Hae Soo pulang dengan gembira namun sedikit bingung melihat kedua seniornya berwajah sangat serius menyambutnya. Young Jin menyuruhnya duduk.
“Ada apa?” tanya Hae Soo setelah ia duduk.
Dong Min menyodorkan minuman untuk Hae Soo. Hae Soo makin bingung. Apa ia sudah melakukan kesalahan?
“Jae Yeol sangat sakit, Hae Soo-ya,” akhirnya Dong Min angkat bicara.
“Apa maksudnya?” tanya Hae Soo bingung.
“Dari apa yang kami lihat, ia mengidap schizophrenia,” kata Young Jin.
Hae Soo terpana. Ia menoleh pada Dong Min. Dong Min mengangguk membenarkan. Hae Soo nampak tak percaya. Ia bertanya apa gejala-gejala aktif Jae Yeol hingga dinyatakan mengidap penyakit tersebut.
“Apa Jae Yeol berbicara padamu mengenai Kang Woo?”
“Iya, sering,” jawab Hae Soo.
Tae Yong masuk dan duduk bersama mereka.
“Kang Woo adalah halusinasi,” kata Dong Min.
Tae Yong menjelaskan kalau Kang Woo tidaklah nyata. Ia sudah mengecek baik ke rumah maupun sekolahnya, tidak ada Kang Woo. Hari ini ia menanyakan pada Jae Yeol di mana novel yang ditulis Kang Woo. Jae Yeol berkata novel Kang Woo ada di rak buku di rumah ini tapi Tae Yong tidak menemukannya.
Hae Soo teringat saat mereka di Okinawa. Ketika Jae Yeol mengangkat telepon Kang Woo. Ketika itu ia bertanya apakah teleponnya berbunyi dan Jae Yeol dengan enteng bertanya apakah Hae Soo tidak mendengarnya. Ia juga teringat Jae Yeol bercerita bahwa ia pertama kali bertemu Kang Woo tiga tahun lalu saat ia ditusuk kakaknya. Kemudian mimpi buruk Jae Yeol di tepi pantai bahwa Kang Woo mengalami kecelakaan.
Hae Soo memeluk tubuhnya yang mulai gemetaran. Namun ia masih belum bisa mempercayai semuanya.
Jae Yeol membaca pesan Hae Soo mengenai 51% dan tertawa.
Hae Soo berkata hal itu belum cukup membuktikan analisa mereka. Young Jin nampak sedih melihat Hae Soo sedang menyangkali kenyataan. Ia meminta Hae Soo memeriksa komputer Dong Min.
Hae Soo menonton rekaman CCTV Jae Yeol yang sedang berkelahi dengan dirinya sendiri. Tepat saat itu Jae Yeol menelepon. Hae Soo mengangkatnya.
“Hei, Ji Hae Soo. Ada apa dengan pesan ini? Jika kau beru mencapai 51%, itu sama saja kembali ke awal hubungan kita.”
“Kembali ke awal artinya nol persen,” jawab Hae Soo. Matanya tak lepas dari layar monitor.
“Baik, aku kalah. Kau di mana?”
Hae Soo berbohong ia sedang rapat. Jae Yeol berkata pantas saja Hae Soo terdengar kaku. Ia menyuruh Hae Soo berhati-hati saat pulang dan memintanya tidak menelepon karena ia akan menulis.
“Aku tidak akan berkata aku mencintaimu karena aku takut kau akan bosan mendengarnya,” gurau Jae Yeol.
Setelah menutup telepon, Hae Soo menanyakan “episode” (kekambuhan) apa yang sedang dialami Jae Yeol dalam rekaman itu. Tae Yong berkata peristiwa itu terjadi 2 bulan lalu saat Jae Yeol mengaku berkelahi dengan ayah Kang Woo. Tapi rekaman CCTV menangkap hal yang sebenarnya.
Hae Soo teringat ia sendiri yang mengobati luka-luka Jae Yeol ketika Jae Yeol pulang babak belur malam itu (episode 6). Waktu itu Jae Yeol bercerita bahwa Kang Woo dipukuli ayahnya dan ia tidak bisa menahan dirinya. Hae Soo bertanya mengapa Jae Yeol mengurusi urusan keluarga orang lain. Ketika itu Jae Yeol berkata orang-orang dulu tidak membantunya ketika ia dan ibunya dipukuli ayah tirinya, karena mereka menganggap itu urusan keluarga lain. Hingga terjadi sesuatu pada keluarganya yang menggemparkan dunia.
Hae Soo mulai menangis mengingat itu semua. Young Jin dan Dong Min melihatnya dengan sedih. Hae Soo duduk menatap Jae Yeol di layar monitor.
Dong Min menjelaskan pelaku sebenarnya kasus 14 tahun lalu adalah ibu Jae Yeol. Rumah Jae Yeol terbakar setelah ayah tiri Jae Yeol tertikam pisau. Ia berkata sepertinya ibu Jae Yeol menyalakan api dalam keadaan disosiasi (lepas dari kenyataan dan keadaan sekitarnya). Bahkan hingga sampai saat ini, ibu Jae Yeol tidak ingat apa yang terjadi sebenarnya.
“Jae Yeol menuduh kakaknya sebagai pelaku demi melindungi ibunya. Kurasa kondisinya sekarang ini adalah karena perasaan bersalah yang tak tertanggungkan.”
“Kang Woo mungkin wujud dari masa remaja Jae Yeol,” Young Jin menambahkan. “Tapi masalah lebih besar dari melihat Kang Woo sebagai halusinasi adalah ia tidak menyadari bahaya yang ia lakukan pada dirinya sendiri karena rasa bersalahnya pada kakaknya.”
Hae Soo berkata diperlukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai kondisi Jae Yeol, seperti scan MRI dan memeriksa fungsi otaknya. Young Jin bertanya apa Hae Soo lebih melihat penyakit Jae Yeol sebagai masalah syaraf dan bukan masalah kejiwaan. Hae Soo berkata mereka tidak bisa menghilangkan kemungkinan itu.
“Lalu bagaimana kau menjelaskan bahwa semua gejala ini sudah berlangsung selama 3 tahun? Kurasa kita harus memasukkan segera memasukkannya ke rumah sakit. Bagaimana menurutmu?”
Tae Yong menangis saat mendengar Jae Yeol sebaiknya dimasukkan rumah sakit. Tapi Hae Soo berkeras ia akan memutuskan setelah ia memeriksa lebih lanjut.
Young Jin bertanya apakah Hae Soo pernah melihat Jae Yeol menunjukkan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri. Ingatan Hae Soo kembali saat ia bersama Jae Yeol mengejar pasiennya yang melarikan diri. Ketika itu Jae Yeol melakukan manuver berbahaya dengan mobilnya. Juga Jae Yeol yang terluka saat ski air di Okinawa. Jae Yeol yang hampir tertabrak karena menyeberang sembarangan untuk mencari Kang Woo. Dan terakhir, Jae Yeol yang hampir menabraknya dan menabrak tembok.
“Jika ia menunjukkan tanda-tanda agresif, kita tidak bisa menundanya lagi.”
“Tidak ada,” jawab Hae Soo berbohong.
Young Jin melihat Hae Soo berkeringat dan terlihat gugup. Hae Soo berkata ia akan berbicara dengan Jae Yeol dan meyakinkannya untuk diperiksa. Lalu ia meninggalkan mereka.
“Ia berbohong,” kata Young Jin. Dong Min mengangguk.
Young Jin berkata Hae Soo menunjukkan simpati (memiliki simpati/ikatan emosional dengan pasien hingga menghilangkan objektivitasnya sebagai dokter) pada Jae Yeol dan itu artinya ia tidak bisa diikutsertakan dalam perawatan Jae Yeol , bahkan tidak boleh berada di dekat Jae Yeol demi keamanan mereka berdua.
Tae Yong mengusulkan agar ia memberitahu Jae Yeol bahwa Kang Woo sebenarnya tidak nyata. Young Jin berkata itu lebih berbahaya. Ia menyarankan Tae Yong mendampingi Jae Yeol untuk saat ini.
Setelah Tae Yong pergi, Young Jin berkata pada Dong Min bahwa hasil terburuk dari kasus-kasus melukai diri sendiri seperti Jae Yeol adalah bunuh diri. Dong Min menghela nafas panjang.
Hae Soo menelepon Jae Yeol dan menanyakan di mana novel Kang Woo. Ia beralasan Tae Yong yang meminta tolong padanya untuk mencarikan novel tersebut. Jae Yeol berkata ia mendapatkan novel itu saat Hae Soo datang ke kamarnya.
Hae Soo ingat. Ketika itu Jae Yeol sedang berbicara di telepon dengan Kang Woo. Jae Yeol memarahi Kang Woo karena membuat cerita bahwa ia adalah pelakunya. Hae Soo baru ingat bahwa saat itu ia melihat Jae Yeol membuat gerakan aneh dengan tangannya. Tangannya terlihat kaku seperti sedang memegang sesuatu. Seperti sedang memegang pisau?
Dan setelah Jae Yeol menutup telepon, ia mengayunkan tangannya seperti membanting sesuatu. Ternyata dokumen yang kita lihat dibanting Jae Yeol di episode 3, sama sekali tidak ada. Hae Soo hanya melihat Jae Yeol mengayunkan tangan ke udara.
“Lalu kau pergi dari kamarku dan aku memungut novelnya dari lantai. Ah iya, aku menaruhnya di laci teratas kabinet di sebelah kanan mejaku.”
Hae Soo membuka laci yang disebut Jae Yeol. Tidak ada novel Kang Woo di sana. Ia berkata mungkin Jae Yeol lupa di mana menaruh novel itu. Tidak mungkin, ujar Jae Yeol. Hae Soo berkata ia sudah lelah lalu mengakhiri percakapan mereka.
Hae Soo sedang menenangkan dirinya dengan segelas air ketika Dong Min menghampirinya dan menyarankan agar ia mundur dari kasus Jae Yeol.
“Jika perasaan bersalah yang menjadi akar masalahnya, semakin ia bahagia denganmu maka semakin besar resiko ia melukai dirinya sendiri.”
“Aku sendiri sudah tahu. Kau yang mengajarku. Apa yang menjadi dokter itu hanya kalian? Ketika aku memikirkan kembali perilakunya dalam sudut pandang diagnosa, aku sama sekali tidak mengamati adanya ketidaknormalan fungsi dasar apapun. Kenapa kau mengenyampingkan kemungkinan tumor otak? Mengapa kau begitu yakin ia shizophrenia?!”
Hae Soo naik ke atas dengan kesal. Dong Min menggelengkan kepala.
“Schizo?” ujar Seo Nyeo. Rupanya sejak tadi ia dan Soo Kwang mendengar percakapan mereka.
Wajah Soo Kwang nampak muram ketika ia menyuruh Seo Nyeo pulang. Seo Nyeo berceloteh menanyakan apakah schizo itu penyakit jiwa. Tapi saat melihat ekspresi Soo Kwang, ia langsung meminta maaf karena telah berbicara tanpa berpikir.
“Apa kau membenciku?” tanyanya khawatir.
“Tidak, pulanglah,” Soo Kwang tersenyum menenangkan. Seo Nyeo tersenyum senang dan menurut.
Soo Kwang teringat ia pernah melihat Jae Yeol berbicara sendirian di depan café (sesudah berkelahi dengan Choi Ho). Ia baru menyadari bahwa Jae Yeol memang berhalusinasi.
Hae Soo menyalakan lilin seperti biasa, untuk Hye Jin.
“Seperti diabetes dan tekanan darah tinggi, schizophrenia juga bisa dikendalikan dengan dosis pengobatan yang tepat. Dan lebih dari 70% pasien bisa menjalani hidup normal dengan pengobatan tepat. Itu adalah hal yanga sama yang sudah kaukatakan berulang kali pada pasien-pasien lain. Apa kauingat?” tanya Soo Kwang yang berdiri di belakang Hae Soo.
Hae Soo tidak menjawab dan langsung masuk kembali ke kamarnya. Ia masih dalam tahap penyangkalan.
Jae Yeol mendengar bunyi bel. Ia mengerutkan kening saat melihat Soo Kwang yang datang ke rumahnya dengan membawa 2 botol bir. Soo Kwang berkata ia tiba-tiba tidak ingin ada di rumah dan merindukan Jae Yeol.
“Apa??”
“Kenapa sekaget itu? Aku kan tidak mengakui cintaku pada Ji Hae Soo. Oya, Seo Nyeo sekarang menempel padaku. Benar-benar mengganggu,” kata Soo Kwang nyengir.
“Berhentilah membanggakan diri,” ujar Jae Yeol.
Soo Kwang memeluk punggung Jae Yeol. Jae Yeol berontak. Apa-apaan kau ini?
“Ini adalah caraku untuk membalas pria terkeren yang kukenal atas kebaikan yang ditunjukkannya padaku,” kata Soo Kwang sungguh-sungguh. “Juga, ini pertama kalinya aku memeluk seorang pria.”
Soo Kwang tertawa untuk menutupi kesedihannya. Jae Yeol mau tak mau tersenyum. Ia bertanya apa Soo Kwang benar-benar akan menginap. Ia melarang Soo Kwang mengeluarkan suara sedikitpun jika mau menginap. Soo Kwang memperhatikan dengan sedih ketika Jae Yeol kembali ke mejanya untuk menulis.
Hae Soo tidak bisa tidur. Ucapan Dong Min terus terngiang. Semakin bahagia Jae Yeol bersama Hae Soo, semakin besar resiko Jae Yeol melukai dirinya sendiri.
Hae Soo ingat ketika di Okinawa Jae Yeol terluka saat bermain ski air setelah mereka berjalan-jalan dengan penuh kebahagiaan. Lalu Jae Yeol mengalami mimpi buruk setelah tidur bersama Hae Soo. Dan Jae Yeol hampir menabraknya, setelah malam sebelumnya mereka membicarakan kehidupan pernikahan dan bermain air dengan gembira.
Keesokan harinya Hae Soo pergi bekerja namun ia masih tidak menghiraukan Dong Min. Dong Min menawarkan sebutir telur rebus buatan Soo Kwang untuk sarapan. Akhirnya ia memecahkan sendiri telur itu untuk dimakan. Tapi ternyata telur itu masih mentah. LOL^^
Simpati Hae Soo pada Jae Yeol mempengaruhi penilaiannya pada pasien-pasiennya yang lain. Ia mengurangi dosis pengobatan seorang pasien schizophrenia karena sudah 3 hari tidak kambuh dan jega mnegalami masa sulit selama menjalani pengobatan. Young Jin mengembalikan ke dosis semula karena menurutnya lebih penting keselamatan pasien daripada keadaan emosional pasien.
Young Jin juga melihat Hae Soo memarahi seorang ibu yang meminta obat untuk anaknya yang ADHD (hiperaktif). Hae Soo berkeras anak ibu itu normal berdasarkan pemeriksaan. Ibu itu jadi marah karena Hae Soo berbicara dengan bahasa banmal padanya. Hae Soo berkata obat ADHD berfungsi dengan baik pada anak penderita ADHD, tapi akan memberikan banyak efek samping pada anak yang normal. Ia kesal karena ibu itu sok tahu.
Ibu itu mengancam akan pergi ke rumah sakit lain. Hae Soo tidak peduli dan berjalan pergi. Young Jin mendekati ibu itu dan bertanya rumah sakit mana yang bersedia memberi obat pada anak yang sehat. Maka ia akan menuntutnya. Ibu itu pergi dengan kesal.
Tapi itu sudah cukup bagi Young Jin untuk meminta Hae Soo mengalihkan para pasiennya pada dokter lain. Hae Soo berkata ia sudah melakukannya. Young Jin mengajaknya minum kopi. Hae Soo berkata ia akan pergi menemui ibu Jae Yeol.
Young Jin meminta Hae Soo menemui ibu Jae Yeol bersama Dong Min karena saat ini Hae Soo dalam keadaan simpati. Hae Soo bertanya apa dasarnya Young Jin menilainya sedang bersimpati.
“Kau tidak meminta pertolonganku dan Jo Dong Min. Saat kau meminta pertolongan kami, saat itulah aku tahu kau sudah bersikap rasional.”
Hae Soo membiarkan Young Jin menelepon Dong Min.
Soo Kwang menyiapkan sarapan untuk Jae Yeol dan mengajaknya makan. Jae Yeol tetap diam di meja kerjanya. Soo Kwang pun bertindak. Ia menutup lapotop Jae Yeol dan tidak mempedulikan kemarahan Jae Yeol.
“Ini pertama kalinya kau melihat orang menyebalkan sepertiku, kan?” ujarnya sambil tertawa. Lalu dengan serius ia mengingatkan kalau semalam Jae Yeol tidak tidur. Ia sudah mengawasi kapan Jae Yeol pergi ke kamar mandi. Apa Jae Yeol mau mati?
Jae Yeol terpaksa pergi ke meja makan. Soo Kwang berkata cara terbaik menghadapi orang menyebalkan seperti dirinya adalah menyerah saja.
“Janga-jangan kau tidak menganggapku anjing peliharaan Ji Hae Soo tapi anjing terlantar?” ujar Jae Yeol.
Soo Kwang menyodorkan susis berlumuran saus tomat ke mulut Jae Yeol hingga mulut Jae Yeol belepotan saus. Ia tertawa-tawa meski Jae Yeol memukulinya dengan gemas. Jae Yeol memakan sesuap nasi dan langsung muntah.
Soo Kwang nampak khawatir. Jae Yeol melarang Soo Kwang memberitahu Hae Soo mengenai hal ini. Tapi Soo Kwang diam-diam melapor pada Hae Soo bahwa Jae Yeol tidur tidak sampai sejam semalam dan muntah karena tidak bisa makan. Hae Soo menghela nafas panjang setelah membaca pesan itu.
Soo Kwang dan Jae Yeol bermain basket dan Jae Yeol keluar sebagai pemenang. Soo Kwang berkata ia sengaja mengalah karena Jae Yeol tidak bisa makan dan minum, dan itu akan membuatnya sakit. Soo Kwang menyiram rambut Jae Yeol dengan air minum untuk menyegarkannya.
“Kau seharusnya meminta bantuan Hae Soo,” kata Soo Kwang.
“Aku bisa mengurus diriku sendiri,” kata Jae Yeol.
Soo Kwang bertanya apa Jae Yeol selalu mengurus segala sesuatunya sendiri. Jae Yeol membenarkan. Soo Kwang mengeluarkan sebuah puzzle dari tasnya. Itu adalah puzzle foto Jae Yeol dan Hae Soo. Soo Kwang membuatnya untuk diberikan pada Hae Soo setelah mendengar Hae Soo menghabiskan malam pertama bersama Jae Yeol.
“Karena sekarang kalian berdua adalah satu,” ia akan memberikannya untuk Jae Yeol.
“Kuperjelas, kami dua pribadi yang senang bersama, tapi tidak selalu menjadi satu,” kata Jae Yeol.
Soo Kwang tersenyum lalu mengacak puzzle yang sudah terpasang rapi itu. Kau sedang apa, protes Jae Yeol.
Soo Kwang berkata orang-orang menganggap keadaan pikirannya berantakan seperti puzzle ini, begitu juga anggapan orang-orang pada keadaan pikiran Hye Jin yang schizophrenia. Mereka menganggap orang-orang seperti Soo Kwang dan Hye Jin memiliki pikiran kusut dan tak teratur seperti sampah: tak bisa mengenal orang tua dan saudaranya sendiri, tak bisa mengenal orang yang dicintai, dan tidak merasa bersalah setelah melukai perasaan orang lain.
“Tapi kami sebenarnya tidak seperti itu. Kebanyakan dari kami adalah normal. Hanya sebagian diri kami yang sakit. Apa kau setuju?”
“Iya.”
Soo Kwang menyusun kembali puzzle tersebut. Ia mencontohkan ada sebuah puzzle yang terkadang lepas dari susunannya dan dapat dipasang dengan mudah dalam hitungan detik. Begitu juga dengan penyakitnya yang kambuh hanya beberapa detik atau beberapa menit dalam setahun.
Lalu ia mengambil lebih banyak potongan puzzle dari susunan itu dan berkata seperti itulah keadaan pikiran penderita schizophrenia seperti Hye Jin. Baik karena ketidaknormalan syaraf atau luka emosional yang dalam, beberapa bagian dalam dunia mereka terlepas seperti potongan-potongan puzzle itu.
“Antara kenyataan dan khayalan?” tanya Jae Yeol.
“Semacam itu.”
“Lalu apakah semua potongan itu bisa disatukan kembali dengan sempurna?” tanya Jae Yeol. Apakah pasien schizophrenia seperti Hye Jin bisa disembuhkan?
“Jika pasien memiliki tekad dan bersedia menerima bantuan dari dokter mereka,” jawab Soo Kwang.
“Menarik….”
Soo Kwang pamit pergi. Jangan kembali lagi, seru Jae Yeol. Aku mungkin akan kembali, balas Soo Kwang.
Jae Yeol tersenyum dan menyatukan potongan-potongan puzzle itu menjadi sebuah gambar yang utuh. Ia mengecup foto Hae Soo lalu kembali bermain basket.
Kang Woo duduk memegang puzzle itu dan melepas satu potongan. Ia memandangi Jae Yeol dengan sedih.
Jae Beom membuat bunga-bungaan dari nasi. Ia akan memberikan kerajinannya itu pada ibunya karena ibunya akan sedih jika Jae Yeol tak ada lagi. Ia teringat bagaimana Jae Yeol berussaha melindunginya agar ia tidak kembali dipenjara dalam insiden suntikan amythal. Jae Beom menggelengkan kepala untuk mengenyahkan pikiran itu.
Ibu Jae Yeol mengunjungi rumah Hae Soo dkk (yang sebenarnya adalah rumah Jae Yeol). Ia sangat senang karena Jae Yeol tidak pernah mengundangnya ke rumahnya. Ia berterima kasih karena berkat Hae Soo ia bisa datang ke sini dan sempat membeli beberapa pakaian baru untuk Jae Beom. Ia sangat gembira. Tapi ada apa sebenarnya Hae Soo mengajaknya bertemu?
Sebelum Hae Soo sempat menjelaskan, Dong Min dan Tae Yong bergabung bersama mereka. Ibu Jae Yeol dan Dong Min saling sapa dengan gembira. Sementara Tae Yong langsung memeluk ibu Jae Yeol sambil menangis dengan sedih. Ibu kebingungan. Dong Min meminta Hae Soo meninggalkan mereka sebentar.
Hae Soo menurut. Ia kembali dan menunggu di kamarnya. Dong Min memberitahu ibu Jae Yeol bahwa Jae Yeol sakit.
Seo Nyeo memberitahu Soo Kwang bahwa ia ingin menjadi psikiater seperti Hae Soo. Jika Hae Soo berhasil menyembuhkan Jae Yeol maka ia ingin menjadi seperti Hae Soo. Ia bertanya apa Soo Kwang bangga ia memikirkan hal seperti ini.
Bukannya bangga, Soo Kwang malah berkata tidak semua orang bisa menjadi dokter dan menyuruh Seo Nyeo kembali bekerja. Seo Nyeo cemberut. Ia berkata Soo Kwang sama saja dengan orang lain yang menganggapnya hanya gadis bodoh yang tidak memiliki cita-cita.
Soo Kwang menyuruh Seo Nyeo diam dan memahami bahwa saat ini ia dan Hae Soo sedang dalam masa sulit karena Jae Yeol. Seo Nyeo berkata justru karena ia tahu Soo Kwang sedang mengalami masa sulit hingga ia ingin menghibur Soo Kwang dengan mengoceh.
“Apa kau ingin aku bersikap seperti kau dan kak Hae Soo yang berkeliaran seperti orang mati? Apa itu hal yang benar?”
Seo Nyeo kembali bekerja dengan kesal. Soo Kwang tersenyum menyadari Seo Nyeo akhirnya makin dewasa.
“Oh Seo Nyeo! Aku mencintaimu,” ujarnya tersenyum malu.
Seo Nyeo tersenyum senang.
Komentar:
The bomb has dropped >,<
Dan orang-orang yang menyayangi Jae Yeol diliputi kesedihan yang mendalam. Bukan hanya untuk Jae Yeol, tapi juga untuk Hae Soo. Meski Hae Soo awalnya sulit menerima kalau Jae Yeol adalah penderita schizophrenia, lambat laun ia menyerah. Terbukti dengan ia membiarkan Dong Min memberitahu ibu Jae Yeol mengenai kondisi puteranya.
Sekarang kita tahu kenapa Kang Woo muncul semakin sering sejak Jae Yeol mengenal Hae Soo. Karena jauh di dalam dirinya, Jae Yeol diliputi perasaan bersalah yang terlalu besar hingga ia tidak bisa membiarkan dirinya merasakan kebahagiaan.
Setiap kali ia mengalami kebahagiaan bersama Hae Soo, akan diikuti dengan peristiwa buruk melibatkan Kang Woo. Semacam bentuk kompensasi atau penghukuman diri karena ia sudah merasakan kebahagiaan di saat kakaknya mendekam di penjara.
Kenapa Kang Woo baru muncul tiga tahun lalu setelah kemunculan Jae Beom? Seperti yang Jae Yeol pernah ceritakan pada Dong Min, ia melatih dirinya untuk tersenyum dan mengubur masa lalunya. Ia mengubah dirinya menjadi pribadi yang kuat dan penuh percaya diri demi ibunya. Karena itu ia bisa menghasilkan novel-novel laris.
Tapi kemunculan Jae Beom yang secara tiba-tiba, memicu kenangan Jae Yeol akan masa lalunya. Dan perasaan bersalah luar biasa yang terkubur di dalam jiwanya, menyeruak seketika itu juga dalam bentuk Kang Woo. Apalagi ketika ia melihat Jae Beom yang rambutnya telah memutih dalam usia relatif muda, juga melihat kebencian Jae Beom padanya.
Aku jadi bertanya-tanya, apakah Jae Yeol bisa disembuhkan seandainya Jae Beom sepenuhnya memaafkan Jae Yeol? Apakah pada akhirnya Jae yeol bisa memaafkan dirinya sendiri? Atau jiwa Jae Yeol terlanjur rusak hingga hanya bisa diobati dengan obat-obatan?
Sebenarnya yang tersulit bukanlah memaafkan orang lain….tapi memaafkan diri sendiri.
wah ga kuat liat ibu jae yeol dan jae bom nangis......
BalasHapuskok aku ngerasa klo yang jadi hero di sini malah si Soo Kwang yah.....kata2nya itu loh bikin terharu....
so Nyeo mah Soo Kwang sweet banget....
Just one word for this drama: DAEBAK!!! Gomawo fanny.....
BalasHapusBenar..
BalasHapusYang sulit itu memaafkan diri sendiri. Baca sinopsis ini terharu banget, kalo memang benar di sekitar kita ada orang2 seperti itu, apa aku bisa menerimanya dengan lapang dada???
Hiks... sedih baca sinopsisnya. Semangat ya buat tulisannya
Tisu mana tisuuuu hiks...hiks...so sad berharap happy ending
BalasHapusBaca sinopsis sblm tidur.. mewek.
BalasHapusdrama ini keren.. mb Fanny jg keren.. cpt banget.
Nyesek liat Jae Yeol, ksian sama Hae soo, bangga sama Soo Kwang, angkat jempol buat Dong Min n Young Jin..
Smg endingnya memuaskan... tengkyu mb Fanny... Mb Mumu Jg..
Soo kwang....love you..jae yeol+hae soo fighting
BalasHapusSakitnya tuh di sini...mba fanny hwaiting
BalasHapusDaebak mbak Fanny....belum nonton baca sinopsisnya aja dulu :)
BalasHapuskereennn bangettt mbak.. terharu, nyesekkk :'(
BalasHapus