[Sinopsis Bagian 1 klik di sini]
Jadi apa jawaban Jae Yeol atas tantangan Hae Soo?
“Kalau kau menemukan jawabannya, telepon aku.”
Para penonton bersorak dan menyuruh keduanya berkencan saja.
Hae Soo berkata pada kesimpulannya sang korban selamat. Setiap kali hidup terasa sulit, orang selalu berpikir tidak ada jalan untuk hidup. Sama seperti semua orang di studio tersebut yang tidak tahu jawabannya.
“Tapi psikiater sepertiku akan memberitahumu bahwa bukan itu jawabannya. Selalu ada harapan tidak peduli sesulit apapun situasinya. Seperti tokoh utama dalam buku Penulis Jang. Entah kesulitan kecil atau bermacam-macam kesulitan, entah hatimu terluka atau dingin, mendatangi psikiater adalah salah satu harapan untuk tetap hidup.”
Acara pun selesai. Jae Yeol langsung dikerumuni para fansnya. Ia meminta Hae Soo menunggunya. Tapi Hae Soo tidak mempedulikannya dan berjalan pergi.
Sang sutradara menghampiri Hae Soo dan merangkulnya. Ia memuji Hae Soo cocok dalam acara seperti itu. Apa Hae Soo mau melakukannya lagi?
“Apa berpacaran denganku begitu membosankan hingga kau mengajak bertengkar?” ujar Hae Soo setengah bergurau.
Sutradara mengajak Hae Soo minum kopi tapi Hae Soo berkata ia sedang ditunggu teman-temannya.
“Penulis Jang memintamu menunggu.”
“Aku tidak pernah bilang akan menunggunya.”
Saat menunggu taksi., sutradara hendak mencium Hae Soo tapi Hae Soo menolak karena banyak orang dan mereka sedang di pinggir jalan. Sutradara mengingatkan kalau sebentar lagi mereka 300 hari bersama. Ia sudah memesan kamar hotel dan Hae Soo tidak akan bisa menghindar lagi karena Hae Soo sudah berjanji.
Hae Soo tersenyum malu dan menggangguk lalu ia cepat-cepat masuk ke dalam taksinya. Tepat saat itu Jae Yeol keluar dari pintu dan memanggil Hae Soo. Hae Soo menyuruh supir taksi untuk cepat pergi. Ia tidak sudi bicara dengan Jae Yeol.
Tanpa mengetahui si sutradara adalah kekasih Hae Soo, Jae Yeol meminta nomor telepon Hae Soo padanya. Sutaradara tidak mau. Selain Hae Soo akan membunuhnya, Hae Soo juga sudah punya kekasih.
“Aku yakin belum,” kata Jae Yeol. “Wanita itu tidak pernah menghasilkan hormon cinta, oksitosin. Dia terlalu tajam. Aku jamin.”
Di dalam taksi, Hae Soo berkata Jae Yeol memiliki masalah kepribadian yang menganggap dirinya adalah pusat segalanya.
Kang Woo terus menatap Jae Yeol yang berdiri di sebelahnya dengan tatapan kagum. Jae Yeol meliriknya. Ternyata dua-duanya sedang di toilet >,<
Kang Woo berkata ia akan menyelesaikan novelnya. Dengan gaya dramatis ia berkata ia tidak bergurau. Novelnya benar-benar bagus. Ia meminta Jae Yeol untuk melihatnya sekali saja.
Jae Yeol bertanya apakah Kang Woo tahu jawaban pertanyaan Hae Soo tadi. Tentu saja aku tahu, kata Kang Woo. Jae Yeol terkejut. Apa, tanyanya.
“Lihat dulu novelku.”
“Jika kau memberitahuku jawabannya, aku akan melakukan apapun yang kauinginkan. Apa jawabannya?”
Kang Woo tersenyum, “Aku juga tidak tahu.”
Jae Yeol pura-pura hendak memukul Kang Woo. Kang Woo merunduk dan sekilat terlihat ketakutan. Jae Yeol mengusap-usap kepalanya. Ia bertanya apakah Kang Woo masih memukuli Kang Woo akhir-akhir ini.
Kang Woo berkata ia mendengar saran Kang Woo untuk berlatih menghindari pukulan ayahnya. Jae Yeol mengajaknya berlatih. Keduanya sangat akrab seperti adik kakak sungguhan.
Akhirnya Jae Yeol menyuruh Kang Woo mengirim novelnya, tapi ini yang terakhir kali. Kang Woo sangat gembira. Jae Yeol bergurau ia akan membuang novel Kang Woo jika ternyata membosankan. Ia mengusap-usap kepala Kang Woo sebelum pergi.
Jae Yeol masih memikirkan pertanyaan Hae Soo tadi. Dua kertas bertuliskan “kau akan mati” dan bisa memilih salah satu. Itu adalah situasi di mana kita harus memilih “Aku akan hidup” . Ia bertanya-tanya apa jawabannya.
Hae Soo bergabung dengan teman-temannya sesama dokter untuk minum-minum. Dong Min juga ada di antara mereka.
Seorang dokter bernama Ho Geul menceritakan mengapa Dong Min sampai pindah profesi dari dokter jadi psikiater. Ia menirukan mimik Dong Min yang ketakutan jika harus masuk ruang operasi dan memilih psikologi karena bisa mencari uang dengan berbicara.
Dong Min jadi jengah dan malu karena kelemahannya dibeberkan pada semua koleganya, termasuk pada para intern. Ia meminta temannya untuk berhenti membicarakannya. Tapi entah karena mulai mabuk atau ada alasan lain, Ho Geul tidak mau berhenti malah makin menjadi.
Dokter wanita di samping Hae Soo meminta Hae Soo turun tangan karena Dong Min akan habis oleh Ho Geul. Hae Soo tidak merasa situasinya buruk dan bercanda ia yang akan menghabisi Dong Min jika Go Geul tidak melakukannya.
Dong Min berusaha mengalihkan pembicaraan dengan mengajak para intern minum dan meminta mereka masuk jurusan psikologi. Tapi Ho Geul kembali berulah.
Ia menunjuk Dong Min dan dokter wanita di sebelah Hae Soo. Ia mengumumkan pada para intern bahwa keduanya adalah pasangan yang sudah bercerai. Seorang dokter berkata Ho Geul sudah melewati batas. Tapi Ho Geul terus berbicara. Ia menceritakan bagaimana keduanya dulu terus bertengkar dan saling memaki di tengah-tengah rumah sakit.
Dong Min dan Dokter Lee Young Jin, si dokter wanita, menengahi suasana tak nyaman itu dengan saling tos dan berkata mereka memang seperti itu dulu. Ho Geul malah bercerita kalau keduanya dipanggil oleh atasan mereka dan mereka harus konseling selama setahun. Dong Min dan Young Jin terlihat makin tak nyaman mendengar masa lalu mereka dibeberkan pada orang lain. Orang-orang yang mendengarnya juga tak enak hati.
Ho Geul berkata ketika itu atasan mereka memarahi mereka karena mereka orang yang seharusnya menyembuhkan orang sakit jiwa tapi malah bertingkah gila.
Dong Min hilang kesabaran dan menyiram Ho Geul dengan minuman. Melihat itu Hae Soo malah buru-buru kabur. Ia sudah terlalu sering melihat kemarahan Dong Min. Ia pergi untuk mencari Soo Kwang.
Ho Geul bangkit berdiri dan bertanya apa Dong Min akan memukulnya. Dong Min membenarkan perkataan Ho Geul. Ia adalah orang yang seharusnya merawat orang-rang yang hatinya terluka tapi hatinya juga terluka hingga ia harus menjalani konseling.
“Lalu memangnya kenapa? Kalian ahli bedah apa tidak mendapat kanker karena kalian mengobari kanker? Apakah para dokter umum tidak terkena flu kaerna kalian mengobati flu? Para ahli bedah otak juga bisa terkena kanker otak.”
Seorang dokter menghentikan Dong Min dan berkata Ho Geul sedang mengalami masa sulit. Tapi Dong Min terlanjur marah dan tak bisa dihentikan. Ia berkata perceraian meninggalkan luka di hati mereka. Apa Ho Geul senang mengorek dan mengolok luka orang lain?
“Apa kau suka jika kau mendapat kanker lalu aku berteriak: seorang dokter terkena kanker!”
Ho Geul terkesiap. Dokter tadi berkata Ho Geul memang terkena kanker perut. Ups….
Ho Geul nampak terluka dan pergi dari tempat itu. Dong Min kebingungan, ia segera menyusul temannya itu. Young Jin mengambil alih acara malam itu dengan mengajak mereka karaoke.
Dong Min menemukan Ho Geul duduk di pinggir jalan. Ia duduk di sebelahnya lalu memberinya sebotol air. Ho Geul menerimanya sambil menghela nafas panjang.
Dong Min bertanya apakah kankernya sudah menyebar. Ho Geul berkata ia beruntung kankernya ditemukan pada tahap awal. Seharusnya ia bisa selamat dengan dioperasi meski tanpa kemoterapi. Lokasi kankernya juga tidak membahayakan.
“Dasar kau!” Dong Min menjitak kepala Ho Geul, “Menakutiku saja! Jantungku hampir copot! Berikan padaku!”
Ia merebut botol air yang diberikannya pada Ho Geul.
“Istriku berkata kami sebaiknya bercerai.”
“Minumlah.” Hihihi…Dong Min mengembalikan botol air itu. Menurutnya sekarat lebih baik daripada bercerai. Ia menyuruh Ho Geul minum yang banyak. Penghiburan yang aneh…tapi menyentuh.
Hae Soo dan Soo Kwang sedang bersenang-senang di klub malam. Hae Soo mengajaknya berjoget tapi Kwang Soo tidak mau. Ia memilih berjoget dengan gadis-gadis lain dan menyuruhnya pergi jauh-jauh.
Jae Yeol tiba di klub yang sama untuk menemui penerbitnya. Penerbitnya belum datang. Ia melihat sekeliling dan melihat Hae Soo. Ia tersenyum.
Sementara itu terjadi masalah di perusahaan penerbit buku Jae Yeol. Isi bukunya sama dengan buku Pool Ib. Perbedaannya hanya gender tokoh utamanya dan setting cerita. Plagiarisme total. Pool Ib memplagiat buku Jae Yeol?
Ibu penerbit marah besar. Manager Jae Yeol, Tae Young, menyuruh seorang pegawai memanggil pengacara dan menelepon Jae Yeol. Penerbit tetap berniat memasarkan buku Jae Yeol. Mereka akan bertarung.
Jae Yeol mendekati Hae Soo dengan sebotol bir. Hae Soo langsung berwajah masam. Ia menunjukkan ia sudah memiliki bir dan tidak menerima pemberian Jae Yeol. Ia pergi tanpa mengatakan apapun.
Jae Yeol mengikutinya dan menahan Hae Soo pergi. Lalu ia mengeluarkan dua butir permen. Ia mengambil sebutir dan memakannya.
Ia berkata permen itu adalah pilihannya. Dan pilihannya adalah “hidup”, maka permen yang tersisa adalah “mati”. Sama seperti kedua kertas tadi. Keputusan ada di tangan si pemilih. Jika korban memilih “hidup”, maka yang tersisa adalah kematian.
“Bingo,” Hae Soo memakan sisa permen itu. Tapi ia tidak nampak terkesan dan beranjak pergi.
Jae Yeol merasa tak puas karena Hae Soo menanggapinya semudah itu. Kau boleh juga, kata Hae Soo sekilas.
Tiba-tiba seorang pria menendang Hae Soo sambil melompat. Hae Soo jatuh berguling menuruni tangga. Pria itu menghampiri Hae Soo dan berteriak kalau ia tidak mau kembali. Ia mengangkat tempat sampah besar dan hendak menghantamkannya pada Hae Soo.
Hae Soo mengenali pria itu dan menenangkannya. Tapi orang itu sedang kalap. Saat pria itu hendak memukul Hae Soo, Jae Yeol menendangnya. Hae Soo berteriak agar Jae Yeol berhenti. Pria itu melawan hingga Jae Yeol memukulinya.
Hae Soo mengambil vas tempat sedotan dan menghantamkannya ke kepala Jae Yoel. Jae Yeol pun roboh dan sedikit pusing.
Pria itu berteriak-teriak ia tidak akan pernah mau kembali ke rumah sakit. Lalu ia melarikan diri. Hae Soo melihat luka di belakang kepala Jae Yeol. Luka itu mengeluarkan darah tapi karena sedikit Hae Soo memutuskan untuk mengejar pria tadi.
Jae Yeol marah karena tadi Hae Soo memukulnya. Ia mengejar Hae Soo. Ketiganya saling mengejar. Hae Soo bertanya pada teman-teman pria tadi kenapa pria itu bisa keluar dari rumah sakit. Teman-temannya berkata pria itu diperbolehkan keluar selama sehari. Hae Soo meminta mereka menelepon rumah sakit sementara ia terus mengejar.
Jae Yeol juga terus mengejar Hae Soo. Ia bahkan hampir tertabrak. Tapi ia mengenal orang yang hampir menabraknya, sepertinya ia suruhan si penerbit yang ditunggu Jae Yeol. Jae Yeol meminjam mobilnya.
Pria itu berlari dan masuk ke dalam taksi kosong tanpa pengemudi yang sedang diparkir di pinggir jalan. Dan ia langsung tancap gas. Hae Soo berusaha mencari taksi untuk mengejar pria itu tapi yang berhenti malah Jae Yeol.
Tanpa pikir panjang Hae Soo langsung masuk ke dalam mobil dan menyuruh Jae Yeol mengejar taksi itu.
“Untuk apa?” kata Jae Yeol.
“Dia adalah orang sakit jiwa. Jika terjadi kecelakaan maka akan banyak orang menjadi korban,” kata Hae Soo. “Kumohon lakukan hal yang baik dalam hidupmu!”
Mungkin penasaran juga, Jae Yeol menurut dan tancap gas mengejar taksi itu. Ia malah makin bersemangat seperti sedang balapan. Dasar pria hehe XD
“Apa kau normal?” Jae Yeol sempat-sempatnya mengajak ngobrol saat sedang ngebut.
“Apa?”
“Kalau orang itu pasien sakit jiwa, apa kau normal?”
“Bukankah lebih melegakan untuk percaya demikian?” kata Hae Soo sambil menekan tombol telepon.
Ia sibuk menelepon ambulans, polisi, dan rumah sakit mengenai pasiennya yang melarikan diri. Ia menyuruh rekannya menyiapkan obat penenang,
Sementara itu Jae Yeol masih belum bisa menyusul taksi gila itu. Si pasien dengan lincahnya bermanuver di antara mobil-mobil yang lalu lalang.
“Kenapa orang sakit jiwa begitu pintar mengemudi? Dia itu pembalap,” ujar Jae Yeol.
Taksi itu terus menyusuri jalan tol hingga menuju keluar Seoul, ke Kyunggido. Hae Soo berkata mereka tetap harus menyusulnya.
“Wah kau ini tidak tahu malu. Itu permintaan atau perintah?” ledek Jae Yeol.
Ia bertanya kenapa pasien tadi memukul Hae Soo. Apa ia memiliki dendam. Hae Soo berkata pasien itu penderita schizophernia (ketidakmampuan membedakan kenyataan dan khayalan). Ia melarang Jae Yeol bertanya lebih jauh karena itu rahasia pasien dan dokter.
Ia menyuruh Jae Yeol menghembuskan nafas ke alat pengecek alkohol yang dibawanya. Jae Yeol terpaksa menurut. Tapi yang menjadi masalah bukan kadar alkohol dalam darah Jae Yeol, melainkan darah dari luka di belakang Jae Yeol yang terus merembes.
Hae Soo mengacungkan empat jarinya di depan Jae Yeol dan menyuruhnya menyebutkan itu angka berapa. Jae Yeol bisa menjawab dengan tepat. Hae Soo menyuruh Jae Yeol memberitahunya jika pandangannya jadi kabur. Ia juga melarang Jae Yeol bicara informal padanya.
Kekasih pasien yang kabur itu menelepon Hae Soo. Hae Soo bertanya apakah pasien itu tidak meminum obatnya. Jika pasien itu minum obat, tidak akan terjadi hal seperti ini. Rupanya si pasien tidak mau minum obat karena obat itu membuatnya tak bisa bercinta. Hae Soo terlihat kesal karena akar persoalannya sekecil itu.
Pengejaran itu terus berlangsung hingga fajar menjelang. Situasi memburuk karena taksi gila itu menuju tebing yang tinggi. Jae Yeol menyuruh Hae Soo berpegangan dengan kuat. Ia sudah terlalu lelah dan akan berhadapan langsung dengan taksi itu.
Ia memacu mobilnya dan membelokkan mobil itu tepat di depan taksi. Biasanya sih mobil akan berhenti. Tapi karena pengemudinya sakit jiwa, ia tidak menghentikan laju mobilnya hingga kedua mobil itu berputar-putar sebelah menyebelah. Akhirnya taksi itu terlempar dari putaran dan terhenti saat menaiki bebatuan besar. Sementara mobil Jae Yeol berhasil berhenti tepat di pinggir tebing.
Pasien itu terus meronta dan harus dipegangi beberapa orang. Tapi perawat kesulitan menemukan nadi si pasien untuk menyuntikkan obat penenang.
Melihat itu Hae Soo turun tangan. Ia menyuruh mereka membalikkan pasien itu lalu menyuntik pasien itu di bokongnya. Meski ia melalkukannya dengan cepat dan nampak tegas, ia terus berbicara dengan lembut pada pasien tersebut. Jae Yeol mengamatinya dengan seksama.
Akhirnya pasien itu tenang dan tidak meronta lagi. Hae Soo menyuruh ambulan membawa pasien tersebut.
Tinggal ia dan Jae Yeol di sana. Mereka kembali ke mobil. Hae Soo memegangi lengannya yang sakit.
“Aku tidak bisa pergi,” kata Jae Yeol. “Bensinnya habis. Tidak akan cukup.”
Hae Soo menghela nafas panjang. Ia menelepon ambulans.
“Di sini ada pasien dengan luka akibat benda tajam di kepala.”
Jae Yeol berkata Hae Soo pintar berbohong. Hae Soo berkata ia tidak berbohong dan menyuruh Jae Yeol memejamkan mata. Jae Yeol bingung, kenapa ia harus memejamkan mata?
“Nanti kau akan tahu,” kata Hae Soo sambil mulai membuka kancing bajunya. Lho?
Jae Yeol menurut. Hehe, masih ada sedikit kesopanan juga rupanya.
“Ini di luar topik tapi sepertinya aku menyukaimu.”
“Apa? Kau tidak akan menyukaiku,” kata Hae Soo. Ia membuka baju luarnya hingga tersisa tank top dan pakaian dalam.
Tak berapa lama kemudian ia menyuruh Jae Yeol membuka mata. Jae Yeol membuka matanya dan sekilas nampak kecewa. Hae Soo sudah berpakaian kembali. Rupanya ia melepaskan tank topnya. Sepertinya untuk membalut luka Jae Yeol.
Hae Soo menyuruh Jae Yeol berlutut dan lagi-lagi Jae Yeol menurut. Sepertinya ia penasaran dengan apa yang akan dilakukan Hae Soo. Ae Soo menyenderkan kepala Jae Yeol ke perutnya lalu ia memeriksa luka Jae Yeol.
Jae Yeol bingung, sebenarnya Hae Soo sedang apa? Barulah Hae Soo menjelaskan ada luka kecil sedalam 1 cm di kepala Jae Yeol.
Jae Yeol langsung memegang kepalanya dan baru menyadari noda darah yang membasahi kerah bajunya. Ia bengong.
“Begini...Tadi aku memukulmu untuk menghentikanmu. Melindungi calon korban dilindungi oleh hukum, kau tahu kan?”
Jae Yeol masih bingung sementara Hae Soo mengeluarkan larutan antiseptik dari kantungnya. Wah Hae Soo seperti apotik berjalan. Tadi mengeluarkan alat penguji alkohol, sekarang larutan antiseptik ;p
“Wah, wanita ini benar-benar sesuatu! Sejak kapan kau tahu aku terluka?”
“Sepertinya sejak semula,” kata Hae Soo tersenyum sambil mengucuri luka Jae Yeol dengan larutan antiseptik.
Jae Seol mengaduh-aduh kesakitan. Hae Soo hendak membebat luka Jae Yeol dengan tank topnya tapi tangan kirinya tidak bisa digerakkan hingga ia kesulitan melakukannya.
Jae Yeol berkata ia sedang berpikir untuk membalas dendam. Hae Soo tahu Jae Yeol hanya bergurau. Ia kembali mencoba membebat luka Jae Yeol tapi tidak bisa. Akhirnya ia meminta Jae Yeol membantu. Barulah Jae Yeol melihat tangan kiri Hae Soo menggantung, seperti terlepas dari sendinya.
Hae Soo berkata itu karena tadi si pasien menendangnya dengan keras. Ia berkata ia tidak apa-apa lalu membungkuk. Dan ia pun jatuh pingsan.
Mereka ada di pinggir tebing dan tidak ada seorangpun di sekitar tempat itu. Jae Yeol berusaha membangunkan Hae Soo dan mengecek apakah ia masih hidup.
Ia memutuskan untuk menggendong Hae Soo dan mencari pertolongan. Saat melihat pakaian Hae Soo yang agak terbuka karena kancingnya terbuka, Jae Yeol membetulkannya dan mengancinginya.
“Semua wanita harus tahu betapa gentlemannya aku,” gumamnya.
Ia lalu menggendong Hae Soo menuruni tebing. Mau tak mau ia kagum juga dengan kekuatan Hae Soo yang tetap menyelesaikan tugasnya meski dengan lengan seperti itu. Mereka melewati padang penuh bunga, Matahari mulai tinggi. Jae Yeol menatap wajah Hae Soo.
“Dibawah cahaya matahari seperti ini, kau cantik juga,” katanya sambil tersenyum. “Tapi di mana ambulansnya? Kita ada di mana?”
Dan Jae Yeol pun jatuh pingsan.
Komentar:
Jae Yeol tampaknya penasaran dengan wanita seperti Hae Soo, Selama ini para wanita akan mengerubunginya tanpa diminta, sementara Hae Soo sejak awal menunjukkan ketidaksukaannya.
Ia bertambah penasaran ketika melihat kepribadian Hae Soo yang unik. Hae Soo yang berbicara apa adanya namun berbicara lembut pada pasiennya. Hae Soo yang menghantamnya dengan vas namun berusaha merawat lukanya.
Tapi hal yang lebih menarik adalah hubungan Jae Yeol dan Kang Woo. Dalam deskripsi karakter dijelaskan Kang Woo adalah fans berat Jae Yeol dan ingin mnejadi novelis juga. Tapi ketika aku membaca review koalasplayground, koala menuliskan sesuatu yang brilian (padahal aku kurang suka dengan koala karena seringkali reviewnya terlalu kasar menurutku ;p). Ia berpendapat Kang Woo adalah pribadi Jae Yeol di masa lalu. Dan aku setuju dengan pendapatnya.
Ia membuktikannya dengan menyebutkan topi yang dkenakan Kang Woo saat Jae Yeol ditusuk Jae Beom 26 bulan lalu. Jae Yeol juga memiliki topi yang sama, hanya warnanya berbeda. Dan lagi aneh jika seorang anak SMA bisa masuk klub malam begitu saja.
Setiap kali terlihat hanya Jae Yeol yang berkomunikasi dengan Kang Woo. Dan dalam deskripsinya dikatakan Kang Woo menulis novel yang ternyata isinya masa lalu Jae Yeol. Siapa lagi yang tahu mengenai semua itu jika bukan Jae Yeol sendiri?
Dan yang menarik lagi adalah, jika Kang Woo memang pribadi Jae Yeol di masa lalu, maka Jae Yeol yang telah mengalami siksaan ayahnya. Apakah siksaan itu terlalu menyakitkan hingga Jae Yeol memutuskan untuk meninggalkan kehidupannya di masa lalu?
Apakah Jae Yeol menderita schizophrenia juga? Mungkin saja. Aku juga penasaran dengan warna-warna dalam hidup Jae Yeol. Apakah warna-warna itu melambangkan sesuatu?
Aku menduga pribadi Kang Woo muncul di hadapannya pertama kali saat ia melihat Kang Woo sebelum ia pingsan di klub itu. Sepertinya kemunculan Jae Beom yang telah memicu kemunculan Kang Woo. Kemunculan Jae Beom memaksa Jae Yeol menghadapi masa lalunya, namun ia tidak mau mengakuinya.
Hae Soo berpendapat novel Jae Yeol berubah sejak 3 tahun lalu. Itu berarti sejak ia ditusuk oleh kakaknya. Awalnya ia adalah penulis novel romantis cenderung erotis, tapi sekarang ia menulis novel thriller dengan adegan-adegan yang penuh kekejaman. Ada apa dengan Jae Yeol?
Malam2 gni posting.. Good job (y)
BalasHapuskerenn :)
Mksh mba fanny....semangat....^_^ seperti biasa komentar mba sll ngena bgt.....
BalasHapusComent nya mba fanny daebak banget..makin penasaran sm next episode nya
BalasHapusGomawo sinopsinya~
BalasHapusFighting !
て方Aりだ Ỳоひ ℳϐª fanny utk sinopsisnya
BalasHapusMau tambahin ,,sepertinya jae yeol itu ada trauma sama bak berendam (bener gakk sich namanya itu ,hehhe) ... Soalnya tiap kali liat bak berendam itu ekspresinya lngsung berubah dan langsung tutup gordennya
Baru ngehh juga klo anak sma itu cuma berinteraksi sama jae yeol Α̇̇̇̊jjα̇̇̇̊α̇̇̇̊...
Keren mb fanny. Cm baca sinopsis dr mb fanny aj ak langsng bs membayang kan dramanya. Dtambah komentar nya. Terima kasih mb.
BalasHapusGomapta sinopsisnya ^^
BalasHapusoh iya, Mba fanny pasti kagok sama nama Soo Kwang, soalnya namanya terbalik jadi Kwang Soo.
Hihihi...
Tapi rapopo, yg penting aku msih ngerti mksudnya.
Keep writing unnie ^^
Fighting!!
Wih makin penasaran sama ep.2nya gara2 ngebaca komentarnya. Makasih ya mbak fanny.
BalasHapusoh iya salam kenal
wa.... keren udah aku tunggu2. makasih mbak semangat terus ya ^_^
BalasHapusLanjut terus ^^
BalasHapusfighting:)
Baru selesai bacaaaa'-'
BalasHapussekarat lebih baik daripada bercerai..well teori darimana iniㅋㅋㅋ
Gong Hyo Jin makin cantik yaa suka liatnya hehe.
Lah itu ngapa duaduanya pingsan.-. Masih penasaran sama Jae Yeol dan warna warna itu.
Btw aku suka sama komennya mba fanny hoho.
Makasih sinopsisnya mbak, fighting!
gomawo sinopsisnya mbak fanny.
BalasHapusditunggu update selanjutnya
fighting!!!!
Comentmy asik,bener2 keren
BalasHapusSlalu suka baca comentny mb fanny,keep write mbaa
Semangat ;;)
fighting mba...
BalasHapusSetelah menyelesaikan kasus-kasus para hantu di Master's Sun dgn So Ji Sub,saatnya Gong Hyo Jin menyelesaikan kasus-kasus kejiwaan pasiennya dgn Jo In Seung...aisshhh tema yg sama sebenarnya...hehehe,tp dsitu menariknya,jd nambah ilmu tentang kejiwaan.selain itu jd mikir,Gong Hyo Jin beruntung bgt ya bisa main sama dua cowk ganteng yg main di memories of bali yg dr zaman kuliahan ngefans bgt ma cowk berdua itu #berusahanyambung2in...hehehe
BalasHapusmakasi mba Fanny,komen mba Fanny selalu dinamtikan,analisanya kerennnn...semangat!
Wah analisis mba fanny keren bgt ;) , aku aja gk nympe brpikir gtu :D , iya jga jngan2 kang woo itu byangan jae yol di masa lalu yg muncul, jdi semakin penasaran n suka sma drama ini, sma mba fanny jga ^^ kkk
BalasHapusWah.. mba fanny daebak! ♥
BalasHapusAku fans nya D.O alias kang woo *ga ada yg nanya :D , makanya aku pnsaran bgt siapa kang woo, tp analisa mba boleh jg tuh, mngkin emng gitu kali ya mba? :D
huu ga sabar bgt nunggu episode2 selanjutnya! :)
diawal awal part itu cukup negangin , gg tw di part slanjutnya.. figthig deh but yg ngepos .. ^_^
BalasHapusMbak fanny daebaakk...
BalasHapusIni komen kedua aku, aku bru coba download 1 episode kemarin, dn bru dtnton skrg, gatauny ketagihan, abiis dramanya unpredictable bgt.. haha ceilah..
Jadi, udah abis dibabat sampe ep 4..
Diending ep 4 ny agak rancu, soalny kang woo nya tiba" ngilang pas lari berdua, jadi aku nebak" sndiri kalau kang woo itu mngkin cuman sekedar bayangan jae youl aja,, krn masih blum yakin aku cek blog mbak, liat komen disimopnyaa, eh gataunya mbak fanny juga komen begituan, and now i think that 's true..
Gomaweo mbak ^^
pantesan, waktu wawancara itu, Hyo Jin eonnie bilang, “Dia bertingkah seperti maknae, dengan mata besarnya yang bersinar ia lucu. Sayang sekali ia hanya punya adegan bersama Jo In Sung,” kayaknya analisis mba Fanny sama Koala < 60% bener deh.
BalasHapusPantesan, waktu wawancara itu, Hyo Jin eonnie bilang, “Dia bertingkah seperti maknae, dengan mata besarnya yang bersinar ia lucu. Sayang sekali ia hanya punya adegan bersama Jo In Sung,” (maksudnya D.O) . kayaknya analisis mba Fanny sama Koala < 60% bener deh.
BalasHapusMkn seru...gomawo
BalasHapusgila.......
BalasHapuskeren bingittttt.....
beneran bikin gua merinding dangdutt.......
lo tau ga rumus teta apa??
omega' kali te'
iyayayayaya....
Hapusgua juga mikir gitu...
eh.. eh..
rumus apaan tuh.. aku kok gak pernah denger???????
lo jenius banget sichhh
Aku ga pernah nonton dramanya sebelumnya. Tapi aku nebak pasti jawaban dari teka teki hae soo tuh. Ambil aja kertasnya satu, jangan di baca tapi buang/telen aja kertas yang si korban dapet, terus minta si penjahatnya buat buka kertas yang satu, kalo yang di pegang penjahat tulisannya "mati" berarti yang tadi di telen si korban itu "hidup" ._.
BalasHapusMau saya nntn brp kalipun ga bakal saya tahu secara detail kalo ga baca komentar dr mba fanny hahah
BalasHapus