Episode 35:
Seung Nyang masih belum berhasil mengalahkan kutukan yang ditimpakan padanya. Gigitan di tangannya berpindah ke leher, dan juga ia sempat mencekik Ta Hwan saat ia sedang bermimpi buruk.
Akhirnya Ta Hwan tahu kalau Seung Nyang terkena kutukan. Seung Nyang mencegahnya menemui Danashiri sebelum mendapatkan bukti yang kuat.
Untuk mendapatkan bukti itu, Tal Tal meminta Seung Nyang mencari palkat kayu. Seung Nyang kaget saat tahu plakat itu bertuliskan namanya untuk menuntun malaikat maut dari neraka. Tal Tal juga sudah memerintahkan anak buahnya untuk mencari shaman yang bisa sihir hitam. Karena tidak semua shaman bisa melakukan ritual seperti ini.
Danashiri sengaja memanggil Seung Nyang untuk melihat sendiri keadaannya. Awalnya Ta Hwan melarang Seung Nyang menemui Danashiri, tapi Seung Nyang ingin menemuinya untuk memastikan apakah pelakunya Danashiri. Danshiri menanyakan keadaan Seung Nyang dan menyuruh Seung Nyang meminta obat ke apotek istana agar bisa tidur. Kepalsuan Danashiri semakin menguatkan keyakinan Seung Nyang bahwa Danashirilah yang mengutuknya.
Setelah mencari berhari-hari akhirnya plakat kayu itu ditemukan. Seung Nyang bertekad mencari shaman yang telah membuat plakat itu. Bersama Tal Tal ia berkeliling menemui para shaman yang diduga bisa sihir hitam. Akhirnya ia menemukan shaman tersebut. Melihat ekspresi gugup si shaman, Seung Nyang langsung tahu shaman itu pelakunya.
Ketika tempat prakteknya digeledah, ditemukan plakat-plakat kosong yang belum ditulisi. Plakat yang sama persis dengan plakat yang ditemukan di halaman kediaman Seung Nyang. Karena sudah ada bukti, shaman itu ditangkap. Seung Nyang membakar tempat praktek si shaman. (bagi seorang shaman, altar yang ada di tempat prakteknya adalah tempat menyembayangi dewa-dewa karena itu ia ketakutan melihat altar itu dibakar, karena bisa membuat para dewa marah)
Deok Man yang memata-matai Danashiri, akhirnya menemukan tempat Danashiri mendirikan altar. Ta Hwan dan Seung Nyang sedang mendoakan bayi mereka ketika pengawal Ta Hwan memberitahukan hal itu. Mereka segera pergi ke tempat tersebut.
Danashiri berkelit bahwa ia sedang mendoakan Maha. Ta Hwan memerintahkan agar para dayang Danashiri ditangkap dan diinterogasi. Seung Nyang berkata pada Danashiri kalau ia tidak akan mati karena kutukan itu. Hmmm…kenapa ngga ada yang ambil kertas-kertas jimat di altar ya? Padahal itu barang bukti kalau Danashiri memang sdang mengucapkan mantera dan bukannya doa. Setahuku hanya shaman yang menggunakan kertas jimat seperti itu *sok tau*
Para dayang dan shaman disiksa agar mengaku. Seorang dayang sempat hendak mengaku tapi Dayang Seo langsung menghardiknya. Mereka pun disiksa lebih keras.
Danashiri ketakutan jika ada dayang yang mengaku. Ia meminta bantuan kakak-kakaknya untuk membebaskan mereka.
I bu Suri diberitahu mengenai kekejaman Danashiri. Untunglah keadaan Seung Nyang semakin membaik. Ia berhasil melawan kutukan itu.
Ta Hwan semakin ingin menjatuhkan El Temur demi melindungi Seung Nyang dan bayinya. Ia menanyakan pendapat Bayan dan Tal Tal. Tal Tal berkata sulit untuk menyatukan kekuatan para gubernur dari semua daerah. Karena selain satu daerah dengan yang lainnya saling berjauhan, El Temur memiliki pasukan di tiap daerah tersebut dan juga dana yang banyak.
Mereka lalu memberitahu Ta Hwan mengenai kesediaan Wang Yoo untuk menangani pasukan El Temur di ibukota. Jika mereka bisa menguasai pasukan ibu kota maka ada kemungkinan mereka bisa mengalahkan El Temur. Ta Hwan bertanya apa yang diinginkan Wang Yoo hingga bersedia membantu Yuan. Hanya satu, Wang Yoo kembali menjadi Raja Goryeo. Ta Hwan setuju.
Bayan dan Tal Tal mengunjungi Wang Yoo untuk memberitahukan hal ini. Tapi Wang Yoo sedang menghadapi masalah. Orang-orang yang mendaftar menjadi prajurit adalah orang-orang kampung dan para gelandangan. Mereka mendaftar demi uang, makanan, dan tempat tinggal. Jenderal Won Jin yang sengaja menghimpun mereka untuk mempersulit Wang Yoo.
Tapi bukan Wang Yoo namanya jika ia cepat menyerah. Setelah mengetahui latar belakang para gelandangan itu, ia menerima mereka menjadi pasukannya. Ia berkata tanpa dieri kesempatan, seseorang tidak akan bisa mencapai apapun. Untuk itu ia memberi kesempatan padamereka dan mereka berhak mendapat perlakuan sebagai prajurit.
Para dayang Danashiri akhirnya dibebaskan. Namun berita buruk kembali menimpa Danashiri. Maha terkena penyakit campak (yang pada masa itu adalah penyakit mematikan dan menakutkan). Tabib tidak bisa melakukan apa-apa, hanya menyarankan agar Danashiri banyak berdoa.
Seung Nyang berhasil mengatur keuangan negara bahkan menyisihkan uang untuk bisa mendanai pasukan Bayan (guna melawan El Temur). Ta Hwan berkata sebelum bertemu Seung Nyang ia tidak pernah berpikir satu kalipun untuk melawan El Temur. Seung Nyang berkata pertempuran mereka akan dimulai begitu anak mereka lahir. Ia akan selalu mendukung Ta Hwan dalam segala hal.
Berita Maha sakit sampai ke telinga Ta Hwan dan Seung Nyang. Tapi Ta Hwan tidak mau menjenguk Maha meski Seung Nyang ikut membujuknya. Ia tidak mau melihat Danashiri yang bisa membuatnya emosi. Ia mengaku tidak pernah menganggap Maha sebagai puteranya. Ia selalu merasa Maha adalah anak Permaisuri dan cucu El Temur. Tidak ada naluri ayah dalam dirinya untuk Maha.
Marah karena Ta Hwan mengabaikan Maha, Danashiri nekat pergi ke kediaman Ta Hwan. Ia semakin marah ketika dilarang masuk karena Ta Hwan sedang bersama Seung Nyang. Bagaimana bisa Ta Hwan bersenang-senang dengan selir padahal putera mereka sedang sakit?
Akhirnya Seung Nyang yang keluar menemui Danashiri. Ia berkata pasti Danashiri tahu siapa yang mengutuknya. Danashiri pura-pura tidak tahu dan memarahi Seung Nyang agar tidak asal menuduh. Seung Nyang mengatakan apa yang didengarnya dari shaman.
Ia berkata jika ia berhasil mengalahkan kutukan itu, maka kutukan itu berbalik pada si pemberi kutukan dan keluarganya, bisa ayah, saudara, bahkan anaknya. Danashiri terkejut dan ingat perkataan si shaman. Seung Nyang berkata apa yang ditabur, itulah yang dituai.
Danashiri jadi percaya kalau Maha sakit karena kutukannya yang berbalik. Dayang Seo berusaha mengingatkan bahwa Maha tidak ada hubungan darah dengan Danashiri, jadi bagaimana bisa kutukan itu mengenai Maha. Danashiri marah besar. Ia berkeras Maha adalah darah dagingnya. Dan ia tidak main-main, ia benar-benar percaya Maha adalah darah dagingnya. Dayang Seo dan Yeon Hwa shock karena Danashiri nampaknya mulai tidak waras.
Danashiri bertekad menyelamatkan puteranya. Ia berdoa di hadapan Buddha sambil disirami air dingin. Ia berdoa demi kesembuhan Maha, bahkan rela menggantikan Maha jika Maha harus mati.
Kalau begitu kutukan itu sebenarnya berbalik pada siapa? El Temur. Ia bermimpi melihat tubuhnya digantung. Dan dalam mimpinya itu, Ta Hwan mengatakan rincian hukuman mati yang akan diterima El Temur. Ia berkata El Temur sudah mati dan semua anaknya juga akan mati.
El Temur mengamuk dan mengayunkan pedangnya. Dalam kenyataannya ia sedang mengayunkan pedang pada anak-anaknya. Dang Ki Se dan Tap Jae Hae terkejut melihat ayahnya seperti orang tak waras.
Akhirnya El Temur sadar dan berkata ia bermimpi buruk. Lalu tiba-tiba ia bertanya mengapa anak-anaknya masuk ke kamarnya. Anak-anaknya berkata mereka masuk karena mendengar teriakan ayahnya. El Temur bertanya mengapa mereka membawa pedang? Apa mereka hendak mengambil kekuasaannya juga? Tampaknya El Temur benar-benar tidak waras. Ia hendak menyerang anak-anaknya lagi namun tiba-tiba ia pingsan. Stroke? Atau mati? Kok matinya segampang itu ya?
Bersamaan dengan itu, Danashiri mendapat kabar bahwa kondisi Maha membaik. Dayang Seo berkata Maha sembuh berkat ketulusan Danashiri.
Pelatihan pasukan Wang Yoo dimulai. Pelatihan pertama adalah mendaki gunung dan tidak boleh ada yang gagal. Jika ada yang gagal maka pelatihan akan diulang dari awal. Berbeda dengan kebanyakan pemimpin, Wang Yoo ikut berlari bersama mereka. Meski begitu ia tetap tegas, jika ada yang tertinggal, latihan diulang dari awal.
Tapi Wang Yoo juga menunjukkan hatinya yang lembut dan penuh belas kasihan. Ketika ada pasukan yang terjatuh. Ia yang mengangkat dan ikut memapah mereka. Kakinya terluka karena terlalu banyak berlari.
Anak buahnya menyarankan agar Wang Yoo tidak perlu ikut berlari bersama mereka. Tapi Wang Yoo berkata ia sama-sama tertinggal seperti pasukan yang baru direkrutnya ini. Karena ketidakmampuannya lah ia kehilangan kedudukannya. Karena itu ia akan terus bersama dengan mereka sampai akhir meski harus mati. Wang Yoo ini benar-benar pemimpin sejati^^
Ada beberapa prajurit baru yang mendengar perkataan Wang Yoo dan tersentuh. Sejak saat itu mereka lebih giat berlatih dan membantu kawan mereka yang terjatuh. Hingga akhirnya mereka bisa menaklukkan gunung itu bersama-sama dan tak ada lagi yang tertinggal. Mereka sangat bangga karena sekarang mereka benar-benar “manusia” dan bukan lagi tikus (gelandangan).
Tantangan berikutnya adalah mengajari mereka ilmu pedang dan memanah. Bukannya membantu, Jenderal Won Jin hanya memandang dari jauh dengan sinis usaha Wang Yoo ini.
Sembilan kemudian Seung Nyang melahirkan (errr…kalau melahirkan sebenarnya ngga boleh memejamkan mata lho^^). Danashiri berdoa agar Seung Nyang melahirkan anak perempuan bahkan tidak bisa melahirkan.
Tapi apakah doa yang buruk akan didengar? Danashiri lemas ketika mendengar Seung Nyang melahirkan anak laki-laki.
Seung Nyang menatap bayinya dengan penuh kasih sayang. Ibu Suri juga gembira dan berkata bayi itu sangat mirip Ta Hwan. Ta Hwan menamai anak itu Ayushiridar (dalam sejarah, Ayushiridar memang anak Toghon Temur dan Permaisuri Ki, juga menjadi pengganti ayahnya).
Prajurit yang dilatih Wang Yoo akhirnya terbentuk. Wang Yoo sangat puas dengan kemajuan mereka. Namun kegembiraannya sempat terganggu ketika mendengar berita Seung Nyang melahirkan putera Ta Hwan.
El Temur ternyata tidak mati. Ia menjadi tidak waras dan selalu mencurigai orang di sekelilingnya. Ternyata selama berbulan-bulan ia terus bermimpi buruk. Kali ini ia bermimpi Byung Soo menemukan harta terpendamnya.
Dang Ki Se berkata Byung Soo hanya ditugaskan menjaga tempat harta itu namun ia tidak tahu di mana harta itu tersimpan. El Temur tidak mau tahu. Ia berkata mimpinya tidak pernah salah. Dang Ki Se akhirnya berjanji untuk memeriksanya agar ayahnya tenang.
Tapi untuk itu ia juga harus tahu di mana harta itu disimpan. Hmmm..ternyata tidak ada yang tahu di mana harta itu kecuali El Temur. El Temur malah jadi mencurigai Dang Ki Se. Ia menuduh Dang Ki Se bersekongkol dengan Byung Soo untuk mengambil hartanya.
Dang Ki Se terpukul melihat ayahnya yang selama ini dihormatinya menjadi seperti ini. Ia menangis sambil memegang pedang ayahnya yang terulur ke lehernya. Lebih baik ia mati daripada melihat ayahnya seperti ini.
El Temur tersadar. Ia melepaskan pedangnya lalu memeluk puteranya. Ia meminta Dang Ki Se keluar. Bertanya –tanya apakah kematiannya sudah dekat. Mengapa pikirannya begitu gelap?
Ta Hwan sangat menyayangi Ayu (singkatan dari Ayushiridar) dan betah menghabiskan waktu lama bersamanya. Ketika Golta memberitahu bahwa saatnya untuk menghadiri pesta ulangtahun Maha, Ta Hwan tidak mau. Seung Nyang berkata Ta Hwan harus hadir karena para gubernur juga akan hadir.
Wang Yoo juga diundang oleh Danashiri. Wang Yoo sempat melihat Maha dan sempat memuji Sang Pangeran.
Deok Man membawa beberapa biksuni untuk memdoakan Maha. Dayang Seo melihat seorang dari antara mereka memiliki luka bakar di pipinya. Ia teringat biksuni itu adalah salah satu biksuni dari kuil tempat Danashiri memungut Maha.
Dalam acara pesta, semua orang meminta Ta Hwan mengatakan sesuatu untuk Maha. Bukannya mengatakan ucapan selamat atau yang lainnya, Ta Hwan malah menggendong Ayu. Ia tahu semua orang menantinya mengumumkan siapa Putera Mahkota. Tapi ia akan menunggu putera-puteranya lebih besar. Ia akan memilih siapa dari keduanya yang paling pantas menggantikannya.
Danashiri terkejut. Dang Ki Se dan Tap Ja Hae protes bahwa sejak Kubilai Khan, putera sulung yang harus menjadi penerus tahta. Tapi Ta Hwan berkata El Temur sendiri mengangkat adiknya untuk menggantikan ayahnya ketika itu. Skak mat.
Wang Yoo melihat Boo Hwal membisikkan sesuatu pada Seung Nyang. Dari tatapannya, terlihat Wang Yoo masih mencintai Seung Nyang.
Dayang Seo dan Yeon Hwa meneliti para biksuni yang akan mendoakan Maha, namun mereka tidak menemukan biksuni dengan luka terbakar itu.
Biksuni itu tengah menunggu Seung Nyang di perpustakaan. Seung Nyang heran mengapa biksuni itu mencarinya. Biksuni itu menjelaskan bahwa ia biksuni dari kuil tempat dulu Permaisuri melahirkan. Ia berkata Maha bukan darah dan daging Danashiri. Seung Nyang terkejut.
Biksuni itu berkata ia menemukan anak itu dan Danashiri mengangkatnya menjadi anak. Dan untuk menutup rahasia itu, Danashiri meracun semua biksuni dan membakar kuil. Seung Nyang bertanya mengapa biksuni ini baru sekarang mengatakan hal ini padanya.
Biksuni ini berkata ia tahu Seung Nyang baru saja melahirkan. Dan ia memiliki tanggung jawab untuk tidak membiarkan pangeran palsu menjadi Putera Mahkota. Ia bahkan berani mengungkapkan kebenaran ini di depan semua orang meski ia harus mati.
Seung Nyang berkata biksuni harus memiliki bukti yang lebih kuat agar bisa dipercaya oleh semua orang. Biksuni ini berkata ia mengetahui rahasia tanda lahir yang terdapat dalam tubuh anak itu. Di atas kaki anak itu….
Episode 36:
El Temur datang ke pesta membawa pasukannya. Ia marah karena seharusnya pesta ini pesta ulang tahun cucunya tapi Ta Hwan malah menggendong Ayu. Danashiri diberitahu Dayang Seo mengenai biksuni dengan luka terbakar. Danashiri segera mengerahkan pasukan ayahnya untuk mencari biksuni itu di seluruh pelosok istana.
Sayangnya biksuni tidak sempat mengatakan tanda lahir Maha pada Seung Nyang karena Danashiri dan pasukannya semakin mendekat. Seung Nyang keluar dari perpustakaan dan bertanya mengapa Danashiri berkeliaran bersama pasukan padahal sedang berlangsung pesta ulang tahun Maha. Apa Danashiri menyimpan rahasia?
Danashiri terpaksa membawa pasukannya mencari di tempat lain. Sementara Jeom Bak dan Sun Woo diam-diam menyelundupkan biksuni ke luar istana.
Sun Woo bertanya apakah benar Maha bukan anak kandung Danashiri dan Ta Hwan. Ia mendengar hal itu dari Boo Hwal. Biksuni itu membenarkan. Ia berkata itu adalah kesalahannya karena mengambil anak yang tergeletak di dasar tebing Kura-kura 2 tahun lalu.
Mendengar kata tebing Kura-kura, Sun Woo tersentak. Ia menanyakan lebih jauh. Biksuni itu berkata ia kebetulan lewat ketika melihat seorang tentara jatuh sambil menggendong bayi. Jadi ia tinggalkan tasbihnya di atas mayat prajurit itu dan membawa bayinya.
Sun Woo teringat cerita Jokho ketika Jokho menemani Seung Nyang mencari Byul. Jokho bercerita ia melihat ada tasbih di atas tubuh prajurit itu namun bayinya tidak ada. Ia berkata tangisan Seung Nyang saat memanggil anaknya sangat menyedihkan. Jokho bercerita Seung Nyang menamai puteranya dengan nama Byul, karena memiliki tiga tanda lahir seperti bintang di kakinya. Sun Woo menangis mendengar cerita itu karena Wang Yoo juga memiliki tanda lahir yang sama.
Dan sekarang Sun Woo menanyakan pada biksuni itu apakah Maha memiliki tiga tanda lahir seperti bintang. Biksuni itu terkejut, bagaimana Sun Woo bisa tahu. Giliran Sun Woo yang shock karena Maha sebenarnya putera Seung Nyang dan Wang Yoo.
Kali ini Sun Woo menceritakan semuanya pada Jeom Bak dan Moo Song. Moo Song berkata mereka tidak bisa diam saja. Jika rahasia ini diketahui semua orang, nyawa Wang Yoo dan Seung Nyang berada dalam bahaya. Apakah mereka harus membungkam si biksuni? Tidak sekejam itu. Sun Woo berniat membujuk biksuni itu untuk tutup mulut.
Tapi ketika mereka masuk ke kamar, biksuni itu sudah menghilang.
Mereka mencari biksuni sepanjang perjalanan ke kuil tempat biksuni itu sementara tinggal. Mereka malah melihat pasukan El Temur dari arah sebaliknya. Mereka segera bergegas, namun terlambat. Tubuh biksuni itu sudah tergantung di pohon. Mati.
Seung Nyang sedang berjalan-jalan ketika Maha terjatuh di depannya. Seung Nyang membantu Maha berdiri dan tersenyum. Ia teringat pada perkataan si biksuni. Seung Nyang memangku Maha dan membuka sepatunya, hendak melihat ada apa di kaki Maha. Tapi belum sempat ia membuka kaus kaki Maha, Danashiri muncul dan menegurnya.
Seung Nyang melepaskan Maha. Danashiri mengancam Seung Nyang agar tidak berebut posisi Putera Mahkota dengannya. Ia tidak akan membiarkan Ayu melangkahi Maha.
Seung Nyang dengan tenang berkata ia tidak akan berebut. Posisi Putera Mahkota akan diberikan pada Maha. Baginya lebih baik kedamaian di dalam istana. Danashiri yang dipenuhi kedengkian tidak bisa mempercayai ucapan Seung Nyang.
Bayan kagum sekaligus waswas melihat kemampuan Wang Yoo mengubah gelandangan menjadi sebua h pasukan yang kuat dalam waktu singkat. Ia datang untuk memberitahukan rencana penggulingan El Temur.
Di istana, Tal Tal juga membeberkan rencananya pada Ta Hwan dan Seung Nyang. Karena rencana itu berbahaya, Ta Hwan meminta Seung Nyang pergi dari istana untuk sementara. Tapi Seung Nyang tidak mau. Ia akan tetap membantu Ta Hwan dan melihat sendiri kejatuhan El Temur. Ia akan berperang bersama Ta Hwan dan mereka pasti menang. Tal Tal tersenyum melihat keberanian Seung Nyang.
El Temur memanggil Wang Yoo untuk menghadapnya. Kali ini ia bermimpi ia dikelilingi oleh setan-setan yang hendak membunuhnya. Namun Wang Yoo berdiri di hadapannya dan menariknya pergi dari orang-orang itu. Wang Yoo membawanya ke dalam api. El Temur berkata yang hendak membunuhnya bukanlah setan, tapi Wang Yoo. Apakah Wang Yoo hendak membunuhnya?
Wang Yoo dengan tenang menyuruh El Temur membunuhnya. Jika ia tidak bisa melindungi El Temur, sudah sepantasnya ia mati. El Temur puas dengan jawaban Wang Yoo dan tidak mencurigainya lagi.
Byung Soo ternyata diberi tanggung jawab untuk mengurus tambang milik El Temur. Tambang itu mempekerjakan budak-budak dari Goryeo, dan Jokho menyusup menjadi salah satu budak di sana.
Sementara itu Onbisu diterima kembali oleh Grup Maebak setelah melewati hukuman. Diam-diam ia sebenarnya bekerja sama dengan Jokho untuk mencari di mana harta terpendam El Temur. Jokho curiga harta itu disimpan di sebuah tambang yang tidak terpakai lagi karena Byung Soo melarang siapapun masuk ke sana.
Sebenarnya Byung Soo melarang siapapun masuk karena ia juga menduga harta terpendam El Temur ada di sana. Karena itu ia setiap malam masuk ke dalam tambang itu untuk mencarinya. Tambang itu bagaikan lorong tak berujung dan memiliki banyak cabang hingga sulit untuk menentukan di mana sebenarnya harta itu berada.
Ta Hwan menulis surat kepada semua gubernur untuk meminta bantuan mereka dalam berperang melawan El Temur. Dalam suratnya, ia menulis El Temur telah melakukan banyak kejahatan hingga negeri mereka dilanda penderitaan dan kelaparan. Karena itu ia memutuskan mengangkat pedang untuk menggulingkan kekuasaan El Temur.
Para gubernur bersedia membantu Ta Hwan. Mereka sudah lama menantikan kesempatan ini. Namun mereka ragu ketika Ta Hwan meminta mereka mengerahkan pasukan. Pasalnya dalam setiap pasukan daerah pasti ada mata-mata El Temur. Setiap kali mereka hendak memperkuat pasukan, El Temur langsung menuduh mereka hendak memberontak.
Ta Hwan berkata ia memiliki rencana untuk membuat El Temur yang memerintahkan sendiri para gubernur untuk mengerahkan pasukan.
Sebenarnya apa rencana mereka? Bayan mengajukan petisi untuk menjatuhkan El Temur dan menyinggung surat wasiat Kaisar Mingzhong. Ia sengaja mengajukan petisi itu karena tahu El Temur akan membacanya. Dan El Temur pasti akan marah besar hingga ingin berperang melawan Bayan. Bayan sudah mempersiapkan mental dan kekuatan pasukannya untuk melawan El Temur.
Benar saja, El Temur mengumpulkan para gubernur dan membacakan petisi Bayan di hadapan mereka. Gubernur menanyakan isi surat wasiat Kaisar Mingzhong. El Temur mengeluarkan surat wasiat palsu yang sudah dibuatnya dan menyuruh Ta Hwan membacakannya. Ta Hwan menurut.
Padahal sebelumnya Ta Hwan sudah menunjukkan surat wasiat asli ayahnya pada para gubernur. Jadi saat ini para gubernur pun sedang berpura-pura di hadapan El Temur.
Setelah Ta Hwan membacakan surat wasiat palsu, para gubernur berkata mereka bersedia mengerahkan pasukan untuk membasmi pasukan pemberontak, yaitu pasukan Bayan. El Temur sangat senang karena mengira para gubernur memihak padanya.
Danashiri tidak puas hanya sampai di situ. Ia mengingatkan Seung Nyang adalah anak angkat Bayan, karena itu harus dihukum penggal. Tapi Ibu Suri berkata hal itu tidak mungkin, karena Seung Nyang ibu dari anak Kaisar. Hmmm..pantas mereka menunggu Ayu lahir untuk melawan El Temur.
Danashiri berkeras Seung Nyang harus dihukum karena terbukti ayah angkatnya adalah seorang pemberontak. Ibu Suri mengusulkan agar Seung Nyang diasingkan ke Istana Dingin. Danashiri menganggap usul itu boleh juga.
Hal ini juga sebenarnya sudah direncanakan Seung Nyang dan Ibu Suri. Meski tahu Seung Nyang hanya pura-pura diasingkan, tetap saja Ta Hwan sedih.
Seung Nyang berkata Bayan bertempur menggunakan pedang, namun mereka berperang dengan hati mereka. Hanya dengan keteguhan hati mereka akan bisa memenangkan pertempuran ini. Ta Hwan mengerti, ia melepas kepergian Seung Nyang dengan senyum.
Danashiri mengejek Seung Nyang yang kali ini pergi ke Istana Dingin. Dalam hati Seung Nyang balas mengejek Danashiri, pada akhirnya Danashiri yang akan menderita. Danashiri kesal karena Seung Nyang masih bisa tersenyum meski diasingkan dan akan mati.
El Temur memerintahkan pada Dang Ki Se untuk membawa Bayan kembali dalam keadaan hidup. Ia ingin membunuh orang yang sudah mengkhianatinya dengan kedua tangannya sendiri. Setelah itu ia akan menyerahkan kekuasaan dan harta terpendamnya pada Dang Ki Se. Dang Ki Se akan menjadi Perdana Menteri.
Dang Ki Se terkejut mendengarnya. Ia bertanya apa ayahnya mempercayainya. El Temur dengan tegas berkata ia selalu mempercayai anaknya, pada siapa lagi ia bisa percaya. Dang Ki Se hampir menangis saking terharunya. Ia berpesan pada Tap Ja Hae agar merawat ayah mereka dengan baik sementara ia maju ke medan perang melawan Bayan.
Wang Yoo juga mulai mempersiapkan pasukan khususnya (yang ia latih dari para gelandangan). Onbisu sengaja datang untuk membantu Wang Yoo ketika tahu Wang Yoo hendak berperang. Ia tidak memberitahu Wang Yoo bahwa ia mengalami penderitaan untuk bisa diterima kembali oleh Maebak. Sun Woo memuji kesetiaan Onbisu, dan tampaknya menyadari perasaan Onbisu pada Wang Yoo.
Ta Hwan pergi ke Istana Dingin untuk menemani Seung Nyang meski sebenarnya hal itu dilarang. Ia tidak bisa membiarkan Seung Nyang kedinginan sementara ia berbaring di istana yang hangat. Seung Nyang tersentuh dengan perasaan Ta Hwan yang begitu dalam. Meski dari luar Seung Nyang selalu memperlihatkan kekuatannya dan ketegarannya, tapi sebenarnya ia kesepian. Dan Ta Hwan yang mengisinya dengan kehangatan.
Dang Ki Se menanti pasukan para gubernur yang rencananya akan bergabung dengannya. Tapi pasukan para gubernur tidak datang juga meski sudah melewati waktu yang disepakati. Karena merasa aneh, Dang Ki Se pergi ke Liuyang, ke markas besar Bayan.
Namun tidak ada satu orang pun di sana. Di atas meja tertancap pesan bertuliskan: “Kuserahkan Liuyang padamu. Dan aku, Bayan, akan menguasai dunia.”
Sadarlah Dang Ki Se bahwa Bayan sudah mengelabui mereka. Sasaran sebenarnya adalah ibukota. Ia menyuruh seorang prajurit mengirim pesan pada El Temur untuk mengerahkan pasukan.
Tapi pengirim pesan itu dipanah mati oleh Onbisu begitu tiba di depan pintu gerbang. El Temur menerima kabar palsu yang menyatakan bahwa Dang Ki Se menang dan berhasil menangkap Bayan, serta sedang dalam perjalanan pulang.
Jenderal Won Jin terkejut ketika tahu bahwa yang mendekati ibukota bukanlah pasukan Dang Ki Se melainkan pasukan Bayan. Ia menyuruh anak buahnya memanggil Wang Yoo.
El Temur menemui Ta Hwan dengan membawa kabar “kemenangan” tersebut dan mengajaknya minum untuk merayakannya. Ta Hwan menerima ajakan itu dengan senang hati.
Danashiri heran melihat kediaman para selir yang begitu sunyi. Deok Man berkata mungkin mereka ada di ruang belajar.
Sebenarnya para selir dan Ibu Suri sedang mendengarkan penjelasan Seung Nyang. Seung Nyang berkata El Temur akan membunuh semua orang di istana tanpa terkecuali begitu kabar mengenai jatuhnya gerbang sampai pada El Temur. Karena itu yang bisa melindungi istana hanyalah para penghuni istana, para kasim dan dayang. Pertempuran mereka akan dimulai dari tempat ini.
Komentar:
Akhirnya ada juga yang tahu kalau Maha sebenarnya anak Seung Nyang dan Wang Yoo. Jika Wang Yoo dan Seung Nyang tahu, apakah akan membawa kegembiraan, atau malah penderitaan?
Baby Ayu cute bangeeeet^^
Meski Seung Nyang sudah mencintai Ta Hwan, tetep aja suka kalau melihat dua orang ini. Soalnya tatapannya itu lho....chemistrynya dapet banget^^
kyaaaaa...mba Fanny apdet kilat. yeaayyyy!!! #cium baby Ayu
BalasHapusasli seneng bener liat El Temur sinting, wakakakakkk
tp tetep patut waspada jg sama kakek satu itu. keren deh strateginya seung nyang dkk. but, kalau nanti orang-orang tau kalau Maha anaknya Seung Nyang - Wang Yoo, yang notabene putra mahkota, juga saudaranya Ayushidara, gimana ya hubungan kedua bocah itu?
ditunggu apdet kilatnya lagi mba Fanny!! ^^
Sepakat ma Fanny,,,
BalasHapusLiat chemistry my master taltal n seung nyang bener2 mantep, sama2 pinter n tatapannya taltal itu loooh, bikin melting :D
Sampe akhir jg mereka bdua saling mdukung dah soulmate banget pokoke, coba kl mereka jd couple tidak ada yg bakal bisa ngalahin deeh,,,
Maybe there's a platonic love between taltal n seung nyang #disambit ta hwan :D
gomawo fanny, keep ur spirit n fighting
Mbak, apa jangan " Jendral Taltal naksir ama Selir Ki ? aku ngerasa juga kayaknya Taltal punya feeling buat selir Ki, selain rasa kagum akan kecerdasan Ki.
BalasHapusonbisu sungguh comel ..ahh dia secocok bangat dgn wang yoo..pasangan yang comel.. onbisu hwaiting.. haja2 fighting.. kyeopta
BalasHapusTaltal n seung nyang emng dapet bgt. Berharap di dunia nyata mereka jadian
BalasHapus