Ibu Jae Yeol bersedia Jae Yeol dirawat setelah mendengar penjelasan Dong Min. Dong Min memberitahu Hae Soo bahwa ia tidak memberitahu alasan detil mengapa Jae Yeol sakit pada ibunya dan hanya memberitahunya bahwa Jae Yeol sakit akibat stress dan gejala-gejala fisik yang dialami Hae Yeol. Hae Soo mengangguk.
Ia menggenggam tangan ibu Jae Yeol yang masih duduk terpaku. Hae Soo memberitahu ibu Jae Yeol bahwa penyakit Jae Yeol bisa dirawat dan tidak mematikan. Ibu Jae Yeol masih tampak shock. Ia mengangguk dan berkata dengan terbata-bata menahan tangis bahwa Dong Min sudah menjelaskannya.
“Ini pasti mengejutkan bagimu,” katanya pada Hae Soo. “Jika ia sakit, maka kita akan menyembuhkannya. Mereka akan menyembuhkannya.”
Hae Soo mengangguk sambil menahan tangisnya. Ibu Jae Yeol pamit dan berkata Hae Soo tidak perlu mengantarnya keluar. Dua wanita yang benar-benar tegar.
Di jalan, Tae Yong bertanya apakah ibu Jae Yeol benar-benar tidak apa-apa.
“Meski aku apa-apa, apa yang bisa kita lakukan? Aku harus tidak apa-apa. Setelah suamiku tiada, aku harus menyaksikan puteraku sendiri menghabiskan 14 tahun hidupnya di penjara. Aku sudah melaluinya,” Ibu Jae Yeol mulai menangis. Meski Dong Min mengatakan Jae Yeol akan baik-baik saja setelah dirawat dan diobati, tetap saja….. Ibu Jae Yeol menangis dengan sedih.
Dong Min melihat Hae Soo menyalakan 2 lilin kali ini. Ia bertanya apakah satunya lagi untuk Jae Yeol (pertanda Hae Soo mengakui Jae Yeol sakit). Hae Soo berkata ia akan pergi menemui Jae Yeol.
“Katakan padaku. Apa yang ingin kaukatakan saat kau bertemu dengannya? Apa yang akan kaukatakan saat kau melihatnya?” tanya Dong Min lembut.
Hae Soo menggeleng putus asa. Pertahanannya pun hancur.
“Aku tidak tahu,” tangisnya pecah. “Apa yang harus kulakukan?”
Hae Soo menangis tersedu-sedu di hadapan Dong Min.
Setelah ia tenang, ia memberitahu Dong Min bahwa ia merasa bodoh. Ia adalah seorang dokter, tapi dengan begitu bodohnya percaya bahwa seorang remaja berusia 16 tahun dapat melewati semua peristiwa traumatis itu tanpa terpengaruh dan tumbuh dengan sehat.
“Aku sangat mencintainya, tapi aku tidak pernah benar-benar mendalami luka emosional mendalam yang dideritanya. Setiap kali Jang Jae Yeol membicarakan masa lalunya yang menyakitkan, mengenai kakaknya, aku bertanya-tanya apakah aku benar-benar memahaminya? Aku memang berkata bahwa ia pasti sangat menderita. Tapi sebenarnya, aku hanya menyombongkan diri bahwa aku mengerti karena aku seorang dokter. Bahwa aku hebat.
Bahkan ketika melihatnya mengalami mimpi buruk setelah tidur denganku, aku berkata padanya bahwa ia bisa melewatinya karena ia kuat. Mungkin sebagian diriku mengabaikannya karena itu bukan masalah pribadiku.”
Dong Min meminta Hae Soo tidak menyalahkan diri sendiri. Ia berkata Hae Soo bukan mengabaikan Jae Yeol, tapi percaya padanya. Kata-kata Dong Min tidak menghibur Hae Soo.
“Sebagai dokter maupun sebagai kekasihnya, aku nol besar. Aku seorang yang egois sejak aku dilahirkan,” ujar Hae Soo. Ia bertanya mungkinkah ia bisa menghindari memasukkan Jae Yeol ke rumah sakit dengan paksa. Dong Min menghela nafas panjang. Hae Soo mengerti, itu tidak mungkin.
Ia pamit pada Dong Min. Soo Kwang memeluk noona-nya untuk memberinya kekuatan.
“Fighting, Ji Hae Soo.”
Setelah Hae Soo pergi, Dong Min bertanya bagaimana kondisi Jae Yeol. Soo Kwang mengacungkan jempol ke bawah.
Jae Yeol menerima telepon dari ibunya yang memintanya pulang ke rumah ibunya dengan alasan ibunya kesepian. Tapi Jae Yeol berkata ia sedang menulis.
“Berhentilah dulu. Menginaplah di rumah ibumu,” kata ibunya.
“Aku tidak bisa,” kata Jae Yeol sambil tersenyum.
Terdengar dering bel pintu. Jae Yeol berjalan ke pintu dan bertemu dengan Hae Soo yang menyapanya dengan ceria. Jae Yeol tersenyum senang.
“Aku datang karena aku rindu padamu. Apa tidak apa-apa karena ini bukan hari Jumat? Haruskah aku pergi?” tanya Hae Soo.
Jae Yeol memeluk Hae Soo. Hae Soo hampir menangis lagi. Ia membiarkan Jae Yeol meneruskan berbicara dengan ibunya di telepon.
Sepertinya ibu Jae Yeol terus mendesak Jae Yeol karena Jae Yeol bertanya mengapa ibunya mendadak seperti ini.
“Kau sudah memiliki cukup uang, jadi kau bisa berhenti sementara dari menulis. Kau tidak perlu terus menerus mengurus Ibu!” ujar ibu Jae Yeol sedikit emosi. “Aku tidak akan bisa menghabiskan uangmu. Jadi jangan menulis karena Ibu, dan pulanglah ke sini.”
Mendengar kata-kata berhenti menulis, Jae Yeol langsung batuk-batuk. Hae Soo diam-diam mendengarnya. Pandangannya tertuju pada topi baseball New York Yankees milik Jae Yeol. Ia teringat Jae Yeol pernah menanyakan apa penyakit Kang Woo, karena Kang Woo sering batuk dan tangannya kaku.
Hae Soo mengamati Jae Yeol dan melihat Jae Yeol mengibaskan tangannya seperti pegal. Jae Yeol berkata pada ibunya ia batuk karena tersedak Lalu ia pamit karena ada Hae Soo. Ibu Jae Yeol menyerah dan menutup telepon.
Tae Yong berusaha membujuk ibu Jae Yeol makan. Tapi ibu Jae Yeol tidak mau makan. Tae Yong berkata ibu harus kuat karena Jae Beom akan pulang Sabtu ini. Ia akan pergi melihat Jae Yeol setelah melihat ibu makan.
Ibu Jae Yeol memenuhi mulutnya dengan buah. Lalu menangis.
Jae Yeol mendekap Hae Soo dari belakang dan mereka sama-sama melihat foto-foto bukti “peninggalan” Hae Soo yang ditempelkan Jae Yeol di dinding. Bahkan dompet Hae Soo yang tertinggal juga di gantungkan di sana. Ada juga pesan Hae Soo (pesan 51%) yang ditulis Jae Yeol di kertas post-it.
Jae Yeol berkata ia juga ingin memiliki foto tangan dan kaki Hae Soo. Hae Soo berkata ia akan memberikannya jika Jae Yeol bercukur. Jae Yeol berkata ia tidak suka bercukur saat sedang menulis.
“Kurasa kau tidak menginginkan foto tangan dan kakiku kalau begitu,” kata Hae Soo.
Jae Yeol sibuk mengambil foto tangan dan kaki Hae Soo. Hae Soo membelai kepala Jae Yeol dengan sayang. Tatapannya beralih pada topi Yankees milik Jae Yeol (topi ini juga yang dipakai Kang Woo pada episode 1 saat kemunculan pertamanya, hanya berbeda warna. Kang Woo mengenakan topi Yankees warna putih).
“Apa kau tahu Henry Lou Gehrig, pemukul nomor 4 untuk tim Yankees?” tanyanya.
“Aku tahu. Penyakit Lou Gehrig diambil dari namanya yang pertama kali didiagnosis menderita penyakit itu. Bagaimana kau tahu dia? Apa kau suka baseball?” (Henry Lou Gehrig didiagnosis menderita ALS pada usia 36 tahun dan sejak itu ALS juga disebut penyakit Lou Gehrig)
“Aku belajar mengenai dirinya saat kuliah kedokteran. Bagaimana kau tahu tentang dia?” tanya Hae Soo.
“Dari buku mungkin? Aku tidak yakin.”
Mereka tersenyum melihat foto-foto kaki dan tangan Hae Soo yang diambil Jae Yeol. Lalu mereka menempelnya bersama memorabilia yang lain. Jae Yeol menambahkan catatan-catatan kecil di dekat foto-foto itu.”
“Tangan Hae Soo, yang selalu ingin kurasakan di dahiku. Kaki Hae Soo, yang tidak pernah ingin kuhalangi jalannya.”
Sesuai janjinya, Jae Yeol bersedia dicukur. Hae Soo membantunya dan mengambil kesempatan itu untuk bertanya pada Jae Yeol.
“Jika kau sakit dan harus dirawat di rumah sakit, apa yang paling kaukhawatirkan?”
Jae Yeol bertanya mengapa Hae Soo menanyakan pertanyaan seperti itu. Hae Soo beralasan semua orang pasti pernah dan suatu saat bisa saja sakit.
“Tidak bisa menulis,” jawab Jae Yeol.
“Meski kau berhenti menulis, aku tetap menyukaimu.”
“Kapan kau akan mengatakan bahwa kau mencintaiku? Dan lagi, Jang Jae Yeol yang tidak menulis bukanlah Jang Jae Yeol.”
“Bagaimana dengan Kang Woo?” tanya Hae Soo hati-hati.
“Aku belum melihatnya lagi, ia juga tidak menjawab teleponku.”
“Kau pasti khawatir.”
“Aku merasa ia akan mati.”
Meski Jae Yeol mengatakannya dengan nada biasa saja, tapi Hae Soo terpaku saat mendengarnya.
“Ia gagal dalam kompetisi menulis dan juga sedang sakit.”
“Kau bilang padaku kalau ia sudah baikan.”
“Ia bohong padaku. Kurasa ia menderita penyakit Lou Gehrig. Ia ada di depan rumah sakit ketika ia meneleponku. Dan ekspresinya tidak begitu baik.”
Dengan hati-hati Hae Soo bertanya apa Jae Yeol pergi bersama Kang Woo ke rumah sakit. Tidak, jawab Jae Yeol, karena saat itu ia sedang bersama Hae Soo.
“Kalau begitu bagaimana kau tahu ia ada di depan rumah sakit dan ekspresinya tidak begitu baik? Kau menggambarkannya seakan kau sedang menonton film atau membaca novel…”
Jika Jae Yeol tidak bersama Kang Woo, lalu bagaimana Jae Yeol bisa mengetahui semua ekspresi Kang Woo? Hal itu sama sekali tidak pernah dipikirkan Jae Yeol. Ia nampak bingung dan bertanya-tanya bagaimana ia bisa tahu kalau Kang Woo sendirian.
Hae Soo diam saja mendengar kata-kata Jae Yeol. Ia mengelap wajah Jae Yeol dengan handuk. Jae Yeol memeluknya. Hae Soo menyuruh Jae Yeol mandi karena ia terlihat lelah. Jae Yeol enggan melepaskan Hae Soo karena ia tahu Hae Soo harus segera kembali ke rumah sakit.
Jae Yeol mendapat pesan dari Tae Yong kalau saat ini ia ada di depan rumahnya. Hae Soo berkata ia akan bertemu dengan Jae Yeol lagi besok karena besok hari Jumat. Jae Yeol masih enggan melepas Hae Soo. Hae Soo mengecupnya dan sambil berusaha menahan tangisnya ia kembali menyuruh Jae Yeol mandi.
“Aku mencintaimu,” kata Jae Yeol. “Meski aku tahu ini membebanimu, tapi aku sangat mencintaimu.”
Hae Soo menatapnya. Ia membelai pipi Jae Yeol lalu keluar.
Saat Jae Yeol mandi, Hae Soo buru-buru menyimpan tulisan Jae Yeol dari lapotopnya ke dalam USB. Ia sempat melihat puzzle fotonya dan Jae Yeol di atas meja. Lalu ia menelepon Tae Yong.
Jae Yeol tidak menemukan Hae Soo saat ia keluar dari kamar mandi. Meski kecewa, ia tetap tersenyum. Dan saat itulah Kang Woo meneleponnya.
Ia membayangkan Kang Woo sedang bersepeda sendirian sambil merentangkan kedua tangannya, seakan sedang menikmati kebebasan.
“Hei anak nakal, kau baik-baik saja! Senang mendengarnya, aku khawatir.”
Kang Woo tidak menjawab. Ia hanya tersenyum.
“Kang Woo, jangan pernah berpikir kau sendirian. Ingatlah bahwa aku selalu di sisimu. Kau tahu itu, kan?”
Jae Yeol melihat cermin, dan yang dilihatnya adalah Kang Woo yang sedang bersepeda….
Hae Soo memberikan USB yang dibawanya pada Tae Yong. Tae Yong memeriksa tulisan yang sedang dikerjakan Jae Yeol. Dan ia mendapati Jae Yeol menulis ulang cerita yang pernah ditulisnya. Tanpa sadar Jae Yeol telah memplagiat tulisannya sendiri. Sama sekali tidak ada hal baru.
“Setelah kupikirkan, Jae Yeol tidak sama lagi sejak ditikam Jae Beom. Biasanya ia bisa menyelesaikan tulisannya dalam waktu 8 bulan. Tapi ia sudah menulis selama lebih dari 2 tahun. Dan meski hanya beberapa baris, ia memplagiat tulisannya sendiri. Tapi kurasa ia tidak menyadari hal itu.”
Hae Soo mengangguk pasrah. Ia meminta Tae Yong tidak meninggalkan Jae Yeol.
Hae Soo akhirnya menerima kenyataan. Sebagai dokter, ia menegaskan diagnosa keadaan Jae Yeol pada Young Jin.
“Tidak bisa tidur, tidak bisa makan, dan tidak bisa menulis sebagai penulis adalah bukti ia tidak bisa berfungsi dengan normal. Terlebih lagi, meski memalukan karena aku baru menyadarinya setelah begitu lama, dalam beberapa kesempatan ia membahayakan dirinya sendiri. Ia mengabaikan lukanya dan menaruh dirinya dalam situasi berbahaya. Aku juga bisa melihat bahwa kondisinya sekarang berpotensi pada bunuh diri.”
“Bunuh diri?”
“Menulis adalah segalanya bagi Kang Woo dan ia menderita Lou Gehrig, juga gagal dalam kompetisi menulis. Hal itu membuatku yakin ia akan melakukan sesuatu yang drastis. Itu terlihat jelas.”
Young Jin memegang tangan Hae Soo dengan rasa simpati. Ia bertanya bagaimana Hae Soo bisa sampai pada penilaian bahwa Jae Yeol tanpa sadar menginginkan kematian meski mencintai Hae Soo. Tentunya sulit bagi Hae Soo untuk mempercayai itu.
“Tidak ada alasan yang masuk akal ia meninggalkanku, orang yang ia cintai, dan lebih memilih kematian. Karena itu sakit jiwa. Jang Jae Yeol sakit, dan itu kesimpulanku sebagai seorang dokter,” kata Hae Soo dengan tegar.
Young Jin berkata Jae Yeol tidak menyadari kalau ia sakit, karena itu tidak mungkin memintanya sukarela masuk rumah sakit. Mereka harus memaksanya. Hae Soo menyadari itu. Yang terpenting adalah memasukkan Jae Yeol ke rumah sakit dan memberinya pengobatan untuk menurunkan gejala aktifnya (halusinasi).
Tae Yong sudah mengabari penerbit mengenai kondisi Jae Yeol. Mereka pergi ke stasiun radio untuk pengunduran diri Jae Yeol dari acara radio. Penerbit tak bisa menahan tangisnya dan menangis dalam pelukan Tae Yong.
Ibu Jae Yeol melihat kamar yang akan digunakan Jae Yeol selama perawatan nanti. Dong Min dan Young Jin menemaninya. Kamar itu tidak diberi teralis tapi menggunakan kaca tebal yang sulit untuk dipecahkan. Ibu Jae Yeol bertanya di mana kamar mandinya.
Sayangnya kamar mandi di rumah sakit itu digunakan bersama untuk alasan keamanan. Ibu Jae Yeol berkata puteranya hanya bisa tidur di kamar mandi. Dong Min berkata Jae Yeol akan diberi obat tidur hingga ia bisa tidur di tempat tidur.
Ibu bertanya berapa lama Jae Yeol akan dirawat. Tidak berbulan-bulan atau tahunan, bukan? Karena begitulah yang ia baca di buku atau ia lihat di TV. Young Jin menenangkan bahwa perawatan lama seperti itu biasanya untuk penderita kambuhan yang dirawat di rumah sakit khusus di pegunungan. Ia memperkirakan Jae Yeol akan dirawat 1-2 bulan. Ibu sedikit lega mendengarnya.
Tapi kasus Jae Yeol tidaklah seringan itu. Karena Dong Min mengumpulkan para dokter di rumah sakit itu dan mengatakan kasus Jae Yeol kemungkinan adalah kasus terberat dari yang pernah mereka tangani.
Jae Beom telah dibebaskan dari penjara (hari Jumat). Tidak ada yang tahu ia sudah bebas, karena semua orang diberitahu bahwa ia dibebaskan hari Sabtu. Kecuali Jae Yeol tentunya.
Jae Beom melihat ke sungai dan teringat melihat ibu dan Jae Yeol bermain di sungai bersama. Ia berjalan pergi diiringi tatapan Kang Woo. Err…kenapa Kang Woo ada di sana? Apa ini khayalan Jae Yeol juga?
Jae Yeol keluar dari kamar mandi dan menemukan Hae Soo sudah duduk menunggunya di ruang tamu. Ia hendak menghampiri Hae Soo.
“Stop!” Hae Soo mengacungkan tangannya. “Berdirilah di sana.”
“Kenapa? Kau tidak ingin aku mendekatimu?”
“Bukan, aku hanya ingin melihatmu baik-baik. Kenapa kau begitu tampan? Membuat orang jatuh hati padamu.”
“Sampai kapan aku harus berdiri di sini? Aku ingin duduk,” protes Jae Yeol sambil tersenyum.
Hae Soo memberi isyarat agar Jae Yeol menunggu. Ia mengangkat teleponnya yang bergetar. Young Jin memberitahu Hae Soo bahwa ambulans sudah tersedia. Ia bertanya kapan ambulans itu bisa berangkat. Hae Soo berkata ia akan menelepon Young Jin lagi nanti.
Hae Soo menaruh teleponnya lalu mengulurkan kedua tangannya ke arah Jae Yeol. Jae Yeol tersenyum dan duduk di samping Hae Soo. Ia mengecup dahi Hae Soo dan memeluknya dengan erat.
“Aku mencintaimu….”
“Mari kita seperti ini selama beberapa saat.”
“Baiklah.”
Dan air mata Hae Soo pun mengalir…..
Komentar:
He looks so normal…but who knows what’s deep inside his soul?
Selama menonton episode ini, aku membayangkan perasaan Hae Soo. Mulai dari ia mendengar tentang sakitnya Jae Yeol, hingga akhirnya ia menerima kenyataan bahwa kekasihnya memang sakit. Benar-benar sakit.
Awalnya Hae Soo menolak percaya. Reaksi yang normal bagi siapapun saat menerima kabar buruk dalam kehidupan mereka. Apalagi Jae Yeol begitu normal dan seringkali bijaksana.
Ketika ia mulai menyadari bahwa Jae Yeol memang sakit, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Setelah ia mengungkapkan isi hatinya pada Dong Min, barulah Hae Soo mendapat kekuatan untuk menghadapi Jae Yeol. Dan memang itu yang harus dilakukan setiap orang ketika mengalami hal buruk. Membicarakannya dengan seseorang yang kita percayai dan bukan memendamnya/mengabaikannya.
Hae Soo sama sekali bukan nol besar. Ia menunjukkan ia dokter dan kekasih yang hebat. Ia mengamati Jae Yeol sebagai dokter, namun tetap berada di sisinya. Pasti sakit sekali rasanya berada di dekat Jae Yeol pada saat seperti itu namun tetap berusaha bersikap seperti biasa.
Kabar baiknya adalah aku yakin Jae Yeol tidak mengidap ALS. Sepertinya Jae Yeol mengetahui adanya penyakit itu dan terinspirasi olehnya. Mungkin Jae Yeol menganggap ALS adalah penyakit terburuk yang bisa diderita manusia dan perasaan bersalahnya menganggap ia pantas mendapat penyakit seperti itu. Karena itu ia membayangkan Kang Woo mengidap penyakit itu.
Sama seperti wanita hamil pasien Hae Soo yang percaya dirinya hamil dan mengalami gejala-gejala hamil, tapi sebenarnya ia sama sekali tidak hamil. Pikiran mengendalikan tubuh. Jae Yeol percaya Kang Woo menderita ALS, karena itu tubuhnya mengikuti seakan ia memang terkena ALS.
Episode berikutnya akan lebih menyedihkan..... tapi untunglah Jae Yeol pernah tinggal serumah dengan Hae Soo dkk. Sekarang ia dikelilingi orang-orang yang memperhatikannya. Orang-orang yang mengerti dirinya. Orang-orang yang menyayanginya.
Ga sabar nunggu kelanjutan.a
BalasHapusTerimakasih untuk mba mumu and mba fanny..
Keep on moving with this drama mumu n fanny... THANX A LOT!!!!
BalasHapusyeaay akhirnya mbak fanny udah update thank mbak buat sinopsis nya :)
BalasHapusEpisode yg menyedihkan dan menyentuh, bagaimana hae Soo sama ibu menerima kenyataan
BalasHapusThanks mbk fanny buat sinopsisnya ^_^
BalasHapusNyesek bgt lihat episode ini ... cuma berharap drama ini bisa happy ending
Sumpah aku nnton nangis skrg baca sinop nya msih aja mewek T.T
BalasHapusEpisode 14 bkin nyesek ..
Semangat yaa nulis sinopnya mbak..
Gomawo buat sinopsisnya..
BalasHapusBener2 seperti melihat kehidupan nyata,nonton drama ini membuat fikiran dan jiwaku terpengaruh,aku seperti turut merasakan apa yg dirasakan JY dan HS,aku seperti.... ahhhhhh......mola!!!
BalasHapusKasian ja yeol nahan luka hati sampe bertahun2 sampe bisa berhalusinasi dengan dunia nya sendiri
BalasHapussedih..benar2 sedih..nonton drama ini awalnya aq gk suka,tpi lama2 jdi suka mungkin krna komentar dari mba fanny..gumawo mba fanny moga sukses selalu
BalasHapusnonton ep.14 via youtube bener2 bikin tissue boros...huhuhuhuks
BalasHapusBaru sekali aku mau coment tentang kdrama, but this drama it's awsome..
BalasHapusSemuanya g bertele-tele, love it
Wuaaa(>_<) akhirnya dan akhirnya terbongkar juga penyakit Jae Yeol yg selama ini terlihat baik-baik.
BalasHapusTerus buat Mbak Fanny dan Mbak Mumu, semangaattt tinggal dua episode lagi yeaaay(^-^)/
Begini nih rasanya nonton drama yg benar2 bagus,udah mau tamat aja gak kerasa, kepinginya sih kurang banyak episodenya.Memang setiap drama yg diperanin Miss.Gong semuanya keren.
BalasHapusThe best korean drama
BalasHapusBenar...kalo udah ada gong hyo jin,dramanya kayaknya bagus semua,mau jadi koki ,mau anaknya kena AIDS,mau dikejar2 hantu sampe jadi psikolog juga kalo akting hyo jin mah daebak....gak tega liat hiso nangis fulll kaya gitu:-((...,bak fanny kamsahamnida.....
BalasHapusDaebak....drakor yang bisa buat q move on setelah man from the star.....
BalasHapusGomawo mbak Fani n mbak Mu