Cha Seung Pyo, seorang pemilik restoran, melihat ada hal aneh di luar jendelanya pagi ini. Ia melihat seorang gadis nongkrong di gedung seberang restorannya. Ia tersenyum melihat gadis itu.
Gadis itu adalah Min Young, yang kembali ke Cyrano tapi masih gengsi. Ia mengintip-intip ke dalam gedung itu dan memikirkan bagaimana caranya untuk masuk. Saat ia mendengar suara Ah Rang, Min Young berlari ke restoran Seung Pyo dan bersembunyi di balik pintu.
Seung Pyo menghampirinya. Ia memperkenalkan diri sebagai pemilik restoran. Ia nampak tak suka saat tahu Min Young datang bukan untuk makan (walau sepertinya ia pura-pura kesal).
Ia membuka pintu lalu menyuruh Min Young tidak ragu-ragu lagi.
“Jangan takut, pergilah. Kau mempunyai keberanian untuk datang ke sini. Janga ragu dan katakan padanya.”
Min Young bingung. Ia awalnya menyangkal tapi iamembulatkan tekad. Mejanya sudah dibuang dan ia sudah datang ke sini. Ia menarik nafas panjang lalu keluar dari restoran.
Tapi ia masih juga tidak berani masuk walau ia mengingatkan dirinya ia hanya akan merasa malu sebentar. Kesempatan muncul ketika seorang pria berdehem.
“Apakah ini agensi Cyrano yang akan mewujudkan cinta tanpa ada yang tahu?”
Min Young tersenyum lebar.
Ia masuk dengan bangga karena membawa klien baru. Ah Rang langsung menyambutnya dengan gembira. Ia takjub Byung Hoon bisa menebak kedatangan Min Young dengan tepat hingga jamnya. Byung Hoon berkata Min Young datang sesuai dugaannya.
Min Young berkata ia hanya lewat dan ia akan menganggap kejadian kemarin kesalahan Byung Hoon. Sama sekali tidak menyinggung kalau ia ingin bergabung. Byung Hoon dengan ringan mengiyakan.
“Ada klien di sini , apa kalian akan membiarkannya berdiri?” tanya Min Young.
Klien baru itu memperkenalkan dirinya sebagai Jin Jun Hyuk. Ia hendak memberikan kartu namanya pada Byung Hoon.
“Tunggu sebentar,” Byung Hoon menghentikannya. Ia melihat sekilas kartu nama itu, lalu memperhatikan bekas cakar di tangan klien itu. Juga bulu-bulu yang melekat di celananya.
“Kau dokter hewan. Kau bisa bicara dari sana,” ujar Byung Hoon. Alergi?
“Bagaimana kau bisa tahu aku seorang dokter hewan? Aku belum mengatakannya,” kata Jun Hyuk.
Dengan cuek Byung Hoon berkata semua orang yang punya mata pasti tahu Jun Hyuk seorang dokter hewan. Min Young mengambil kartu nama itu dan memberikannya pada Byung Hoon. Untunglah ada Min Young yang bisa bersikap ramah.
Byung Hoon tidak berbasa-basi, ia langsung menyuruh Jun Hyuk bercerita. Jun Hyuk duduk lalu menceritakan kisahnya.
“Ada sebuah perpustakaan kota di dekat tempat praktekku. Terkadang aku ke sana melihat-lihat buku. Hari itu hujan deras. Ia menyuapi anak kucing yang dibuang di tengah hujan. Aku masih ingat tetes hujan yang membasahi pundaknya.”
“Kau jatuh cinta pada pandangan pertama. Kau tidak bisa makan sesudahnya kan?” kata Min Young bersemangat. “Jantungmu berdebar. Aku tahu perasaan itu.”
Byung Hoon menyuruh Jun Hyuk menceritakan hal yang lebih realistis, sehari-hari.
“Aku sudah memperhatikannya sebelumnya setiap kali aku ke perpustakaan. Aku selalu bisa mengenalinya, jadi aku pikir aku seharusnya mengajaknya makan malam. Jadi aku memberanikan diri.”
Jun Hyuk melihat wanita itu sedang berbicara di telepon. Ia menaruh buku yang dipinjamnya ke meja wanita itu. Wanita itu tidak memperhatikannya dan terus berbicara di telepon. Jun Hyuk mendengar wanita itu berkata ia diajak makan malan oleh seorang pria tapi ia menolaknya karena itu sangat membosankan.
Begitu mendengar hal itu, pikiran Jun Hyuk langsung tertuju pada ajakan makan malam yang ia tempelkan di depan buku yang dikembalikannya. Ia langsung mengambil kembali buku itu dan buru-buru pergi dengan alasan ia belum selesai membacanya.
“Kau seharusnya tidak menyerah,” protes Min Young.
“Kau membuat keputusan yang tepat,” ujar Byung Hoon.
Min Young mendelik.
Jun Hyuk berkata ia sudah mengumpulkan informasi mengenai wanita itu. Ia merogoh sakunya. Min Young tampak bersemangat menanti informasi.
“Tidak usah,” kata Byung Hoon, “Kebanyakan para klien tidak bisa melihat realistis. Informasi mereka banyak yang tidak akurat. Kami akan menyelidikinya dan meneleponmu kembali.”
Ia langsung berdiri dan berjalan pergi. Ia melempar kunci mobil pada Min Young. “Kau bisa mengemudi, bukan?”
Min Young bingung. Ah Rang menyuruh Min Young mengikuti Byung Hoon. Meninggalkan klien mereka yang kebingungan.
Keduanya pergi ke perpustakaan. Min Young protes mengapa ia diajak pergi tanpa diberi tahu tujuannya. Byung Hoon berkata ia pikir Min Young ingin melihat pekerjaan ini sebagai seorang yang sekarang pengangguran.
“Aku belum memutuskan untuk melakukannya,” kata Min Young.
“Tentu saja, kita harus menentukan target terlebih dulu.”
“Target?”
Dan di situlah target mereka, seorang wanita muda penjaga perpustakaan. Min Young mengendap-endap memperhatikan target mereka.
“Sebaiknya kau langsung saja bilang kalau kau sedang memata-matainya. Tutupi wajahmu dengan ini,” Byung Hoon menyodorkan buku.
Tiba-tiba target mereka berdiri dengan marah dan berjalan memeriksa lorong perpustakaan bagai mencari sesuatu. Byung Hoon dan Min Young berusaha agar tidak ketahuan sedang memata-matai.
Apa yang membuat wanita itu marah? Karena beberapa buku yang baru saja dikembalikan halaman akhirnya dirobek dengan kasar.
“Lihat ini. Seseorang meneror perpustakaan ini,” kata wanita itu pada temannya. “Seorang brengsek telah merobek halaman terakhirnya.”
“Aku merasa seperti penjahat,” gumam Min Young.
Wanita target mereka memutuskan akan menangkap pelakunya. Ia bangkit berdiri dan memandang sekeliling dengan tajam. Byung Hoon dan Min Young langsung merunduk.
Melihat reaksi wanita itu, otak Byung Hoon bekerja. Ia mengambil buku yang dipegang Min Young lalu merobek halaman terakhirnya.
“Apa yang kaulakukan?” kata Min Young kaget.
“Dekati target. Sekarang.”
“Siapa? Aku?” Min Young menunjuk dirinya sendiri.
Dengan gugup ia menghampiri meja perpustakaan lalu menyerahkan bukunya. Target mengambil buku itu dan langsung memeriksanya tanpa melihat Min Young. Tapi begitu melihat halaman terakhir yang sobek, ia langsung melotot.
“B-b-bukan aku pelakunya. Itu memang sudah sobek,” Min Young membela diri. Sementara itu Byung Hoon mengendap-endap di belakang meja wanita itu untuk melihat apa yang ada di meja kerjanya.
“Serahkan kartu perpustakaanmu,” kata wanita itu.
Min Young kebingungan. Akhirnya ia berkata ia harus membuat yang baru karena baru pindah ke sini.
“Kau baru pertama kali datang ke sini?” tanya wanita itu.
Min Young mengangguk meyakinkan. Wanita itu percaya. Ia menyerahkan formulir pada Min Young untuk diisi. Kartu perpustakaan akan selesai dalam waktu 3 hari.
Byung Hoon dan Min Young keluar dari perpustakaan dengan selamat. Min Young protes ia hampir terkena serangan jantung di dalam sana. Mengapa Byung Hoon menyulitkannya?
“Untuk apa aku repot-repot melakukannya?”
“Kalau begitu mengapa kau merobek halaman terakhirnya?”
“Berhentilah mengomel dan jelaskan profilnya. Kulihat kau membuat catatan,” ujar Byung Hoon.
Min Young mengeluarkan buku catatannya.
“Ma Jae In memiliki kepribadian untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan tepat. Ia memperlakukan buku di perpustakaan dengan hati-hati. Ia mencintai pekerjaannya.”
Min Young menutup buku catatannya dengan bangga.
“Aku tidak berharap banyak tapi kau bahkan tidak mencapainya,” kata Byung Hoon.
Deg.
“Aku bahkan ragu kau memiliki mata.”
Deg.
Ia berkata ia datang ke sini dengan tujuan melatih. Tapi ia malah harus mengasuh Min Young. Ia lalu mengemukakan profil Jae In berdasarkan pengamatannya.
“Ia bosan dengan pekerjaannya. Ia tidak peduli siapa yang mengembalikan buku yang mana. Ia tidak melihat. Tentu saja ia tidak mengenali Jin. Wanita sepertinya berespon pada hal luar biasa. Ia wanita skeptis yang mencari misteri dalam kehidupannya yang membosankan.”
“Kau punya rencana?” tanya Min Young. Byung Hoon tersenyum.
Saat mereka kembali ke agensi, Byung Hoon mengumumkan mereka menolak permintaan Jin Jun Hyuk.
“Apa?” tanya Min Young kaget.
“Sudah kuduga,” sahut Moo Jin.
Byung Hoon berkata klien ini terlalu biasa untuk bisa menggerakkan hati target. Dan klien tidak memiliki cukup uang untuk membiayai operasi ini.
“Jadi ini tentang uang,” ujar Ah Rang.
“Kita hanya akan memberinya penderitaan untuk sesuatu yang tak pasti. Aku punya harga diri dalam pekerjaanku. Jadi. Ini. Bukan. Mengenai. Uang,” kata Byung Hoon tegas.
“Kau yakin?” tanya seseorang.
Byung Hoon menoleh. Dua orang pria menatapnya.
Adegan berikutnya, Byung Hoon diikat dengan tali dan hendak dijatuhkan dari atap gedung. Berbeda dengan sikap cool yang selama ini ditunjukkannya, ia berteriak-teriak ketakutan.
Ia berjanji akan membayar hutangnya berikut bunganya. Ternyata dua orang itu rentenir.
Jika Byung Hoon tidak bisa membayar maka gedung teater itu harus diserahkan. Ternyata gedung agensi Cyrano adalah gedung bekas teater.
Sementara itu Min Young melihat dari gang di samping gedung. Moo Jin dan Ah Rang tampaknya sudah terbiasa dengan hal ini. Mereka duduk dengan tenang di dalam van.
Ah Rang berkata Byung Hoon dulunya seorang sutradara terkenal. Seung Pyo keluar dari restorannya dan duduk di teras. Ia berkata hal seperti ini sudah sering terjadi. Para rentenir itu tidak akan membunuh Byung Hoon. Mereka hanya menginginkan uangnya.
“Tapi sekarang lebih buruk dari biasanya,” timpal Ah Rang. Seung Pyo tidak membantah. Ia menyapa Min Young.
“Apa kau orang baru?” tanyanya.
“Bisa jadi. Aku belum memutuskan.”
“Hei, noona. Kau sudah mendapatkan kami proyek. Jangan mundur sekarang,” kata Ah Rang.
Min Young memperkenalkan dirinya pada Seung Pyo.
“Kau sudah dilibatkan dalam operasi? Kau pasti hebat. Panggil saja aku Master. Mereka memanggilku begitu. Kuharap kau tinggal untuk waktu yang lama.”
“Master…” panggil Min Young.
Entah mengapa Moo Jin memperhatikan Master dengan penuh rasa ingin tahu.
Sementara itu Byung Hoon semakin histeris saat rentenir mengeluarkan pisau dan hendak memotong talinya. Ia berseru menyuruh semuanya bersiap. Siap mati?
Siap beroperasi. Yeaaaay^^
“Target, nama: Ma Jae In. Umur 27 tahun. Seorang pustakawati. Pergi ke Studio Hapkido tiga kali seminggu. Sekali sebulan menghadiri kelas Criminal Profiling. Ma Jae In mendapat kesulitan saat hendak menemukan orang yang merusakkan mesin fotokopi atau orang yang merobek buku. Satpam berkata ia adalah seorang penegak keadilan. Hobinya membaca, menonton, dan memiliki blog. Menyukai buku misteri dan mata-mata. Menghadiri pertemuan klub buku detektif. Karakter favoritnya Philip Marlowe (detektif pribadi yang merupakan tokoh fiksi dalam novel Raymond Chandler) . Tidak memiliki kekasih dan tahun kemarin mengikuti kencan buta enam kali. Ia menolak bertemu dengan mereka lagi. Biasanya ia berkata kalau pria itu membosankan.”
Byung Hoon mencerna semua informasi yang telah dikumpulkan Ah Rang, Min Young, dan Moo Jin.
“Nona pencari misteri memimpikan hidup yang bergejolak. Klien harus menjadi seorang yang misterius. Menjadi pria satu-satunya untuknya. Baiklah! Nama operasi ini Hard World Dr. Jade.”
Misi dimulai.
Jae In bergegas memasuki stasiun. Tapi anehnya, pintu masuk seakan macet hingga ia tidak bisa melewatinya. Padahal Moo Jin yang menggunakan remote untuk menutup pintu itu.
Kemudian saat ia menuruni tangga, Ah Rang pura-pura menubruknya hingga isi tasnya jatuh berserakan. Jae In memunguti uang koinnya. Ah Rang membantunya padahal diam-diam ia menyelipkan kartu perpustakaan Jin Jun Hyuk ke tas Jae In.
Mengapa mereka malakukan itu? Agar Jae In tertinggal kereta.
Saat Jae In hendak menelepon temannya, tiba-tiba ia melihat seorang pria cool berpakaian bak detektif tahun 80-an. Ia langsung tertarik dengan pria misterius tersebut. Pria cool itu Jin Jun Hyun yang berdandan ala Philip Marlowe.
Orang-orang mulai berkerumun menunggu kereta hingga Jun Hyuk tak terlihat lagi. Tiba-tiba dua orang pria mengobrol seakan mereka mencari seseorang. Mereka adalah rentenir yang mengancam Byung Hoon.
Insting detektif Jae In mengatakan kalau kedua pria itu mencari pria misterius tadi alias Jun Hyuk. Ia mengikuti kedua rentenir itu diam-diam sementara Min Young diam-diam mengikuti Jae In.
Jae In melihat dua orang polisi. Ia hendak memanggilnya. Min Young kebingungan. Begitu Jae In mendekati para polisi itu, ia tiba-tiba berlari pada para polisi itu dan pura-pura jatuh pingsan. Para polisi itu sibuk menyadarkan Min Young hingga tak mempedulikan Jae In.
Jae In terus mengikuti kedua rentenir itu. Ia lalu melihat Jun Hyuk duduk di peron. Byung Hoon memberikan instruksi pada Jun Hyuk melalui bluetooth.
“Tetap pada posisi. Dalam 10 detik,” ujarnya.
Min Young mulai menghitung di sebelah Byung Hoon. 10, 9, 8, 7, 6, 5,4,3,2,1.
Benar saja, Jae In menghampiri Jun Hyuk. Ia berkata Jun Hyuk berada dalam bahaya. Ia mengajak Jun Hyuk lari. Kedua rentenir tadi pura-pura berteriak kalau mereka sudah menemukan orang itu.
Jun Hyuk menggandeng tangan Jae In dan berlari menerobos orang-orang yang hendak naik kereta. Bagai di film-film action.
Lalu pada detik-detik terakhir, Jun Hyuk mendorong Jae In ke dalam kereta. Sementara ia tetap tinggal. Pintu kereta menutup dan keretapun melaju. Jae In merogoh tasnya. Ia menemukan kartu perpustakaan Jun Hyuk.
Para agen Cyrano, Jun Hyuk, dan kedua rentenir berkumpul membicarakan misi tadi. Rupanya kedua rentenir itu mantan aktor dan mereka kesenangan bisa beraksi kembali. Byung Hoon memuji Jun Hyuk.
“Aku melakukan apa yang kaukatakan. Apa ini akan berhasil?” tanya Jun Hyuk.
“Jangan khawatir. Ia akan memikirkanmu sepanjang hari ini. Kau memberinya kesan pertama yang tak akan bisa ia lupakan seumur hidup. Ini adalah awal percintaan yang ia impikan.”
Jun Hyuk mengangguk lega.
Tapi ada hal terduga. Jae In kembali ke stasiun menggunakan kereta. Ia mencari-cari Jun Hyuk.
“Lari,” seru Byung Hoon. Mereka pun langsung bubar ke segala arah. Hanya Min Young yang masih kebingungan.
Byung Hoon menariknya pergi sebelum Jae In bisa melihat mereka.
“Kau selalu bilang kalau kau tahu segalanya. Apa kau tak terpikir ia akan kembali?” ledek Min Young.
“Ia pegawai negeri. Pegawai negeri tidak seperti itu,” sahut Byung Hoon. “Aku merencanakan operasi hari ini karena ia harus bekerja.”
“Alasan… akui saja kesalahanmu.”
“Alasan? Setiap rencana menyangkut banyak faktor. Kita harus berimprovisasi untuk menyesuaikan perubahan. “
Ehm…termasuk memeluk Min Young? Byung Hoon melakukannya agar Jae In tidak bisa melihat mereka. Ia berkata Min Young tidak akan bisa berlanjut ke operasi selanjutnya jika Jae In melihat wajah Min Young.
Min Young diam tak bergerak.
“Kenapa? Apa kau berkeringat? Apa kau gugup berada dalam pelukanku?”
“Apa? Kapan aku…” Min Young menjauhkan dirinya dari Byung Hoon dan hampir terjatuh ke rel. Byung Hoon serta merta menariknya. Keduanya kembali berdekatan. Dan bertatapan.
Komentar:
Seru melihat mereka merencanakan dan menjalankan misi. Apalagi mereka memiliki karakter masing-masing yang unik.
Aku penasaran dengan Master. Sebenarnya ia siapa? Ia tidak terlibat langsung dalam operasi tapi ia tahu betul kegiatan agensi Cyrano.
Walau terpaut usia cukup jauh, aku bisa melihat chemistry antara Lee Jong Hyuk dan Soo Young. Akting Soo Young juga sangat natural.