Sinopsis You’re All Surrounded Episode 1 (Bagian 2)

[Bagian 1 klik di sini]

Ibu Ji Yong menemui Pan Seok dan berkata ia akan bersaksi. Pan Seok berterima kasih pada ibu Ji Yong. Ia berkali-kali mengatakan ia pasti akan melindungi ibu Ji Yong.

Soo Sun kehujanan saat pulang sekolah. Tiba-tiba seseorang memayunginya. Ji Yong. Ji Yong menyuruh Soo Sun memakai payungnya. Soo Sun berkata ia tidak akan merasa bersalah meski Ji Yong bersikap seperti ini. Ia sama sekali tidak merasa bersalah.

“Ibuku bukan wanita simpanan. Dia seorang ibu tunggal,” kata Ji Yong dengan tenang, “Dan aku putera seorang ibu tunggal. Tapi aku tidak malu sedikitpun karena ibuku. Aku berterima kasih dan bangga. Karena ibuku tidak menyerah, melahirkan dan membesarkanku.”

Soo Sun makin tak enak hati. Ia menolak payung yang diulurkan Ji Yong. Namun ia malah tersandung tali sepatunya yang terurai lepas. Saat ia hendak menalikannya, Ji Yong menaruh payungnya di tangan Soo Sun lalu menalikan sepatunya.

Soo Sun mengulurkan payung itu untuk memayungi Ji Yong. Setelah selesai, Ji Yong berlari menerobos hujan.

Ibu Ji Yong sedang memasak ketika ia mendengar suara pintu dibuka. Ia mengira Ji Yong sudah kembali. Namun ia terkejut saat melihat siapa yang datang.

Ji Yong pulang ke rumah dalam keadaan basah kuyup karena kehujanan. Ia menemukan sebuah kalung di pekarangan rumahnya. Ia menganggap kalung itu keren dan mengantunginya.

Ketika ia masuk, ia melihat seisi rumahnya berantakan. Laci-laci terbuka dan barang-barang berserakan. Ia menemukan ibunya di kamar. Terkapar dengan luka di kepalanya. Ji Yong memanggil ibunya sambil menangis.

Untunglah ibunya masih hidup. Ji Yong berkata ia pasti akan menyelamatkan ibunya. Tangannya gemetar saat ia hendak mencari pertolongan. Namun belum sempat ia menelepon, terdengar suara bel tanda pintu dibuka. Ji Yong tertegun.

Penjahatnya rupanya kembali. Ia masuk ke kamar dan hanya melihat ibu Ji Young yang masih terkapar. Ji Yong bersembunyi di bawah tempat tidur. Penjahat itu mengobrak-abrik barang seakan sedang mencari sesuatu.

Ji Yong berusaha tidak bersuara saat ia melihat ipenjahat itu dengan seenaknya menggulingkan tubuh ibunya. Penjahat itu terus mencari ke seluruh pelosok kamar. Terakhir, tempat tidur.

 

Penjahat itu membuka seprai. Lalu membungkuk hendak melihat ke bawah tempat tidur. Tapi tiba-tiba ibu Ji Yong memegang kaki penjahat itu hingga perhatiannya teralihkan. Ji Yong hendak keluar tapi ibunya menggeleng pelan sambil menatap puteranya.

Ji Yong menangis tanpa suara saat melihat ibunya dicekik sampai mati oleh penjahat itu. Sebelum mati, ibunya sempat menggeleng lagi agar Ji Yong tidak keluar.

Penjahat itu lalu menerima sebuah telepon. Rupanya ia kembali untuk mencari kalung namun ia tidak tahu bentuk liontin kalung tersebut. Ia juga sempat meminta peneleponnya tidak khawatir. Karena mereka memiliki Detektif Seo, mereka tidak boleh membiarkan ada jejak yang tertinggal. Hmmm…apa maksudnya? Pan Seok yang akan membantu menghilangkan jejak? Atau mereka tidak boleh menghilangkan jejak karena Pan Seok bisa menemukannya?

Setelah penjahat itu pergi, Ji Yong keluar dari tempat persembunyiannya dan menangis meratapi kepergian ibunya.

Polisi memeriksa rumah Ji Yong dan menjadikannya TKP. Pan Seok mengkhawatirkan Ji Yong yang terus menangis. Ia bertanya apakah Ji Yong benar-benar tidak terluka. Ia menawarkan agar Ji Yong tinggal di rumahnya dulu untuk sementara waktu.

Ji Yong menepis uluran tangan Pan Seok. Ia bertanya mengapa tiba-tiba ibunya berubah pikiran untuk bersaksi. Apakah Pan Seok membujuknya lagi? Jika Pan Seok memang begitu ingin ibunya menjadi saksi, seharusnya Pan Seok menepati janjinya.

Bukankah Pan Seok yang meminta ibunya mempercayainya dan berjanji untuk melindunginya? Bukankah Pan Seok berkata akan mengeluarkan surat penahanan untuk mereka yang mengancam ibunya? Pan Seok termangu diliputi perasaan bersalah. Ji Yong pergi diliputi amarah dan kesedihan.

Ia melarikan diri ke sekolah. Di sana ia teringat perkataan si penjahat mengenai kalung yang dicarinya. Ia teringat pada kalung yantg dipungutnya. Maka ia pun mengeluarkan kartu nama Pan Seok lalu meneleponnya.

Ia memberitahunya soal kalung itu dan bahwa kalung itu ada di saku jas seragam sekolah yang diamankan Pan Seok sebagai barang bukti. Ia bertanya apakah dengan kalung itu mereka bisa menangkap panjahatnya.

Pan Seok membenarkan. Ia bertanya Ji Yong ada di mana sekarang. Ji Yong tidak mau memberitahunya, tapi bunyi bel sekolah memberitahu Pan Seok bahwa Ji Yong ada di sekolah. Pan Seok berkata ia akan menjemput Ji Yong dalam 30 menit.

Rupanya Ji Yong tidak pergi ke sekolahnya, melainkan ke sekolah Soo Sun. Dan Soo Sun masih ada di ruang penyiaran. Ia sempat melihat Ji Yong ada di gedung sebelah lalu melambaikan tangannya. Tapi Ji Yong tidak melihatnya.

Ji Yong mendengar suara langkah kaki menghampirinya. Ia mengira Pan Seok yang datang menjemputnya. Namun yang berdiri di hadapannya adalah si pembunuh.

Ji Yong segera berbalik dan melarikan diri. Pembunuh itu mengejarnya.

 

Sementara itu Soo Sun berbicara melalui pengeras suara sekolah. Ia berbicara pada Ji Yong.

“Kim Ji Yong, di sini Eo Soo Sun. Ada sesuatu yang ingin kukatakan. Aku pengecut dan jahat. Aku seharusnya tidak menyinggung cerita soal ibumu. Aku tak bisa menahan kemarahanku saat itu. Ini sepenuhnya kesalahanku, jadi kau akan menerima permintaan maafku, kan?”

Ji Yong sama sekali tidak sempat mendengar atau menerima apapun karena ia sibuk berlari sekuat tenaga menyelamatkan dir.i

“Jika kau menerimanya, angkat tangan kananmu,” sambung Soo Sun. Tapi Ji Yong tidak terlihat lagi.

Ji Yong berlari menuruni tangga lalu secepat kilat bersembunyi di sebuah lorong. Ia merasa lega ketika si pembunuh terus berlari turun melewatinya.

“Kim Ji Yong! Kau berdiri di dekat tembok lantai 2,” ujar Soo Sun lewat pengeras suara. “Hei, aku bisa melihat semuanya dari sini.” O-ow…. Antar pengen ketawa sama tegang melihat adegan ini >,<

Si pembunuh dan Ji Yong mendengar “pengumuman” Soo Sun itu. Ji Yong terpaksa kembali berlari karena si pembunuh kembali mengejarnya setelah tahu keberadaannya.

“Apa kau benar-benar tidak mau menerima permintaan maafku?” tanya Soo Sun.

Ji Yong masuk ke dalam lab lalu menguncinya.

“Kenapa kau masuk Lab IPA? Kau mau membuat masalah, kan?” terdengar suara Soo Sun dari speaker.

“Tutup mulutmu sekarang juga!!!” seru Ji Yong frustrasi.

Soo Sun jadi tersinggung, mengira Ji Yong tidak mau mendengar permintaan maafnya.

“Dasar orang picik,” gerutunya. “Kau adalah seseorang yang akan mati akibat stress karena hal-hal kecil.”

Si pembunuh berusaha membuka lab IPA yang dikunci Ji Yong dari dalam. Ji Yong berusaha membuka sebuah pintu (atau lemari?) yang terkunci dengan menggunakan bangku.

Si pembunuh mendobrak pintu namun tidak melihat Ji Yong. Tiba-tiba Ji Yong muncul dan melemparkan bahan kimia (sepertinya asam kuat) ke wajah si pembunuh. Pembunuh itu mengerang sambil memegangi wajahnya yang mengeluarkan asap. Lalu ia jatuh ke lantai. Dari sakunya keluar kalung yang ditemukan Ji Yong sebelumnya. Ji Yong tertegun selama beberapa saat.

Ia tidak memungut kalung itu dan segera pergi. Soo Sun berjalan ke arah lab IPA dan melihat seorang pria berjalan menutupi sebelah matanya. Merasa curiga, Soo Sun bersembunyi di balik dinding. Ia sempat melihat bekas luka di belakang telinga pembunuh itu.

Ji Yong berjalan menyusuri jalan. Ia teringat ucapan si pembunuh di telepon setelah membunuh ibunya. Pembunuh itu berkata ia tidak bisa meninggalkan jejak karena mereka memiliki Detektif Seo. Lalu kenapa kalung itu ada di tangan si pembunuh? Dan kenapa pembunuh itu tahu ia ada di sekolah? Ia hanya memberitahukan semua hal itu pada Detektif Seo Pan Seok.

Ji Yong menyimpulkan Detektif Seo Pan Seok adalah komplotan penjahat juga. Orang yang mengkhianatinya dan ibunya.

Kembali ke masa kini….

Seorang gadis berdiri di tengah daerah Gangnam yang dipenuhi gedung-gedung dan pertokoan yang tinggi dan mewah. Daerah elit di Seoul. Di salah satu layar iklan multimedia sebuah gedung terpampang tulisan: “Kepolisian Gangnam, memutuskan untuk mereformasi personel demi menghilangkan korupsi”

Namun semua itu terbalik dengan kantor kepolisian Gangnam sendiri. Sebuah bangunan yang namak tua dan tidak terawat. Gadis itu menghela nafas kecewa.

Lalu seorang pria berkacamata membawa pot bunga berdiri di sebelahnya. Memiliki reaksi yang sama saat melihat gedung tersebut. Ia menoleh melihat Soo Sun.

“Oooh, kau dari asrama 1-287! Betul, betul, betul (kaya upin ipin aja XD)! Siapa namamu? Namamu Eo S…” Ia tidak menghentikan kata-katanya karena Soo Sun langsung mendelik ke arahnya.

 

Senyum Soo Sun mengembang saat melihat pria tampan yang berdiri di sebelah pria berkacamata itu. Pria berkacamata mengira Soo Sun sudah mengingatnya, tapi Soon Sun hanya melihat si tampan Lalu seorang pria berjaket hitam berwajah ketus, berdiri di sebelahnya.

Mereka menyebrang bersama. Ngga tau kenapa suka banget sama adegan baris ini^^ Empat polisi baru ini aku singkat dengan sebutan P4 yaaaa...

Keempatnya berbaris di kantor polisi mengenakan seragam.

“Apa kau tidak berpikir kita benar-benar sudah ditakdirkan? Kelas yang sama, kepolisian yang sama, tim yang sama,” bisik si kacamata pada Soo Sun.

Soo Sun tidak menanggapinya. Ia menduga ahjusshi di barisan depan mereka adalah pemimpin tim. Hanya dengan melihatnya saja, sudah terlihat ia seorang detektif. Si kacamata membenarkan.

“Apakah menurutmu aku tidak terlalu terlihat pintar dan sensitif untuk menjadi seorang detektif?” tanyanya.

“Tidak,” jawab Soo Sun.

 

Seorang pria berjalan ke arah barisan. Detektif Seo Pan Seok. Begitu melihatnya, wajah pemuda berjaket hitam langsung berubah. Ia menatap Pan Seok dengan tajam, tatapan penuh dendam. Namun ia berusaha keras menahan diri. Ia adalah Kim Ji Yong yang sudah dewasa.

Seorang detektif senior mengeluh walau reformasi korupsi itu bagus, mereka seharusnya dibiarkan bekerja dan bukannya rapat seperti ini terus. Lee Eung Do, ahjusshi rekan Pan Seok, memberitahu rekannya bahwa mereka memiliki 4 orang pemula. Seperti tempat penitipan anak saja, sindirnya. Para senior lain (yang umumnya sudah berumur) tertawa mendengarnya.

Kepala polisi Kang Seok Joon (ibu Hyo Shin^^ untuk seterusnya kita sebut Chief Kang) menemui mereka, ditemani Kepala Seksi Cha Tae Oh (kita panggil Chief Cha aja ya). Perekrutan polisi yang baru lulus ini adalah atas prakarsa Chief Kang yang bertekad menghapuskan korupsi dalam kepolisian. Mereka juga merevisi hampir 70% personel. Dengan darah baru, diharapkan adanya energi baru. Baik Pan Seok maupun Ji Yong tidak nampak senang mendengarnya.

 

Sebagai pemimpin tim, Pan Seok diminta Chief Cha untuk memberikan kata sambutan. Pan Seok maju ke depan.

“Mulai hari ini, aku mengumumkan kepolisian Gangnam ini adalah daerah bencana.”

Para detektif tertawa. Chief Kang berkata ungkapan itu tidaklah salah. Ia berkata bagian kriminal tidak biasanya menerima polisi yang baru lulus. Tapi ia meminta Pan Seok membimbing polisi-polisi baru tersebut. Pan Seok mengangguk dengan tidak bersemangat.

 

Pintu kantor dibuka. Pan Seok terkejut saat melihat wanita yang datang. Seorang wanita berwajah galak. Ia meminta maaf datang terlambat karena pesawatnya diundur. Ia memperkenalkan diri sebagai pemimpin unit orang hilang, Kim Sa Kyung.

Para polwan berkerumun di depan ruang tim kriminal. Soo Sun menerobos mereka dan membuka pintu. Ketiga teman barunya sedang berganti pakaian. Soo Sun langsung menutup pintu, namun membukanya kembali dan masuk karena Pan Seok menyuruhnya.

P4 memperkenalkan diri mereka. Si kacamata berasal dari Buyeo, namanya Ji Gook. Ia ingin tinggal di daerah Gangnam. Karena itu ia dengan sukarelah mendaftar ke bagian lalu lintas. Tapi karena di sana tidak ada perekrutan baru, ia ditugaskan di bagian kriminal. Ia terus berbicara hingga Eung Do memotongnya dan menyuruh Soo Sun memperkenalkan diri.

 

Soo Sun berdiri memperkenalkan namanya dan asal daerahnya. Ketika mendengar Masan, Ji Yong namauk terpaku. Tidak terlihat apakah ia masih mengenali nama Soo Sun atau tidak. Seharusnya sih ingat ya karena itu nama yang tidak biasa.

Soo Sun berkata ia tipe orang yang tidur awal, ia tahu ia tidak cocok di bagian patroli. Dan lagi ia dengar bagian kriminal mendapat gaji terbanyak.

Pan Seok dan Eung Do memejamkan mata mendengarnya.

Si pemuda tampan memperkenalkan diri sebagai Park Tae Il. Ia lahir dan besar di Seoul. Ia menjadi polisi kriminal karena menganggapnya menarik.

“Sedikit lebih baik,” ujar Eung Do. “Kau.” Tunjuknya pada Ji Yong.

“Namaku Eun Dae Goo.” Ujar Ji Yong singkat. Lalu ia duduk kembali. Untuk selanjutnya kita sebut dengan nama barunya.

Semua orang melihatnya dengan heran. Eung Do bertanya dari mana asal Dae Gu dan kenapa ia menjadi polisi kriminal. Dengan singkat Dae Gu berkata ia tidak mau mengatakannya. Pan Seok menoleh melihat Dae Gu dengan tatapan tidak senang.

Eung Do meminta Pan Seok berbicara pada anggota tim mereka yang baru.

“Mereka yang harus pergi, segeralah kemasi barang kalian dan pergi. Jangan mengulur waktu. Terutama kau. Aku tidak pernah melatih anggota berambut panjang. Segera kemasi barangmu dan pergi,” tunjuknya pada Soo Sun.

“Itu diskriminasi jenis kelamin,” protes Soo Sun.

“Kau tidak dengar? Kubilang seseorang berambut panjang (bukan wanita).”

Soo Sun pun tidak mengatakan apa-apa lagi.

Pan Seok berkata mulai sekarang kepolisian Gangnam adalah daerah bencana. Karena itu mereka jangan melakukan apapun. Dan ia mohon agar mereka tidak membunuh sembarang orang.

Mendengar itu, Dae Gu menatap Pan Seok dengan tajam.

“Kenapa? Kenapa kau menatapku seperti itu?” tantang Pan Seok.

Dae Gu memaki sambil berbisik, membuat semua orang terkejut.

Tapi sebelum Pan Seok melakukan sesuatu, terdengar panggilan dari radio bahwa ada gangguan di daerah Gangnam. Ia segera menuju pintu.

“Kenapa kalian tidak bergerak?” tanya Eung Do tak sabar, melihat P4 duduk diam.

“Pak, kalian bilang kami tidak boleh melakukan sesuatu,” sahut Ji Gook.

Pan Seok memaki mereka hingga mereka langsung berdiri dan mempersiapkan senjata mereka. Lalu mereka berenam bergerak untuk misi bertama mereka, diiringi tatapan kagum petugas lain.

 

Komentar:

Whoaa...bagian kedua ini jelas lebih padat ceritanya. Ada sedihnya dan ada tegangnya.

Ji Yong menjadi polisi kemungkinan besar untuk mengawasi Pan Seok dan mencari pembunuh ibunya. Setelah ia sebatang kara, apa yang ia lakukan hingga ia bisa menjadi polisi seperti sekarang? Siapa yang telah menolongnya? Rasanya baru kali ini aku melihat Seung Gi memerankan karakter yang pendiam dan jutek. Cool^^

Untuk saat ini aku yakin Pan Seok tidaklah seperti yang Dae Gu pikirkan. Jika ia memang bersekongkol dengan penjahat, untuk apa ia mendesak ibu Ji Yong menjadi saksi. Seharusnya dibiarkan saja ketiak ibu Ji Yong berubah pikiran tidak mau menjadi saksi.

Lalu kenapa pembunuh itu bisa mengetahui keberadaan Ji Yong dan mendapatkan kalung itu? Aku menduga ada pengkhianat di dalam kepolisian seperti dalam Three Days, atau telepon Pan Seok disadap. Mungkin itulah sebabnya pembunuh itu mengatakan mereka memiliki Pan Seok. Artinya mereka mengetahui gerak-gerik Pan Seok.

Melihat Pan Seok yang begitu ingin membantu nenek Ga Won, bahkan memberikan foto-foto Ga Won pada ibu Ji Yong, rasanya aneh kalau Pan Seok juga yang mengkhianati mereka. Atau ada kemungkinan lagi....mungkinkah Pan Seok juga diancam?