14 Maret pk 19.50…
Suara bom mengejutkan semua orang. Para warga berhamburan keluar dari rumah mereka. Ruang kontrol di Blue House pun tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini.
Tae Kyung tertegun mendengar suara ledakan itu. Komandan tentara memerintahkan pasukannya mencari tahu di mana bom yang barusan meledak.
Seorang petugas polisi melaporkan bahwa itu adalah ledakan sebuah truk di dekat kantor polisi. Gedung itu rusak tapi tidak ada korban terluka maupun tewas karena semua personel sedang keluar mencari Presiden.
Presiden menyaksikan langit merah d tengah kota Yangjinri.
Di saat Blue House panik karena masih belum juga mengetahui keberadaan Presiden dan mulai dilanda kepanikan pasca ledakan bom tersebut, telepon tiba-tiba berdering. Perdana Menteri namapk ragu untuk mengangkatnya. Cha Young yang akhirnya mengangkat telepon tersebut.
“Ruang kontrol Blue House,” ujarnya. Tidak ada jawaban. “Ruang kontrol Blue House. Silakan bicara.”
“Ini Lee Dong Hwi.”
Cha Young terkejut.
Begitu mendengar bahwa yang meledak adalah sebuah truk, Tae Kyung berkata masih ada tiga bom lagi. Ia ingat ada empat truk yang dikirim ke Yangjinri. Ternyata isi truk itu adalah bom, artinya masih ada tiga lagi yang belum meledak.
Sebuah mobil menghampiri mereka. Pengemudinya tak lain tak bukan Sang Presiden sendiri yang meminjam mobil ahjumma penolongnya. Tanpa basa- basi, Presiden langsung mengatakan saat ini adalah keadaan darurat karena Kim Do Jin telah mengebom Yangjinri. Ia memerintahkan polisi mengevakuasi warga sementara pasukan tentara mencari tiga bom yang tersisa. Prioritas utama mereka adalah keselamatan warga. Polisi dan tentara langsung bergerak.
Tae Kyung memberi hormat pada Presiden dan mengungkapkan kelegaannya mengetahui Presiden selamat. Presiden menanyakan keadaan para agen yang menjadi pengalih perhatian saat ia dan Direktur Kim mengamankan diri.
Melihat raut wajah Tae Kyung, Presiden menyadari mereka tidak selamat.
“Bagaimana dengan Direktur (Kim)?”
Tae Kyung menunduk, “Beliau terbunuh.”
Presiden tercekat. Teringat permintaannya agar Direktur Kim mengabulkan permintaannya untuk pergi ke Yangjinri. Saat itu Presiden berkata Direktur Kim bertugas melindunginya, tidak bisakah Direktur Kim melindungi keputusannya juga? Direktur Kim saat itu menjawab ia akan melindungi keputusan Presiden, sekaligus melindungi Presiden.
Ia juga teringat ketika mereka dikejar-kejar pasukan Kim Do Jin, Direktur Kim menyuruh Presiden lari menyelamatkan diri meski Presiden protes. Direktur Kim saat itu meminta Presiden melakukan tugasnya sementara ia sendiri akan melakukan tugasnya, yaitu melindungi Presiden. Bahkan Direktur Kim sempat membentaknya untuk segera pergi.
Tae Kyung berkata Presiden saat ini harus segera kembali ke Blue House karena di sini terlalu berbahaya. Presiden tidak mau. Ia akan tetap tinggal. Tae Kyung menduga Presiden berkeras tinggal karena apa yang sudah terjadi di tempat ini di masa lalu. Ia meminta Presiden menyerahkan masalah ini pada semua personel keamanan.
“Bukan karena Yangjinri. Kau bilang PSS adalah agen yang melindungi Presiden. Presiden melindungi rakyatnya. Aku tidak bisa melarikan diri di saat keselamatan rakyatku tidak terjamin.”
Dua tim PSS yang tersisa di Blue House dan tim gegana segera berangkat menujui Yangjinri. Sementara itu warga mulai dievakuasi dan truk-truk digeledah.
Polisi gadungan yang melihat kejadian tersebut, segera melaporkannya pada Kim Do Jin. Anehnya, Kim Do Jin tidak nampak marah mendengar hal itu. Sepertinya ide gila kembali muncul di otaknya.
Perdana Menteri berang karena Cha Young (yang mewakili tim PSS) membiarkan Presiden tinggal di Yangjinri dan tidak segera memulangkannya kembali ke Blue House.
“Kau tidak boleh membiarkannya di Yangjinri dengan adanya ancaman bom!”
“Presiden terlalu keras kepala. Semua agen bebas tugas sudah dikerahkan ke Yangjinri dengan helikopter. Mereka akan melindungi Presiden,” kata Cha Young.
14 Maret pk 20.05…
Presiden sendiri turun tangan ikut bekerja menangani keadaan darurat di Yangjinri. Tae Kyung masih keberatan Presiden tetap di Yangjinri, tapi Presiden tidak menanggapinya. Ia menanyakan apa yang menjadi pemicu bom bus di Seoul. Ponsel yang sudah dimodifikasi, jawab Tae Kyung.
Presiden merenungkan hal itu. Tae Kyung bertanya apa yang dipikirkan Presiden hingga menanyakan hal tersebut. Belum sempat Presiden menjawab, komandan pasukan melaporkan bahwa para warga telah selesai dievakuasi.
Tapi tiga bom itu belum ditemukan. Mereka sudah mengerahkan tiga tim gegana.
Tiba-tiba telepon berdering. Tae Kyung mengangkatnya.
“Ruang kontrol Yangjinri.”
“Apa kalian sedang mencari bom-bom itu?” Kim Do Jin.
Tae Kyung menyalakan speaker telepon agar Presiden bisa berbicara dengan Kim Do Jin. Sementara itu Tae Kyung menelepon Cha Young dengan telepon lain dan memintanya melacak telepon Kim Do Jin.
“Di sini Lee Dong Hwi. Bicaralah.”
“Aku akan memberimu waktu 10 menit. Tarik seluruh pasukan. Presiden harus datang seorang diri ke Jembatan Indong. Atau bom kedua akan diledakkan.”
Sambungan diputuskan.
Tae Kyung menutup telepon. Melihat wajah Presiden dipenuhi kemarahan dan tekad, ia berkata, “Tidak boleh. Kita tidak bisa menempatkan penembak jitu hanya dalam waktu 10 menit.”
Komandan pasukan setuju dengan pendapat Tae Kyung. Tae Kyung berkata mereka bisa mengirim pasukan ke Jembatan Indong dan menangkap Kim Do Jin. Presiden harus tetap tinggal di ruangan ini. Tapi sepertinya Presiden tidak sependapat meski ia tidak mengatakan apapun.
Karena itu ketika pasukan sudah dikerahkan, Presiden duduk termenung. Tae Kyung menelepon Cha Young kembali namun Cha Young belum berhasil melacak telepon Kim Do Jin dan meminta Tae Kyung menunggu sebentar lagi. Errr…sebentar lagi itu berapa lama? Sepuluh menit? Bakal keburu meledak nih bomnya >,<
Polisi gadungan melaporkan pada Kim Do Jin bahwa Presiden tidak muncul.
Tae Kyung yang bisa menduga apa yang sedang dipikirkan Presiden, menegaskan bahwa mereka tidak boleh bernegosiasi dengan Kim Do Jin menggunakan nyawa Presiden.
“Menjadi Presiden bukanlah hal yang istimewa. Semua orang berhak hidup.”
“Tidak bisa. Bernegosiasi dengan Kim Do Jin hanya akan membunuh Bapak.”
“Aku tidak bisa berpaling dari rakyatku begitu saja.”
“Tapi Bapak tidak punya pilihan. Sebagai agen PSS, prioritas utama saya adalah keselamatan Presiden.”
“Agen Han Tae Kyung!! Selama 16 tahun ayahmu bekerja untuk mengungkapkan kebenaran. Dan kebenaran itu adalah bahwa kau seharusnya tidak pernah membahayakan nyawa rakyat untuk alasan dan keuntungan apapun. Orang-orang di luar sana memanggilku. Rakyat membutuhkan negara mereka. Tanpa rakyat, tidak ada artinya menjadi Presiden atau pelindung Presiden.”
Tae Kyung tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
Karena Presiden tidak menuruti permintaannya, Kim Do Jin meledakkan bom kedua. Kali ini di pos pemadam kebakaran. Tidak ada korban jiwa namun tiga petugas pemadam kebakaran menderita luka bakar dan sudah dilarikan ke rumah sakit.
Bo Won menelepon Cha Young dan memberitahunya bahwa truk-truk yang dikirim ke Yangjinri ada kemungkinan berisi bom. Info itu ia peroleh dari si pria bertato.
Tapi Cha Young sudah tahu mengenai hal itu dan memberitahu Bo Won bahwa baru saja terjadi ledakan kedua. Bo Won terkejut.
Polisi gadungan menunggu di depan gedung pusat kontrol Yangjinri untuk mengamati situasi. Kim Do Jin meneleponnya dan memberitahunya perubahan rencana. Meledakkan bangunan tidak akan membuat Presiden menampakkan diri.
Si polisi gadungan mengambil bom ketiga dari truk yang tersembunyi. Kim Do Jin menanyakan perihal bom keempat/terakhir. Polisi gadungan berkata bom keempat ada di luar kota jadi di luar batas pencarian, dengan begitu Kim Do Jin tidak perlu khawatir. Hmmm…bukankah bom keempat itu yang tidak sengaja ditemukan Presiden? Ada di mana bom itu sekarang?
Cha Young berhasil melacak letak Kim Do Jin dan memberitahu Tae Kyung. Seluruh pasukan diberitahu mengenai letak Kim Do Jin untuk menangkapnya. Presiden, Tae Kyung, dan komandan pasukan menantikan laporan di ruang kontrol.
Satu tim berhasil menemukan mobil Kim Do Jin. Pemimpin tim menyuruh pengemudi mobil turun dari mobil dan menyerahkan diri. Aku ragu ini adalah Kim Do Jin, karena dalam scene sebelum-sebelumnya, Kim Do Jin selalu duduk di kursi penumpang, bukan di kursi pengemudi.
Pengemudi mobil itu turun pelan-pelan dan berdiri membelakangi pasukan yang akan menangkapnya. Namun ketika ia disuruh berbalik, ia mengeluarkan senjata dan mulai menembak.
Terdengar baku tembak di lokasi tersebut. Komandan pasukan di ruang kontrol meminta laporan anak buahnya. Pemimpin tim berkata mereka berhasil menjatuhkan pengemudi mobil itu.
Pria tewas sepertinya berusia 40-an namun perlu diidentifikasi lebih lanjut karena tidak ada yang mengetahui seperti apa wajah Kim Do Jin. Tae Kyung menawarkan diri untuk pergi mengidentifikasi korban tewas tersebut. Ia pergi ke lokasi dan membuka kain penutup mayat.
Presiden mengangkat telepon di ruang kontrol.
“Kau masih belum mengerti juga? Ini antara kau dan aku. Jika Presiden tidak muncul juga, maka warga akan terbunuh. Aku adalah orang yang menepati perkataanku. Aku akan memberimu 10 menit lagi. Jika kau tidak keluar kali ini, kau akan menyesalinya.”
Begitu melihat mayat itu bukanlah Kim Do Jin, Tae Kyung langsung mengkhawatirkan keadaan Presiden. Namun Presiden lebih dulu meneleponnya. Presiden berkata ia sudah tahu Kim Do Jin belum mati. Ia akan menemui Kim Do Jin di Jembatan Indong pada pk 20.30, sepuluh menit lagi. Tae Kyung protes tapi Presiden berkata Kim Do Jin akan mencelakai warga jika ia tidak pergi. Ia meminta Tae Kyung tidak memberitahukan hal ini pada polisi maupun tentara.
“Tidak, saya akan ke sana. Tunggulah hingga saya sampai.”
“Aku tidak bisa terus bersembunyi sementara rakyat bisa terbunuh. Sepuluh menit. Temukan bom terakhir dalam kurun waktu tersebut. Aku akan tetap hidup sampai saat itu, demi para agen yang telah mengiorbankan nyawa mereka untukku. Lindungi rakyat. Hanya agen Han Tae Kyung yang bisa kuandalkan.”
Presiden lalu mematikan telepon. Tae Kyung meminta Komandan pasukan mempercepat pencarian bom.
Presiden menjalankan mobil menuju Jembatan Insadong. Tae Kyung juga sedang dalam perjalanan menuju ke sana ketika ia melihat sebuah mobil polisi mengikuti truk pengangkut pengungsi. Sekilas ia melihat pengemudi mobil polisi itu adalah anak buah Kim Do Jin.
Di truk tersebut terdapat warga Yangjinri, di antaranya ahjumma yang menolong Presiden dan puterinya. Ahjumma melihat sebuah kopor mencurigakan di bawah kaki seorang penumpang. Penumpang itu berkata kopor itu bukan miliknya. Puteri ahjumma berkata seorang petugas polisi memintanya membawa koper itu ke truk.
Tentu saja itu koper ketiga yang berisi bom. Kim Do Jin memerintahkan anak buahnya meledakkan bom ketiga jika terjadi sesuatu pada dirinya. Lalu bagaimana jika Presiden benar-benar muncul menemui Kim Do Jin? Kim Do Jin memerintahkan agar koper itu tetap diledakkan.
Tae Kyung dalam dilema. Apakah ia harus mengikuti polsii gadungan itu dan meninggalkan Presiden? Tapi tugas utamanya adalah melindungi Presiden. Permintaan terakhir Presiden padanya untuk melindungi rakyat dan hanya ia yang bisa diandalkan Presiden, membuat Tae Kyung membalikkan arah mobilnya mengikuti mobil polisi gadungan.
Ia menjejeri mobil polisi itu dan memastikan pengemudinya adalah anak buah Kim Do Jin. Tae Kyung menyusul truk pengungsi dan menghentikan mobilnya menghalnagi mereka. Ia melihat mobil polisi itu bergerak melewati truk dan melihat si pengemudi memegang ponsel. Siap meledakkan bom.
Tae Kyung mengambil senjatanya dan menembak ban mobil polisi. Ponsel pemicu bom terlepas dan jatuh. Terjadi baku tembak antara Tae Kyung dan polisi gadungan itu.
Bahu Tae Kyung tertembak. Pria itu berhasil meraih ponsel dan siap menekan tombol “send”. Terdengar suara letusan senjata. Pria itu mati dengan kepala tertembak.
Tae Kyung segera mengambil ponsel pemicu bom dan mengambil baterainya agar tidak berfungsi kembali. Hanya saja karena tidak ada yang tahu polisi itu gadungan, para tentara mengira Tae Kyung adalah orang jahat dan menodongkan senjata mereka pada Tae Kyung.
Untunglah kesalahpahaman itu tidak berlangsung lama. Tae Kyung mengambil koper itu dari truk pengungsi dan meminta tim gegana segera datang untuk menjinakkan bom tersebut.
Ahjumma bertanya apakah bomnya ada lebih dari empat. Tae Kyung bingung. Apa maksud perkataan ahjumma itu? Ahjumma berkata 2 bom sudah meledak dan satu adalah bom di truk pengungsi, satu lagi adalah bom yang diambil Presiden. Tae Kyung kaget. Presiden membawa bom?
14 Maret pk 20.30…
Presiden tiba di Jembatan Indong. Kim Do Jin sudah menantinya. Tae Kyung memacu mobilnya ke tempat yang sama. Berpikir sejak kapan hal ini direncanakan Presiden.
Presiden turun dari mobilnya dan menghampiri Kim Do Jin. Kim Do Jin meledek bahwa Presiden membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menurutinya.
Sementara itu sebuah tim pasukan menemukan sebuah truk yang diparkir tepat di atas jalur gas Yangjinri. Jika pipa itu diledakkan maka seleuruh kota akan terbakar. Lho kok jadi ada lima bomnya? Atau bom dalam truk itu yang diambil Presiden?
Kim Do Jin mengacungkan ponsel pemicu bom terakhir. Ia berkata benda itu mengesankan hingga bisa membuat Presiden keluar untuk mati.
“Tapi ini adalah tindakan mulia. Kalau tidak Yangjinri akan dibakar rata dengan tanah.”
“Ledakkan. Jika kau sangat ingin meledakkannya, maka lakukan saja,” tantang Presiden.
Komentar:
Ponsel yang dipegang Kim Do Jin adalah pemicu bom di mobil Presiden kan? Artinya Presiden memutuskan untuk mati bersama Kim Do Jin?
Hmmm…kira-kira ada ngga ya Presiden yang seperti Lee Dong Hwi di dunia ini? >,<
Ih c tae kyung sllu g bs bc pkranx presiden(trbw esmoni)...ahjumma tetep baek hati & kwatir sm presiden meski suamix twas insiden yanjinri....gomawo mbak fanny d tggu lg part2 final....
BalasHapusAga bingung ni, suaminya kan mninggal 16 taun yg lalu tp kok anknya msh kecil bgt ya? Trus di sub eng ada kata2 8 taun lalu @.@ jd bingung
Hapus:D
Ditunggu mbak fanny part 2 nya.. :)
BalasHapusuntuk bom yang ledakkanny sangat dikhawatirkan, hmmm rasanya kurang membaha dampaknya hehehehe dan lg, kok anak ajhuma itu masih berumur dibawah 16 tahun ya? padahal suaminya tewas 16 tahun lalu, atau si ajhumanya nikah lagi... hmmmm tapi tetep seru untuk diikuti
BalasHapusAduh ....penasaran endingnya gimana??? Btw ada gak ya orang kyk kim do jin di dunia???
BalasHapusAduh ....penasaran endingnya gimana??? Btw ada gak ya orang kyk kim do jin di dunia???
BalasHapus