Dua tiket terletak di atas meja.
“Aku akan memberimu waktu 15 hari. Sepanjang waktu itu kau bisa bertemu Tan sesukamu. Tapi, saat kau putus dengannya setelah 15 hari, kau harus pergi ke manapun aku menyuruhmu. Tidak akan di Korea, juga bukan di Amerika, Inggris, atau Perancis. Tempat yang sangat berbeda dari tempat-tempat itu. Kau bisa memilih dari dua pilihan ini sesukamu. Tapi yang pasti hanya satu dari kedua tiket ini yang akan membiarkanmu menaiki tangga ke lantai 2, pada Tan yang terkunci di kamar itu.” Itulah pilihan kedua yang diberikan Tuan Kim pada Eun Sang.
Eun Sang menangis memandangi kedua tiket itu.
Ibu Eun Sang sedang berbelanja. Tiba-tiba ia menerima banyak sms yang berterima kasih karena ibu Eun Sang sudah melunasi hutangnya bahkan berikut bunganya.
Sesampainya di rumah, ia bertanya pada Nyonya Han apakah Nyonya Han sudah memberinya uang pensiun. Nyonya Han kaget, ibu Eun Sang kan belum berhenti? Apa ibu Eun Sang memintanya sekarang? Ia mengira ibu Eun Sang hendak berhenti sekarang.
“Aku tidak menyukai satupun yang datang untuk wawancara (untuk menggantikan ibu Eun Sang). Yang satu terlalu banyak bicara, yang berikutnya tidak punya banyak pengalaman, dan yang ketiga….” Nyonya Han berhenti bicara karena melihat ibu Eun Sang terpaku seakan memikirkan sesuatu. “Jangan-jangan kau sedang memikirkan majikan lain di depanku? Pasti benar, aku tahu itu. Di rumah siapa? Kalian akan pergi seberapa jauh? Aku tanya, kalian akan pergi ke mana?”
Ibu Eun Sang mau tak mau tersenyum melihat Nyonya Han seperti itu. Nyonya Han benar-benar ngga rela nih melepas ibu Eun Sang^^
Ibu Eun Sang masuk ke kamar dan berbicara dengan Eun Sang. Ia bertanya apakah Tuan Kim mencari Eun Sang. Eun Sang berbohong, ia menjawab tidak. Memangnya kenapa? Ibu Eun Sang bercerita semua hutang mereka telah lunas. Ia memperlihatkan pesan-pesan itu pada Eun Sang. Ia curiga Tuan Kim yang melunasi hutang mereka.
“Dalam sekejap mata, ia membuat gadis yang baru saja memegang uang di tangannya kembali bangkrut,” gumam Eun Sang. Selama ini Eun Sang dan ibunya dengan tekun membayar hutang mereka, namun sekarang mereka seakan berhutang pada Tuan Kim yang telah melunasi hutang-hutang itu.
Ibu Eun Sang bertanya apakah lunasnya hutang mereka ada hubungannya dengan Eun Sang. Apakah karena Tan? Ia menyuruh Eun Sang memberitahunya mengapa mereka diberi uang sebanyak itu.
“Ibu, dengarkan apa yang akan kukatakan sekarang tanpa salah paham, ya? Mungkin ini hal yang sulit dimengerti oleh Ibu.”
Ibu Eun Sang mengangguk.
Entah apa yang dikatakan Eun Sang pada ibunya, namun berikutnya ia menaiki tangga ke lantai 2. Ke kamar Tan. Ia telah memilih pilihan ke-2. Atau ia membuat bagi dirinya sendiri pilihan ke-3? I hope so…
Tan duduk terdiam di kamar sementara televisi memberitakan kemungkinan adanya perebutan kekuasaan di Jeguk setelah Tan menjadi pemegang saham utama. Akibatnya nilai saham Jeguk mencapai nilai tertinggi hanya dalam 1 hari. Ia teringat perkataan Won yang menyuruhnya menyerahkan sahamnya lalu pergi ke Amerika dan tidak kembali lagi.
Terdengar ketukan di pintu kamar. Tan mematikan televisi lalu membuka pintu. Ia terkejut saat melihat Eun Sang di depan kamarnya. Bagaimana bisa….?
“Ssst…” Eun Sang tersenyum. “Apakah aku boleh masuk?”
Tanpa berpikir dua kali Tan langsung menarik Eun Sang masuk lalu menutup pintunya. Ia bertanya bagaimana Eun Sang dengan masuk? Bagaimana dengan para bodyguard?
Eun Sang berbohong para bodyguard itu pergi sebentar jadi ia lari naik ke atas karena merindukan Tan. Tan menarik Eun Sang dalam pelukannya.
Eun Sang berkata ia kangen pada Tan, tapi ia tidak bisa menghubungi Tan lewat ponsel dan mereka tidak bisa berbicara meski berpapasan. Karena itu satu-satunya cara adalah ia naik ke atas.
Tan berkata rasanya seperti grafis komputer. Eun Sang terlihat dekat, namun ia tidak bisa menyentuhnya. Eun Sang meminta maaf karena sudah mengakibatkan Tan dikurung. Ia merasa semua ini karena dirinya.
Tan melepaskan pelukannya dan meminta Eun Sang menatapnya.
“Ini bukan karena dirimu. Agar tidak terkurung lagi, aku kembali atas keputusanku sendiri. Karena cara untuk bisa bersamamu, adalah tidak terkurung bersama. Karena itu, apapun pilihan yang kuambil, kau harus percaya padaku.”
Ia membelai wajah Eun Sang. “Sekarang hanya kau yang tersisa bagiku.”
“Ada apa denganmu hingga mengatakan hal seperti itu?” tanya Eun Sang.
“Aku menyukaimu,” jawab Tan lirih.
Eun Sang memeluk Tan. Diam-diam ia menangis. Tan memeluknya lebih erat.
Won dan Sekretaris Yoon duduk di bar. Won bercerita Tan menyuruhnya merebut sahamnya. Sekretaris Yoon menyindir itu pasti mudah bagi Won. Apakah Won pernah berpikir untuk mencoba mengerti Tan?
“Setelah kakek meninggal, paman tertua, ayah, paman bahkan bibi saling menangkap dan saling tarik menarik satu sama lain, dan itu terus berulang. Aku harus menyaksikan perang yang terus berlangsung. Apa gunanya mengerti dia jika pada akhirnya kami akan tetap berperang?”
Sekretaris Yoon berkata Tuan Kim hendak mencegah perang seperti itu hingga ia membagi kekayaannya dengan adil di antara Won dan Tan. Won berkata justru perang terjadi karena ayahnya membagi sama besar. Tan tidak memiliki kemampuan yang sebanding dengannya, karena itu tidak berhak mendapat bagian yang sama dengannya.
“Benar juga,” ujar Sekretaris Yoon.
“Sebenarnya kau ini di pihak siapa?”
“Aku selalu berada di pihak Grup Jeguk.” Jawaban aman.
Won bertanya apakah Sekretaris Yoon sudah mempertimbangkan posisi Wakil Presdir yang ditawarkannya, jika Sekretaris Yoon memihaknya. Sekretaris Yoon berkata ia akan segera memberikan jawabannya.
Keesokan paginya, Tan nongkrong di depan layar TV (CCTV), menanti Eun Sang yang akan pergi ke sekolah. Akhirnya Eun Sang keluar. Tapi baru beberapa langkah, ia berbalik lalu menulis sesuatu di selembar kertas. Dan mengacungkan kertas itu agar terlihat oleh Tan.
“Senang melihatmu di dalam mimpiku.”
Eun Sang berkata ia pikir Tan akan melihatnya. Ia pamit pergi ke sekolah lalu melambaikan tangan ke arah kamera CCTV sambil tersenyum. Tan terus memperhatikan layar TV hingga Eun Sang tak terlihat lagi.
Eun Sang tiba di sekolah dan melihat halaman sekolah ramai dipenuhi wartawan yang mencari berita mengenai Kim Tan. Err…untungnya anak-anak itu pasti sudah terlatih untuk tutup mulut jika tidak mau Jeguk Grup melindas usaha orangtua mereka >,<
Beberapa wartawan menghampiri Eun Sang dan bertanya padanya apakah Tan masuk sekolah akhir-akhir. Eun Sang kebingungan untuk menjawab. Untunglah ksatria hitam datang bersama kudanya (jahat amat sih Myung Soo disebut kuda XD) untuk memberi pertolongan pada puteri yang sedang kebingungan.
“Jangan menanyakan hal seperti itu padanya. Anak ini akan terluka,” Young Do merangkul pundak Eun Sang.
Myung Soo malah mengambil kameranya dan memotret para wartawan itu. Young Do mendorong Eun Sang masuk ke dalam sekolah.
“Apa kalian mengenal Kim Tan dengan baik? Kalian siapa?” tanya wartawan.
“Aku putera ketiga Jeguk. Kenapa?”
“Dan akyu puteri bungsu. Ho ho ho…” Astaga Myung Soo kocak banget^^
Eun Sang tersenyum melihat mereka.
“Ayo kita pergi, Myung Sook-ah (nama perempuan),” ujar Young Do.
“Ya, Oppa,” Myung Soo menggandeng oppa-nya dengan gaya centil. LOL XD
Young Do menepuk pundak Eun Sang dan mereka masuk bersama, meninggalkan para wartawan kebingungan dengan sikap antik murid-murid di sana.
Eun Sang membuka lokernya dan terkejut saat melihat lokernya penuh coretan, baju seragamnya dikotori susu kotak (Park Shin Hye menjadi bintang iklan susu kotak tersebut). Young Do melihatnya dan ikut kesal.
“Apa kau ternak sapi di dalam sana?” Pffft…
“Ini susu kedelai,” ujar Eun Sang. Bukan susu sapi.
Young Do berkata kenapa Eun Sang berpacaran dengan Tan dan mencari masalah. Eun Sang menatap Young Do dengan pandangan menuduh.
“Aku tahu apa yang akan kaukatakan. Tapi ini bukan perbuatanku,” kata Young Do sambil mengambil teleponnya.
Tak lama kemudian berdus-dus susu kotak yang sama terhampar di depan Eun Sang dan Young Do. Young Do menyuruh Eun Sang minggir lalu mengambil susu sekotak. Dan siap melemparnya pada deretan loker di sana.
Eun Sang buru-buru menahannya. Apa yang Young Do lakukan?
“Aku balas dendam untukmu. Salah satu dari mereka pasti pelakunya.” Ia akan melempari semua loker itu dengan susu.
“Apa kaubilang kau akan merusak loker semua orang padahal hanya satu orang pelakunya?” tanya Eun Sang kaget.
“Iya.”
“Apa itu masuk akal?”
“Kenapa tidak? Pelakunya pasti ada di sini.” Ia kembali hendak melempar.
“Stop!!! Murid lain melakukan kesalahan apa?!” Eun Sang memegangi tangan Young Do.
“Lalu kesalahan apa yang kaulakukan?” tanya Young Do polos.
Eun Sang tersenyum, akhirnya ia mengerti jalan berpikir Young Do. Ia berterimakasih atas niat baik Young Do tapi Young Do jangan melakukannya.
“Kau tidak boleh bermain-main dengan makanan.”
“Kau harus berterimakasih atas niat baikku dulu baru kau bisa tersenyum,” kata Young Do.
“Sepertinya kau juga mulai mengenalku. Ngomong-ngomong, apa yang akan kaulakukan dengan semua ini?” Eun Sang menunjuk berdus-dus susu di lantai.
“Aku membelinya untukmu. Makan yang banyak ya, Cha Eun Sang.” Dan Young Do pun pergi begitu saja.
Eun Sang membagikan susu itu pada Bo Na dan Chan Young. Ia berkata susu itu dari Young Do. Bo Na bertanya apa Eun Sang meminumnya. Tidak ada gejala seperti demam, diare, atau muntah-muntah? Tidak mungkin Young Do memberikan gratis seperti itu. Haha…curiga diracunin kayanya^^
Eun Sang menyodorkan selembar foto pada Bo Na. Itu untuk biaya kamar. Krystal langsung berteriak-teriak betapa cute-nya Chan Young waktu kecil. Itu adalah foto Chan Young kecil yang dijanjikan Eun Sang pada Bo Na. Chan Young protes dan hendak mengambil foto itu tapi Bo Na tentu saja tidak membiarkannya dan malah meminta foto lain pada Eun Sang. Foto aneh yang bisa ia sebarkan jika sewaktu-waktu mereka putus agar hidup Chan Young menderita.
“Mengingat begitu berkelasnya kekasihmu, tidak mungkin ada hal seperti itu. Bukankah begitu?” kata Chan Young.
“Benar, kalian berdua selamanya tidak boleh putus. Mengerti?” kata Eun Sang.
Lalu Eun Sang meminta maaf pada Bo Na, dan memeluk Chan Young.
“Temanku, Chan Young…”
“Apa kau gila, Cha Eun Sang!” ujar Bo Na kaget. Chan Young juga bingung.
“Kau juga, sini.” Eun Sang memeluk Bo Na. Ia sedang mengucapkan selamat tinggal tanpa sepengetahuan mereka :(
Bo Na bertanya ada apa dengan Eun Sang. Ia pikir Eun Sang jadi aneh karena minum susu pemberian Young Do. Chan Young bertanya ada apa. Eun Sang berkata ia mendadak ingin melakukannya. Eun Sang memaksakan diri untuk tersenyum.
Sekretaris Yoon datang untuk mengajar Tan. Ia bertanya apa yang biasa dilakukan Tan dalam kamar seharian. Tan berkata ia memikirkan hal-hal buruk.
“Hal-hal buruk yang seharusnya tidak dipikirkan seorang pemuda?” gurau Sekretaris Yoon.
“Lebih buruk dari itu. Aku memikirkan cara untuk mengacaukan semua hubungan. Hal-hal seperti itu.”
Sekretaris Yoon berkata ia tidak tahu apakah sekarang saat yang tepat atau tidak tepat untuk mengatakan sesuatu pada Tan. Tapi ia harus mengatakannya.
“Apa kau sudah dengar Eun Sang akan sekolah di luar negeri?”
Tentu saja Tan belum dengar.
Sekretaris Yoon berkata ia lebih mengenal Tuan Kim daripada Tan, sebagai pemilik perusahaan dan juga sebagai ayah. Tuan Kim sangat kejam melebihi bayangan Tan.
Tan pergi menemui ayahnya dan meminta ponselnya. Tanpa menunggu persetujuan ayahnya, ia langsung mengambil ponselnya. Ia tidak menghiraukan suruhan ayahnya untuk menaruh teleponnya. Siapa yang ditelepon Tan? Kepsek.
Ia meminta Nyonya Jung mengeluarkannya dari rumah karena ia harus pergi ke sekolah. Nyonya Jung akan menjemputnya. Tuan Kim yang mendengar percakapan itu bertanya untuk apa Tan pergi ke sekolah. Apa lagi-lagi karena gadis itu? Tan tidak ragu membenarkan.
“Kau menelepon Kepsek hanya agar kau bisa ke sekolah menemui gadis itu?”
Tan membenarkan dan Nyonya Jung langsung menyanggupi, berkat saham yang sekarang dimiliki oleh Tan.
“Apa kau pikir aku memberimu saham-saham itu agar kau bisa menggunakannya seperti itu?”
“Aku juga ingin minta tolong pada Ayah. Jangan pernah menyentuh Eun Sang lagi.”
“Apa kau sedang mengancam ayahmu?”
Tan berkata ayahnya yang menaruh pedang di tangannya (memberikan kekuasaan pada Tan dengan menjadikannya pemilik saham utama). Jika ayahnya menyentuh Eun Sang lagi, ia tidak akan tahu pada siapa pedangnya akan diayunkan. Ia membungkuk pada ayahnya lalu pergi.
Tan dalam perjalanan ke sekolah bersama Nyonya Jung. Nyonya Jung menyindir sekarang Tan merasakan hebatnya memiliki uang, jabatan, dan kekuasaan. Sekarang bahkan Tan bisa menyuruhnya datang dan pergi sesuka hatinya.
Tan berkata Nyonya Jung juga berubah. Dalam satu panggilan telepon, Nyonya Jung langsung datang. Nyonya Jung berkata Tan harus tahu aturan di dunia ini, ada harga yang harus dibayar dengan membuat seseorang datang dan pergi sesuka hatinya. Suatu hari nanti Tan harus membayar untuk hal tak berguna yang sekarang dilakukannya atas suruhan Tan. Dan pada saat Tan menyesal, sudah terlambat untuk menyesalinya.
Tan berkata pastilah penyesalan itu yang dirasakan Nyonya Jung saat mengangkat telepon darinya tadi, mengingat semua perlakuan Nyonya Jung pada Tan dan ibunya.
Nyonya Jung berkata mereka harus bersikap ramah satu sama lain karena banyak wartawan di depan sekolah. Aku tahu, jawab Tan.
Dan mereka pun berakting dengan baik saat mereka tiba di sekolah. Para wartawan memotret mereka.
Myung Soo, Bo Na, Chan Young, dan Ye Sol melihat dari balkon. Myung Soo berkata ia sudah menjadi tetangga Tan selama bertahun-tahun tapi baru kali ini mereka melihat Tan dan Kepsek bersama. Chan Young si positif berpikir tadinya ia kira Tan tidak dekat dengan Kepsek, tapi ternyata mereka dekat. Ye Sol si penggosip dengan yakin berkata kalau keduanya hanya akting di depan kamera.
“Semakin kau punya, semakin banyak orang yang ingin menggunakanmu dan merusakmu. Itu juga terjadi pada kami,” kata Bo Na.
Myung Soo berkata Tan sekarang menjadi pemegang saham utama dan dilindungi Kepsek, meski ia anak tidak sah tetap saja tidak bisa disentuh siapapun.
Tan langsung pergi ke kelas. Tanpa bicara ia membereskan barang-barang Eun Sang dan menariknya keluar dari kelas.Ia membawa Eun Sang ke studio Myung Soo. Di sana ia mengeluarkan semua barang-barang Eun Sang dari dalam tas. Eun Sang bertanya apa yang Tan lakukan dan mencoba menghentikannya.
Tan membuka semua buku Eun Sang. Di salah satu buku, ia menemukan tiket pesawat ke Buenos Aires (Argentina) di antara lembarannya. Tan nampak kecewa.
“Ternyata benar. Apa kau menyukaiku? Apa kau percaya padaku? Jawab aku!” kata Tan marah. Marah karena Eun Sang berencana untuk meninggalkannya.
“Berikan padaku.”
“Apa kau mau mati?” Tan merobek tiket pesawat itu.
Eun Sang berseru kaget.
Tan bertanya apa ia nampak menggelikan. Bagaimana bisa Eun Sang tidak mengatakan apapun padanya setelah menerima tiket itu? Kapan Eun Sang menerima tiket itu? Apa sebelum datang ke kamarnya?
“Tiket itu berarti kau tidak bisa kembali ke Korea lagi, dan kau disuruh agar tidak berpikir untuk kembali. Tapi kau menerimanya dan naik ke atas, lalu tersenyum? Kau tersenyum?!”
“Lalu apa yang harus kulakukan? Aku sangat ketakutan. Aku tidak bisa melihatmu jika aku langsung pergi saat itu juga, Apa lagi yang bisa kulakukan?!” kata Eun Sang frustrasi.
“Karena itu kau seharusnya mengatakannya! Kau seharusnya membiarkan aku menangani ayahku! Aku kehilangan segalanya sekarang. Aku sudah bilang hanya kau yang tersisa bagiku. Kau tidak mungkin seperti ini padaku (meninggalkannya). Aku minta padamu, jangan terluka di tempat aku tidak ada di sana. Jika kau seperti itu, aku benar-benar bisa gila.”
Eun Sang menangis. Akhirnya ia mengangguk.
Tan mengusap air mata di pipi Eun Sang. Ia minta maaf karena selalu membuat Eun Sang menangis. Air mata Eun Sang semakin deras.
“Maafkan aku…” ujar Tan lirih.
Eun Sang menggeleng.
Young Do masuk. Ia bertanya ada apa dengan keduanya hingga mereka bertengkar lagi. Bahkan membuat Eun Sang menangis. Ia melihat tas Eun Sang yang berantakan dan menyindir Tan sekarang menggunakan kekerasan setelah menjadi pemegang saham utama.
Eun Sang memungut potongan tiketnya sebelum Young Do bisa melihatnya. Tan menariknya berdiri. Ia menyerahkan Eun Sang pada Young Do.
“Aku tidak ingin mengatakan ini, tapi tidak ada lagi selain kau. Jika kau kembali ke sekolah, bawa dia bersamamu dan kembalikan dia ke sini. Jangan sentuh dia, aku akan menjemputnya sebelum jam 8.”
“Kau benar-benar sudah gila. Tidak ada jaminan kami akan menunggumu di sini saat kau kembali,” ujar Young Do.
Tan berkata ia tidak ada waktu berdebat dengan Young Do. Ia akan kembali. Tan pergi meninggalkan mereka.
Eun Sang membereskan barang-barangnya. Young Do bertanya mengapa Eun Sang menangis. Eun Sang tidak menjawab. Young Do mengingatkan upahnya setelah mengantar Eun Sang pulang kemarin. Eun Sang berkata ia akan membayarnya.
“Kapan?”
“Sepulang sekolah? Haruskah kita makan mie?”
Young Do menatap Eun Sang.
Keluarga Tuan Kim sengaja pergi makan malam bersama untuk memperlihatkan pada umum bahwa keluarga mereka baik-baik saja. Nyonya Jung menggandeng Tuan Kim. Sementara Tan dan Won mengikuti mereka. Won bahkan tersenyum pada Tan demi kamera.
Namun di dalam ruang VVIP restoran, suasana terasa kaku dan dingin. Won menyindir lain kali mereka seharusnya pergi menonton, jadi tidak perlu berbicara satu sama lain dan tidak diikuti kamera.
“Mari kita lakukan itu lain kali. Menyenangkan menghirup udara luar bersama keluarga,” kata Tuan Kim sambil tersenyum. Errr….seperti ini yang namanya keluarga? Apa Tuan Kim ngerti arti keluarga?
Ia bertanya pada Nyonya Jung bagaimana kelanjutan mencari pasangan untuk dinikahi Won. Nyonya Jung berkata mereka tinggal menentukan tanggal, foto-foto kandidat akan dkirim ke Sekretaris Won besok. Won tinggal mengirimkan jadwalnya pada Nyonya Jung, ia yang akan menentukan tempat pertemuannya.
Won berkata ia akan melakukan itu sendiri jika saatnya tiba. Ia terlihat tidak suka. Tuan Kim berkata sudah saatnya Won menikah dan membentuk keluarga sendiri. Dengan begitu Won bisa mengurusi masalah bisnis dengan lebih baik. Lah bukannya punya keluarga malah jadi kacau kaya Tuan Kim *garuk-garuk kepala*
Tuan Kim berkata 2 minggu lagi akan diadakan rapat pemegang saham sementara, jadi Tan dan Won harus menghadirinya. Topiknya adalah untuk mendiskusikan dipecat atau tidaknya Presdir Kim Won dari Jeguk Construction. Dan kandidat penggantinya adalah Yoon Jae Ho. Sekretaris Yoon.
Won terkejut. Tan dan Nyonya Jung juga.
“Ayah..”
“Pelankan suaramu. Banyak telinga yang mendengar di luar sana,” kata Tuan Kim.
“Meski aku memecat dan mengganti semua dewan direksi, usulan untuk memecatku diterima mereka?” tanya Won tak percaya.
Tuan Kim bertanya apa yang dipikirkan Won saat mengganti dewan direksi tanpa mendiskusikannya lebih dulu dengannya. Semua orang percaya dan mengikuti Tuan Kim selama bertahun-tahun. Ini adalah kesempatan baginya untuk menunjukkan kalau ia juga percaya pada mereka.
“Lalu bagaimana denganku? Aku masih muda dan ayahku memperlakukanku seperti anak kecil. Dan aku berusaha bertahan dalam posisi sebagai Presdir. Mengapa Ayah melakukan itu?”
“Sudah kubilang berkali-kali. Perusahaan itu belum menjadi milikmu. Tapi kau terus bersikap kalau itu milikmu. Sudah kubilang, aku tidak perlu mengunggulkan anak tertua. Aku akan memberikannya pada salah satu dari kalian, yang bekerja lebih baik. Aku tergesa-gesa mendudukkanmu di posisi itu demi Grup Jeguk. Dan ternyata itu langkah yang salah, jadi aku perlu menariknya kembali. Apa lagi yang bisa kulakukan?”
Won nampak terpukul. Ia bertanya apakah itu sebabnya ayahnya menjadikan Tan pemegang saham utama. Tuan Kim berkata nafsu makannya sudah hilang, jadi ia akan pergi. Nyonya Jung yang sejak tadi mengamati situasi ikut bangkit berdiri. Tuan Kim berkata pertemuan keluarga berikutnya adalah pada saat rapat pemegang saham.
Tan bangkit berdiri. Won menyuruhnya duduk. Tan bertanya apakah sekarang Won menahannya karena sekarang ia memiliki sesuatu yang diinginkan Won (saham).
“Jangan mengatakan hal yang menggelikan. Kau baru berusia 18 tahun. Usia di mana kau tidak bisa melakukan apapun tanpa pendamping,” kata Won marah.
Tan tetap ingin pergi. Ia akan melakukan hal yang tidak bisa dilakukan Won yang sudah dewasa. Won menyuruh Tan duduk. Ia belum selesai bicara.
Tan berkata apakah Won memiliki untuk berbicara dengannya sekarang? Bukankah Won perlu menemui banyak orang (untuk melobi para pemegang saham agar memihaknya dan tidak membuatnya dipecat)? Tan berkata ia akan menjadi orang terakhir yang Won temui (sebagai pemegang saham utama, suara Tan sangat berpengaruh). Ia berkata itulah yang selalu dilakukan Won. Selalu menjadikan Tan yang terakhir. Tan pergi meninggalkan Won sendirian.
Won langsung memanggil Sekretaris Yoon. Sekretaris Yoon tidak menampik adanya rapat mengenai pemecatan Won dan ia yang dinominasikan sebagai penggantinya.
“Apakah jabatan yang dijanjikan ayahku (untuk menjadi pemegang sementara saham Tan) adalah jabatanku? Apa kau merencanakan ini bersama ayahku dan menikamku dari belakang?” kata Won marah.
Sekretaris Yoon seperti biasa tidak memberikan jawaban pasti. Ia berkata ia tidak bertujuan menikam Won tapi memang seperti itu hasilnya. Won merasa dikhianati. Apa ini jawaban yang akan Sekretaris Yoon berikan? Betapa konyol kedengarannya posisi Wakil Presdir yang ditawarkan olehnya.
“Itu tidak konyol. Menanglah melawan ayahmu. Ambil posisimu sebagai Presdir. Jika kau bisa mempertahankan posisimu sebagai Presdir, aku akan bekerja sebagai wakil Presdir.” Dengan kata lain, Sekretaris Yoon akan memihak Won jika Won bisa tetap menjadi Presdir.
Won terdiam. Sekretaris Yoon tersenyum.
Tan kembali ke studio Myung Soo. Dan tentu saja Eun Sang tidak ada di sana. Ia menelepon Eun Sang.
“Halo?” Young Do menjawab. Terdengar suara Eun Sang meminta Young Do mengembalikan ponselnya. Mereka berada di kedai tteobokki.
“Kenapa kau yang mengangkap telepon Cha Eun Sang?” tanya Tan. Hehe…Young Do balas dendam nih ;p
Tan bertanya mereka berdua ada di mana.
“Di sini. Di hatimu?” Bwahahahaha XD
Young Do menutup telepon. Eun Sang mengomel mengapa para tuan muda selalu mengangkat telepon orang lain. Young Do menduga Tuan Kim membuat Eun Sang berlutut agar Tan berlutut. Melihat ekspresi Eun Sang, ia sudah tahu tebakannya benar. Dan ia juga menduga Tan mengetahui hal itu.
Eun Sang mengalihkan pembicaraan. Bukankah Young Do ingin makan mie, kenapa mereka ke kedai tteobokki? Young Do berkata mereka akan makan mie lain kali agar ia bisa melihat Eun Sang lagi. Lalu ia menyuruh Eun Sang menulis surat perjanjian bahwa mereka akan makan mie.
Eun Sang mengabulkannya. Ia menulis di dinding kedai itu bahwa ia akan makan mie bersama Young Do. Young Do melihatnya dengan seksama. Ia curiga Eun Sang dengan mudahnya mengikuti permintaannya.
“Mengapa tadi kau menangis?”
“Makanlah tteobokkimu.”
“Kurasa hari ini bukan harinya jadi aku tidak akan bertanya lagi,” ujar Young Do kesal.
Tiba-tiba ia bertanya apa Eun Sang tahu nomor teleponnya. Eun Sang berkata ia bahkan kesulitan mengingat nomornya sendiri. Young Do menyuruh Eun Sang mengingat nomor teleponnya. Juga nomor telepon Kim Tan. Jika terjadi sesuatu, Eun Sang bisa menelepon mereka.
Di saat Eun Sang tersentuh mendengar perkataan Young Do, Young Do menambahkan akan lebih baik jika Eun Sang meneleponnya tanpa alasan.
Eun Sang mengajak Young Do pulang karena hari sudah malam, ibunya akan mengkhawatirkannya. Ibu atau Tan? ;)
Young Do berkata ia akan membiarkan Eun Sang pergi. Dengan begitu Tan akan marah-marah, dan itu akan sangat menyenangkan. Ia menyuruh Eun Sang pulang menggunakan mobilnya.
Setelah Eun Sang pulang, Young Do duduk di kedai itu beberapa waktu lamanya. Ia menatap tulisan janji Eun Sang di dinding dan nampak khawatir. Firasat?
Tan muncul di kedai tteobokki. Young Do berkata Eun Sang sudah pergi. Tan dengan enteng berkata ia sudah tahu. Young Do bukan orang yang akan menahan Eun Sang dan Eun Sang bukan orang yang akan tinggal.
“Kalau begitu mengapa kau datang?”
“Terima kasih atas hari itu. Untuk datang ke rumahku dan menolongku melarikan diri.”
Young Do tak siap mendengar ucapan terima kasih Tan yang membuatnya menjadi orang baik. Ia bertanya apakah Tan memiliki rahasia lain? Misalnya, Tan sebenarnya wanita?
“Aku tidak bisa makan karena kartu yang kupegang selama 3 tahun terbang begitu saja di depan mataku. Internet Korsel terlalu maju dari yang seharusnya,” oceh Young Do.
“Ayo kita pergi,” Tan bangkit berdiri.
“Menyerahlah sebelum terluka lagi,” ujar Young Do serius. “Kurasa mereka sudah menangani Cha Eun Sang.”
Tan berkata ia sudah tahu, jadi Young Do sebaiknya mengurus urusannya sendiri. Ia mengajak Young Do pergi.
“Pergilah duluan.”
“Ayo bangun, brengsek. Jangan duduk di sini sendirian.” Aww… Dua orang ini cara perhatiannya aneh tapi merasuk ke hati hehe^^
[Bersambung ke Bagian 2] – baru bisa kuposting paling cepat Senin siang
Komentar:
Young Do kalau udah ngga serem lagi, jadi lucu yaa^^
Berbeda dengan Kdrama biasanya di mana sang wanita pergi meninggalkan si pria demi kebaikan si pria, kali ini si pria tahu lebih dulu si wanita akan pergi meninggalkannnya. Tapi apakah itu cukup?
Seperti yang dikatakan Tan, ayahnya memberinya “pedang” dengan menjadikannya pemegang saham utama yang setara dengan Won. Dan sekarang ia menggunakan pedang itu untuk melindungi Eun Sang. Bahkan Won yang terancam kedudukannya dan juga Nyonya Jung, menyadari mereka tidak bisa meremehkan Tan saat ini. Masalahnya apakah Tan tahu kalau Tuan Kim memegang senapan? Yang bisa langsung menembak lebih cepat dari tebasan pedang.
Aku penasaran dengan Sekretaris Yoon. Sebenarnya dia itu memihak siapa sih? Aku yakin ia tidak jahat, baik malah. Tapi aku agak bingung dengan kesetiaannya. Mengapa ia begitu setia pada Jeguk padahal ia sendiri mengakui Tuan Kim kejam?
Lalu apa yang dikatakan Eun Sang pada ibunya? Aku benar-benar berharap Eun Sang memilih pilihan ke-3 atau ke-4 dan seterusnya. Tan benar-benar membutuhkannya saat ini.
Dua anak malang....memiliki segalanya namun tidak memiliki...
Note:Demi kenyamanan bersama, kami harap komentar yang diberikan sesuai dengan isi postingan. Harap tidak memberikan spoiler untuk bagian berikutnya. Kami memberikan pengaturan ini bukan untuk kami, tapi untuk para pembaca yang tidak ingin mengetahui spoiler cerita berikutnya. Terima kasih untuk pengertiannya^^