Dae Gu terlihat gugup saat Pan Seok mendekatinya dengan tatapan penuh selidik.
Tiba-tiba ponsel Ji Gook berdering hingga mengalihkan perhatian Pan Seok. Getar ponsel Dae Gu pun berhenti tak lama kemudian. Sepertinya Pan Seok disadarkan bahwa mungkin saja ada orang yang menelepon pada saat yang bersamaan. Kecurigaannya memudar.
Di kamarnya, Dae Gu menarik nafas lega karena tidak ketahuan.
Episode 3: Tidak ada detektif pemula
P4 menguping di luar ruang rapat kantor polisi. Di dalam sedang berlangsung rapat antara Chief Kang dan para detektif di kantor tersebut. Soo Sun berusaha berpikiran positif bahwa mereka sudah berhasil membuat janji kencan dengan gadis matre dan juga telah menyelidiki dengan baik.
“Mungkin saja,” kata Tae Il. “Pengemudi mabuk saja masih bisa bebas dengan membayar uang jaminan.”
“Sedangkan kita masuk sel tahanan,” sambung Ji Gook.
“Mereka tidak bisa memecat kita. Iya kan?” kata Soo Sun dengan kekhawatiran tergambar jelas di wajahnya.
Dae Gu diam mematung tanpa mengatakan apapun.
Rapat dimulai. Dengan berapi-api Chief Cha berkata para pemula di tim 3 (tim Pan Seok) telah membuat kekacauan besar. Mereka bahkan merebut senjata Penyelidik Oh. Ia sampai meminta maaf pada Kepala Detektif dan untunglah situasinya bisa dibereskan saat itu juga. Kesatuan Gangnam hampir saja kembali menjadi bulan-bulanan media.
Ia sebenarnya ingin para pemula itu dipindahkan ke daerah asal mereka. Tapi ia merasa hal itu akan membuyarkan rencana Chief Kang untuk mereformasi kepolisian. Karena itu ia ingin mendengar pendapat para pemimpin tim lain sebelum melakukan tindakan.
Chief Kang mengakui P4 telah membuat kekacauan. Namun sebelum ia memutuskan untuk memecat mereka, ia merasa yang terpenting adalah pendapat pembimbing mereka, yaitu Pan Seok. Jika Pan Seok tetap ingin membimbing mereka, ia akan menghormati keputusannya itu. Jelas Chief Kang tidak ingin Pan Seok menyerah.
“Kita tidak akan pernah bisa mencocokkan sebuah kotak pada lubang berbentuk lingkaran,” kata Pan Seok. Seharusnya P4 sejak awal dihentikan. Mereka adalah pemula yang bahkan tidak berpengetahuan dasar seperti prosedur pengawalan tersangka yang benar. Mereka pikir hidup keras seorang detektif adalah seperti bermain detektif-detektifan. Belum lagi mereka terlibat perkelahian.
“Kenapa juga kita harus rapat dan sakit kepala gara-gara para pemula bodoh itu?!” seru Pan Seok gemas sambil menggebrak meja. “Belum seminggu dan mereka sudah mengacau dua kali. Bagaimana bisa mereka lulus ujian kepolisian?!”
Para detektif lain mulai merasa curhat Pan Seok berlebihan. Tapi poin Pan Seok benar juga, jika mereka benar-benar tidak berguna kenapa juga mereka bisa lulus? Pan Seok berkata ia merasa P4 harus dipecat sesegera mungkin agar tidak menghambur-hamburkan uang rakyat.
“Sejak awal aku menentang penerimaan pemula di unit kriminal. Dan pendapatku tidak berubah samapi sekarang. Mereka harus dipindahkan ke kepolisian daerah. Tidak ada masalah jika mereka dihukum lebih berat.”
Chief Kang memejamkan mata pasrah. Begitu juga P4 yang selama ini menguping di luar pintu. Merasa cukup mendengar semua itu, Dae Gu berjalan pergi.
“Tapi….” Terdengar suara Pan Seok dari dalam kantor.
Dae Gu menghentikan langkahnya.
“Meski begitu, berikan aku waktu 3 bulan. Karena mereka ditugaskan dalam timku, aku akan melatih mereka habis-habisan (istilahnya sih: memotong ari-ari seperti pada bayi baru lahir). Begitu mereka belajar berjalan, baru aku membuat keputusan.” Ia akan melatih mereka sebelum mereka memutuskan keluar atas keinginan mereka sendiri atau sebelum mereka dipecat.
Eung Do dan Chief Kang tersenyum, sementara para detektif lain menggeleng pasrah.
“Yes!!” Soo Sun bersorak kecil. Ia hendak memberi Dae Gu hi-five tapi Dae Gu berbalik pergi.
Pan Seok menatap wajah P4 yang berhiaskan senyum gembira, errr…kecuali 1 orang ;p
“Dari ekspresi wajah kalian, aku bisa menduga kalian menguping di luar.”
“Ya, sepertinya mereka sudah dengar,” kata Eung Do sambil tertawa.
Soo Sun berterima kasih pada Pan Seok yang bersedia menerima mereka.
“Karena kalian sudah mendengar semuanya, aku akan berbicara singkat saja. Dalam 3 bulan, hanya 1 hal yang akan kuajarkan pada kalian. Yaitu, kalian tidak akan pernah bisa menjadi detektif.”
Senyum Soo Sun menghilang. Apa maksudnya itu?
Pan Seok berkata alasan seorang detektif legendaris seperti dirinya memberi kesempatan pada anak-anak baru yang masih hijau dan bodoh adalah untuk membuktikan bahwa mereka tidak akan pernah bisa menjadi detektif.
“Jangan sia-siakan waktu kalian. Jika kalian tidak sanggup mengikutiku, kalian bisa berhenti kapan saja. Jadi selamat datang! Kekuatan tim kriminal adalah kerja tim. Jika 1 orang keluar, maka kalian berempat keluar dari unit ini. Apa kalian mengerti? Kenapa kalian tidak menjawab?”
“Itu tidak benar!” sanggah Dae Gu. “Dalam buku peraturan manapu tidak ada bentuk hukuman massal.”
“Tidak benar? Maka keluarlah,” sahut Pan Seok tenang. Ia menghampiri Dae Gu yang memelototinya dan berkata Dae Gu harus memperbaiki tatapannya lebih dulu. Dae Gu akhirnya menurunkan tatapannya.
Maka pelatihan detektif ala Pan Seok pun dimulai. Pertama, menemukan alamat TKP. P4 harus menyerahkan ponsel mereka dan mereka pun berpencar mencari alamat tersebut dengan cara mereka masing-masing.
Dae Gu yang memiliki ingatan fotografik, mencari alamat tersebut berdasarkan peta daerah tersebut yang pernah dilihatnya. Soo Sun menemui agen penjual rumah daerah tersebut untuk menanyakan alamat itu. Eh si agen mengira Soo Sun hendak menyewa tempat tersebut dan malah sibuk menawarkan rumah lain.
Tae Il dengan mudah menemukan alamat tersebut setelah menanyakannya pada wanita cantik. Ji Gook? Tidak ada yang mau memberitahunya. Akhirnya ia mengejar tukang antar makanan.
P4 tiba di alamat tersebut pada waktu hampir bersamaan. Dae Gu dan Soo Sun berlari, Tae Il diantar oleh wanita cantik, dan Ji Gook membonceng tukang antar makanan. Tapi Pan Seok tidak terkesan.
Ia bertanya apakah mereka tidak mendengar kata-katanya? Kekuatan tim detektif adalah kerja tim. Kenapa mereka datang sendiri-sendiri?
Pelatihan kedua adalah latihan pengintaian. Pan Seok berkata ada dua cara menangkap rakun (penjahat). Pertama, pergi ke sarang rakun. Kedua, pura-pura mati dan menunggu hingga rakun keluar sendiri. Dan mereka akan berlatih yang kedua.
P4 masuk ke dalam mobil dan mereka tidak boleh keluar sebelum waktunya habis. Jika ada satupun yang keluar, maka mereka harus langsung meneruskan ke latihan berikutnya tanpa istirahat.
Sebelum “mengurung” mereka di mobil, Eung Do berbisik supaya mereka bertahan saja. Dengan begitu latihan mereka bisa cepat selesai.
Ji Gook mulai menyesal karena mendaftar jadi detektif kriminal. Tae Il mengusulkan agar mereka berpura-pura sedang dalam perjalanan panjang di pesawat menuju London atau Paris. Soo Sun hendak minum air botolan tapi Dae Gu merebutnya.
“Otak burung, apa kau sudah lupa bawa kita terkurung di sini selama 12 jam?” ujarnya ketus.
Empat jam kemudian… penderitaan mulai terasa.
Ji Gook merasakan dorongan untuk ke kamar kecil. Soo Sun mencoba mengalihkan perhatiannya dengan menanyakan kenapa Ji Gook menjadi polisi.
“Aku ingin memiliki karir tetap dan menikah. Menjadi pegawai pemerintah adalah pilihan terbaik. Bagaimana denganmu?”
“Aku ingin menegakkan hukum, melindungi keadilan dan melayani rakyat,” jawab Soo Sun. Itu sih jawaban pelajaran PPKN ;p
“Menyebalkan, aku tidak mau bicara lagi,” gerutu Ji Gook.
Dae Gu memejamkan matanya, berusaha untuk tetap tenang. Tae Il mulai bergerak-gerak gelisah karena pegal.
“Aku tidak biasa naik penerbangan di bawah kelas bisnis,” keluhnya. Soo Sun dan Ji Gook langsung berkomentar kalau mereka bahkan tidak pernah pergi ke luar negeri.
Setelah 7 jam….
Hanya Dae Gu yang bisa tetap memasang wajah tenang, walau jelas di dalam…ia tidak setenang itu. Dalam sebuah gerakan cepat, ia menyilangkan kakinya.
Ketiga temannya terdiam. Lalu menutup hidung mereka dan menatap Dae Gu dengan pandangan menuduh. Dae Gu? Tetap cool….. pura-pura tidak tahu.
Setelah sebelas jam….
Keempatnya mulai pucat karena menahan berbagai dorongan dalam tubuh mereka.
“Ini pelanggaran HAM,” gumam Dae Gu kesal. “Aku akan mengajukan protes ke Komnas HAM.”
“Bertahanlah sebentar lagi. Hanya satu jam lagi…satu jam,” kata Soo Sun menyemangati diri.
Ji Gook bergerak ke pintu karena sudah tak tahan lagi. Tiga temannya menahannya. Dae Gu menjulurkan kakinya untuk menghalangi Ji Gook.Tapi tangan Ji Gook menekan perut Dae Gu hingga Dae Gu yang akhirnya tak tahan dan membuka pintu.
Pan Seok sudah menunggu mereka, tapi P4 tak peduli lagi. Dengan susah payah mereka mencari toilet. Pan Seok tersenyum dan bersiul menang.
Pelatihan selanjutnya adalah misi yang harus dikerjakan sendiri-sendiri. Siapa yang pertama kali menyelesaikannya berarti pelatihannya berakhir duluan.
Ia memperlihatkan sebuah rekaman CCTV yang memperlihatkan seorang pria yang baru saja keluar dari sebuah gedung apartemen. Ia adalah tersangka perampokan apartemen tersebut dan satu-satunya bukti yang bisa mengaitkan dirinya adalah DNA yang terdapat pada permen karet kunyahan pria tersebut. Pria itu membuang permen karet tersebut pada kertas pembungkusnya lalu membuangnya begitu saja ke trotar. Ahjumma petugas pembersih memungut gumpalan kertas berisi permen karet tersebut lalu membuangnya ke kantung sampah.
Misi P4 adalah menemukan gumpalan kertas tersebut. Mereka menatap Pan Seok tak percaya.
“Tidak mau? Maka berhentilah.”
P4 berdiri di depan tumpukan sampah gedung apartemen tersebut dengan wajah memelas. Masing-masing mengenakan sarung tangan karet pink.
Soo Sun dengan gagah berani mulai mengacak-acak sampah. Sementara ketiga temannya tidak tahan membaui entah aroma apa saja yang dikeluarkan sampah-sampah tersebut.
Ji Gook merengek ia tidak akan melakukannya. Ia ingin ditransfer ke kepolisian daerah saja. Tae Il juga tidak mau. Hidup terlalu singkat, untuk apa ia melakukan hal semacam ini?
Soo Sun berkata ia yang paling menderita karena penciumannya setajam seekor anjing.
Dae Gu bahkan tidak berhasil membuka kantung sampah. Ia melepas sarung tangannya dan pergi dengan kesal. Soo Sun menghentikannya.
“Tunggu! Apa yang kaulakukan?! Kau tidak berhak pergi seperti ini! Jika kau tidak keluar dari mobil duluan, kita pasti sudah selesai dengan misi kita,” omelnya.
Dae Gu berkata Soo Sun tidak perlu khawatir. Pan Seok tidak bisa memecat mereka semudah itu karena Chief Kang mendukung mereka. Ia berbalik pergi tapi Soo Sun kembali menahannya.
“Pertama, aku benci tempat pembuangan sampah. Kedua, aku tidak mau lagi jadi mainan orang sadis.” Kata Dae Gu kesal.
“Kalau begitu apa kau pikir kami suka sampah?!” sergah Soo Sun marah.
Ji Gook menengahi mereka dan berkata pendapat Dae Gu ada benarnya. Pan Seok tidak bisa memecat mereka selama Chief Kang melindungi mereka. Jadi ia mengusulkan agar mereka pulang saja sekarang lalu besok datang ke kantor dan melaporkan kalau mereka tidak bisa menemukan gumpalan itu. Dan lagi bagaimana bisa mereka menemukan gumpalan itu di TPS sebesar ini.
Tae Il mengangkat tangan setuju. Sebaiknya mereka tidak bertengkar lagi. Hidup sudah sulit, tidak perlu menambahnya dengan bertengkar. Pffft….
“Kalian pengkhianat! Kalian sebut diri kalian pria? Kalian tidak bisa mengatakannya langsung di depan orangnya, tapi membicarakannya di belakang. Dasar orang-orang tak setia dan labil! Apa aku salah? Cari terus gumpalan itu sekarang juga !!” Soo Sun memelototi mereka. Wah Soo Sun masih galak rupanya^^
Tae Il dan Ji Gook menurut seperti anak kecil yang baru dimarahi ibunya. Dae Gu tidak peduli dan berjalan pergi. Soo Sun mengambil sekantung sampah lalu memukuli Dae Gu dengan kantung tersebut.
“Dasar kau! Kau pikir aku tidak tahu bahwa kau yang kentut?! Aku tahu yang kau melakukannya!”
“Jadi kau yang melepaskan gas beracun?” tanya Ji Gook pada Dae Gu.
Dae Gu menyangkalnya. Ji Gook berkata pantas saja pepatah mengatakan “mereka yang kentut adalah yang paling marah”. Marah untuk menutupi bahwa mereka pelakunya.
“Benar! Jadi kau marah karena kau kentut?” Soo Sun kembali memukul Dae Gu dengan kantung sampah yang dipegangnya. Dae Gu akhirnya menangkis pukulan itu.
Kantung sampah robek dan isinya berhamburan. Salah satunya adalah gumpalan berisi permen karet yang mereka cari-cari.
Mereka berempat langsung berlari memperebutkan gumpalan itu. Mereka yang awalnya tidak mau memegang sampah sekarang perang sampah demi mendapatkan gumpalan itu. Sampah berhamburan dan bertebaran di mana-mana.
“Aku mendapatkannya!” seru Soo Sun. Ketika tiga temannya hendak mengambilnya, ia memasukkan tangannya ke balik bajunya. Tidak ada yang berani merebut. Soo Sun tersenyum.
P4 memasuki kantor dengan gagah….tapi bau. Para detektif di kantor langsung menutupi hidung mereka dan menjauh.
Dengan bangga Soo Sun mengulurkan tangannya yang memegang gumpalan tersebut.
“Kami menemukannya, Pemimpin tim.”
Pan Seok sampai tidak bisa bicara karena menahan bau dan juga karena kegigihan mereka.
“Kalian benar-benar menemukannya? Wah, kalian menemukannya sama-sama kan?” Eung Do membantu mereka.
Mereka langsung mengiyakan. Hanya Dae Gu yang tidak bicara apa-apa. Pan Seok menatapnya.
“Mandi dan bersiaplah dalam 30 menit,” katanya. “Kita akan menyelesaikan kasus gadis matre.”
Mereka menyerbu markas si gadis matre. Rupanya tempat itu semacam tempat kursus untuk melatih para gadis memikat para korbannya dan memoroti uang mereka. Dan si pemberi kursus adalah pria. Ironis banget, pria yang mengajarkan cara untuk memoroti uang para pria >,<
Ia protes para polisi tidak memiliki surat ijin penggeledaha. Pan Seok berkata tempat ini bukan kantor tapi TKP, jadi tidak perlu surat ijin. Pan Seok menemukan laptop si pemberi kursus yang berisi modul-modul kursusnya.
Si pemberi kursus berkeras mereka harus membawa surat penggeledahan. Pan Seok berkata ia akan datang dengan surat penggeledahan jika ia memang memerlukannya. Lalu ia membacakan bukti-bukti yang sudah dikumpulkan. Juga mengatakan dasar hukum yang menyatakan bahawa mereka berhak menggeledah TKP tanpa surat penggeledahan. Dan tempat ini jelas TKP direncanakannya penipuan. Pria itu langsung ditangkap.
Ji Gook dan Soo Sun kagun melihat kerennya pemimpin tim mereka dalam menghadapi tersangka.
Pan Seok memerintahkan P4 untuk mencari setiap bukti dalam ruangan tersebut.
Penciuman Soo Sun yang tajam membaui sesuatu saat ia mendekati seorang gadis peserta kursus. Ia bertanya apa gadis itu sedang menjalani pengobatan herbal untuk membasmi kutu. Gadis itu protes. Pan Seok mendekati gadis itu dan ikut membaui bagian kepalanya,
Lalu ia mengambil tas si gadis dan mengeluarkan seluruh isinya. Dae Gu mengambil ponsel si gadis itu yang terjatuh ke lantai tanpa disadari Pan Seok. Ia membuka ponsel gadis itu dan melihat gadis itu berfoto bersama seorang pria.
Pan Seok menemukan lintingan marijuana di tempat rokok gadis itu. Gadis itu ditangkap. Karena ia seorang wanita maka Soo Sun yang memborgolnya.
Soo Sun memang galak tapi ia memiliki masalah daya ingat. Ia membacakan hak si gadis (yang disebut Hak Miranda di kepolisian) dengan terputus-putus sambil berusaha mengingat. Namun Pan Seok jadi sempat menggeledah lebih lanjut dan menemukan narkoba di dalam pembalut cadangan wanita tersebut.
“Siapa pemasokmu?” tanyanya.
Dae Gu kembali memandang foto di ponsel dan teringat pada seorang pria yang juga berada di klub malam itu. Pria pemasok narkoba yang sedang diincar Detektif Oh. Tapi, Dae Gu tidak melaporkan hal itu pada Pan Seok.
Gadis itu ditangkap. Pan Seok berkata pada Detektif Oh bahwa sekarang mereka impas. Tapi Detektif Oh tidak terkesan. Pemasoknya belum ditangkap, bagaimana bisa disebut impas?
“Kurasa pemasoknya adalah kekasih gadis itu,” kata Dae Gu. Ia memperlihatkan foto yang terdapat dalam ponsel gadis itu. Pria itu adalah pemasok yang lolos yang sempat berbicara dengan pria yang tertusuk di klub itu. Catatan dalam ponsel itu juga menyatakan bahawa gadis itu sempat berbicara dengan kekasihnya pagi ini. Dae Gu menyerahkan ponsel itu pada Detektif Oh diiringi tatapan terkhianati Pan Seok.
“Dia lebih baik dari Detektif Seo,” sindir Detektif Oh sambil mengambil ponsel itu.
Pan Seok bertanya sejak kapan Dae Gu tahu mengenai hal itu. Baru saja, jawab Dae Gu. Pan Seok bertanya dengan marah mengapa Dae Gu baru mengatakannya sekarang.
“Pertama, kau tidak bertanya. Kedua, kurasa kau tidak akan percaya pemula seperti kami,” ujar Dae Gu.
Pan Seok diam beberapa saat lamanya lalu memerintahkan mereka semua kembali ke kantor polisi.
Di kantor, Pan Seok melihat Sa Kyung berjalan ke kantornya. Ia mengikutinya. Sa Kyung membuka kemeja luarnya. Pan Seok terkejut saat melihat punggung dan pundak Sa Kyung penuh memar. Sa Kyung kesulitan menempelkan koyo pada memarnya itu. Pan Seok hendak masuk tapi tak jadi.
Sa Kyung memergokinya.
“Jika kau akan melihatku seperti itu mengapa kau tidak masuk dan membantuku?”
Pan Seok menurut dan masuk ke dalam. Ia bertanya apa yang terjadi pada Sa Kyung hingga penuh memar seperti itu.
“Apa kau yakin kau seorang detektif? Jangan pura-pura tidak tahu.”
“Tapi memarnya cukup besar. Kau terpukul oleh apa?” tanya Pan Seok khawatir.
Sa Kyung tidak mau mengatakannya dan Pan Seok tidak bertanya lebih jauh.
Soo Sun kebetulan lewat di depan kantor Sa Kyung dan melihat Pan Seok menempelkan koyo di punggung Sa Kyung. Sudah jelas hubungan keduanya tidak sekedar teman sesama detektif.
Pan Seok melihat ke cermin dan menyadari Soo Sun ada di luar kantor melihat mereka.
Sa Kyung berterima kasih dengan ketus pada Pan Seok. Pan Seok mengajak Sa Kyung makan malam besok. Sa Kyung langsung menolaknya. Ia tidak akan bisa mencerna makanan jika makan dengan Pan Seok. Meski terluka, Pan Seok tidak mengatakan apa-apa lagi.
Soo Sun bersembunyi di balik tanaman ketika Sa Kyung keluar dari kantornya. Pan Seok keluar dan melihat Soo Sun. Ia berkata Soo Sun benar-benar punya kebiasaan jelek menguping pembicaraan orang lain. Soo Sun gelagapan dipergoki seperti itu.
“Jika aku memergokimu lagi, kau mati,” kata Pan Seok. Tak ada kemarahan dalam kata-katanya, hanya kesedihan. Sepertinya luka dari kata-kata Sa Kyung lebih mempengaruhinya. Tapi tetap saja Soo Sun panik mendengar kata-kata itu hingga ia cegukan.
Tengah malam Ji Gook keluar dari kamarnya untuk ke toilet. Tapi karena mendengar suara dari kamar Dae Gu, ia masuk ke kamar Dae Gu mencari sumber suara itu.
Ia terkejut saat melihat langit-langit kamar menjadi pantulan proyektor TV (hihi..keren ya^^). Melihat Dae Gu sudah tidur, Ji Gook hendak mematikannya. Namun tiba-tiba Dae Gu mencengkeram tangannya dan mencegahnya mematikan TV.
Ji Gook meminta maaf, ia kira Dae Gu sudah tidur. Lalu ia keluar. Dae Gu mengganti channel TV ke acara Spongebob lalu ia meringkuk tidur seperti janin dalam kandungan.
Soo Sun berjalan pulang ke apartemennya. Ia telah tinggal di sini selama 3 tahun. Ia hanya memiliki satu tujuan: menjadi anggota masyarakat yang terhormat. Ia sendiri tidak bisa menjawab jika ditanya apakah itu adalah impiannya. Namun ia ingin menjadi orang seperti itu. Meski lelah tapi hari ini ia merasa bangga dan merasa telah menjadi orang yang terhormat.
Hanya saja ketika ia tiba di apartemennya, ia menemukan apartemen itu telah dijual ke pemilik baru. Seluruh uang sewa dan jaminan para penghuni dibawa kabur oleh pemilik lama dan pemilik baru tidak mau tahu. Bangunan itu akan dirobohkan minggu depan dan semua penghuni harus sudah keluar sebelum itu.
Dae Gu datang lebih pagi ke kantor saat belum ada orang. Ia sengaja datang pagi untuk menggeledah meja Pan Seok. Ia tidak menyadari Soo Sun semalam menginap di kantor. Dan meski tak merencanakannya, lagi-lagi Soo Sun memergoki hal yang seharusnya tak ia lihat.
Rekan mereka mulai berdatangan. Dae Gu cepat-cepat berdiri dan kaget saat melihat Soo Sun sudah berdiri di sampingnya. Ia menyadari Soo Sun kemungkinan besar telah memergokinya menggeledah laci Pan Seok.
Komentar:
Menurutku wajar jika Pan Seok merasa P4 tidak pantas menjadi detektif. Jika kita ingat pertama kali kita melihat Pan Seok, ia adalah seorang polisi pemula yang sangat bersemangat dan berdedikasi hingga rela seharian nongkrong di apartemen untuk mengumpulkan seluruh puntung rokok di apartemen tersebut. Sendirian lagi.
Namun bahkan dengan dedikasi sebesar itu, ia tidak bisa melindungi Ji Yong dan ibunya. Ia tahu betul tugas sebagai polisi tidaklah sembarangan dan menyangkut nyawa manusia. Sedikit kelengahan dan kesalahan saja, bisa menyebabkan nyawa orang tak bersalah melayang. Itulah yang menyebabkan Pan Seok menjadi polisi seperti sekarang ini.
Sedangkan P4 bahkan tidak memiliki alasan yang jelas mengapa mereka menjadi polisi bagian kriminal. Untuk bisa memiliki karir tetap? Karena bayarannya paling tinggi? Karena menarik? Dan satu lagi bahkan tidak mau memberikan alasan, meski kita tahu alasannya. Untuk memburu Pan Seok dan pembunuh ibunya. Keempat alasan itu bukanlah alasan yang tepat untuk menjadi polisi yang menangani kasus kriminal.
Dari keempat alasan itu, sebenarnya aku paling mengkhawatirkan Dae Gu. Peristiwa kematian ibunya berdampak sangat besar dalam hidupnya. Ji Yong remaja adalah seorang pemberani yang baik hati, dan tidak ragu menyatakan cinta pada gadis yang disukainya. Seorang yang dengan satu-dua kalimat sanggup membuat orang lain tersentuh dan tersenyum.
Namun Dae Gu sekarang, tidak pernah tersenyum dan jarang berbicara. Ia menyalakan TV sambil tidur karena ia tidak bisa tidur dalam keadaan sunyi. Suara TV membuatnya tidak berada dalam keheningan. Juga ia tidur meringkuk seperti janin dalam kandungan, tanda seseorang yang membutuhkan kasih sayang. Seorang yang kesepian dalam hidupnya.
Lanjut mbak.
BalasHapusSemangat terus buat sinopsisnya
Bener tuh mba'~ mereka jdi polisi nggak ada alasan yg jelas..
BalasHapusApalagi dae gu yg cma ingin balas dendam(?). Lagi, sifat dae gu sangat disayangkan! Lebih suka dae gu kecil~
Fighting mba' untuk nglanjutinnya :)
tae il keren ^^
BalasHapusSudah lama jd silent reader,,,,,semangat terus mba,,,,d tunggu bagian 2 nyaa
BalasHapusPan seok mank polisi sejati...P4 polisi jadi"an#ngawur..xixixi...ditggu mba part 2 nya :)
BalasHapusSmog P4 bs jd detektif yg baek n ga ngawur hehee.. gomawo mba bwt sinopsnya
BalasHapusceritanya tambah keren, tambah seneng sama leeseunggi.
BalasHapusgo ara juga gak berubah..
Lanjut terus mbakk
ngakak lucu.... keren......
BalasHapuslanjut ya mbk....
uh-uh...jadi sedih baca gimana keadaan Dae Gu sekarang. tidur ngringkuk, nyalain TV, jarang ngomong, dan (mungkin) gak pernah senyum.,
BalasHapussemoga teman-teman Dae Gu bisa bikin dia 'lebih hangat'..
Mba Fanny, ditunggu part 2 nya..
serial ini kocak banget XDD..
BalasHapuspukul-pukulan sampah cuma demi bekas permen karet :))
huahhhhhh jd tambah penasaran ....
BalasHapusayo mbak yg semangat nulis sinopsisnya ,,, ditunggu kelanjutan nya .. :)