Jalan Sutera dari bangsa Turk.
Sementara itu Wang Yoo memberitahu empat sekawan bahwa Bayan tidak boleh mendapatkan kembali Jalan Sutera. Mereka yang harus merebutnya demi masa depan Goryeo. Dengan kata lain, bersekutu dengan bangsa Turk.
Mereka bertanya-tanya apakah Batolu tidak pernah tidur. Karena ia selalu ada siang dan malam. Wang Yoo berkata jawabannya ada pada topengnya.
Benar saja, ternyata Batolu yang mengenakan topeng siang dan malam bukanlah Batolu yang sesungguhnya. Batolu yang sesungguhnya menunggu di balik tirai, di markas bangsa Turk. Dan hmm….sepertinya ia seorang wanita.
Wang Yoo mulai bergerak. Ia mengumpulkan orang Goryeo yang memiliki keahlian dan mulai menggerakkan mereka. Mereka membuat peta topografi wilayah tersebut. Diam-diam mereka membuat senjata yang lebih baik dari yang sudah ada, dan menyembunyikannya di bukit. Membuat perangkap, juga melatih prajurit.
Tap Ja Hae berkata pada Byung Soo kalau Wang Yoo tidak boleh meraih kemenangan. Byung Soo menenangkannya, ia yang akan membunh Wang Yoo. Dari jauh Bool Hwa menatap marah mantan rekannya. Ia tidak akan membiarkan Byung Soo mendapatkan keinginannya.
Suatu malam, Seung Nyang mengendap-endap ke kamar Ta Hwan. Ta Hwan berbaring tidur bersama Nona Park. Seung Nyang mengambil sumpit yang telah kembali menjadi tusuk rambutnya.
“Aku tidak seharusnya menyalahkanmu. Tapi kau juga tidak seharusnya menyalahkanku karena membunuhmu. Ini takdir kita,” batin Seung Nyang.
Ia siap menghunjamkan sumpit itu ke leher Ta Hwan. Tapi Nona Park menghentikannya. Ia menyuruh Seung Nyang ikut dengannya.
Di sebuah kamar kosong, Nona Park berkata ia sudah mendengar tentang Seung Nyang, yang menyamar menjadi pria dan menyelamatkan raja Goryeo yang sekarang diturunkan (eh…denger dari mana ya? Siapa Nona Park sebenarnya?). Tapi ia tidak tertarik pada masa lalu Seung Nyang.
Sambil menahan tangis, ia berkata semua orang Goryeo di sini memiliki kisah mereka masing-masing. Tapi apa yang akan terjadi jika Seung Nyang membunuh Ta Hwan?
Semua orang Goryeo di istana ini akan dihabisi tanpa terkecuali. Inilah istana, tempat air mata dan darah, tanpa kenal ampun. Ia sendiri ingin membunuh beberapa orang untuk membalas dendam. Tapi itu bukanlah balas dendam yang sesungguhnya. Ia berkata balas dendam yang sejati adalah bertahan hidup dan menggilas orang-orang yang melakukan ini pada mereka di bawah kaki mereka.
Kali ini ia akan membiarkan Seung Nyang. Tapi jika Seung Nyang mencoba membunuh Ta Hwan lagi, maka itu artinya Seung Nyang memaksanya untuk melapor. Sepeninggal Nona Park, sumpit di tangan Seung Nyang terlepas. Ia menangis.
Seung Nyang kembali ke kamar pelayan dengan lunglai. Ia tertidur dan bermimpi Wang Yoo berdiri di hadapannya. Seung Nyang menangis melihat Wang Yoo.
Wang Yoo bertanya apakah Seung Nyang sudah lupa apa tugas prajurit? Melindungi rakyat. Lalu bagaimana dengan pembunuh kedua orangtuanya, tanya Seung Nyang. Wang Yoo berkata itu adalah balas dendam pribadi. Tugas harus diutamakan.
“Tugas apa? Untuk menjadi mainan musuh? Berpura-pura bodoh? Aku akan membalas kematian orangtuaku.”
“Apa kau ingin rakyatmu mati?”
“Itu bukan urusanku.”
“Beberapa dari mereka adalah temanmu.”
“Aku tidak punya teman.”
Wang Yoo berkata Seung Nyang hanya menipu dirinya sendiri. Seung Nyang menggeleng. Meski mereka terbunuh di depan matanya, ia tidak akan berkedip. Ia hanya ingin balas dendam dan tak peduli pada yang lainnya.
“Tidak boleh, Seung Nyang…”
“Mengapa tidak boleh? Hatiku hitam karena duka. Tidak bisakah Yang Mulia melihatnya? Semua ini berlebihan. Terlalu berlebihan.,” Seung Nyang berbalik meninggalkan Wang Yoo.
“Seung Nyang, jangan pergi…Aku merindukanmu….sangat merindukanmu…”
Seung Nyang terdiam sambil menangis. Ia berbalik. Namun Wang Yoo tidak ada. Seung Nyang berseru mencari Wang Yoo. Tapi ia tidak melihatnya lagi.
Seung Nyang terbangun sambil mengigau memanggil Wang Yoo. Hong Dan duduk di sisinya. Ia melihat Seung Nyang berkeringat banyak dan demam. Ia menyuruh Seung Nyang berbaring, ia akan membawakan sesuatu untuk mendinginkannya. Seung Nyang berkata ia tidak apa-apa.
Hong Dan bertanya apakah Seung Nyang tahu apa yang yang terburuk tinggal di istana ini. Sakit. Karena pada saat itulah mereka paling merindukan orang yang mereka cintai.
Wang Yoo menanti kedatangan bangsa Turk yang tiap malam berteriak-teriak di depan markas. Ia keluar lalu melepaskan panah berapi.
Ta Hwan berlatih memanah. Ia gembira ketika akhirnya ada panah yang menancap di sasaran. Seung Nyang datang membawakan teh. Ta Hwan hendak memperlihatkan kehebatannya pada Seung Nyang. Tadinya ia ingin memperlihatkan pada Seung Nyang yang dikenalnya, tapi tak ada burung, ayampun jadi.
Seung Nyang berdiri dengan wajah pucat. Ta Hwan menyuruhnya tetap di sana untuk melihatnya. Seung Nyang hanya menoleh lemah. Dalam hatinya ia berbicara dengan Wang Yoo. Jika ia tidak boleh membunuh Ta Hwan, lalu apa yang harus ia lakukan. Dalam hatinya ia merindukan Wang Yoo.
Ta Hwan melakukan langkah-langkah seperti yang pernah diajarkan Seung Nyang. Tapi ia gagal berkali-kali hingga ia kesal.
Melihat Seung Nyang terus menunduk ia bertanya apakah Seung Nyang menertawakannya. Seung Nyang menatap Ta Hwan, tapi yang dilihatnya adalah Wang Yoo yang tersenyum padanya.
Ta Hwan mengoceh semua ini salah Seung Nyang. Tadi ia berhasil memanah hingga Seung Nyang datang.
“Cheon-ha (Yang Mulia)…” Seung Nyang memanggil Wang Yoo.
Lalu ia jatuh pingsan. Ta Hwan menangkapnya.
Komentar:
Seung Nyang bertahan hidup setelah kematian ibunya, untuk mencari ayahnya dan membalas dendam. Setelah kematian ayahnya, tujuan hidupnya adalah membalas dendam. Apalagi Wang Yoo tidak ada di sisinya, dan ia tidak memiliki siapa-siapa. Seung Nyang kehilangan tujuan hidupnya.
Aku senang Wang Yoo akhirnya bergerak untuk membalikkan keadaan. Namun ia akan berhadapan dengan Tal Tal yang tidak kalah pintar. Apakah Wang Yoo akan berhasil?
wah semakin seru ceritanya.
BalasHapuslebih suka tahwan daripada wang yo, tapi ta hwan sedikit lemah ya. keluarga el temur mengerikan ya,, ckckck
tia aku setuju banget, aku juga lebih suka ta hwan kok..., hahahaha
Hapusoh ia kakak semangat terus ya nulis sinopsis empress ki.
BalasHapusFIGHTING!!!
mulai dibuat semakin penasan ..
BalasHapushohho ..
eh, setelah dilihat lihat yang jadi tal tal keren juga ya .. hhaa ...
#salahfokus
makin seruu plus penasaran.. gimana reaksi tahwan begitu tau kalu dayangnya itu, emang beneran seunyang yg selama ini dikenalnya hmm.
BalasHapusmba fanny, semangat ya! fighting!
akhirny keluar jga, udh aq tungguin lho mbak fanny... ttp smngat ea mbak, mskipun empress ki episodeny ampeg 50 smga mbak fanny bsa trs brthan bwt nulis sinopsisny... fighting mbak fanny ^O^
BalasHapusAq ikut absen ajja biar kak fanny tmbh semangat ngepostny
BalasHapusMakasih ℳϐª Fanny... Semangat yachh
BalasHapusScene wy-sn di jembatan Backgroundnya cantik...
Sie Tal-Tal mirip jo in sung ... Jd inget frozen flower....Hahahha
keren hanya bingung aja dengan nona Park ko cepat amat ya hamilnya hehehehe......
BalasHapusMba Fanny trimakasih sinopsisnya tetap semangat ya mba.. fightin
Akhrny keluar jg.mksh ya mba fanny.tetep semangat nulis nya.fighting ^_^
BalasHapusSemangat trs ya mbak fanny,. Jd tambah penasaran ih..
BalasHapusBacanya berasa dada sesek nahan nangis gmn klo nonton hehe
keren hanya bingung aja dengan nona Park ko cepat amat ya hamilnya hehehehe......
BalasHapusMba Fanny trimakasih sinopsisnya tetap semangat ya mba.. fightin
akhirnya keluar juga, ngak tau kemapa aku lebih suka sama ta hwan. suatu saat nanti pasti bakal munculin ketangguhannya,
BalasHapusohya samangat yaa mbak nulis sinopsisnya, makasih lho buat sinopsisnya. di tunggu episode selanjutnya.., aku bakal sering2 mampir ke blok ini. :)
Akhrnya empress ki d posting jg..
BalasHapusSangat menunggu klnjtan episode nya tiap mggu,makin seru n ƗƗa ji won selalu keren..
Ttp (9 '̀⌣'́)9 mba Fanny..
Mdh2an nympe episode terakhr Ɣªª ..
Aku lebih suka sm Ta Hwan, dia mengkhianati seun nyang kan karna dia takut sama el temur. Lagipula Ta Hwan gatau kalo dia berkhianat malah bikin ayah seun nyang mati. Kasian Ta Hwan, di istana semuanya gaada yang bener2 peduli sama dia. Ibu suri mikirin keturunan,el temur & kel sadis bukan main. Bawahannya anggep dia bodoh dan bonekanya el temur. Kalo Wang Yoo masih ada prajurit yg setia sm dia, masih ada seun nyang yg cinta sama dia. Berharap Seun Nyang nanti bisa buka hati buat Ta Hwan. Kasian Ta Hwan. Semangat yaa Fanny Onni buat bikin sinopsisnyaa.....aja....aja fighting!!! ;)))
BalasHapusSenang bnget aq bca komentar mbak ini. Krna kita spendapat mbak, awalnya aq bnci bnget sm Ta Hwan tpi stelah lihat khidupannya mmg kacau balau, krna smua orh di Istana itu memperebutkn kekuasaan krn keserakahan.
Hapuseung...sebenernya aku lebih suka Seung Nyang sama Ta Hwan,, tapi waktu Seung Nyang mau bunuh Ta Hwan, aku juga setuju2 aja (tipe2 penikmat drama tanpa mau mikir :D). tapiiiii....denger penjelasan nona Park, aku jadi__sadar(?). ternyata hidup itu memang harus selalu membunuh nafsu pribadi. salut sama drama ini. banyak pelajaran yang bisa diambil.
BalasHapusoke mba Fanny, ditunggu lanjutannya!
i love this drama from the first sigh,,,halah,,,,
BalasHapusinggris ny acak adul z narsis
makasih bgt y teh fanny,,,sy lbh penasaran ama drama ini wlw menguras emosi bgt,,,klo the heirs cma rame dialog ny doang tp klo in jalan crita bkin nagih
gumawo
sinopsisnya buat aku penasaran...trusss....
BalasHapusaku juga suka ta thwan ... aku cuma baca pas didialok SY dan TW...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusWaaah akhirnya sinopsis episode 9 keluaar XD, aku lebih suka seung nyang sama ta hwan hhehehe,
BalasHapusttep semangat yaa mbak fanny ngelanjutin sinop nya smpe 50 dan jga terima ksih
mbk fanny semangat ya lanjutin. .hehe makin tambah penasaran .. jadi lebih suka sama ta hwan..
BalasHapusSemngat mbak fany....
BalasHapusSepertinya cuma aku yang suka sung nyang sama wang yoo....nggak pa2 deh...hehehh...semangat mbak buat episode berikutnya. ?..
BalasHapusberharap seung nyang endingnya sma wang yoo... :)
BalasHapusSetuju BANGET..hihi...akhirnya ada juga yg setuju seung nyang sama wang yooo..hohohoh
HapusJgn2 sad ending lg..hmmm...
BalasHapusPerjlnan msh panjang, mb Fanny semangkaaa....
Danashiri blom muncul taringnya ntar juga gak jauh beda ama family-nya .. SADIS >`<
BalasHapusTAL-TAL keren yaa brasa cuma dia aja yg mudaan dri yg lain.. pinter ..
ta hwan luluhkan hati seun yang dong,, aq kasian liat dia penuh dendam begitu ..
mba fanny semangat bwt sinop nya masih ada 40 eps lagi .. 0.0 dan sehat selalu,